Anda di halaman 1dari 77

Diare pada Bayi dan Anak

Dr. N. Budi Santoso, Sp.A (K)


Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK. Unibraw/
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
2006

Pendahuluan
Diare penyebab morbiditas dan mortalitas yang
penting pada anak dinegara berkembang maupun
negara maju
Diseluruh dunia tahun 2003 : 1,5 milyar episode
diare kematian 1,5 2,5 juta/tahun

Kematian th 1982 = 5 juta/tahun, Th 1992 = 3


juta/tahun
AS 2003 : Balita = 16 juta episode diare, 200.000
MRS, kematian 200 400/th
Negara berkembang Balita = 3 4 episode diare/th
15 20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare

Indonesia :
Masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia
Salah satu dari 3 penyebab utama kunjungan ke
Puskesmas
30% TT di bangsal anak RS, diisi penderita diare
Angka kesakitan : (SU) 200 374/1000
penduduk/th episode diare 60 juta/tahun
(survei morbiditas 2003)
Balita : 1 2 kali diare/th

70 80% balita (40 juta) 1 2% dehidrasi


berat
Kematian : 200.000 400.000/tahun
SKRT SU = 23/100.000 penduduk
2001
Balita : 75/100.000 balita

Definisi:

Diare :
Defekasi encer / cair lebih dari 3x sehari dengan /
tanpa darah / lendir dalam tinja

Diare akut :
Diare yang terjadi secara mendadak pada anak
yang sebelumnya sehat
Berlangsung kurang dari 14 hari
Tinja lunak atau cair
Frekuensi sering dan tanpa darah
Mungkin disertai muntah dan panas

C o n t i n u e d .

Disentri :
Diare yang disertai darah dalam tinja
Terdapat lendir / mukus
Tenesmus

Diare persisten :
Diare mula-mula akut namun berlanjut lebih dari
14 hari

Dapat dimulai dari diare cair atau disentri


Sering disertai kehilangan BB

Epidemiologi :

Umur
Episode diare terutama pada usia kurang dari
2 tahun
Insiden paling tinggi pada umur 6 11 bulan,
pada masa diberikan MPASI (Makanan
Pengganti ASI)
Pola ini menggambarkan kombinasi faktor :
Efek penurunan kadar antibody dalam ASI
Kurangnya kekebalan aktif bayi
MPASI yang terpapar bakteri tinja

Cara penularan dan faktor resiko


Penularan umumnya secara fekal oral

Melalui makanan / minuman yang tercemar


enteropatogen
Atau kontak langsung dengan penderita atau
barang-barang yang tercermar tinja penderita
Tak langsung melalui lalat

4F (finger, flies, fluid, field)

Perilaku khusus yang meningkatkan resiko diare :


Tidak memberikan ASI eksklusif
Menggunakan susu botol
Menyimpan makanan tidak ditutup

Air minum yang tercemar


Tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar

sebelum makan dan

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi)


dengan benar

Faktor pejamu (host) yang meningkatkan


kerentanan terhadap diare :
Faktor-faktor ini dapat meningkatkan insiden,
beratnya penyakit dan lamanya diare :
1. Tidak mendapat ASI sampai umur 2 tahun
2. Kurang gizi
3. Campak

4. Immunodefisiensi

Variasi musiman
Variasi pada musiman dapat terjadi menurut letak
geografi

Sub tropik :
Diare karena bakteri lebih sering pada musim
panas
Diare
karena
virus,
terutama
puncaknya pada musim dingin

rotavirus,

Tropik :
Diare karena rotavirus sepanjang tahun, musim
kemarau frekuensi meningkat

Diare karena bakteri puncaknya pada musim


hujan

Etiologi:
70 90% penyebab diare akut dapat diketahui
dengan pasti

Penyebab dibagi 2 bagian :


1. Penyebab tidak langsung / faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya diare

2. Penyebab langsung

1. Penyebab tidak langsung / faktor-faktor


yang mempermudah terjadinya diare :
Keadaan
Gizi

Hygiene
Sanitasi

Sosial
Budaya

Penderita
diare meninggal
Kuman
Penyebab
Penyakit Diare

MASYARAKAT

Manusia
pembawa
kuman
Masyarakat
sehat

Kepadatan
penduduk

Sosial
ekonomi

Lain-lain
faktor

2. Penyebab langsung
Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus

Infeksi enteral

Infeksi

Bakteri : Vibrio, E. coli, Shigella,


Salmonella, Campylobactr,
Yersinia, Aeromonas
Protozoa : G. Lamblia, E.
Histolitica, Isospora belli

Parasit
Penyebab
diare

Cacing : Ascaris,
Trichuris, Oxyyuris,
Strongyloides
Jamur : Candida albicans

Infeksi parenteral : OMA, Tonsilofaringitis,


Bronkopneumonia, Campak
Malabsorbsi : KbH, Lemak, Protein
Makanan : basi, beracun

Alergi
Immunodefisiensi

Psikologis : takut, cemas

Kuman patogen penyebab penting diare akut


disemua negara berkembang :
Rotavirus (15 25%)

Escherichia coli enterotoksigenik (10- 20%)


Shigella (5 15%)
Camphylobacter jejuni (10 15%)
Cryptosporidium (5 15%)

Table 1
Jasad patogen yang sering didapatkan pada anak-anak dengan diare akut yang
datang ke sarana pengobatan di negara berkembang
Kuman patogen

Prosentase Antibiotika yang


Kasus
dianjurkan a

Virus

Rotavirus

15-25

Tidak ada

Bakteri

Escherichia coli
enterotoksigenik
Shigella

10-20

Tidak ada

5-15

Camphylobacter jejuni
Vibrio cholera 01
Salmonella (non-thypus)
Esherichia coli enteropatogenik

10-15
5-10b
1-5
1-5

TrimethoprimSulfamethoxazole
Asam nalidixat
Tidak ada
Tetrasiklinc
Tidak ada
Tidak ada

Cryptosporidium

5-15

Tidak ada

20-30

Tidak ada

Protozoa

Tidak terdapat dalam patogen

a untuk strain yang sensitive


b dalam daerah endemik. Mungkin lebih tinggi pada waktu epidemi
c yang juga efektif adalah furozolidone, trimethroprim-sulfamethoxazole, eritromisin dan chloramphenicol

Infeksi campuran yang terdiri dari 2 atau lebih kuman patogen terjadi pada 5-20%
kasus yang datang disarana kesehatan

Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare:
1. Diare osmotik :

akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat


diserap usus
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat
menarik air dan elektrolit kedalam rongga usus

terjadi diare

2. Diare sekresi :
akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding
usus
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus
terjadi diare

3. Gangguan motilitas usus


hiperperistaltik penyerapan makanan < diare
hypoperistaltik overgrowth bakteri diare

Perbedaan diare osmotik dan sekretorik


Osmotik

Sekretorik

< 500

> 500

Diare stop

Diare menetap

Osmolaritas tinja

400

280

Na tinja (mEq/l)

30

100

K tinja (mEq/l)

30

40

Volume tinja

Puasa

Patogenesis diare akut


1. masuknya kuman yang masib hidup ke dalam usus
halus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung
2. kuman berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus
3. oleh kuman dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya menimbulkan diare.

Patogenesa diare kronik :


Lebih rumit oleh karena terdapat beberapa faktor yang satu dengan
lainnya saling mempengaruhi.
1. Infeksi bakteri :
misalnya enterotoksigenik E. Coli yang sudah resisten
terhadap obab-obatan di Indonesia
overgrowth
dari
bakteri
pseudomonas, klebsiela, dll
2. Infeksi parasit :

entamoeba histolitika
giardia lamblia
candida, dll

non

pathogen

seperti

3. KKP (Kekurangan Kalori Protein)


KKP --> atropi semua organ
(mukosa usus, lambung, hepar, pankreas)
Defisiensi enzim-enzim
(laktase, maltase, sukrose, tripsin, pancreatin, lipase)
makanan tak dicema dan tak diabsorbsi dengan sempuma
makanan tersebut

overgrowth bakteri
menambah beratnya
malabsorbsi dan infeksi
diare

menyebabkan tekanan
koloid dalam usus

diare

4. Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama untuk daya tahan tubuh
Defisiensi SigA dan Cell Mediated Immunity

infeksi dan investasi parasit tak dapat diatasi

bakteri dll masuk ke usus dan berkembang biak (multiplikasi)

Diare kronik

Malabsorbasi

PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pada pernasukan air (input), merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan
asidosis).

keseimbangan

asam

basa

(metabolik

Metabolik asidosis ini terjadi oleh karena :


a. kehilangan Na bikarbonat bersarna tinja
b. adanya ketosis kelaparan
(metabolisme lemak tidak sempuma benda keton
tertimbun dalam tubuh)
c. penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan
d. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat tak
dapat diketuarkan ginjal (oliguri/anuri)
e. pemindahan ion Natrium dari ekstra ke dalam cair
intraseluler
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernafasan. Pernafasan terjadi cepat, teratur dan dalam yang
disebut pernafasan Kuszmaull

3. Hipoglikemi
2 - 3% dari anak-anak dengan diare
pada anak dengan gizi baik jarang
sering pada anak dengan KKP KEP
Hal ini terjadi karena :
a. penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati
terganggu.
b. Adanya gangguan absorsi glukosa (jarang)
Gejala :
timbul bila kadar glukosa darah :
pada bayi < 40 mg%
pada anak < 50 mg%
lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma

4. Gangguan Gizi
Selama sakit sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
penurunan berat badan dalam waktu yang singkat oleh
karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orangtua karena
takut diare/muntah bertarnbah hebat
b. Orangtua sering hanya memberikan air teh saja
c. Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam
waktu yang lama
d. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicema
dan di absorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik

5. Gangguan sirkulasi darah


Akibat diare dengan / tanpa muntah-muntah
dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa
renjatan (shock) hipovolemik akibatnya pefusi

jaringan berkurang terjadi hipoksia, asidosis


metabolik

bertambah

mengakibatkan

berat

perdarahan

yang

otak,

dapat

kesadaran

menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera


ditolong penderita dapat meninggal.

GEJALA KLINIS
mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu tubuh biasanya meningkat kemudian timbul diare
tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah
warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan
karena bercampur dengan empedu
anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan
tinja yang asam

C o n t i n u e d .

muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare


oleh karena lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan asam basa dan elektrolit
dehidrasi mulai tampak bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit
berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat
dibagi menjadi dehidrasi ringan (4 5%), dehidrasi
sedang (6 9%) dan dehidrasi berat ( 10%)
berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi
dehidrasi hipotonik (Na plasma < 130 mEq/L),
dehidrasi isotonik (Na plasma 130 - 150 mEq/L)
dan dehidrasi hipertonik (Na plasma >150 mEq/L)

TANDA - TANDA DEHIDRASI


Tanda tanda / gejala dehidrasi akan tampak bila
penderita banyak kehilangan cairan dan elektolit akibat
diare.
Tingkat beratnya/derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara:
Obyektif : dengan membandingkan berat badan
sebelum dan selama diare
Subyektif : dengan menggunakan kriteda WHO, Skor
Maurice King kriteria P2 diare, kriteria
MTBS, dll

WHO 1980

TANDA dan GEJALA


1.

Keadaan umum
dan kondisi
- Bayi dan anak
kecil

- Anak lebih
besar dan
dewasa

DEHIDRASI
RINGAN

DEHIDRASI
SEDANG

DEHIDRASI BERAT

Haus, sadar,
gelisah

Haus, gelisah
atau letargi
tetapi irritable

Mengantuk, lemas,
extremitas dingin,
berkeringat, sianotik,
mungkin koma

Haus, sadar
gelisah

Haus, sadar,
merasa pusing
pada
perubahan

Biasanya sadar,
gelisah, extremitas
dingin, berkeringat
dan sianotik, kulit
jari-jari tangan dan
kaki berkeriput,
kejang otot

2. Nadi radialis

Normal
Cepat dan
(frekuensi dan lemah
isi)

Cepat, halus,
kadang-kadang tak
teraba

3. Pernafasan

Normal

Dalam dan cepat

Dalam,
mungkin cepat

C o n t i n u e d ..
WHO 1980

TANDA dan
GEJALA
4. Ubun-ubun
besar
5. Elastisitas kulit

DEHIDRASI
RINGAN
Normal

DEHIDRASI
SEDANG
Cekung

Normal

Lambat

6.
7.
8.
9.

Normal
Ada
Lembab
Normal

Mata
Air mata
Selaput lendir
Pengeluaran
urin

DEHIDRASI BERAT
Sangat cekung

Sangat lambat (> 2


detik)
Cekung
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
Kering
Sangat kering
Berkurang dan Tidak ada urin untuk
warna tua
beberapa jam,
kandung kencing
kosong
Normal
< 80 mmHg,
rendah
mungkin tak terukur

10.Tekanan darah
sistolik

Normal

% kehilangan berat
Prakiraan
kehilangan cairan

4 5%
6 9%
40 50 ml/kg 60 90 ml/kg

10% atau lebih


100 110 ml/kg

MENILAI DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA DIARE


P2 DIARE DEPKES RI
PENILAIAN
1. LIHAT : KEADAAN UMUM

A
Baik, sadar

MATA

Normal

AIR MATA
MULUT dan LIDAH
RASA HAUS
2. PERIKSA : TURGOR KULIT

Ada
Basah
Minum biasa tidak
haus
Kembali cepat

3. HASIL PEMERIKSAAN :

TANPA DEHIDRASI

4. TERAPI :

Rencana Terapi A

B
* Gelisah, rewel

C
* Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Sangat cekung dan
Cekung
kering
Tidak ada
Tidak ada
Sangat kering
Kering
Malas minum atau
* Haus, ingin minum *tidak
bisa minum
banyak
* Kembali sangat
* Kembali lambat
lambat
DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana Terapi B

DEHIDRASI BERAT
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain

Rencana Terapi C

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lembut

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda


berikut ini :
Gelisah, rewel atau mudah masalah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya lambat

Tidak
cukup
tanda-tanda
untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan/sedang

DEHIDRASI BERAT

DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG

TANPA DEHIDRASI

PENATALAKSANAAN PENDERITA DIARE


Untuk dapat memberikan terapi terbaik bagi
penderita diare, perlu dilakukan hal-hal di bawah
ini secara sistematik :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan

ANAMNESA
1. Diare
sejak kapan (jam, hari)
frekuensinya
konsistensinya (lembek, cair, seperti air cucian
beras)
warna (kuning, hijau)
bau (amis, asam, busuk)
ada/tidak : darah, lendir
adakah anggota keluarga lainnya yang menderita
diare
2. Muntah : frequensi, volume
3. Kencing : biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing
dalam 6-8 jam terakhir

C o n t i n u e d ..
4. Adakah penyakit Lain yang menyertai : batuk pilek,
otitis media, campak
5. Makanan dan minuman sebelum dan selama diare

6. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare


memberi oralit
membawa berobat ke poli, RS atau ke dokter
obat-obatan yang diberikan
7. Riwayat immunisasi

PEMERIKSAAN FISIK
periksa apakah ada tanda-tanda dehidrasi
tentukan apakah diare tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan, sedang, atau berat
periksa apakah ada penyakit-penyakit lain : OMP,
pharyngitis, bronchitis, bronchopneumonia
periksa dan tentukan status gizinya

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan tinja
makroskopik dan mikroskopik
pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus
dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi
laktosa
bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
(culture dan sensitivity test)
2. Pemeriksaan analisa gas darah
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal
4. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium,
kalium, calsium dan fosfor (terutama pada penderita diare
yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia

PRINSIP :
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan
2. ASI dan makanan diteruskan
3. Antibiotika hanya bila ada indikasi
4. Tidak memberikan obat antidiare secara rutin
5. Obat penyakit penyerta
PEMBERIAN CAIRAN
Perlu diperhatikan 4 J pd pemberian cairan, yaitu :
a. Jenis cairan yang akan dipakai
b. Jalan pemberian
c. Jumlah cairan yang akan diberikan
d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

TERAPI REHIDRASI
Tujuan / terapi rehidrasi yang disebabkan diare :
1. Mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat (terapi rehidrasi)
2. Mengganti cairan yang hilang sampai diare
berhenti (terapi rumatan)
Kehilangan cairan dan elektrolit ini dapat
diganti baik secara oral maupun intravena
Rehidrasi intravena biasanya untuk rehidrasi
penderita dehidrasi berat

KOMPOSISI ELEKTROLIT TINJA PADA DIARE AKUT


Komposisi Rata-rata Elektrolit,
m.mol/l
Na
K
Cl
HCO3- Glukosa
Kolera

Dewasa

140

13

104

44

Balita
Diare non kolera

101

27

92

32

Balita
Larutan oralit

56
90

25
20

55
80

14
30*

111

Oralit 2002

75

20

65

10

75

* Asam sitrat, 10 m ml/l

UPAYA REHIDRASI ORAL (uro)


URO berdasarkan prinsip bahwa absorbsi natrium
usus (dan juga elektrolit lain dan air) dilakukan oleh
absorbsi aktif molekul makanan tertentu seperti
glukosa (yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa
atau tepung yang dimasak) atau L asam amino (yang
dihasilkan dari pemecahan protein dan peptida)
Bila diberikan cairan isotonik yang seimbang antara
glukosa
dan
garamnya,
absorbsi
ikatan
glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan diikuti
dengan absorbsi air dan elektrolit yang lain (gbr. 3C)

C o n t i n u e d ..

Proses ini akan mengoreksi kehilangan air dan


elektrolit yang terjadi pada diare, tidak tergantung
pada penyebab diare atau umur penderita
Oleh karena pada diare juga terjadi kekurangan
kalium dan kekurangan basa yang terjadi karena
diare, maka kalium dan garam sitrat (atau bikarbonat)
dimasukkan sebagai tambahan terhadap natrium
klorida
Campuran garam dan glukosa ini dinamakan oral
rehydration salt (ORS) atau di Indonesia dikenal
sebagai cairan rehidrasi oral (Oralit)

CAIRAN REHIDRASI ORAL (ORALIT)


Petunjuk yang dianjurkan oleh WHO/UNICEF dalam membuat
cairan oralit adalah sebagai berikut :
Cairan ini harus mempunyai osmolaritas yang mirip atau
kurang dari osmolaritas plasma, yaitu sekitar 300 mmol/liter
atau kurang
Konsentrasi natrium harus cukup untuk mengganti
kehilangan natrium secara efisien
Ratio glukosa terhadap natrium (dalam mmol/milter) harus
paling tidak 1:1 untuk mencapai penyerapan natrium yang
maksimal
Konsentrasi basa harus 10 mmol/liter untuk sitrat atau 30
mmol/liter untuk bikarbonat, sehingga tepat untuk
mengoreksi asidosis metabolik akibat diare
Konsentrasi kalium harus sekitar 20 mmol/liter untuk
mengganti kehilangan kalium dengan adekuat

Komposisi cairan oralit yang dianjurkan WHO / UNICEF Th 2002


Kandungan

Jumlah
g/l

Ion

Konsentrasi
mmol/l

Natrium klorida

2,6

Natirum

75

Trinatrium sitrat,
dihidrat

2,9

Sitrat

10

Kalium clorida

1,0

Kalium
Clorida

20
65

Glukosa (anhidrous)

13,5

Glukosa

75

* Natrium bikarbonat 2,5 g bikarbonat 30 mmol/L

KONSENTRASI NATRIUM :
Larutan oralit telah digunakan untuk mengobati berjutajuta penderita diare dengan berbagai penyebab, pada
semua umur dan telah terbukti aman dan efektif
Namun demikian, karena konsentrasi elektrolit tinja
bervariasi pada berbagai jenis diare dan umur
penderita, dokter kadang masih timbul pertanyaan
tentang penggunaan larutan oralit tunggal pada
berbagai klinik
Tinja penderita kolera mengandung relatif banyak
natrium, kalium dan bikarbonat. Tinja penderita diare
akut non kolera, natrium bikarbonat dan klorida lebih
rendah

Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan oleh


karena :
Pada diare dengan dehidrasi berat, kehilangan
natrium diperkirakan 70 110 mmol/L. konsentrasi
natrium 75 mmol/L pada larutan oralit berada dalam
rentang ini, jadi tepat untuk pengobatan dehidrasi
(rehidrasi)
Pada fase rumatan, konsentrasi natrium dalam tinja
rata-rata 50 mmol/L. koreksi bisa tetap dilakukan
dengan cairan oralit diselingi minum air/ASI. Cara ini
mengurangi konsentrasi natrium yang diminum ke
rentang nilai yang aman dan efektif

JUMLAH ORALIT YANG HARUS DIBERIKAN PADA PENDERITA DIARE :

1. DIARE TANPA DEHIDRASI


Berikan oralit dosis pemeliharaan seperti dibawah ini

(untuk mencegah dehidrasi), sampai diare berhenti

Jumlah oralit yang diberikan tiap b.a.b.

Umur
ml

Gelas

Dibawah 1 thn

50 100 ml

gelas

1 4 thn

100 200 ml

1 gelas

5 12 thn

200 300 ml

1 gelas

Dewasa

300 400 ml

2 gelas

2. DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG


Berikan oralit seperti dibawah ini, untuk mencegah dehidrasi :
1. a. Terapi dehidrasi : BB x 75 ml, habiskan 3 jam
b. Terapi rumatan : BB x 10 ml, setiap anak b.a.b.,
2. a. Terapi dehidrasi

berikan terus sampai diare berhenti

Jumlah oralit yang diberikan dlm 3 jam


Umur

ml

Gelas

Dibawah 1 thn

300 ml

1 gelas

1 4 thn

600 ml

3 gelas

5 12 thn

1200 ml

6 gelas

Dewasa

2400 ml

12 gelas

b. Terapi rumatan = lihat tabel diatas


Pemberian oralit sebaiknya menggunakan sendok

CAIRAN RUMAH TANGGA


Contoh :
Air tajin
Larutan gula garam
Sup
Air masak, dll

Meskipun komposisinya tidak setepat larutan


oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan rumah
tangga ini harus segera diberikan kepada anak
saat mulai diare dan tetap meneruskan ASI +
makanan

Tujuan pemberian cairan rumah tangga :


Mencegah terjadinya dehidrasi
Memudahkan penerusan pemberian makanan
karena nafsu makan terpelihara
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Bila cairan mengandung garam, kandungan
natriumnya harus sekitar 50 mmol/L (3 gr
garam dapur dalam 1 liter air)
Cairan yang berasal dari makanan yang
mengandung tepung lebih baik daripada yang
mengandung sukrosa, karena mempunyai
osmolaritas rendah

C o n t i n u e d ..
Bila yang diberikan hanya cairan yang bebas
garam, pemberian makanan yang mengandung
garam harus diteruskan
ASI harus terus diberikan
Teh yang sangat manis, soft drink dan minuman
buah komersial yang manis harus dihindarkan
(cairan ini sering Hiperosmolar, diatas 300 m
osm/l) karena kandungan gulanya yang tinggi

Cairan dengan efek laksatif seperti kopi juga


harus dihindarkan

Jumlah cairan rumah tangga yang harus diberikan


pada saat awal diare :
Berikan cairan rumah tangga sebanyak anak mau
Atau menggunakan petunjuk seperti pemberian
oralit pada penderita diare tanpa dehidrasi :
Dibawah 1 thn
= gelas setiap b.a.b.
1 - tahun
= 1 gelas setiap b.a.b.
5 12 tahun
= 1 gelas setiap b.a.b.
> 12 tahun
= 2 gelas setiap b.a.b.
Teruskan pemberian cairan ini sampai diare
berhenti

KEGAGALAN UPAYA REHIDRASI ORAL :

Pada keadaan tertentu upaya rehidrasi oral tidak berhasil


dan penderita harus mendapat pengobatan I.V. atau dgn

NGT, hal tersebut bisa terjadi karena :


1. Pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang
banyak (melebihi 15 ml/kgBB/jam). Jumlah oralit yang
diminum tidak cukup untuk mengganti kehilangan cairan
akibat diare, sehingga dehidrasi penderita tambah berat
2. Muntah yang sering

3. Tidak dapat minum : karena stomatitis, depresi susunan


saraf pusat karena obat (seperti antimuntah atau
antimotilitas), atau penderita tidak sadar

4. Kembung dan ileus paralitik


Bila perut mulai kembung, larutan oralit harus
diberikan dengan lebih lambat

Bila sangat kembung, atau bila ada ileus paralitik


karena obat (seperti codein, loperamide),
hipokalemi cairan harus diberikan I.V.

5. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi pada diare akut
Bila terjadi, pemberian oralit menyebabkan diare
bertambah hebat dan dehidrasi bertambah
karena glukosa yang ada dalam oralit tidak
diabsorbsi. Anak bisa menjadi hipernatremia

dan sangat haus

PENGOBATAN DIETIK (PEMBERIAN MAKANAN)

Pada diare akut penyerapan zat-zat makanan dapat


berkurang sekitar 30%, hal ini disebabkan karena :
Kerusakan sel spitel vili yang mengurangi luas
permukaan absorpsi usus
Defisiensi disakaride karena kegagalan produk
enzim oleh mikrovili yang rusak
Berkurangnya konsentrasi asam empedu yang
dibutuhkan usus absorpsi lemak

Transit makanan yang sangat cepat, yang


mengakibatkan tidak cukup waktu untuk
pencernaan dan absorpsi

Walaupun demikian oleh karena penyerapan zat-zat


makanan masih bisa mencapai sedikitnya 70%, maka
selama diare makanan tidak perlu distop, makanan
harus tetap terus diberikan dan merupakan bagian yang
penting dari tatalaksana diare pada anak
Keuntungan meneruskan memberi makanan :

Mencegah terjadinya penurunan BB/gangguan gizi


Mempercepat penyembuhan mukosa
Merangsang pemulihan dini fungsi pancreas dan
produksi enzim disakaride oleh mikrovili usus
Mempercepat pulihnya fungsi pencernaan dan
absorpsi dan zat-zat makanan ke keadaan normal

PEMBERIAN MAKANAN SELAMA DIARE


1. ASI
Selama diare, ASI diteruskan
Berikan ASI lebih sering
Meneruskan pemberian ASI penting oleh karena
ASI mengandung zat-zat gizi yang nilainya
tinggi dan mudah dicerna
Disamping itu ASI mengandung factor proteksi :
imunoglobulin (S.Ig.A), lekosit, makrofag
lyzozime, laktoferin cell growth promoting factor,
prebiotic, yang dapat membantu mempercepat
penyembuhan diare

2. Makanan padat atau lunak :


Bila anak berusia 4 bulan atau lebih dan sudah
dapat makanan padat atau lunak (MPASI),
makanan ini harus diteruskan dan disesuaikan
dengan umurnya
Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai diberi
makanan lunak, bila belum pernah diberi
Pemberian makanan mulai diberikan setelah
dehidrasi teratasi

Paling tidak 50% dari energi diet harus berasal


dari makanan
Pemberiannya dengan porsi kecil dan sering (6
kali/hari) dan anak dibujuk untuk makan

C o n t i n u e d
Pemilihan makanan sebagai berikut :
Gunakan makanan pokok setempat yang
dimasak dengan matang dan lunak serta mudah
dicerna seperti nasi, kentang, bakmi
Tingkatkan
kandungan
energinya
dengan
menambah 5 10 mg ml minyak nabati setiap
100 ml makanan
Campur makanan pokok dengan kacangkacangan dan sayuran serta bila mungkin
tambahkan tahu, daging atau ikan
Hindari makanan dan minuman yang manismanis seperti sari buah manis, minuman ringan

3. Intoleransi terhadap susu sapi :


Bila
terdapat
tanda-tanda
intoleransi
terhadap laktosa, berikan untuk sementara
susu rendah laktosa atau bebas laktosa
sampai diare berhenti, selanjutnya kembali
ke susu semula yang diminum sebelum anak
diare
Bila bayi minum ASI teruskan pemberian ASI

4. Vitamin A
Selama diare absorpsi vitamin A berkurang
Pada anak diare yang tinggal didaerah yang banyak
kekurangan vitamin A, periksa apakah ada tandatanda dan gejala kekurangan vitamin A
Bila terdapat buta senja atau tanda-tanda
xerophthalmia, beri vitamin A 200000 i.u. per oral,
sedangkan untuk bayi vitamin A 100.000/oral
Anak yang menderita campak sebulan sebelumnya
harus dineri vitamin A dosis tunggal seperti diatas
Selanjutnya ibu dinasehatkan untuk memberi
makanan yang banyak mengandung vitamin A
seperti buah-buahan, wortel, ubi rambat, pisang dan
sayuran yang berwarna hijau tua

Pemberian makanan sesudah diare


Makanan yang dianjurkan selama diare harus
diteruskan setelah diarenya berhenti
Berikan makanan ekstra 1 kali setiap hari selama
1 2 minggu untuk memulihkan gizinya

Bila anak kurang gizi cara ini harus diteruskan


untuk waktu yang lebih lama : 2 4 minggu

C o n t i n u e d .
Tujuan pemberian makanan setelah diare
berhenti selain untuk memulihkan gizinya juga
untuk mencapai dan mempertahankan pola
pertumbuhan yang normal
Makanan yang dianjurkan adalah makanan biasa
yang dikonsumsi pada keadaan sehat

Dengan pemberian makanan seperti diatas


resiko untuk terjadi diare berikutnya dapat
dicegah
Pantau timbangan berat badannya sampai
pertumbuhan anak normal kembali dengan
menggunakan kartu KMS

OBAT-OBATAN :
PENGOBATAN KAUSAL :
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare
diberikan setelah diketahui penyebabnya yang pasti
Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan
antibiotics sistemik
Jika tidak terdapat infeksi parenteral, seharusnya
antibiotika baru diberikan bila pada pemeriksaan
laboratorium (kultur tinja) ditemukan kuman
patogen
Di Indonesia diperkirakan kasus diare yang
disebabkan infeksi (termasuk virus) kira-kira 50
75%, menemukan kuman pada pemeriksaan
mikroskopik/biakan umumnya sulit dan lama

C o n t i n u e d .
Sebagai pedoman bila pada pemeriksaan tinja
ditemukan lekosit 10 20/LP (pembesaran 200 kali)
maka penyebab diare dapat dianggap infeksi enteral
Pada penderita
diberikan kalau :

diare

antibiotika

hanya

boleh

Ditemukan bakteri patogen pada biakan tinja

Pemeriksaan
tinja
makroskopik/mikroskopik
ditemukan darah pada tinja
Secara
klinis
terdapat
tanda-tanda
menyokong adanya infeksi interal
Pada neonatus
nosokomial

jika

diduga

terjadi

yang
infeksi

Tabel 2 : Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus
Sumber : Gray dkk, 1979
Simtom dan
gejala

Rotavirus

E. coli
enterotoksigenik

E. coli entero
invasif

Salmonella

Shigella

V. cholerae

Mual dan
muntah
Panas
Sakit

Dari
permulaan
+
Tenesmus

Kadang-kadang

+
Tenesmus
Kolik
Hipotensi

+
+
Tenesmus
Kolik Pusing

Jarang
+
Tenesmus
Kolik Pusing

Jarang

Kolik

Bakteriemia,
toksemia
sistemik
Sedikit
Sering

Dapat ada
kejang

Gejala lain
Sifat tinja :
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Mukus
Darah
Bau

Sedang
Sampai
10/lebih
Berair
Jarang
-

Warna

Hijau kuning

Leukosit

Sifat lain

Sering distensi
abdomen
Banyak
Sering
Berair
+
Bau tinja

Tidak berwarna
-

Sedikit
Sering
Kental
+
+
Tidak
spesifik
Hijau

Berlendir
+
Kadangkadang
Bau telur
busuk
Hijau

Sedikit
Sering sekali
Kental
Sering
Sering
Tidak berbau

Sangat byk
Hampir terus
menerus
Berair
Flacks
Anyir

Hijau
+

Tinja seperti
air cucian
beras

Tabel 3 : Penggunaan antimikrobial pada kasus diare akut tertentu


Diagnosis klinis

Tersangka Kolera

Obat pilihan

Tetracyclin
Anak-anak : 50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis x 3 hari
Dewasa : 500 mg 4 x sehari x 3
hari

Obat pengganti

Furozoline
Anak-anak : 5 mg/kgBB/hari dibagi 4
dosis x 3 hari
Dewasa : 100 mg 4 x sehari x 3 hari
Erythromycin
Anak-anak : 30 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis x 3 hari
Dewasa : 250 mg 4xseharix3 hari

Shigella disentri

Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dibagi Nalidixic Acid


4 dosis x 5 hari atau
55 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis x 5
hari (semua umur)
Trimethoprim (TMP)
Metronidazole Tetracyclin
Sulfamethaxazole (SMX) Anak50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis x 5
anak : TMP 10 mg/kgBB/hari
hari (semua umur))
dibagi 2 dosis x 5 hr Dewasa :
TMP 160 mg dan 800 mg 2 x
sehari x 5 hari

Amubiasis akut

Metronidazole
Anak-anak : 30 mg/kgBB/hari x 5
10 hari
Dewasa : 750 mg 3 x sehari x 5
10 hari

Pada kasus yang sangat berat,


Dehydroemetine HCl dengan suntikan
intramuscular yang dalam : 1 1 .5
mg/kgBB, maksimum 90 mg sampai 5
hari tergantung reaksi badan (respon)
( semua umur

1. Semua dosis yang diberikan adalah pemberian


melalui mulut, kecuali bila ditetapkan lain
2. Penetapan (keputusan) pemilihan pengobatan harus
memperhatikan resistensi di daerah tersebut
3. Pengobatan dengan antibiotika bukanlah satusatunya cara untuk suksesnya pengobatan, tetapi
dapat dipersingkat lamanya penyakit dan timbulnya
kuman-kuman pada kasus-kasus yang berat
4. Pilihan lain termasuk : Chloramphenicol dan TMP
SMX
5. Antimikrobial terutama dipakai pada anak dengan
demam yang tidak mau turun
6. Tinidazole dan omidazole dapat juga dipakai

PENGOBATAN SIMTOMATIK :
1. OBAT-OBATAN ANTIDIARE
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare
secara cepat seperti Antispasmodic/spasmolitik
seperti
papaverin,
extractum
belladonna,
loperamid,
codein,
dsb,
justru
akan
memperburuk keadaan penderita
Obat-obatan tersebut menghentikan peristaltic
saja, diare terlihat berhenti, tetapi perut
bertambah kembung, dehidrasi bertambah berat.
Cairan terkumpul dilumen usus, terjadi
overgrowth bakteri, gangguan digestif dan
gangguan absorbsi yang akhirnya dapat
berakibat fatal untuk penderita

C o n t i n u e d .
2. ADSORBENS
Kaolin, pectin, norit, tabonal, attapulgite dan
smectite, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya

3. ANTIMIETIK
Pemberian obat antiemetik pada penderita diare
yang disertai muntah pada umumnya tidak
diperlukan. Muntah akan berhenti bersamaan
dengan hilangnya dehidrasi

PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA


Penyakit penyerta yang sering :
Penyakit jantung yang berat/gagal jantung
Ensefalitis
Penyakit ginjal
Pneumonia
MEP berat
Pada MEP berat cairan rehidrasi yang digunakan adalah
ReSoMal

Antibiotika
diberikan
penyertanya

sesuai

dengan

penyakit

PENCEGAHAN DIARE
Pencegahan diare yang dilaksanakan dengan tepat
dapat mengurangi insiden diare dan menghindarkan dari
kematian
Ada 7 cara pencegahan diare yang cukup efektif dan
dapat dilaksanakan, yaitu :
1. Pemberian ASI eksklusif untuk 4 6 bulan pertama dan
dilanjutkan sampai usia 2 tahun
2. Pemberian makanan pendamping ASI yang tepat jenis,
tepat waktu dan bersih
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan & untuk minum
4. Cuci tangan

5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak

Anda mungkin juga menyukai