Jurnal
Jurnal
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Nama
NIM
: 6450401011
Jurusan
Fakultas
: Ilmu Keolahragaan
SARI
Annisa Shinta Wijayanti, 2005, Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan
Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Salah satu fungsi dari kadar hemoglobin dalam darah adalah menjaga
kondisi kesehatan. Kadar hemoglobin yang cenderung normal akan
memungkinkan seseorang mempunyai ketahanan dalam berkonsentrasi pada
sesuatu hal, termasuk berkonsentrasi dalam belajar. Dengan demikian, kadar
hemoglobin dalam darah mempunyai peran terhadap keberhasilan seseorang
dalam belajar, yang tercermin dari prestasi belajarnya. Ada beberapa siswi yang
mempunyai prestasi belajar rendah dan ada pula yang mempunyai prestasi belajar
tinggi. Masalahnya adalah apakah ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan
prestasi belajar siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang tahun
pelajaran 2004/2005.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 25 Semarang, dengan populasi
penelitian seluruh siswi sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
sampling purposive, yang menghasilkan jumlah sampel sebanyak 48 siswi.
Variabel bebas (X) penelitian adalah kadar hemoglobin darah, variabel terikat (Y)
penelitian adalah prestasi belajar dan variabel penganggu dalam penelitian ini
adalah bakat, minat dan motivasi, cara belajar, kesehatan, inteligensi, menstruasi,
penyakit kronik, perdarahan kronis, keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan
kadar hemoglobin dengan cara cyanmethemoglobin dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rank.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin darah
siswi adalah 12,27 gram %. Sebanyak 73% siswi mempunyai kadar hemoglobin
darah yang normal, sedangkan 27% mengindikasikan anemia. Hasil analisis data
dengan teknik Spearman Rank memperoleh koefisiensi korelasi sebesar +0,329.
Pada taraf signifikansi 0,05 korelasi variabel kadar hemoglobin dengan prestasi
belajar di dapat angka probabilitas 0,023. Oleh karena angka tersebut di bawah
0,05, maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya ada hubungan antara kadar
hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Tanda +
menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar hemoglobin(dalam batas normal) maka
semakin tinggi prestasi belajar. Koefisien korelasi +0,329 menunjukkan kurang
kuatnya korelasi antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar (di bawah 0,5).
Disarankan kepada sekolah hendaknya melakukan sosialisasi pentingnya
kesehatan terutama menjaga agar kadar hemoglobin tetap tinggi melalui programprogram UKS dan PMR di sekolah. Siswi hendaknya menjaga kondisi
kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi makanan sehat bergizi dan
mengandung zat besi untuk menghindari anemia. Juga kepada orang tua siswi
hendaknya berusaha selalu menghidangkan makanan sehat bergizi kepada putriputrinya, terutama makanan yang mengandung zat besi.
Kata Kunci : Kadar Hemoglobin, Prestasi Belajar
PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan mengikuti
ujian Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
Pada hari
Tanggal
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra.E.R Rustiana,MSi
NIP. 131472346
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
PENGESAHAN
Tanggal
:
Panitia Ujian
Ketua Panitia,
Sekretaris,
Drs. Sutardji, MS
NIP. 130523506
(Ketua)
(Anggota)
3. dr.Yuni Wijayanti
NIP. 132296578
(Anggota)
MOTTO :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orangorang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat
(Al Mujahadah : 11)
PERSEMBAHAN:
Karya ini kupersembahkan kepada :
KATA PENGANTAR
2.
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Oktia Woro K.H, Mkes
yang telah membantu dan memberikan surat pengantar untuk mengadakan
penelitian.
3.
4.
Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang, Bapak Drs. Kardi yang telah
memberikan izin penelitian.
6.
Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 25 Semarang yang telah membantu
pelaksanaan penelitian.
7.
8.
9.
Ayah, Ibu, Adik Dewi, Adik Fajar dan Semua Keluarga tercinta atas segala
doa dan pengorbanannya.
10.
Sahabatku Tika, Naning, Cholidah, Ita, Dewi yang telah membantu proses
penyusunan skripsi, memberikan doa, nasehat, waktu diskusi, pikiran dan
semangat yang diberikan kepada penulis.
11.
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik selalu penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga
amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT,
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semarang ,
Penulis
2005
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.....i
SARI... ii
PENGESAHAN.iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv
KATA PENGANTARv
DAFTAR ISI.vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR.....x
DAFTAR LAMPIRAN....xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul..1
1.2 Permasalahan..4
1.3 Tujuan Penelitian.. 4
1.4 Penegasan Istilah... 4
1.5 Manfaat Penelitian.5
DAFTAR TABEL
Halaman
1.Nilai ambang batas penentuan status anemia
13
2.Batasan Anemia
14
18
47
49
51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pembentukan Hemoglobin
19
3. Kerangka Berfikir
40
4. Kerangka Konsep
42
48
50
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 AlasanPemilihanJudul
Dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
kesehatan
individu,
keluarga
dan
masyarakat
termasuk
nasional,
mewujudkan
sumber
daya
manusia
yang
berkualitas.
Untuk
mewujudkan keadaan tersebut diperlukan tingkat kesehatan dan gizi yang optimal.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, yaitu peningkatan status gizi masyarakat. Suatu status gizi yang baik
akan mempengaruhi status kesehatan dan prestasi belajar seseorang. Masalah gizi
perlu perhatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Masalah gizi di Indonesia ada empat yaitu Kurang Energi Protein
(KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Yodium (GAKY), dan
Kurang Vitamin A (KVA) ( I Dewa Nyoman, 2001 : 1).
Menurut Penelitian Indah Indriati (2001:1) Anemia merupakan salah satu
masalah di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius, terutama anemia
gizi besi. Penyebab anemia gizi besi adalah karena jumlah zat besi yang
dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai
faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi besi, antara lain kebiasaan
makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat anemia gizi besi
adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat,
menurunnya kekebalan terhadap infeksi, morbiditas dan lain-lain. Prevalensi
anemia pada usia sekolah menurut hasil SKRT tahun 1995 yaitu 57,1 %
Defisiensi zat besi terutama berpengaruh pada kondisi gangguan fungsi
hemoglobin yang merupakan alat transport oksigen. Oksigen diperlukan pada
banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak-anak sekolah telah ditunjukkan adanya
korelasi antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan
bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun
(Achmad Djaeni, 2004:70).
Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat besi, pada
saat mengalami pertumbuhan yang sangat cepat yaitu masa puber (Thompson,
J.L, 1993:39). Dalam pertumbuhan tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah
banyak dari zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari
yang diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia. Remaja putri berisiko lebih tinggi
daripada remaja putra (Indah I, 2001).
Penelitian Indah Indriati pada siswi SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor
dengan jumlah sampel 83 siswi menunjukkan bahwa kejadian anemia gizi remaja
putri sebesar 42,2%.
Dari wawancara guru SMP Negeri 25 Semarang yang bertugas pada
kegiatan UKS, didapat tiga informasi yaitu pada tahun 2004 dilakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh guru pada kegiatan UKS,
hasil pengukuran tersebut terdapat 38,33 % siswi dalam kategori gizi
kurang; pemeriksaan tensi darah yang dilakukan oleh dokter Puskesmas
Bulu Lor bahwa murid sekolah tersebut hampir 40 % dari 7 kelas yang di
periksa, mempunyai tekanan darah yang rendah; dan sekolah tersebut juga
pernah mendapatkan makanan tambahan berupa biskuit bagi murid yang
menderita gizi kurang dari dokter Puskesmas Bulu Lor.
Dari hasil ujian nasional pada tahun 2003 sekolah SMP Negeri 25 Semarang
menduduki peringkat ke 18 ke atas dari 40 SMP Negeri yang ada di Semarang.
TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar
Penegasan Istilah
Untuk membatasi masalah, menghindari kemungkinan salah tafsir, maka
perlu ditegaskan istilah-istilah dalam skripsi ini. Beberapa istilah perlu ditegaskan
untuk mendapat penjelasan yaitu:
1.4.1
Kadar hemoglobin
1995:45).
Kadar
Hemoglobin
ditentukan
dengan
cara
Prestasi Belajar
Siswi
Pelajar wanita atau putri pada sekolah SMP Negeri 25
Semarang.
1.5
Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Hemoglobin
2.1.1.1 Pengertian Hemoglobin.
Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4
subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan
suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi.
Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul
hemoglobin. Ada dua pasang polipeptida didalam setiap molekul hemoglobin
(Ganong, William. F, 2003:513).
Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang
mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan PH normal melalui serangkaian
dapar intraselular. Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi.
Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Price,
Sylvia.A dan Wilson, Lorraine.M, 1995:231).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
berbagai enzim yang sebelumnya terdapat dalam sel darah merah dan protein
membran sel (Slamet Suyono, dkk, 2001:496).
Pembentukan hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian
dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit
meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit
tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya (Guyton
dan Hall, 1997:534).
2 sulsinil-KoA + 2 gilsin
4 pirol
protoporfirin IX + Fe
heme + polipeptida
2 rantai + 2 rantai
HC
CH
protoporfirin IX
heme
rantai hemoglobin ( atau )
hemoglobin A
N
H
(pirol)
hemoglobin,
oksihemoglobin,
methemoglobin
dan
akan
menyelenggarakan
perubahan
hemoglobin
menjadi
sianmethemoglobin.
4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai blanko
digunakan larutan Drabkin.
5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya dengan
absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera.
Catatan
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk
penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin
yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini
dapat mencapai 2 %.
Larutan
Drabkin:
natriumbikarbonat
g;
kaliumsianida
50
mg;
tinggi dari sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat disebabkan antara lain oleh
leukositosis,
lipemia
dan
adanya
globulin
abnormal
seperti
pada
macroglobulinemia.
Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara
cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka
(digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal
melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini.
Variasi-variasi fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal
menjadi tanpa makna.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih itu ke dalam pipet 2
atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6. Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran
menjadi coklat tua.
7. Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk
yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus dicapai
dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha
mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis
bagi tidak terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.
Catatan
Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik berdasarkan
kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini
juga kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin
asam, umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Kesalahan yang biasanya dicapai oleh 10 % kadar hemoglobin yang
ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain hanya patut
dilaporkan dengan meloncat-loncat g/dl, sehingga laporan menjadi ump,
11,11, 12, 12, 13 g/dl. Janganlah melaporkan hasil dengan memakai angka
desimal seperti 8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang
memadai tidak membolehkan laporan seperti itu.
Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam menurut
Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-bagian alat yang
berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak dapat saling dipertukarkan:
tabung pengencer berlainan diameter; warna standard berlainan intensitasnya; dll.
Selain cara sahli ada pula cara-cara lain yang berdasarkan kolorimetri
dengan hematin asam; di Indonesia cara sahli masih banyak digunakan di
laboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter. Yang
banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara-cara fotoelektrik dan kolorimetrik
visual (R. Gandasoebrata, 2001:11).
2.1.1.2.3
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari harga
normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gejala
yaitu lemah, lesu, letih, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang,
bibir tampak pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadangkadang pusing (I Dewa Nyoman , 2001:169).
Pengertian lain anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin dan volume sel pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, Sylvia.A dan Wilson, Lorraine.M, 1995:232).
Tabel 1
Nilai ambang batas penentuan status Anemia menurut WHO adalah
Kelompok
Batas Normal
Hemoglobin
1
2
Bayi / Balita
11 gram %
Usia sekolah
12 gram %
Ibu hamil
11 gram %
Pria dewasa
13 gram %
Wanita dewasa
12 gram %
Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169)
Tabel 2
Batasan Anemia ( menurut Departemen Kesehatan )
Kelompok
Batas Normal Hemoglobin
1
2
Anak Balita
11 gram %
Anak Usia Sekolah
12 gram %
Wanita Dewasa
12 gram %
Laki-laki Dewasa
13 gram %
Ibu Hamil
11 gram %
Ibu menyusui > 3 bulan
12 gram %
Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169)
Anemia dibagi menjadi 3 yaitu anemia ringan bila kadar hemoglobin diatas
10 gram % tetapi dibawah batas ketentuan, anemia sedang jika kadar hemoglobin
di antara 7 dan 10 gram %, dan anemia berat kalau kadar hemoglobin dibawah 7
gram % (DeMaeyer, E.M, 1995:27).
2.1.2.2 Macam-Macam Anemia (Slamet Suyono, dkk, 2001:497).
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh
terlalu sedikit.
2. Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang
terjadi akibat gangguan maturasi inti sel tersebut. Sel tersebut dinamakan
megaloblas.
3. Anemia Aplastik
4. Anemia pada Gagal Ginjal
Anemia yang terjadi apabila kreatinin serum lebih dari 3,5mg/dl atau GFR
menurun sampai 30% normal.
5. Anemia pada Penyakit Kronik
2.1.2.3
Penyebab Anemia
Penyebab anemia
2002:27):
1) Anemia dapat disebabkan oleh cacat atau masalah yang ada pada faktor
konstitusional dari SDM.
2) Anemia dapat disebabkan oleh faktor defisiensi atau kekurangan bahanbahan yang berasal dari luar, yaitu makanan, yang diperlukan untuk
sintesis komponen SDM.
3) Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan SDM yang baik dan sehat, yang
sudah dibuat dalam jumlah yang cukup.
4) Adanya reaksi imunitas (otoimun) dari sistem imun seseorang terhadap sel
darah merahnya sendiri, sedangkan SDM tersebut mungkin sehat-sehat
saja.
2.1.3 Anemia Defisiensi Besi
2.1.3.1 Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat
diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Zat besi
juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi lebih mudah diserap oleh usus
halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi
yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Ekskresi
zat besi dilakukan melalui kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan
dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedang
pada wanita ekskresi
Anemia defisiensi besi terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi
kebutuhan tubuh terlalu sedikit. Ketidakcukupan ini diakibatkan oleh kurangnya
pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan zat dalam makanan, meningkatnya
kebutuhan akan zat besi atau kehilangan darah yang kronis (DeMaeyer, E.M,
1995:1).
2.1.3.2 Penyebab Anemia Defisiensi Besi.
2.1.3.2.1 Kehilangan darah secara kronis
Pada wanita terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah
yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat
besi.
Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti
cacing tambang, Schistosoma dan mungkin pula Trichuris trichiura.
2.1.3.2.2 Asupan dan serapan tidak adekuat
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang
berasal dari daging hewan. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat
menganggu penyerapan zat besi secara bersamaan pada waktu makan
menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyerapan zat besi
Faktor makanan
1. Faktor yang memacu penyerapan zat besi bukan heme;
- Vitamin C
- Daging, unggas, ikan, makanan laut lain
- PH rendah
Kebutuhan zat besi dari 97,5 % individu berdasarkan zat besi yang
diterapkan, menurut usia dan jenis.
Usia/jenis kelamin
g/kg/hari
mg/hari
4 12 bulan
120
0,96
13 24 bulan
56
0,61
2 5 tahun
44
0,70
2 11 tahun
40
1,17
12 16 (wanita)
40
2,02
12 16 tahun (lelaki)
34
1,82
lelaki dewasa
18
1,14
wanita menyusui
24
1,31
wanita haid
43
2,38
18
0,96
wanita hamil
Zat besi dari plasma sebagian harus dikirim ke sumsum tulang untuk
pembentukan hemoglobin dan sebagian lagi diedarkan ke seluruh jaringan.
Cadangan besi disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin didalam hati atau
limpa.
Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine,
berjumlah 1 mg setiap harinya. Zat besi yang keluar melalui cara ini disebut
kehilangan besi basal (iron basal losses). Sedangkan pengeluaran besi melalui
hilangnya hemoglobin yang disebabkan menstruasi sebanyak 28 mg/periode
(Emma, 1999:13).
Usus halus 1 mg
Makanan 10 mg Fe
Tinja 9 mg Fe
Fe di dalam darah
(turn over 35 mg)
Sumsum tulang
Hati sebagai
ferritin 1 g
Seluruh
jaringan 34
2.1.3.7.2 Wanita :
-
Menurunkan kebugaran.
Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau
bayinya.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok (disamping anak usia pra
sekolah, anak usia sekolah, serta bayi) yang diprioritaskan dalam program
suplementasi. Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua
tablet yang dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut
kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.
2.1.3.9.2
Pendidikan
Pemberian tablet zat besi ini dapat menimbulkan efek samping yang
menganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan
tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka selama kehamilan
mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus
diberi pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat
anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi.
Sebagai catatan, subjek penelitian adalah remaja putri, jadi tidak
memerlukan perlakuan pemberian tablet atau suntikan zat besi seperti pada wanita
hamil, namun tetap memerlukan pendidikan tentang bahaya anemia bagi dirinya,
juga tentang penyebab anemia yaitu defisiensi besi.
2.1.3.9.3
Modifikasi makanan
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara :
1.
2.
mempromosikan
makanan
yang
dapat
memacu
dan
2.1.3.9.4
Fortifikasi makanan
Kategori Belajar
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar
di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti menbaca buku
belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian,
catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
kebutuhan studi.
6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat
membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif,
bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara
membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah. Hal ini sangat
membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu dikemudian hari, bila
diperlukan.
7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel, diagram,
ataupun bagan-bagan. Materi non verbal semacam ini sangat berguna bagi
seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambargambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu
pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.
8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Bila pembicaraan ini memasalahkan penyusunan paper, maka hal ini berhubungan
erat dengan masalah tulis menulis. Penulisan yang baik sesuai dengan prosedur
ilmiah dituntut dalam penulisan paper ini. Penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar menurut ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
dituntut, sehingga menghasilkan karya tulis yang bermutu tinggi.
9) Mengingat
Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang
sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan
mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah
dipunyai.
10) Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh
penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu,
Berpikir bukanlah sembarangan
2.1.5
Prestasi Belajar
2.1.5.1 Pengertian
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990:56).
Prestasi Belajar menurut Winkel merupakan taraf hasil belajar yang
ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan (Sri Triati,
2003).
2.1.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor.
Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar
dirinya (M. Dalyono, 1997:55).
Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala,
demam pilek, batuk dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar.
2. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan
kesiapan untuk belajar dari pengalaman (Saifuddin Azwar,1996:7).
yang
dimaksud
dengan
inteligensi
adalah
daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alatalat berpikir menurut tujuannya (Bimo Walgito, 2004:192).
Fungsi inteligensi adalah kemampuan-kemampuan untuk belajar
didalam situasi-situasi yang beraneka ragam, memahami dan
membandingkan fakta-fakta yang luas, halus dan abstrak dengan
cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap
masalah-masalah dan menunjukkan fleksibilitas dan kecerdikan
dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian (Oemar Hamalik,
2002 : 89).
inteligensi
individual
adalah
WAIS
(Wechsler
Adult
2004:199).
Adapun
tes
Inteligensi
yang
dapat
2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan
belajar,
kualitas
guru,
metode
mengajarnya,
Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
dari tes bentuk esai (Suharsimi Arikunto, 2003:164).
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang disajikan jauh lebih banyak
daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit
dapat diberikan 30 40 buah soal.
Kebaikan-kebaikannya :
1. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif
mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya
unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci
tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
3. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
4. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur objektif yang mempengaruhi.
Kelemahan-kelemahannya :
1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya
banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
Kadar Hemoglobin
Menurun
Anemia
Prestasi Belajar
Faktor Internal
- Keluarga
- Sekolah
- Masyarakat
- Lingkungan
sekitar
Kesehatan
Faktor Eksternal
- Inteligensi dan
Bakat
- Minat dan
Motivasi
- Cara Belajar
Gambar 3
Kerangka Berfikir
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi
SMP Negeri 25 Semarang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dengan
Variabel Terikat
Kadar
Hemoglobin
Prestasi
Belajar
V
Bakat, Penganggu
Minat dan
ariabel
Motivasi, Cara belajar
Inteligensi, kesehatan,
menstruasi, penyakit
kronik, perdarahan
kronis, keluarga,
sekolah, masyarakat,
lingkungan sekitar.
Gambar 4
Kerangka Konsep
Keterangan
-------------- = dikendalikan
= tidak diteliti
Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan melihat nilai 4 mata pelajaran semester satu pada
rapot.
3.7 Prosedur Penelitian
1.
Penyusunan Proposal
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
6 D 2
N ( N 1)
Keterangan :
= koefisien korelasi Spearman Rank
D = beda atau selisih antara jenjang setiap subjek
N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1998:262)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel kadar hemoglobin,
diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, kadar hemoglobin tertinggi adalah 14,25
gram % dan kadar hemoglobin terendah adalah 9 gram %. Rata-rata kadar
hemoglobin darah responden adalah sekitar 12,2746 gram % dan standar deviasi
0,94122.(Perhitungan dengan bantuan komputer pada lampiran 5).
4.1.2
Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel prestasi belajar,
diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, nilai tertinggi yang diperoleh siswi
adalah 30,90 dan nilai terendah adalah 21. Setelah dilakukan perhitungan,
diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar responden adalah 24,9896 dan standar
deviasi 2,20582. (Perhitungan dengan bantuan komputer pada lampiran 5).
Tabel 4
Tabulasi Kadar Hemoglobin Responden
Kriteria
Frekuensi
Normal
Anemia
Jumlah
35
13
48
Presentase
(dalam %)
73 %
27 %
100 %
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh visualisasi grafik sebagai
berikut:
Gambar 5
Kadar Hemoblobin Responden
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh
responden (sejumlah 48 siswi), sebanyak 35 orang (73%) mempunyai kadar
hemoglobin pada taraf normal, sedangkan 13 orang (27%) lainnya diketahui
mempunyai gejala anemia, yang ditunjukkan dari kadar hemoglobin darah mereka
yang berada di bawah 12 gram %.
Rata-rata kadar hemoglobin siswi SMP Negeri 25 yang menjadi anggota
sampel penelitian adalah 12,27 gram %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata kadar hemoglobin siswi SMP Negeri 25 Semarang adalah normal.
Kondisi ini merupakan salah satu modal kesehatan yang utama bagi para siswa,
dikaitkan dengan kesanggupan belajarnya untuk mencapai prestasi belajar yang
lebih tinggi.
4.2.2 Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang yang dijadikan sebagai data dalam
penelitian ini diperoleh dari rata-rata nilai ulangan dari mata pelajaran
matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai prestasi belajar terendah yang dicapai oleh
responden adalah 21 dan nilai tertinggi adalah 30,90. Penyajian data untuk
variabel prestasi belajar siswi akan diuraikan berikut ini dalam bentuk daftar
distribusi frekuensi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Menentukan skor tertinggi = 30,90
b. Menentukan skor terendah = 21
c. Menentukan rentang skor = skor tertinggi skor terendah
= 30,90 21 = 9,90
d. Menentukan jumlah kategori = 3 (Tinggi, Sedang, Rendah)
e. Menentukan panjang interval = rentang skor : jumlah kategori
= 9,90 : 3 = 3,3
f. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar
Skor
Kategori
Frekuensi
21,0 24,2
24,3 27,5
27,6 30,9
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
20
24
4
48
Presentase
(dalam %)
41,67 %
50 %
8,33 %
100%
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh visualisasi grafik sebagai
berikut:
Gambar 6
Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh
responden (sejumlah 48 siswi), sebanyak 4 orang (8,33%) mempunyai nilai
prestasi belajar pada kategori tinggi, 24 orang (50%) mempunyai nilai prestasi
belajar pada kategori sedang dan 20 orang (41,67%) mempunyai nilai prestasi
belajar pada kategori rendah.
Rata-rata nilai prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang yang menjadi
anggota sampel penelitian adalah 24,9896. Rata-rata nilai prestasi belajar tersebut
dibagi 4 mata pelajaran akan menghasilkan angka 6,25. Apabila menggunakan
angka acuan ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
responden masih di bawah target ketuntasan belajar yaitu 6,50.
4.3 Analisis Pengujian Hipotesis
Analisis pada tahap ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang
telah disusun. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi
Spearman Rank. Dengan menggunakan teknik tersebut akan diperoleh nilai
koefisien korelasi. Nilai tersebut bila di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang kuat,
sedang di bawah 0,5 menunjukkan korelasi lemah. Tanda korelasi juga
berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda (negatif) pada output menunjukkan
adanya arah yang berlawanan dan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.
Untuk signifikansinya jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan jika
probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak (Singgih Santoso, 2004:299). Hasil
perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0. Hasil tersebut
apabila di buat dalam bentuk tabel menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 6
Koefisiensi Korelasi Spearman Rank
Variabel
Koefisien korelasi
Probabilitas
Signifikansi
Kadar Hemoglobin
0,329
0,023
Prestasi Belajar
0,329
0,023
adalah dengan meminum vitamin penambah darah. Bila hasil tes inteligensinya
normal, dan tidak terlihat adanya gejala anemia, maka dapat ditelusuri penyebabpenyebab lainnya, mungkin ada masalah didalam keluarganya atau dalam
pergaulan dengan teman-temannya, atau gangguan yang lain. Gangguan diatas
belum diselidiki dalam penelitian ini.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan ini memperoleh simpulan adanya
hubungan antara kadar hemoglobin darah dengan prestasi belajar siswi. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metodologi seperti tercantum dalam bab III
skripsi ini, namun demikian peneliti mengakui masih terdapat beberapa
keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain
1. Hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar sebetulnya
tidak langsung yaitu bila kadar hemoglobin rendah, anak kurang mampu
berkonsentrasi dalam menerima pelajaran dan mencernannya, sehingga
hasil belajarnya rendah.
2. Saat sampel diambil darah untuk di periksa kadar hemoglobinnya
memang siswi sedang tidak menstruasi, tetapi tidak diselidiki ketika
mereka menjalani ulangan atau tes pelajaran, sedang menstruasi atau
tidak.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa simpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian serta saran yang dapat dikemukakan yang mendukung
tujuan penelitian.
5.1.
Simpulan
Berdasarkan analisis data menggunakan teknik korelasi Spearman Rank
antara variabel kadar hemoglobin dan prestasi belajar, pada taraf signifikansi
0,05 diperoleh nilai probabilitas kurang dari 0,05, maka Ho ditolak yang artinya
ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi. Hubungan
yang terjadi pada kedua variabel bersifat positif. Semakin tinggi kadar
hemoglobin (dalam batas normal) maka prestasi belajar siswi pun semakin tinggi.
Dan sebaliknya, semakin rendah kadar hemoglobin darah siswi maka prestasi
belajar siswi pun semakin rendah. Besarnya koefisien korelasi di bawah 0,5 yang
menunjukkan bahwa korelasi antara variabel kadar hemoglobin dan prestasi
belajar kurang kuat.
5.2.
Saran
Berdasarkan simpulan-simpulan yang telah diperoleh, dapat dikemukakan
beberapa saran terkait dengan tujuan dan manfaat penelitian, antara lain:
1. Pihak sekolah dan guru hendaknya selalu memberi informasi tentang
pentingnya kondisi kesehatan terutama dalam menjaga kadar hemoglobin
darah kepada siswi, karena dengan kadar hemoglobin yang prima akan
membantu siswi dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Usaha yang dapat
ditempuh misalnya dengan sosialisasi melalui mata pelajaran Olah Raga dan
Kesehatan, meningkatkan peran UKS, PMR sekolah dan membuat mading
berupa poster, leaflet.
2. Siswa hendaknya selalu berusaha untuk menjaga kondisi kesehatannya
sendiri, serta menjaga kadar hemoglobin darah dalam rangka memperlancar
dan meningkatkan prestasi belajarnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
misalnya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat yang mengandung zat
besi secara teratur, menghindari makanan-makanan yang membahayakan
kesehatan melalui mading berupa poster, artikel, leaflet dan petugas dari
puskesmas untuk penyuluhan.
3. Bagi orang tua siswi yang disampaikan melalui pertemuan orang tua,
hendaknya selalu mengontrol dan mengawasi pola konsumsi dari putriputrinya, serta berusaha untuk menghidangkan menu makanan yang seimbang
nilai gizinya, terutama makanan yang mengandung zat besi, sehingga putriputrinya tidak terkena anemia.
4. Bagi peneliti berikut yang akan melakukan penelitian yang sama tetapi dengan
menambah variabel, sebaiknya sampel diperbanyak dan pemeriksaan kadar
hemoglobinnya tidak hanya sekali.
DAFTRA PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid
II. Jakarta : Dian Rakyat
Arisman, MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi
Corwin, Elizabeth.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahm U.Pendit.
Jakarta : EGC
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
DeMaeyer, E.M. 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi.
Terjemahan Arisman M.B. Jakarta : Widya Medika
Emma S Wirakusumah. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : PT
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara
Ganong, William. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Brahm
U.Pendit [et al]. Jakarta : EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati
Setiawan. Jakarta :EGC
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Indah Indriawati Herman. 2001. Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan,
Pola Haid, Pengetahuan Tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri di
SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi, Universitas Indonesia Jakarta
Isbister, James P dan Pittiglio, D.Harmening. 1999. Hematologi Klinik.
Terjemahan Ronardy, Devy H. Jakarta : Hipokrates
Made Pidarta. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
M. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Mohammad Sadikin. 2002. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika
Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo
LAMPIRAN
Lampiran 1
DAFTAR TEST INTELIGENSI SISWI
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
NO
3
5
4
6
4
6
4
5
5
5
5
5
5
5
6
3
5
3
4
5
7
4
7
5
5
6
5
4
3
4
5
4
4
6
4
6
5
NILAI TEST INTELIGENSI
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
4
3
3
6
7
7
7
5
7
7
7
5
6
7
7
5
7
6
4
7
6
4
6
6
7
4
6
4
6
6
6
3
7
Lampiran 2
KADAR KETERANGAN
HB
13,70
NORMAL
12,38
NORMAL
12,08
NORMAL
13,49
NORMAL
13,22
NORMAL
12,26
NORMAL
12,73
NORMAL
14,25
NORMAL
14,01
NORMAL
12,20
NORMAL
13,13
NORMAL
12,72
NORMAL
13,64
NORMAL
12,44
NORMAL
11,82
ANEMIA
12,45
NORMAL
12,01
NORMAL
12,43
NORMAL
11,51
ANEMIA
11,26
ANEMIA
13,54
NORMAL
12,31
NORMAL
12,70
NORMAL
12,15
NORMAL
11,74
ANEMIA
12,24
NORMAL
12,65
NORMAL
12,29
NORMAL
10,37
ANEMIA
11,38
ANEMIA
12,93
NORMAL
12,34
NORMAL
12,08
NORMAL
12,47
NORMAL
11,40
ANEMIA
10,95
ANEMIA
KADAR KETERANGAN
HB
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
12,11
12,03
12,06
9,00
13,59
12,03
12,68
11,01
11,90
11,33
12,30
11,87
NORMAL
NORMAL
NORMAL
ANEMIA
NORMAL
NORMAL
NORMAL
ANEMIA
ANEMIA
ANEMIA
NORMAL
ANEMIA
Lampiran 3
DAFTAR NILAI SISWI SMP NEGERI 25 SEMARANG
NO
Responden
NILAI
JUMLAH
B.INGGRIS
NILAI
1
2
6,2
5,7
7,2
6,7
6
6,5
6
6,3
25,4
25,2
3
4
5
6
8,2
6
7,2
6,1
8
5,9
7,2
6,8
7,8
6
7
6,5
6,9
5,9
7,5
7,4
30,9
23,80
28,9
26,8
7
8
9
6,2
7
6,4
6,9
6,8
7,6
6,2
7,3
7,9
6,3
7,5
7,8
25,6
28,6
29,7
10
6,1
6,3
5,6
6,3
24,3
11
12
13
14
6
5,5
6
6
7,3
7,4
7
6
7
6,4
7
7
7,2
6,1
6
7
27,5
25,4
26
26
15
27
16
17
18
7
5
7
6
6
7
6
5
5
6
5
6
25
21
25
19
22
20
21
22
8
7
7
4
7
5
6
6
6
6
6
5
24
26
23
23
23
24
25
26
27
28
6
7
7
6
5
4
7
7
7
6
6
5
7
6
7
6
8
6
7
7
22
27
27
26
25
29
26
30
26
31
32
33
34
35
5
6
6
5
6
5
6
5
6
6
6
6
6
6
5
6
6
6
7
6
22
24
23
24
23
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
5
6
5
6
6
7
6
6
6
6
7
6
6
6
6
5
6
5
6
5
6
5
5
7
6
7
6
6
6
5
6
6
6
6
5
7
6
7
6
5
7
6
6
6
8
7
5
6
6
7
7
7
22
25
22
23
23
27
24
23
22
24
27
26
26
Lampiran 4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
NAMA
SHERLY OCTAVIA
BERTY SUHERMAN
WINDAH PRAWITASARI
MARGIYATUN
SANDRA VIOLITA
AULIA GARIN SETIALA
INTI PAMUNGKAS SARI
YUNITA CANCERIA ISWARANINGSIH
ELISA YULIANI
MEGA DESYANI
RERE TUNJUNG SARI
NUR AFIFAH
JEVA ROSALINA SURYANI
NORI PURBAYANTI
NURAINI
NUR AENI
CHIKMATUN SILVIA FAMUNA
SRI JUMARTI
IASA KURNIASARI
FRANSISKA DEWI EKAWATI
YANGI AHERON
SHINTA KUSUMA ASTUTI
TRIANA SRIANINGSIH
ZAKIYAH NUR LATIFAH
FARA FATIMAH
SAROFATIN
SITI KAROMAH
SRI LESTARI
TRI UTAMI
CITRA APRILIA
KUS INDAH PURWANTI
NUR FARIDA
SUPRIATIN
KELAS
1A
1B
1B
1C
1C
1D
1D
1D
1E
1E
1E
1F
2A
2A
2A
2A
2B
2B
2C
2D
2D
2E
2E
2F
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
34
SUSILOWATI
3B
NAMA
NO
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
KELAS
ANNISA AULYA
FITRIA
SIWI WIDIASTUTI
UCI DARMA JUANDA
SULISTIYO PRATIWI
LESTARI
WAHYUTI
DYAH PRASETYOWATI
MEI ITA SARI
TRI YULIARTIKA
EMY ZULAEKAH
LUCKYTA SARI
NURUL AINI
RAYI AGUS BUDIARTI
3C
3C
3C
3C
3D
3D
3D
3D
3D
3E
3E
3E
3E
3E
Lampiran 5
Frequencies
Statistics
Valid
Missing
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Skewness
Std. Error of Skewness
Kurtosis
Std. Error of Kurtosis
Range
Minimum
Maximum
Kadar
Hemoglobin
48
0
12.2746
.13585
12.2750
12.03a
.94122
.88589
-.636
.343
2.304
.674
5.25
9.00
14.25
Prestasi
Belajar
48
0
24.9896
.31838
25.0000
26.00
2.20582
4.86563
.421
.343
-.029
.674
9.90
21.00
30.90
Lampiran 6
Frequency Table
Kadar Hemoglobin
Valid
9.00
10.37
10.95
11.01
11.26
11.33
11.38
11.40
11.51
11.74
11.82
11.87
11.90
12.01
12.03
12.06
12.08
12.11
12.15
12.20
12.24
12.26
12.29
12.30
12.31
12.34
12.38
12.43
12.44
12.45
12.47
12.65
12.68
12.70
12.72
12.73
12.93
13.13
13.22
13.49
13.54
13.59
13.64
13.70
14.01
14.25
Total
Frequency
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
48
Percent
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
4.2
2.1
4.2
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
100.0
Valid Percent
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
4.2
2.1
4.2
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
100.0
Cumulative
Percent
2.1
4.2
6.3
8.3
10.4
12.5
14.6
16.7
18.8
20.8
22.9
25.0
27.1
29.2
33.3
35.4
39.6
41.7
43.8
45.8
47.9
50.0
52.1
54.2
56.3
58.3
60.4
62.5
64.6
66.7
68.8
70.8
72.9
75.0
77.1
79.2
81.2
83.3
85.4
87.5
89.6
91.7
93.7
95.8
97.9
100.0
Prestasi Belajar
Valid
21.00
22.00
23.00
23.80
24.00
24.30
25.00
25.20
25.40
25.60
25.80
26.00
26.80
27.00
27.50
28.60
28.90
29.70
30.90
Total
Frequency
1
6
7
1
5
1
4
1
1
1
1
8
1
5
1
1
1
1
1
48
Percent
2.1
12.5
14.6
2.1
10.4
2.1
8.3
2.1
2.1
2.1
2.1
16.7
2.1
10.4
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
100.0
Valid Percent
2.1
12.5
14.6
2.1
10.4
2.1
8.3
2.1
2.1
2.1
2.1
16.7
2.1
10.4
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
100.0
Cumulative
Percent
2.1
14.6
29.2
31.3
41.7
43.8
52.1
54.2
56.3
58.3
60.4
77.1
79.2
89.6
91.7
93.8
95.8
97.9
100.0
Lampiran 7
Histogram
Kadar Hemoglobin
16
14
12
10
8
Frequency
6
4
Std. Dev = .94
2
Mean = 12.27
N = 48.00
0
9.00
10.00
9.50
11.00
10.50
12.00
11.50
13.00
12.50
14.00
13.50
14.50
Kadar Hemoglobin
Prestasi Belajar
12
10
Frequency
Mean = 25.0
N = 48.00
0
21.0
23.0
22.0
Prestasi Belajar
25.0
24.0
27.0
26.0
29.0
28.0
31.0
30.0
Lampiran 8
Nonparametric Correlations
Correlations
Spearman's rho
Kadar Hemoglobin
Prestasi Belajar
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Kadar
Hemoglobin
1.000
.
48
.329*
.023
48
Prestasi
Belajar
.329*
.023
48
1.000
.
48
Lampiran 17
Afinitas : daya tarik kimiawi antara 2 zat misal; oksigen dan hemoglobin.
Autoregulasi : proses yang terjadi bila beberapa mekanisme dalam system
biologis mendeteksi pengendalian dan penyesuaian untuk perubahanperubahan dalam system tersebut.
Derivat Porfirin : zat atau senyawa organik yang peka cahaya dan membentuk
dasar pigmen respinatorik, termasuk hemoglobin.
Enteritis : inflamasi usus.
Eritoblas : setiap eritrosit yang berinti atau berkembang.
Ferritin : komplek besi apoferittin yang merupakan bentuk utama
penyimpanan besi didalam tubuh.
Fortifikasi : penambahan makanan menjadi kuat.
Hipokromik : kurangnya warna atau pigmentasi. Sifat hipokromik dapat
terlihat pada sel darah merah yang kadar hemoglobinnya menurun atau
eritrosit yang secara abnormal tipis seperti pada penyakit talasemia.
Kardiorespiratorius : berkenaan dengan jantung dan system pernapasan.
Kuantitas : bobot atau banyaknya.
Mukosa : membran mukosa.
Murmur : suara auskultasi, terutama suara periodik yang berlangsung singkat
yang berasal dari jantung atau pembuluh darah.