Anda di halaman 1dari 9

TANTANGAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM ERA

GLOBALISASI

TUGAS AKHIR SEMESTER


Sebagai syarat ujian akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diampu oleh Bapak Sony Sukmawan, MPd.

oleh :
Ulin Nuha Hidayah
115020302111001

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

ABSTRAK
Globalisasi pendidikan di Indonesia ditandai oleh ambivalensi yaitu
berada pada kebingungan, karena ingin mengejar ketertinggalan
untuk menyamai kualitas pendidikan Internasional, kenyataannya
Indonesia belum siap untuk mencapai kualitas tersebut. Padahal
kalau tidak ikut arus globalisasi ini Indonesia akan semakin
tertinggal. Menurut pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara
pada pasal 28 B ayat (1) mengamanatkan bahwa Setiap orang
berhak mengembangkan pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya, demi kesejahteraan umat manusia dan pasal
31 ayat (1) mengamanatkan bahwa Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan
Kata Kunci : Pendidikan, Tatangan, Globalisasi.

PENDAHULUAN
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu sebagai ciri dari
setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja, sehingga tergantung dari sisi
mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Derasnya arus globalisasi akan melanda setiap sendi kehidupan manusia
dimanapun dia berada. Keadaan apapun tidak bisa menolak dan menghindar,
mau tidak mau harus dihadapi. Hanya bangsa yang mawas diri sajalah yang
bisa menghadapi. Dalam aspek pendidikan, di mana pendidikan diharuskan
mampu menghadapi perubahan yang cepat dan sangat besar dalam tentangan
pasar bebas, dengan melahirkan manusia-manusia yang berdaya saing tinggi
dan tangguh. Sebab diyakini, daya saing yang tinggi inilah agaknya yang akan
menentukan tingkat kemajuan, efisiensi dan kualitas bangsa untuk dapat
memenangi persaingan era pasar bebas yang ketat tersebut. Pendidikan

merupakan benteng untuk menghadang derasnya arus globalisasi. Manajemen


pendidikan nasional yang rapih merupakan strategi jitu untuk mengatasi dampak
negatif globalisasi, juga akan mengarahkan globalisasi ke arah yang positif bagi
pembangunan bangsa.
Karakteristik Era Globalisasi
Era globalisasi akan ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat
berbarengan

dengan

terjadinya

revolusi

teknologi

informasi,

teknologi

komunikasi, dan teknologi industri. Persaingan ini masih dikuasai oleh tuga
raksasa ekonomi yaitu Jepang dari kawasan Asia, Uni Eropa dan Amerika
Serikat. Masing-masing menampilkan keunggulan yang dimiliki. Amerika
misalnya unggul dalam product technology, yaitu teknologi yang menghasilkan
barang-barang baru dengan tingkat teknologi yang tinggi, contoh pembuatan
pesawat terbang supersonik, robot, dan lain-lain. Jerman dan Jepang
mengandalkan kelebihan mereka dalam process technology yaitu teknologi yang
menghasilkan proses baru dalam pembuatan suatu jenis produk yang sudah
ada, misalnya CD (compact disc) pertama kali dibuat oleh Belanda kemudian
terus disempurnakan oleh Jepang sehingga menghasilkan CD dengan kualitas
yang lebih bagus dan harga lebih murah. Selain ketiganya, belakangan muncul
Cina sebagai kekuatan baru ekonomi dunia dengan pertumbuhan ekonominya di
atas 9 persen suatu jumlah tertinggi di dunia.
Kompetisi ekonomi pada era pasar bebas juga ditandai dengan adanya
perjalanan lalu lintas barang, jasa, modal serta tenaga kerja yang berlangsung
secara bebas, kemudian adanya tuntutan teknologi produksi yang makin lama
makin tinggi tingkatannya, sehingga makin tinggi pula tingkat pendidikan yang
dituntut dari para pekerjanya. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya,
kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan
antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok lain, serta
antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi antar-negara berlangsung
sangat cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas dunia dapat
dengan mudah diakses melalui teknologi informasi seperti melalui internet.
Perpindahan uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat diakukan
dalam hitungan detik. Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas
yang berlangsung dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut

setiap negara untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut.


Bangsa yang yang mampu membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber
daya manusianya, kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi
sehat tersebut. Di sinilah pendidikan -- termasuk pendidikan diharuskan
menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para siswa
yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi
gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.
Kondisi Pendidikan di Indonesia
Proses belajar dalam pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar dapat memberi
pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap
manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses interaksi antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Belajar
juga merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Konsep teknologi pendidikan
menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan
berbagai jenis sumber belajar.
Dengan semakin cepatnya arus globalisasi, dunia pendidikan sekarang ini
menghadapi berbagai tantangan. Dunia pendidikan dituntut agar dapat
mendorong dan mengupayakan peningkatan kemampuan dasar untuk menjadi
individu yang unggul dan memiliki daya saing kuat secara cepat. Sementara
pandangan

masyarakat

pada

umumnya

mengenai

pendidikan

bersifat

konvensional yaitu mengkaitkan penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran


yang terjadi hanya berlangsung di dalam kelas, di mana sejumlah murid atau
peserta belajar secara bersama-sama memperoleh pelajaran dari seorang guru
atau instruktur.
Adanya isu sentral rendahnya mutu atau kualitas dan relevansi pendidikan
membuat lembaga pendidikan seperti sekolah dituntut untuk mempersiapkan
Sumber Daya Manusia yang kompeten. Di tambah lagi adanya otonomi daerah
juga membawa perubahan-perubahan serta penyesuaian pendidikan demokratis,

yang sangat memperhatikan keragaman kebutuhan daerah dan pemelajar itu


sendiri.
Timbulnya berbagai tuntutan tersebut membawa konsekwensi pada
perubahan paradigma dalam belajar mengajar menjadi pembelajaran. Strategi
dan pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi
pada siswa sebagai subyek (student centered). Guru bukan lagi satu-satunya
sumber belajar bagi siswa. Tanpa guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan
karena adanya sumber belajar yang lain. Sehubungan hal tersebut para pendidik
atau guru di sekolah diharapkan untuk dapat menggunakan sumber belajar
secara tepat.
Kualitas pendidikan di Indonesia pada saat ini masih belum dapat
memenuhi harapan, hal ini dapat dilihat dari peringkat Indonesia dalam Human
Development Index (HDI) yang masih rendah. Tahun 2006 Indonesia menempati
urutan 108 dalam Human Development Index (HDI) jauh dibawah Singapura,
Thailand, Malaysia, Filipina dan Brunai Darusalam. Dari data HDI tersebut, dapat
diasumsikan bahwa daya saing sumber daya manusia Indonesia masih rendah
dibandingkan dengan Negara Negara tetangga di wilayah Asia Tenggara bahkan
masih dibawah Vietnam yang belum lama terbebas dari perang selama bertahuntahun.
Sikap yang Harus Dilakukan oleh Masyarakat Indonesia terhadap
Globalisasi yang Berdampak bagi Dunia Pendidikan Indonesia.
Globalisasi selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu
globalisasi yang menampakkan wajah positif dan dampak negatif. Dampak positif
dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan dalam dunia pendidikan
Indonesia. Sedangkan untuk dampak negative, Menolak dan menghindarinya
sangatlah tidak mungkin dilakukan, yang bisa dilakukan adalah mengeliminasi
dan mereduksi dampak negative tersebut. Untuk menghadapi dampak negatif
globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, diperlukan sikap tegas dari
masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu

Bagi Pemerintah

Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat, dapat bergerak cepat


menemukan dan memperbaiki celah celah yang dapat menyulut kesenjangan
dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di
Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang
murahan tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di
Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya.
Namun hal tersebut baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah
baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala
nasional . Untuk dapat mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan
pembenahan terutama dalam bidang birokrasi. Korupsi mesti segera diberantas,
karena korupsi merupakan salah satu yang menghancurkan bangsa ini.

Ide

Menteri

Pendidikan

Nasional

(Mendiknas)

Moh.

Nuh

yang

mengingatkan, bahwa dalam dunia pendidikan tak boleh ada sikap diskriminatif
yang disebabkan adanya perbedaan kaya dengan miskin akibat faktor wilayah
kota dan desa sehingga seseorang kehilangan hak untuk mendapatkan
pendidikan. (Kompas.com tanggal 3 November 2009) Perlu diimplentasikan dan
dilaksanakan dengan segera, agar hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan yang layak dapat segera terwujud, dan dapat mendorong lembaga
pendidikan untuk mempertimbangkan kurikulum maupun metodologi yang tidak
banyak mengeluarkan biaya.

Selain itu membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak
saja menyentuh kemampuan dan kreativitas siswa melainkan juga ongkos
sekolah. Kriteria yang mempersyaratkan kemampuan menampung siswa tidak
mampu sekaligus kemampuan untuk mensejahterakan guru. Sekolah tidak lagi

diukur dari kemampuannya mencetak siswa yang pintar melainkan bagaimana


mengajarkan siswa untuk saling bertanggung jawab dan mempunyai solidaritas
tinggi. Standar internasional tentang kemampuan intelektual tidak akan bisa
diraih dengan kondisi struktural yang masih mengalami persoalan ketimpangan
dan kesenjangan sosial. Selain itu solusi-solusi lain yang dapat dilaksanakan
adalah
a. Meningkatkan mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa
Inggris dan Bahasa Asing lainnya
b. Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
c. Peningkatan Mutu Manajemen sekolah dan Manajemen pelayanan
pendidikan
d. Peningkatan Mutu sarana dan Prasarana
e. Penanaman nilai-nilai keteladanan
f. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
g. Penelitian dan pengembangan pendidikan

Bagi Siswa dan Masyarakat

Menjadikan Pancasila sebagai acuan

Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga


berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring.
Kemudian

dikalasifikasikan

kedalam

dua

golongan

Golongan pertama adalah golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian
bangsa Indonesia. Golongan pertama ini merupakan golongan yang diterima dan
dikembangkan, agar benar-benar sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa
Indonesia.

Golongan kedua adalah golongan yang tidak sesuai dengan watak dan
kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi
bahayanya bagi bangsa Indonesia.

Menjadikan pelajaran-pelajaran moral sebagai pelajaran Wajib

Pelajaran-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan


perbaikan akhlak (seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran wajib dalam penyusunan
kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan atau
spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak
yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapannya.

PENUTUP
Dalam berbagai takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu
saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih
dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan
peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu
tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan
tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan
tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam
pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian
dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga
memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat
kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan `kesalahan dunia pendidikan
nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena
mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar
kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini,

kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi,
maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa
kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning, repositioning
strategy, dan leadership. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari
transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang
juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk
mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit
kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang
dalam globalisasi.

DAFTAR RUJUKAN
http://wwwresqianugrahs.blogspot.com/2011/05/kualitas-pendidikan-indonesia-ditengah.html (di akses tanggal 24 Desember 2011)
http://jintut-nocturna.blogspot.com/2011/02/manajemen-pendidikan-nasionalmanajemen.html (di akses taggal 24 Desember 2011)
http://www.fpks.or.id/2010/11/membenahi-pendidikan-menghadapi-globalisasi/ (di
akses tanggal 24 Desember 2011)
http://zag.7p.com/globalisasi_pendidikan.htm (di akses tanggal 24 Desember
2011)

Anda mungkin juga menyukai