DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
MODUL I
: PENGENALAN CASEMIX/INA-CBG................................................
MODUL II : KOSTING DALAM INA-CBG.............................................................
MODUL III : KODING DALAM INA-CBG...............................................................
MODUL IV : SOFTWARE INA-CBG......................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
1
2
3
25
42
55
69
1
Copyright 2014 National Casemix Center
KATA PENGANTAR
2
Copyright 2014 National Casemix Center
MODUL I
PENGENALAN SISTEM CASEMIX/INA-CBG
Bagi Masyarakat
Memberikan prioritas perawatan pada pasien berdasar tingkat keparahan
penyakit
Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik
Mengurangi resiko yang dihadapi pasien
Mempercepat pemulihan dan meminimalisasi kecacatan
Adanya kepastian mutu dan kepastian biaya.
Bagi Kementerian Kesehatan
Dapat mengevaluasi dan membandingkan kinerja rumah sakit
Benchmarking
Area untuk audit klinis
Mengembangkan clinical pathway dan SPO
Menstandarisasi proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Adanya standar untuk pengalokasian biaya jamkesmas.
SISTEM INA-CBG
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 2006
dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi
pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 pada 15 rumah sakit
vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh rumah sakit yang bekerja
sama untuk program Jamkesmas.
Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INADRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia Case
Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United
Nation University) Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010 sampai
Desember 2013, pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
Lanjutan dalam Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan INACBG.
Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan 3 kali
perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG tahun 2008, tarif INA-CBG tahun 2013
dan tarif INA-CBG tahun 2014. Tarif INA-CBG mempunyai 1.077 kelompok tarif
terdiri dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode grup/kelompok rawat
jalan, menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD-9-CM
5
Copyright 2014 National Casemix Center
Keterangan :
1. Digit ke-1 merupakan CMG ( Casemix Main Groups)
2. Digit ke-2 merupakan tipe kasus
3. Digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus
4. Digit ke-4 berupa angka romawi merupakan severity level
Struktur Kode INA-CBG terdiri atas :
a. Case-Mix Main Groups (CMGs)
Adalah klasifikasi tahap pertama
Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z)
Berhubungan dengan sistem organ tubuh
Pemberian Label Huruf disesuaikan dengan yang ada pada ICD 10 untuk
setiap sistem organ
Terdapat 30 CMGs dalam UNU Grouper (22 Acute Care CMGs, 2 Ambulatory
CMGs, 1 Subacute CMGs, 1 Chronic CMGs, 4 Special CMGs dan 1 Error
CMGs)
Total CBGs sampai saat ini sebanyak 1220.
31 CMGs yang ada dalam INA-CBG terdiri dari :
6
Copyright 2014 National Casemix Center
7
Copyright 2014 National Casemix Center
NO
1
10
11
12
13
14
Deleiveries Groups
15
16
17
18
19
20
8
Copyright 2014 National Casemix Center
CMG
Codes
21
22
23
Ambulatory Groups-Episodic
24
Ambulatory Groups-Package
QP
25
Sub-Acute Groups
SA
26
Special Procedures
YY
27
Special Drugs
DD
28
Special Investigations I
II
29
Special Investigations II
IJ
30
Special Prosthesis
RR
31
Chronic Groups
CD
32
Errors CMGs
GROUP
Group-1
Group-2
Group-3
Group-4
Group-5
Group-6
Group-7
Group-8
Group-9
Group-0
9
Copyright 2014 National Casemix Center
c. Kode CBG
Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBG yang dilambangkan dengan
numerik mulai dari 01 sampai dengan 99.
d. Severity Level
Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan
tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun
komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi
menjadi :
1) 0 Untuk Rawat jalan
2) I - Ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa komplikasi
maupun komorbiditi)
3) II - Sedang Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (denganmild
komplikasi dan komorbiditi)
4) III - Berat Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major
komplikasi dan komorbiditi)
Contoh kode INA-CBG
Tipe Layanan
Rawat Inap
Rawat Jalan
Kode INA-CBG
I 4 10 I
I 4 10 II
I 4 10 III
Q 5 18 0
Q 5 35 0
Istilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari Kode INA CBG bukan
menggambarkan kondisi klinis pasien maupun diagnosis atau prosedur namun
menggambarkan tingkat keparahan (severity level) yang dipengaruhi oleh diagnosis
sekunder (komplikasi dan ko-morbiditi).
TARIF INA-CBG DALAM JKN
Tarif INA-CBG yang digunakan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) per 1 Januari 2014 diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan,
dengan beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Pengelompokan Tarif 7 kluster rumah sakit, yaitu :
Tarif Rumah Sakit Kelas A
Tarif Rumah Sakit Kelas B
Tarif Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
Tarif Rumah Sakit Kelas C
Tarif Rumah Sakit Kelas D
Tarif Rumah Sakit Khusus Rujukan Nasional
Tarif Rumah Sakit Umum Rujukan Nasional
10
Copyright 2014 National Casemix Center
Special Prosedure
Special Drugs
Special Investigation
Special Prosthesis
Top up pada special CMG tidak diberikan untuk seluruh kasus atau kondisi,
tetapi hanya diberikan pada kasus dan kondisi tertentu. Khususnya pada
beberapa kasus atau kondisi dimana rasio antara tarif INA-CBG yang sudah
dibuat berbeda cukup besar dengan tarif RS. Penjelasan lebih rinci tentang
Top Up dapat dilihat pada poin D.
4. Tidak ada perbedaan tarif antara rumah sakit umum dan khusus, disesuaikan
dengan penetapan kelas yang dimiliki untuk semua pelayanan di rumah sakit
berdasarkan surat keputusan penetapan kelas yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI.
5. Tarif INA-CBG merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen
sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis
maupun non-medis.
Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, maka tarif INA-CBG
yang digunakan setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas D sesuai regionalisasi
masing-masing.
Penghitungan tarif INA CBGs berbasis pada data costing dan data koding
rumah sakit. Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel)
representasi dari kelas rumah sakit, jenis rumah sakit maupun kepemilikan rumah
sakit (rumah sakit swasta dan pemerintah), meliputi seluruh data biaya yang
dikeluarkan oleh rumah sakit, tidak termasuk obat yang sumber pembiayaannya dari
program pemerintah (HIV, TB, dan lainnya). Data koding diperoleh dari data koding
11
Copyright 2014 National Casemix Center
rumah sakit PPK Jamkesmas. Untuk penyusunan tarif JKN digunakan data costing
137 rumah sakit pemerintah dan swasta serta 6 juta data koding (kasus).
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013,
mengamanatkan tarif ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun. Upaya
peninjauan tarif dimaksudkan untuk mendorong agar tarif makin merefleksikan
actual cost dari pelayanan yang telah diberikan rumah sakit. Selain itu untuk
meningkatkan keberlangsungan sistem pentarifan yang berlaku, mampu mendukung
kebutuhan medis yang diperlukan dan dapat memberikan reward terhadap rumah
sakit yang memberikan pelayanan dengan outcome yang baik. Untuk itu keterlibatan
rumah sakit dalam pengumpulan data koding dan data costing yang lengkap dan
akurat sangat diperlukan dalam proses updating tarif.
REGIONALISASI
Regionalisasi dalam tarif INA-CBG dimaksudkan untuk mengakomodir
perbedaan biaya distribusi obat dan alat kesehatan di Indonesia. Dasar penentuan
regionalisasi digunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik
(BPS), pembagian regioalisasi dikelompokkan menjadi 5 regional. Kesepakatan
mengenai pembagian regional dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) dengan hasil regionalisasi tingkat propinsi sebagai berikut.
Daftar regionalisasi tarif INA-CBG
REGIONALISASI
I
II
III
IV
IV
Banten
Sumatera Barat
NAD
Kalimantan Selatan Bangka Belitung
DKI Jakarta Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Tengah NTT
Jawa Barat
Sumatera Selatan Jambi
Kalimantan Timur
Jawa Tengah Lampung
Bengkulu
Kalimantan Utara
DI Yogyakarta Bali
Kepulauan Riau
Maluku
Jawa Timur
NTB
Kalimantan Barat
Maluku Utara
Sulawesi Utara
Papua
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
12
Copyright 2014 National Casemix Center
DD01 Streptokinase
DD02 Deferiprone
DD03 Deferoksamin
DD04 Deferasirox
Jenis
Kode
Peraw
INA-CBG
atan
I-4-10-I
Rawat
I-4-10-II
Inap
I-4-10-III
D-4-13-I
Rawat
D-4-13-II
Inap
D-4-13-III
D-4-13-I
Rawat
D-4-13-II
Inap
D-4-13-III
D-4-13-I
Rawat
D-4-13-II
Inap
D-4-13-III
A-4-10-I
Rawat A-4-10-II
Inap
A-4-10-III
Tipe
Special CMG
I210,I211,I212,I213,I214,I219,I2
Special Drug
33
D561,D562,D563,D564,D568
Special Drug
D561,D562,D563,D564,D568
Special Drug
D561,D562,D563,D564,D568
Special Drug
A021,A207,A227,A391,A392,A39
3,A394,A398,A399,A400,A401,A
402,A403,A408,A409,A410,A411, Special Drug
A412,A413,A414,A415,A418,A41
9,A427,B377,R571
13
Copyright 2014 National Casemix Center
YY02
YY03
YY04
YY05
YY06
YY08
Jenis
Peraw
atan
Kode
INA-CBG
E-1-01-I
Rawat
E-1-01-II
Inap
E-1-01-III
M-1-04-I
Hip Replacement
Rawat
M-1-04-II
/knee replacement
Inap
M-1-04-III
I-1-40-I
Rawat
PCI
I-1-40-II
Inap
I-1-40-III
H-1-30-I
Rawat
Keratoplasty
H-1-30-II
Inap
H-1-30-III
B-1-10-I
Rawat
Pancreatectomy
B-1-10-II
Inap
B-1-10-III
Repair of septal defect
I-1-06-I
Rawat
of heart with
I-1-06-II
Inap
prosthesis
I-1-06-III
C-4-12-I
Stereotactic Surgery & Rawat
C-4-12-II
Radiotheraphy
Inap
C-4-12-III
Tumor pineal Endoskopy
YY09
Torakotomi
YY10
Lobektomi /
bilobektomi
YY11
Air plumbage
YY12
Timektomi
YY13
Vitrectomy
YY14
Phacoemulsification
YY15
Microlaringoscopy
YY16
Cholangiograph
J-1-30-I
Rawat
J-1-30-II
Inap
J-1-30-III
J-1-10-I
Rawat
J-1-10-II
Inap
J-1-10-III
J-4-20-I
Rawat
J-4-20-II
Inap
J-4-20-III
D-1-20-I
Rawat
D-1-20-II
Inap
D-1-20-III
H-1-30-I
Rawat
H-1-30-II
Inap
H-1-30-III
Rawat
H-2-36-0
Jalan
Rawat
J-3-15-0
Jalan
Rawat
B-3-11-0
Jalan
Tipe
Special CMG
0713,0714,0715,0717
Special
Procedure
8151,8152,8153,8154,8155
Special
Procedure
3606,3607,3609
Special
Procedure
1160,1161,1162,1163,1164,1169
Special
Procedure
5251,5252,5253,5259,526
Special
Procedure
3550,3551,3552,3553,3555
Special
Procedure
Z510,9221,9222,9223,9224,9225
,9226,9227,9228,9229,9230,923
1,9232,9233,9239
Special
Procedure
3402,3403
Special
Procedure
3241,3249
Special
Procedure
3332
Special
Procedure
0780,0781,0782
Special
Procedure
1473
Special
Procedure
1341
3141,3142,3144
5110,5111,5114,5115,5213
Special
Procedure
Special
Procedure
Special
Procedure
14
Copyright 2014 National Casemix Center
II01
Other CT Scan
II02
Nuclear Medicine
II03
MRI
II04
Diagnostic and
Imaging Procedure of
RR01
Subdural grid
electrode
RR02
Cote graft
RR03
TMJ Prothesis
RR04
RR05
Jenis
Peraw
atan
Rawat
Jalan
Rawat
Jalan
Rawat
Jalan
Rawat
Jalan
Kode
INA-CBG
Z-3-19-0
8741,8801,8838
Z-3-17-0
9205,9215
Z-3-16-0
8892,8893,8897
H-3-13-0
9512
G-1-10-I
Rawat
G-1-10-II
Inap
G-1-10-III
I-1-03-I
Rawat
I-1-03-II
Inap
I-1-03-III
M-1-60-I
Rawat
M-1-60-II
Inap
M-1-60-III
G-1-12-I
Rawat
G-1-12-II
Inap
G-1-12-III
M-1-04-I
Rawat
M-1-04-II
Inap
M-1-04-III
Tipe
Special CMG
Special
Investigation
Special
Investigation
Special
Investigation
Special
Investigation
0293
Special
Prosthesis
3581
Special
Prosthesis
765
Special
Prosthesis
3974
Special
Prosthesis
8151,8152,8153,8154,8155
Special
Prosthesis
2. Special CMG untuk Subakut dan Kronis dengan penjelasan sebagai berikut :
Special CMG subakut dan kronis diperuntukkan untuk kasus-kasus Psikiatri serta
kusta dengan ketentuan lama hari rawat (LOS) dirumah sakit sebagai berikut :
Fase Akut
: 1 s/d 42 Hari
Fase subakute
: 43 s/d 103 Hari
Fase Kronis
: 104 s/d 180 Hari
Special CMG subakut dan kronis berlaku di semua rumah sakit yang memiliki
pelayanan psikiatri dan kusta serta memenuhi kriteria lama hari rawat sesuai
ketentuan diatas. Perangkat yang akan digunakan untuk melakukan penilaian
pasien subakut dan kronis dengan menggunakan WHO-DAS (WHO Disability
Assesment Schedule) versi 2.0. Penghitungan tarif special CMG subakut dan
kronis akan menggunakan rumus sebagai berikut :
Fase Akut
: Tarif Paket INA-CBG
Fase Subakut
: Tarif Paket INA-CBG + Tarif Subakut
Fase Kronis
: Tarif Paket INA-CBG + Tarif Subakut + Tarif Kronis
15
Copyright 2014 National Casemix Center
WHO-DAS
1. WHO-DAS adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur disabilitas.
Instrumen ini dikembangkan oleh Tim Klasifikasi, Terminologi, dan standar WHO
dibawah The WHO/National Institutes of Health (NIH) Joint Projecton Assesment
of Classification of Disability.
2. Dalam konteks INA-CBG :
a. Versi yang digunakan adalah versi 2.0, yang mengandung 12 (duabelas)
variabel penilaian (s1-s12)dengan skala penilaian 1 (satu) sampai dengan 5
(lima), sehingga total skor 60 (enampuluh)
b. Tidak digunakan sebagai dasar untuk pemulangan pasien tetapi sebagai
dasar untuk menghitung Resource Intensity Weight (RIW) pada fase
subakut dan kronis bagi pasien psikiatri dan pasien kusta
c. Penilaian/assessment dilaksanakan pada awal fase subakut (hari ke-43)
dan awal fase kronis (hari ke-104) yang dihitung sejak hari pertama pasien
masuk.
d. Penilaian dilakukan dengan metode wawancara langsung (interview)
dan/atau observasi oleh psikiater atau dokter ahli lainnya, dokter umum,
maupun perawat yang terlatih
e. Lembar penilaian ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) dengan mencantumkan nama jelas (Perangkat lengkap
WHO-DAS terlampir)
3. Salinan lembar hasil scoring WHO-DAS yang telah ditandatangani oleh
DPJP dilampirkan sebagai bahan pendukung pengajuan klaim.
4. Petugas administrasi klaim atau koder melakukan input hasil scoring WHODAS berupa angka penilaian awal masuk pada periode subakut atau kronis
ke dalam software INA-CBG pada kolom ADL, selanjutnya software akan
melakukan penghitungan tarif secara otomatis.
EPISODE
Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter,
pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. Pada sistem INA-CBG,
hanya ada 2 episode yaitu episode rawat jalan dan rawat inap, dengan beberapa
kriteria di bawah ini :
1. Episode rawat jalan
Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara
16
Copyright 2014 National Casemix Center
pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan
obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak
dihitung sebagai episode baru.
Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang
dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi
medis, dianggap sebagai episode baru.
Pemeriksaan penunjang khusus dirawat jalan (MRI, CT Scan) tidak menjadi
episode baru karena termasuk dalam special CMG.
Pelayanan IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayanan bedah sehari
(One Day Care/Surgery) termasuk rawat jalan
Pasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayanan rawat jalan pada
satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama, terdiri dari satu atau lebih
diagnosis, dimana diagnosis satu dengan yang lain saling berhubungan atau
tidak berhubungan, dihitung sebagai satu episode.
2. Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan darurat pada hari
pelayanan yang sama, maka dianggap sebagai episode baru.
3. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien mendapatkan
perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas
rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif)
walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi pasien rawat inap.
4. Pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di
rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode
rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat
darurat sudah termasuk didalamnya.
5. Dalam hal pelayanan berupa prosedur yang berkelanjutan di pelayanan rawat
jalan seperti radioterapi, kemoterapi, rehabilitasi medik dan pelayanan gigi,
episode yang berlaku adalah per satu kali kunjungan.
17
Copyright 2014 National Casemix Center
Manajemen dan profesi serta komponen rumah sakit yang lain harus
mempunyai persepsi dan komitmen yang sama serta mampu bekerja sama
untuk menghasilkan produk pelayanan rumah sakit yang bermutu dan cost
efective. Bukan sekedar untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Sebagai
tim semua komponen rumah sakit harus memahami tentang konsep tarif paket,
dimana dimungkinkan suatu kasus atau kelompok CBG tertentu mempunyai
selisih positif dan pada kasus atau kelompok kasus CBG yang sama pada
pasien berbeda ataupun pada kelompok CBG lain mempunyai selisih negatif.
Surplus atau selisih positip pada suatu kasus atau kelompok CBG dapat
digunakan untuk menutup selisih negatif pada kasus lain atau kelompok CBG
lain (subsidi silang). Sehingga pelayanan rumah sakit tetap mengedepankan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
2. Meningkatkan efisiensi
Efisiensi tidak hanya dilakukan pada sisi proses seperti penggunaan sumber
daya farmasi, alat medik habis pakai, lama rawat, pemeriksaan penunjang yang
umumnya menjadi area profesi tetapi juga pada sisi input seperti perencanaan
dan pengadaan barang dan jasa yang umumnya menjadi area/tanggung jawab
menejemen. Sisi proses umumnya lebih menekankan pada aspek efektifitas
sedangkan sisi input umumnya lebih menekankan aspek efisiensi. Keduanya
harus mampu berinteraksi untuk menghasilkan produk pelayanan yang cost
effective. Sisi proses dalam hal melakukan efisiensi juga harus mampu
mengurangi atau bahkan menghilangkan pelayanan yang berlebih dan tidak
diperlukan (over treatment dan atau over utility). Seperti penggunaan/pemilihan
obat yang berlebihan dan pemeriksaan penunjang yang tidak selektif dan tidak
kuat indikasinya. Efisiensi juga harus dilakukan pada biaya umum seperti
penggunaan listrik, air, perlengkapan kantor dan lain-lain. Inefisiensi pada sisi
input maupun proses akan berpengaruh pada ongkos/biaya produksi pelayanan
rumah sakit yang mahal.
3. Memperbaiki mutu rekam medis
Tarif INA-CBG sangat ditentukan oleh output pelayanan yang tergambar pada
diagnosis akhir (baik diagnosis utama maupun sekunder) dan prosedur yang
telah dilakukan selama proses perawatan. Kelengkapan dan mutu dokumen
rekam medis berpengaruh pada koding, grouping dan tarif INA-CBG.
18
Copyright 2014 National Casemix Center
19
Copyright 2014 National Casemix Center
untuk tujuan mendapatkan grouping pada kelompok tariff yang lebih besar.
3. Melakukan input diagnosis dan prosedur hingga proses grouping berkali-kali
sengaja
dengan
tujuan
20
Copyright 2014 National Casemix Center
pembiayaan. Dan jika hal ini terjadi maka biaya tetap atau Fixed cost suatu rumah
sakit akan sangat tinggi dan sudah pasti akan berpengaruh terhadap kebijakan
pentarifan, terif menjadi sulit bersaing dan tentu saja akan merugikan investornya.
Hal lain adalah bagaimana kita mensiasati agar rumah sakit menjadi rumah
sakit dengan bangunan yang mampu mengakomodasi fungdi fungsi yang
nantinya akan dilaksanakan di rumah sakit tersebut. Tentu saja fungsi harus
diterjemahkan menjadai bangunan yang memadai dengan melihat luasan,
pencahaayan, ventilasi, akses, integrasi, zoning bahkan ramah lingkungan, dan
faktor estetika.
Pada saat ini perencanaan bangunan rumah sakit mengarah kepada yang kita
kenal green hospital atau khususnya green building. Yang dimaksud disini adalah
bagaimana bangunan yang tidak terlalu menghamburkan biaya dan pencemaran.
Misalnya one bed one window, jendela yang cukup memadai, sehingga setiap
pasien bisa menikmati pencahayaan dan sirkulasi udara yang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien yang dirawat pada bangunan rumah
sakit yang seperti ini tingkat kesembuhannya lebih cepat dua setengah hari
dibanding dirawat pada ruangan yang mengandalkan air kondition dan
pencahayaan listrik healing power of nature.
Tentunya open space dan
pertamanan juga merupakan dukungan yang seharusnya ada di rumah sakit.
Menggunakan bahan bahan bangunan yang ramah lingkungan, jika rumah
sakit berada pada daerah gempa sebaiknya menggunakan seismic isolation agar
bangunan tahan gempa, walaupun harganya tiga kali lipat dari fondasi bangunan
tersebut dan setiap kolom bangunan harus dipasang alat ini.
b. Perencanaan Pengadaan Peralatan Medis
Didalam master plan akan tercantum peralatan medis yang akan digunakan,
perlu di listing dan dikelompokkan kemudian lakukan standarisasi peralatan
medis, yang diupayakan dengan merek yang sama, atau dari fabrikan yang sama
dengan mempertimbangkan sisi harga dan maintenance peralatan medis
tersebut.
Ada rumah sakit yang menggunakan peralatan medis dari fabrikan yang sangat
terkenal, pertimbangannya adalah akurasi, daya tahan alat dan rendah energy,
akan tetapi harganya sangat mahal. Adapula yang menggunakan peralatan medis
dari fabrikan yang kurang terkenal, harganya murah akan tetapi biasanya boros
energy dan daya tahannya tidak sebaik merek terkenal. Namun hal ini berpulang
kepada para investor itu sendiri.
c. Perencanaan Bisnis Rumah Sakit
Business plan sebaiknya memunculkan cost containment didalamnya dengan
target atau standar penekanan biaya, misalnya didalam standar atau target
22
Copyright 2014 National Casemix Center
strategy map, pada kolom internal business process the Balance scorecard,
dimunculkan angkanya atau kebijakannya.
Kemudian setiap pejabat struktural dan pejabat fungsional menyusun strategic
action plan untuk menjabarkan business plan rumah sakit dengan mencantumkan
rencana cost containment dan nantinya akan dijabarkan menjadi annual plan
yang secara otomatis akan memunculkan cost containment yang harus
dilaksanakan oleh unit unit yang memiliki Annual plan unit. Dan disini
perencanaan cost containment akan menjadi jelas untuk dilaksanakan.
d. Perencanaan Rekruitmen Pegawai
Sama halnya dengan perencanaan pada setiap unit, pejabat yang
bertanggung jawab pada kepegawaian atau HRD, menyusun Strategic Action
Plan, Annual Plan, Accountability System. Yang harus ditekankan disini adalah :
Pada saat penerimaan pegawai maka penerimaan pegawai harus sesuai
dengan persyaratan kompetensi (skill, knowledge dan attitude) yang diminta
oleh jabatan yang akan dipangkunya, termasuk kesehatan fisik, jiwa dan
sosialnya.
Sistem remunerasinya harus sesuai dengan kompetensinya
Pada saat jabatannya akan dikukuhkan maka perlu diikat dengan contractual
agreement antara direktur RS dengan karyawan yang bersangkutan.
Pendidikan dan latihan harus terprogram dan dilaksanakan, agar
pengetahuan, keterampilan dan perilakunya berkembang kearah perbaikan.
Kontrolling keadaan karyawan dari mulai kesehatannya dan kinerjanya serta
kekeliruannya dalam bekerja
Rotasi dan mutasi yang sesuai dengan perkembangan kinerjanya.
Pemutusan hubungan kerja termasuk pensiun.
2. Kebijakan Direktur rumah sakit tentang cost containment
Kebijakan yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit tentang penekanan
biaya rumah sakit. Prinsip kebijakan tersebut adalah:
Seluruh karyawan harus memiliki budaya sadar biaya
Seluruh pejabat cost center maupun pejabat revenue center bertanggung
jawab terhadap penerapan kebijakan cost costainment.
Seluruh pejabat cost center maupun pejabat revenue center diwajibkan
memiliki dokumen SAP, Annual Plan Unit, Accountability System yang
didalamnya tercantum standar dan target penekanan biaya lengkap dengan
indikator keberhasilannya.
Menerapkan Cost containment strategy yang telah disusun oleh unit unit yang
bersangkutan.
Evaluasi bulanan tentang penerapan CCS.
Reward and punishment.
23
Copyright 2014 National Casemix Center
yang tidak sadar biaya akan meneggelamkan institusi dan jika institusi tenggelam,
maka secara tidak disadari bahwa tempat dimana para prosfesional bekerja akan
menjadi cedera dan tidak mampu membiayai perasional. Dengan demikian
sebenarnya akan merugikan para profesi itu sendiri, artinya kesinambungan
organisasi menjadi uncertainty.
Pada sisi lain inspirasi tidak akan bisa diakomodasi oleh institusi, akibatnya
banyak keluhan dikalangan para profesi bahwa organisasi tidak mampu memberikan
akomodasi yang memadai. Sesungguhnya bisa atau tidaknya suatu organisasi
mendukung pengembangan palayanan atas dasar inspirasi para profesi, akan
sangat tergantung kepada tersedianya biaya atau tidak. Banyak keluhan seperti ini
terjadi di beberapa rumah sakit sebenarnya hal ini akibat ketidak berdayaan rumah
sakit dalam pengendalian biaya yang diakibatkan karena budaya sadar biaya sangat
lemah di rumah sakit. Jadi apakah rumah sakit mampu berada pada staying in
business amat sangat tergantung kepada kesadaran semua pihak yang terkait di
rumah sakit itu sendiri. Apakah kita semua telah memiliki kesadaran tentang
pentingnya pembiayaan yang efektif atau hanya bekerja sesuai keinginan kita tanpa
memperhatikan efektifitas biaya. Karenanya budaya sadar biaya sangat penting
untuk dibentuk secara dini, agar rumah sakit mampu berada pada staying in
business dan mampu memberikan dukungan penuh terhadap para profesi sesuai
dengan ketersediaan dana yang efektif di rumah sakit. Jika budaya sadar biaya
sudah terbentuk di rumah sakit, maka secara otomatis institusi menjadi sehat dan
inspirasi para karyawan akan berkembang serta mampu terbiayai secara efektif.
25
Copyright 2014 National Casemix Center
MODUL II
KOSTING DALAM INA-CBG
Tujuan diadakannya sistem pembiayaan kesehatan diantaranya untuk
mendorong peningkatan mutu, mendorong layanan berorientasi pasien, mendorong
efisiensi, tidak memberikan reward thd provider yang melakukan overtreatment,
undertreatment maupun melakukan adverse event, mendorong terbentuknya
pelayanan tim.
Metode pembayaran yg digunakan saat ini ada 2 (dua) jenis yaitu sistem
prospektif (Prospective Payment) dan retrospektif (Retrospective Payment)
Prospective Payment
Payment are made or agreed upon in advance before provision of services
Case-mix payment
Capitation payment
Global budget
Retrospective Payment
Payment are made or agreed upon after provision of services
Fee-for-service
Payment per itemised bill
Payment perdiem
BIAYA
Pengertian Biaya ( Cost)
Biaya (cost) adalah seluruh pengorbanan (sacrifice) untuk memproduksi atau
mengkonsumsi suatu komoditas atau produk tertentu yang berwujud barang atau
jasa. Bentuk pengorbanan bisa berupa uang, tenaga, barang, kenyamanan, waktu
atau kesempatan (yang diukur dengan nilai moneter). Pengertian lainnya, Biaya
adalah nilai seluruh input yang dipakai untuk menghasilkan output.
Pengelompokan biaya
1. Berdasar fungsi :
a. Biaya Investasi
(Investment Cost) adalah biaya yang dipakai untuk
pembelian barang investasi/barang modal, barang investasi adalah barang
yang bisa dipakai berulang- ulang dan harganya lebih dari 500 ribu Rupiah,
dipakai lebih dari satu tahun dan tidak untuk dijual. Contoh : biaya investasi
gedung, investasi alat medis, investasi alat non medis, investasi saranaprasarana lainya dll. Biaya investasi berhubungan dengan opportunity cost
dan depreciation cost.
26
Copyright 2014 National Casemix Center
UNIT COST
Pengertian Unit Cost
Biaya Satuan (Unit Cost) adalah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi
atau mengkonsumsi satu barang atau jasa. Ditentukan oleh total biaya dan total
produksi. Dipakai sebagai alat untuk mengukur efisiensi, pricing policy, dan profit
suatu unit usaha.
Unit Cost
BIAYA INVESTASI
PEMELIHARAAN
OPERASIONAL
BIAYA TOTAL
OUTPUT
UNIT
COST
IIC (1 + r)t
L
Keterangan :
1. Suku Bunga Bank/Inflasi BI
2. Usia Teknis Gedung Ditjen Cipta Karya
3. Usia Teknis Alat Medik & Non Medik AHA
Contoh :
AIC 2004
= Rp. 8.100.000,AIC 2005
= Rp. 8.748.000,AIC 2006
= Rp. 9.447.840,AIC 2007
= Rp. 10.203.667,AIC 2008
= Rp. 11.019.961,AIC 2009
= Rp. 11.901.557,Jumlah Total = Rp. 59.421.025,Atau menggunakan table WHO Annualization factor .
Cara Menghitung Unit Cost
a. Metode Top Down Costing :
metode simple distribusi, Double Distribusi, metode multiple distribusi.
b. Metode Bottom Up Costing :
metode ABC (Activity Based Costing)
c. Metode Hybrid :
28
Copyright 2014 National Casemix Center
29
Copyright 2014 National Casemix Center
30
Copyright 2014 National Casemix Center
OVERHEAD
COST CENTRE
INTERMEDIATE
COST CENTRE
FINAL/PATIENT
CARE COST CENTRE
Metode Gabungan
Top-down costing exercises sometimes use bottom-up approaches based on
clinical pathway to generate allocation statistics or to cost a limited number of
services to validate top-down cost estimates. Bottom up designs within a top down
costing exercise typically include bottom up measurement of:
Priority services, treatment episodes, activities, or cost items
Services that are heterogeneous in their resource use (vary widely in their
complexity and coste.g., ICU services, laboratory tests, surgical procedures
Services where precision and accuracy of cost measurement is considered
important
Services where there is heavy personnel time or overheads that go into a
technology
Services or technologies where there is extensive sharing of personnel,
buildings, or equipment
Cost items that are anticipated to have the highest impact on total cost
Data that are missing or not routinely captured
Data for allocation statistics (e.g., personnel time worked)
31
Copyright 2014 National Casemix Center
Process
3. Sum the unit costs to calculate the total cost 3. Allocate costs to departments
per service/patient
proportionally according to their
consumption of resources
4. Construct the average cost for a particular
service or patient group
Cost Flow
Top-down Approach
5 | R4D.org
32
Copyright 2014 National Casemix Center
Top-down Approach
7 | R4D.org
33
Copyright 2014 National Casemix Center
Data dari rumah sakit yang digunakan dalam proses penghitungan tarif terdiri dari :
1. Data Kosting meliputi dasar kinerja RS selama tiga hingga lima tahun terakhir
dan data pembiayaan RS selama satu tahun terakhir
2. Data Koding 14 (empat belas) variable, dalam bentuk txt file
Data-data tersebut diverifikasi kelengkapan dan akurasinya, selanjutnya data kosting
diisikan sesuai Format Template Kosting, jangan sampai terjadi losscounting atau
double counting. Setelah data diisikan dalam format yg tersedia dilakukan analisa
data dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Analisis data kosting untuk pusat biaya overhead
2. Analisis data kosting untuk pusat biaya intermediate
3. Analisis data kosting untuk pusat biaya final
4. Analisis data dasar yang meliputi data kinerja dan data keuangan agregat
5. Analisis data tambahan
6. Hitung unit cost rawat jalan dan rawat inap
7. Hitung CBGs cost
8. Lakukan analisis statistik untuk data-data tersebut diatas
Hal penting dalam costing INA CBGs adalah :
Pengumpulan data yg terstandar
Metodologi kosting
Standar alokasi dan proporsi biaya
Kelengkapan dan akurasi data
Data koding yang dibutuhkan terdiri dari 14 (empat belas) variable yang terdiri dari :
1. Identitas Pasien
2. Tanggal Lahir
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Jenis Perawatan
6. Tanggal Masuk RS
7. Tanggal Keluar RS
8. Lama Rawatan(Length Of Stay/LOS)
9. Status Pulang
10. Berat Badan Bayi usia 0 28 hari (Gram)
11. Diagnosis Utama dan Diagnosis Sekunder (bila ada)
12. Prosedur/Tindakan
13. Score ADL
14. Item Special CMG
34
Copyright 2014 National Casemix Center
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2008
2009
2010
2011
BOR
ALOS
Turnover Interval (Hari)
Throughput/BTO (Pesakit/tempat tidur)
Jumlah Tempat Tidur Yang Tersedia
Jumlah Tempat Tidur Sebenarnya(Total)
Jumlah Tempat Tidur ICU/CCU/HDU
Jumlah Tempat Tidur Private Wing
Jumlah Hari Rawat Pasien
Jumlah Pasien Rawat Inap (Episode)
Jumlah Pasien Rawat Jalan (Episode)
Jumlah Perawat
Jumlah Semua Staf
Jumlah Biaya Operasional (Bukan Gaji)
Jumlah Biaya Operasional (Gaji)
Jumlah Biaya Non-Operasional (Investasi Alat)
Jumlah Biaya Non Operasional (Investasi Gedung
&Sarana Fisik Lainnya)
Total Biaya Rumah Sakit
Penerimaan Fungsional Rumah Sakit
a. Fungsional dari Jamkesmas
b. Fungsional dari Jamkesda
c. Fungsional dari Non Jamkesmas Jamkesda
Total Pendapatan
35
Copyright 2014 National Casemix Center
36
Copyright 2014 National Casemix Center
Data
Costing
DATA DASAR
DATA TEMPLATE
Data
Coding
Langkah Pembentukan
Tarif
TEMPLATE TXT
FILE
ANALISA
EKSPLORING
CLEANING
REKAP VARIABEL
TRIMING
INPUT CCM
CBGS-N-LOS
(14 VAR)
UNIT COST
CBGs COST
COST WEIGHT
CMI
HBR
PRELEMINARY TARIF
AF
TARIF
Berikut adalah hal-hal yang dapat menjadi akibat pembentukan tarif yg tidak baik :
1. Providers may charge informal payment to compensate for inadequate formal
payment.
2. Providers may avoid treating sicker patients.
3. Inappropriate referrals may occur.
4. Providers provide suboptimal care.
5. Services may be over or under utilize.
HBR
Which services
will be
included?
What costs will
be included in
the base rate?
Will the base
rate be the
same for all
hospitals?
Cost
Weight
Will cost
weights be
developed or
taken off the
shelf?
Will cost
weights be used
to give higher
priority to some
services?
Ajustmen
Factor
Will some
hospitals be
paid
more/less per
case? E.g.
rural or
teaching
hospitals
23
38
Copyright 2014 National Casemix Center
Allocation Statistics
No. of staff
Floor area
Floor area
No. of staff
Patient days
Patient days
6. Pharmacy
7. Radiology
8. Laboratory
9. Physiotherapy
10. Operation Theatre (General)
Prescribtions/drugs
Tests
Tests
Exams
Surgeries
Patient days
Patient days
Visit
Visit
39
Copyright 2014 National Casemix Center
40
Copyright 2014 National Casemix Center
Overall cost of treating a patient in the hospital by taking into account the
complexities of cases managed in the hospital
HBR =
Total Cost
Total # of equivalent cases x CMI
Dihitung masing2 RS
Dikelompokkan berdasar kelas dan jenis RS
Perkelompok RS diambil Mean HBR
Menggambarkan total biaya RS ((inpatient,outpatient) dibagi
jmlh output (inpatient/outpatient)
Meliputi HBR ranap dan rajal
41
Copyright 2014 National Casemix Center
42
Copyright 2014 National Casemix Center
Kelas RS
RS Pendidikan non pendidikan
Jenis RS : Umum, Khusus
Regionalisasi
Ketersediaan anggaran agar terlaksana
kontinuitas pelayanan.
Kelas RS
Jenis RS : Umum, Khusus
Regionalisasi
Ketersediaan anggaran agar terlaksana
kontinuitas pelayanan.
CBGs ttt utk RS kelas C dan D
CBGs ttt utk kelas A-B
CBGS ttt vs tarif RS (cost to charge ratio )
Special CMG
HOSPITAL LEVEL
Hospital Casemix Team
Clinical Specialists
Hospital Directors
43
Copyright 2014 National Casemix Center
MODUL III
KODING DALAM INA-CBG
Koding adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan diagnosis
sekunder sesuai dengan ICD-10 serta memberikan kode prosedur sesuai dengan
ICD-9-CM. Koding sangat menentukan dalam sistem pembiayaan prospektif yang
akan menentukan besarnya biaya yang dibayarkan ke Rumah Sakit.
Koding dalam INACBG menggunakan ICD-10 tahun 2008 untuk mengkode
diagnosis utama dan sekunder serta menggunakan ICD-9-CM untuk mengkode
tindakan/prosedur. Sumber data untuk mengkoding berasal dari rekam medis yaitu
data diagnosis dan tindakan/prosedur yang terdapat pada resume medis pasien.
Ketepatan koding diagnosis dan prosedur sangat berpengaruh terhadap hasil
grouper dalam aplikasi INA-CBG.
Koder adalah profesi rekam medis yang memforkuskan kegiatannya pada
pekerjaan koding penyakit dan prosedur/tindakan. Dalam melakukan tugasnya
seorang koder harus mengetahui, memahami dan mengimplementasikan pedoman
dan aturan pengkalisifikasian penyakit ICD-10 dan prosedur/ tindakan ICD-9CM.
berdasarkan hal tersebut, dirasakan perlu disusun modul Koding ICD-10 dan ICD-9
CM pada Sistem INACBG.
A. Koding Diagnosis Berdasarkan ICD-10
1. Sejarah dan Perkembangan Pemakaian ICD.
Konferensi di Genewa dilaksanakan berdasarkan atas kejadian yang terus
menerus dalam sejarah klasifikasi/statistik yang berlatar belakang peristiwa
Abad 18.
Pada edisi-edisi awal klasifikasi tersebut hanya menekankan pada sebabsebab kematian, pada revisi ke-6 thun 1948 cakupannya diperluas hingga
termasuk penyakit-penyakit yang tidak fatal akibatnya.
Perluasan atau pengembangan klasifikasi berlanjut terus hingga pada revisi
ke-9, dengan penemuan-penemuan tertentu untuk kebutuhan statistik secara
menyuluruh dari organisasi-organisasi yang berbeda.
Pada Konferensi Internasional revisi ke-9 (Genewa, 1975) disetujui untuk
publikasi ujicoba pemakaian tambahan dari prosedur pengobatan dan
kecacatan, ketidak mampuan dan cacat bawaan.
Pada Konferensi Internasional revisi ke-10 (Genewa, 1989) disetujui ICD-10.
2. Definisi
Suatu klasifikasi penyakit merupakan suatu sistem kategori yang
mengelompokkan suatu penyakit menurut kriteria yang telah disepakati.
44
Copyright 2014 National Casemix Center
47
Copyright 2014 National Casemix Center
pengangkatan
organ,
misalnya,
sindrom
lymphoedema
postmastectomy, hypothyroidism postirradiation. Beberapa kondisi
misalnya pneumonia, pulmonary embolism yang mungkin timbul dalam
periode postprocedural tidak dipandang satu kesatuan yang khas dan
diberi kode dengan cara yang biasa, tetapi kode tambahan opsional
dari Y83-Y84 dapat ditambahkan untuk identifikasi hubungan tersebut
dengan suatu prosedur.
Bila kondisi dan komplikasi postprocedural dicatat sebagai kondisi
utama referensi untuk modifier atau qualifier dalam indeks alfabet
adalah penting untuk pemilihan kode yang benar.
Contoh :
Kondisi utama
: Hypothyroidism karena thyroidektomi satu tahun
lalu
kondisi lain : Diberi kode postsurgical hypothyroidism (E89.0) sebagai kode utama
10) Aturan Reseleksi Diagnosis MB1 MB5
RULE MB1 :
Kondisi minor direkam sebagai diagnosis utama (main condition),
kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai diagnosis sekunder
(other condition).
Diagnosis utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang
terjadi, dan jenis spesialis yang mengasuh, maka pilih kondisi yang
relevan sebagai Diagnosis utama.
Contoh :
Diagnosis utama
: Sinusitis akut
Diagnosis sekunder : Carcinoma endoservik, Hypertensi
Prosedur
: Histerektomi Total
Spesialis
: Ginekologi
Reseleksi Carcinoma endoserviks sebagai kondisi utama.
RULE MB2 :
Beberapa kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama :
- Jika beberapa kondisi yang tidak dapat dikode bersama dicatat
sebagai diagnosis utama dan informasi dari rekam medis
menunjukkan salah satu dari diagnosis tersebut sebagai diagnosis
utama maka pilih diagnosis tersebut sebagai diagnosis utama.
- Jika tidak ada informasi lain, pilih kondisi yang disebutkan pertama
Contoh :
a) Diagnosis Utama : Osteoporosis
Bronchopnemonia
49
Copyright 2014 National Casemix Center
Rheumatism
Diagnosis Sekunder : Bidang specialisasi
: Penyakit Paru
Reseleksi Diagnosis utama Bronchopneumonia (J 18.9)
b) Diagnosis Utama : Ketuban pecah dini, presentasi bokong, anemia
Diagnosis Sekunder : Partus spontan
Reseleksi Diagnosis Utama Ketuban pecah dini
RULE MB3 :
Kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama menggambarkan suatu
gejala yang timbul akibat suatu kondisi yang ditangani.
Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu
masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai
kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis, terekam kondisi
lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi
ini terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis
utama.
Contoh:
Diagnosis Utama : Hematuria
Diagnosis Sekunder : Varises pembuluh darah tungkai bawah,
Papiloma
dinding posterior kandung kemih
Tindakan
: Eksisi diatermi papilomata
Specialis
: Urologi
Reseleksi Papiloma dinding posterior kandung kemih (D41.4) sebagai
diagnosis utama.
RULE MB4 :
Spesifisitas
Bila diagnosis yang terekam sebagai diagnosis utama adalah istilah
yang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat
tentang topografi atau sifat dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi
terakhir sebagai diagnosis utama : Contoh:
Diagnosis Utama
: Cerebrovascular accident
Diagnosis Sekunder
: Diabetes mellitus, Hypertensi, Cerebral
haemorrhage
Reseleksi cerebral haemorrhage sebagai diagnosis utama ( I61.9.)
RULE MB5 :
Alternatif diagnosis utama
Apabila suatu gejala atau tanda dicatat sebagai kondisi utama yang
karena satu dan lain hal gejala tersebut dipilih sebagai kondisi utama.
50
Copyright 2014 National Casemix Center
Bila ada 2 atau lebih dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik
sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.
Contoh :
a) Diagnosis Utama : Sakit kepala karena stess dan tegang atau
sinusitis akut
Diagnosis Sekunder : Reseleksi sakit kepala headache (R51) sebagai Diagnosis utama
b) Diagnosis Utama : akut kolesistitis atau akut pankreatitis
Diagnosis Sekunder : Reseleksi akut kolesistitis K81.0 sebagai diagnosis utama
b. Penentuan kode morbiditas penyebab eksternal:
Untuk cedera dan kondisi lain karena penyebab eksternal, kedua sifat
dasar kondisi dan keadaan penyebab eksternal harus diberi kode.
Biasanya sifat dasar diklasifikasi pada BAB XIX (S00-T98). Kode penyebab
external pd BAB XX (V01-Y98) digunakan sebagai kode tambahan
contoh :
Kondisi utama : Fraktur colum femoris karena jatuh tersandung pd
trotoar yang tidak rata.
Diberi kode Fracture of neck of femur (S72.0) sebagai kode utama. Kode
penyebab eksternal pada fall on the same level from slipping, tripping or
stumbing on street or hagway (W01.4) sebagai kode sekunder
B. Koding Prosedur atau Tindakan Berdasarkan ICD-9CM
1. Definisi ICD-9CM
Suatu klasifikasi tindakan/prosedur merupakan suatu sistem kategori yang
mengelompokkan suatu tindakan/prosedur menurut kriteria yang telah
disepakati.
2. Buku ICD-9CM
ICD-9CM terdiri dari 2 jilid : Buku jilid 1 berisi klasifikasi utama; Buku jilid 2
berisi indeks alphabet klasifikasi.
Daftar bab dan judul blok juga termasuk inti klasifikasi. Daftar tabular
memberikan seluruh rincian level 4 karakter dan dibagi dalam 16 bab.
3. Langkah langkah menggunakan ICD-9CM
a. Identifikasi tipe pernyataan prosedur/tindakan yang akan dikode dan lihat
di buku ICD-9-CM Alphabetical Index.
b. Tentukan Lead Term. Untuk prosedur/tindakan.
c. Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah kata kunci.
51
Copyright 2014 National Casemix Center
d. Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata kunci (penjelasan
ini tidak mempengaruhi kode) dan penjelasan indentasi dibawah lead
term (penjelasan ini mempengaruhi kode) sampai semua kata dalam
diagnosis tercantum.
e. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (see dan see also) yang ditemukan
dalam index
f. Cek ketepatan kode yang telah dipilih pada Tabular List.
g. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilih atau
dibawah bab atau dibawah blok atau dibawah judul kategori.
h. Tentukan Kode
4. Pedoman Koding Prosedur atau Tindakan Berdasarkan ICD-9CM
a. Prosedur Operasi
Didefinisikan sebagai prosedur diagnostik terapeutik atau besar yang
melibatkan penggunaan instrumen atau manipulasi bagian dari tubuh dan
pada umumnya terjadi dalam ruang operasi. Beberapa prosedur yang
dilakukan dalam ruang operasi dan atau dengan menggunakan general
anestesi termasuk pasien melahirkan normal.
b. Prosedur Non Operasi
Prosedur Investigasi dan terapi lainnya yang tidak termasuk operasi
seperti radiologi, laboratorium, fisioterapi, psikologi dan prosedur lainnya.
C. Penggunaan Koding ICD-10 dan ICD-9CM pada Aplikasi Software INACBG
1. Pengkodingan Bayi
Bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode diagnosis penyakit (P), hanya perlu
kode bahwa ia lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-)
Bayi yg lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan
melahirkan dapat digunakan kode P00-P04
Tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 P03.6
2. Penggunaan kode Z pada pasien kontrol ulang
Pasien yang datang untuk kontrol ulang dengan diagnosis yang sama seperti
kunjungan sebelumnya dan terapi (rehab medik, kemoterapi, radioterapi) di
rawat jalan menggunakan kode Z sebagai diagnosis utama dan kondisi
penyakitnya sebagai diagnosis sekunder. Contoh :
Kondisi utama
: Kemoterapi
Kondisi lain
: Ca. Mammae
Diagnosis Utama (DU) : kode kemoterapi (Z51.1)
Diagnosis Sekunder (DS) :Ca. Mammae (C50.9)
52
Copyright 2014 National Casemix Center
Kondisi utama
: Kontrol Hipertensi
Kondisi lain
:DU : kode kontrol (Z09.8) dan DS : Hipertensi (I10)
3. Dual klasifikasi
Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan,
maka dalam ICD 10 harus menggunakan satu kode.
Contoh :
Kondisi utama : Renal failure
Kondisi lain
: Hypertensive renal disease
Diberi kode hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)
4. Pengkodean untuk pasien Thalasemia
Pasien selain Thalasemia Mayor tidak mendapatkan top-up special drug.
Pasien Thalasemia Mayor adalah pasien yang mempunyai diagnosis baik
diagnosis primer maupun sekunder mempunyai kode ICD10 : D56.1
Jika pasien Thalasemia Mayor pada saat kontrol tidak diberikan obat kelasi
besi (Deferipone, Deferoksamin, dan Deferasirox) maka tetap diinpuntukan
sebagai rawat jalan dengan menggunakan kode Z09.8 sebagai diagnosis
utama
Jika pasien Thalasemia Mayor dirawat inap hanya untuk tranfusi darah tanpa
diberikan obat kelasi besi maka tetap menggunakan kode D56.1 sebagai
diagnosis utama dan tidak mendapatkan top-up special drug
5. Pengkodean untuk persalinan
Kaidah koding dalam ICD-10 kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis
sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, kecuali jika penyulitnya kode
O42.0 dan O42.1 maka O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama.
Contoh :
Diagnosis utama : Kehamilan (dilahirkan)
Diagnosis sekunder : Kegagalantrial of labour
Tindakan : Seksiosesarea
Diberi kode pada failed trial of labour, unspecified (O66.4) sebagai
diagnosis utama. Kode untuk caesarean section delivery, unspecified
(O82.9), dapat digunakan sebagai kode diagnosis sekunder
Diagnosis utama : Ketuban Pecah Dini kurang 24 jam
Diagnosis sekunder
: Tindakan
: Seksio sesar
Diberi kode caesarean section delivery, unspecified (O82.9) sebagai
diagnosis utama dan Premature rupture of membranes, onset of labour
53
Copyright 2014 National Casemix Center
54
Copyright 2014 National Casemix Center
Contoh:
1. Kode Z dan R dipakai sebagai diagnosis utama, padahalada diagnosis lain
yang lebihspesifik.
Contoh :
Diagnosis Utama
: Chest Pain (R07.1)
Diagnosis Sekunder
: Unstable Angina Pectoris (I20.0),
Seharusnya
Diagnosis Utama
: Unstable Angina Pectoris (I20.0)
Diagnosis Sekunder
: Chest Pain (R07.1)
2. Beberapa diagnosis yang seharusnya dikode jadi satu, tetapi dikode terpisah
Contoh :
Diagnosis Utama
: Hypertensi (I10)
Diagnosis Sekunder : Renal disease (N28.9)
Seharusnya dikode jadi satu yaitu Hypertensive Renal Disease (I12.9)
3. Kode asteris diinput menjadi diagnosis utama dan dagger sebagai diagnosis
sekunder.
Contoh :
Diagnosis Utama
: Myocardium (I41.0*)
Diagnosis Sekunder
: Tuberculosis of after specified organs (A18.5)
Seharusnya
Diagnosis Utama
: Tuberculosis of after specified organs (A18.5)
Diagnosis Sekunder
: Myocardium (I41.0*)
4. Kode untuk rutin prenatal care Z34-Z35 digunakan sebagai diagnosis
sekunder pada saat proses persalinan.
Contoh :
Diagnosis Utama
: Persalinandengan SC (O82.9)
Diagnosis Sekunder
:Supervision of other high-risk pregnancies (Z35.8)
KetubanPecahDini (O42.9)
Seharusnya
Persalinan dengan SC (O82.9)
Ketuban Pecah Dini (O42.9)
5. Diagnosis Utama tidak signifikan dibandingkan diagnosis sekundernya
Contoh :
Diagnosis Utama
: D69.6 Thrombocytopenia
Diagnosis Sekunder
: A91 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Seharusnya
Diagnosis Utama
: A91 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Diagnosis Sekunder
: D69.6 Thrombocytopenia
55
Copyright 2014 National Casemix Center
56
Copyright 2014 National Casemix Center
MODUL IV
SOFTWARE INA-CBG 4.0
DESKRIPSI SINGKAT
Software INA-CBG 4.0 merupakan software yang dikembangkan oleh
kementerian kesehatan RI yang merupakan pengembangan dari INACBG versi
sebelumnya, untuk mengakomodir perubahan yang terjadi pada sistem INA-CBG
yang digunakan pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Software INACBG saat ini sudah terinstall dirumah sakit yang bekerja sama dalam program JKN.
Pengembangan Software INA-CBG 4.0
Bab ini membahas tentang software serta mekanisme kerja INA-CBG dalam
melakukan input klaim yang dilakukan oleh petugas RS yang perlu diketahui oleh
petugas dirumah sakit yang bertanggung jawab dalam melakukan penginputan data
klaim. Metode yang digunakan dalam modul ini adalah demo, praktek dan tanya
jawab. Perubahan yang terjadi pada update software INA-CBG 4.0 diantaranya
adalah :
1. Penambahan Varibale Spesial CMG
2. Terdapat tarif kelas perawatan rawat inap kelas 1,2 dan 3
3. Terdapat tarif Top Up Spesial CMG
4. Input BHP (Bahan Habis Pakai) ditiadakan
57
Copyright 2014 National Casemix Center
58
Copyright 2014 National Casemix Center
59
Copyright 2014 National Casemix Center
Finish
60
Copyright 2014 National Casemix Center
Instalasi Grouper :
Klik next , kemudian masukkan password nya unucasemix selanjutnya ikuti
petunjuk sampai finish
1
61
Copyright 2014 National Casemix Center
62
Copyright 2014 National Casemix Center
Dalam Aplikasi INA-CBG juga terdapat menu untuk melakukan back up data
untuk pasien sudah dimasukkan apabila terjadi kerusakan pada software INACBG sehingga data bisa dilakukan restore kembali.
63
Copyright 2014 National Casemix Center
I.
64
Copyright 2014 National Casemix Center
3. Jika data yang kita masukkan belum pernah ada klaim/grouping maka
akan keluar pesan Belum ada klaim/grouping klik Klaim/grouping baru
untuk melanjutkan proses selanjutnya.
65
Copyright 2014 National Casemix Center
4. Isikan data data klaim pasien kemudian klik simpan, kemudian lanjutkan
ke proses selanjutnya :
66
Copyright 2014 National Casemix Center
sama
seperti
point
nomer
untuk
kode
67
Copyright 2014 National Casemix Center
8. Setelah kode diagnosa dan prosedur sudah selesai tersimpan klik Proses
CBG Grouper dan apabila sudah sesuai datanya klik final
9. Akan timbul menu konfirmasi . Ya jika telah benar atau klik Tidak jika ingin
mengedit ulang datanya
68
Copyright 2014 National Casemix Center
11. Isikan data yang akan dibuat laporannya: range pasien pulang, kelas
perawatan, rawat inap/rawat jalan, lalu klik tampilkan untuk melihat
datanya. Klik klaim pasien (PDF) untuk membuat laporan klaim perpasien
dengan format PDF, klik rekap TXT untuk membuat rekapitulasi dalam
bentuk TXT, klik Rekap PDF untuk membuat rekapitulasi dalam bentuk
PDF atau klik Hasil Grouper TXT untuk melihat hasil grouper dalam
bentuk TXT.
12. Hasil Rekap TXT. File hasil Rekap TXT inilah yang akan digunakan untuk
persyaratan klaim ke BPJS yang berasal dari software INA-CBG.
69
Copyright 2014 National Casemix Center
70
Copyright 2014 National Casemix Center
DAFTAR PUSTAKA
71
Copyright 2014 National Casemix Center