Anda di halaman 1dari 203

1

Bab 1
PE N DAH U LUAN

Latar Belakang Masalah


Sepanjang sejarah umat manusia masalah akhlak selalu menjadi pokok persoalan.
Karena pada dasarnya, pembicaraan tentang akhlak selalu berhubungan dengan persoalan
perilaku manusia dan menjadi permasalahan utama manusia terutama dalam rangka
pembentukan peradaban. Perilaku manusia secara langsung ataupun tidak langsung masib
menjadi tolok ukur untuk mengetahui perbuatan atau sikap mereka. Wajar kiranya
persoalan akhlak selalu dikaitkan dengan persoalan sosial masyarakat, karena
akhlak menjadi simbol bagi peradaban suatu bangsa.
Fakta sejarah membuktikan bahwa bangsa-bangsa yang diabadikan dalam alQuran seperti kaum Ad, Samud, Madyan dan Saba maupun yang terdapat dalam bukubuku sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa yang kokoh akan runtuh apabila
akhlaknya rusak (Suwito 1995, hlm. 1). Dalam sejarah dunia mencatat misalnya pada
masa kaum Ad, Madyan dan Saba dicatat oleh al-Quran sebagai kaum yang memiliki
kualitas akhlak yang rendah. Al-Quran senantiasa merujuk kaum ini untuk
menunjukkan rendahnya kualitas akhlak manusia di beberapa bagian dekade
sejarah. Pada dekade selanjutnya, akumulasi simbol kebobrokan akhlak adalah kaum
Firaun dan Namrud yang hidup pada masa nabi Musa dan Ibrahim. Simbol selanjutnya
yang disebut oleh al-Quran adalah Abu Jahal dan kaumnya yang hidup pada masa
Nabi Muhammad Saw. Pada awal abad ke-20 yakni setelah Perang Dunia I simbol itu
dialamatkan kepada Mustafa Kemal Attatruk (Ihsan Kasim 2003, hlm. 42). Dalam konteks

2
dunia Barat simbol-simbol lain itu bisa dialamatkan kepada Sigmud Freud, Nietzsche,
Lenin, Kalr Marx, dan Hitler. Bahkan tatanan yang lebih serius adalah kerusakan yang
ditimbulkan oleh negara Adi Daya seperti Amerika Serikat, Inggris atau Perancis.
Pengaruh meraka berada pada tataran pemikiran yang secara langsung ataupun
tidak langsung dalam merusak akidah, yang berarti dapat merusak akhlak manusia
dalam bertuhan. Mereka yang menjadi simbol ini memiliki peranan penting dalam bidang
pemikiran dan kelompok-kelompok sosial. Sehingga, muncul tokoh-tokoh yang dapat
mempengaruhi secara halus merasuk ke dalam alam pemikiran para pemikir-pemikir
muslim. Pengaruh tersebut sangat penting dalam membangun persepsi manusia dalam
memahami sesuatu. Misalnya Sigmud Freud menyebut ide-ide agama tentang Tuhan dan
alam gaib sebagai ilusi karena konsep-konsep tersebut muncul dari keinginan manusia
(human wishes) dan bukan dari realitas (Lihat Erich 1950, hlm.12).
Sebenarnya Allah Swt menciptakan manusia hanyalah bertujuan supaya manusia
itu beribadah kepada-Nya semata, yakni menjadi manusia pengabdi (Al-Dzariat : 56).
Titik tekan pengabdian adalah akhlak Islam yang sangat menekankan kepada
penganut-penganutnya untuk berakhlak mulia. Dalam hadis disebutkan inama buistu li
utammima markim al-akhlak (Sesungguhnya Aku diutus di muka bumi ini untuk
menyempurnakan akhlak). Penjelasan hadis ini berartinya bahwa diutusnya
Nabi Muhammad Saw sebagai rasul untuk menyampaikan risalah Allah sejak
awal abad ke-7 Masehi secara tegas adalah tugas pokoknya sebagai penyempurna
akhlak manusia.
Akhlak dalam Islam bertitik tolak dari pengabdian seorang kepada Allah
Swt dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw yang menjadi teladan pribadi
terbaik. Semua sifat dari perilaku, pikir dan sikap yang bertentangan dengan

3
akhlak Nabi Muhammad Saw dianggap tidak berakhlak. Siti Aisyah r.a bila ditanya
tentang akhlak Nabi Muhammad Saw beliau berkata : Akhlak Rasulullah itu adalah alQuran. Allah Swt berfirman : Wa innaka laala khuluq azhim" (Sesungguhnya
engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang paling mulia) (QS. al-Qalam : 4).
Karena itu, ia patut dijadikan contoh laqad kana lakum fi rasulullah uswatun
hasanah... (Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu surf tauladan yang baik
bagimu...) (QS al-Ahzab : 21).
Bukti-bukti kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Saw di atas adalah nyata. Bahkan
menurut seorang non muslim Michael H. Hart dalam bukunya berjudul The 1000 a ranking
of the Most influential Persons in History memberikan pengakuan bahwa Nabi
Muhammad Saw memperoleh pengakuan sebagai tokoh urutan pertama yang paling
berpengaruh dalam sejarah (Suwito 1995, hlm. 3). Kebesaran Nabi Muhammad
harus diakui disebabkan oleh ketinggian dan kemuliaan akhlak yang dimilikinya.
Karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan pendidikan akhlak Islam pun
pada hakekatnya diarahkan kepada terciptanya manusia yang berakhlak agung dan mulia
seperti Nabi Muhammad Saw. Namun setiap orang memiliki pemahaman dan cara berbeda
untuk mencapai akhlak agung dan mulia sebagaimana yang dimiliki Nabi Muhammad
tersebut.
Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad dalam sejarah membuktikan bahwa umat
Islam dalam binaan Nabi Muhammad Saw pernah mengalami masa keemasan yang
mencapai 1300 tahun lamanya. Masa keemasan ini adalah masa periode Madinah yakni
pada masa Nabi Muhammad sendiri sampai wafatnya. Masa ini yang paling monumental
adalah dirumuskannya Piagam Madinah yang memuat perjanjian antara golongangolongan Muhajirin, Ansar dan Yahudi serta sekutunya yang mengandung prinsip-prinsip

4
atau peraturan-peraturan penting yang menjamin hak-hak mereka dan menetapkan
kewajiban-kewajiban mereka sebagai dasar bagi kehidupan mereka bersama dalam
kehidupan sosial politik (Suyuthi 1993, hlm. 22). Kenyataan dalam sejarah bahwa pada
periode ini benar-benar tercipta sebuah peradaban gemilang.
Pasca wafatnya Nabi Muhammad tahap selanjutnya melahirkan 4 (empat)
khalifah yang benar khulqfaurrasyiddin Abu Bakar As Sidhiq, Umar bin Khathab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang merupakan sebuah tahap revitalisasi
ajaran dan penguatan akidah serta meneruskan proses yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw. Integritas para sahabat penerus Nabi ini sangat diakui dalam berbagai
perspektif. Seperti ditegaskan oleh C.E.Bosworth bahwa Periode empat khalifah
dipandang sebagai zaman emas, suatu zaman ketika kebijakan-kebijakan Islam yang
murni berkembang pesat, dan karena itulah gelar yang mendapatkan bimbingan di jalan
lurus diberikan kepada mereka (C.E. Bosworth 1993, h1m. 24).
Tahapan selanjutnya adalah masa klasik yang pesat perkembangan terjadi periode
650-1250 M, masa ini oleh para ahli sejarah disebut masa klasik dalam
sejarah perkembangan Islam. Umat Islam pada periode ini disebut super power yang
berkuasa di sebagian besar negara-negara di tiga benua : Asia, Afrika dan Eropa. Wilayah
kekuasaanya mencapai Spanyol di sebelah Barat dan India di sebelah Timur, daerah-daerah
itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabiah, Irak, sebagian Asia
kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan
Kirgis di Asia tenggara (Murodi dkk 1995, h1m. 33).
Masa ini merupakan masa kemajuan pertama yang dimulai dari tahun (5501000 M, dan sekaligus mengalami masa disintegrasi kekuatan Islam yang terjadi sejak
tahun 1000-1250 M. Zaman keemasan Islam terjadi dalam berbagai aspeknya yakni masa

5
kekuasaan Dinasti Abbasiyah lahir 750 M- 1250 M. Pada kedua periode ini
menghasilkan para ahli bidang ilmu yang sangat berpengaruh antara lain : Washil ibn
Atha, Zunnun al-Mishri, Abu Yazid al Busthami, Ibn Miskawaih, Ibn Bajjah, Ibnu Tufail,
Ibnu Rusyd, Imam Al Ghazali, Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Syafii, Ibn Hanbal, al
Asyari, al Kindi, al Razi, al Farabi, al Maturidi dan Ibn Sina. Tokoh-tokoh ini menjadi
simpul sejarah dunia Islam yang secara komprehensif bergerak dalam bidang dakwah Islam
dan kehidupan nyata secara totalitas. Tokoh-tokoh ini benar-benar signifikan terutama
membangun keseimbangan antara rasionalitas dan spritualitas. Tokoh-tokoh ini selain
kuat dalam bidang pemikiran, juga kuat di bidang rasa, sehingga tidak dapat diragukan
lagi bahwa mereka juga tergolong orang yang memiliki akhlak yang tinggi.
Namun sesudah masa ini, umat Islam dilanda perpecahan dan kejumudan
membawa kemunduran. Kondisi ini disebabkan selain daerah-daerah yang tadinya
berada ditangan umat Islam menjadi jajahan Barat, pada masa ini tidak banyak
diketemukan lagi tokoh-tokoh ilmu pengetahuan seperti masa sebelumnya yang memiliki
akhlak tinggi.
Walau setelah masa ini, sempat memunculkan ide-ide kebangkitan dan tokohtokoh pembaharu yang membawa persatuan umat pada masa tiga Dinasti Besar (Disnati
Turki Usmani, Safawi dan Mughol), namun pada awal abad ke-19 kekuasaan,
wibawa dan kemakmuran tiga dinasti Islam tersebut berangsur menurun dan mundur.
Beriringan dengan itu, banyak wilayah dunia Islam seperti benua Afrika, Timur Tengah dan
India muncul pemikir-pemikir pembaharuan seperti Jamaluddin Afghani, Muhammad
Abduh, Hasan al Bana dan Bediuzzaman Said Nursi 1. Memang kebangkitan itu begitu
sulit dicapai karena sampai sekarang diakui langsung atau tidak langsung, mereka yang
1

Demi konsistensi dalam penulisan penelitian ini peneliti selanjutnya menggunakan kata Said
Nursi yang merujuk kepada Bediuzzaman Said Nursi (1887-1960) sepanjang pembahasan penelitian ini,
namun untuk tempat khusus dalam judul besar atau pada sub judul maka masih akan digunakan kata tersebut.

6
berusaha keluar dari dominasi Barat masih menemui kesulitan yang sangat mendalam
(Bandingkan uraian Harun, 1990, hlm. 12-14). Disamping gagasan pembaharuan, para
tokoh ini secara konsisten menjelaskan mengenai hari akhir dan penguatan akidah
islamiah. 2
Salah seorang tokoh yang konsisten terhadap permasalahan umat di atas adalah Said
Nursi dari Turki salah satu tokoh penting pada akhir abad ke-19. Said Nursi hadir untuk
menjadikan umat ini beriman dan berakhlak mulia dan kembali berjaya sebagaimana
jayanya umat Islam dahulu dan dapat mengamalkan agama sebagaimana para sahabat,
Imam Malik mengatakan: "Tidak akan pernah menjadi baik umat pada kurun (abad)
terakhir ini kecuali dengan cara perbaikan pada kurun umat yang terdahulu, yakni cara yang
dibuat oleh Rasulullah SAW yang diteruskan oleh para sahabat" (Hasan 2004, hlm.735).
Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah pada abadku
(sahabat) kemudian setelahnya (tabi'in) kemudian setelahnya (tabi'ut tabi'in)" (HR. Bukhari,
Muslim). Ahmad dan Al-Makki (1998, hlm. 38) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
masa sahabat adalah kurang lebih 120 tahun setelah bi'tsah atau wafatnya sahabat terakhir
yaitu Abi Thufan ra. Kemudian orang-orang setelahnya, yaitu masa setelah sahabat adalah
tabi'in masanya sekitar 70-80 tahun. Kemudian orang-orang setelah tabi'in adalah pengikut
tabi'in, masanya sekitar 50-220 tahun.
Said Nursi muncul sebagai pembaharu yang ingin mengadakan perbaikan untuk
menyelamatkan iman dan Islam. Said Nursi memiliki karakter pemikiran yang
memihak kepada keimanan, pemahaman al-Quran, hari akhir dan integralitas
keilmuan. Said Nursi adalah sosok pemberani dan gigih memperjuangkan umat Islam di
2

Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa
Eropa dalam berbagai bidang kehidupan ini, telah timbul mulai abad ke 11 H / 17 M dengan kekalahankekalahan tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab-sebab
kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan.

7
Turki pada masa akhir kerajaan Turki Usmani yang mencetuskan gagasan pembelaan
terhadap agama dan kehidupan sosial-kemasyarakatan. Said Nursi merupakan salah satu
orang besar yang berani menghadapi dan menyelamatkan umat manusia dari berbagai
peristiwa berdarah dan penyimpangan terhadap fitrah manusia. Said Nursi juga
menghalangi manusia agar tidak terjatuh ke dalam atmosfir kehancuran dalam kebudayaan
mereka (Ihsan Kasim 2003, hlm. v). Said Nursi adalah salah satu tokoh yang mampu
bertahan dari berbagai upaya Barat menghancurkan umat Islam dan akhlak umat. Bahkan
sampai muncul Republik Turki, ia tetap konsisten berjuang menentang sekuleriasasi di
Turki hingga menghasilkan sebuah karya Risale-i Nur yakni tulisan setebal
6000 halaman yang memuat pemikiran- pemikiran tentang esensi keimanan dan
nilai-nilai akhlak di abad ini. Said Nursi menginginkan adanya pembaharuan di
Turki pada bidang pendidikan dan moralitas umat, yang waktu itu sudah mulai dirusak oleh
Mustafa Kemal Attaruk (Wawancara Fatih, 2005). Karena itu, Said Nursi tampil dengan
model sufi modern yang memadukan antara rasionalitas dan spritualitas, dalam konteks ini
dapat dikatakan sebagai rangkaian proses pendidikan akhlak.
Said Nursi dalam berbagai tekanan tersebut tidak kenal menyerah dengan tantangan
dan penderitaan yang dialaminya dari penjara ke penjara, berbagai musuh menghadang.
Walaupun otoritas negara yang kuat dan mekanisme pendidikan Islam yang ada di Turki
saat itu dipengaruhi oleh sekulerisme yang disosialisasikan oleh Mustafa Kemal
Atatruk, tapi Said Nursi tetap melakukan usaha menumbuhsuburkan ajaran Islam dan
perbaikan dalam bidang pendidikan Islam, terutama upaya membumikan nilai-nilai akhlak
di Turki.
Media Said Nursi dalam berdakwah adalah Risale-i Nur dan mengelola pengajianpengajian. Sebab bagi Said Nursi meminjam istilah Syafii Anwar penyebaran Risale-i Nur

8
merupakan realisasi menyeluruh bagi para pemikir dan praktisi pendidikan yang
handal yang mampu membentuk manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal,
serta anggun dalam moral dan kebijakan (Syafii 1995, hlm. 153-154). Karenanya, Said
Nursi berkeyakinan bahwa penyebaran Risale-i Nur merupakan realisasi menyeluruh bagi
umat manusia dalam rangka membentuk kepribadian manusia yang seimbang
rasionalitas, spritualitas dan kaya akan amal.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa periode kemunduran menyebabkan
para pemikir untuk tampil mencarikan pemecahannya secara mendalam. Namun pada
akhirnya, diagnosa awal dapat dikatakan bahwa penyakit umat terlalu kompleks dan
beragam. Pada kondisi ini tampillah Said Nursi yang menjawab seluruh permasalahan
umat. Pendidikan merupakan kunci utama untuk menjawab tantangan dan kebutuhan
masyarakat yang ada saat ini, khususnya pendidikan akhlak yang merupakan inti dari
proses pendidikan.
Dalam kerangka pembinaan generasi muda Said Nursi merealisasikan ide
pendidikan akhlak melalui Dershane yang dilakukan oleh Nur Jamaah 3. Perkumpulan ini
memuat beberapa garis besar kegiatan sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep interaksi kemodernan dan relegius;
2. Berniat menegakkan kembali keruntuhan kerajaan Usmani dengan kembali
kepada tradisi keilmuwan yang integralistik;
3. Mengadakan kegiatan conversation (perbincangan), dan reading
(membaca) tulisan Risale-i Nur;
4. Menyebarluaskan ajaran Risale-i Nur kepada masyarakat;
5. Mendirikan asrama yang menjadi pusat pendidikan. (Hakan, ilmi com.).

Istilah Nur Jamaah dalam bahasa Turki sering digunakan dalam istilah yang berbeda seperti : Nur
Telebesi atau Nur Teleba, Nurculuk atau Thalabun-Nur yang menunjukkan pengikut Said Nursi yang berada
di Turki, secara khusus, namun Nur Jamaah ini sudah menyebar hampir ke beberapa negara. Jika istilah di
atas diartikan dalam bahasa Indonesianya Murid Nur. Penulis menggunakan istilah Nur Jamaah atas
pertimbangan bahwa istilah ini mudah dipahami dalam bahasa Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan
istilah dershane atau "The Nurcu Movement", "Halaqah" dalam bahasa Turki berasal dari kata ders yang
artinya belajar sedangkan hane dalam bahasa Turki menunjukkan tempat, maka dershane dapat diartikan
tempat belajar yang di kenal di Turki.

9
Secara garis besar kutipan di atas, kegiatan ini memiliki relevansi terhadap
pengembangan pendidikan akhlak generasi muda yang menjadi perhatian utama
dalam penelitian ini. Harus diakui bahwa pendidikan akhlak sebagai salah satu inti
dari proses pendidikan dan bagi kemajuan suatu bangsa, maka pembaharuan di
bidang pendidikan mutlak untuk diadakan karena maju mundurnya suatu negara diukur
dari pendidikan dan out putnya.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka kami mencoba mempelajari
pemikiran Said Nursi yang hidup abad ke-20 yang juga dipandang sebagai pendidik bagi
generasi penerus yakni Said Nursi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui
pemikirannya dalam bidang akhlak, khususnya yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
pendidikan akhlak untuk menyongsong kebangkitan Islam di era persaingan global saat
ini3. Dan juga bertujuan untuk mengetahui beberapa alternatif yang ditawarkan
dalam membangun kerangka pemikiran pendidikan akhlak dan implementasinya yang
menjadi obat penawar bagi penyakit yang diderita oleh umat Islam sampai saat ini.
Dalam kajian ini muncul pertanyaan mendasar yakni apakah ada prinsip-prinsip
pendidikan akhlak generasi muda menurut Bediuzzaman Said Nursi ?. Peneliti berasumsi
bahwa prinsip-prinsip pendidikan akhlak generasi muda menurut Said Nursi ada,
walau harus diakui bahwa pemikirannya tersebut tidak dirumuskan secara sistematis
yang dapat dilihat dan dianalisis dari kitab tafsirnya Risale-i Nur. Untuk memperkuat
asumsi ini, maka dirumuskan 5 (lima) faktor yang melatarbelakanginya yakni :

Menurut Ibn Miskawaih akhlak merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini
menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau pertimbangan secara mendalam. Keadaan seperti
ini dapat disebut sebagai karakter. Menurutnya keadaan ini ada dua jenis. Pertama, alamiah dan bertolak dari
watak. Kedua, tercipta melalui kebiasaan dan latihan. Berdasarkan kedua jenis keadaan ini cendikiawan klasik
sering berbeda. pendapat. Sebagian berpendapat bahwa karakter dimiliki oleh jiwa yang tidak berpikir
(nonrasional). Sementara yang lain berpendapat karakter itu dimiliki oleh jiwa berpikir (rasional).

10
Pertama, faktor personal. Sebuah karya tidak akan terlepas dari penulisnya.
Baik dalam alur pikir maupun sikap sehari-harinya. Maka sesuai dengan kajian
mengenai pendidikan akhlak, diasumsikan bahwa ditulisnya Risale-i Nur tidak terlepas
dari pengalaman pribadi penulisnya dan pergulatan pemikirannya. Secara personal
menurut peneliti dalam Risale-i Nur tak terlepas dari nilai-nilai akhlak yang akan
ditegaskan dalam defenisi operasional. Berdasarkan kategori dalam aliran pendidikan
akhlak yakni pendidikan akhlak rasional dan mistik, diasumsikan bahwa penulisnya
senantiasa mempraktekkan akhlak mulia dan juga diasumsikan beliau menerapkan
kedua konsep tersebut sekaligus yakni rasional dan mistik. Secara rasional dapat
dipahami kedalaman ilmu penulisnya ketika peneliti membaca Risale-i Nur secara.
teliti. Secara mistik ilmu yang didapat tidak sekedar dengan akal tapi dengan intuisi yang
dalam epistimologi Islam dan Aristotelian merupakan bagian dari metode ilmiah (Lihat
Mulyadhi 2003, hlm.63). Maka dapat dikatakan berdasarkan faktor personal bahwa
Risale-i Nur ditulis karena Said Nusri adalah seorang moralis dan rasionalis.
Kedua, faktor tekstual. Pada penelitian pertama dapat dijelaskan bahwa keunikan
Risale-i Nur terlelak pada : a) Faktor bahasa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Turki
yang dipengaruhi oleh kondisi kenegaraan, yang berubah secara drastis, ketika
kekhalifahan Turki Usmani dinyatakan runtuh. Secara keseluruhan bahasa yang
digunakan adalah bahasa Turki Modern Mustafa Kemal Attatruk, tapi patut dijelaskan
keunikan bahasa dalam Risala-i Nur melibatkan banyak bahasa. Selain bahasa
Turki, bahasa dalam Risala-i Nur di antaranya, bahasa Persia, Prancis, Jerman, Inggris,
Kurdi, Arab dan khususnya bahasa Ottoman (bahasa pada masa Turki Usmani). b)
Faktor mantik atau analogi4. Mantik disini bisa diartikan secara filosofis dan hikmah.
4

Mantik dikatakan sebagai ilmu adalah ilmu logika yakni rumusan-rumusan atau patokanpatokan agar orang mendapatkan petunjuk di dalam ia berpikir, supaya selamat dari kesalahan-kesalahan dan
terhindar pengertiannya dari kekeliruan. Ilmu mantiq ialah undang-undang yang menjaga hati dari

11
Dalam Risale-i Nur banyak terdapat kata-kata dan kalimat-kalimat mantik yang
memiliki banyak penafsiran, sehingga peneliti harus memiliki pemahaman
terhadap bahasa mantik. c) Faktor sistematika penulisan. Penulisan Risala-i Nur
ada sebagian dimulai dengan bismihi subhanahu wan inminsyain illah yusabbihu
bihamdihi kalimat yang mengawali bab dalam Risala-i Nur dan mengakhirinya dengan
subhanaka laa ilma lana illa maa alamtana innaka antal alimul hakim, dan
terkadang paling akhir ditulikan al-Baqi Huwalbaqi. Hal ini mengindikasikan
kesucian diri penulisnya dan paham ketuhanan yang dalam. Di samping itu, sistematika
penulisan yang sangat mengandung makna terhadap realitas sejarah umat manusia.
Ketiga, faktor ideologis 5 ditulisnya Risale-i Nur adalah untuk melawan
ideologi modernisme yang digusung oleh Barat yang membawa umat manusia kepada
materialis, sekuleris, liberalis, komunis bahkan ateis. Faktor ideologis inilah yang
mendorong Said Nursi menulis Risela-i Nur. Jalan yang ditempuh adalah kembali ke al-

kekeliruan dalam berpikir. Menurut M. Taib Thahir Abd. Muin Ilmu mantik dapat pula dinamakan ilmu
logika. (Djafar Amir, Ilmu Mantiq. Ramadhani, Solo, 1980, hlm. 1-2).
5
Imam Cahyono mengutip pendapat Frans Magnis Suseno ideologi dimaksud sebagai keseluruhan
sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan kelompok sosial atau individu. Ideologi
dapat dimengerti sebagai suatu sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial,
sejarahnya dan proyeksinya ke masa depan serta merasionalisasikan suatu bentuk hubungan kekuasaaan
Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan, mengkonsolidasikan dan menciptakan arti dalam
tindakan masyarakat. Ideologi yang dianutlah yang pada akhirnya akan sangat menentukan
bagaimana seseorang atau sekelompok orang memandang sebuah persoalan dan harus berbuat apa
untuk mensikapi persoalan tersebut. (Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, 1991, hlm 230).

12
Quran dan as-Sunah tapi tidak seperti aliran wahabi 6 ataupun pan islamisme yang
didengungkan oleh Jamaluddin al-Afgani7.
Keempat, faktor politis, ditulisnya Risale-i Nur adalah dalam konteks
masyarakat Turki yang Islam untuk menentang pemerintahan sekuler yang dibentuk oleh
Inggris yakni sebuah revolusi politik dari sistem kekhalifahan diubah menjadi sistem
demokrasi republik yang menerapkan hukum-hukum Prancis, Inggris dan khususnya
banyak mengadopsi hukum-hukum sekuler Swiss. Dampaknya adalah secara sosialkultural terjadi revolusi sosial besar-besar di Turki. Jalan yang ditempuh Said Nursi
adalah menjauhi politik (Said Nursi 2003b, hlm. 71).
Kelima,

faktor

sosial-kultural,

munculnya

Risale-i

Nur

untuk

menyelamatkan masyarakat Turki yang muslim dengan menentang revolusi sosial yang
berasal dari revolusi politik oleh Mustafa Kemal Attaruk. Revolusi sosial itu sangat tampak
misalnya : memberikan keluasan posisi perempuan di antara laki-laki (fenimisme, yang
mengadopsi kebebasan di Barat), modernisasi cara berpakaian khususnya perempuan,
melarang penggunaan peci, pelarangan jubah, pelarangan sorban (sarek), pelarangan azan
(harus dengan bahasa Turki), penutupan madrasah, pelarangan jilbab, penggunaan
6

Pendiri Wahhabi yaitu Muhammad ibn Abdul Wahhab untuk memurnikan ajaran agama Islam,
yang pada saat itu telah tercemar dan direkayasa oleh umat Islam dengan memasukkan unsur-unsur mistis dan
tata cara ibadah yang telah menyimpang dari ajaran Islam murni sebagaimana yang dibawa oleh
Rasulullah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Harun Nasution, Abdul Wahhab mengecam kepercayaan
masyarakat terhadap kekuatan orang-orang suci dan saleh (wali-wali sufi) dan hal-hal yang berkaitan dengan
itu, dia mengecam taklid kepada pendapat ulama dan menyeru umat agar menyelaraskan nalar dan hati nurani
dengan al-Quran dan sunnah bukan kepada penafsiran-penafsiran tradisional. Dia bertekad menghilangkan
semua ketakhayulan dan mengembalikannya kepada kemurnian salaf, dan untuk itu ia menentang ulamaulama yang telah mapan. Ia membuka pintu ijtihad yang telah dinyatakan tertutup oleh ulama-ulama
terdahulu. (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Bulan Bintang,
Jakarta, 1990, hlm.23-26).
7
Jamaluddin al-Afgani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal
dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Jamaluddin al-Afgani lahir di
Afganistan pada tahun 1897. Pemikiran pembaharuan berdasarkan atas kenyakinan bahwa Islam
adalah yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan . Kalau kelihatan ada
pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan
kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam
seperti yang tercantum dalam Al-Quran dan hadits, maka untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad dan pintu
ijtihad baginya terbuka.

13
nickname (lakap atau gelar), mengadaptasi kalender internasional (kalender Masehi)
dan mengadopsi hukum-hukum sekuler. Tidak ketinggalan juga perubahan bahasa
Arab ke bahasa Turki. Bahkan yang paling tragis adalah pembantaian 100 ribuan ulama
dan alimin. Jalan yang ditempuh Said Nursi adalah mempertahankan prinsip-prisip dasar
ajaran Islam dari trend materialistik dan ateistik.
Kelima alasan di atas inilah yang menjadi dasar penelitian ini, yakni pembicaraan
mengenai prinsip-prinsip pendidikan akhlak generasi muda Said Nursi dalam
membentuk manusia yang mulia, berakhlak mulia. Persoalan ini akan terkait secara
langsung dengan persoalan politik dan sosial-kultur Said Nursi dalam membentuk
pandangan dasar yang menjadi gagasan dasar atau ideologi menjelma menjadi
doktrin-doktrin dari Risale-i Nur. Pembahasan ini juga berupaya menjelaskan relevansinya
dengan pembinaan akhlak generasi muda yang dapat diterapkan secara, teoritik dan praktek
di masa sekarang dan masa depan.
Adapun di antara alasan pentingnya pemikiran Said Nursi di bidang
pendidikan akhlak dapat diungkapkan beberapa pertimbangan sebagai berikut : Pertama,
Risale-i Nur karya Said Nursi merupakan tafsir al-Qur'an yang secara konsisten
membicarakan penguatan iman dan al-Quran dengan jalan ikhlas, takwa dan sedekah.
Karya ini juga membahas secara mendalam mengenai akhlak Rasulullah dalam berbagai
tulisannya Risale-i Nur yang berorientasi kepada perubahan pola pikir dan laku untuk
memahami dan mengimani secara mendalam tanda-tanda hari kiamat dan keberadaan hari
kiamat.
Kedua, masalah etika secara khusus dibahas pada Simposium Internasional di
Turki yang ke-6 tahun 2002 yang dikoordinir oleh The Istanbul Foundation for
Sciance and Culture. Di samping itu dalam sepanjang pelaksanaan Simposium dan

14
diskusi panel oleh The Istanbul Foundation for Sciance and Culture ini selalu
menyertakan tema etika. Satu buku kumpulan Simposium Internasional yang ke-6
mendorong perlunya membahas mengenai akhlak dan juga tulisan Faris Kaya yang
mengungkapkan mengenai etika dalam Risalei-Nur. Etika yang dimaksud oleh Faris
Kaya mengungkapkan bahwa akhlak dalam sejarah dunia memang sangat penting. (Faris,
2004, hlm. 8-10).
Ketiga, diasumsikan bahwa pemikiran akhlak Said Nursi memberikan
peranan signifikan dalam aktivitas kehidupannya. Pemikiran semacam ini merupakan hasil
refleksi dan pemahaman terhadap suatu teologi yang mendalam mengenai Asma Allah dan
sifat-sifat-Nya yang membentuk kerangka pikir dan sikap perilaku. Diyakini bahwa Said
Nursi adalah sosok pemikir sekaligus sufi yang memadukan konteks teologi,
tasawuf dan akhlak dalam realitas kehidupan. Paham ini diilhami kemutlakan
Tuhan dalam diri manusia dengan catatan bahwa akal memiliki peran penting dalam
refleksi untuk menyempurnakan keyakinan dari refleksi hati. Artinya paham yang dianut
Said Nursi berdekatan dengan upaya marifatullah dalam perspektif yang luas.
Sementara itu dapat diasumsikan bahwa teologi Said Nursi adalah rasional-spritual.
Maka, dalam konteks pendidikan akhlak selalu memadukan akal dan hati untuk
melakukan pendekatan ajaran Islam secara universal.
Keempat, perkembangan ilmu dan teknologi. Yang tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan zaman saat ini adalah perkembangan ilmu, teknologi, komunikasi
dan informasi. Kebutuhan-kebutuhan ini yang menyebabkan dunia semakin global.
Selain berdampak positif juga berdampak negatif. Di antara dampak negatif globalisasi
ini antara lain adalah semakin banyaknya alternatif bagi ukuran akhlak manusia yang
cenderung bermuatan materialistik dan intelektualistik semata. Akibatnya, hal-hal

15
yang bersifat spritualistik cenderung diabaikan. Dengan demikian, kemampuan
memilih berbagai alternatif secara kritis melalui pemahaman, teologi rasional dan spritual
semakin dinilai penting dan mendesak.
Kelima, tanda-tanda akhir zaman, pentingnya pengkajian ini juga disebabkan
titik nadir masyarakat global berdasarkan paham keagamaan menunjukkan tanda-tanda
akhir zaman. Dalam konteks itulah sebagai makhluk beragama harus mewaspadai
itu dan berupaya mengantisipasi dan merubah pola pandangan hidup. Karena persoalan
krisis moral merupakan entry point dari munculnya pembaharu (mujadid) untuk
menyelamatkan umat dari melupakan Tuhan.
Berdasarkan pertimbangan beberapa pemikiran dan urgensi penelitian di atas
maka dapat diambil pemahaman bahwa prinsip-prinsip pendidikan akhlak menurut
Said Nursi layak untuk dibahas, dikaji dan diungkap.

Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang masalah sebagaimana di atas, maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.

Apa prinsip-prinsip pendidikan akhlak generasi muda menurut Bediuzzaman Said


Nursi?

2.

Bagaimana relevansi prinsip-prinsip pendidikan akhlak menurut Bediuzzaman Said


Nursi dengan pembinaan akhlak generasi muda ?

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

16
1.

Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendidikan akhlak menurut Bediuzzaman


Said Nursi.

2.

Untuk mengetahui relevansi prinsip-prinsip pendidikan akhlak Bediuzzaman Said


Nursi dengan pembinaan generasi muda.

Kegunaan Penelitian
Setidaknya ada 2 (dua) kegunaan dari penelitian ini yaitu secara teoritis dan praktis. Secara
teoritis, untuk memberikan informasi kepada peneliti tokoh Said Nursi lanjutan
dalam mengkaji dan mengetahui tentang konsep pendidikan akhlak yang pernah
dihasilkan oleh Said Nursi sebagai tokoh filosof sufi modern yakni sebagai upaya
pengungkapan khazanah intelektual muslim abad ke-20an yang dapat dijadikan
inspirasi dan motivasi bagi munculnya kejayaan Islam kembali.
Kemudian dalam kaitannya dengan ilmu pendidikan akhlak upaya penelitian
ini akan bermanfaat untuk memberikan motivasi bagi diadakannya pembahasanpembahasan lebih lanjut tentang akhlak Islam secara filosofis untuk menemukan teori baru
di bidang pendidikan akhlak. Penelitian ini juga berguna sebagai salah satu bahan
pemikiran untuk mengantisipasi bentuk pendidikan akhlak yang terintegrasi dalam semua
disiplin bidang pendidikan.
Secara praktis, dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ilmu
pendidikan akhlak dapat memberikan manfaat untuk memberikan motivasi bagi pembahaspembahas lanjutan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
mahasiswa, pelajar dan lain sebagainya, terkhusus bagi masyarakat luas yang ingin
mengetahui tentang prinsip-prinsip pendidikan akhlak generasi muda menurut Said Nursi.

17
Penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai salah satu bahan pemikiran untuk mengantisipasi
bentuk pendidikan akhlak yang terintegrasi dalam semua bidang ilmu dan pendidikan.

Definisi Operasional
Guna mencapai pemahaman arah dari penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu
diuraikan sebagai defenisi operasional di antaranya :
Istilah Prinsip-prinsip berasal dari bahasa Inggris principle secara leksikal
berarti : 1) Dasar kebenaran; hukum-hukum sebab akibat; 2) tuntunan peraturan untuk
tingkah laku moral (Hornby 1974, hlm. 664). Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata itu
berarti dasar, asas (kebenaran yang menjadi dasar berpikir, bertindak dan sebagainya)
(Departemen P dan K 1991, hlm. 788). Secara filosofis kata itu mengandung arti
kebenaran-kebenaran yang fundamental dari suatu kandungan doktrin atau dasar apa saja
yang berkaitan dengan tingkah laku manusia (Hasting t.th., 336). Pengulangan istilah
prinsip dalam judul yaitu prinsip-prinsip dalam bahasa Inggris principles (dalam bentuk
jamak) mengandung arti ada beberapa dasar, asas adalah jamak dari prinsip. Prinsip adalah
suatu komitmen yang mendalam terhadap sesuatu yang diyakini kebenarannya.
Istilah Pendidikan Akhlak terdiri dari 2 (dua) kata yaitu pendidikan dan
akhlak. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda, namun istilah pendidikan
akhlak menunjukkan adanya proses pembentukan seorang manusia agar memiliki
akhlak. Untuk memahami istilah ini, maka perlu memahami terlebih dahulu kata
Pendidikan.

18
Dalam bahasa Arab istilah pendidikan digunakan untuk berbagai pengertian,
antara lain tarbiyah, tahzib, talim, ta'dib, siyasat, mawaizh, 'ada ta'awwud dan tadrib.
Sedangkan untuk istilah tarbiyah, tahzib dan ta'dib sering diartikan pendidikan. Ta'lim
diartikan pengajaran, siyasat diartikan siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan.
Muwa'izh diartikan pengajaran atau peringan. 'Ada ta'awwud diartikan pembiasaan
dan tadrib diartikan pelatihan.
Di antara mereka yang menjadikan istilah-istilah di atas untuk tujuan
pendidikan yakni Ibn Miskawaih dalam tahzibul akhlak, Ibn Sina memberi judul salah
satu bukunya kitab al siyasat, Ibn al-Jazzar al-Qairawani membuat judul salah satu
bukunya berjudul siyasat al-shibyan wa tadribuhum, dan Burhan al-Islam al-Zarnuji
memberikan judul salah satu karyanya Ta'lim al-Mula'allim tharik at-ta'alum. Pada
dasarnya para ahli tidak mempersoalkan penggunaan istilah ini.
Al-Attas mendefinisikan pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke
dalam diri manusia. Suatu proses penanaman mengacu pada metode dan sistem untuk
menanamkan apa yang disebut sebagai pendidikan mengacu pada metode dan sistem
untuk menanamkan apa yang disebut sebagai pendidikan secara bertahap sesuatu
mengacu pada kandungan yang ditanamkan; dan diri manusia mengacu pada penerima
proses dan kandungan itu (Al Attas 1994, hlm. 35).
Istilah yang dikemukakan di atas mengandung tiga unsur dasar yang membentuk
pendidikan, yaitu proses, kandungan, dan penerima. Tetapi semuanya itu belum lagi suatu
definisi, karena unsur-unsur tersebut masih begitu saja dibiarkan tidak jelas. Lagi pula cara
merumuskan kalimat yang dimaksudkan untuk dikembangkan menjadi suatu definisi
sebagaimana di atas, memberikan kesan bahwa yang ditonjolkan adalah prosesnya (Al

19
Attas 1994, hlm. 36). Jadi dapat dirumuskan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang secara
bertahap ditanamkan ke dalam manusia.
Sedangkan kata akhlak dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan
akhlak, moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai dan kesusilaan. Akhlak
jamak dari khuluq yang berarti adat kebiasaan (al-'adat), perangi, tabi'at (at-jiyyat),
watak (at-thab ), adab atau sopan santun (al-muruat), dan agama (al-din). Istilah-istilah
akhlak juga sering disetarakan dengan istilah etika. Sedangkan kata yang dekat dengan
etika adalah moral.
Jadi dapat dipahami bahwa akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan
suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan. Sering pula yang
dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa
perbuatan baik dan buruk.
Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah Pendidikan Akhlak dalam
penelitian ini adalah suatu proses menuju arah tertentu yang dikehendaki sesuai
dengan landasan akhlak yang mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin
manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang (seperti Nabi) dalam arti terhadap
dirinya maupun terhadap luar dirinya.
Istilah "Generasi Muda" secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu generasi dan
muda. Kata "generasi" berarti angkatan atau turunan (Dep P dan K 1999, hlm. 309); dan
kata "muda" yang berarti belum lama ada (Dep P dan K 1999, hlm. 667). Generasi muda
berarti angkatan atau turunan yang belum lama hidup. Dalam pengertian pertama ini
nampaknya belum begitu jelas apa esensi generasi muda yang dimaksud dalam pembahasan
ini.

20
Kata generasi muda tidak cukup diartikan berdasarkan ilmu kebahasaan
(etimologi) saja, tetapi perlu dilihat arti secara terminologi (istilah). Menurut Suraiya,
generasi muda adalah bagian suatu generasi yang sedang menjalani giliran mengelola
kehidupan masyaranat dan kenegaraan (Suraiya 1985, hlm. 2). Suryono Sukanto
mengartikan generasi muda adalah sekelompok orang muda yang lahir dalam jangka waktu
tertentu (Suryono 1993, hlm. 201). Selanjutnya Hartini dan Kartasapoetra menamakan
generasi muda sebagai angkatan kaum muda (Hartini dan Kartasapoetra 1992, hlm. 166).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan, bahwa generasi muda adalah kelompok, golongan, angkatan, kaum muda
yang hidup dalam jangka waktu tertentu, di mana mereka memiliki tugas untuk
melanjutkan pembangunan bangsanya sebagaimana tugas-tugas para angkatan yang hidup
sebelum mereka.
Dari beberapa defenisi operasional di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian judul tesis ini adalah Suatu komitmen yang mendalam mengenai
kehidupan menuju arah terciptanya perilaku lahir dan batin yang seimbang (seperti
Nabi) bagi generasi muda menurut pemahaman Bediuzzaman Said Nursi".

Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian dan pemeriksaan kepustakaan yang ada tentang Said Nursi, diakui
bahwa ada beberapa peneliti yang telah menulis dan mengkaji sebagian pemikiran
Said Nursi, khususnya dalam berbagai aspek. Dalam bentuk kajian tesis terdapat sekitar 8
negara yang membahas mengenai Said Nursi. 11 Terkait penelitian ini peneliti akan
meninjau beberapa pustaka sebagai berikut :
11

Untuk lebih jelasnya mengenai karya akademik yang memuat asal negara, nama penulis, judul
karya, asal perguruan tinggi, tempat dan tahun dapat dilihat di CD Bediuzzaman Said Nursi Risale-i Nur,
Nesil Foudantion, Istanbul, Turki.

21
1 . K aj ia n " Mo de l- m od el Pe nd id ik an Be di uz z a m a n " o le h H a li t Er tu gr ul
(1 99 4) , te la h memperkenalkan karya tentang Bediuzzaman Said Nursi berjudul ;
Egitimde Bediuzzaman Modeli. Dalam karya berbahasa Turki ini, Ertugrul
membuat suatu kesimpulan, bahwa Said Nursi meliliki model tersendiri dalam
pendidikan Islam, yaitu penekanan terhadap aspek akidah, menggunakan
metode pengulangan, pendalaman, dan pemahaman. Keutamaan model
pendidikan Said Nursi adalah terletak pada kemampuan ia menggunakan
argumentasi rasional untuk menunjukkan hakikat kebenaran.
2. Tulisan

karya

Adem

Tatli,

1992

dalam

sebuah

makalah

yang

berjudul : Badiuzzanian Education Method. Makalah ini dipersentasikan


pada seminar Simposium ke II tentang Bediuzzaman Said Nursi pada 27-29
September 1992 di Istambul. Suatu catatan penting dari makalah ini memuat
tentang 13 tawaran Said Nursi untuk dijadikan basis epistemologis penegakkan
sistem pengajaran.
3. Sementara Sakir Gozutok (2000, hal. 404-412), dalam makalahmya yang berjudul;
The Risale-i Nur in The Context of Educational Principles and Methods,
menemukan beberapa metode pendidikan yang dipakai Said Nursi dalam Risale-i
Nur, yaitu The Direct Lecturing Method, The Question and Answer Method, The
Active Learning Method, dan Observational Method (External Observation and
Inward Observation).
Walaupun dua karya tersebut cukup signifikan untuk melengkapi data
penulisan tesis ini, namun sisi kelemahannya mungkin terletak pada titik tekan Said Nursi
dalam membentuk berkepribadian berakhlak mulia tidak dilakukan oleh para peugkajipengkaji Said Nursi secara detail, baik dalam kegiatan pendidikan informal, maupun dalam

22
bentuk formal. Ertugrul dan Tatli masih dalam tataran umum mengkaji pola
pendidikan dihubungkan dengan basis penegakan sistem pengajaran, meliputi
landasan filosofis, kurikulum, guru, metode, siswa, pengelolaan kelas, dan
aktifitas pergerakan siswa. Sedangkan pada tahap konseptualisasi nilai-nilai
akhlak, realisasi nilai-nilai tersebut belum dilakukan secara maksimal, atau
pengkajian tentang akhlak belum dilakukan secara mendalam.
Pemetaan kajian di atas, dimaksudkan ingin melihat penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan untuk mendukung dan diharapkan menjelaskan posisi penulis dalam
mengambil fokus kajian penulis. Semua kajian di atas, jika diteliti secara langsung atau
tidak langsung menyinggung persoalan keimanan, akhlak dan ibadah yang menjadi
fokus dari kajian penulis dalam membangun prinsip-prinsip pendidikan akhlak secara
teologis.
Dari beberapa literatur dan tulisan mengenai pemikiran Said Nursi di atas, dapat
penulis tegaskan bahwa sejauh pengamatan kami pembahasan tentang prinsip-prinsip
pendidikan akhlak generasi muda menurut Said Nursi belum ada. Karena itu, penelitian
kepustakaan yang akan kami lakukan ini adalah suatu usaha untuk mengkaji secara
mendalam mengenai prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi tersebut.
Penelitian dan karya ilmiyah yang dikemukakan diatas tidak sama dengan
penelitian yang akan penulis lakukan. Perbedaan penelitian dan karya ilmiyah tersebut
dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah pada materi pembahasannya.
Penelitian sebelumnya pada umumnya membahas masalah mosel-model pendidikan,
metodologi pendidikan, dan prinsip metode pendidikan, sedangkan penelitian yang akan
penulis lakukan adalah mengenai prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi.

23
Kerangka Teori
Dalam rangka memperjelas arah dari penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip pendidikan akhlak, jika dikaji secara teoritis, maka dalam penelitian ini
secara spesifik peneliti mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan pendidikan
akhlak sebagai berikut :
Teori pendidikan akhlak secara teoritis pendidikan akhlak pada dasarnya
bertitik tolak dari urgensi akhlak dalam kehidupan. Tokoh yang menganggap pentingnya
pendidikan akhlak adalah Oemar Bakry, menurutnya ilmu akhlak akan menjadikan
seseorang lebih sadar lagi dalam tindak tanduknya. Mengerti dan memaklumi dengan
sempurna faedah berlaku baik dan bahaya berbuat salah (Bakry 1993, hlm. 13-14).
Mempelajari akhlak setidaknya dapat menjadikan orang baik. Kemudian dapat berjuang
di jalan Allah demi agama, bangsa dan negara. Berbudi pekerti yang mulia dan
terhindar dari sifat-sifat tercela dan berbahaya.
Tokoh lain yang menganggap pentingnya pendidikan akhlak adalah
Syed Muhammad Nauquib al-Attas dengan menggunakan kata adab atau ta'dib.
Al-Attas mengatakan bahwa kebenaran metafisis sentralitas Tuhan sebagai Realitas
Tertinggi sepenuhnya selaras dengan tujuan dan makna adab dan pendidikan sebagai
ta'dib. Al-Attas menganggap bahwa proses pendidikan sebagai penanaman adab ke
dalam diri, sebuah proses yang tidak dapat diperoleh melalui suatu metode khusus.
(Lihat Wan Daud 2003, hlm. 77-79).
Selain itu, menurut Ibn Miskawaih akhlak merupakan suatu keadaan jiwa.
Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau pertimbangan secara
mendalam. Keadaan seperti ini dapat disebut sebagai karekter. Menurutnya keadaan ini ada
dua jenis. Pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Kedua, tercipta melalui kebiasaan dan

24
latihan. Berdasarkan kedua jenis keadaan ini cendikiawan klasik sering berbeda pendapat.
Sebagian berpendapat bahwa karakter dimiliki oleh jiwa yang tidak berpikir (nonrasional).
Sementara yang lain berpendapat karakter itu dimiliki oleh jiwa berpikir (rasional).
Berdasarkan kedua jenis karakter dan kedua pendapat di atas Ibn
Miskawaih menegaskan bahwa akhlak yang alamiah dan sudah menjadi watak dapat
berubah cepat atau lambat melalui disiplin serta nasehat-nasehat mulia. Karena
menurutnya pendapat pertama menyebabkan tidak berlakunya fakultas nalar,
tertolaknya segala bentuk norma dan bimbingan, kecenderungan orang kepada kekejaman
dan kelalaian serta banyak remaja dan anak-anak berkembang liar tanpa nasehat dan
pendidikan. Ini tentu saja sangat negatif (Ibn Miskawaih 1997, him. 56-57). Berdasarkan
inilah Ibn Miskawaih menganggap perlu adanya pembinaan jiwa secara intentif dengan
daya-daya akal. Pembinaan inilah yang dapat dikatakan sebagai (tahzih al-Akhlaq)
pendidikan akhlak.
Menurut Suwito yang mengutip pendapat M. Amin Abdullah bahwa
kalau dibandingkan dengan mahzab pemikiran di bidang pendidikan akhlak maka secara
umum pendidikan akhlak dapat dibagi dua, pendidikan akhlak mistik dan pendidikan
akhlak rasional. Pembedaan pendidikan akhlak kepada mistik dan rasional
bukannya tidak memiliki konsekuensi. Sebagaimana dalam teologi rasional,
akhlak rasional dapat membawa konsekuensi bagi pertumbuhan kreatifitas dan inisiatif,
sedangkan akhlak mistik kurung mendorong manusia untuk dinamis (Suwito 1995,
hlm.10).
Oleh sebab itulah, yang dimaksud dengan pendidikan akhlak rasional yang
memberi lebih kuat kepada pendidikan daya pikir (rasio) manusia, sedangkan
pendidikan akhlak mistik memberikan porsi lebih kuat kepada pendidikan daya rasa

25
pada diri manusia. Distingsi ini bermanfaat bagi konsekuensi yang ditimbulkan.
Konsekuensi pada pendidikan akhlak rasional memberikan dorongan kuat bagi terciptanya
manusia dinamis. Adapun konsekuensi yang diperoleh dari pendidikan akhlak mistik
kurang memberikan dorongan kuat bagi terciptanya manusia yang dinamis.
Namun, pendidikan akhlak tidak masuk dalam kategori institusi sebagaimana
di atas, karena hakekat pendidikan akhlak adalah inti semua jenis pendidikan.
Pendidikan akhlak mengarah pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia
sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap
luar dirinya. Dengan demikian, pendekatan pendidikan akhlak bukan monolitik dalam
pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata pelajaran atau lembaga melainkan
terintegrasi ke dalam berbagai mata pelajaran atau lembaga.
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan akhlak dalam
penelitian ini ditinjau melalui 2 (dua) aliran, yakni rasional dan mistik
(Abdullah 1997, hlm. 125). Akhlak termasuk unsur immaterial, yakni unsur rasio dan rasa.
Oleh sebab itulah, yang dimaksud dengan pendidikan akhlak rasional yang memberi
lebih kuat kepada pendidikan daya pikir (rasio) manusia, sedangkan pendidikan akhlak
mistik memberikan porsi lebih kuat kepada pendidikan daya rasa pada diri manusia.
Distingsi ini bermanfaat bagi konsekuensi yang ditimbulkan terhadap perlaku manusia.
Karena

itu,

maka

konsekuensi

pada

pendidikan

akhlak

rasional

memberikan dorongan kuat bagi terciptanya manusia dinamis. Adapun konsekuensi yang
diperoleh dari pendidikan akhlak mistik kurang memberikan dorongan kuat bagi
terciptanya manusia yang dinamis.
Namun, dalam kajian penelitian ini justru keduanya dipadukan untuk
melengkapi satu dengan yang lainnya. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa

26
pendapat Amin Abdullah menjadi landasan kajian ini dalam memadukan aspek-aspek
akhlak dalam diri manusia.

Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan, mengolah dan menganalisis data, maka langkahlangkah yang perlu dijelaskan terkait dengan hal-hal teknis dalam metodologi penelitian ini,
sebagai berikut :
Jenis Penelitian
Penelitian ini dari segi objeknya adalah penelitian pustaka (library research) dan penelitian
lapangan (field research). Disebut penelitian pustaka karena objeknya adalah pemikiran
yang tertuang dalam bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, arsip-arsip, dokumendolumen, jurnal dan majalah ilmiah. Disebut penelitian lapangan karena objeknya adalah
pengamatan secara langsung aktivitas keagamaan generasi muda Turki yang mengarah
kepada model kajian generasi muda.
Penelitian ini dari segi objek dan tujuannya adalah deskriptif kualitatif. Disebut
deskriptif karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendiskripsikan
pemikiran-pemikiran yang terdapat di dalam buku-buku dan dokumen-dokumen,
menjelaskan dan menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan pada objek tertentu
secara jelas dan sistematis. Disebut kualitatif adalah karena di dalam penjelasan dan uraianuraiannya tidak menggunakan angka statistik tetapi dengan fakta dan argumentasi.

Sumber Data

27
Sumber data pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Adapun data
primer adalah data yang langsung dari sumber pertamanya, yaitu pengkajian kitab
Risale-i Nur sejumlah lebih kurang 6000 halaman. Penelitian ini mengambil sumber
asli yakni dalam bahasa Turki dan Arab. Adapun sumber pemikiran Said Nursi yang
dijadikan rujukan adalah 2 (dua) karya dari kumpulan Risale-i Nur. Kedua karya tersebut :
a. Lemaalar (kumpulan cahaya) memuat sebanyak 33 kumpulan cahaya. Berisi
ajakan untuk merasakan tetesan cahaya Ilahi yang memantul di setiap aspek
kehidupan baik yang profan maupun yang sakral, lahir maupun bathin dan
menerangkan bahwa ada hikmah dibalik peristiwa, entah itu anugerah atau
bencana yang mana hikmah tersebut akan menyempurnakan kehidupan (spiritual)
manusia. (Said Nursi, 2003a). Buku ini mengandung 33 cahaya, membahas
peristiwa yang menimpa para Nabi Allah SWT, mengenai kemukjizatan
Rasulullah, keutamaan munajat (doa), tentang kabar ghaib dari ayat al-Quran,
minhaj as-Sunnah, ma'rifat terhadap Allah dan Rasulullah, pembahasan tentang
akhlak, dan lain-lainnya.
b.

Mektubat (kumpulan surat-surat) merupakan kumpulan surat-surat 19281932 memuat jawaban dan penjelasannya seputar isu-isu penting dalam, Islam
tentang isu-isu teologis, dan kehidupan spiritual yang mana dijelaskan dengan
penjelasan yang sangat argumentatif dengan dalil yang menguatkan (Said Nursi,
2003b). Buku ini memuat tentang tingkat kehidupan, rahmat dalam kematian dan
kemalangan, Asma Allah SWT, mukjizat Rasulullah SAW, makna mimpi,
hikmah penciptaan setan, mengapa harus ada mukjizat dan lain sebagainya.
Penyajian buku ini menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dengan
dalil naqli dan argumentasi serta pendekatan analogi yang aktual dan relevan.

28
Kedua kitab di atas adalah bagian dan koleksi Risale-i Nur merupakan tafsir
al-Quran yang ditulis oleh Said Nursi dalam bahasa Turki dan Arab. Fokusnya kedua
kitab ini, walau nanti juga akan diikuti dengan 12 kitab lainnya dalam pembahasan
kajian penelitian ini.
Di samping Risale-i Nur, sebagai sumber sekunder digunakan sebagai pendukung
ayat-ayat Al-Quran dalam kajian ini, dan bila dipandang perlu dilakukan penafsiran untuk
mendukung analisa dan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu, yang dapat dijadikan
sumber sekunder adalah tulisan-tulisan yang membicarakannya tentang pendidikan
akhlak. Adapun yang dapat digunakan sebagai sumber sekundernya berupa buku,
majalah, koran, enseklopedia, monograf, jurnal ilmiah, makalah-makalah hasil
simposium Internasional dan seminar Internasional hasil-hasil penelitian dan
media elektronik (program komputer, CD-ROM atau internet) yang berhubungan
dengan penelitian ini sebagai data pendukung fokus penelitian ini.

Teknik Penulisan
Teknis penulisan tesis ini berpedoman pada buku tuntutan PPS IAIN Raden Fatah
Palembang yang ditulis oleh M. Sirozi dan kawan-kawan (Edisi Revisi)
Pedoman Penulisan Tesis, Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2005.
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, selanjutnya data tersebut
dianalisa. Analisa merupakan tahap yang penting dan menentukan, karena dalam tahap
ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil dalam
menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalanpersoalan dalam penelitian. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa kualitatif Dalam penelitian ini data yang sudah dikumpulkan diolah untuk

29
diklasifikasikan sesuai dengan jenis datanya. Apakah data-data tersebut termasuk
sumber primer atau sumber sekunder.
Adapun teknis penulisan tesis ini melalui langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan datanya dimulai dengan proses pengumpulan kitab-kitab dan buku-buku yang
berkaitan dengan Risale-i Nur dalam konteks pendidikan akhlak. Setelah datadata terkumpul maka data diteliti untuk mencari fakta yang relevan mengenai pendidikan
akhlak menurut Said Nursi. Selanjutnya membaca data-data tersebut sebagai langkah
identifikasi konsep-konsep dasar dari pemikiran pendidikan akhlak Said Nursi.
Data

kemudian

dikelola

secara

mendalam,

pengelolaan

analisa

ini

dimaksudkan untuk menganalisa secara mendalam pemikiran-pemikiran Said Nursi


tentang konsep pendidikan akhlak, menganalisa apa-apa saja pemikiran Said Nursi.
Kemudian pemikiran Said Nursi yang dijadikan objek direkonstruksi secara sistematis dan
objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, verifikasi, serta menganalisa buktibukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
Sebagaimana dalam disebutkan bahwa data primer penelitian ini adalah Risale-i
Nur orisinil adalah bahasa Turki dan Arab, maka perlu dijelaskan secara teknis
penganalisaan bahan-bahan dilakukan dengan cara komperasi bahasa yakni digunakan
kombinasi Risale-i Nur yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Arab dan
Inggris, yang dalam penelitian ini diposisikan data sekunder hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah verifikasl dan menarik konklusi.
Keterbatasan Penelitian
Sebagal kajian pustaka penelitian ini tetap memiliki keterbatasan yang patut disampaikan di
sini, keterbatasan penelitian ini ada faktor bahasa dari segi teks Risale-i Nur, karena
Risalei Nur orisinil adalah bahasa Turki. Sehingga pembahasan penelitian ini

30
digunakan kombinasi Risale-i Nur sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, Arab
dan Inggris. Faktor Tebalnya Risale-i Nur, faktor ini juga menyebabkan kesulitan dalam
penelitian ini karena jumlah halaman mencapai 6000 halaman yang terdiri dari 14
jilid. Untuk itu, penelitian ini hanya menggunakan sebagian dari Risale-i Nur yakni 2
kitab saja. Hal ini juga disebabkan faktor keterbatasan waktu studi, keterbatasan
waktu studi ini lebih disebabkan adanya keinginan mengkaji risalah nur ini dari
bahasa aslinya, yakni bahasa Turki. Namun, waktu satu tahun yang digunakan
tidaklah mencukupi. Karena 6 bulan pertama digunakan untuk belajar bahasa Turki dan 6
bulan mulai merancang penelitian dan penulisan, situasi itu pun tidaklah dapat dilakukan
secara optimal, karena banyak waktu yang digunakan untuk mengikuti berbagai kegiatan
yang diprogramkan oleh The IstanbuFoundation for Sciance and Culture. Keterbatasan
penelitian ini perlu dijelaskan untuk menghindari faktor-faktor yang mungkin
mengancam objektivitas atau validitas penelitian dan generalisasinya.
Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan tesis ini terdiri dari beberapa bab, dari tiap-tiap bab juga terdiri dari
beberapa kerangka-kerangka pembahasan, maka untuk mengetahui masing-masing bab
tersebut adalah sebagai berikut :
Bab Pertama, bab ini merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari Latar
belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Defenisi
Operasional, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Bab Kedua, bab ini membahas mengenai pendidikan akhlak dan pembinaan
generasi muda. Adapun kajiannya tentang pendidikan akhlak mencakup ; pengertian dan
tujuan, ruang lingkup, dan signifikansinya. Sedangkan kajian pembinaan generasi muda

31
mencakup ; pengertian dan batasan, karakteristik, dinamika kehidupan, dan kedudukan
akhlak dalam kehidupan generasi muda.
Bab Ketiga, bab ini membahas mengenai biografi singkat Said Nursi.
Kajiannya meliputi masa kecil dan pendidikan Said Nursi mencakup ; latar belakang
keluarga dan riwayat pendidikan, selanjutan kegiatan keagamaan, kegiatan politik dan
terakhir diuraikan tentang karya tulis Said Nursi.
Bab Keempat, bab ini membahas mengenai prinsip-prinsip pendidikan akhlak
mencakup ; menguatkan keimanan, berpegang teguh pada al-Qur'an, memahami
hakekat penciptaan manusia, memahami alam semesta, memahami asma' al-husna,
mengetahui tanda-tanda hari kiamat, meyakini hari kiamat, meneladani Nabi
Muhammad Saw., dan menanamkan ikhlas, takwa dan sedekah. Bagian selanjutnya
difokuskan bahasan pada prinsip-prinsip pendidikan akhlak dengan pembinaan
generasi muda yang mencakup ; relevansi dengan akidah, pandangan hidup, tujuan
hidup, ibadah, tingkah laku, situasi kejiwaan, lingkungan, dan tahapan perkembangan
kepribadian generasi muda.
Bab Kelima, membahas penutupan berisikan kesimpulan, saran-saran, implikasi
dan rekomendasi.

Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
PENDIDIKAN AKHLAK DAN GENERASI MUDA

Kajian ini dibagi menjadi 2 (dua) fokus yaitu mengenai pendidikan akhlak dan pembinaan
generasi muda yang memiliki cakupan yang luas, jika ditinjau dari berbagai perspektif

32
kajian. Namun pada kajian tentang pendidikan akhlak mencakup ; pengertian dan tujuan,
ruang lingkup, dan signifikansinya. Sedangkan kajian pembinaan generasi muda
mencakup ; pengertian dan batasan, karakteristik, dinamika kehidupan, dan kedudukan
akhlak dalam kehidupan generasi muda.

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Akhlak


Pengertian Pendidikan Akhlak
Dalam bahasa Arab istilah pendidikan digunakan untuk berbagai
pengertian,

antara

lain

tarbiyah,

tahzib,

talim,

ta'dib,

siyasat,

mawaizh, 'ada ta'awwud dan tadrib. Sedangkan untuk istilah tarbiyah,


tahzib dan ta'dib sering diartikan pendidikan. Ta'lim diartikan pengajaran, siyasat
diartikan siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan. Muwa'izh diartikan pengajaran
atau peringan. 'Ada ta'awwud diartikan pembiasaan dan tadrib diartikan pelatihan.
Di antara mereka yang menjadikan istilah-istilah di atas
untuk tujuan pendidikan yakni Ibn Miskawaih dalam bukunya
berjudul tahzibul akhlak, Ibn Sina memberi judul salah satu bukunya
kitab al siyasat, Ibn al-Jazzar al-Qairawani membuat judul salah satu
bukunya berjudul siyasat al-shibyan wa tadribuhum, dan Burhan alIslam al-Zarnuji memberikan judul salah satu karyanya Ta'lim alMula'allim tharik at-ta'alum. Walau terjadi berbagai perbedaan, namun
para ahli tidak mempersoalkan penggunaan istilah di atas. Karena, pada
dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu kesimpulan awal,

33
bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih baik.
Memang secara fakta bahwa istilah pendidikan telah menempati banyak
tempat dan didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pakar, yang banyak
dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Para pakar sependapat bahwa Pendidikan
lebih daripada sekedar pengajaran. Kalau pengajaran dapat dikatakan
sebagai "suatu proses transfer ilmu belaka", namun pendidikan
merupakan
dengan

"transformasi

segala

aspek

nilai
yang

dan

pembentukan

dicakupnya".

kepribadian

Dengan

demikian,

pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan "tukang-tukang"


atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang
sempit, karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.
Artinya,

perbedaan

pendidikan

dengan

pengajaran

terletak

pada

penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran clan kepribadian anak didik di


samping transfer ilmu dan keahlian (Azra 2000, hlm. 3-4).
Mengambil makna dari pandangan Azra di atas, artinya
pendidikan secara umum memuat sebuah usaha dan cara-cara yang
dipersiapkan oleh pelaku pendidikan (Baca ; guru, pendidik) dengan
persiapan yang matang dan penekanan-penekanan menuju ke arah
proses

transformasi

nilai

dan

pembentukan

kepribadian

yang

sesungguhnya tidak mudah dilaksanakan.


Jika kita melihat sejarah, pendidikan secara istilah, seperti yang lazim dipahami
sekarang belum dikenal pada zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh
Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran,

34
memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah
mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab Mekkah yang tadinya
menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan
Nabi mengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi menyembah Allah
Tuhan Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah lembut dan hormat pada orang lain.
Dari kegigihan usaha Rasulullah SAW tersebut, mereka telah berkepribadian
muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam dengan itu berarti Nabi telah
mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik yang berhasil. Sehingga jelaslah kegigihan
tersebut mencerminkan upaya menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia
(Arifin 1993, hlm. ix), yaitu potensi untuk selalu cenderung kepada kebaikan dan ridha
Allah SWT sebagai jalan yang dapat membahagiakan kehidupan mereka di dunia dan
akhirat.
Al-Attas mendefinisikan pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke
dalam diri manusia. Suatu proses penanaman mengacu pada metode dan sistem untuk
menanamkan apa yang disebut sebagai pendidikan mengacu pada metode dan sistem
untuk menanamkan apa yang disebut sebagai pendidikan secara bertahap sesuatu
mengacu pada kandungan yang ditanamkan; dan diri manusia mengacu pada penerima
proses dan kandungan itu (Al-Attas 1994, hlm. 35).
Istilah yang dikemukakan di atas mengandung tiga unsur dasar yang membentuk
pendidikan, yaitu proses, kandungan, dan penerima. Tetapi semuanya itu belum lagi suatu
definisi, karena unsur-unsur tersebut masih begitu saja dibiarkan tidak jelas. Lagi pula cara
merumuskan kalimat yang dimaksudkan untuk dikembangkan menjadi suatu definisi

35
sebagaimana di atas, memberikan kesan bahwa yang ditonjolkan adalah prosesnya (AlAttas 1994, hlm. 35-36). Jadi dapat dirumuskan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang
secara bertahap ditanamkan ke dalam manusia.
Sedangkan kata "Akhlak" dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan dengan akhlak, moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah
laku, perangai dan kesusilaan. Akhlak jamak dari khuluq yang berarti
adat kebiasaan (al-'adat), perangi, tabi'at (at-jiyyat), watak (at-thab),
adab atau sopan santun (al-muruat), dan agama (al-din). Istilah-istilah
akhlak juga sering disetarakan dengan istilah etika. Sedangkan kata
yang dekat dengan etika adalah moral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti
atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan
tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam
al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang
tercantum dalam al-Quran surat al-Qalam ayat: 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans
pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul: "Sesungguhnya engkau [Muhammad]
berada di atas budi pekerti yang agung" (QS. Al-Qalam [68]: 4). Kata akhlak banyak
ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi SAW, dan salah satunya yang paling populer adalah :
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR. Bukhari dan Muslim).
Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita
selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, dan bahwa
firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keanekaragaman tersebut, dalam
al-Qur'an : Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam (QS. Al-Lail
[92]: 4). Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai

36
kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa
kelakuan itu ditujukan.
Sedangkan kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata
Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adat kebiasaan (Bertens, 2004, him. 4). Kata
yang dekat dengan etika adalah moral. Kata moral berasal dari bahasa
Latin mos dan jamaknya mores yang berarti kebiasaan atau adat. Jadi
menurut Bertens kata "etika" sama dengan etimologi "moral", karena
keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaaan. Hanya
bedanya "etika" dari bahasa Yunani dan "moral" dari bahasa Latin.
Dalam bahasa Inggris dan juga bahasa Indonesia kata etika dan moral
sangat berdekatan dengan istilah akhlak dari bahasa Arab.
Terkait masalah istilah dalam bahasa Indonesia dikenal istilah "etika dan
etiket. Etika disini berati moral. Etiket berarti sopan santun. Etiket juga berarti secarik
kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan barang. Jika dari asal usulnya, kedua
istilah ini tidak ada hubungannya. Etika dalam bahasa Inggris adalah ethics sedangkan
etika adalah etiquette. Kedua istilah ini memiki persamaan dan perbedaan. Dari segi
persamaan. Pertama, sama-sama menyangkut perilaku manusia. Kedua, sama-sama
mengatur perilaku manusia secara normatif.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Etika
dijelaskan dengan membedakan tiga arti 1) Ilmu tentang yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), 2)

37
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) Nilai
mengenai

benar

dan

salah

yang

dianut

suatu

golongan

atau

masyarakat.
Menurut para ahli masa lalu (al-qudama). Akhlak adalah
kemampuan
spontan,

jiwa

tanpa

untuk

pemikiran

melahirkan
atau

suatu

pemaksaan.

perbuatan
Sering

pula

secara
yang

dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan


jiwa berupa perbuatan baik dan buruk.
Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai ('ilm al-suluk), atau tahzib alakhlaq (falsafat akhlak) atau al hikmah al-amaliyat atau al hikmat al khuluqiyyat. Yang
dimaksud dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan dan cara
memperolehnya, agar jiwa bersih dan pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan jiwa untuk
mensucikannya.
Sedangkan menurut Imam al-Ghazali berpendapat bahwa Akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang
gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama (Mahyuddin
1996, hlm. 4). Sedangkan Asmaran cenderung melihat akhlak merupakan bawahan sejak
lahir yang tertanam di dalam jiwa manusia. Asmaran (1994), mendefinisikan "akhlak itu
adalah sifat-sifat yang dibawah manusia sejak lahir, yang tertanam di dalam jiwanya dan
selalu ada pada dirinya. Sifat itu dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatannya yang baik
disebut akhlak mulia, dan perbuatan yang buruk disebut akhlak yang buruk atau tercela.
Baik atau buruknya suatu akhlak tergantung pda pembinaannya" (Asmaran 1994, hlm.1).
Ditinjau dari segi sifatnya, akhlak terbagi dua macam, yakni akhlak yang baik,
disebut akhlaqul mahmudah; dan akhlak yang tercela, disebut akhlaqul mazmumah

38
(Barmawie 2001, hlm.22). Kemudian dilihat dari segi sasarannya, akhlak kepada sesama
manusia dan akhlak kepada lingkungan. Akhlaqul mahmudah juga terbagi lagi beberapa
macam, diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Al-Amanah, artinya jujur


Al-Afwu, artinya pemaaf
Al-khusu, artinya menghormati tamu
Al-Hilmu, artinya tidak melakukan maksiat
Al-Adli, artinya bersifat adil
Al-Hifafah, artinya memelihara kesucian
Al-Hifafah, artinya memelihara kesucian
Ar-Rahman, artinya bersifat belas kasih
At-Taawun, artinya suka menolong (Barmawie 2001, hlm.23).

Dari pengertian di atas, pada hakikatnya akhlak menurut al-Ghazali harus


mencakup dua syarat, yaitu: Pertama, Perbuatan itu harus konstan yaitu dilakukan
berulang kali (kontinu) dalam bentuk yang sama sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan
yang meresap dalam jiwa. Kedua, Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan
mudah sebagai wujud refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran yaitu bukan
karena adanya tekanan-tekanan atau paksaan dan pengaruh dari orang lain.
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa akhlak merupakan suatu
cerminan atau tolak ukur terhadap setiap sikap, tindakan, cara berbicara atau pola tingkah
laku seseorang itu baik atau buruk, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, terhadap
sesama manusia, akhlak terhadap Allah Swt, maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Jadi
akhlak merupakan fondasi atau dasar yang utama dalam pembentukan pribadi manusia
yang seutuhnya, agar setiap umat Islam mempunyai budi pekerti yang baik (berakhlak
mulia), bertingkah laku dan berperangai yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Berdasarkan penjelasan di atas dalam penelitian ini arti kata
akhlak bisa disamakan dengan kata etika, moral dan etiket. Namun

39
hanya kata akhlak dan etika yang mempunyai maksud sama ketika
menyangkut perilaku lahir dan batin manusia. Karena, itu dalam
penelitian ini, akhlak yang dimaksud adalah "pengetahuan menyangkut
perilaku lahir dan batin manusia".
Penjelasan

di

atas

menggiring

pemahaman

bahwa

istilah

pendidikan akhlak dimaksud dalam penelitian ini adalah "suatu


kegiatan pendidikan yang disengaja untuk perilaku lahir dan batin
manusia menuju arah tertentu yang dikehendaki".

Tujuan Pendidikan Akhlak


Berbicara masalah tujuan pendidikan akhlak sama dengan berbicara tentang pembentukan
akhlak, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan
bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam (alAbrasyi 1974, hlm. 15). Demikian pula Ahmad D Marimba berpendapat bahwa tujuan
utama pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk
menjadi hamba Allah yakni hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan
memeluk Islam (Marimba 1980, hlm.48-49).
Akan tetapi, sebelum kita lanjutkan tentang tujuan pendidikan akhlak ada masalah
yang perlu kita jawab terlebih dahulu dengan seksama, yaitu apakah akhlak itu dapat
dibentuk atau tidak?. Menurut sebagian ahli mengatakan bahwa akhlak itu tidak perlu
dibentuk karena akhlak adalah instinct (Gharizah) yang dibawa manusia sejak lahir
(Mansyur 1961, hlm. 91). Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari
manusia sendiri, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada

40
kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya,
walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan. Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa
akhlak adalah gambaran bathin sebagaimana terpantul dalam perbuatan lahir. Perbuatan
lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan bathin. Orang yang bakatnya pendek
tidak dapat dengan sendirinya meninggikan dirinya, demikian pula sebaliknya (Al Ghazali
t.t., hlm. 54).
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan, dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh (Al Ghazali
t.t., hlm. 90). Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari
ulama-ulama Islam yang cenderung kepada akhlak. Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, al-Ghazali
dan lain-lain termasuk pada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha
(muktasabah).
Imam al-Ghazali misalnya mengatakan bahwa: Seandainya akhlak itu tidak dapat
menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan. Dan tidak ada
pula fungsinya hadits nabi yang mengatakan perbaikilah akhlak kamu sekalian (Al
Ghazali t.t., hlm. 54). Pada kenyataannya di lapangan usaha-usaha pembinaan akhlak
melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus
dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang peril dibina dan pembinaan ini
ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia,
taat kepada Allah dan Rasul-NYa, hormat kepada ibu bapak, saying kepada makhluk Tuhan
dan seterusnya.
Akan tetapi keadaan sebaliknya juga menyatakan bahwa anak-anak yang tidak
dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan, dan pendidikan, terntaya menjadi
anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela, dan

41
seterusnya. Ini semua menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina agar akhlak
generasi penerus kedepan menjadi lebih baik dan terhindar dari perbuatan yang tidak
diinginkan.
Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana
semakin banyak tantangan dan godaan sebagai sebagai dampak dari kemajuan teknologi.
Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di
dunia ini, baik itu berupa yang baik atau pun yang buruk, karena adanya alat
telekomunikasi. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui
pesawat televis, internet, faximile, dan seterusnya. Film, buku-buku, tempat-tempat hiburan
yang menyuguhkan adegan maksiat jujga banyak. Demikian pula dengan obat-obat
terlarang, minuman keras, dan pola hidup materialistic dan hedonistik semakin menggejola.
Semua itu jelas membutuhkan pembinaan akhlak (Nata 2002).
Jadi untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin
dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi memerlukan membiasakannya melakukan
perbuatan yang baik, dan diharakan nantinya dia mempunyai sifat-sifat tersebut dan
menjauhi sifat-sifat tercela. Kebiasaan latihan itulah yang membuat ia cenderung kepada
melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Pembinaan moral, pembentukan sikap dan pribadi pada umumnya terjadi melalui
pengalaman sejak kecil. Pendidik atau Pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru.
Semua pengalaman yang dilalui anak sewaktu kecilnya, akan merupakan unsur
pentingdalam pribadinya. Sikap anak terhadap agamanya dibentuk pertama kali oleh orang
tuanya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah.
Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang, doa,
membaca al-quran, sembahyang berjamaah di sekolah, masjid atau langgar, harus

42
dibiasakan sejak kecil, sehingga akan tumbuh rasa senang melakukanibadah tersebut.
Latihan keagamaan, yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial atau hubungan dengan
sesama manusia sesuai dengan ajaran agama jauh lebih penting daripada hanya sekedar
kata-kata.
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada 3 (tiga) aliran yang sangat popular, yaitu
aliran nativisme, aliran empirisme, dan aliran konvergensi (Abudin Nata, 2002). Menurut
aliran nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut akan menjadi
baik.
Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam
diri manusia dan aliran ini erat kaitannya dengan aliran intuisme dalam penentuan baik dan
buruk sebagaimana telah diuraikan di atas. Aliran ini tampak kurang menghargai atau
kurang memperhitungkan peran pembinaan dan pendidikan.
Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang
diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini
tampak lebih percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran.
Sementara aliran konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu factor pembawaan anak dan factor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui berbagai metode (Arifin 1991, hlm. 13).

43
Aliran ketiga ini sesuai dengan ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah dalam alquran yang berbunyi: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati agar kamu bersyukur. Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki
potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut
harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Hal ini juga sesuai
dengan yang dilakukan oleh Luqmanul Hakim terhadap anak-anaknya, sebagaimana
tersebut dalam firman Allah yang berbunyi:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anak-anaknya di waktu ia
memberika pelajaran kepadanya. `hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang
ibu bapaknya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah
lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKU dan kepada
kedua ibu bapakmu, hanya kepada-KUlah kembalimu (QS : Luqman :13-14).
Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidikan yang
dilakukan Lukman Hakim, juga berisi materi pelajaran yang utama diantaranya adalah
pendidikan tauhid atau keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu dasar yang
kokoh bagi pembentukan akhlak.
Kesesuaian teori konvergensi di atas, juga sejalan dengan hadits Nabi yang
berbunyi: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan membawa fitrah (rasa ketuhanan dan
kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak
itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi (HR. Bukhari)
Dari ayat dan hadits tersebut di atas jelas sekali bahwa pelaksanaan utama dalam
pendidikan adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya orang tua terutaman ibu mendapat
gelar sebagai madrasah, yakni tempat berlangsung kegiatan pendidikan.

44
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor yang paling
dominan terhadap pembentukan akhlak anak didik adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa
anak dari sejak lahir, sementara faktor eksternal yang dalam hal ini adalah dipengaruhi
kedua orang tua, guru di sekolah, tokoh-tokoh masyarakat. Melalui kerja sama yang baik
antara 3 lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), apektif
(penghayatan), dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada
diri anak.
Dari berbagai penjelasan di atas, pada dasarnya tujuan pendidikan akhlak sejalan
dengan tujuan pendidikan seperti yang disinggung dalam al-Quran yaitu membina
manusia baik secara pribadi kelompok agar mampu menjalankan fungsinya sebagai
khalifah Allah maupun sebagai hamba Allah. Tugas khalifah sendiri harus memenuhi
empat sisi yang saling berkaitan yaitu pemberi tugas (Allah), penerima tugas (manusia),
tempat atau lingkungan di mana manusia berada, dan materi-materi penugasan yang harus
mereka laksanakan. Dan keempat hal ini saling berkaitan, itulah sebabnya sering terjadi
perbedaan dan tujuan pendidikan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, karena
mereka harus memperhatikan faktor lingkungan di mana manusia itu berada (Mahmudah,
tt., hlm. 56).
Berdasarkan penjelasan di atas, wajar kiranya Omar Muhammad al-Toumy alSyaibany menyatakan bahwa dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam.
Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al-Quran dan Hadits, pemikiran yang
serupa juga dianut oleh para pemikir pendidikan Islam, atas dasar pemikiran tersebut maka
para ahli pendidikan dan pemuka pendidikan Muslim mengembangkan pemikiran

45
mengenai pendidikan Islam dengan merujuk kedua sumber utama ini (Jalaluddin 2001,
hlm. 8).
Secara teoritis pendidikan akhlak pada dasarnya bertitik tolak dari urgensi akhlak
dalam kehidupan. Tokoh yang menganggap pentingnya pendidikan
akhlak adalah Oemar Bakry, menurutnya ilmu akhlak akan menjadikan
seseorang lebih sadar lagi dalam tindak tanduknya. Mengerti dan
memaklumi dengan sempurna faedah berlaku baik dan bahaya berbuat
salah" (Bakry 1993, hlm. 13-14). Mempelajari akhlak setidaknya dapat
menjadikan orang baik. Kemudian dapat berjuang di jalan Allah
demi agama, bangsa dan negara. Berbudi pekerti yang mulia dan
terhindar dari sifat-sifat tercela dan berbahaya.
Tokoh
akhlak

lain

adalah

yang

Syed

menganggap
Muhammad

pentingnya

Nauquib

pendidikan

al-Attas

dengan

menggunakan kata adab atau ta'dib. Al-Attas mengatakan bahwa


kebenaran metafisis sentralitas Tuhan sebagai Realitas Tertinggi
sepenuhnya selaras dengan tujuan dan makna adab dan pendidikan
sebagai ta'dib. Al-Attas menganggap

bahwa

proses

pendidikan

sebagai penanaman adab ke dalam diri, sebuah proses yang tidak


dapat diperoleh melalui suatu metode khusus. (Lihat Wan Daud
2003, hlm. 77-79). Penjelasan al-Attas ini menggambarkan bahwa
potensi akhlak berada pada Realitas Tertinggi yang merupakan titik
sentral dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia
itulah, maka mengatakan Ibn Miskawaih bahwa tujuan pendidikan

46
akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong
secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan atau bernilai
baik (Badawi 1963, hlm. 478). , sehingga mencapai kesempurnaan
dan memperoleh sa'adat (kebahagiaan sejati/kebahagiaan yang
sempurna).

Pendapatan

ini

beralasan

bahwa

kebaikan

itu

merupakan tujuan setiap orang, factor anugerah Allah yang dapat


mencapai kebaikan, disamping adanya kesungguhan berusaha dan
berkelakuan baik (Miskawaih 1982, hlm. 41-45). Seperti yang
disimpulkan oleh Suwito bahwa tujuan pendidikan akhlak menurut
pemikiran Ibn Miskawaih adalah terciptanya manusia berperilaku
ketuhanan. Perilaku seperti ini muncul dari akal ketuhanan yang
ada dalam diri manusia secara spontan (Suwito 1992, hlm. 157).
Rumusan tujuan pendidikan akhlak seperti ini hakekatnya dapat dilakukan melalui
membangun motivasi pribadi dan orang lain untuk mencontoh akhlak Nabi. Artinya,
bahwa berbagai aktivitas kehidupannya selalu melakukan sesuatu dengan mengikuti
akhlak nabi, baik dalam rangka pembentukan sebagai seorang pribadi maupun terhadap
orang lain. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah
terciptanya manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang seimbang (seperti Nabi)
berdasarkan pemahaman Bediuzzaman Said Nursi".

Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak


Pembicaraan tentang pendidikan akhlak harus diakui banyak sekali persoalan yang
akan muncul ketika masalah ini diangkat dan dikaji. Karena memang banyak hal
yang dapat mempengaruhi proses pendidikan akhlak. Diantaranya adalah menyangkut

47
jumlah dan nama sumber karya tulis mengenai pendidikan akhlak.
Prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi akan sangat berbeda
jika ditinjau dari sudut pandang situasi sosial pada saat Risale-i Nur
ditulis. Juga akan sangat berbeda kalau konsep itu berdasarkan
kontekstualisasi pemahaman nilai-nilai keimanan atau ketauhidan
yang menjadi filosofi dalam membentuk karekteristik insan manusia
secara intergratif, universal dan kekinian.
Kemudian perbedaan juga akan muncul bila pendidikan akhlak
ditinjau dari segi pelaksanaannya, seperti efektifitas pendidikan akhlak
yang dilakukan dengan pendekatan monolitik (diajarkan sebagai suatu
bidang studi tersendiri) dengan pendekatan integratif (terintegrasi
dengan bidang studi) pada lembaga pendidikan. Jika pendekatan
integratif, maka

masih

ada

pertanyaan

yakni

bidang

studi

manakah yang sesuai dengan pengintegrasian?. Di samping itu,


yang dapat berpengaruh pada konsep pendidikan akhlak adalah cara
mengevaluasi pendidikan akhlak, dari kurikulumnya, alat dan atau
media

yang digunakan.

Faktor

lain

seperti

lingkungan,

jenis

kelamin, tingkat kecerdasan anak didik, teologi pendidik, dan


sebagainya, dapat pula berpengaruh terhadap hasil penelusuran
konsep seseorang mengenai pendidikan akhlak.
Beberapa identifikasi di atas merupakan berbagai persoalan
yang akan muncul dalam dinamika pemikiran mengenai prinsipprinsip pendidikan akhlak. Dalam penelitian ini selain tujuan teknis yang
diarahkan menjawab persoalan pokok maka dirumuskan tujuan pendidikan akhlak menurut

48
pandangan Said Nursi yang dapat dipahami dari Risale-i Nur bahwa tujuan pendidikan
akhlak diarahkan terciptanya manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang
seimbang (seperti Nabi) berdasarkan pemahaman Bediuzzaman Said Nursi.
Maka dapat dipahami bahwa pendekatan pendidikan akhlak bukan monolitik yang
harus menjadi mata pelajaran atau lembaga, melainkan terintegrasi ke dalam berbagai mata
pelajaran atau lembaga. Akhlak dalam dasar-dasar pendidikan selalu berawal dari
upaya prinsip menguatkan iman dan mengkokohkan akidah secara integratif yang
pembahasannya akan mempengaruhi terbentuknya doktin-doktrin akhlak secara
aplikatif.
Selain itu, menurut Ibn Miskawaih akhlak merupakan suatu
keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa
berpikir atau pertimbangan secara mendalam. Keadaan seperti ini
dapat disebut sebagai karekter. Menurutnya keadaan ini ada dua jenis.
Pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Kedua, tercipta melalui
kebiasaan

dan

latihan.

Berdasarkan

kedua

jenis

keadaan

ini

cendikiawan klasik sering berbeda pendapat. Sebagian berpendapat


bahwa karakter dimiliki oleh jiwa yang tidak berpikir (nonrasional).
Sementara yang lain berpendapat karakter itu dimiliki oleh jiwa
berpikir (rasional).
Berdasarkan kedua jenis karakter dan kedua pendapat di
atas Ibn Miskawaih menegaskan bahwa akhlak yang alamiah dan
sudah menjadi watak dapat berubah cepat atau lambat melalui
disiplin serta nasehat-nasehat mulia. Karena menurutnya pendapat
pertama menyebabkan tidak berlakunya fakultas nalar, tertolaknya

49
segala bentuk norma dan bimbingan, kecenderungan orang kepada
kekejaman

dan

kelalaian

serta

banyak

remaja

dan

anak-anak

berkembang liar tanpa nasehat dan pendidikan. Ini tentu saja sangat
negatif (Ibn Miskawaih 1997, hlm. 56-57). Berdasarkan inilah Ibn
Miskawaih menganggap perlu adanya pembinaan jiwa secara intentif dengan dayadaya akal. Pembinaan inilah yang dapat dikatakan sebagai (tahzih al-Akhlaq) pendidikan
akhlak.
Menurut

Suwito

yang

mengutip

pendapat

M.

Amin

Abdullah bahwa kalau dibandingkan dengan mahzab pemikiran di


bidang pendidikan akhlak maka secara umum pendidikan akhlak
dapat dibagi dua, pendidikan akhlak mistik dan pendidikan akhlak
rasional.

Pembedaan

pendidikan

akhlak

kepada

mistik

dan

rasional bukannya tidak memiliki konsekuensi. Sebagaimana


dalam

teologi

rasional,

akhlak

rasional

dapat

membawa

konsekuensi bagi pertumbuhan kreatifitas dan inisiatif, sedangkan


akhlak mistik kurung mendorong manusia untuk dinamis (Suwito 1995,
hlm.10).
Oleh sebab itulah, yang dimaksud dengan pendidikan akhlak
rasional yang memberi lebih kuat kepada pendidikan daya pikir
(rasio) manusia, sedangkan pendidikan akhlak mistik memberikan
porsi lebih kuat kepada pendidikan daya rasa pada diri manusia.
Distingsi

ini

bermanfaat

bagi

konsekuensi

yang

ditimbulkan.

Konsekuensi pada pendidikan akhlak rasional memberikan dorongan


kuat bagi terciptanya manusia dinamis. Adapun konsekuensi yang

50
diperoleh

dari

pendidikan

akhlak

mistik

kurang

memberikan

dorongan kuat bagi terciptanya manusia yang dinamis.


Namun, pendidikan akhlak tidak masuk dalam kategori
institusi sebagaimana di atas, karena hakekat pendidikan akhlak
adalah inti semua jenis pendidikan. Jadi pada dasarnya ruang
lingkup Pendidikan akhlak yang dimaksud pada penelitian ini
yaitu ; mengarah pada terciptanya perilaku lahir dan batin
manusia sehingga menjadi

manusia yang seimbang dalam arti

terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya.


Dengan

demikian,

pendekatan

pendidikan

akhlak

bukan

monolitik dalam pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata


pelajaran atau lembaga melainkan terintegrasi ke dalam berbagai
mata pelajaran atau lembaga.

Signifikansi Pendidikan Akhlak


Adapun di antara alasan pentingnya pemikiran Said Nursi di bidang
pendidikan akhlak dapat diungkapkan beberapa pertimbangan sebagai
berikut :
Pertama, Risale-i Nur karya Said Nursi merupakan tafsir a]Qur'an yang secara konsisten membicarakan penguatan iman dan
al-Qur'an dengan jalan ikhlas, takwa dan sedekah. Karya ini juga
membahas secara mendalam mengenai akhlak Rasulullah dalam
berbagai

tulisannya

Risale-i

Nur

yang

berorientasi

kepada

51
perubahan pola pikir dan laku untuk memahami dan mengimani
secara mendalam tanda-tanda hari kiamat dan keberadaan hari kiamat.
Kedua, masalah etika secara khusus dibahas pads Simpusium
Internasional di Turki yang ke-6 tahun 2002 yang dikoordinir oleh
The Istanbul Foundation for Sciance and Culture. Di samping itu
dalam sepanjang pelaksanaan Simposium dan diskusi panel oleh The
Istanbul Foundation for Sciance and Culture ini selalu menyertakan
tema etika. Satu buku kumpulan Simposium Internasional yang ke-6
mendorong perlunya membahas mengenai akhlak dan juga tulisan
Faris Kaya yang mengungkapkan mengenai etika dalam Risalei-Nur. Etika
yang dimaksud oleh Faris Kaya mengungkapkan bahwa akhlak dalam sejarah dunia
memang sangat penting. (Faris, 2004, him. 8-10).
Ketiga, diasumsikan bahwa pemikiran akhlak Said Nursi
memberikan

peranan

signifikan

dalam

aktivitas

kehidupannya.

Pemikiran semacam ini merupakan hasil refleksi dan pemahaman


terhadap suatu teologi yang mendalam mengenai Asma Allah dan sifatsifat-Nya yang membentuk kerangka pikir dan sikap perilaku. Diyakini
bahwa Said Nursi adalah

sosok

pemikir

sekaligus

sufi

yang

memadukan konteks teologi dan realitas kehidupan. Paham ini


diilhami kemutlakan Tuhan dalam diri manusia dengan catatan
bahwa

akal

memiliki

peran

penting

dalam

refleksi

untuk

menyempurnakan keyakinan dari refleksi hati. Artinya paham yang


dianut Said Nursi berdekatan dengan upaya ma'rifatullah dalam
perspektif yang luas. Sementara itu dapat diasumsikan bahwa

52
teologi Said Nursi adalah rasional-spritual. Maka, dalam konteks
pendidikan akhlak selalu memadukan akal dan hati untuk melakukan
pendekatan ajaran Islam secara universal.
Keempat, perkembangan ilmu dan teknologi. Yang tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan zaman saat ini adalah perkembangan
ilmu, teknologi, komunikasi dan informasi. Kebutuhan-kebutuhan
ini yang menyebabkan dunia semakin global. Selain berdampak
positif juga berdampak negatif. Di antara dampak negatif globalisasi
ini antara lain adalah semakin banyaknya alternatif bagi ukuran
akhlak manusia yang cenderung
intelektualistik

semata.

bermuatan materialistik dan

Akibatnya,

hal-hal

yang

bersifat

spritualistik cenderung diabaikan. Dengan demikian, kemampuan


memilih berbagai alternatif secara kritis melalui pemahaman, teologi
rasional dan spritual semakin dinilai penting dan mendesak.
Kelima, tanda-tanda akhir zaman, pentingnya pengkajian ini juga disebabkan
titik nadir masyarakat global berdasarkan paham keagamaan menunjukkan tanda-tanda
akhir zaman. Dalam konteks itulah sebagai makhluk beragama harus mewaspadai
itu dan berupaya mengantisipasi dan merubah pola pandangan hidup. Karena persoalan
"krisis moral" merupakan entry point dari munculnya pembaharu (mujadid) untuk
menyelamatkan umat dari "melupakan" Tuhan.

Pendidikan Akhlak Generasi Muda

53
Pengertian Generasi Muda
Generasi muda secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu generasi yang berarti angkatan
atau turunan (Dep P dan K 1999, hlm.309); dan muda yang berarti belum lama ada (Dep P
dan K 1999, hlm.667). Generasi muda berarti angkatan atau turunan yang belum lama
hidup. Dalam pengertian pertama ini nampaknya belum begitu jelas apa esensi generasi
muda yang dimaksud dalam pembahasan ini.
Kata generasi muda tidak cukup diartikan berdasarkan ilmu kebahasaan
(etimologi) saja, tetapi perlu dilihat arti secara terminologi (istilah). Menurut Suraiya,
generasi muda adalah bagian suatu generasi yang sedang menjalani giliran mengelola
kehidupan masyaranat dan kenegaraan (Suraiya 1985, hlm. 2). Suryono Sukanto
mengartikan generasi muda adalah sekelompok orang muda yang lahir dalam jangka waktu
tertentu (Suryono 1993, hlm. 201). Selanjutnya Hartini dan Kartasapoetra menamakan
generasi muda sebagai angkatan kaum muda (Hartini dan Kartasapoetra 1992, hlm. 166).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan, bahwa generasi muda adalah kelompok, golongan, angkatan, kaum muda
yang hidup dalam jangka waktu tertentu, di mana mereka memiliki tugas untuk
melanjutkan pembangunan bangsanya sebagaimana tugas-tugas para angkatan yang hidup
sebelum mereka. Dapat dipahami pula bahwa generasi muda sesungguhnya menjadi
tumpuhan harapan masyarakat dalam merealisasikan idiologi dan tujuan pembangunan,
baik material, maupun spiritual.

Batasan Generasi Muda


Walaupun beberapa pakar sering berselisih pendapat mengenai perbedaan tentang batasan
usia generasi muda, namun hal itu tidak perlu dijadikan hambatan kita untuk memahami

54
aspek usia generasi muda, apalagi jika usia itu relatif dan tidak menjadi ukuran baku bagi
generasi muda; produktif atau tidak. Di masyarakat sering kita lihat orang muda yang
berusia antara 15-30 tahun yang seharusnya giat bekerja tetapi hidup bermalas-malasan,
tetapi orang tua yang umurnya di atas 50 tahun masih aktif bekerja. Ini berarti umur tidak
menjadi jaminan mutlak bagi suatu generasi, giat bekerja atau tidak.
Di antara sekian banyak pakar, di sini hanya dikemukakan tiga pendapat mengenai
batasan usia generasi muda, yaitu:
1. Menurut Suraiya, usia generasi muda ialah berkisar dar dari 030 tahun (Suraiya
1985, hlm. 5). Generasi muda identik dengan kaum muda.
2. Menurut Ruslan Abdul Gani, usia generasi muda (kaum muda) berkisar antara 1525 tahun (Ghufron 1986, hlm. 13).
3. Menurut Sujanto generasi muda, dapat dibatasi usia antara 23,0-45,0 (pria) dan
17,0-40,0 (wanita) (Sujanto 1996, hlm. 160).
Dari ketiga pengertian di atas nampaknya memiliki perbedaan, yaitu: Pengertian
pertama nampaknya memasukkan golongan anak-anak sebagai generasi muda. Hal ini jika
didasarkan kepada potensi kemanusiaannya tentu beralasan, tetapi pada realitanya anakanak belum sepenuhnya dapat bertanggung jawab terhadap kemajuan pembangunan. Hanya
orang yang lebih tua dari mereka yang mampu mengemban tugas tersebut. Pengertian
kedua nampaknya membatasi usia generasi muda rendah (hanya sampai usia 25 tahun),
pada hal kenyataannya banyak organisasi pemuda yang dimotori oleh angkatan usia ratarata 45 tahun ke atas. Pengertian ketiga menjelaskan bahwa generasi muda sebagian terdiri
dari kelompok orang dewasa yang berumur 17-40 tahun.
Dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa usia generasi muda tidak bisa
ditentukan dalam batas yang mutlak. Artinya usia generasi muda relatif dan dapat ditinjau

55
secara berlainan sesuai dengan sudut pandang kita melihatnya. Jadi, dari tiga pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa usia generasi muda dapat dibatasi antara 15-40 tahun. Dalam
penelitian ini generasi muda dibatasi umur 15-40 tahun, mengingat di usia tersebut
kehidupan generasi muda dalam kondisi stabil.
Karakteristik Generasi Muda
Karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri khusus (Dep P dan K 1999, hlm. 445). Ciri atau
indikator berfungsi untuk menjelaskan secara detil tentang makna sesuatu. Sebagaimana
telah kita pahami bahwa generasi muda adalah angkatan kaum muda yang hidup dalam
masa tertentu, artinya generasi muda itu sangat luas cakupan maknanya dan tentu memiliki
karakteristik tertentu yang perlu dijelaskan agar kita bener-benar memahami siapa generasi
muda sesungguhnya.
Untuk menjelaskan generasi muda secara lengkap perlu dilihat dari berbagai aspek,
seperti aspek fisikal, psikis, soaial, intelektual, emosional, dan moralnya. Mengingat
penjelasan tersebut begitu luas, di sini akan dijelaskan karakteristik generasi muda secara
globalnya saja, berdasarkan pendapat fakar, yaitu:
1. Berdasarkan pendapat Andi Mappiare, salah satu ciri dari generasi muda pada masa
awalnya (memasuki usia remaja) adalah meraka sedang mengalami masa pubertas
yaitu perubahan yang cepat secara fisik (organ-organ tubuhnya) dan perubahan
sikap serta sifat ke arah kedewasaan (Sudarsono 1993, hlm. 12-13).
2. Menurut Agus Sujanto, masa pemuda adalah masa ujian, penuh tantangan, dan masa
bergelora yang harus diselami. Pada masa ini pemuda dapat menentukan masa
tuanya dan kedewasaannya untuk banyak berkarya (Sujanto 1996, hlm. 161-162).
3. Menurut Sudarsono, suatu ciri kehidupan generasi muda pada masa awalnya
mengalami ketidakstabilan perasaan dan emosi, terutama dalam bersikap dan

56
menentukan masa depan mereka. Berikutnya dalam proses menuju kedewasaan
mereka dapat mengatasi masalahnya dengan baik (Sudarsono 1993, hlm. 15).
4. Menurut Kartini Kartono, secara kejiwaan pemuda memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
belajar berdiri sendiri dalam suasana kebebasan, berusaha melepaskan ikatan-ikatan
afektif lama dengan orang tua dan objek-objek cintanya, berusaha membangun
hubungan perasaan/afektif yang baru, dan menemukan indentifikasi dengan obyekobyek baru yang dianggap lebih bernilai atau lebih berarti daripada obyek yang
lama. Generasi muda yang terdiri dari golongan orang dewasa yang lazimnya ia
telah mencapai umur 21 tahun, dianggap sanggup berdiri sendiri, dan bisa
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas hidupnya

(Kartono 1990,

hlm.33 dan hlm.184).


5. Berdasarkan Halem Lubis, dkk., generasi muda memiliki ciri-ciri yaitu di samping
mengalami keadaan yang tidak menentu di masa remaja, memasuki usia dewasa ia
sudah dapat bertanggung jawab dalam segala tindakan dan perbuatannya (Halem
2001, hlm. 149-150).
Berdasarkan ciri psikologis di atas dapat disimpulkan, bahwa generasi muda
mempunyai karakteristik yang meliputi banyak hal, yaitu pada masa remaja generasi muda
akan mengalami perkembangan fisik dan kejiwaan menuju kedewasaan seperti
perkembangan tubuh, pemikiran, dan emosional. Pada karakter ini generasi muda perlu
berhati-hati dalam menyikapi masa perubahan yang terjadi agar mereka dapat berkembang
secara wajar dan terarah sesuai dengan tujuannya. Di samping itu generasi muda di masa
dewasanya memiliki beban psikologis dan tanggung jawab dalam segala perilaku dan
perbuatan mereka. Generasi muda akan selalu berusaha mandiri dalam mengatasi semua
kebutuhan hidupnya.

57
Melihat karakteristik generasi muda di atas, secara psikologis beban yang diemban
generasi muda tidak lain untuk memberdayakan potensi diri mereka dan masyarakat,
walaupun usaha itu dalam pelaksanaannya belum berhasil, ciri-ciri yang demikian harus
melekat dalam diri generasi muda, mereka harus mampu mengenal dan memahami hakikat
dan kedudukan generasi muda sebagai wujud dari mengenal diri dan peran-perannya dalam
kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan beragama.
Pada karakteristik psikologis ini sesungguhnya genaerasi muda perlu memahami
bahwa kematangan pikiran, pola sikap, dan tindakan semata-mata dikembangkan
kemaslahatan ummat, yaitu suatu tugas yang diparduhkan oleh agama, sebagai pengabdian
diri kepada Allah, dengan iktikad pengabdian yang telah dijelaskan dalam firman-Nya:
Tidak aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka mengabdi kepadaKu.
(Alquran, 51 : 56).
Dari ayat di atas juga dapat disimpulkan, bahwa generasi muda yang tergolong
kelompok manusia yang beriman diharapkan memiliki ciri mutlak yang ditentukan oleh
Allah, yaitu memiliki naluri sebagai hamba (pengabdi) kepada Allah dan mampu
menjalankan perintah-perintah-Nya dalam kehidupan pribadinya, keluarga, masyarakat,
negara, dan agama.
Dinamika Kehidupan Generasi Muda
Globalisasi saat ini benar-benar menjadi tanpa batas, lintas suku, budaya, bangsa dan
agama. Peradaban global memberikan tantangan besar bagi dunia pendidikan. Tantangan
itu, tidak hanya timbul dalam kaitannya dengan pengembangan potensi dan aktualisasi diri
sumberdaya manusia, dan bukan pula hanya sebagai pendukung globalisasi, tetapi juga
sebagai pengendali arus globalisasi yang secara gencar mempengaruhi, bahkan terkadang

58
merusak sendi-sendi kehidupan kita. Namun, globalisasi bukanlah momok dan tak perlu
kita takuti, karena globalisasi merupakan kenyataan dunia kekinian. Tantangan masa depan,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, komunikasi dan juga seni telah
memberikan warna baru terhadap pembentukan generasi muda. Kondisi ini memang sangat
memprihatinkan, dan menuntut perhatian bersama, khususnya bagi bangsa Indonesia
berbagai aspek kehidupan.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sisi negatif yang merupakan dampak dari
kemajuan teknologi dan komunikasi, seperti dari media elektronika, informatika, dan media
cetak,

telah

membuat

kehidupan

generasi

muda

menjadi

kasus

yang

sering

dipermasalahkan dan banyak mengundang perhatian, misalnya pemerkosaan, penggunaan


obat-obat terlarang, dan sebagainya. Dari kehadiran kemajuan ilmu dan teknologi itu cukup
banyak membuat generasi muda berhasil untuk meniti jejak karir dan mampu memberikan
yang terbaik untuk masyarakat, bangsa, dan agamanya. Namun kita menyadari karena
banyak sekali produk-produk tersebut berasal dari Barat, maka pengaruh budaya mereka
menjadi lebih dominan dan hampir dapat dikatakan merusak budaya secara Islam.
Harapan kita sesungguhnya generasi muda dapat mengambil yang baik-baik dan
meniggalkan yang buruknya. Namun tidak menutup kemungkinan hal sebaliknya, seperti
lebih banyak generasi muda yang tertarik dengan gaya serta cara yang kurang baik. Maka
itu perlu dibatasi tontonan atau bacaan yang bernada kekejaman atau pun kekerasan,
apalagi tontonan atau bacaan itu disebarkan diseluruh wilayah, tak perduli di kota mau pun
di desa-desa, karenanya hampir seluruh remaja Indonesia banyak yang terpengaruh.
Didalam kehidupan sekarang ini, baik di kota maupun di desa banyak kita jumpai
berbagai permasalahan yang dilakukan oleh generasi muda. Permasalahan ini timbul
dikarenakan kurangnya nilai-nilai agama di kalangan kehidupan generasi muda, sehingga

59
seringkali meresahkan lingkungan masyarakat sekitarnya. Generasi muda sekarang ini telah
merosot moralnya, sehingga mereka seringkali melakukan perbuatan yang dapat
mengganggu ketenangan masyarakat. Gejala-gejala semacam ini mulai timbul akibat dari
perubahan arus informasi dan arus globalisasi budaya yang datangnya dari luar yang
diserap oleh generasi muda melalui berbagai media massa. Sebaliknya generasi muda ini
belum punya filter untuk menangkal kedua arus tersebut, sehingga budaya-budaya yang
menyesatkan mudah mempengaruhi jalan hidup mereka.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian dari ajaran Islam yang
dari semula telah mengarahkan manusia untuk berupaya meningkatkan kualitas hidupnya
yang dimulai dari perkembangan budaya kecerdasan. Ini berarti bahwa titik tolaknya adalah
pendidikan yang akan mempersiapkan manusia menjadi makhluk individual yang
bertanggungjawab dan makhluk sosial yang mempunyai rasa kebersamaan dalam
mewujudkan kehidupan yang damai, tentram, tertib, maju dan kasih sayang lahir dan batin
yang dapat dinikmati bersama secara merata dalam kehidupan ini.

Kedudukan Akhlak dalam Kehidupan Generasi Muda


Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang sangat
penting, baik secara individu maupun sebagai masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh
bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera-rusaknya suatu bangsa, masyarakat dan negara
tergantung bagaimana keadaan akhlaknya. Dalam kaitan ini pula, kita melihat bahwa
tidak pernah suatu bangsa yang jatuh karena krisis intelektual, tetapi suatu bangsa jatuh
karena krisis akhlak.
Tolak ukur kelakuan baik dan buruk mestilah merujuk kepada ketentuan Allah.
Demikian rumus yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahwa apa

60
yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak
mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya
buruk.
Di sisi lain, Allah selalu memperagakan kebaikan, bahkan Dia memiliki segala sifat
yang terpuji. Al-Quran yang suci menegaskan bahwa (Dialah) Allah, tiada Tuhan selain
Dia, Dia mempunyai Sifat-sifat yang terpuji (al-Asma Al-Husna (Q.S. Thaha (20): 8).
Rasulullah Saw juga memerintahkan umatnya agar berusaha sekuat kemampuan dan
kapasitasnya sebagai makhluk untuk meneladani Allah Swt dalam semua sifat-sifatnyaNya. Untuk mencontoh akhlak Rasulullah tersebut, maka al-Quranlah yang menjadi
tuntunan kita, mengingat akhlak Rasulullah adalah al-Quran Budi pekerti Nabi SAW,
adalah al-Quran. Dalam konteks ini, maka prinsip asma al-husna semaksimal
mungkin dapat ditanamkan dalam diri manusia.
Penjelasan berikut meliputi pembahasan aplikasi akhlak pada manusia, Allah dan
Alam yang memahami prinsip-prinsip akhlak yang mulia dan terpuji harus dimiliki oleh
setiap muslim. Pertama, Akhlak terhadap Allah SWT (Khaliq). Allah adalah pencipta alam
beserta isinya termasuk manusia, yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya dan
berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya. Allah berfirman dalam surat At-Tiin ayat 4,
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
(Q.S. At-Tiin: 4).
Dengan demikian manusia harus wajib atau wajib beriman, dan bertaqwa serta
tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan Allah Swt yang dijadikan landasan prinsip
marifatullah dengan asma al-husna. Prinsip marifatullah harus ditanamkan untuk
menghindari pengingkara terhadap Sang Pencipta. Sementara dengan menyakini asmaasam Allah dengan akal, maka manusia yang menggunakan akalnya selalu berusaha

61
sesuai dengan kemampuan guna memperoleh ridha Allah dan selalu berserah diri kepadaNya karena segala sesuatu merupakan kehendak Allah. Manusia harus selalu bersyukur atas
segala nikmat yang telah diberikan kepada-Nya serta ikhlas menerima segala keputusan,
dengan selalu berdoa mohon ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuatnya.
Kedua, akhlak dengan sesama manusia, sebagai makhluk sosial, manusia tidak
dapat hidup sendiri pasti membutuhkaan bantuan orang lain, karena itu manusia harus
berbuat baik dan mempunyai akhlak yang tinggi terhadap sesamanya. Menyakini
kehidupan sosial merupakan bagian dari yang fana, maka menuju kekekalan hidup adalah
prinsip akan adanya hari kiamat. Prinsip eskatologi ini merupakan akhlak yang tinggi
terhadap sesamanya. Akhlak itu antara lain adalah akhlak terhadap teman sebaya, akhlak
terhadap tetangga dan akhlak terhadap guru, terhadap orang tua, dan lainnya baik yang
berhubungan dengan sikap, cara berbicara, perdebatan dan pola hidupnya harus
mencerminkan dan berlandaskan prinsip tauhid marifatullah, menyadari sepenuhnya
asma al-husna dan prinsip eskatologis.
Ketiga, akhlak terhadap diri sendiri, prinsip marifatullah dengan cara menyucikan
diri dan berupaya mendekatkan diri kepada Allah menggambarkan bahwa dalam diri
pribadi manusia memiliki hak untuk diperlukan dengan baik, dijaga dan dipelihara, harus
dibersihkan dari segala kotoran baik itu jasmani dan ruhani, yaitu dengan berjalan
bersuci atau dengan bertaubat. Salah satu contoh akhlak terhadap diri pribadi adalah
dengan menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama seperti minuman alkohol,
memakan makanan yang diharamkan, terlibat narkoba dan perbuatan tercela lainnya.
Oleh karena itulah, prinsip akhlak terhadap diri sendiri sangatlah penting sekali
bagi manusia, karena semua itu demi kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan
akhirat, yaitu dengan jalan menghindari hal-hal yang dapat merusak jasmani dan rohani,

62
hidup sederhana dan memperbanyak amal saleh. Dalam proses menumbuh kembangkan
potensi dasar yang dimiliki oleh manusia, untuk mencapai kepribadian yang sempurna dan
utuh hanya mungkin dapat dikembangkan melalui pengaruh lingkungan, khususnya
pendidikan baik pendidikan keluarga dan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat
itu sendiri.
Karena pada dasarnya tujuan atau sasaran dalam pembentukan
kepribadian adalah terciptanya akhlak yang mulia. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sesuai dengan sabda
Nabi bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang
paling baik akhlaknya (Jalaluddin dan Usman, 1994).
Keempat, akhlak terhadap alam, keyakinan selain akhlak di atas juga akhlak
terhadap alam atau lingkungan. Lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa,
sebagaimana dalam al-Quran: Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu
biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah(QS. AlHasyr [59]: 5). M. Quraish Syihab menafsirkan ayat tersebut, jangankan terhadap manusia
dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau
terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah SWT, dalam arti harus sejalan dengan tujuantujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar (Quraish 1998, 259-270).
Dari penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa prinsip-prinsip pendidikan akhlak
Said Nursi merupakan salah satu materi sekaligus tujuan pendidikan Islam yang didasarkan
kepada apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, baik secara teoritis berdasarkan al-Quran
maupun secara praktis melalui perilaku kehidupannya sehari-hari. Prinsip-prinsip
pendidikan akhlak ini perlu dipahami dan diaplikasikan secara komprehensif (luas) dan

63
tidak sebatas berakhlak terhadap Khaliq dan manusia saja, tetapi lebih dari itu, sedapat
mungkin kita mampu berakhlak dengan alam semesta ini.

Bab 3
BIOGRAFI SINGKAT BEDIUZZAMAN SAID NURSI

Sebelum mengkaji mengenai prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said


Nursi, maka perlu dikaji terlebih dahulu mengenai tokoh yang
diteliti. Maka dari itu, kajian berikut berfokus pada penjelasan
tentang biografi singkat Said Nursi. Kajiannya meliputi masa kecil
dan pendidikan Said Nursi mencakup ; latar belakang keluarga dan
riwayat pendidikan, selanjutan kegiatan keagamaan, kegiatan politik
dan terakhir diuraikan tentang karya tulis Said Nursi.

Masa Kecil dan Pendidikannya


Menurut Sukanto teori kepribadian manusia disusun setidaknya dalam empat teori
yakni berdasarkan pemikiran spekulatif, tipologis, penyifatan dan aksiologi. (Sukanto

64
1996, hlm. 37-38). 1 Berdasarkan keempat teori ini kajian tentang Said Nursi dalam
pembahasan ini berangkat dari teori pemikiran spekulatif dan aksiologi. Untuk
mencapai pemahaman teori ini dapat ditinjau melalui pendapat M. Arifin melalui
empat asas yakni asas menyeluruh, integrasi (kesatuan), perkembangan dan
pendidikan seumur hidup (M. Arifin 2000, hlm. 51-53). 2 Menurutnya berdasarkan
Penjelasan keempat teori di atas sebagai berikut : Pertama, teori
pemikiran spekulatif disusun ahli filsafat berdasarkan data empirik dan
eksperimen yang melahirkan manusia yang beragam sesuai dengan
alur spekulatif pemikirannya dalam memahami penciptaan manusia.
Kedua, teori tipologis disusun para ahli dengan cara menemukan
komponen dasar yang bisa dipahami orangnya. Maka manusia
digolongkan dalam tipe-tipe tertentu misalnya, tipe emosional, tipe
intelektual dan sebagainya. Ketiga, teori penyifatan disusun dengan
cara berusaha memahami dan menggambarkan manusia apa
adanya, analisis sifat jasmaniah merupakan aspek pokok dan
kepribadian. Misalnya orang gemuk itu peramah, orang jangkung itu
pemalu, orang hitam itu setia dan sebagainya. Keempat, teori
aksiologi disusun untuk mengangkat kualitas kepribadian manusia
dalam suatu sistem nilai dan norma berdasarkan konsep ketuhanan
yakni melalui agama. Melalui keyakinan kepada tuhan menurut teori
ini manusia dalam dunia absurd dan tidak memahami makna hidup
(Lihat Sukanto MM, Ketimpangan-ketimpangan Psikologi dalam
Membangun Paradigma Psikologi Islami (Fuad NAsliori, Editor),
Penerbit SIPRESS, Yogyakarta, 1996, hlm. 38-39).
2
Penjelasan mengenai keempat asas tersebut sebagai berikut :
Pertama, asas menyeluruh yaitu asas yang menempatkan semua jenis
manusia ciptaan Allah tersusun dari bagian-bagian bermakna dalam
suatu keseluruhan. Kedua, asas integrasi (kesatuan) yaitu asas yang
memandang bahwa segala yang diciptakan Allah dalam kehidupan
alam, semua makhluk ciptaan-Nya senantiasa ada dalam suatu sistem
integral antara satu bagian dengan bagian lain saling berhubungan
yang bersifat menggerakkan dan saling memperkokoh sebagai satu
kesatuan hidup yang bermakna. Ketiga, asas perkembangan yaitu
asas yang menetapkan pandangan bahwa Allah dalam menciptakan
alam dan isinya melalui tahap demi tahap menuju ke arah
kesempurnaan, baik alam makro (alam raya) maupun alam mikro (alam
manusia). Keempat, asas pendidikan seumur hidup (long life education)
yaitu asas yang berdasarkan pandangan Islam dari Nabi Muhammad
Saw Tuntutlah Ilmu sejak mulai di ayunan sampai liang lahat (M.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta, 2000, hlm. 51-53).
1

65
keempat asas tersebut proses kepribadian manusia dapat terbentuk. Pembentukan
kepribadian sebagai individu menurut Abdullah Nasih Ulwan merupakan tanggung jawab
yang paling menonjol dalam Islam. (Nasih Ulwan 1995, h1m. xxxiii).
Menurut Abdullah Nashih Ulwan manusia sebagai individu berhak
memperoleh pengarahan, pengajaran dan pendidikan baik melalui bapak, ibu,
pendidik, pengajar maupun pekerja sosial. Artinya, proses kepribadian manusia
sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan sejarah hidup seseorang. Proses tersebut
dilalui manusia melalui keluarga, sekolah dan lingkungan (Nasih Ulwan, 1995, hlm.
xxxiii). Berdasarkan pendapat ini dapat dipahami bahwa pengetahuan mengenai tokoh
yang diteliti ini, setidaknya perlu ditinjau dan ketiga aspek tersebut terutama untuk
menjelaskan latar belakang keluarga dan pendidikannya.

Latar Belakang Keluarga


Nama Said Nursi sebenarnya adalah Said, karena ia anak Mirza, maka nama
sebenarnya dapat juga kita sebut sebagai Said bin Mirza. (Zaidin 2001, hlm. 7).
Sedangkan nama Said Nursi, Bediuzzaman Said Nursi, Molla Said (Mulla Said),
Said Masyhur dan Said Kurdi adalah gelar yang sempat tersemat selama masa
kehidupannya yang pada dasarnya merujuk kepada tanah kelahiran, kejeniusan dan garis
keturunannya.3 Said Nursi dilahirkan menjelang fajar musim semi pada tahun 1294 H /
3

Said bin Mirza dikenal Said al Said Nursi atau Said Nursi adalah merujuk kepada tempat
kelahirannya. Said Nursi diambil dari nama tempat kelahirannya yakni Nurs. Sedangkan untuk gelar
Bediuzzaman Said Nursi atau cukup dengan gelar Bediuzzaman diberikan ketika beliau berguru dengan
Syeikh Fethullah, hingga beliau mendapatkan ilmu baru yang semakin memantapkan dirinya untuk
mengadakan debat, diskusi, dan pengajaran bagi masyarakat bawah di Madrasah Mir Hasan Wali di Muks.
Karena kemampuan intelektual yang menakjubkan itu, Said Nursi digelari gurunya Badi al-Zaman
(keunggulan zaman) atau (keindahan zaman). Kemudian gelar Molla Said atau Mulla Said diberikan pada saat
beliau belajar di Madrasah Bayazid dibawah bimbingan Syaikh Muhammad Al Jalah, beliau mempelajari
ilmu Al Quran dan Nahwu Sharaf. Belajar dengan disiplin dan sungguh-sungguh sehingga Said Nursi mampu
menguasai kitab-kitab utama ketika itu dan mendapat gelar Mulla Said. Sedangkan Said Masyhur diberikan
gelar ketika beliau dengan berbagai gelarnya sudah dikenal hampir ke seluruh wilayah Turki, gelar ini
diberikan oleh ulama, karena beliau mampu menjawab dalam diskusi ilmiah para ulama yang silih berganti

66
1877 M4 di desa kecil Nurs. Desa Nurs terletak di daerah Khizan di propinsi Bitlis wilayah
Turki Timur.5 Daerah tempat kelahirannya ini terdapat lereng dan lembah gunung
Taurus, daerah danau Van (Vahide 2000, hlm. 3).
Said Nursi dilahirkan dari keluarga petani sederhana dari pasangan
Mirza 6 dan Nuriye (Nuriyyah). 7 Berdasarkan sumber Sham al-Haq al-Azzim

berupaya menyudutkannya dengan berbagai pertanyaan. Terakhir adalah Said Kurdi berasal dari keturuan dan
memang beliau adalah keturunan suku Kurdi. (Lihat Omer Faruk Paksu (Ed.), 7. Bediazzaman
Senipozyumuna Dogru, Istanbul ilmi ve Kultur Vakfi, Istanbul, 2004, hlm. 5 dan Lihat Zaidin, Ibid, him. 7,
hlm. 13-23).

Mengenai tahun kelahiran Said Nursi terdapat perbedaan


pendapat di kalangan penulis, peneliti, penerjemah dan ilmuwan
lain. Penulis yang dipercaya yakni Sukran Vahide menulis 1877
(1294), Mohammad Zaidin bin Mat menulis kelahirannya 1877
(1294) mengikuti Sukran Vahide, sedangkan Ihsan Kasim Salih
menulisnya 1876 (1293). Namun berdasarkan sumber yang valid
yakni berdasarkan hAsli penelitian Mohammad Zaidin tahun yang
disepakati adalah 1294 berdasarkan kalender Rurni yang dipakai
secara resmi ketika Turki Usmani. Menurutnya, tahun 1877 (1294)
adalah tahun yang banyak dipergunakan oleh para penulis mengenai
Said Nursi. (Lihat Zaidin, Ibid, him. 119).
5
Wilayah Timur Turki adalah bagian Turki yang paling mundur,
kondisi ini disebabkan keadaan cuacanya yang terlalu sejuk dan
bentuk muka buminya yang berbukit-bukit. Namun begitu, bagian
ini terkenal dengan keindahan dan ketenangan alamnya. Penduduk
di wilayah ini kebanyakan terdiri dari golongan peladang yang
sangat menitikberatkan soal pendidikan agama. Bagian Timur Turki
terkenal dengan pendidikan bercorak tradisional. (Lihat Zaidin, Ibid,
him. 119) dan (Lihat juga Sarwat Saulat, Said Nursi, Internasional
Islamic Publisher, Pakistan, 1980, hlm. 3).
6
Mirza adalah seorang sufi yang sangat war dan diteladani
sebagai seorang yang tidak pernah memakan barang haram dan
hanya memberi makan anak-anaknya dengan yang halal saja. Mirza
berasal dari kawasan Sungai Tigris dan meninggal dunia dalam tahun
1920-an dan dikebumikan di Nurs (lihat Vahide 2000, hlm. 3). Mirza
adalah keturunan Hasan Bin Ali Abi Thalib. (Lihat Ali Urkhan
Muhammad Ali, Said Nursi al qadr fi hayat ummah, Sharikat al-Nasl li
al-Tiba'ah, Istanbul, 1995, hlm. 8)
4

Nuriyyah juga berasal dari keturunan Husain (Lihat Urkhan Muhmmad Ali, Said al-Said Nursi
Raj'al al-qadr fi hayal ummah. Sharikat al-Nasl li al-Tibaah, Istanbul, 1995, hlm. 8). Nuriyyah adalah
seorang wanita yang hanya menyusui anak-anaknya dalam keadaan suci dan berwudhu (Lihat Ihsan Kasim
2003, hlm. 8). Nurriyah berasal dari Semenanjung Balkan dan meninggal dunia pada semasa tercetusnya
Perang Dunia I, kemudian dikebumikan di Nurs (Lihat Said Nursi, hlm.3).

67
yang dikutip oleh Mohammad Zaidin bin Mat bahwa kedua orang tuanya dan
nenek moyang Said Nursi berasal dari suku Kurdi dan dari daerah dari Isbartah
(Isparta) (Zaidin 2001, hlm. 7-8) dan mereka memiliki silsilah keturunan Ahl alBayt yakni Nabi Muhammad Saw melalui cucunya Hasan dari Mirza dan Husen dari
Nuriyah.8 (Urkhan 1995, hlm. 8).
Said Nursi merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, yaitu
Durriyyah, 9 Khanim, 10 Abdullah, 11 Said (Said Nursi), Muhammad, 12 Abd al Majid 13
dan Marian 14 (Zaidin 2001, hlm. 8). Said Nursi lahir pada masa pemeritahan Sultan
Abdul Hamid II, pada masa akhir dari pemerintahan Daulat Turki Usman. Pada
masa ini musuh secara intensif mencabik-cabik bangsa dan negara Turki untuk
mempercepat kehancurannya, selama tiga puluh tahun Sultan Abdul Hamid II
berkuasa dan memerintah negara Turki dengan segala daya dan upaya yang
dilakukannya untuk memelihara integritas kekuasaan negara yang sangat luas,
namun tidak membuahkan hasil yang maksimal. Karena bahaya asing sudah
Dijelaskan oleh Urkhan Muhammad Ali bahwa Mirza adalah
keturunan Hasan bin Ali dan Nuriyyah keturunan dari Husain bin Ali
(Urkhan 1995, hlm. 8) dan (Lihat pula Mohammad Zaidin 2001, hlm.
119). Namun pada dasarnya mengenai silsilah ini tidak didapatkan
penjelasan mendetail mengenai silsdah ini, namun menurut keterangan
Ihsan Kasim Salih bahwa Said Nursi tidak mau seluruh biografinya
diungkapkan walau memang pada dasarnva ia berasal dari Ahl al Bayt (Wawancara penulis dengan Ihsan
8

Kasim Salih di Istanbul Foundationfor Science and Culture, 19 Agustus 2005).


9
Durriyah ialah ibu kepada Ubayd. Beliau meninggal mati lemas dalam sungai Nurs sebelum terjadi
Perang Dunia I (Lihat Said Nursi, Ihsan Qasim (Penerjemah), Sirah Zatiyyah, hlm. 36)
10
Khanim adalah seorang wanita alim. Beliau hijrah ke Syam bersama-sama suaminya pada
tahun 1919. Di Syam ia menjadi guru selama lima belas tahun. Beliau menunaikan ibadah haji sebanyak 7
(tujuh) kali, Beliau meninggal dunia sewaktu menunaikan ibadah haji pada tahun 1944. (Lihat Al Said Nursi, Al
Shuaat Terjh. Ihsan Kasim al-Salihi, Sharikat al Nasl li al-Tibaah, Istanbul, 1993, hlm. 322, Sarwat, hlm. 7).
11
Abdullah meninggal dunia pada tahun 1914. Beliau adalah ayah dari Abdul Rahman, murid dan
anak angkat Said Nursi (Lihat Said Nursi, Sirah Zatiyyah, hlm. 34).
12
Meninggal dunia pada tahun 1951 (Said Nursi, Sirah Zatiyyah Ibid. hlm. 36).
13
Abdul Majid (1884-1967) adalah yang paling terkenal di antara adik beradik setelah Said Nursi.
Beliau menjadi guru bahasa Arab di sekolah tentara di Diyarbakr. Setelah itu, dilantik menjadi mufti di Urgup
untuk beberapa tahun. Beliau menghabiskan tahun-tahun akhirnya sebagai guru Undang-undang Islam di
sekolah Imam Khatib Qunya (konya). Beliau adalah penerjemah karya-karya Said Nursi berjudul alMathanawi al-Arabi al Nuri dan Isharat al Ijaz dari bahasa Arab ke bahasa Turki. Lihat Sarwat, Ibid. hlm.7).
14
Marjan adalah anak bungsu dalam keluarga Mirza. (Said Nursi, Sirah zatiyyah, Ibid, hlm. 36).

68
mengetahui dan menguasai titik-titik lemah dalam tubuh negara (Ihsan Kasim 1996,
hlm. 3-4).
Said Nursi meninggal tahun 23 Maret 1960. Awalnya sekitar tanggal 18
Maret 1960, Said Nursi sakit yakni demam panas. Setelah beberapa kali tidak
sadarkan diri, Said Nursi kemudian pingsan. Namun setelah sadar, beliau sudah
kelihatan sehat. Setelah menunaikan shalat subuh, beliau memanggil muridmuridnya sambil menangis, Said Nursi berkata, Selamat berpisah, aku akan
pergi (Sukran Vaheda 2000e, hlm. 25). Dalam kondisi sakit beliau yang tidak parah
beliau wafat kira-kira pada pukul 03.00 pagi, 23 Maret 1960, bertepatan dengan tanggal 25
Ramadhan 1379 H.15 Ketika itu, berat bobot tubuhnya hanya 40 kilogram dan beliau hanya
meninggalkan seutas jam tangan, jubah, dan dua puluh lira uang. Berita kematian beliau
disiarkan di dalam halaman harian (koran-majalah) di Istanbul dan Ankara. Beribu-ribu
orang dari berbagai pelosok Turki hadir untuk menziarahi dan mendirikan sholat jenazah
untuknya. Toko-toko dan pasar di Urfah pada hari itu ditutup. Beliau dikebumikan
di perkuburan Ulu Jami pada hari kamis, 24 Maret setelah sholat Asliar (Sukran
Vaheda 2005, h1m. 342-343). Akan tetapi, sekitar 12 Juli 1960 kuburan itu
dibongkar oleh pemerintah sekuler (golongan anti Islam) dan jenazah Said Nursi

Murid Said Nursi yang ikut perjalanan ke Urfah menjelang


meninggalnya Said Nursi adalah Husni Bayram, Bayram Yuksal dan
Zubayr Gundulzalp yang membawanya ke Urfah dengan sebuah kereta.
Mereka sempat menginap di hotel Ipek Palace dan didesak oleh
pemerintah Urfah agar kembali ke Isparta. Untuk memeriksa kesehatan
Said Nursi didatangkan seorang dokter yang memberi izin agar Said
Nursi tidak boleh dibawa kemana-mana karena suhu badannya
meningkat 40C, sampai keesokan malamnya kira-kira jam 03.00 pagi
Said Nursi tidak berucap sepatah kata pun kecuali kelihatan mulutnya
yang bergerak-gerak seperti sedang berdoa. (Said Nursi. Ibid. hlm.
481dan Urkhan, hlm. 287)
15

69
dipindahkan ke sebuah tempat rahasia di Isparta, sampai saat ini belum diperoleh kejelasan
tempat dikuburkan Said Nursi.16
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa Said Nursi dilahirkan dan hidup, di
suasana transisi khalifah di akhir kekhalifahan Turki Usmani. Said Nursi memiliki garis
keturunan seorang ulama terkemuka dari bangsa Kurdi. Berdasarkan keterangan
yang dipaparkan di atas Said Nursi memiliki jalur keturunan sampai ke Imam Ali bin Abi
Thalib dan Nabi Muhammad Saw. Said Nursi dikuburkan di Urfah dan kemudian
jenazahnya tidak diketahui secara jelas tempat penguburannya.

Riwayat Pendidikan
Pendidikan menjadi faktor penting dalam melihat sosok manusia.
Pendidikan dalam konsep ini adalah pendidikan secara menyeluruh,
yakni pendidikan seumur hidup. Dalam hal ini asas perkembangan dan
asas pendidikan seumur hidup yang dikemukan oleh M. Arifin senada
dengan pendapat Lift Anis Mashumah yang menyatakan bahwa
pendidikan adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk
mengembangkan potensi diri seseorang yang meliputi tiga aspek
kehidupan, yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup
Adik Said Nursi tanggal 12 Juli 1960 dipaksa untuk
menandatangani surat pembongkaran kuburan Said Nursi di Urfah.
Kemudian, tentara pemerintah anti Islam memasuki Urfah disaksikan
Abdul Madjid kuburan Said Nursi dibongkar dan mayatnya dimasukkan
ke keranda dan diterbangkan dengan pesawat terbang ke Isparta. Yang
menakjubkan adalah jasad tersebut masih segar, padahal sudah hampir
lima bulan mayat itu terkubur. Wajahnya pun kelihatan tersenyum.
Sampai saat ini jenazah itu tidak diketahui jelas berada di mana, sebab
tidak ada tempat bagi masyarakat Turki untuk menziarahi kuburannya,
karena memang tidak pernah dijelaskan. (wawancara Fatih Yazlik, Juli,
2005).
16

70
(Mashumah 2001, hlm. 214). Pendapat ini memiliki makna bahwa
pendidikan adalah serangkaian proses yang membentuk seseorang
secara spritual, emosional dan intelektual yang padu dalam diri.
Pembentukan kepribadian ini tidak pernah terlepas dari peran
keluarga, sekolah dan masyarakat - di era sekarang dikategorikan
sebagai kelembagaan pendidikan sosial - di mana pelembagaan
pendidikan seperti ini terdiri dari pendidikan informal, formal dan
nonformal - pembagian pelembagaan ini bermula peradaban Barat - di
mana maksud dari pelembagaan adalah sebagai suatu upaya
untuk memantapkan landasan nilai pada kegiatan pendidikan
sebagai realisasi tujuan pendidikan maupun keterkaitan ilmu,
sains dan teknologi pada kepentingan dan kebutuhan manusia,
baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dan
keluarga antar bangsa

(Faisal 1995,

hlm.

19).

Berdasarkan

pendapat ini maka, bahasan berikut ini mencakup pendidikan


informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal yang melingkupi
secara menyeluruh dalam satu kesatuan pengalaman hidup Said Nursi.
Melalui proses pendidikan ini diharapkan dapat dipahami sosok Said
Nursi

terutama

keterampilan

mengenai

hidup

yang

pandangan

hidup,

merupakan

sebuah

sikap

hidup

proses

dan

integrasi

keilmuan dalam akal, hati dan praktek kehidupannya secara langsung.

1) Pendidikan Informal : Pendidikan Keluarga Pertama dan Utama

71
Pendidikan

keluarga

merupakan

pendidikan

dasar

bagi

pembentukan

jiwa

keagamaan (Jalaluddin 2002, hlm. 214). Karenanya, menurut Zakiah Drajat keluarga
sebagai wadah utama pendidikan (Zakiah 1994, hlm. 41). Sebagai pendidikan pertama dan
utama secara kelembagaan dalam pendidikan informal atau pendidikan keluarga orang
tua memegang posisi sangat penting dalam menyampaikan materi atau informasi
pendidikan untuk diterima oleh anak. Materi pendidikan agama menjadi basis semua
kegiatan pendidikan yang ingin diselenggarakan dalam kehidupan keluarga.
Sebagaimana yang dialami oleh Said Nursi, pendidikan agama baginya dan saudarasaudarinya begitu diperhatikan oleh kedua orang tua mereka, hingga tercipta dalam
keluarga mereka suasana religius.
Pendidikan informal Said Nursi adalah pendidikan keluarganya.
Menurut Wahyu keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil
yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat
tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik,
melindungi, merawat dan sebagainya. Dan inti keluarga adalah ayah,
ibu dan anak (Wahyu 1986, h1m. 57). Syahminan Zaini menyatakan
bahwa keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan
pendidiknya adalah kedua orang tua, di mana orang tua adalah
pendidik kodrati (Syahminan Zaini tt, h1m. 152). Dalam proses ini
orang tua dan kakak Said Nursi berperan dalam pendidikan awal Said
Nursi.
Proses

pendidikan

keluarga

sebagai

tanggungjawab

terhadap anak sedikitnya mencakup 3 (tiga) pendidikan yakni

72
iman, akhlak (moral) dan intelektual (rasio atau akal).17 Selama
delapan tahun, Said Nursi berada dalam didikan orang tuanya sebelum
merantau menuntut ilmu (Zaidin 2001, hlm. 8-9). Waktu delapan tahun merupakan
waktu yang cukup penting bagi sejarah hidup Said Nursi. Karena fondasi iman,
akhlak dan intelektual sudah dirasakannya selama bersama keluarganya. Said
Nursi beruntung memiliki keluarga yang peduli terhadap ni1ai iman, akhlak dan
intelektual. Dalam waktu yang relatif singkat ketiga pendidikan tersebut diperolehan
oleh Said Nursi yang menjadi dasar pribadi, sikap dan intelektualnya.
Pertama, pendidikan iman. Mirza ayahnya adalah seorang sufi yang sangat
wara dan diteladani sebagai seorang yang tidak pernah memakan barang haram
dan hanya memberi makan anak-anaknya dengan yang halal saja (Lihat Vahide
2000e, hlm. 3). Sosok Mirza sangat baik untuk diteladani oleh anak-anak mereka,
termasuk Said Nursi. Mirza mengajarkan kepada anak-anaknya tentang agama,
berikut permasalahan-permasalahan di seputar pengajaran agama, tentang iman
dan tauhid. (Zaidin 2001, hlm. 8). Masalah keimanan dan tauhid menjadi
persoalan inti yang diajarkan oleh orang tua Said Nursi kepadanya.
Kedua, pendidikan akhlak. Kedua orang tuanya sangat menekankan
kepada pendidikan agama dengan mengedepankan sifat-sifat baik mereka sebagai
panutan atau uswah. (Zaidin 2001, hlm. 8). Pendidikan agama melalui keteladanan
17

Menurut Abdullah Nasih Ulwan kebanyakan para pendidikan berpendapat bahwa tanggung
jawab yang terpenting adalah tanggung jawab pendidikan iman, tanggung jawab pendidikan akhlak (moral
tanggung jawab pendidikan fisik, tanggung jawab pendidikan intelektual (rasio atau akal), tanggung jawab
pendidikan psikhis, tanggung jawab pendidikan sosial dan tanggung jawab pendidikan seksual. (Pendidikan
iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syariah, sejak anak mulai
mengerti dan dapat memahami sesuatu. Pendidikan akhlak atau moral adalah pendidikan tentang
prinsip moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh
anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.
Pendidikan rasio atau intelektual adalah membentuk pola pikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat,
seperti ilmu-ilmu agama, kebudayaan dan peradaban hingga pikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu,
kebudayaan dan sebagainya (Abdullah NAslii Ulwan, Jamaluddin Miri (Penerj.) Pendidikan Anak
dalam Islam, Penerbit Pustaka Amani, Jakarta, 1995, hlm. 151-281).

73
atau uswah benar-benar ditekankan oleh orang tua Said Nursi. Misalnya, Nuriyyah
adalah seorang wanita yang hanya menyusui anak-anaknya dalam keadaan suci dan
berwudhu (Ihsan Kasim 2003, hlm. 8). Betapa akhlak untuk memberi makan anak
dalam keadaan baik, suci dan halal. Akhlak seperti ini menjadi teladan dalam perilaku
Said Nursi.
Ketiga. pendidikan intelektual. Pada masa kecilnya Said Nursi telah menunjukkan
perwatakan yang menarik, yakni suka bertanya dan mencoba mencari jawabannya sendiri,
memikirkan persoalan kehidupan, kematian, dan kemasyarakatan. Said Nursi juga sering
menghadiri majelis perbincangan antar ulama di kampungnya (Zaidin 2001, hlm. 8).
Lebih-lebih lagi, majelis perbincangan antara ulama sekampungnya sering diadakan di
rumah ayahnya. Ini sudah tentu sangat besar manfaatnya, terutamanya dalam menyuburkan
sifat analisis, kritis serta minatnya kepada dialog dan perdebatan (Zaidin 2001,
hlm. 8). Kejeniusan Said Nursi kecil ini semakin nyata ketika ia mampu menghafal al
Quran dalam usia 12 tahun.
Pendidikan intelektual didapatkan oleh Said Nursi dalam keluarga dengan
cara belajar kepada kakaknya Abdullah saudara ke-3 dalam keluarga Said Nursi dan
memiliki ilmu pengetahuan yang banyak yang setiap waktu libur, terlebih lagi akhir
pekan Said Nursi selalu menerima pelajaran dari kakaknya itu, juga belajar ilmu al-Quran.
Dari pembahasan di atas diketahui bahwa pendidikan informal yang diperoleh
Said Nursi dari masa kecil sampai menuju kematangan berpikir dan bersikap sangat
dipengaruhi oleh keluarga. Terutama iman, akhlak dan intelektualnya sudah menjadi akar
yang kokoh dalam sikap hidupnya. Namun, pendidikan formal juga berperan sangat penting
dalam terbentuknya kepribadian dan akhlaknya.

74
2) Pendidikan Formal : Pendidikan Madrasah Belajar Ilmu Agama dan Ilmu Umum
Penjelasan di atas mengemukakan bahwa latar belakang keluarga sebagai pendidikan
pertama dan utama sangat mempengaruhi Said Nursi. Said Nursi menyadari perlu menjadi
orang yang berpengetahuan, karenanya ia mulai berusaha keras
mempelajari berbagai macam i1mu-i1mu keislaman tradisional dan
i1mu-ilmu umum yang juga berkaitan dengan sains modern 18 di luar
pendidikan keluarga melalui lembaga yang dapat dikatakan sebagai
pendidikan formal atau pendidikan sekolah. Adapun pendidikan
formal yang pernah dialami Said Nursi mencakup :
1) Madrasah Muhammad Amin Afandi Tagh (Ta)
Said Nursi mulai merantau ketika berumur 9 (sembilan) tahun.
Pendidikan yang pertama kali diterima oleh Said Nursi adalah
belajar di kuttab (madrasah) pimpinan Muhammad Amin Afandi di
desa

Thag

(Ta)

pada

tahun

1882.

Desa

Thag

(Ta)

berada

bersebelahan dengan desa kelahiran Said Nursi. Kegiatan belajar Said


Nursi di desa Thag ini hanya berlangsung sebentar saja, karena
aktivitas belajarnya pindah dan dilanjutkan di madrasah desa Birmis
(Ihsan Kasim 2003, h1m. 9-10). Bersamaan dengan itu Said Nursi
belajar dengan kakaknya dan ulama terkenal di desanya, kemudian
memutuskan untak sekolah ke Birmis.

2) Madrasah Muhammad Nur di Birmis


18

Dalam konteks zamannya ilmu tradisional ia belajar dibeberapa tempat, karena tidak ada
satu pun institusi pendidikan Islam yang lengkap menyelenggarakan pengajaran tersebut Said Nursi selalu
berpindah-pindah untuk menyempurkan pemahamannya (Lihat Zaidin, Ibid, hlm. 15).

75
Pada tahun 1883 Said Nursi pergi ke Bitlis dan mendaftarkan diri
di sekolah Syaikh Muhammad Nur. Tetapi ia belajar di sekolah
tersebut

hanya

sebentar,

sebab

syaikh

tersebut

menolak

untuk

mengajarnya dengan alasan faktor usia yang belum memadai. (Zaidin


2001, hlm. 10).

3) Madrasah Muhammad Amin Afandi di Arwas Bitlis


Pada tahun 1891 (1308), Said Nursi meminta izin orang tuanya untuk belajar dan pergi ke
Arwas di Bitlis dan berguru dengan Syekh Muhammad Amin Afandin (Rajah 1995, hlm.
33). Di Bitlis Said Nursi pernah tinggal serumah bersama Walikota Bitlis dan beliau
berkesempatan untuk menelaah sejumlah besar buku ilmiah dan menghapal sebagian dari
padanya. Begitu juga beliau pun berkesempatan menelaah sejumlah besar kitab tentang
ilmu kalam, mantiq (logika), nahwu, tafsir, hadits, dan fiqh. Kemudian lebih dari delapan
puluh kitab induk tentang ilmu-ilmu keislaman berhasil dihapal (Ihsan Kasim 2003, hlm.
10-13).

4) Madrasah Mir Hasan Wali di Muks (Mukus)


Said Nursi merasa tidak puas dengan ilmu yang diperoleh dari tiga orang gurunya tersebut.
Said Nursi melanjutkan belajar di Madrasah Mir Hasan Wali di Muks. Proses ini hanya
berjalan satu bulan setelah itu kemudian ia bersama temannya berangkat menuju salah satu
sekolah di Bayazid, suatu daerah yang termasuk dalam wilayah Agra. (Ihsan Kasim 2003,
hlm. 10-11).

5) Madrasah Muhammad Jalali di Beyazid

76
Pada tahun 1889, ia bersama seorang temannya berangkat menuju
madrasah di Beyazid, satu daerah di Turki Timur. Di sinilah Said Nursi
mempelajari ilmu-ilmu agama dasar, karena sebelum ia hanya belajar
Nahwu dan Sharaf saja. Beliau belajar dengan segala kesungguhan dan
secara intensif untuk jangka waktu tiga bulan lamanya. Selama itu,
beliau berhasil membaca seluruh buku yang pada umumnya dipelajari
di sekolah-sekolah agama. Dalam waktu relatif singkat sekali beliau
mampu menguasai matematika, ilmu falak, kimia, fisika, geologi,
filsafat, sejarah, geografi, dan lain-lain (Ihsan Kasim 2003, hlm. 8-15).
Di Madrasah Beyazid di bawah bimbingan Syaikh Muhammad
al-Jalali,

Said

Nursi

belajar

dengan

segala

kesungguhan

dan

keuletannya secara intensif dalam jangka waktu yang singkat selama


tiga bulan beliau dapat membaca seluruh buku yang umumnya
dipelajari di sekolah-sekolah agama serta ia mendapatkan ijazah dari
Syaikh Muhammad Jalalin (Zaidin 2001, hlm. 11). Pelajaran yang
diambilnya seputar ilmu al-Quran dan Nahwu Sharaf Sebagai apresiasi
dari kerja keras belajarnya, Said Nursi mampu menguasai kitab-kitab
utama ketika itu dan mendapat gelar Mulla Said (Zaidin 2001, hlm. 11).

6) Madrasah Fathullah Afandi di Siird


Di bawah bimbingan Syaikh Fathullah Afandi secara intensif Said Nursi mempelajari
kitab Jam'ul Jawami (kitab tentang ushul fiqhi) karya Ibn as-Subki. Dalam waktu yang
cukup singkat ia menghapalnya, sehingga Syaikh Fathullah Afandi menulis catatan
pada sampul kitab tersebut dengan kata-kata : Laqad Jama'a fii hifzihihi, jamal-

77
jawami, jamiihi fii jumatin (Sungguh seluruh kitab jamul Jawami telah mampu dihapal
hanya dalam satu minggu) (Ihsan Kasim 2003, hlm. 12).
Selanjutnya, Said Nursi menjelajahi secara terus menerus
kemungkinan masih tersisa ulama, syeikh, atau guru yang handal,
untuk menguras habis keilmuan mereka, seperti Syeikh Fethullah,
hingga beliau mendapatkan ilmu baru yang semakin memantapkan
dirinya

untuk mengadakan debat, diskusi, dan pengajaran bagi

masyarakat bawah. Karena kemampuan intelektual yang menakjubkan


itu, Said Nursi digelari gurunya Badi al-Zaman (keunggulan zaman).
Ketika berada di sini, Said Nursi telah bertemu dan berdialog
dengan

beberapa

Kelemahan

beliau

orang
dalam

guru

dalam

bidang

bidang

tersebut

ilmu-ilmu

telah

modern.

mendorongnya

membaca dan mempelajari buku-buku sains modern yang terdapat


dalam perpustakaan Talur BAslia. Akhirnya dengan inisiatifnya sendiri
dan dalam masa yang singkat beliau telah berhasil menguasai ilmu-ilmu
modern seperti sejarah, geografi, matematika, fisika, kimia, astronomi,
filsafat modern, ilmu hayat dan ilmu bumi. Said Nursi juga pernah
menulis beberapa buku dalam bidang yang berkaitan, misalnya
berkenaan algebra. Malangnya, buku tersebut telah musnah dalam satu
kebakaran besar yang terjadi di Van (Zaidin 2001, hlm. 17).
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan
formal yang diperoleh Said Nursi mengokohkan sebagai orang yang
rasional dan bermoral. Orang yang cerdas secara intelektual juga
spritual. Berwawasan luas dan berakhlak mulia.

78

3) Pendidikan Non Formal : Lingkungan dan Perolehan Ilham (Ilmu Laduni)


Pendidikan non formal ini adalah proses pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat.
Perolehan jenis pendidikan ini berlangsung alami, karena dilakukan di masyarakat dan
di luar pendidikan informal dan formal, atau pendidikan keluarga dan sekolah. Banyak
yang dilakukan oleh Said Nursi yang dapat dikategorikan sebagai proses pendidikan non
formal. Kegiatan perjalanan, diskusi dan debat ilmiah, kehidupan bersama-sama,
orang-orang terdekat dan ulama terkenal. Pendidikan non formal yang dialami oleh
Said Nursi dapat dilihat melalui beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai kegiatan
pendidikan non formal mencakup:
1) Bersama Kakaknya Abdullah dan Fathullah Afandi
Pengalaman Said Nursi bersama kakaknya, hanyalah sebagai contoh mengenai
pendidikan di luar pendidikan resminya. Misalnya dalam perjalanan Said Nursi dari kota
Bitlis menuju kota Syirwan dan belajar dengan kakaknya Abdullah, kemudian ia
melanjutkan penjalanan ke Sirad untuk belajar pada seorang ulama terkenal yakni
Fathullah Afandi. Ulama ini melontarkan beberapa pertanyaan kepadanya :
Ada berita engkau telah selesai membaca as-Suyuthi kitab syarah alfiyah karya
Ibnu Malik (pen.) pada tahun yang lalu, tapi apakah engkau juga telah selesai
mempelajari kitab al-Jami kitab nahwu popular (pen.) pada tahun in i?.
Kemudian di jawab : Ya, saya telah membacanya secara keseluruhan. Kemudian
Syaikh Fathullah Afandi mulai menyebutkan beberapa permasalahan
dan memberikan beberapa pertanyaan dan dijawab semua dengan tepat oleh Said
Nursi. Peristiwa ini telah membuat Syaikh Fathullah Afandi geleng kepala
dan sangat kagum dan akhirnya ia berkata : Baiksungguh engkau ini seorang
yang dikaruniai kejeniusan yang luar biasa. Namun demikian, biarkan
kami untuk mengetahui daya hapalanmu. Apakah engkau bersedia membaca
beberapa baris dari kitab ini dua kali lalu menghapalnya ?. Kemudian ia
memberikan kitab Maqaamat al-Hariri. Said Nursi pun meraihnya lalu
membaca tulisan yang termaktub dalam halaman pertama dan hanya dibaca
satu kali saja. Ternyata hanya satu kali saja membaca, beliau mampu
menghapalnya. Tentu saja apa yang terjadi membuat Syaikh Fathullah Afandi
semakin kagum, sehingga ia berkata lagi : Sungguh perpaduan antara otak

79
jenius yang luar biasa dengan daya hapal yang luar biasa seperti engkau miliki
merupakan kejadian yang sangat jarang (Ihsan Kasim 2003, hlm. 10-13).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa efek dari ketekunan Said Nursi dalam
lingkungan masyarakat beliau diilhami keilmuan yang dalam dan luas.
Semuanya merupakan implikasi dari perjalanan secara menyatu dalam diri Said Nursi baik
dalam pendidikan informal, formal maupun non formal yang dijalani Said Nursi
dalam satu kesatuan diri.

2) Pengalaman Berdiskusi, Berdebat bersama Tokoh Intelektual dan


Ulama
Berkat potensinya yang mampu menyerap berbagai disiplin ilmu dan otaknya yang sangat
jenius, popularitas beliau segera tersebar dan diberi gelar Bediuzzaman (keindahan Zaman)
(Said Nursi Tarihi Hajat 1999e, hlm. 45). Dalam perdebatan ilmiah, Said Nursi dengan
penguasaannya dalam bidang agama dan sains modern menjadi perhatian banyak orang.

3) Motivasi Melalui Mimpi dan Ilham


Bartol dan Martin (1991, hlm. 451) memberikan pengertian motivasi
adalah kekuatan yang menggerakkan perilaku, memberi arah pada
perilaku dan mendasari kecenderungan untuk tetap menunjukkan
perilaku tersebut. Said Nursi memiliki gerakan perilaku melalui mimpi
bahwa dirinya melihat Rasulullah Saw. Peristiwa tersebut selalu diingat
sampai akhir hayatnya. Dalam mimpi tersebut beliau melihat seolaholah

kiamat

telah

terjadi

dengan

segala

kejadian

yang

sangat

mengerikan dan seluruh manusia dihimpun. Ketika itu, perasaan ingin

80
melihat

Rasulullah

Saw

begitu

menggebu-gebu,

tapi

bagaimana

mungkin hal ini bisa terjadi, di manakah dirinya dapat menjumpai


beliau dalam keadaan berdesakdesakan seperti ini?. Pada waktu dirinya
sedang berpikir demikian dalam keadaan sedang berada di tengah
kerumunan orang banyak, terlintaslah dalam benak pikirannya untuk
pergi

ke

Shiratal

Mustaqim

(jembatan

menuju

Surga).

Karena

Rasulullah Saw pun pAsli akan melintasi jembatan tersebut. Dengan


demikian bergegaslah Said Nursi menuju ke sana dan di sana ia
menunggu Rasulullah Saw. Melintasinya, selama dalam penantian ini,
para Nabi melewatinya, lalu tangan mereka dijabat dan dicium.
Kemudian Rasulullah Saw yang dinanti-nanti pun lewat padanya. Ketika
itu dirinya adalah seorang Said Nursi yang masih kecil yang sedang
berada dihadapan beliau sambil menciumi kedua tangannya. Setelah
itu, ia memohon dan beliau agar diberi ilmu lalu Rasulullah Saw
bersabda kepadanya : Engkau akan diberi ilmu al-Quran dengan
syarat engkau tidak boleh meminta-minta kepada siapapun dari
kalangan umatku. (Ihsan Kasim 2003,

hlm. 15-16). Pada fase

berikutnya, atas kehendak Allah Swt menjadikan beliau begitu cepat


menguasai berbagai ilmu keagamaan, termasuk ilmu al-Quran, hadits,
fiqh, dan ilmu lainnya.

4) Kecerdasan Hati atau Intuisi Memperoleh Ilmu Laduni


Salyidain menyatakan bahwa intuisi menurut Iqbal adalah isyq atau
cinta

atau

kadang-kadang

disebut

pengamatan

kalbu

yang

81
memungkinkan kita secara langsung menangkap dan mengamat serta
bertautan dengan kenyataan secara keseluruhan (Salyidain tt, hlm. 102103). Artinya, intuisi adalah semacam perasaan yang bergerak di dalam
batin manusia, yang merupakan suatu mata batin yang tajam, tetapi
tidak boleh disamakan dengan sifat kemanusiaan yang utuh.
Perolehan ilmu laduni adalah implikasi proses pendidikan yang
didapatkan oleh Said Nursi langsung melalui Allah melalui ilham illahi.
Pendidikan ini secara intensif diperolehnya ketika ia menulis Risale-i
Nur. Cahaya hati dan keyakinannya yang mendalam kepada Allah
menyebabkan ia mampu menembus alam ghaib, sehingga ia dapat
berdiskusi dan berdialog langsung dengan Nabi Muhammad (Said
Nursi Mektubat 2003b, hlm.275).
Dari pembahasan di atas diketahui bahwa riwayat pendidikan
Said Nursi baik informal, formal maupun pendidikan non formal telah
mempengaruhi pemikiran, perilaku, sikap dan ruhnya dalam segenap
kehidupannya, terutama dalam menyuburkan sifat analisis, kritis serta
senang kepada dialog dan perdebatan. Sistematika proses pendidikan
Said Nursi yang integratif menggambarkan kompetensi Said Nursi
sebagai i1muwan dan ulama dalam kajian keagamaan dan terdapat
praktik antara penguasaan ilmu dan perilaku akhlak mulia. Proses
pendidikan dan kompetensi ini memperkuat bahwa Said Nursi adalah
filosof-sufi.

Kegiatan Keagamaan

82
Sebenarnya banyak sekali yang dilakukan oleh Said Nursi untuk menyebarkan dakwah
Islam di Turki. Tanda-tanda Said Nursi sebagai tokoh, ulama dan guru bagi seluruh
masyarakat Turki, sudah mulai nampak sejak kecil. Berikut ini dipaparkan beberapa hal
yang berkaitan kegiatan keagamaan Said Nursi.

1. Mengajar Umat Gratis


Pada tahun 1907 M. sampailah Badiuzzaman di ibu kota Istanbul. Di sana beliau tinggal di
khan asy-Syakrizi yang terletak di wilayah Fatih. Tercatat, bahwa hotel ini merupakan
tempat tinggal sejumlah para pemikir dan pujangga, seperti penyair kenamaan yang
bernama Muhammad Akif dan kepala intelejen yang bernama Fatih, juga seorang guru
bahasa kenamaan yang bernama Jalal dan lain-lain.
Selama berada di ibu kota Istanbul beliau telah menggantungkan sebuah papan di
depan pintu kamarnya yang bertuliskan: Gratis!!! Di sini akan terjawab setiap pertanyaan
dan setiap problema pasti akan terpecahkan. Ini merupakan pernyataan asing dan menarik
perhatian yang membuat popularitas Said Nursi semakin luas yang sebelumnya juga sudah
terkenal di ibu kota Istanbul dan membuat orang-orang ingin melihatnya secara langsung
(Salih 2003, hlm. 15-16)
Di ibu kota Istanbul Said Nursi menyampaiikan usulan kepada Sultan Abdul Hamid
agar didirikan sebuah madrasah bernama Madrasah Az-Zahrah yang ilmu agama dan ilmu
sains diajarkan secara bersama di Turki Timur. Usulan ini disampaikan, karena
penduduknya sangat didominasi oleh kebodohan dan kemiskinan, juga sangat dicekam oleh
kediktatoran, sistem keamanan, dan para intel dai kalangan istana Yaldaz. Tetapi usulan ini
hanya membuat orang-orang dekat Sultan yang hakikatnya tidak mencerminkan pemikiran

83
Sultan membawa beliau ke beberapa dokter untuk diperiksa dan diteliti daya nalar otaknya.
Kemudian para dokter berketetapan untuk menempatkannya di RS Jiwa Topbasyi.
Ketika salah seorang dokter hadir untuk memeriksa daya nalar otak Said Nursi,
kepada dokter ini beliau menyampaikan apa yang terlintas dalam benak sang dokter.
Kejadian I telah mendorongnya mebuat keterangan : Jika memang terdapat sedikit saja
kegilaan pada Said Nursi, ini artinya bahwa di seluruh muka planet bumi ini tidak seorang
pun ada yang berakal sehat (Salih 2003, hlm. 17-18).
Kemudian Said Nursi berangkat menuju Salonika dan di sana beliau berkenalan
dengan para tokoh al-Ittihad Wa at-Taaraqqi (Perpaduan dan Kemajuan). Langkah ini
ditempuh, dengan pertimbangan karena dirinya juga sebagai seorang yang menyarakan dan
menyerukan kebebasan dan prinsip musyawarah secara Islami. Di sana ia mendapat
sambutan hangat dari para pemimpin al-Ittihad Wa at-Taraqi. Namun demikian, mereka
tidak berhasil mengajaknya untuk menjadi pengikut mereka. Kasus ini terjadi, karena ia
tetap pada prinsip pemikiran dan kepribadiannya. Kemudian saat dirasakan bahwa sebagian
di antara mereka ada yang goyah pendiriannya dan bersikap memusuhi agama (Islam), ia
pun berkata: Kalian ternyata memusuhi agama dan berpaling dari syariat (Salih 2003,
hlm. 19-20).

2. Menjadi Anggota Darul Hikmah al-Islamiyah


Di ibu kota Istanbul Said Nursi diangkat menjadi anggota Darul Hikmah al-Islamiyah tanpa
sepengetahuannya sebagai penghargaan baginya (13 Agustus 1918 M). Tercatat bahwa para
anggota Darul Hikmah ini hanya merupakan ulama terkemuka saja. Ketika itu para
anggotanya terdiri dari: Muhammad Akif (penyair kondang), Ismail Hakki (seorang ulama

84
kenamaan), Hamdi Almalali (mufassir terkenal), Mustafa Shabri (syaikul Islam), Saduddin
Pasya, dan lain-lain.
Pada periode ini pemerintah telah menganggarkan gaji untuknya. Tetapi ia hanya
mengambil sekedar untuk memenuhi hajat hidup pokok saja. Sedangkan sisanya
dibelanjakan untuk biaya mencetak sebagian dari karya ilmiahnya yang dihimpun dalam
Rasal an-Nur yang kemudian dibagikan secara cuma-cuma kepada kaum muslimin (Salih
2003, hlm. 34-36).

3.Transformasi Spritual
Perubahan dalam diri Said Nursi adalah ketika dia merasa perubahan dalam dirinya, ketika
Ia berada di lembaga Darul Hikmah al-Islamiyah, ia pernah mengalami transformasi
spiritual sebagai berikut:
Sadar diriku berada di dalam rawa aku mencari bantuan, mencari jalan keluar dan
panduan. Aku melihat ada berbagai jalan, dan saat ragu jalan mana yang harus
ikuti, aku mencari penjelasan pada kitab Futuh al-Gaib, tulisan Syaih Abdul Qadir
Jailani. Muncul kalimat berikut di hadapanku: Kamu berada di Darul Hikam
(Rumah Kebijaksanaan); mencari dokter (rohani) yang akan menyembuhkan
hatimu. Anehnya, aku memang anggota Darul Hikam (lembaga para ilmuwan
tersebut). Aku dianggap sebagai dokter, seorang pembimbing rohani, yang
diharapkan bisa menyembuhkan penyakit-penyakit rohani umat Islam; sementara
sayalah yang secara rohani sakit lebih parah daripada yang lain, dan aku harus
mengobati diriku sendiri sebagai pasien. Setelah itu, aku membaca kitab Maktubat
(Surat-surat) karya Imam Rabbani, dan mempelajarinya dengan niat yang suci.
Imam Rabbani juga dengan tandas memberikan nasihatnya dibanyak surat yang
lain, Menyatukan arah yang akan engkau tuju, yakni ambil satu saja pemimpin
atau satu jalan ke arah kebenaran. Tetapi, nasihat beliau yang paling penting ini
tidak sesuai dengan watak dan perangaiku. Kadang-kadang pikiranku tidak bisa
memutuskan mana yang harus diikuti. Karena setiap jalan memiliki daya tarik
sendiri-sendiri, maka sulit bagiku untuk menyenangi salah satu jalan dan
mengikutinya. Saat aku dalam kebingungan, dengan Kasih Sayang Allah SWT aku
menjadi tahu bahwa ujung semua jalan tersebut, sumber dari semua saluran
tersebut, matahari yang dikelilingi oleh semua planet tersebut, tak lain adalah al-

85
Quran yang penuh hikmah, yang bisa menyatukan semua arah (Said Nursi 2003,
hlm. 487-488).
Transformasi spiritual inilah yang menjadi penyebab perubahan Said Qadim ke Said Jadid. Pada
masa-masa ini dan ketika Inggris berhasil menduduki Istanbul (16 Maret 1920), Badiuzzaman berhasil
menyelesaikan buku karangannya yang berjudul al-Khuthuwat as-Sitta (Enam Langkah ) yang diterbitkan
secra sembunyi-sembunyi dengan bantuan para murid dan teman-temannya Buku ini berisi serangan
Badiuzzaman kepada Inggris yang disampaikan dengan nada keras dan berupa klarifikasi tentang berbagai
syubhat yang santer menjadi buah bibir masyarakat luas dengan disertai sejumlah dalil argumetatif. Buku
tersebut juga berisi ajakan kaum muslimin tetap optimis dan memerangi sikap pesimis yang selama ini
tampaknya menguasai masyarakat, serta berisi seruan agar mereka berbakal tekad kuat.

Kegiatan Politik
Secara bersamaan dalam kehidupanya Said Nursi jelas berkaitan erat dengan kegaitan
politik. Kajian berikut akan menjelaskan fokus kepada kegiatan politik yang pernah
dilakukan oleh Said Nursi semasa hidupnya, sebagai berikut :
1. Menentang Inggris
Diantara serentetan rencana jahat yang dilakukan Inggris terhadap Islam melalaui gereja
Anglikan adalah enam pertanyaan yang disampaikan kepada para ulama Islam agar dijawab
dengan enam ratus kata. Kemudian pertanyaan ini oleh para ulama disampaikan kepada
Badiuzzaman dan dijawab: Sesunguhnya jawaban enam pertanyaan ini tidak harus
denggan enam ratus kata dan tidak pula dengan enam kata, juga tidak harus dengan satu
kata,melainkan cukup dengan ludah yang disemburkan

kepada muka orang-orang

Inggris terkutuk. (Salih 2003, hlm. 39-40).


Gerakan anti pendudukan asing di Anatolia mulai beraksi. Syaikhul Islam Abdullah
Afandi pun di bawah tekanan pemerintahan kolonial Inggris mengeluarkan fatwa

86
menentang gerakan dan para pelaku aksi ini. Tetapi segera fatwa ini dibantah lagi dan
dinyatakan batal oleh fatwa yang dikeluarkan oleh tujuh puluh enam ulama bersama tiga
puluh enam ilmuwan dan sebelas anggota DPR (anggota parlemen).

2. Said Nursi Masa Pergolakan


Said Nursi di zaman pergolakan ini terjadi pada 1908-1912, ketika itu ia berjuang keras
demi untuk menegakkan satu sistem kelembagaan yang berteraskan Syariat Islam.
Memandang pengaruh Said Nursi serta ketokohannya, para pimpinan gerakan ini mencoba
membujuk dan mempengaruhinya menyertai gerakan mereka. Antara mereka yang datang
menemuinya ialah Emanuel Carasso, seorang yang Yahudi berkebangsaan Itali. Tetapi apa
yang berlaku adalah sebaliknya, sehingga dia berkata: Lelaki ajaib ini hampir-hampir
menyebabkan aku memeluk Islam dengan kata-katanya (Zaidin 2001, hlm. 32).
Dalam tahun 1908, satu pemberontakan telah meletus Revolusi Turki Muda (The
Young Turk Revolution) yang didalangi oleh Pertubuhan Perpaduan dan Kemajuan telah
berhasil memaksa Sultan mengaktifkan semua kelembagaan. Walaupun Said Nursi
menyokong usaha untuk mengembalikan kelembagaan dalam negara, tetapi Revolusi Turki
Muda tidak disetujuinya. Ini jelas dari sikap Said Nursi yang berpegang kepada prinsip
kesederhanaan (menolak kekerasan) dalam menuntut sesuatu keadilan atau kebaikan.
Lebih-lebih lagi, Pertumbuhan Perpaduan dan Kemajuan yang menjadi penggerak utama ke
arah tercetusnya revolusi tersebut bergerak di atas teras perjuangan yang menyimpang dari
ajaran Islam (Zaidin 2001, hlm. 33).

87
Said Nursi terus menyampaikan idenya kepada masyarakat tanpa dapat dipengaruhi
oleh mana-mana pihak. Beliau melihat hanya dengan Perlembagaan Islam yang mampu
mengembalikan kekuatan dan kemakmuran dakwah. Ini jelas dari pidato yang
disampaikannya di Salanik selepas pengisytiharan kelembagaan tersebut. Di antara
ucapannya, seperti dikutip Zaidin (2001, hlm. 34): Berhati-hatilah saudara-saudaraku,
jangan kamu hancurkan kebebasan ini dengan kematian kali kedua dengan tindakantindakan yang bodoh dan pengabaian dalam urusan agama. Sesungguhnya Undang-Undang
Asas yang berfraksikan kepada Undang-Undang Islam (Syariat) adalah malaikat maut yang
akan menyentap semua ruh isme-isme yang merusakkan, akhlak buruk, tipu daya syaetan
dan penyelewengan yang hina.
Pada 5 Oktober 1908 (9 Ramadan 1326 H), Austria telah mengumumkan
kemasukan Bosnia dan Hersegovina ke dalam negara tersebut. Sebagai tindak balasan,
kerajaan telah menyatakan memboikot semua barang Austria dan gedung-gedung
jualannya. Aktifitas perniagaan dan perdagangan di Istanbul mulai terhambat (Zaidin 2001,
hal. 37). Keadaan ini berimbas juga pada kehidupan hampir dua puluh ribu masyarakat
buruh dari bangsa Kurdi. Akhirnya mereka melancarkan mogok dan tidak lagi mematuhi
arahan ketua-ketua mereka. Suatu hari, kumpulan buruh yang berada di Khan Ashirah
mulai bertindak liar.
Said Nursi yang mendengar berita tersebut terus bergegas ke sana dan memberikan
nasihat kepada mereka. Antara lain kata-katanya ialah:
Musuh kita adalah kejahilan, keperluan dan perselisihan. Kita akan memerangi
ketiga-tiga musuh ini dengan senjata kemajuan, pengetahuan dan penyatuan. Oleh
itu kita perlu bantu membantu dan berganding bahu dengan orang-orang Turki.
Mereka adalah saudara kita,mereka telah menyadarkan kita dari kealpaan dan
mendorong kita dari ke arah ketamadunan. Ya, kita akan bersatu dengan mereka
(orang Turki) dan mereka yang berjiran dengan kita kerana permusuhan dan

88
perseteruan adalah kebinasaan. Kita sebenarnya tidak mempunyai waktu untuk
bermusuhan (sesama sendiri) (Said Nursi dalam Zaidin 2001, hlm. 38).
Sungguh luar biasa pengorbanan Said Nursi yang telah berani meredamkan amarah
buruh bangsa Kurdi yang sudah menggunung, karena mereka sudah tidak percaya kerajaan
yang sudah membaikot barang Austria. Said Nursi secara tegas mengatakan musuh kita
bukan orang-orang Turki, tapi musuh kita kejahilan dan perselisihan. Orang Turki adalah
saudara sendiri bukan musuh, karena perseturuan dan permusuhan justeru akan
membinasakan kita sendiri. Akhirnya, mereka semua menyadari bahwa tindakan yang
mereka lakukan dengan mendemo kerajaan kekeliruan yang harus dibenahi.

3. Ikut Perang Dunia I (1918-1923)


Bagian ini akan memaparkan keterlibatan Said Nursi dalam Perang Dunia I menentang
tentara Rusia dan Armenia. Corak perjuangannya yang sederhana (tanpa senjata dan
kekerasan) telah diubah kepada perjuangan bersenjata apabila berhadapan dengan musuhmusuh luar (bukan Islam).
Said Nursi dan Inggris (1918-1923), fatrah ini menyaksikan bagaimana Said Nursi
menggunakan segala ruang yang ada untuk menyedarkan umat Islam dan membangkitkan
semangat mereka supaya berjihad menentang penjajah:
Pada 5 April 1909, Parti al-Ittihad al-Muhammadi telah ditubuhkan di Istanbul. Ia
diasaskan oleh Darwish Wihdati. Pertumbuhan politik Islam ini secara umumnya
adalah tindak balas masyarakat Islam yang merasa bimbang dengan perkembangan
yang berlaku dalam negara di bawah pemerintahan Parti Perpaduan dan Kemajuan.
Mereka menuntut supaya Syariat Islam ditegakkan semula dalam negara. Antara
kesan daripada protes mereka terhadap kerajaan ialah berlakunya penutupan kedai
minuman keras dan pusat teater. Mereka juga menuntut supaya kerajaan membuat
sekatan ke atas Gerakan Kebebasan Wanita (Zaidin 2001, hlm. 32).

89
Said Nursi yang menyertai pertumbuhan politik ini, turut sama memberi sumbangan
dengan menyampaikan ide-idenya kepada masyarakat melalui akhbar Volkan yang
merupakan lidah rasmi pertumbuhan tersebut. Bahkan Said Nursi sendiri telah berucap
sewaktu pertubuhan ini diasaskan. Di samping Volkan, Said Nursi juga menulis di dalam
akhbar-akhbar lain seperti al-Aqbah, Surbasti, Mizan, al-Misbah dan lain-lain lagi (Zaidin
2001, hal. 38).
Meskipun Said Nursi menyokong Parti al-Ittihad al-Muhammadi, sokongan ini
sedikitpun tidak menyekat beliau dari menyatakan kebenaran, maupun mengkritik manamana pihak yang dilihatnya tidak bertindak sewajarnya. Ini terbukti apabila sebagian
kritikannya juga ditujukan kepada golongan pengarang, termasuklah Darwish Wihdati
sendiri, yang tidak memperlihatkan adab-adab penulisan yang Islamik. Antara kritikannya,
Sasterawan seharusnya beradab, terutamanya dengan adab-adab Islam supaya (kekuatan)
agama itu dapat menjadi pengawal dalam bidang penulisan.
Dalam tahun 1910, Said Nursi meninggalkan Istanbul dan kembali ke Wan melalui
Batum (Batum). Dalam perjalanan, Said Nursi singgah di Tiflis (Tiflis) untuk melihat
suasana bandaraya tersebut. Untuk itu, Said Nursi pun mendaki Bukit Shaykh Sanan dan
untuk seketika Said Nursi memandang ke arah bumi yang berada di bawah jajahan Rusia.
Seorang pegawai polis Rusia datang menghampirinya. Setelah sampai ke Wan, Said Nursi
mulai menyampaikan kuliah-kuliah agama kepada masyarakat. Himpunan soalan serta
jawaban yang diberikan dalam kuliah itu dimasukkan oleh Said Nursi dalam kitabnya alMunazarat. Karangan dalam bahasa Turki ini kemudiannya diterjemahkan kedalam bahasa
Arab judul Rajtat al-awwam. Kitab ini telah dicetak di Istanbul dalam tahun 1913 (Zaidin
2001, hlm. 44-46).

90
Ketika terjadi pemberontakan besar 31 Maret pada tahun 1909, ia telah coba
mententeramkan keadaan. Pada tahun 1911, Ia pergi ke Damaskus untuk menyampaikan
khutbah di Masjid Umayyah tentang kondisi umat Muslim dan cara mengatasi masalahmasalahnya. Dalam perang dunia I, Badiuzzaman menjadi pemimpin pasukan sukarelawan
di medan perang Kakasia dan Turki Timur. Dalam pertempuran ini Said Nursi bersama para
muridnya dengan segala daya yang dimiliki turut serta menghadapi tentara Rusia.
Kemudian selama terlibat dalam pertempuran tersebut ia pun berhasil menyusun tafsirnya
yang sangat berharga, Isyarat al-Ijaz Fi Mazhan al-Ijaz, dalam bahasa Arab. Said Nursi
pun tertangkap oleh pasukan tentara Rusia dan dibawa ke salah satu markas tawanan militer
di Qustarma yang terletak di Timur Rusia (Salih 2003, hlm. 25-29).
Setelah 2 tahun Said Nursi pulang ke Istanbul pada tahun 1918. Kemudian Said
Nursi diangkat menjadi anggota Darul Hikmah al-Islamiyyah Lembaga ilmiah milik para
ulama Turki Usmani tanpa sepengetahuannya sebagai penghargaan baginya. Dalam tesis
Zaidin (2001, hlm. 49) dituliskan pula tentang penugasan Said Nursi untuk memimpin
perang. Ini terjasi pada 1912, dalam minggu-minggu pertama tercetusnya Perang Balkan,
Said Nursi telah dilantik memimpin pasukan Sukarelawan dari selatan anadul (Anatolia).
Said Nursi kemudiannya di saat-saat hampir tercetusnya Perang Dunia I diberi kepercayaan
untuk menganggotai al-Tashkilat al-Makhsusah. Kerajaan telah membuat keputusan untuk
menyebarkan Fatwa Jihad keseluruh dunia Islam. Beliau telah ditugaskan melaksanakan
misi tersebut ke Libya (Afrika Utara). Dengan menaiki kapal selam Jerman, Said Nursi dan
pasukannya berangkat ke sana. Misinya ini adalah untuk menghubungi Sayyid Muhammad
Idris al-Sanusi yang ketika itu sedang berjuang menentang tentara Itali.

4. Menentang Mustafa Kemal Attatruk

91
Said Nursi berulang kali diundang ke Ankara oleh Mustafa Kamal, sehingga ia berangkat
juga ke sana pada tahun 1922, sebelum Hari Raya Qurban tahun itu, dan kedatangannya ini
telah disambut dengan meriah. Sayangnya beliau tidak betah di Ankara karena melihat
kebanyakan di antara para anggota dewan tidak aktif shalat, sebagaimana perilaku Mustafa
Kamal pun tampak berlawanan dengan Islam suatu hal yang membuat ia sangat sedih.
Dengan demikian, beliau berketetapan utuk mencetak pernyataan pada tanggal 19/1/1923
M. yang membuat sepuluh materi yang dialamatkan kepada para anggota dewan, sebagai
nasihat dan peringatan Islami.
Kemudian pernyataan ini dibagiikan kepada para anggota dewan yang dipimpin
oleh Jenderal Kazhim Qurah Bakar (Panglima Besar Gerakan Kemerdekaan). Buah dari
langkah tersebut telah berhasil menyadarkan kira-kira enam puluh di antara mereka
menjadi orang-orang taat beragama dan aktif menjalankan shalat, sehingga masjid yang ada
di sana tidak mampu menampung jamaah dan akhirnya dipindahkan ke ruangan yang lebih
besar.
Mustafa Kamal rupanya tidak senang dengan pernyataan ini dan oleh karena itu dia
memanggil Said Nursi. Kemudian, terjadilah pembicaraan seru di antara keduanya. Di
antara kata-kata yang disampaikan oleh Mustafa Kamal saat itu:
Sejujurnya, bahwa kami sangat membutuhkan orang seperti Anda. Untuk itu kami
sengaja mengundang Anda ke sini agar kami bisa mengambil manfaat dari
pendapat-pendapat Anda yang sangat berharga. Tetapi langkah pertama yang Anda
sampaikan kepada kami ternyata urusan shalat yang membuat di antara sesama
anggota majelis di sini terpecah. Seraya memberi isyarat dengan telunjuknya,
Badiuzzaman menjawab pernyataan Mustafa Kamal : PasyaPasya
Sesungguhnya hakikat yang paling menonjol sesudah iman adalah shalat.
Sesungguhnya orang yang tidak menjalankan shalat adalah pengkhianat, sedangkan
kepemimpinan seorang pengkhianaat di mata hukum adalah tidak
diterima..Mendengar jawaban ini Mustafa Kamal berpikir hendak
menjauhkannya dari Ankara. Untuk itu, beliau ditawari jabatan sebagai penasihat

92
umum wilayah timur dengan gaji yang menggiurkan. Tetapi Said Nursi menolak
tawaran ini (Salih 2003, hlm. 41-43).
Setelah merasakan adanya niat buruk yang dialamatkan kepada Islam dari sejumlah
pihak pemerintah di Ankara, maka Said Nursi pun pergi meninggalkan kota ini. Ia pergi
dari sana dengan hati yang sedih dan membuat dirinya banyak melakukan tahajjud, ibadah,
dan pengaduan kepada Allah atas keadaan yang terjadi menimpa kaum mulimin. Ia pergi
menuju kota Wan dan tinggal di sebuah rumah kumuh yan tidak berpenghuni yang terletak
di gunung Ark. Di sanlah untuk sekian lama waktunya dihabiskan dengan mengasingkan
diri dari keramaian. Di sanalah beliau itikaf dan mengheningkan cipta, seolah-olah bahwa
Allah sedang mmpersiapkan dirinya untuk tampil menghadapi tugas berat dan bahaya yang
hendak menghancurkan Islam ( Salih 2003, hlm. 43-45).

5. Perjuangan Menuju Rumayli (Rumelia)


Selepas berada di Sham, Said Nursi pergi ke Bayrut (Beirut) dan kemudiannya kembali ke
Istanbul melalui jalan laut pada Jun, 1911. Said Nursi telah dipilih sebagai wakil dari Timur
Turki untuk mengiringi Sultan Rashad dalam satu lawatan ke Rumayli, sebuah kawasan
Eropa di bawah kekuasaan Turki. Rombongan Di-Raja ini berangkat dengan menaiki kapal
perang Barbarossa dan mereka sampai ke Salanik pada 7 Juni 1911. Pada 11 Juni 1911,
rombongan tersebut sampai ke Uskup (Skopje), sebuah bandaraya bersejarah, yang juga
merupakan ibukota Qusuwa (Kosovo). Dalam perjalanan ini, dua orang pengikut Sultan
yang berpendidikan sekolah modern berbual dengan Said Nursi (Zaidin 2001, hlm. 48).
Pada ketika itu, sebuah universitas sedang dibina di Qusuwa. Said Nursi mengambil
kesempatan ini dengan menjelaskan kepada Sultan dan beberapa orang pemimpin Partai
Perpaduan dan Kemajuan tentang betapa perlunya dibina sebuah universitas di Timur Turki.
Rencana tersebut telah disambut baik oleh Sultan. Setelah Qusuwa jatuh ketangan Rusia
dalam Perang Balkan, peruntukan sejumlah 19.000 lira yang disediakan bagi penubuhan

93
universitas di Timur Turki atas permintaan Said Nursi sendiri. Setelah kembali ke Wan,
Said Nursi terus meletakkan batu pertama pendirian universitas tersebut di Irtamit
(Edremit), berhampiran dengan Tasik Wan (Zaidin 2001, hlm. 48-49). Kendati proyek
terebut tidak membuahkan hasil yang membanggakan disebabkan meletusnya Perang
Dunia I.
Meskipun sepanjang hidupnya dia selalu menentang segala pemberontakan dan
gerakan yang bermaksud memecah ketenteraman dan keteraturan masyarakat, dan selalu
menandaskan bahwa hak-hak setiap orang tidak boleh dilanggar meskipun demi
kepentingan seluruh masyarakat, dia dituduh membangun organisasi-organisasi rahasia
yang bertujuan menghancurkan ketenteraman masyarakat.
Ketika dalam persidangan dia ditanya pendapatnya tentang negara Republik Turki,
dia menjawab : Biografi saya yang kalian pegang itu membuktikan bahwa saya ini warga
negara republik yang religius bahkan sebelum kalian lahir ke dunia. Dia ditahan selama 11
bulan di penjara sebelum akhirnya diputus tidak bersalah (Salih 2003, hlm. 66).
Setelah dibebaskan, dia dipaksa tinggal di Kastamonu. Semula dia tinggal di lantai
teratas kantor polisi itu, kemudian dipindahkan ke sebelah rumah tepat dia seberangnya.
Dia menetap di Kastamonu selama tujuh tahun, dan beberapa bagian penting dari Risalah
An-Nur ditulisnya disana. Selama masa ini, baik dia maupun para santrinya (dari
Kastamonu dan daerah-daerah lain) terus-menerus mendapatkan tekanan dari pemerintah.
Tekanan tersebut kian lama kian meningkat, dan berpuncak dengan penangkapan besarbesaran dan pengadilan serta pemenjaraan di Denizli pada tahun 1943-1944. Dia dituduh
membentuk tariqah Sufi dan mengorganisir masyarakat politis. Meskipun tuduhan itu
akhirnya gugur, tetapi Said Nursi dikurung selama 9 bulan dalam sebuah sel yang kecil

94
sekali, gelap dan pengap dalam kondisi yang sangat menyedihkan sampai ia dibebaskan
pada tahun 1944:
Setelah dibebaskan, Said Nursi dikirim ke kota Emirdag, Propinsi Afyon agar
menetap disana. Pada tahun 1948 sebuah perkara baru dibuka di Pengadilan Pidana
Afyon. Pengadilan memvonis dia dengan semena-semena, tetapi vonis tersebut
dibatalkan melalui banding, dan Said Nursi besrta murid-muridnya dinyatakan tidak
bersalah. Setelah itu dia berpindah-pindah tempat tinggal seperti ke Emirdag,
Isparta, Afyon, dan Istanbul. Pada tahun 1953 dia diadili sekali lagi, kali ini dengan
tuduhan menerbitkan A Guide for Youth (Petunjuk bagi Para Pemuda), dan kembali
dinyatakan tidak bersalah. Pada saat wafatnya di Urfah, 23 Maret 1960, yang
mungkin bertepatan dengan Lailatul Qadar, penyelenggara pemakaman menemukan
peninggalannya berupa sehelai surban, sepotong pakaian, dan uang dua puluh lira
(Salih 2003, hlm. 67).
Said Nursi di depan pengadilan pernah menyampaikan pembelaan yang sangat
terkenal. Berikut ini akan kita kutip sebagian daripadanya:
Bapak-bapak hakim yang terhormat: Saya telah dihadapkan ke persidangan ini
dengan tuduhan bahwa saya seorang yang telah menjadikan agama sebagai jalan
untuk membuat kekacauan dan merusak keamanan umum. Pada kesempatan ini,
izinkan saya untuk menyampaikan pernyataan kepada Bapak-bapak sekalian:
Dampak suatu perbuatan tidak bisa dituduh sebagai faktor penyebab suatu kasus
sampai terjadi dan tidak dapat dituduh sebagai biang keladinya. Memang, bisa jadi
batang korek api dapat membakar rumah. Tetapi kemungkinan ini tidak berarti
sebagai biang segala tindakan kriminal. Aktivitasku yang hanya terfokus menggeluti
ilmu-ilmu keislaman hanya dijadikan sarana untuk memperoleh ridha Allah, jauh
bumi dari langit untuk dipergunakan selain dari itu. Bapak-bapak telah betanya:
Apakah saya termasuk orang-orang yang aktif dalam kegiatan seperti yang
dilakukan para pengikut thariqah sufisme? Pertanyaan ini saya jawab:
Sesungguhnya era kita sekarang adalah era memelihara iman bukan era
mempertahankan thariqah sufisme. Kelak di akhirat pasti akan banyak masuk
syurga tanpa melalui thariqah sufisme. Tetapi seorang pun tidak akan ada yang
masuk ke sana tanpa iman (Salih 2003, hlm. 67).
Sebagai akhir perjuangannya Said Nursi memberikan peniggalan sejati yang tak
ternilai dari pahlawan Islam dan kemanusiaan ini, yang pada saat meninggalnya hanya
berbobot 40 kilogram, adalah Kumpulan Risale-i Nur setebal 6000 halaman, yang telah
diperkarakan di berbagai persidangan sebanyak sekitar 2000 kali hingga sekarang, dan
prinsip-prinsip mulianya yang merupakan dimensi yang tidak akan bisa dicatat dalam
catatan penyelenggara jenazah (Said Nursi 2003b, hlm. XV-XVI).

95

Karya Tulis
Sebelum mengenal karya tulis Said Nursi perlu diketahui bahwa
karya tulis Said Nursi banyak sekali, selain Kuliyatul Rasailin
Nur, Said Nursi juga memiliki karya-karya lain.
Risale-i Nur
Rilale-i Nur sekarang lebih dikenal "Kuliyatul Rasailin Nur" adalah
kumpulan kitab tafsir yang ditulis oleh Said Nursi yang diberi nama
"Risale-i Nur". Adapun yang dimaksud Risale-i Nur adalah kumpulan
tulisan Said Nursi berjumlah 14 jilid. Kumpulan tulisan 14 jilid inilah
yang disebut Risale-i Nur. Risale-i Nur adalah karya monumental Said
Nursi yang ditulisnya dengan tulisan tangan bersama muridnya yang
tebalnya berjumlah kurang lebih 6000 halaman, selain itu terdapat pula
karya-karya Said Nursi yang lain yang ditulis pada masa Said Lama dan
Said Ketiga. Berikut ini akan disebutkan bagian Risale-1 Nur karya tulis
Said Nursi selengkapnya adalah :

Tabel 1
Kumpulan Tulisan 14 Jilid Risale-i Nur

No.
1.
2.
3.
4.

Judul Buku
Sozler
Mektubat
Lemaalar
Sualar

Bahasa
Yang
Digunaka
n
1926-1929
Turki
1929-1932
Turki
1921-1932- Turki
1934
1936-1940
Turki
Tahun
Perbitan

Keterangan
Asli
Asli
Asli
Asli

dan Masih
Terbit
dan
Masih
Terbit
dan
Masih
Terbit
dan Masih
Terbit

96
5. Isyaratul Ijaz
6. Mesnavi Nuriye

1916-1918
Turki
1922-1923 Arab dan
Turki
7. Barla Lakihasi
1925-1930
Turki
8. Ermidag Lakihasi 1944-1949
Turki
9 Kastamonu
1936-19
Turki
Lakihasi
10. Tarihce Hayati
1948-1950
Turki
11. Asyari Musa
Turki
12. Iman ve Kufur
1948-1950
Turki
Munavazeleri
13. Sikke-i
Tadikf 1948-1950
14. Muhakamet
1911
Qaibi

Turki
Turki

Asli dan Masih


Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Terbit
Asli dan
Masih

Asli dan Masih


Terbit
Terbit
Demikian keempat belas kitab Risale-i Nur yang merupakan master peice

dari kitab-kitab Risale-i Nur. Di antara kitab-kitab Said Nursi di atas,


ada yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yakni
terdapat 33 Cahaya (al-lama'at) dalam buku Menikmati Takdir Langit,
29 Surat (al Maktubat)dalam buku Menjawab Yang Tak Terjawab,
Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan, dan 12 Risalah (ar-Risalah) terdapat
dalam buku Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya (Epitomes of Light).
Secara global isi pokok dalam karya tersebut mengupas tentang aqidah
dan keimanan yang diindikasikan dengan marifat Allah, marifat
Rasulullah, manhaj as-Sunnah; penguatan aspek ibadah, dan akhlak
atau adab-adab Islami dan lain-lain.

Kitab-kitab Lain
Dalam konteks ini, maka keberadaan Risale-Nur merupakan sumber
dari pembahasan karya-karya Said Nursi yang ditulisnya menjadi kitabkitab lain tersebut, adapun kitab-kitab lain yang ditulis oleh Said Nursi
diklasifikasi :

97
Tabel 2
Karya-karya Said Nursi
N
o.

Judul Buku dan


Makalah

1. Talikat (mantik)
2. Kull Icaz (mantik)
3. Isarat
4. Munazarat
5. Divani Harbi- Orfi
6. Sunuhat
7. lserat
8. Sunuat Nubuwuyat
9. Hutbei Saniye
10 Nutqah
min
. Marifatillah
11 Jalla
NutukJalahu
(Khutbah,
. pidato)
12 Hair Risalasi
. Geclik Rehberi
13
. Konsferan Ankara
14
. Konsferan
15
Ankara
.
1950
16 Yirni Ucucu Soz
. Otuz Ucu Pencere
17
. Nur
18
Alemini
. Uhuwet
AnahtariRisalesi
19
. Ramazan
20
Iktire
.
Risaleler
21 Was Risafeleri
. Tabiat Risalesi
22
. Haftimlar Rehberi
23
. Hastalar Risalesi
24
. Sunnet
25
Seniyye
. Risalesi
26
Latief Nukteler
.
27 Zahretin Nur
. Ayat-i Kubra
28
29 Meyve Risalesi
.
30 El Huccetuz Zahra
.
31 Hakekat Nurlar
.
.

Tahun
Penulisa
-

Bahasa Yang
Digunakan
Arab
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki

Turki

Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki
Turki

Keterangan
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli clan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
10 bush, Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli clan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan
Masih
Asli clan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Terbit

98
32 Iman Hakikatleri

Turki

Asli dan Masih

33 Miftahul Iman
.
34 Siracin Nur
.
35 Tilsinflar Mecmuast
.
36 Ecnebi Filozoflarm
.
37 Encebi Filozoflarin
. Sehadtleri
.
38 Adfikar Mecmuasi

Turki

Turki

Turki

Turki

Turki

Asli dan Masih


Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit

Turki

39 Nur Gegmesl
.
40 Tuluit
.
41 Runifiz
.
42 Tiryak
.
43 Riale-I Nur
.. Kulliyatindan
Fihrist Risalesi

Turki

Turki

Turki

Turki

Turki

Terbit
Asli dan Masih
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Asli dan Masih
Terbit
Terbit

Dari pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa dalam sejarah kehidupannya


Said Nursi berdasarkan riwayat pendidikan, aktifitas, kecerdasan dan otoritas keilmuannya
memiliki potensi sebagai seorang filosof sufi. Said Nursi telah menulis karya-karya yang
memberikan sumbangsih positif bagi dunia Islam dalam membangun nilai-nilai akhlak.
Said Nursi percaya bahwa kebahagiaan dan kemakmuran di dalam dunia ini
adalah berdiri di atas ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban zaman.
Adapun kunci utamanya menurut Said Nursi adalah akidah (keimanan) dan selalu merujuk
pedoman hidup yakni al-Quran. Menguatkan iman dan memperkokoh akidah adalah jalan
hidup di dunia modern.
Risale-i Nur sebagai karya besar abad ke-20 itu adalah otentik dalam konteks isi
kandungannya melalui tinjauan politik dan sosial kultur yang memiliki bidang kajian yang
berbeda-beda jika dibahas.

99

Bab 4
ANALISIS PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT
BEDIUZZAMAN SAID NURSI DAN RELEVANSINYA DENGAN
PEMBINAAN GENERASI MUDA

Pembahasan berikut ini terdiri dari 2 (dua) bagian merupakan analisis dari data
yang diperoleh terutama mengenai prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi,
kemudian data tersebut dikomperasikan untuk melihat relevansinya dengan
pembinaan generasi muda. Bagian pertama dibahas mengenai prinsip-prinsip
pendidikan akhlak mencakup ; menguatkan keimanan, berpegang teguh pada alQur'an, memahami hakekat penciptaan manusia, memahami alam semesta,
memahami asma' al-husna, mengetahui tanda-tanda hari kiamat, meyakini hari
kiamat, meneladani Nabi Muhammad Saw., dan menanamkan ikhlas, takwa dan
sedekah. Bagian kedua, fokus bahasan pada prinsip-prinsip pendidikan akhlak
dengan pembinaan generasi muda yang mencakup ; relevansi dengan akidah,
pandangan hidup, tujuan hidup, ibadah, tingkah laku, situasi kejiwaan, lingkungan,
dan tahapan perkembangan kepribadian generasi muda.

Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Menurut Bediuzzaman Said Nursi


Berdasarkan refleksi dari defenisi operasional judul tesis ini yang dimaksud prinsip-

100
prinsip pendidikan akhlak generasi muda menurut Said Nursi adalah Suatu komitmen
yang mendalam mengenai kehidupan menuju arah terciptanya perilaku lahir dan batin
yang seimbang (seperti Nabi) bagi generasi muda menurut pemahaman Bediuzzaman
Said Nursi". Hal ini berarti bahwa Said Nursi memiliki pemahaman tentang
komitmen-komitmen yang mendalam mengenai kehidupan menuju arah yang
diinginkan yaitu berperilaku seperti Nabi, yang sangat bermanfaat bagi generasi muda.
Adapun berdasarkan data yang ada, komitmen dasar yang dalam hal ini disebut
sebagai prinsip hidup atau prinsip pembinaan atau proses pendidikan akhlak yang
dikemukakan oleh Said Nursi dapat dirumuskan menjadi 9 (sembilan) prinsip, sebagai
berikut :
Menguatkan Keimanan
Iman bagi manusia sangat penting. Said Nursi memperhatikan secara
intensif mengenai keimanan ini, sehingga menjadi komitmen mendasar
baginya. "Prinsip menguatkan keimanan" ini benar-benar menjadi dasar
bagi setiap orang. Dengan kata lain, keimanan dapat dipahami sebagai
akidah atau tauhid. Dalam konteks tauhid ini Ismail Raji Al-Faruqi
menyatakan bahwa esensi pengamalan keagamaan dalam Islam
adalah tauhid yaitu pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (La
illaha illa Allah) (Al Faruqi 1982, hlm. 30). Pendapat ini menguatkan
bahwa sebagian pengalaman hidup adalah pengalaman keagaman.
Dimana pengalaman keagamaan cenderung semakin meningkatkan diri
kepada Sang Maha Kuasa. Dalam konteks ajaran agama Islam, maka

101
keimanan mendalam meyakini secara penuh adanya Allah Swt, itulah
tujuan ciptaan tertinggi manusia.
Tujuan ciptaan yang paling murni dan fitrah manusia yang paling
tinggi ialah iman kepada Allah. Jika ditinjau dari aspek pengamalan
agama, tawaran-tawaran Said Nursi adalah penguatan keimanan
melalui ruh ketauhidan masuk dalam kehidupan manusia sampai ke
relung batin. Tauhid adalah dasar utama dalam menyatakan keimanan
secara

sempurna.

Hakekat

keimanan

secara

menyeluruh

dapat

dipahami melalui rukun iman.19


Menurut Said Nursi hakekat keimanan terdapat dalam kalimat
La Ilaha Illah yang merupakan mengakui secara totalitas kekuasaan
Allah. Mengenai ini Said Nursi menganggap bahwa segala sesuatu
selain Allah tidaklah berasal dari sesuatu itu sendiri tetapi berasal dari
Allah Yang Maha Kuasa. Menganggap alam semesta berasal dari alam
semesta itu sendiri atau kuasa-kuasa material itu adalah suatu
kesalahan. Segala sesuatu mempunyai dua aspek : aspek pertama
mengacu kepada Pencipta sedangkan aspek yang kedua mengacu
kepada ciptaan (Said Nursi 2003, hlm. 92).

19

Rukun iman terdiri dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, hari kiamat, dan qadha dan qadhar. Rukun iman ini adalah akidah atau keimanan yang sudah
panjang diperdebatkan. Bagi Ahlussunnah Wal-Jamaah akidah adalah suatu hal yang asasi sekali dalam
kehidupan seorang muslim. Karena akidahlah yang mendasari sikap, tingkah laku dan segala yang
dikerjakannya. Bagi Ahlussunnah Wal-Jamaah sangat mendukung doktrin rukun iman ini. (Syaikh
Muhammad Shaleh al-Utsaimin, Aqidah Ahulus sunah wal Jamaah, Yayasan al-Sofwa, Jakarta, 1995,
hlm. 7-12). Namur, Said Nursi menekankan bahwa pernyataan tauhid Laa ilaaha Ilaallaahu tidak dipisahkan
terhadap pengakuan Muhammaddur Rasulullah (Muhammad Rasul Allah) yang merupakan satu kesatuan
tauhid, juga dalam realisasi amaliah kehidupan. Argumentasi Said Nursi menyatakan bahwa Siapapun yang
menyangkal Nabi Muhammad Saw yang merupakan kebanggaan semua makhluk dan kehormatan umat
manusia karena mujizat-mujizatnya dan prestasi-prestasinya pasti tidak mungkin dapat menerima, Nur
(cahaya) atau pasti tidak benar-benar mengenali Allah (Said Nursi 2003b, Op. Cit. h1m. 465-466)

102
Pada prinsipnya, pernyataan di atas menegaskan bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah, alam bukanlah terjadi dengan sendirinya,
demikian pula segala sesuatu bukanlah terjadi tanpa campur tangan
Sang Pengusa. Said Nursi yakin bahwa segala sesuatu itu diciptakan
dalam 2 (dua) tahap, Pencipta dan Ciptaan. Sebagai seorang yang
beriman maka kita harus meyakini bahwa Allah adalah Pencipta dan
diluar Allah itu adalah Ciptaan.
Kalimat tauhid yang dipedomani Said Nursi bukan tanpa
hikmah, justru

ungkapan kalimat La Ilaha Illah ini terdapat hikmah

mendalam yaitu Allah menjadikan segala sesuatu yang ada di jagad ini
bagaikan rangkaian kepingan-kepingan bermakna yang memantulkan
keesaan Allah rabb al-alamin. Eksistensi dan ketunggalan Tuhan, hari
kiamat, kitab suci, kerasulan takdir Ilahi dan keadilan dalam hidup
manusia, dan posisi serta kewajiban manusia di antara makhlukmakhluk lainnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa para ateis dan naturalis
mempunyai pendapat yang menyimpang dari manifestasi keesaan Allah
Swt pada alam semesta dan manusia. Keyakinan pada kausalitas para
ateis dan naturalis melahirkan pernyataan-pernyataan seperti : Alam
itu terwujud oleh sebab, alam terbentuk dengan sendirinya, dan alam
itu terjadi tuntutan alam (Said Nursi 2003a, hlm. 333) dan lain-lain
telah

melahirkan

ateisme.

materialisme,

naturalisme,

komunisme,

bahkan

103
Said Nursi dalam kitab tafsir Risale-i Nur menafsirkan Laa
ilaaha illa Allah dan membongkar mitos kausalitas ini dan menunjukkan
bahwa mereka yang mengikuti keyakinan ini sebenarnya tidak melihat
dunia sebagaimana mestinya, atau bagaimana dunia itu tampak, tetapi
bagaimana dunia itu menurut pikiran mereka. Said Nursi justru melalui
Risale-i Nur menunjukkan hakikat kejadian alam, manusia, dan
peristiwa-peristiwa lainnya yang berada di bawah kendali Zat Yang
Maha Mengendalikan, Zat Yang Berkuasa atas segala sesuatu (Said
Nursi 2003a, hlm. 334).
Penjelasan di atas menegaskan setiap orang yang benar-benar
ingin memahami dunia ciptaan ini sebagaimana mestinya, dan bukan
atas kehendak imajinasinya, pasti akhirnya sampai pada kesimpulan
Laa ilaaha illah Allah. Dia akan melihat keteraturan dan harmoni,
keindahan dan kesimbangan, keadilan dan kemurahan, ketuhanan,
keberlangsungan dan keagungan dan sekaligus dia akan menyadari
bahwa semua atribut tersebut mengarah kepada benda-benda ciptaan
itu melainkan pada realita di mana semua atribut tersebut ada dalam
kesempurnaan dan keabsolutan. Dia akan melihat bahwa dunia ciptaan
ini adalah buku berisikan nama-nama, suatu indeks yang ingin
menceritakan Pemiliknya (Said Nursi 2003c, hlm. xxvii).
Maka dapat diyakini bahwa sebenarnya keimanan menjadi
komitmen dasar dalam berakhlak. Dalam pandangan Islam, akhlak
merupakan cerminan dari apa yang ada dalam jiwa (al-qalb mir-u
alamal). Akhlak yang baik terdorong dari keimanan seseorang karena

104
sesungguhnya iman selain diyakini dalam hati, juga harus ditampilkan
dalam perilaku nyata sehari-hari (Ali Anwar Yusuf 2005, hlm.81).
Keyakinan tauhid yang terangkum dalam rukun iman seharusnya
menjiwai dalam kehidupan manusia. Pendapat ini menguatkan bahwa
kunci dari akhlak adalah keimanan.
Adapun tingkat keimanan yang lain adalah kepastian yang
datang

dari

pengalaman

langsung

dengan

kebenaran-kebenaran

keimanan. Ini tergantung dari keteraturan kita dalam beribadah dan


berpikir. Orang yang telah menguasai tingkatan keimanan ini dapat
menghadapi seluruh dunia ini. Jadi, tugas pertama, terutama dan
terpenting kita adalah mencapai tingkat keimanan ini dan mencoba
dengan kesungguhan demi ridha Allah Yang Maha Kuasa untuk
mengkomunikasikannya dengan orang lain.
Sehingga wajar sekali Said Nursi mengutip pendapat Imam
Rabbani pemimpin yang berpengaruh dan murshid terkemuka dari
aliran nakshabandiah mengatakan dalam suratnya, "Aku lebih suka
perkara keimanan diketahui dengan cara yang mudah dimengerti
daripada mencapai ribuan kenikmatan dan pencapaian rohani, ataupun
melakukan keajaiban-keajaiban ". Singkatnya, menguatkan keimanan
berupaya menegaskan bahwa tingkat keimanan yang pokok melalui
pengalaman langsung dan berkomunikasi dengan orang lain untuk
memahami Islam secara integral, baik alam semesta, manusia dan
Tuhan.

105
Hal ini juga berarti bahwa secara tersirat dan tersurat Said
Nursi meyakinkan kepada seluruh manusia bahwa prinsip "menguatkan
keimanan" harus dilakukan oleh setiap manusia secara keseluruhan di
akhir

abad

ini

secara

bertahap

dan

istiqomah

dan

keimanan

mengajarkan untuk mengobati penyakit hati nurani.


Berpegang Teguh pada Al-Quran
Al-Qur'an berperan sebagai pedoman dan petunjuk menuju kebenaran
Allah Swt. Prinsip berpegang teguh pada al-Qur'an menjadi komitmen
dasar bagi Said Nursi. Berpegang teguh pada al-Qur'an

berarti

manusia dituntut untuk mencapai kesempurnaan menuju Allah Swt.


Sedikitnya ada 3 (tiga) pertanyaan untuk memperkuat argument ini :
Apa sebenarnya al-Quran ? Mengapa al-Quran menjadi pedoman ?
Mengapa al- Quran menjadi sangat penting dalam mengenal Allahh ?.
Ketiga pertanyaan ini sangat penting dijawab, karena secara faktual
tanpa ada al-Quran maka manusia tidak akan mengenal Allah sebagai
Penciptanya.
Al-Quran adalah wahyu Allah atau kalam Allah. Al-Quran
merupakan wahyu Allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat
dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi
tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih (Syafii
2003, hlm. 53). Menurut Harun Nasution wahyu berfungsi sebagai
pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan
keterangan-keterangan

tentang

Tuhan

dan

kewajiban-kewajiban

106
manusia terhadap Tuhan (Harun 2002, hlm. 81). Jadi, al-Quran pada
awalnya kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi yang kemudian
disusun menjadi sebuah kitab ketika masa khalifaurrasyiddin.20
Menurut Said Nursi al-Quran berasal dari Pencipta langit
beserta benda-benda langit dan bumi serta seluruh penghuninya. AlQuran yang membuat kita mengenal Tuhan semua alam (Said Nursi
2003a, hlm. 41-42). Said Nursi menuliskan :
Al-Quran adalah terjemahan abadi dari alam semesta, penerjemah
abadi bahasabahasa yang menjelaskan tanda-tanda alami dari Allah
dan penafsir buku alam semesta. Al-Qur'an adalah penyingkap
rahasia khazanah Nama-nama Allah yang tersembunyi pada
lembaran-lembaran langit dan bumi, dan kunci semua kebenaran
yang berada di bawah garis kejadian-kejadian. Al-Quran adalah
lidah dunia gaib dalam dunia material yang kasat mata, harta karun
Tutur ilahi yang abadi dan pertolongan yang baka dari Sang Maha
Pengasih. Al-Quran adalah landasan rancangan dan matahari bagi
dunia intelektual dan spritual Islam dan peta bagi alam akherat. Al20

Ketika Abu Bakar memimpin beliau menghadapi orang-orang yang enggan membayar zakat,
karena itu beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkanya untuk memerangi orang-orang yang
murtad. Peperangan itu dikenal dengan perang Yamamah, perang itu terjadi pada tahun 12
Hijriyah. Dalam peperangan tersebut sekitar 70 orang penghafal at-Quran gugur. Umar bin Khatab merasa
khawatir dengan kondisi ini lalu beliau mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan al-Quran dalam
sebuah Mushaf, semula Abu Bakar merasa ragu-ragu namun akhirnya menerima usulan dari Umar bin
Khatab. Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk segera mengumpulkan al-Quran dalam
sebuah Mushaf, ciri penulisan al-Quran pada masa Abu Bakar seluruh ayat Al-Quran dikumpulkan dan
ditulis didalam sebuah Mushaf Lalu dilanjutkan penyusunannya oleh Umar bin Khatab menggantikannya.
Pada masa Umar mushaf itu diperintahkan untuk disalin ke dalam lembaran (shafiafah) dan tidak
menggandakannya, setelah selesai dari penulisannya naskah itu diserahkan kepada Habsah istri Nabi
Muhammad Saw yang pandai membaca dan menulis. Pada masa Khalifah Usman bin Affan al-Quran
disalin ke beberapa naskah dan dibukukuan atas usulan Khuzaifah, kemudian Usman meminta kepada Habsah
untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Untuk melakukan tugas pembukuan ini Usman
membentuk tim empat yang terdiri dari : Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin al-Ash, dan
Abdul al-Rahman bin Harits. (Al-Brayary, Pengenalan Sejarah Al-Quran. RajaGrafindo persada, Jakarta,
1988, hlm 44)

107
Quran adalah penjelas, penafsir yang jernih, bukti yang fasih, dan
penerjemah yang lancar dari semua esensi, sifat, nama dan
perbuatan Allah; pendidik dan pelatih dalam dunia manusia dan
merupakan air bagi umat manusia dan pembimbing sejati yang
mengantarkan mereka kepada yang menciptakannya. Selain menjadi
kitab hukum bagi umat manusia, al-Quran juga merupakan kitab
kebijaksanaan bagi mereka. Selain menjadi kitab peribadatan dan
penghambaan kepada Allah, al-Quran juga berisikan perintah dan
ajakan. Selain menjadi kitab tentang senian, al-Qur'an juga
merupakan kitab perenungan. Al-Qur'an memang sebuah kitab
tunggal, tetapi memuat banyak kitab untuk semua kebutuhan umat
manusia. Ia bagaikan perpustakaan suci berisikan buku-buku dan
risalah-risalah yang berdasarkannya semua aulia, orang-orang
terkemuka, dan semua cendekiawan yang mulia dan suci hati serta
para pemikir dengan beragam pendekatan dan sikapnya mengambil
cara-cara yang khas satu dengan yang lain. Al-Qur'an menyinari
setiap cara ini dan menjawab kebutuhan para pengikut mereka yang
memiliki selera dan temperamen yang berbeda-beda (Said Nursi
2003a, hlm. 42).

Menurut pandangan Said Nursi berdasarkan kutipan di atas,


setidaknya terdapat 6 (enam) pemahaman mengenai al-Quran yakni
Sebagai penerjemah, lidah, landasan, penjelas, tunggal dan sinar. AlQuran

sebagal

penerjemah

bagi

kehidupan

manusia

secara

108
rnenyeluruh. Sebagai lisan Allah yang selalu berbicara melalui kitab alQuran.

Sebagai

landasan

dalam

menjalani

kehidupan.

Sebagai

penjelasan bagi umat manusia tentang hakekat kehidupan. Sebagai


sesuatu yang tunggal untuk menjadi petunjuk dan penuntun manusia.
Sebagai sinar hati bagi manusia dalam menjalankan peran-peran
kehidupannya.

Keenam

pemahaman

mengenai

al-Quran

di

atas

menegaskan al-Quran menjadi pedoman penting bagi kehidupan


manusia, terutama dalam rangka pedoman berakhlak mulia.
Al-Quran yang bijaksana, yang membuat kita mengetahui Tuhan
kita, merupakan penerjemah abadi dari Kitab besar Alam Semesta ;
pembuka khasanah nama-nama Allah yang tersembunyi dalam halamanhalaman bumi dan langit ; kunci kebenaran yang berada dibalik
rangkaian peristiwa ; khasanah karunia dari Yang Maha Pengasih dan
tempat-tempat abadi yang datang dari alam Ghaib dibalik tabir alam
yang kasat mata ini ; matahari alam rohani dan akal budi Islam serta
pondasi dan rancangannya, dan peta alam Akhirat ; penjelas, penafsir
yang jelas, bukti yang terang, penerjemah yang jelas dari esensi.
Sifat-sifat dan tindakan Ilahi, pendidik dan pelatih dunia
manusia serta pembimbing, pemimpin, dan kebijaksanaannya yang
benar. Al-Qur'an adalah kitab kebijaksanaan maupun hukum, dan kitab
doa dan ibadah, serta kitab perintah dan himbauan, dan kitab seruan
dan ilmu Allah. Al-Quran adalah kitab yang berisi kitab-kitab bagi
semua kebutuhan rohani manusia, dan dia seperti perpustakaan suci
yang menawarkan kitab-kitab dari semua wali dan manusia yang sangat

109
terpercaya dan semua ulama yang suci dan teliti dengan berbagai
tabiat telah memperoleh jalan khas bagi diri mereka masing-masing.
Al-Quran juga merupakan pendiri : ia adalah dasar dari agama
yang nyata, dan fondasi dunia Islam. Ia datang untuk mengubah
kehidupan sosial manusia dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang sering diajukan dari kelas-kelas sosial yang berbeda. Kemudian alQuran berbicara tentang hal-hal penting itu dan kebenaran-kebenaran
yang sulit dipahami, sehingga diperlukan pengulangan di dalam
konteks yang berbeda untuk membuat pikiran dan kalbu manusia
terkesan dalam aspek-aspeknya. Apapun yang terjadi, pengulangan itu
tampak nyata. Senyatanya, kata mempunyai berbagai lapis makna,
manfaat yang banyak, serta banyak aspek dan tingkatan. Di dalam
masingmasing tempat, kata dan ayat tertulis dengan cara yang
berbeda, dalam konteks berbeda, untuk mencapai tujuan, makna, dan
manfaat yang berbeda.
Al-Quran menyebutkan masalah kosmologis tertentu dengan
cara yang ringkas dan sulit dipahami. Hal ini tidak bisa menjadi sasaran
kritik, dan bukan suatu kesalahan seperti yang dibayangkan oleh orangorang ateis. Sebaliknya, hal ini adalah cahaya kemukjizatan yang lain,
karena al-Qur'an dimaksudkan untuk membimbing manusia (Said Nursi
2003, hlm. 272-273).
Dalam al-Quran penuh dengan pengetahuan dan kebenaran
yang mutlak sebagaimana menurut Said Nursi sebagai berikut :

110
Sesungguhnya, al-Qur'an, alam semesta dan manusia adalah tiga
jenis manipestasi dari satu kebenaran. Al-Qur'an, yang berasal dari
sifat firman Ilahiah, bisa dianggap sebagai alam semesta, yang
berasal dari sifat kuasa dan kehendak Ilahiah, bisa dianggap sebagai
al-Qur'an yang diciptakan. Jadi, dari sudut pandang ini, alam
semesta adalah pasangan dari al-Qur'an, yang tidak akan
bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu, sekarang, saat sains
berjaya, dan juga kelak, yang akan menjadi zaman pengetahuan,
keimanan yang sejati harus didasarkan pada argumen dan
penyelidikan, juga pada pemikiran yang terus menerus terhadap
tanda-tanda Allah di alam semesta, pada fenomena, alam, sosial,
historis dan psikologis. Keimanan bukanlah sesuatu yang didasarkan
pada taglid yang membuta. Keimanan harus terjadi atas
intelektualitas atau nalar dan kalbu, keimanan menggabungkan
penerimaan dan penegasan nalar dan pengalaman serta penyerahan
kalbu (Said Nursi 2003c, hlm. xx).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa keimanan merupakan


keyakinan awal bagi manusia memahami kehidupan. Pandangan yang
menganggap al-Quran adalah sebagai sumber segala pengetahuan itu
bukanlah hal yang baru. Imam al-Ghazali misalnya dalam buku Ihya
Ulum Al-Din, beliau mengutip kata-kata Ibnu Masud : Jika modern,
selayaknya

dia

merenungkan

al-Quran.

Selanjutnya

beliau

menambahkan : Ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam kaya-kaya

111
dan sifat-sifat Allah, dan Al-Quran adalah penjelas esensi, sifat-sifat,
clan perbuatan-Nya. (Mahdi 2001, hlm. 137). Keimanan tidak dapat
dipisahkan dari petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam al-Qur'an.
Melalui al-Quran muncul keyakinan atau keimanan secara mendalam
kepada Sang Pencipta yang dengan memahami alam semesta dan
mengerti proses penciptaan manusia adalah upaya untuk meningkatkan
keimanan itu sendiri.
Hal yang paling prinsip bagi Said Nursi dalam berpegang teguh
kepada al-Qur'an, ketika Said Nursi masih menetap di Wan, beliau telah
mendengar satu peristiwa yang telah meninggalkan kesan yang cukup
mendalam

pada

dirinya;

yakni

ketika

Tahir

Basha

telah

memberitahukan kepadanya ucapan Gladestone (menteri Tanah Jajahan


Britain) dalam satu perhimpunan resmi kerajaan Britain, sambil
memegang sebuah mushaf al-Qur'an dan berkata ;
Ingiliz meclis-i meb'usaninda mustenitekal naziri, elinde Kur'an-i
kerim gostererek Soyledigi bir nutukla: "Bu kur'an islamlarin elinde
bulundukca biz onlara hakim olamayiz. Ne yapip yapmaliyiz, bu
kur'ani onlarin elinden kaldirmaliyiz; yahut muslumanlari kur'andan
sogutmaliyiz diye hitabed bulunmus... " (Said Nursi 1999e, hlm. 47).

Maksud perkataan tersebut : "Selagi al-Qur'an ini berada di


tangan orang-orang Islam (menjadi pegangan mereka), selagi itulah,
kita tidak akan mampu mengusai mereka. Oleh karena itu kita perlu
jauhkan al-Qur'an dari mereka". Setelah mendengar berita tersebut

112
Said Nursi tentu bangkit dan berkata : "Bediuzzaman'in bu havadis
uzerine: kur'anin sonmez ve sondurumez manevi bir gunes hukmunde
oldugunu ben dunyaya ispat edecegim ve gosterecegin! Diye bir niyet
ruhunda uyanir ve bu saikle calisir" (Said Nursi 1999e, hlm. 47-48).
Said Nursi berkata : "Akan aku buktikan kepada, dunia, bahwa alQur'an adalah mentari maknawi yang tidak akan luntur sinarnya dan
tidak akan dapat dipadamkan cahayanya."
Demikian,

yang

mendasari

komitmen

Said

Nursi

dalam

berpegang teguh pada al-Qur'an dan menjaganya dari kejahatan musuh


Islam. Dari penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa dalam konteks
ini berarti al- Quran merupakan informasi yang menjelaskan tentang
pentingnya tauhid atau keimanan sebagai rangkaian mengkokohkan
keyakinan. Kemudian, pentingnya al-Quran sebagai kalam Allah,
karena menceritakan dan mendeskripsikan secara implisit tentang
proses penciptaan manusia dan proses penciptaan alam semesta, yang
memperkuat

pemahaman

mengenai

manusia,

alam

dan

Tuhan.

Pentingnya, informasi al-Quran sebagai dan sumber rujukan bagi


akhlak untuk membentuk pribadi yang berakhlak. Sebab, melalui alQuran manusia memperoleh petunjuk, jalan, pedoman dan sumber
kehidupan bagi berakhlak mulia.
Sesungguhnya, al-Qur'an, alam semesta dan manusia adalah
tiga, jenis manifestasi dari satu kebenaran. Al-Qur'an, yang berasal dari
firman Tuhan (ilahiah), bisa, dianggap, sebagai alam semesta yang
ditulis atau disusun, sedangkan alam semesta, yang berasal dari sifat

113
kuasa dan kehendak ilahiyah, bisa, dianggap sebagai al-Qur'an yang
diciptakan. Jadi, dari sudut pandang ini, alam semesta adalah pasangan
dari al-Qur'an, yang tidak akan pernah bertentangan dengan Islam.
Oleh karena itu, sekarang, saat sains berjaya, dan juga, kelak, yang
akan

menjadi

zaman

pengetahuan,

keimanan

yang

sejati

harus

didasarkan pada argumen dan penyelidikan, juga pada pemikiran yang


terus-menerus terhadap, tanda-tanda, Allah SWT di alam semesta, pada
fenomena, alam, sosial, historis, dan psikologis (Said Nursi 2003b, hlm.
xiv). Tegasnya, keimanan bukanlah sesuatu yang didasarkan pada taqlid
membuta. Keimanan harus terdiri atas intelektualitas atau nalar dan
kalbu. Keimanan rnenggabungkan penerimaan dan penegasan nalar
dan pengalaman serta penyerahan kalbu.

Pentingnya Memahami Hakekat Penciptaan Manusia


Prinsip pentingnya memahami hakekat penciptaan manusia senantiasa berkaitan
dengan memahami makna hidup dalam konteks ajaran Said Nursi. Karena dengan
prinsip ini manusia mengerti keberadaan dirinya di muka bumi ini. Kehadiran manusia
di muka bumi ini memiliki beragam pertanyaan. Bahkan hampir sepanjang hidupnya
manusia harus belajar keberadaan dirinya (Said Nursi 2004, hlm. 17). Memahami hakekat
penciptaan manusia harus diiringi dengan iman. Iman adalah kunci keyakinan mendalam
terhadap penciptaan manusia dan alam semesta. Keyakinan ini ditimbulkan melalui akal
atau penalaran dan hati nurani yang menyumbangkan peranan penting terhadap pemahaman
manusia. Baik mengenai manusia sebagai mikrokosmos maupun alam sebagai
makrokosmos.

114
Dalam konteks manusia sebagai mikrokosmos Ibrahim Hamzah
(2001, hlm. 9) menyatakan bahwa manusia itu terdiri dari atas 2 (dua)
unsur, yaitu tubuh dan ruh jasad). Said Nursi secara implisit
menyatakan bahwa manusia tersusun dalam dua unsur pokok yakni
jasad sebagai material dan jiwa sebagai spritual. Intinya, Said Nursi
juga berpendapat bahwa manusia itu memiliki unsur ruhani dan
jasad. Pendapat ini sama seperti pendapat Ibn Miskawaih 21 bahwa
hakekat manusia memiliki dua unsur yakni jiwa yang diketahui sebagai
wawasan spiritual berasal dari Allah, dan jasad sebagai wawasan
materialnya bermula dari alam materi. (Ibn Miskawaih 1979, hlm. 327).
Pernyataan Said Nursi mengenai manusia terdiri dari 2 (dua) unsur
yakni :
Jiwa yang terobesesi dengan penampilan meratap dengan putus asa
ketika menyaksikan rusaknya sesuatu yang dipuja-puja ketika terjadi
bencana alam, sedangkan ruh yang mencari sebuah cinta abadi juga
meratap dan berkata Aku tidak menyukai sesuatu yang seperti itu.
Aku tidak menginginkan, aku tidak menghendaki, perpisahan dan
aku tidak dapat menjalaninya... Apabila kalian menginginkan
Ibn Miskawaih lahir di Rayy dan meninggal di Isfahan. Tahun kelahirannya
diperkirakan 320H/932M dan wafat 9 Shafar 421716 Februari 1030. Ibn Miskawaih
sepenuhnya hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaih (320-450H/ 1932-1062M)
yang para pemukanya berpaham Syiah. Ia belajar sejarah dari Abu bakr Ahmad ibn
Kamil al-Qadi. Pelajaran filsafat dari Ibn al-Khammar dan kimia dari Abu Thayyib. Ibn
Misakwaih juga banyak bergaul dengan para ilmuwan seperti Abu Hayyan al Tauhidi,
Yahya ibn Adi dan Ibn Sina. Pekerjaan utamanya adalah bendaharawan, sekretaris,
pustakawan, pendidik anak para pemuka dinasti Buwaih. Dan ia juga dikenal sebagai
dokter, penyair dan ahli bahasa. Menulis buku dan artikel sebanyak 41 buah. (Lihat antara
lain Hasan Tamim, al-Muqaddimah dalam Tahzib al-akhlaq wa Tharir dalam artikelnya
yang bejudul Fi al-'aql wa al-Ma'qul, diedit oleh Muhammad Arkoun dalam Arabica XI
(1964), hlm. 85-87).
21

115
kekekalan di dunia fana ini, kekekalan lahir dari kefanaan.
Hancurkan dari dalam diri kalian tanpa harus menghancurkan
jasmani kalian, jiwa yang diperintahkan setan, sehingga kalian dapat
mencapai kekekalan... Bebaskan diri kalian dari moral-moral yang
buruk, yang merupakan dasar pemujaan duniawi, dan wujudkan
penghancuran hal-hal buruk dalam diri. Korbankan harta benda dan
kekayaan kalian di jalan Allah. Lihat akhir suatu wujud, yang
menandai kepunahan. Jalan setapak dari dunia ini menuju kekekalan
melintas melalui kehancuran-diri. (Said Nursi, 2003 hlm. 105) (Said
Nursi, Sozler, 2000a, kata ke-17).

Penyataan di atas memberikan gambaran bahwa Said Nursi


menyakini bahwa manusia itu memiliki unsur jasad dan unsur ruhani,
maka dapat dikatakan bahwa manusia jasad

2 terdiri dari jiwa dan

jad manusia adalah small creation atau sebagai microcosmos.22


Jasad adalah sebuah alat ruh yang memerintah dan mengendalikan
semua anggota sel dan partikel-partikel kecilnya (Ali 2002, hlm. 188).
Jasad akan berinteraksi dengan ruh karena manusia sebagai bentuk
makhluk ciptaan yang bisa dipahami melalui gerak fisik. Namun,
sebenarnya di dunia ini, ruh dibatasi di dalam penjara jasad. Apabila
Perlu ditegaskan disini bahwa istilah jiwa akan disamakan dengan istilah ruh,
karena jiwa dalam bahasa al-Quran adalah ruh. Dalam pembahasan ini tidak diselidiki
lebih jauh mengenai penghubung antara ruh dan jasad yang berupa akal menurut istilah
lbn Miskawaih dan hayat menurut istilah Harun Nasution. Tapi, dalam pembabasan
penulis akan digunakan akal sebagai petunjuk perannya sebagai penggerak otak yang
bekerja di pusat kepala.
22

116
nafsu dan keinginan duniawi mendominasinya, maka ruh tersebut pasti
tidak

berharga

dan

orang

tersebut

binasa.

Apabila

ruh

dapat

mengendalikan nafsu melalui iman, ibadah, dan perbuatan baik serta


membebaskan dirinya sendiri dari perbudakan keinginan duniawi, maka
ruh tersebut menjadi murni dan mencapai kesucian dan kemuliaan. Ini
akan membawa kebahagiaan baginya di dalam dua dunia (Ali 2002,
hlm. 193).
Jiwa dan jasad memiliki tingkatan sendiri dalam penciptaannya.
Jiwa atau ruh sebagai penciptaan tertinggi. Sedangkan materi (alajsam) atau jasad penciptaan terendah. Pergerakan jasad manusia
bukanlah jiwa melainkan natur materi itu sendiri. Karena itu, gerak
jasad manusia bukanlah gerak melingkar tetapi berupa gerakan materi.
Namun demikian, pada diri manusia terdapat jiwa yang tertinggi yakni
al-nathiqat (berpikir). Jiwa berpikir ini hakekatnya adalah ruh yang
memanifestasikan pemahaman nama-nama Allah. Jiwa ini dalam
bahasa al-Qur'an disebut al-ruh yang ditiupkan oleh Allah Swt ketika
janin sudah ada dalam rahim selama empat bulan. 23 Di mana jasad janin
manusia sudah tumbuh dan berkembang karena natur materinya
sendiri sebelum ar-ruh ditiupkan Allah.
Dalam

konteks

penjelasan

mengenai

unsur

ruhani

Ibn

Miskawaih agaknya memberikan pemahaman dua segi. Pertama, unsur


23
Lihat beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan persoalan ini misalnya 1) Surat al-Hijr (15)
ayat 28-31, 2) Surat al-Sajadat (32) ayat 7-9, 3) Surat Shad (38) ayat 71-74. Adapun sabda, Nabi Muhammad
Saw memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal ini antara lain sebagai berikut : (Kamu diciptakan dalan
kandungan ibu selama empat puluh hari berupa nuthfah, selama itu pula berupa gumpalan darah, selanjutnya
selama itu pula gumpalan daging, kemudian dikirimlah malaikat dan ia hembuskan ruh ke dalamnya ....)
Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat hadis keempat dari kitab .A1-Arbain a1-Nawawiyyat oleh al-Imam
al Nawawi (Cirebon, Mathbaat Indonesia, tt, hlm. 16-17).

117
ruhani yang memang sudah ada pada natur jasad sebagai daya gerak
dan berfungsi bagi tumbuh dan berkembangnya badan, dan kedua,
unsur ruhani yang berasal dari Tuhan yang datang setelah janin
berumur

empat

bulan

dalam

kandungan

ibu.

Pemahaman

ini

menegaskan terhadap daya yang ada dalam diri manusia. Sebagaimana


umumnya para filosof menyebutkan ada 3 (tiga) daya jiwa yang ada
dalam diri manusia. Daya-daya tersebut adalah : 1) Daya bernafsu (alnafs al bahimiyyat) sebagai daya terendah, 2) Daya berani (al-nafs al
sabu'iyyat) sebagai daya pertengahan, dan 3) Daya berpikir (al-nafs alnathiqat) sebagai daya tertinggi.24 Ketiga daya ini merupakan unsur
ruhani manusia yang asal kejadiannya berbeda.
Menurut keterangan Ibn Miskawaih bahwa unsur al-nafs albahimiyyat (daya nafsu) dan al-nafs al-sabuiyyat (daya berani) berasal
dari unsur materi akan hancur bersama hancurnya badan. Sedangkan
al-nafs nathiqat (daya pikir) tidak akan mengalami kehancuran (AlGhazali 1957, hlm. 287). Sesuai dengan pemahaman ini Said Nursi
mengapresiasi daya-daya itu dalam sifat-sifat mulia manusia yang
menjadi doktrin-doktrin utamanya.
Pertama, unsur jiwa al-nafs al-bahimiyyat (daya nafsu) dalam
diri manusia akan mempengaruhi gerak jiwa dan kecenderungan
manusia untuk melakukan hal-hal yang bersifat sosial dan cenderung
24
Ketiga istilah di atas digunakan oleh Ibn Miskawaih Lihat Ibn Miskawaih, Tahzib alAkhlaq, diedit Hasan Tamim, Bairut, Mansyurat Dar Maktabat al-Hayat, 1398 H, hlm. 62. Sedangkan Al
Kindi menggunakan istilah al-quwwat al-syahwaniyyat untuk daya nafsu, al-quwwat al-ghadabiyyat untuk
daya berani dan al-quwwat al-nathiqat /al-aqilat untuk daya berpikir. Lihat Harun Nasution, Akal dan
Wahyu dalam Islam, Jakarta, UI Press, 1983 hlm. 9. Sedangkan Ibn Sina menggunakan al-nafs/al-quwwat al-nabatiyat, al-nafs al-quwwat al-hayawaniyat, dan al-nafs al-insaniyyat. Lihat al-Najah, Mesir, Mushthafa alBabi al-Halabi, 13.57 H, hlm. 158.

118
bekerja keras untuk memperoleh sesuatu, yang tentunya tampak serasi
dengan

sifat

ash-shadaqah

(sedekah).

Orang

yang

memiliki

kecenderungan sedekah ini lambat laun akan terbina dan terbentuk


karekteristik jiwa dermawan dan akan menjadi manusia dermawan.
Kedua, unsur jiwa al-nafs al-sabui'iyyat (daya berani) dalam diri
manusia akan mempenganihi gerak jiwa dan kecenderungan manusia
dalam hal-hal bersifat mencapai kondisi jiwa suci dalam pandangan
Alalh dan meningkatkan kinerja dengan ibadah untuk memperoleh
sesuatu, yang tentunya tampak serasi dengan sifat at-taqwa (takwa).
Orang yang memiliki kecenderungan keberanian ini lambat laun akan
terbina dan terbentuk karekteristik jiwa takwa dan akan menjadi
manusia ulil albab.
Ketiga, unsur jiwa al-nafs nathiqat (daya pikir) dalam diri
manusia akan mempengaruhi gerak jiwa kepasrahan terhadap Allah
dan ciptaan-Nya dan kecenderungan manusia dalam hal-hal bersifat
teologis, daya nalar bekerja untuk memadukan keikhlasan dalam hidup.
Orang yang memiliki kecenderungan ikhlas seperti ini lambat laun akan
terbina dan terbentuk karekteristik jiwa ikhlas dan akan menjadi
manusia sufi.

Pentingnya Memahami Alam Semesta

119
Said Nursi dalam Risale-i Nur mengatakan mengapa al-Quran tidak
membahas alam semesta seperti yang dibahas dalam filsafat dan sains
modern?. Pertanyaan ini sekaligus menjelaskan kalau Said Nursi
meyakini bahwa alam semesta merupakan manifestasi dari nama-nama
Allah yang harus dijadikan komitmen mendasar dalam membina diri
menuju kesempurnaan menuju Allah.
Said Nursi sangat yakin bahwa penciptaan alam semesta adalah
bukti keesaan, kebesaran asma Allah. Menurutnya ada 3 (tiga)
ungkapan yang mengkhawatirkan bagi kaum beriman : Pertama,
ungkapan terwujud oleh sebab, karena sebab itulah yang menjadikan
entitas tertentu itu ada. Kedua, terbentuk dengan sendirinya, sesuatu
terbentuk

dengan

sendirinya

serta

mewujudkan

dirinya

sendiri,

sehingga menjadi seperti apa adanya. Ketiga, tuntutan alam yakni


sesuatu

yang

bersifat

alami.

Alamlah

yang

mewujudkan

dan

menentukan keberadaanya (Said Nursi 2003a, hlm. 333).


Ketiga
pandangan

pendapat di atas adalah refleksi dari kesimpulan

yang

selama

ini

masih

bergulat.

Dalam

menyikapi

pandangan di atas Said Nursi mengatakan Jika secara tegas terbukti


bahwa tiga jalan yang pertama mustahil, batil dan tidak mungkin, maka
dengan sangat nyata dan gamblang, jalan keempatlah yang benar. Jalan
tersebut adalah jalan menuju keesaan Sang Pencipta yang bersifat pasti
tanpa ada keraguan di dalamnya. (Said Nursi 2003a, hlm. 334).
Ditegaskan Said Nursi bahwa kekuasaan Sang Pencipta Yang Maha
Kuasa dan Agung itulah yang telah menciptakannya.

120
Dapat dikatakan jika alam yang menjadi sandaran kaum
naturalis itu memiliki wujud hakiki yang tampak secara lahiriah, maka
-sesungguhnya wujud tersebut hanyalah ciptaan Sang Pencipta, bukan
Pencipta. Ia hanyalah ukiran, bukan si Pengukir. Ia hanyalah kumpulan
hukum, bukan si pembuat hukum. Ia hanyalah syariat fitriah, bukan si
pembuat syariat. Ia hanyalah tirai yang tercipta, bukan si pencipta. Ia
hanyalah objek bukan pelaku. Ia hanyalah kumpulan aturan, bukan Zat
yang berkuasa. Serta ia hanyalah goresan bukan sumber. Ditegaskan
lagi oleh Said Nursi bahwa alam itu merupakan kumpulan konsep
bukan yang menentukan konsep (Said Nursi 2003b, hlm. 349).
Jelaslah bahwa

alam semesta

sebagal

makrokosmos

big

creation adalah bukti kebesaran asma Allah. Pemahaman terhadap


alam ini bagian dalam upaya, meningkatkan untuk pembinaan akhlak.
Ketika kita mengetahui, mengerti dan memahami bahwa Allah sebagai
Pencipta alam, maka ketika melihat alam semesta akan berpengaruh
dalam tingkah laku, sikap dan cara berpikir kita dan mendorong jiwa
untuk beriman secara istiqomah dan totalitas kepada Allah.
Pentingnya Memahami Asma al-husna
Prinsip pentingnya memahami asma al-husna menjadi komitmen
mendasar bagi Said Nursi karena, di kitab tafsir Risale-i Nur kalau
dicermati secara mendalam dibahas oleh Said Nursi hampir di semua
kitabnya

secara

terintegrasi.

Tapi,

secara

khusus

Said

Nursi

menjelaskan asma al-husna dalam kitab Lem'alar pada Cahaya Ketiga

121
Puluh berjudul Asma al-husna. Kita tahu bahwa dalam, pandangan
ulama asma' al-husna berjumlah 99 nama-nama Allah. Namun, menurut
Said Nursi dalam "Cahaya Ketiga Puluh" menjelaskan bahwa Allah
memiliki al-Ismu al-Azhom (nama-nama Allah yang paling agung).
Al-ismu al-A'zhom tidaklah sama dalam pandangan setiap orang.
Misalnya menurut Imam Ali ra. Ia terdiri 6 (enam) nama, keenam nama
tersebut adalah al-Quddus, al-Adl, al-Hakim, alFard, al-Hai, dan alQayyum. Adapun menurut Abu Hanifah an-Numan ra. Ia terdiri atas 2
(dua) nama yakni Hakam dan Adl. Sedangkan menurut Syaikh Abdul
Qadir al-Jilam ia hanya satu yakni : Ya Hayyu. Menurut Imam Rabbani
(Ahmed al-Faruq as-Sirhindi) ra. ia hanya satu yakni alQayyum.
Demikian seterusnya, para ulama besar dan istimewa lainnya mengarah
pada nama Tuhan yang berbeda. Begitu pula Said Nursi menurutnya
asma' al-husna yang dapat dikategorikan sebagai al-ismu al-azhom
dalam Risale-i Nur difokuskan kepada keenam nama tersebut adalah alQuddus, al-Adl, al-Hakam, al-Fard, al-Hay dan al-Qayyum.
Said Nursi mengibaratkan bahwa cahaya suci yang berasal dari
perpaduan enam cahaya nama Tuhan sebagaimana, perpaduan tujuh
warna sinar mentari. Said Nursi menyimpulkan bahwa dari balik nama
al-Qayyum memberikan sifat tetap dan permanen. Dapat disaksikan
bahwa manifestasi al-hayy telah menjadikan seluruh makhluk hidup itu
bersinar lewat tampilannya yang cemerlang. Ia telah membuat seluruh
entitas bercahaya lewat cahanyaNya yang berkilau sehingga gemerlap

122
cahaya kehidupan dapat terlihat pada seluruh makhluk hidup yang ada
(Said Nursi 2003a, hlm. 695).
Kemudian manifestasi agung dari nama al fard dari batik nama
al-hayy. Nama tersebut mencakup seluruh entitas alam berikut ragam
jenis dan bagiannya serta melingkupinya dalam satu kesatuan. Ia
mencetak bagian depan setiap entitas dengan stempel keesaan
sehingga segala sesuatu menginfomasikan manifestasiNya lewat aneka
lisan yang tak terhingga jumlahnya.
Dari balik nama al-Fard terdapat manifestasi nama al-Hakam.
Engkau akan melihat bagaimana nama tersebut mencakup seluruh
entitas dari daerah yang paling luas hingga yang paling kecil, baik yang
global maupun yang parsial mulai dari bintang hingga atom. Ia
memberikan kepada setiap entitas sebuah tatanan efektif yang layak
untuknya, sebuah keteraturan penuh hikmah yang sesuai dengannya,
serta keselarasan berguna yang tepat baginta. Nama al-Hakam telah
menghiasi seluruh entitas dengan manifetasinya yang cemerlang.
Lalu dari balik manifestasi nama al-Hakam perhatikanlah
manifestasi agung dari nama al-adl. Nama agung al-Adl menguasai
seluruh entitas dalam perbuatan Tuhan yang terus menerus lewat
neracanya yang akurat, ukurannya yang cermat, dan timbangannya
yang adil di mana ia menjadikan seluruh akal tercengang sekaligus
kagum. Seandainya semua bintang kehilangan keseimbangan selama
satu detik saja atau terputus dari manifestasi nama al-Adl niscaya

123
seluruh bintang yang ada akan bertubrukan dan hal itu tentu saja akan
menyebabkan kiamat.
Dari balik manifestasi nama al-adl, perhatikanlah manifestasi
nama Allah alQuddus yang telah membuat seluruh entitas begitu
bersih, suci, murni, dan indah. Ia telah mengubahnya menjadi semacam
cermin indah bersinar yang layak untuk memperhatikan keindahanNya
yang mutlak serta pantas untuk menampakkan berbagai manifestasi
namanama-Nya yang mulia. Dan uraian ini dapat disimpulkan bahwa
enam nama dan cahaya agung telah meliputi seluruh alam, menutupi
seluruh entitas, serta membungkusnya dengan tirai yang dihiasi dan
diwarnai oleh beragam warna yang paling cemerlang oleh beragam
goresan yang paling indah, serta oleh beragam hiasan yang paling
mengagumkan.
Dari keseluruhan mengenai prinsip asma' al-husna di atas dapat
dipahami bahwa asma' al-husna Said Nursi memiliki kecenderungan
sama dengan ulama masa lalu yang meyakini 99 nama-nama Allah,
namun dari segi metode penerapan pandangan terjadi perbedaan. Said
Nursi cenderung memandang ada 6 (enam) nama-nama Allah yang
dikategorisasikan sebagai asma'ul adzam (Nama yang agung) dan Said
Nursi yakin sifatsifat Allah adalah bentuk manifestasi dari asma' alhusna.

Manifestasi

pemahaman

asma'

al-husna

penting

dalam

pembentukan manusia yang berakhlak dan asma' al-husna menjadi


landasan diri berkepribadian akhlak mulia.

124

Pentingnya Mengetahui Tanda-tanda Akhir Zaman


Prinsip pentingnya mengetahui tanda-tanda akhir zaman

menjadi

bagian yang mendorong peningkatan keimanan bagi Said Nursi, karena


manusia

sekarang

sudah

memasuki

fase

penghabisan

dari

panjangannya zaman yang sudah lama berlalu. Adapun tanda-tanda


akhir zaman ini banyak sekali, namun pada prinsipnya terdapat
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tanda-tanda hari kiamat
yang patut diketahui oleh manusia, yaitu :
1) Munculnya Dajjal dan Sufyan
Salah satu akan tibanya hari kiamat munculnya Dajjal (AntiKristus) dan
Sufyan25. Dajjal atau Anti-Kristus akan muncul dalam dunia non-muslim
dan Sufyan yang akan muncul dalam dunia Muslim. Keduanya adalah
Dajjal dan Sufyan terbesar yang akan muncul di dunia setelah Nabi
Muhammad. Sumber-sumber Islam menyebutkan dari Nabi Muhammad
bahwa lebih dari 30 Dajjal akan muncul sesudah dia, dan yang lebih
penting untuk diperhatikan menurut Nabi Muhammad adalah Dajjal
yang muncul tidak lama sebelum hari kiamat adalah yang paling
berhahaya dan merusak.

25
Dajal berasal dari kata dajal artinya tertutup oleh sesuatu, pembohong, penipu. Said Nursi
menjelaskan bahwa dajal adalah manusia seperti manusia lain. Dia adalah seorang konspirator, iblis
tolol yang melupakan Allah. Dia mendewakan diri sendiri karena kepemimpinannya yang zalim,
kemegahan kelaliman yang nyata. Tetapi tren ateisme yang dia tampilkan sangat besar mengacu kepada tren
ini. Kebesaran Dajal bukan secara fisik, tapi lebih cenderung kepada kekuatan pengaruh. Surga palsu
yang diciptakan Dajal adalah daya pikat peradaban modern (Said Nursi 2003b, hlm. 86). Sedangkan yang
dimaksud Sufyan adalah seorang muslim yang memiliki pengetahuan luas dan memiliki kekuasaan.

125
Maksudnya adalah cerita-cerita sejenis ini perlu ditekankan,
walaupun pada dasarnya tidak banyak menyebutkan orang-orang
mereka (atau siapa sebenarnya Dajjal), tapi bagi kalangan filosuf,
pemikir dan kaum mistik atau sufitik yang mampu menangkap pertanda
ini. Karena interpretasinya berwujud ideologi, masyarakat dan sistem
yang akan mereka bangun dalam semua aspek kehidupan.
Beberapa isyarat yang ditulis oleh Said Nursi mengenai Dajjal
dan Sufyan sebagai berikut : Pertama, mengenai Sufyan, menurut Said
Nursi bahwa tangan-tangan Sufyan akan mencengkram yang berarti
Sufyan akan menjadi banyak dan membangkitkan pemborosan dan
kekejian. Nabi Muhammad bersabda Seorang yang mengerikan akan
muncul menjelang kiamat dan ketika dia bangun di pagi hari, dia dapati
bahwa di keningnya tertulis kafir. Yang berarti Sufyan akan menjadi
seorang pembelot dan imitasi dari orang kafir dia akan memaksa
manusia untuk berpakaian seperti dunia non-Muslim.26 Sedangkan yang
paling nyata adalah kejadian di Turki ketika Mustafa Kemal Attaruk
yang Muslim menjadi imitasi Inggris yang kafir untuk menciptakan
surga di dunia. Pada kenyataan masyarakat Turki yang Muslim telah
kehilangan nilai moral, sampai sekarang semakian marak di Turki pola
kehidupan liberalisasi seks dan liberalisasi berpikir. 27
26

Dan ini terdapat beberapa indikasi yang menjadi tanda-tanda, misalnya di Indonesia ada
Jaringan Islam Liberal (JIL) silahkan simak tema-tema yang dikembangkan oleh JIL yakni "perempuan
menjadi imam", "menolak formalisasi jilbab", "menolak kebangkitan khalifah", "terusmenerus mempersoalkan teks al-Qur'an" dan sebagainya dengan sangat bombastik yang
mengarahkan ke dalam kerusakan akidah, akhlak dan syariat, walau belum bisa digeneralisasi secara umum.
27
Dengan bahasa yang isyarat Said Nursi berpendapat bahwa Mustafa Kemal Attaruk adalah
Sufyan. Said Nursi untuk mengkokohkan akidah umat disamping tesisnya yang menyatakan bahwa "pasca
runtuhnya kerajaan Turki Ustmani dan ketika terjadi kekacauan global tepatnya 1920-1940 adalah awal
dari pertanda akhir zaman".

126
Kedua, mengenai Dajjal, Nabi bersabda para diktator yang akan
muncul sebelum menjelang hari kiamat termasuk khususnya Dajjal dan
Sufyan akan mendapatkan surga dan neraka semu. Yang berarti semasa
mereka manusia akan dicekoki dengan kesenangankesenangan dan
kenikmatan duniawi dan perbedaan-perbedaan di antara kelas-kelas
sosial

akan

meningkat

dengan

konsekuensi

akan

terjadi

pemberontakan-pemberontakan terhadap pemerintah. Oleh karena itu


tempat-tempat kesenangan dan kenikmatan serta penjara dan tempattempat siksaan yang serupa akan berdiri berdampingan.
Ketiga, Nabi bersabda Menjelang kiamat tidak akan ada seorang
pun

yang

menyembah

Allah

dan

menyebut

Nama-Nya

sebagai

manifestasi ibadah. Ini berarti bahwa tempat-tempat di mana Allah


disembah dan Namanya disebut akan ditutup dan jumlah orang-orang
yang taat beribadah akan menurut secara drastis. Sesat menjelang
kehancuran dunia Allah akan mencabut nyawa orang-orang beriman
dan dunia akan dibinasakan di atas kepala orang kafir.
Keempat, Nabi bersabda orang-orang mengerikan tertentu yang
akan muncul sebelum kiamat seperti Dajjal mengklaim bahwa dirinya
Tuhan dan membuat orang-orang sujud di hadapan mereka. Orangorang ini akan mendapat kekuatan mereka sebagian besar dari trend
ateistik dan materialistik dan menganggap diri mereka sendiri memiliki
kekuatan Tuhan. Patung-patung mereka akan dibuat manusia akan
dipaksa untuk menunduk di depan mereka sebagai cara pemujaan.28
28

Kejadian ini jelas ketika di Turki Mustafa Kemal Attaruk yang patungnya di mana-mana dibuat
dan kepala dipaksa untuk tunduk dibawah tekanan aturan dan militer dan memang nyata di kaji dari

127
Kelima, Nabi bersabda kekejaman dan peperangan yang akan
muncul sebelum kiamat akan sangat menyebar luas dan berkuasa
sehingga tidak ada seorang pun dapat mengendalikan tiubuh mereka
untuk melawan mereka. Bahwa kehidupan keji akan menggoda banyak
orang yang akan menurutinya begitu saja, karena memang saat ini
modernisasi yang materilistik-konsumeris telah tidak terkendali. Ini
dikarenakan

oleh

dimensi-dimensi

kekejian

dan

kesenangan

mengerikan yang akan muncul sebelum hari kiamat atas permintaan


Nabi hampir semua Muslim telah berlindung kepada Allah selama 14
abad dari kekejian yang akan ditimbulkan oleh Dajal.29
Keenam, Nabi bersabda Sufyan akan menjadi seseorang yang
berpengetahuan luas dan memukau banyak ilmuwan. Ini berarti
mekipun tanpa alat kekuasan dan ketergantungan semacam kerajaan,
suku, kekayaan dan keberanian, Sufyan akan mencapai kekuasaan
karena memiliki kapasitas yang merangsang dan kecerdasan politik.
Dia mengekang pendidikan agama. Sebagian besar karena kenikmatan

sejarah-sejarah kerutuhan Turki Usmani yang disebabkan ambisi Barat menguasai dunia.

Pada masa Islam kepercayaan Tuhan masih d1yakini juga


ketika terjadi henelisasi ilmu kemudian kristenisasi ilmu kemudian
islamisasi ilmu dan yang menghancurkan ketika terjadi westernisasi
ilmu yang tidak menyakin adanya Tuhan, di dunia Islam terjadi
sekulerisasi ilmu yang sangat hebat, dan akhir-akhir ini kesadaran umat
Islam mulai muncul sejak dicetuskannya pan islamisme oleh Jamaluddin
Al Afgani menjelang akhir abad ke-19 diteruskan oleh ilmuwan
muslim lainnya yang muncul kemudian sebuah fenomena
kebangkitan Islam global. Sekarang menurut beberapa ilmu terjadi
naturalisasi ilmu yang terjadi tidak hanya di dunia Islam tapi juga
Kristen dan Yahudi. Karena fenomena materialisme dan perangkatnya
melalaikan manusia. Tapi mengenai yang gaib hanya Allah yang tahu).
29

128
hidup, banyak ilmuwan dan pendidik agama mendukung dia dan
rezimnya.30
Untuk kejelasan ilmiahnya bahwa adalah metode ilmiah yang
dirumuskan ilmuwan muslim yang meminjam teori Aristoteles yang
masih memposisikan Tuhan sebagai Pencipta Pertama, dalam konteks
ini pengkajian terhadap ciptaan Tuhan berarti pengakajian terhadap
karya kreatif Tuhan sehingga dengan itu diharapkan seorang ilmuwan
muslim akan bertambah keyakinan dan ketakwaan kepada Allah.
Sedangkan teori yang di Barat telah menimbulkan begitu banyak reaksi
dari kalangan umat Kristen, seperti teori evolusi sebenarnya juga telah
dikembangkan dengan baik oleh para pemikir terkenal seperti AlJahizh, Miskawaih dan khususnya Jalaluddin Ar-Rumi berdampingan
dengan teori-teori kreasionis, sekali lagi sejauh tidak secara langsung
bertabrakan dengan prinsip-prinsip fundamental keyakinan agama.
Namun sangat disayangkan teori-teori mereka secara terus
terang melanggar dan menentang prinsip-prinsip ajaran pokok agama,
seperti terhadap penolakan terhadap eksistensi Tuhan, malaikat, hari
akhir, kenabian dan sebagainya. Sebenarnya Islam sebagai agama tidak
bisa

menoleransinya

karena

hal

itu

telah

dipandang

sebagai

penyimpangan prinsip etos keilmuan Islam yang sejati. Pada prinsipnya

30

Mengenai Sufyan ini dapat dipahami misalnya dapat dilihat di Rusia pengaruh Lenin
begitu dahsat. Adam Smith dengan menggusur kapitalisme. Karl Marx dengan komunismenya dan Hitler
dengan fasismenya juga mewarnai penyesatan dan melenakan umat manusia. Di Turki misalnya
muncul Mustafa Kemal Attaruk yang menjajahkan ide sekulernya berdasarkan "perintah" Inggris. Kenyataan
di Turki seluruh madrasah ditutup dan pelarangan menggunaan jilbab. Di Indonesia perdebatan mengenai UU
Sisdiknas selalu dengan perbedaan pendapat berdasarkan kepentingan agama yang diciptakan dunia
Barat ketika menjajah bangsa Indonesia. Perlu ditegaskan bahwa saat ini adalah akhir zaman.

129
Islam membolehkan pengkajian pada bidang-bidang yang sangat luas
mulai dari fisika, matematika bahkan metafisika. Seharusnya hasil sains
modern dapat diterima sebagai sarana yang baik untuk lebih mengenal
kebesaran Tuhan. Dunia Barat tidak demikian. Newton dan fisikawan
modern

misalnya

gravitasi

dianggap

sebagai

gaya-gaya

yang

independen bersama dengan gaya elektromagnektik, gelombang nuklir


lemah dan kuat, namun oleh pemikir muslim seperti Ibnu Sina dan Al
Farabi

gaya

alami

itu

memiliki

sumbernya

pada

entitas-entitas

supernal, seperti akal aktif yang merupakan utusan Tuhan untuk


mengurusi dunia bawah-bulan, termasuk memberikan bentuk pada
benda-benda di bawah bulan atau jiwa benda-benda angkasa lainnya
yang

memancar

dari

Tuhan

lewat

emanasi.

Darwin

misalnya

menyatakan evolusi bersifat independen atau otonom seperti seleksi


alam

yang

dipandang

sebagai

hukum

independen

dan

bertanggungjawab pada evolusi organik termasuk penciptaan spesiesspesies, sebagaimana Perire Laplace yang menyatakan peran Tuhan
sebagai pengatur dan pemelihara alam telah digantikan hukum
mekanik. Dan masih banyak lagi contoh mengenai mungkin Dajal-dajal
yang muncul berupa ilmuwan yang menyesatkan. Sedangkan Sufyansufyan

dalam

dunia

Islam

muncul

dengan

usaha-usaha

mensektilerisasikan baik pemikiran maupun pola hidup, titik tolaknya


ketika terjadi keruntuhan Turki Usmana pada tahun 1920-an diikuti
oleh sekulerisasi oleh Mustafa Kemal Attaruk, dunia Islam bertikai
dalam keluarga besarnya.

130
Ketujuh, Nabi Bersabda hari pertama Dajjal adalah sama dengan
satu tahun sedangkan hari keduanya sema dengan satu bulan hari
ketiganya sama dengan satu minggu dan hari keempatnya adalah satu
hari. Hadis yang menakjubkan ini berarti bahwa Dajjal akan muncul di
utara dan bergerak menuju selatan. Sebagaimana diketahui di tempattempat di dekat kutub Utara satu tahun terdiri dari satu siang dan
malam, masing-masing berlangsung selama 6 bulan. Semakin ke
selatan terdapat terdapat tempat-tempat di mana satu hari berlangsung
3 bulan dan satu bulan dan satu minggu secara berturut-turut.
Pengertian lain adalah Dajjal maupun Sufyan akan memiliki 4 periode
peraturan, periode pertama, mereka akan menyebabkan kerusakan
besar dalam jangka waktu satu tahun yang normalnya dapat dilakukan
dalam

jangka

waktu 300

tahun. Kerusakan yang akan mereka

timbulkan dalam jangka waktu pada satu tahun periode kedua mereka
akan sama dengan kerusakan yang dilakukan oleh yang lainnya selama
30 tahun dan pada satu tahun periode ketiga mereka akan membuat 7
tahun kerusakan. Periode keempat mereka akan normal.
Kedelapan, Nabi bersabda Ketika Dajjal muncul setiap orang
akan mendengarnya. Mereka akan memiliki sebuah kendaraan atau
tunggangan yang luar biasa dan mengelilingi dunia dalam 40 hari. Ini
berarti bahwa Dajjal akan muncul ketika komunikasi dan transformasi
berkembang pesat peristiwa yang terjadi di satu belahan dunia akan
terdengar di belahan bumi lain dan berkeliling ke seluruh penjuru
dunia dalam waktu 40 hari adalah hal yang mungkin.

131
2) Munculnya Messiah atau Mahdi
Mengenai

mahdi

mengharapkan

atau

Messiah

messiah,
datang

baik

Yahudi

menjelang

maupun

hari

Kristen

kiamat

dan

menganggap kedatangannya sebagai tanda akhir kernenangan besar


untuk

Yahudi

dan Kristen. Menurut

sumber-sumber Islam yang

terpercaya dia adalah Imam kedua belas dan terakhir dari sederetan
Imam yang di mulai Ali bin Abi Talib, sepupu Nabi dan khalifah
keempat. Mandi lenyap ketika dia berusia 74 tahun dan akan muncul
ketika

dunia

penuh

dengan

ketidakadilan

untuk

menyelamatkan

keadilan. Bersama dengan Messiah, Mahdi akan mempertahankan


prinsip-prinsip

Islam

dari

trend

materialistik

dan

menggugah

kehidupan keagamaan. Dia akan mengahiri kekuasaan Dajjal dan


Sufyan.
Menurut para pemikir dan ilmuwan kontemporer termasuk Said
Nursi, Mandi bukanlah satu orang saja, melainkan sebuah nama
"kebangkitan global". Mandi memiliki tiga periode masing-masing akan
dipresentasikan oleh satu orang dan kelompoknya. Pemimpinya akan
memiliki pengetahuan yang mendalam di bidang ilmu-ilmu agama,
memiliki standar moral tertinggi, mengetahui kondisi sosial, politik dan
ekonomi pada masanya dan memiliki kualitas kepemimpinan yang
memadai. Bersama-sama pengikutnya pemimpin periode pertama akan
mempertahankan prinsip-prinsip Islam dari trend materialistik dan
menunjukkan mereka dalam jalan yang benar. Pada periode kedua
prinsipprinsip Islam yang sudah dibangkitkan akan mencapai pengaruh

132
penting di beberapa belahan dunia dan kehidupan Islam akan
mengalami sebuah kebangkitan yang signifikan. Periode mengalami
akan rnenghalal kebangkitan kehidupan keagamaan secara global.
Periode ketiga yang berkemungkinan akan mengikuti invansi
Gog dan Magog yang akan menggangu periode kedua. Agama Kristen
menurut sumber Islam yang relevan akan terbebas peminjaman agamaagama dan filsafat tertentu dan lebih mendekat pada Islam. Mereka
akan berkerjasama untuk menangkis serangan Gog dan Magog dan
membebaskan dunia dari invasi mereka. I1mu pengetahuan akan
mengalami perkembangan puncak. Kota-kota akan dibangun di atas
langit dan akan mudah melakukan perjalanan ke sana. Mungkin
sebagai dampak kemajuan genetika satu buah delima akan cukup
sebanyak 20 orang dan kulit buahnya akan dapat menaungi mereka.
Misi orang Messiah yang ditujukan untuk Yesus Kristus, menurut Nabi
Muhammad, Messiah yang dijanjikan adalah Yesus Kristus. Dia akan
kembali dan kemudian mengikuti dan sepenuhnya mendukung Mahdi.31
c) Mengenai Terbentuknya Padang Mahsar
Allah berfirman Katakanlah sesungguhnya ilmu tentang hari kiamat itu
hanya pada sisi Allah (67 : 26). Bahwa pergerakan bumi bukanlah tidak
bertujuan. Pergerakan bumi menarik sebuah lingkaran raksasa di luar
31

Mungkin cukup di sini penjelasan mengenai ini memang harus melihat fenomena yang terjadi di
tengah-tengah kita, termasuk di agama-agama lain yang memiliki sumber yang sama. Saat ini di
Jerman, Rusia, Amerika, Inggris, Italia dan Belanda dan beberapa negara maju semangat menuju nilai-nilai
kebenaran sudah mulai tampak. Semua ini juga disebabkan kejadian 11 September 2001 dan invasi Amerika
ke Irak dan pergulatan dunia yang tak pernah usai seperti di Palestina-Israel, menunjukkan bahwa kendali
modernisasi dan globalisasi sulit terkendali. Alamat ini memang bisa ditanggap orang yang berpikir dan
berhati. Bukan hanya dengan kepala yang berupaya menentang dahulu baru mencari. Sebab metodologi
semacam ini memang berasal dari "nurani Dajjal", seperti slogan "cogito ergo sum" atau "god is dead" dan
sebagainya.

133
keliling bumi dan bumi terus menerus memindahkan semua peristiwa
yang terjadi di atasnya ke kelingkaran luar tersebut. Pada hari
pengadilan, hari kehidupan setiap orang akan ditampilkan kembali.
Menurut ramalan lingkaran raksasa ini akan dipusatkan di
daerah Damaskus, tetapi dalam bentuk yang luas dan disesuaikan
dengan dimensi-dimensi Hari Akhir. Hasil dari semua penstiwaperistiwa di bumi terus menerus ditransfer ke dalam daftar atau. tablettablet Padang Mahsyar. Saat ini, Padang tersebut masih berada di balik
"kerudung" Yang Maha Tidak Terlihat. Bagaimana pun juga kita akan
melihatnya pada saat kita telah menjalani bentuk-bentuk spesifik hari
akhir.
Penjelasan mengenai tanda-tanda akan tibanya hari kiamat di
atas memberikan keyakinan yang kokoh terhadap paham keagamaan
dengan keimanan yang sudah ada sebagai dasar beragama. Seiring
dengan itu, hari kiamat menjadi bagian yang terintegrasi dalam diri
Said Nursi dan salah satu cara upaya pembentukan akhlak mulia.
Pentingnya Meyakini Hari Kiamat
Serangkaian upaya pembentukan manusia yang berakhlak mulia,
pemahaman tentang hari kiamat banyak dirujuk sebagai bagian
pembentukan karakter bagi Said Nursi. Para pemikir Islam dulu baik
yang

sezaman

dengan

Said

Nursi

maupun

sebelumnya

belum

menafsirkan secara mendalam mengenai ayat-ayat dan hadis-hadis

134
mengenai hari kiamat.32 Hari kiamat menjadi landasan fundamental
dalam pemikiran Said Nursi. Karena itu, hari kiamat menjadi prinsip
yang dapat mendorong terciptanya akhlak mulia yang menekankan sisisisi kejiwaan manusia.
Penekanan sisi kejiwaan, menurut Said Nursi melalui sifat dan
kemampuan jiwa kita menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk
beribadah kepada Allah Swt. Mengenai kekuatan dan kemampuan kita
untuk tinggal di sini, kita kalah bersaing dengan burung pipit yang
paling lemah. Tetapi dalam hal ilmu, memahami kebutuhan kita, dan
memohon serta beribadah, yang diperlukan untuk kehidupan rohani
dan kehidupan akhirat, kita adalah raja dan komandan dari semua
makhluk hidup. Lanjut Said Nursi:
Hai jiwaku ! Jika engkau menganggap dunia ini adalah tujuan utama
kehidupanmu dan engkau bekerja dan senantiasa bekeda untuk
kepentingan dunia, engkau akan menjadi seperti burung pipit yang
paling lemah. Tetapi jika engkau menganggap akhirat adalah tujuan
akhirmu, dan menganggap dunia ini sebagai ladang tempat
menaburkan benih, sebuah persiapan bagi akhirat, dan bertindak
dengan semestinya, engkau menjadi penguasa agung kerajaan
binatang, hamba yang memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa,
dan menjadi tamu-Nya yang terhormat dan disayangi di dunia ini.
32

Dalam bahasa al-Qur'annya hari kiamat adalah Qiyamah adalah hari kebangkitan orangorang mati dan kuburan mereka masing-masing sesudah hancurnya alam semesta, untuk kemudian mereka
digiring ke alam mahsyar dan alam barzakh. Ruh mereka dikembalikan ke dalam tubuhnya agar kemudian
mereka mempertanggungjawabkan semua amal mereka dikala hidup yang selanjutnya mereka ditentukan oleh
Tuhan untuk masuk surga atau neraka. (Hussein Bahreisj, Himpunan Pengetahuan Islam (450
Masalah Agama Islam), Al Ikhlas, Surabaya, 1980, hlm. 165).

135
Engkau bisa memilih salah satu pilihan itu. Jadi mintalah petunjuk
dan keberhasilan dari jalan-Nya dari Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang (Said Nursi 2003d, hlm. 52).

Kutipan di atas menggambarkan secara tegas bahwa Said Nursi


sangat yakin akan adanya hari kiamat yang dunia ini bukan tujuan
akhir. Perjalanan manusia akan diteruskan ketika hari kiamat tiba dan
membuka ruang-ruang baru bagi manusia yang baru dibangkitkan dari
kubur. Karena itu, Said Nursi sangat menekankan agar manusia
meyakini secara mendalam mengenai hari kiamat.
Sebenarnya Al-Qur'an mengajarkan 4 (empat) tujuan utama yakni
untuk membuka dan membangun pada jiwa dan hati manusia eksistensi
dan keesaan Allah, kenabian, kebangkitan Jasmani dan ketaatan
terhadap Allah dan keadilan. Manifestasinya melalui Asma dan SifatNya dan keteraturan serta harmoni sempurna yang sangat indah dalam
eksistensi.

Al-Qur'an

menyebutkan

peristiwa-peristiwa

bersejarah

tertentu khususnya yang akan terjadi sebelum hari kiamat. Hal ini
memiliki tempat yang penting baik dalam Al-Qur'an maupun al Hadis.
Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang terakhir dan Nabi Muhammad adalah
Nabi terakhir.
Argumen Al-Qur'an mengenai hari kiamat yakni tindakantindakan

universal

mengacu

pada

hari

kebangkitan,

dan

untuk

menyentuh hati manusia mengenai kehebatan yang akan dilakukan


Yang Kuasa pada hari akhir dan untuk mempersiapkan jiwa manusia

136
untuk dapat menerima dan memahaminya, Al-Qur'an menyajikan
kehebatan yang Dia lakukan di sini untuk mempersiapkan kita terhadap
hal itu. Hal ini memberikan contohcontoh tindakan-tindakan besar Allah
di dalam alam semesta yang luas (makro-kosmos) dan kadang kala
menunjukkan pembuangan menyeluruh-Nya terhadap makro-kosmos,
norma-kosmos dan mikro-kosmos, yakni alam semesta, umat manusia
dan atom.
Contohnya ayat al-Qur'an berikut menekankan Kekuasaan Allah
dan

menyebutkan

sebagai

fakta,

mengajak

kita

untuk

memiliki

keyakinan tentang pertemuan kita dengan Dia di akhirat : "Allah-lah


Yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaranNya, supaya kamu meyakini pertemuanmu dengan Tuham-mu (13:2).
"Penciptaan pertama alam semesta dan umat manusia menunjukkan
"penciptaan kedua", Al-Qur'an menyajikan fenomena penciptaan alam
semesta ini yang didefenisikan sebagai penciptaan pertama (56:62),
sedangkan

penjelasan

tentang

kebangkitan

yang

telah

mati

didefenisikan sebagai penciptaan. kedua (53:47), untuk membuktikan


adanya Hari Kebangkitan.
Iman kepada akhirat merupakan dasar kehidupan manusia
sebagai masyarakat maupun sebagai individu. Keimanan ini merupakan
dasar untuk semua kebahagiaan dan kasih sayang, karena setelah iman

137
kepada Allah, maka iman kepada hari kebangkitan berperan dalam
melindungi sebuah tata sosial yang damai. Apabila kita tidak percaya
bahwa kita akan dipanggil untuk memperhitungkan amal perbuatan
kita, mengapa kita diharuskan menjalani hidup jujur dan benar. Tetapi,
apabila kita berbuat menurut keyakinan bahwa kita harus menjalankan
perhitungan amal perbuatan, kita akan hidup dengan taat dan benar.
Pada suatu kesempatan Said Nursi menulis : "Jangan takut
terhadap

kematian.

hanyalah

suatu

Kematian

perubahan

bukanlah

dunia,

kepunahan

pembebasan

abadi,

dari

tetapi

tugas-tugas

kehidupan duniawi yang berat, dan sebuah tiket menuju dunia abadi
tempat semua jenis keindahan dan rahmat sedang menantimu. Allah
Yang Maha Pemurah yang mengirim kamu ke dunia, dan menjaga kamu
tetap

hidup

di

dalamnya

untuk

beberapa

meninggalkanmu dalam kegelapan ruang

lama,

tidak

akan

kuburmu ke haribaan-Nya

dan menjamin kamu menuju kehidupan abadi yang selalu bahagia. Dia
akan memberimu karunia surga". Hanya kabar baik seperti ini sangat
bermanfaat dan benar-benar dapat menjadi penghibur generasi tua dan
membuat mereka menyongsong kematian dengan senyum.
Keyakinan ini mengingatkan kita semua bahwa kita harus yakin
keberadaan hari kiamat. Kiamat pasti dating. Iman kepada hari kiamat
juga merupakan sumber hiburan bagi mereka yang sedang generasi tua
termasuk mereka yang sakit. Keyakinan secara mendalam akan adanya
hari kiamat seolah merupakan obat dari penyakit yang tidak terobati.

138
Said Nursi menjadikan hal yang sangat prinsip dalam meyakini hari
kiamat ini.

Meneladani Nabi Muhammad Saw


Prinsip menedalani Nabi Muhammad Saw menjadi komitmen dasar Said Nursi dalam
merealisasikan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pada prinsipnya bahwa mengamalkan sunnahsunnah Nabi Muhammad Saw dengan sepenuhnya merupakan cerminan dari keseriusan
mentaati perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangannya dengan mengikuti al-Quran
dan keimanan mendalam akan keesaan Allah.
Pada dasarnya, apabila seseorang menyatakan diri sebagai muslim, maka ia harus
mewujudkan keislamannya itu dalam bentuk mengikuti sunnah Nabi tersebut secara
sungguh-sungguh dalam segala aspek kehidupan. Dengan prinsipnya ini, Said Nursi hendak
menegaskan bahwa bila seseorang yang telah berikrar bahwa dirinya adalah pengikut
Muhammad Rasul-Allah Saw, hendaknya ia harus mengikuti cara atau metode dan jalan
hidup yang telah dibuat oleh Nabi Muhammad Saw bersama para sahabatnya dalam seluruh
aspek kehidupan. Zaidin (1999, hlm. 39-53) menceritakan bahwa Said Nursi adalah seorang
ulama yang banyak mencurahkan perhatiannya pengajian keagamaan dengan sekuat tenaga
telah berusaha menghidupkan kembali suatu usaha yang dulu di bawa oleh Nabi
Muhammad Saw, yaitu suatu model pengajian ia sebut dengan istilah dershane (Tempat
belajar).
Menerapakan atau meneladani Nabi Muhammad Saw menjadi
kekuatan amaliah ibadah secara aplikatif. Praktek amaliah ibadah
dengan cara meneladani nilai-nilai yang telah diterapkan oleh Nabi

139
Muhammad Saw. Doktrin ini menjadi sangat penting dalam praktek
kehidupan manusia. Mengenai prinsip meneladani Nabi Muhammad ini
Allah berfirman "Katakan, Jika kalian benar-benar mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa
kalian. "Allah Maha pengasih dan Maha Penyayang" (Qs. Al Imran : 31).
Di

dalam

ayat

ini

terdapat

bentuk

simplikasi

redaksi

yang

mengagumkan. Makna yang begitu banyak dirangkum hanya oleh tiga


kalimat. Adapun penjelasan Said Nursi mengenal ayat, ini adalah :
Jika kalian beriman kepada Allah, pasti kalian mencintai-Nya.
Selama kalian mencintai-Nya, pasti kalian beramal sesuai dengan
apa yang dicintaiNya. Hal itu berarti kalian harus meneladani
pribadi yang Dia cintai. Dan ia bisa terwujud dengan cara kalian
mengikuti pribadi tersebut. Jika kalian mengikutinya, Allah akan
cinta kepada kalian. Tentu saja kalian mencintai Allah agar juga
dicintai oleh-Nya (Said Nursi, 2003, hlm. 114).

Perilaku Nabi Muhammad Saw disebut sunnah. Menurut Islam,


sunnah Nabi adalah sumber hukum kedua setelah Qur'an. Keseharian
dan perilaku Rasulullah, bahkan diakui oleh para sarjana Barat,
merupakan gambaran kesempurnaan utuh seorang manusia. Dan tidak
ada satu pun seorang manusia di muka bumi yang diikuti perilakunya
oleh berjuta-juta orang hingga detik ini dalam sejarah peradaban
manusia. Akhlak Nabi Saw merupakan kesempurnaan akhlak pada diri
seseorang. Allah menegaskan : "Akhlak Nabi adalah al-Qur'an". Pada

140
ayat lain, Dia berfirman : "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri
tauladan yang baik bagimu" (Qs. al Ahzab : 21). Pada firman Allah yang
lain : "Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan
untuk menjadi rahmat bagi semesta alam". (Qs. al Anbiya' : 107) Semua
itu telah tercatat dalam sejarah Islam yang merupakan ketetapan Allah
Swt.

Berapa

banyak

kalangan

salaf

(generasi

terdahulu)

yang

mengagumi dan berusaha menyelaraskan kehidupan mereka dengan


sunnah. Sejak pagi hingga malam hari.
Untuk mencapai kepribadian mulia adalah dengan mengikuti
orang

yang

dikasihi

mengaplikasikan

Allah

sunnahnya

yakni
yang

Nabi
suci.

Muhammad
Said

Nursi

Saw

dan

mengatakan

sesungguhnya kecintaan kepada Allah harus diikuti dengan sikap


mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sebab dalam doktrin ini Said
Nursi mengatakan bahwa "kecintaan kepada Allah baru terwujud
dengan melakukan perbuatan yang diridhoi olehNya. Sementara itu,
ridhonya yang paling utama tampak pada pribadi Muhammad Saw"
(Said Nursi, 2003, hlm. 117).
Penjelasan di atas mendorong pentingnya praktek keteladanan
kepada Nabi Muhammad Saw (Sunnatun Tsaniyah) dalam kehidupan
seseorang untuk

membentuk kepribadian yang barakhlak mulia.

Menurut Said Nursi meneladani pribadi beliau yang penuh berkah itu
bisa terwujud dengan 2 (dua) hal :
Pertama, mencintai Allah, mentaati segala perintah-Nya dan
berbuat sesuai dengan ridlio-Nya. Sikap semacam ini mengharuskan

141
kita mengikuti Nabi Muhammad Saw. Sebab pemimpin yang paling
sempurna dengan teladan yang paling utama dalam urusan tersebut
adalah

Nabi

Muhammad

Saw.

Kedua,

mencintai

pribadi

Nabi

Muhammad Saw. Sebab beliau merupakan perantara yang paling utama


agar manusia bisa mendapatkan kebaikan ilahi. Karena itu, beliau layak
dicintai karena Allah ta'ala. (Said Nursi 2003, hlm. 117).
Said Nursi mengatakan secara fitrah ketika kita mengarahkan
perhatian pada sosok yang kita cintai kekasih Allah haruslah berupaya
meneladani dan mencontoh beliau dengan cara mengikuti semua
sunnahnya yang mulia. Dikatakannya pula, mengikuti sunnah rasul
Muhammad Saw merupakan tujuan termulia sekaligus merupakan
tugas terpenting manusia (Said Nursi 2003, hlm. 117-1 18).
Begitu pentingnya masalah mengikuti Sunnah Rasul ini menurut
Said Nursi mengikuti Sunnah Rasul berasal dari 3 (tiga) sumber yaitu
perkataan, perbuatan clan keadaan. Tiga sumber ini juga terbagi lagi
menjadi tiga, yaitu : wajib, sunnah dan ada yang merupakan kebiasaan
beliau. Hal yang wajib tentu saja harus diikuti. Seorang mukmin
diharuskan mengikutinya sebagal konsekuensi dari keimanan yang ada
pada

dirinya.

Semuanya,

tanpa

terkecuali,

diberi

beban

untuk,

melaksanakan as-Sunnah yang bersifat wajib tersebut. Orang yang


meninggalkan dan mengabaikan as-Sunah tersebut akan mendapat
siksa dan hukuman. Orang yang bahagia dan beruntung adalah yang
paling inters mengikuti sunnah nabi Muhammad Saw sementara orang
yang tidak mengikuti Sunnah akan benar-benar merugi jika sikap untuk

142
tidak mengikuti sunnah Nabi. Said Nursi menuliskan bahwa "Tindakan
yang mengikuti sunnah rasul beliau akan mengubah adab dan
kebiasaan menjadi bernilai ibadah". (Said Nursi 2003, hlm. 119).
Oleh karena itu, bagi seorang Muslim, mengikuti sunnah atau
tidak bukanlah suatu "kebebasan memilih". Sebab mengamalkan ajaran
Islam sesuai garis yang telah ditentukan oleh Rasulullah adalah
kewajiban yang harus ditaati, sebagaimana difirmankan dalam alQur'an : "Dan apa yang Rasul berikan untukmu, maka terimalah ia, dan
apa yang ia larang bagimu, maka juhilah" (Qs. al-Hasyr : 7).
Beliau memiliki akhlak paling mulia, seperti yang dikatakan baik
oleh para wali maupun musuh Islam. Belau merupakan sosok pilihan di
antara seluruh anak manusia selain sebagai pribadi paling dikenal
semua orang. Beliau merupakan pribadi sempurna bahkan teladan dan
pembimbing paling utuh dengan melihat pada ribuan mukjizat yang ada
kesaksian dunia Islam clan kesempurnaan pribadinya yang didukung
oleh hakekat al-Qur'an yang sampai padanya.
Di kalangan umat Islam telah sepakat bahwa sunnah merupakan
kunci untuk memahami pesan-pesan al-Qur'an dan sebagai perangkat
pengurai yang menunjuki dari dalil-dalil yang tersedia di dalamnya. AlQur'an diturunkan hanya memuat prinsip-prinsip dasar dan hukum
Islam secara global sebagai aturan hidup, sedang sunnah mengajarkan
petunjuk pelaksanaannya jadi sunnah sangat diperlukan jika seseorang
hendak mengamalkan secara benar ajaran Islam guna menjadi seorang

143
Muslim yang hakiki. Hal ini dinyatakan dalam al-Qur'an, "Siapa yang
taat kepada Rasul, maka ia taat kepada Allah" (Qs. al-Nisaa' : 80 ).
Hidup ini sangat singkat dan sarat dengan tipu daya dengan
segala bentuk dan ragamnya yang sulit untuk dirubah. Semuanya baru
akan terasa indah dan bermakna jika kita mengikuti apa yang diajarkan
oleh Nabi. Setiap aktifitas yang diarahkan kepada Allah tidak akan
menjauhkan dari hubungan hidup dengan-Nya, bahkan justru membuat
Allah

semakin

menyukai

dan

meridhoinya.

Tidak

ada

karunia

kenikmatan yang lebih besar daripada sehari yang dilalui dalam


ketentraman dan keserasian. Kita coba mengawali aktifitas sehari
dengan mengingat Allah dan Rasul-Nya pada saat bangun pagi,
kemudian menjalam paginya bersama bimbingan Nabi Muhammad Saw.
Dalam setiap hendak memulai perkerjaan, Rasulullah senantiasa
mengawali

perbuatan

dengan

menyebut

nama

Allah.

Rasulullah

bersabda :"Setiap perbuatan yang tidak diawali dengan menyebut nama


Allah yakni : Bismillahirrahmanirrahim - adalah terputus (dari berkat
Ilahi atau Rahmat-Nya)" (Tafsir Ibnu Katsir).
Selanjutnya, hendaknya perilaku hidup ini kita selaraskan
dengan ajaran al-Qur'an, dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad.
Dengan begitu, hidup yang singkat ini akan terasa sangat bermakna,
penuh hikmah dan indah. Rasa kasih sayang yang Nabi miliki dapat kita
contoh dan teladani. Kecintaan kepada sesama dan semua makhluk
Allah kita pelihara. Pengabdian hidup seperti Nabi untuk kejayaan
Islam kita amalkan. Pengorbanan Nabi untuk kedamaian umat manusia

144
kita jaga. Kesederhanaan Nabi dalam hidup sehari-hari dapat kita ikuti.
Keikhlasan Nabi dalam beramal dapat kita praktekkan. Maka, dengan
mengikuti Nabi yang mulia karena akhlaknya, kita akan menjadi orang
mulia, baik di mata Allah atau di mata manusia.
Menanamkan Ikhlas, Takwa dan Sedekah
Said

Nursi

sangat

menekankan

kepada

murid-muridnya

untuk

senantiasa ikhlas, takwa dan sedekah. Said Nursi sangat yakin


keikhlasan, ketakwaan dan sedekah dapat membentuk karakter pribadi
manusia. Kajian berikut menjelaskan secara mendalam bahwa ketiga
hal ini menjadi dasar hidup dalam pembentukan manusia ideal dalam
pandangan Said Nursi yang diisyaratkan secara implisit dalam Risale-i
Nur untuk membentuk manusia ideal yang berakhlak mulia.
1) Ikhlas Menjadikan Manusia Filosof-sufi
Ikhlas adalah ciri muslim sejati. Setiap orang harus menjadikan sikap
atau perilaku ikhlas sebagai bagian kepribadian mulia dirinya. Orang
yang terbina keikhlasan dalam diri akan dalam meluluhkan dan
membuat orang lain turut menjadi orang ikhlas. Ikhlas cenderung
kepada amal keteladanan. Misalnya, ikhlas beramal ibadah hanya
karena Allah semata.
Manusia seperti ini umumnya tanggap dalam melihat sesuatu
pada esensinya melalui tafakur yang mendalam. Anjuran membaca
Risale-i Nur adalah aktivitas untuk mencapai manusia sempurna. Dalam
tafakurnya, ia dapat menyentuh kondisi di luar dirinya. Ikhlas diri

145
dibawa Kekuasaan Allah sehingga menghasilkan daya pikir yang
cemerlang dan hati yang suci. Sampai disini ia akan menjadi manusia
sempurna dan memperoleh kebabagiaan.
Ikhlas kunci kemenangan, ketinggian derajat dan kemuliaan hati.
Menjelma dalam relung-relung kalbu pribadi yang mulia. Dengan cara
beramal

ikhlas,

masyarakat

yang

berjiwa
kokoh

ikhlas,
dan

akan

maju.

tercipta

Bahkan

sebuah

jika

setiap

tatanan
elemen

masyarakat mempunyai rasa ikhlas yang kuatnya melebihi keempat


elemen di atas, akan terbangun peradaban dunia yang maju.
Perilaku ikhlas banyak sekali ditemui seantero dunia ini, karena
mereka

mengetahui

nilai

ikhlas

bagi

kehidupan

mereka

akan

mendatangkan kebajikan. Orang yang ikhlas dengan sendirinya akan


bermanfaat bagi lingkungannya. Ia selalu memberi tanpa meminta
balasan. Ia mengulurkan bantuan tanpa diminta. Bahkan, perbuatan
tidak menyenangkan hatinya pun ia balas dengan senyuman dan sapaan
mulia. Hatinya, begitu tenang dan menyenangkan.
Sifat ikhlas inilah yang akan memacu dan memicu lahirnya
generasi unggulan yang siap bersaing di tatanan dunia global. Karena,
hanya pribadi yang ikhlaslah yang sebenarnya paling berhak untuk
mendapatkan tanda jasa dan penghargaan dari masyarakat, tanpa dia
meminta atau mengharapkan.
Ciri-ciri orang ikhlas diisyaratkan dalam Risale-i Nur, sebagai
berikut :
1. Ikhlas beriman

146
Ikhlas beribadah
Ikhlas beramal
Ikhlas mengingat mati
Ikhlas mengingat hari kiamat
Lebih menyukai jiwa mukmin lain daripada jiwanya sendiri
Tafakur imani
Tidak merasa benar sendiri
Bergabung dengan temannya dalam menuju kebenaran yang
ada dihadapannya
10. Berpegang kepada nilai-nilai kejujuran dan pencarian
kebenaran yang ditetapkan oleh para ulama (Said Nursi
2003a,b).
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sarana mencapai keikhlasan menurut Said Nursi ada 2 (dua)


yakni rabithatul maut (selalu mengingat mati) dan merenungi makhluk.
Pertama,

selalu

mengingat

mati,

dijelaskan

Said

Nursi

bahwa

mengingat mati justru menjauhkan manusia dari riya dan menjadikan


orang yang mengingatnya selalu memelihara keikhlasan. Mengingat
mati

bisa

membersihkan

orang

tersebut

dari

nafsu

yang

memerintahkan kepadanya kepada keburukan (Said Nursi, 2003a, hlm.


308).
Dijelaskan Said Nursi bahwa para ahli Sufi dan ahli hakikat
menjadikan rabithatul maut sebagai landasan dalam suluk mereka
sebagaimana ayat-ayat al-Quran yang mereka ketahui : Setiap nafs
(diri) pasti merasakan kematian (QS. Al-Imran : 185) Sesesungguhnya
kamu akan mati dan mereka pun akan mati (QS. Az-Zumar :30).
Dengan mengingat mati mereka tidak akan berpikir akan kekal
abadi

sebagai

cikal

bakal

panjang

angan-angan.

Mereka

selalu

membayangkan diri mereka sebagai orang-orang mati. Mengingat mati


memberikan manfaat yang luas. Said Nursi mengutip hadis Nabi

147
Muhammad Saw, Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menolong
segala kenikmatan.5 Berdasarkan hadis ini, Said Nursi menegaskan
bahwa jalan kita adalah jalan hakikat ilmiah bukan tarekat, sufi, maka
kita tidak perlu seperti mereka yang langsung mengingat mati dengan
bayangan dan hayalan.
Kedua, merenungi makhluk. Untuk dapat sampai kepada ikhlas
adalah memperoleh keyakinan hakiki serta cahaya yang bersumber dari
perenungan terhadap seluruh makhluk. Merenungi proses kehidupan
manusia yang senantiasa mengalami berbagai perubahan. Kebesaran
Allah yang telah menciptakan kehidupan dan manusia ini.
Dari berbagai keterangan di atas dapat dipahami bahwa
manusia ideal dalam Risale- i Nur adalah manusia ikhlas. Manusia
ikhlas inilah yang banyak melahirkan orang-orang suci dalam berbagai
ciri dan karakternya. Namun, karena didominasi jiwa ikhlas maka
perilaku yang selalu muncul adalah rasa syukur. Rasa syukur menjadi
utama bagi mereka yang berhati suci dan ikhlas. Manusia yang
memiliki jiwa-jiwa ini dapat disebut sebagai manusia filosof-sufi.
Kategori orang semacam inilah yang bisa dikategorikan sebagai
seorang filosof-sufi. Yang memiliki karakter seperti Nabi.

Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan yakni maut. Hadis ini diriwayatkan oleb
Ahmad dan Tirmidzi yang kemudian dianggapnya sebagai hadis hasan. Hadis ini juga diriwayatkan oleh an Nasai dari Abi Salmah lalu dari Abu Hurairah secara marfu. Menurut Ibn Hibban dan al-Hakim hadis ini
sahih.

148
2) Takwa Menjadikan Manusia Ulil Albab
Tingkatan takwa selalu diletakkan sebagai tempat yang mulia. Takwa
adalah memelihara diri dari siksaan Allah Swt dengan mematuhi
perintah dan larangan-Nya, yang tidak cukup diartikan dengan takut
saja (Al-Quran Depag RI, 2004, hlm. 3). Namun, dalam pandangan Said
Nursi ketakwaan dibawa orang ikhlas. Karena dominasi jiwa dalam
ketakwaan adalah jiwa berani dan nafsu. Ketakwaan menjadi sangat
penting dalam pembentukan muslim yang hakiki. Manusia ideal vang
diharapkan dari ketakwaan adalah manusia yang memiliki karakteristik
ulil albab.
Ciri-ciri orang takwa diisyaratkan dalam Risale-i Nur :
1. Orang sabar dalam mencari ridha Allah
2. Selalu menepati janji Allah dan tidak merusak perjanjian (Qs.
Ar Rad ayat 20)
3. Takut kepada Allah
4. Takut kepada hisab Allah
5. Mendirikan shalat
6. Menafkahkan sebagian harta (Said Nursi 2003b, hlm
Dapat dipahami bahwa manusia ideal selanjutnya menurut Said
Nursi adalah manusia ulil albab (manusia berakal). Manusia ulil albab
memiliki sikap hidup sabar. Kesabaran utamanya adalah dalam mencari
keridhaan Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki
kepada orang lain, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terangterangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Mereka inilah
orang yang takwa. Sikap hidup yang takwa dalam jiwanya selalu

149
dominan sabar. Manusia yang memiliki jiwa-jiwa ini dapat disebut
sebagai manusia ulil albab yang memiliki karakter seperti Nabi.

3) Sedekah Menjadikan Manusia Dermawan


Penciptaan manusia ke muka bumi ini tidak terlepas dari dua hal
penting yakni sebagai pengabdi dan khalifah. Dalam pengabdian dan
khalifah di muka bumi inilah perpaduan selanjutnya dari jiwa berani
dan nafsu melakukan peranannya. Untuk selalu menjalin ukhuwah
Islamiyah. Karena, kedermawanan sangat dekat sekali dengan saling
menolong atas sesama manusia.
Ciri-ciri orang sedekah diisyaratkan dalam Risale-i Nur, yaitu :
1. Menafkahkan sebagian hartanya kepada orang lain
2. Senantiasi menjalin tali silaturahmi
3. Senantiasa menjalin ukhuwah Islamiyah
Dari berbagai penjelasan di atas dapat dipahami bahwa manusia
ideal selanjutnya Risale-i Nur adalah manusia dermawan. Manusia
dermawan memiliki sikap hidup sedekah. Sedekah adalah dalam
mencari

keridhaan

Allah,

mendirikan

shalat,

dan

menafkahkan

sebagian rezeki kepada orang lain, baik secara sembunyi maupun


terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Mereka
inilah orang yang takwa. Sikap hidup orang yang suka bersedekah
dalam jiwanya selalu dominan jiwa ukhuwah. Manusia yang memiliki
jiwa-jiwa ini dapat disebut sebagai manusia dermawan yang memiliki
karakter sepeti Nabi.

150
Rangkaian penjelasan dan pembahasan di atas dapat dipahami
bahwa prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi yang mengikat
dalam satu kesatuan hidup, termasuk di dalamnya dapat prinsip
pendidikan akhlak bagi generasi muda diketahui meliputi : menguatkan
iman, berpegang teguh pada al-Qur'an, pentingnya memahami hakekat
penciptaan manusia, pentingnya memahami alam semesta, pentingnya
memahami asma' al-husna, pentingnya mengetahui tanda-tanda akhir
zaman, pentingnya meyakini hari kiamat, meneladani nabi Muhammad
Saw dan menanamkan ikhlas, takwa dan sedekah. Prinsip-prinsip ini
saling berkaitan dalam jiwanya dan sifatnya tidak dapat dipisahpisahkan. Baik dalam pola pikir, pola sikap dan pola lakunya. Prinsipprinsip pendidikan akhlak Said Nursi ini dapat dikatakan sebagai
prinsip-prinsip pendidikan akhlak generasi muda. Tentu saja, karena
sifatnya filosofis dalam diri manusia, maka prinsip-prinsip ini menjadi
dasar bagi Said Nursi yang sangat relevan dengan kehidupan generasi
muda.

Relevansi Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak dengan Pembinaan Generasi Muda


Setelah dikemukakan mengenai prinsi-prinsip pendidikan akhlak generasi muda menurut
pemikiran Said Nursi, berikut ini adalah bagian analisis terhadap prinsip-prinsip tersebut di
atas. Pada bagian ini penulis mencoba untuk menganalisis relevansi prinsip-prinsip
pendidikan akhlak tersebut dengan pembinaan generasi muda secara deskriptif-komperatif
untuk melihat aspek akidah, pandangan hidup, tujuan hidup, ibadah, tingkah laku,
lingkungan dan tahap perkembangan kepribadian generasi muda.

151
Relevansi dengan Akidah Generasi Muda
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa generasi muda yang dimaksud pada
penelitian ini adalah generasi yang berumur 15-40 tahun yang beragama Islam. Walau
bagaimana pun, secara fakta aspek akidah generasi belum dapat dipastikan. Apakah aspek
keimanan yang mereka pegang benar-benar sesuai dengan hakikat yang diajarkan Islam,
sebab banyak di antara mereka yang dapat disebut Islam Phobia" atau "Islam KTP.
Artinya mereka beragama Islam dan mengaku beriman, namun masih ada yang tidak mau
shalat, puasa Ramadhan bahkan zakat masih ditinggalkan. Fenomena seperti ini masih
sangat nampak di tengah-tengah masyarakat.
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima generasi muda dari masa kanakkanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai
timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial,
ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
Hasil penelitian Allport, Gillesphy, dan Young menunjukkan bahwa 85 % generasi
muda Katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya dan 40 % generasi muda
Protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya (Jalaluddin 2002, hlm. 74). Dari hasil ini
dinyatakan selanjutnya, bahwa agama yang ajarannya bersifat lebih konservatif lebih
banyak berpengaruh bagi para generasi muda untuk tetap taat pada ajaran agamanya.
Sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif-dogmatis dan agak liberal
akan mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para generasi muda sehingga
mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan pikiran dan mental generasi muda mempengaruhi sikap keagamaan mereka.
Karena itu, pemahaman dengan menguatkan keimanan harus senantiasa dilakukan untuk
menuju kesempurnaan.

152
Walau sulit mengukur tingkat keimanan bagi generasi muda, namun kekuatan iman
akan sangat nampak dari tingkah laku dan peribadahan yang dilakukan. Namun, Said Nursi
sangat menekankan keimanan bagi generasi muda. Tujuan ciptaan yang paling
murni dan fitrah manusia yang paling tinggi ialah iman kepada Allah.
Jika ditinjau dari aspek pengamalan agama, tawaran-tawaran Said
Nursi adalah penguatan keimanan melalui ruh ketauhidan masuk dalam
kehidupan manusia sampai ke relung batin. Tauhid adalah dasar utama
dalam menyatakan keimanan secara sempurna. Hakekat keimanan
secara menyeluruh dapat dipahami melalui rukun iman yaitu ; Rukun
iman terdiri dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, hari kiamat, dan qadha dan qadhar.
Menurut Said Nursi hakekat keimanan terdapat dalam kalimat La
Ilaha Illah yang merupakan mengakui secara totalitas kekuasaan Allah
dan untuk membuktikan keimanan mereka dapat dilihat amal dan ibadah mereka seharihari. Artinya, sesungguhnya generasi muda yang beragama Islam tentu tergolong kepada
generasi muda yang beriman, walaupun tidak dapat diketahui secara pasti bagaimana
tingkat keimanan mereka, sebab keimanan tidak bisa dilihat dan menyangkut soal hati.
Keimanan generasi muda jika didasarkan dengan prinsip ajaran Islam adalah tidak cukup
dengan pembenaran hati dan pengakuan dengan kata-kata, tetapi diikuti oleh amal
perbuatan.
Pembentukan nilai keimanan inilah yang diusahakan oleh Nabi Muhammad Saw,
yang selama 13 tahun di kota Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Iman yang tidak pernah
dipisahkan dari pasangannya, yaitu amal shalih (ibadah, mu'amalah, mu'asyarah dan
akhlaq). Berkenaan dengan iman, sebagaimana firman Allah SWT dalam

153
(QS.Ibrahim/14:24-25) : Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
menjulang kelangit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musimdengaseizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat (Alquran dan Terjemahannya 1990, hlm. 383-384).
Dalam Alquran dan Terjemahannya yang diterbitkan oleh Kerajaan Arab Saudi
dinjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan kalimat yang baik adalah kalimat tauhid
(kalimat iman), yaitu segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari
kemunkaran serta berbuat yang baik. Yang dimaksud kalimat tauhid adalah kalimat "Laa
ilaa ha ill-Allah" (Alquran dan Terjemahannya 1990, hlm. 383-384). Buah dari sebatang
pohon yang akarnya kuat adalah perumpamaan terhadap akhlak mulia. Akhlak adalah
sebagai buah atau hasil dari suatu proses pendidikan yang didasari oleh penanaman nilai
keimanan. Keimananlah yang menjadi fondasi dasar terwujudnya akhlaq al-karimah.
Akhlak mulia membentuk generasi yang kuat iman dan menjadi insane saleh sampai
bertemu dengan Allah Swt.
Insan shaleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan. Yang dimaksud
pembentukan insan yang shaleh dan beriman kepada Allah tidaklah aku menciptakan jin
dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku (Q.S.51:56) manusia yang penuh
keimanan dan takwa, berhubung dengan Allah memelihara dan menghadap keada-Nya
dalam segala perbuatan yang dikerjakan dan segalah tingkah laku yang dilakukannya,
segala pikiran yang tergores dihatinya dan segala perasaan yang berdetak dijantungnya ia
adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad Saw dalam pikiran dan
perbuatannya.

154
Insan shaleh beriman dengan mendalam bahwa ia adalah khalifah di bumi
(Q.S.2:30). Ia mempunyai risalah ketuhanan yang harus dilaksanakannya, oleh sebab itu
selalu menuju kesempurnaan akhlak yang mulia, sebab Rasulullah SAW. diutus hanya
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Di antara akhlak insan yang shaleh dalam
Islam adalah harga diri, prikemanusiaan, kesucian, kasih sayang, kecintaan, kekuatan
jasmani dan rohani, menguasai diri, dinamisme dan tanggung jawab. Ia memerintahkan
yang makruf dan melarang yang munkar. Ia juga bersifat benar, jujur ikhlas memiliki rasa
keindahan dan memiliki keseimbangan dan berperilaku seperti Nabi Muhammad Saw.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip keimanan yang
ditanamkan Said Nursi dalam dirinya dan murid-muridnya sangat relevan untuk selalu
direalisasikan oleh generasi muda yang beriman, walaupun tidak diketahui secara tepat
tingkat keimanan generasi muda tersebut. Namun, diyakini bahwa dengan senantiasa
menguatkan keimanan akan tercapai keinginan menjadi insane shaleh.

Relevansi dengan Pandangan Hidup Generasi Muda


Kemunduran dan kelemahan umat Islam dalam bidang ekonomi dan politik, khususnya
ketika berada di bawah kekuasaan kolonial Barat pada abad ke-18, telah merangsang
para elite politik Muslim untuk menyuarakan pentingnya perubahan-perubahan internal
dalam upaya memperkecil jurang pemisah antara umat Islam dan orang-oraug
Barat. Perkembangan dunia modern Barat telah menyumbangkan banyak sekali
landasan yang menjadi dasar pendidikan. Khususnya terjadi perubahan besar dalam
pandangan dan pemahaman keagamaan umat yang semakin lama semakin bingung dan
lemah. (Wan Daud, 2003 hlm. 7). Dalam konteks umat secara luas, generasi muda berada di
tengah-tengah arus perubahan tersebut yang tidak dapat dibantah keberadaan.

155
Untuk ukuran generasi muda dari 15-40 tahun sudah dalam mengenal apa itu
pandangan hidup. Generasi muda memiliki pandangan hidup yang jauh dari nilai-nilai
keagamaan, bahkan prinsip-prinsip mulia ditinggalkan. Pengaruh arus globalisasi dan
maraknya pandangan dunia yang mampu merubah perilaku generasi muda patut menjadi
perhatian bersama. Pandangan hidup dalam konteks ini adalah pandangan Barat yang
merusak generasi muda muslim. Dalam kajian filsafat di antara pandangan hidup
tersebut adalah sekulerisme, materialisme, komunisme dan ateisme. Said Nursi secara
nyata-nyata menentang semua pandangan dunia yang membawa generasi muda berada di
posisi yang tidak jelas menentukan arah hidup
Pertama,

Pandangan

Sekulerisme.

Dalam

berbagai

perdebatan

persoalan sekulerisme senantiasa menjadi topik penting dalam diskusi dunia saat ini.
Menurut Mulyadi sekuler adalah lawan dari sakral. Kata sekuler dari bahasa Latin
"sculum" berarti bersifat duniawi (worldly) sebagai lawan dari "spiritual" atau
"relegius". Sekuler yakni pandangan yang hanya mementingkan kehidupan duniawi
dan mengabaikan yang ukhrawi dan dari sudut ontologis mementingkan yang bersifat
materiil, mengabaikan yang spiritual. (Mulyadhi 2004, hlm. 120).
Kedua, Materialisme. Pandangan materialisme klasik sampai perkembangan
pengetahuan di abad ke-18 menurut Sadulloh mengutip Power (1982) terdapat
implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat
materalialisme yang mengarahkan pandangan ini kepada tujuan pendidikan yakni
"perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk
bertanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks" (Sadulloh, 2003, hlm. 118).
Pendapat ini berarti bahwa titik tekan pandangan ini berada pada manusia dengan
kapasitas pribadinya yang kompleks yang dapat merubah sikap dan penlaku seseorang.

156
Ketiga, Komunisme dan Ateisme. Hasil dari pandangan sekulerisme dan
matenalisme berimplikasi kepada pandangan hidup yang mengarah komunisme dan
ateisme. Kata Komunisme secara historis sering digunakan untuk menggambarkan
sistem sistem sosial di mana barang-barang dimiliki secara bersama-sama dan
didistribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan masing-unasing
anggota masyarakat. Produksi dan konsumsi bersama berdasarkan kapasitas ini merupakan
hal pokok dalam mendefinisikan paham komunis, sesuai dengan motto mereka : from
each according to his abilities to each according to his needs (dari setiap orang sesuai
dengan kemampuan, untuk setiap orang sesuai dengan kebutuhan).
Pandangan dasar manusia sebagai makhluk yang berkerja menjiwa
dalam masyarakat komunis (Adelbert Snijders 2004, h1m. 77). Dalam aplikasinya sistem
perekonomian komunis didasarkan atas "sistem perintah", di mana segala sesuatunya
serba dikomandoi. Harus diakui bahwa komunisme adalah bentuk paling ekstrem dari
sosialisme. Begitu juga karena dalam sistem komunisme negara merupakan penguasa
mutlak, perekonomian komunis sering juga, disebut sebagai "sistem ekonomi totaliter"
atau "sistem sosialis ekstrem", menunjuk pada suatu kondisi sosial di mana pemerintah
main paksa dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya, meskipun dipercayakan
pads asosiasi-asosiasi dalam sistem sosial kemasyarakatan yang ada. Sistem ekonomi
totaliter dalam praktiknya berubah menjadi sistem otoriter, dimana sumber- sumber
ekonomi dikuasai oleh segelintir elite yang disebut sebagai polit biro yang terdiri dari
elite-elite penguasa partai komunis. Sampai disini kekuatan komunisme berada pada
asosiasi-asosiasi dan lembaga-lembaga yang dipercaya, namun disini justru letak pangkal
paradoks ekonomi komunisme. Pada titik yang lain masyarakat komunis berubah

157
menjadi ateis, sehingga hakekat makhluk hidup dimaknai kebebasan yang sebebasbebasnya untuk bekerja dan bekerja.
Harus diakui bahwa pandangan sekulerisme ini sangat bertentangan dengan
prinsip Islam yang senantiasa menyeimbangkan antara urusan dunia dan urusan
akherat. Sebagai makhluk duniawi, Said Nursi mengajak generasi muda mengesakan
Allah Swt. Namun sebaliknya pandangan sekuler Barat yang bercorak rasionalistikpositivistik indrawi menempatkan manusia hanya sebagai makhluk fisik-kimia yang
tidak peduli nilai-nilai spiritual. Pandangan ini menyingkirkan Tuhan sebagai
Pencipta. Seluruh proses alam dipandang hanya kebetulan, tak ada campur tangan
Tuhan. Dalam bangunan filsafatnya, Decrates menekankan akal itu sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan menjadikannya sebagai tujuan akhir. Segala hal yang bersifat
abstrak dan tidak dapat dipikirkan secara logika bukanlah ilmu pengetahuan.
Dari penjelasan di atas dapat diambil pemahaman bahwa yang dijadikan
landasan bagi dunia pendidikan modern adalah filsafat yang mengarahkan
kepada pandangan materialisme. Kecenderungan ini menipakan akibat dari
mengagungkan akal sebagai landasan berpikir.
Dapatlah ditegaskan bahwa keempat aliran pemikiran filsafat dan landasan di atas
yang berkembang menjadi pemikiran ekonomi ini berangkat dari kepentingan (internst) dan
mengabaikan etika, itulah kuncinya. Baik sekulerisme, materialisme, komunisme
maupun ateisme pada titik kebutuhan hakiki manusia sebenarnyalah dapat dikatakan
"gagal" karena tidak mencapai tujuan hakiki perlunya manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Kegagalan keempat aliran sebagai
landasan pendidikan dan kehidupan tersebut terbukti dari manusia modem yang mengalami
dilema hidup yang sangat memprihatinkan. Marxisme yang telah mencengkram Uni Sovyet

158
kemudian hancur berantakan. Bukan hanya teori perjuangan kelasnya yang gagal,
tetapi komunisme yang antiagama itu telah menyebabkan sebagian besar rakyatnya
tidak bahagia.
Sedangkan cita-cita dari pandangan hidup Said Nursi dalam
konteks pendidikan akhlak adalah manusia ideal dalam sebagaimana
Risale-i Nur adalah manusia yang dekat dengan Allah dan berperilaku
seperti Nabi Muhammad. Tentu saja memiliki pandangan hidup yang
jelas yakni mengesakan Allah, melalui asma' al-husna. Asma al-Husna yang
terbuka di semesta alam ini adalah bukti nyata kebesaran Allah Swt. Kunci keluar dari
dunia yang semakian materialistik ini adalah dengan cara iman dan mengamati asma Allah
yang terbentang di alam semesta ini, dan lebih khusus lagi menanamkan keimanan
kepada hari akhir. Atau istilah yang sering digunakan Said Nursi adalah Hizmetul
iman wa al-Quran, menurutnya sekarang ini adalah akhir zaman dan menyadarkan umat
dari paham duniawi ke ukhrawi.
Prinsip menguatkan keimanan diperlukan bagi generasi muda
untuk melawan pandangan-pandangan hidup yang dapat merusak
akidah generasi muda. Said Nursi meyakinkan generasi muda dengan
mengatakan : "Zat yang menggenggam kendali semua unsur di alam ini
pastilah juga memegang kendali semua unsurnya" (Said Nursi 2003a,
hlm. 635). Generasi muda harus yakin bahwa kendali dalam kehidupan
ini diciptakan Sang Pencipta yaitu Allah Swt dan sekaligus memegang
secara penuh kendali kehidupan ini.

Relevansi dengan Tujuan Hidup Generasi Muda

159
Salah satu ciri generasi muda adalah perubahan sikap serta sifat mengarah kedewasaan
(Sudarsono 1993, hlm. 12-13). Generasi muda seperti ini mengalami perubahan dalam
berusaha memahami kehidupan, terutama tujuan kehidupan. Jika dikaji dalam konteks
kekinian, maka saat ini adalah masa di mana manusia telah memasuki era global atau
milenium ketiga. Suatu zaman yang ditandai oleh era informasi yang merupakan revolusi
teknologi yang menimbulkan revolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir dan sistem rujukan.
Pengalaman sekarang menunjukkan bahwa arus informasi global hampir seluruhnya tidak
seimbang. Lebih banyak informasi yang datang dari budaya Barat ke dalam budaya Islam
daripada sebaliknya. Keadaan ini menimbulkan dominasi kultural yang tidak seimbang
(Nata 2001, hlm.144-145) dan berdampak buruk bagi nilai-nilai moral dan etika yang
diajarkan dalam Islam. Generasi muda pun sudah ikut-ikutan mengadopsi pola kehidupan
yang datang dari Barat tersebut.
Kehadiran milenium ketiga yang ciri-cirinya disebutkan di atas, pada akhirnya akan
menjadi tantangan yang serius bagi dunia pendidikan khusunya pendidikan akhlak.
Tantangan tersebut antara lain, mampukah pendidikan akhlak menjadi pemeran utamanya
tidak hanya memberikan pengetahuan agama yang hanya memenuhi aspek kognitif belaka,
tetapi juga dalam aspek afektif yang mampu menanamkan nilai-nilai keimanan kedalam
hati peserta didik yang pada akhirnya dalam aspek psikomotorik yang dapat
diaktualisasikan kedalam bentuk amal-amal shalih dan akhlak yang mulia?. Mengapa tidak
mungkin, Nabi Muhammad Saw dalam waktu hanya 23 tahun, atas pertolongan Allah telah
dapat merubah seluruh tatanan kehidupan bangsa Arab Jahiliyah menjadi Bangsa yang
beriman dan berakhlak mulia.
Ternyata di tengah situasi sebagaimana di atas, prinsip pentingnya memahami
hakekat hidup ini sangat berperan bagi generasi yang sedang menuju kedewasaan. Said

160
Nursi mengarahkan tujuan seorang manusia itu kepada terciptanya manusia yang beriman
dan memahami makna kehidupan yang seimbang. Seirama dengan itu tujuan yang
mendasar dari pendidikan Islam mulai dari turunnya Islam itu sendiri hingga saat ini
bahkan sampai akhir zaman tetap tidak berubah, yakni untuk menjadikan manusia seorang
yang berakhlak mulia. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw pernah bersabda yang
mafhumnya: "Sesungguhnya aku ini diutus hanya untuk menjadikan manusia berakhlak
mulia" (HR. Al-Bazzaar).
Pada saat ini bangsa kita telah mengalami kemerosotan dan kemunduran dalam
segala aspek kehidupan. Untuk meyelesaikan persoalan tersebut adalah upaya bagaimana
untuk menanamkan keimanan dan ketaatan yang sempurna kepada Allah Swt. Upaya untuk
menanamkan hakikat keimanan dan memang teguh al-Qur'an serta memahami hakekat
penciptaan manusia.

Relevansi dengan Ibadah Generasi Muda


Menurut Halem Lubis, dkk., generasi muda memiliki ciri-ciri yaitu di samping mengalami
keadaan yang tidak menentu di masa generasi muda, memasuki usia dewasa ia sudah dapat
bertanggung jawab dalam segala tindakan dan perbuatannya (Halem 2001, hlm. 149-150).
Berdasarkan pendapat ini secara agama orang yang sudah dapat bertanggung jawab dalam
segala tindaknya berarti sudah balig, kebutuhan nilai spiritual juga meningkat.
Menurut Thomas sebagaimana dikutip Jalaluddin dan Ramayulis bahwa kebutuhan
terhadap agama dimungkinkan karena adanya empat kebutuhan manusia, yaitu : adanya

161
keinginan untuk

mendapatkan perlindungan (security), keinginan untuk mendapatkan

pengalam baru, (new experience), keinginan untuk mendapatkan tanggapan (respons) dan
keinginan untuk dikenal (recognation). Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya
dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan (Jalaluddin dan Ramanulis
1998, hlm. 32-33).
Baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat generasi muda
muslim diharuskan untuk senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan Allah Swt.
Hubungan yang baik menjadi kunci utama bagi pembentukan kepribadian muslim di
tengah-tengah menjalankan ibdah kepada Allah. Nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam
hubungan itu mencakup:
1)

Senantiasa beriman kepada Allah;

2)

Bertaqwa kepada-Nya;

3)

Menyatakan syukur atas segala nikmat Allah;

4)

Tak berputus asa dalam mengharap rahmat-Nya;

5)

Berdoa kepada Allah, menyucikan diri;

6)

Mengagungkan-Nya serta senantiasa mengingat-Nya;

7)

Menggantungkan

niat

atas

segala

perbuatan

kepada-Nya

(Jalaluddin dan Ramanulis 1998, hlm. 187).


Pada intinya ketujuh point di atas ingin menegaskan bahwa sejalan dengan prinsip
keimanan, berpegang teguh pada al-Qur'an, memahami hakekat penciptaan manusia dengan
senantiasa meneladani Nabi Muhammad Saw. Pembentukan kepribadian muslim sebagai
individu, keluarga, masyarakat, maupun masyarakat pada hakikatnya berjalan seiring dan
menuju ke tujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik
sebagai individu maupun sebagai masyarakat untuk mengabdi kepada Allah SWT.

162

Relevansi dengan Lingkungan Generasi Muda


Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya
pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah
kepribadian yang memiliki akhlak mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan
tingkat keimanan. Pencapaian tingkat akhlak yang mulia merupakan tujuan pembentukan
kepribadian muslim.
Lebih jauh Robert H. Thouless mengklasifikasikan faktor-faktor yang dapat
membentuk sikap keagamaan menjadi empat faktor utama, yaitu : pengaruh-pengaruh
sosial, berbagai pengalaman, kebutuhan, dan proses pemikiran (Robert 1972, hlm. 43).
Pengaruh sosial atau dapat disebut faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam
perkembangan sikap keagamaan di antaranya pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi
sosial, dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
Faktor pengalaman merupakan suatu faktor yang diakui dapat membantu
tumbuhnya sikap keagamaan, baik pengalaman yang berkaitan dengan tatanan alami atau
moral maupun pengalaman batin emosional. Pengalaman alami atau moral misalnya
mengenai keindahan, keselarasan, dan

kebaikan dari faktor alam, dan konflik moral.

Sementara pengalaman emosional berhubungan dengan pengalaman mistik emosional


keagamaan atau faktor afektif.
Ekologi diartikan sebagai lingkungan yakni sebagai segala sesuatu yang ads
di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun bends tak bemyawa. Terkait
dengan lingkungan Islam melarang tegas umat manusia melakukan kerusakan di
bumf, baik kerusakan lingkungan maupun kerusakan diri sendiri (Ali Anwar dkk

163
2005, h1m. 128). Akan tetapi seperti yang pernah disinggung bahwa pembentukan
kepribadian jugs terkait dengan lingkungan pendidikan, yang berarti tidak dapat
dilakukan secara sendiri tetapi hares bersama atas dasar saling tolong menolong. Karena
itu, kondisi sedemikian ini akan tercipta situasi saling mencintai. Dimana setiap pribadi
merasakan bahwa kesempurnaan diri akan terwujud karena kesempurnaan yang lainnya.
Jika tidak maka tidak tedadl kesempumaan dalam diri seseorang. Setiap individu
menempati posisi sebagai salah sate anggota dari seluruh anggota badan.
Faktor lingkungan ini mencakup tiga aspek penting yang tarot pula mempengaruhi
terbentuknya akhlak mulia. Pertama, aspek hubungan keluarga. Lingkungan
pendidikan Yang biasanya dikenal adalah lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Said Nursi memang tidak secara khusus membicarakan ini, namun pada
prinsipnya aspek ini termasuk dalam prinsipnya dalam membina diri meneladani Nabi
Muhammad.
Kedua, aspek hubungan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial bahwa
manusia di alam ini memerlukan kondisi yang balk dari luar dirinya. Sebaik-baiknya
orang adalah orang yang berbuat baik dari saudara atau anak, kerabat, keturunan, rekanan,
tetangga dan teman. Salah satu tabiat manusia adalah memelihara diri sendiri.
Ketiga, aspek hubungan formal. Hubungan ini sebenarnya memiliki juga
pengaruh yang cukup kuat dalam pembentukan akhlak. Karena diakui atau tidak kondisi
yang berada di masyarakat sangat dipengaruhi kebijakan politik pemerintah, artinya
kondisi yang baik dapat didukung oleh pengambil kebijakan politik negara tersebut.
Artinya bahwa situasi lingkungan akan dapat tercipta bilamana situasi politik pemerintah
mengizinkan.

164
Tetapi, ketiga aspek uraian di atas setidak dapat memberikan gambaran bahwa
Said Nursi cenderung secara lebih khusus membicarakan lingkungan pendidikan di
dershane. Ini pun dianggap sebagai peninggalan yang bersifat tradisional. Kalau
lingkungan keluarga dibahas tentu perlu pertimbangan ciri khas yang berkaitan
tentang lingkungan tersebut. Keluarga perdesaan dan perkotaan pun sudah berbeda dari
cars dan pola kehidupannya. Keluarga orang kaya dengan orang miskin, keluarga yang
beranggota sedikit dengan yang banyak dan sebagainya.
Kemudian lingkungan sekolah, tidak disebutkan tapi, penjelasan
mengenai hubungan pendidik dan peserta didik sebagai mana di atas setidaknya
telah cukup membenkan gambaran untuk itu. Ungkungan masyarakat dikaji oleh Said
Nursi secara lugs karena proses politik dan lingkungan social semasa penuli gan Risale-i Nur
dan berbagai persidangan mendeskripsikan tersendiri dari situasi lingkungan masyarakat.
Secara umum dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan akhlak Said Nursi
sangat luas. Said Nursi tidak membatasi tanggung jawab pendidikan akhlak hanya tanggung
jawab orang tua dan guru. Kondisi lingkungan terdekat sampai kondisi lingkungan yang
paling jauh di dalam strata sosial masyarakat yang menekankan prinsip ketelandanan.
Relevansi dengan Situasi Kejiwaan Generasi Muda
Menurut Kartini Kartono, secara kejiwaan pemuda memiliki ciri-ciri khas, yaitu: belajar
berdiri sendiri dalam suasana kebebasan, berusaha melepaskan ikatan-ikatan afektif lama
dengan

orang

tua

dan

objek-objek

cintanya,

berusaha

membangun

hubungan

perasaan/afektif yang baru, dan menemukan indentifikasi dengan obyek-obyek baru yang
dianggap lebih bernilai atau lebih berarti daripada obyek yang lama. Generasi muda yang
terdiri dari golongan orang dewasa yang lazimnya ia telah mencapai umur 21 tahun,

165
dianggap sanggup berdiri sendiri, dan bisa bertanggung jawab dalam melaksanakan tugastugas hidupnya (Kartono 1990, hlm.33 dan hlm.184).
Bagi Said Nursi pemuda adalah sebagai penerus generasi di masa depan. Menurut
pendapatnya Mahmud Yunus seperti yang dikutip Zainuddin dkk. mengemukakan bahwa :
Tugas yang utama dan terutama yang terpikul atas pundak alim ulama, guru agama,
dan pemimpin Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemuda, putra-putri,
orang-orang dan masyarakat umumnya supaya semuanya itu berakhlak mulia dan
berbudi pekerti yang halus, karena hidup bermasyarakat adalah tolong menolong,
berlaku jujur dan peramah, berlaku adil dalam segala hal, berkasih sayang antara
satu dengan lainnya(Zainuddin 2001, hlm. 54)

Kutipan menjelaskan bahwa tugas orang tua, guru agama dan masyarakat dan
pendidik lainnya adalah sangat berat karena ditangan merekalah akhlak anak akan dibentuk.
Ajaran Islam selalu membimbing dan mengarahkan umat manusia untuk berakhlak mulia
karena dengan itulah mereka akan hidup selamat di dunia dan di akhirat. Untuk itu sifat
ikhlas, takwa dan sadakah harus terbangun dalam jiwa anak muda. Maka, melalui
pembinaan yang mengetahui tingkat kejiwaan bagi generasi muda perlu dilakukan.
Karenanya, generasi muda harus aktif di dalam pembentukan akhlaknya.
Menurut Sudarsono, suatu ciri kehidupan generasi muda pada masa awalnya
mengalami ketidakstabilan perasaan dan emosi, terutama dalam bersikap dan menentukan
masa depan mereka. Berikutnya dalam proses menuju kedewasaan mereka dapat mengatasi
masalahnya dengan baik (Sudarsono 1993, hlm. 15). Karena itu, prinsip-prinsip pendidikan
akhlak misalnya menguatkan keimanan dan keyakinan terhadap hari kiamat bias merubah

166
situasi kejiwaan yang tidak stabil dan emosional dalam menentukan jalan hidup dan
mencapai cita-cita hidup.
Prinsip meneladani nabi Muhammada Saw juga bagian integral yang tidak dapat
dipisah-pisah misalnya ; melatih cara makan dan minum yang dapat menyehatkan tubuh,
bukan untuk kenikmatan, tetapi tidak terlalu kenyang dan juga tidak terlalu lapar, agak
lapar justru akan lebih baik. Cara lain bagi generasi muda tidak membiasakan diri makan
dan minum yang memabukkan. Demikian juga dalam hal cara berpakaian juga sangat
penting diperhatikan.
Kemudian, para generasi muda diharapkan tidak sombong dan bermegah-megah
terhadap kawankawannya dengan harus yang dimiliki orang tuanya. Pembicaraan
yang kotor supaya dihindarkan. Suka berkata benar, jujur, dan hormat pada orang lain
juga ditekankan. Gerak tubuh seperti berjalan, berkendaraan, suka berkata benar, dan
lainnya perlu diperhatikan. Diharapkan seorang pemuda dapat menjadi orang yang suci,
walau pada masa muda, tidak hanya suci menjelang ajal.
Said Nursi memberikan perhatian utama kepada situasi kejiwaan generasi
muda dengan nilai-nilai akidah dan iman bertujuan untuk menyiapkan generasi muda
sejak dini ketangguhan mereka untuk memperlemah sumber penyakit jiwa, misalnya
marah, takut mati dan kesedihan. Sehingga, ketika pada masanya para generasi muda itu
sudah benar-benar siap dalam menghadapai kehidupan yang luas ini.

Relevansi dengan Tahapan Perkembangan Kepribadian Generasi Muda


Dalam tahapan ini generasi muda dirumuskan dalam 2 (dua) tahapan yaitu tahap
perkembangan dan tahap pembentukan. Hal ini merujuk dari berbagai perasaan telah

167
berkembang pada masa muda. Perasaan sosial, etis dan estesis mendorong generasi muda
untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius
akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat kearah hidup yang religius pula. Sebaliknya
bagi muda yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah
didominasi dorongan seksual. Masa muda merupakan masa kematangan seksual. Didorong
oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, muda lebih mudah terperosok ke arah
tindakan seksual negatif.
Pertama, tahap perkembangan sosial. Dalam tahap perkembangan pribadiannya ini
generasi muda tergantung dengan situasi sosialnya. Paham keagamaan generasi muda akan
ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul
konflik antara pertimbangan moral dan material. Generasi muda sangat bingung
menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan
materi, maka para generasi muda lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis. Hasil
penyelidikan Ernest Harms terhadap 1789 generasi muda Amerika antara usia 18 29
tahun menunjukkan bahwa 70 % pemikiran generasi muda ditujukan bagi kepentingan:
keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri dan masalah kesenangan pribadi
lainnya. Sedangkan masalah akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6 %, masalah sosial 5,8
%(Jalaluddin 2002, hlm. 75).
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dalam perkembangan sosial generasi
mudah untuk tetap berpegang teguh pada al-Qur'an dan berprinsip menguatkan iman serta
meyakini diri akan hari kiamat yang diaplikasikan lewat sikap, tindakan dan perilaku.
Sehingga, perkembangan jiwa dalam konteks sosial tidak berpandangan materialis dan
asosial tapi justru mendapat dorongan yang mulia untuk mengembangkan jiwa-jiwa sosial
dan dapat menjalankan ibadah dengan tenang.

168
Kedua, tahap perkembangan moral, perkembangan moral para generasi muda
bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga
terlihat pada para generasi muda juga mencakupi : self-directive, taat terhadap agama atau
moral berdasarkan pertimbangan pribadi, Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa
mengadakan kritik, Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan
agama, Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral, dan Deviant,
menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat (Jalaluddin 2002,
hlm. 76).
Dalam tahapan-tahapan perkembangan diri manusia, munculnya rasa keagamaan
dimulai dari sejak lahir. Masa yang rentan dan pertumbuhan yang kuat dalam hal ini hingga
mencapai umur 12 tahun (masa anak-anak). Dalam rentang usia ini keingintahuan anak
terhadap agama sangat tinggi. Pertanyaan tentang Tuhan dan hal-hal yang ghaib sangat
menarik bagi si anak. Penanaman pengetahuan dan pemahaman tentang agama pada masa
ini memegang peranan penting bagi pertumbuhan rasa keagamaannya pada jiwa manusia.
Sebaliknya, kegagalan penanaman rasa keagamaan akan membuat kelabilan jiwa dan
menumbuhkan sikap yang anti agama.
Pada masa generasi muda berkisar antara umu 13-18 tahun, kebiasaannya berpikir
berdasarkan pengalaman-pengalamannya, maka dikhawatirkan pengalaman yang pernah
dialaminya bukan bersumber dari sekolahnya, tetapi justeru berasal dari teman-temannya
yang rusak akhlaknya. Karena itu, pengawasan pendidikannya tidak hanya sebatas ketika
anak berada di sekitarnya, tetapi ia harus tanggap dan teliti terhadap pergaulan anak
didiknya ketika bermain dengan temannya di luar jam pelajaran.
Dan perlu diketahui pada masa ini, generasi muda sudah memiliki kamatangan
seksual yang bisa saja disalahgunakan bila pendidik kurang teliti mengawasinya. Karena

169
anak tersebut punya cenderungan ingin bebas dari pengawasan pendidiknya. Bahkan lebih
aneh lagi, karena sifat keterbukaannya kepada temannya lebih banyak daripada kepada
pendidiknya. Padahal kalau ia mendapatkan kesulitan, pendidiklah yang lebih dahulu
mengatasinya, bukan orang lain.
Maka perlu mencari cara-cara yang lebih tepat digunakan untuk mendidika anak
tersebut, antara lain:
a) Harus mendidiknya agar selalu tekun menjalankan perintah agama
b) Menanamkan kebiasaan yang selalu ingin berbuat baik kepada orang tua, guru,
teman-temannya, dan bahkan terhadap makhluk-makhluk lainnya.
c) Selalu mengawasi pergaulan dengan anak yang buruk akhlaknya, dan
mengarahkannya agar bergaul dengan anak yang baik
d) Selalu menasehati bila ia hendak keluar rumah dan mengingatkannya agar selalu
berhatihati ketika ia berbuat dan bergaul dengan teman-temannya.
e) Selalu menjaganya agar tidak membaca buku-buku porno dan film-film cabul.
Masa dewasa, dimaksudkan adalah umur 19 tahun ke atas, dimana ia sudah
memasuki jenjang pendidikan tinggi. Berarti pada masa ini, anak sudah dapat menghayati
pengalaman-pengalaman hidup yang pernah dialaminya sejak kecil hingga dewasa,
kemudian ia menemukan arti dan nilai-nilai tertentu yang bermanfaat terhadap
pembentukan sikap dan perilaku yang baik baginya.
Sebenarnya mendidik akhlak anak yang sudah dewasa, tidak sulit asalkan jiwanya
sudah terisi nilai-nilai keagamaan dan kesusilaan. Hanya yang sulit jika ia tidak pernah
tersentuh oleh akhlak sejak ia masih kecil sampai terjerumus ke dalam lembah kerusakan
moral.

Cara-cara yang harus dilakukan dalam pendidikan akhlak anak tersebut, antara lain:
a) Pendidik harus memberi keterangan kepadanya tentang tujuan akhlak baik dan
kemudhoratan akhlak buruk
b) Harus selalu mengontrol segala tingkah lakunya dan menasehatinya bila ternyata ia
melakukan penyelewengan agama atau norma-norma sosial.
c) Pendidik harus mendesak untuk menerapkan pendidikan akhlak (etika) yang pernah
di dapatkannya di sekolah maupun di tempat lain.

170
Perkembangan sikap keagamaan pada manusia dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu
faktor hereditas, faktor pembawaan, dan faktor lingkungan (Zakiah 1996, hlm. 35-37)
Pertama, faktor hereditas yang berkaitan erat dengan kedua orang tua (ibu-bapak). Karena
sifat-sifat atau ciri-ciri yang terdapat pada anak dikatakan keturunan jika hal tersebut
diwariskan atau diterima dengan sel benih dari generasi lain (Purwanto, 1997, hlm. 64).
Adapun yang diwariskan orang tua kepada anak berbentuk sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu
pada bentuk fisik, bentuk wajah, gerakan-gerakan tertentu dari bagian tubuh dan juga
sebagian kecil sifat emosi. Keemua diterima anak dari sel benih kedua orang tuanya.
Selanjutnya faktor pembawaan adalah seluruh potensi yang terdapat pada individu
dan pada masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (Mudjakir dan Sutrisno
1997, hlm. 92). Potensi tersebut misalnya, kemampuan berjalan, berbicara, dan lain-lain
yang nanti potensi ini memang benar-benar terbukti meskipun tetap tergantung pada
pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Potensi-potensi di atas merupakan
pembawaan bagi setiap anak yang dilahirkan.
Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa bagi pendidikan Islam prinsip utama dalam
pengembangan sumber daya manusia, pertama peserta didik harus dihadapi secara totalitas
unsur-unsurnya. Al-Quran tidak memisahkan unsur jasmani dan rohani, tetapi pembinaan
jiwa dan pembinaan akal sekaligus tanpa mengabaikan unsur jasmaninya. Karena itu,
seringkali ditemukan uraian-uraian yang disajikan dengan argumentasi logis, disertai
sentuhan-sentuhan kepada kalbu. Kedua memahami nilai-nilai masyarakat sekitar. Kualitas
kreativitas seseorang dalam masyarakat tidak saja tergantung pada hasil pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan tetapi juga oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakatnya
(peradaban, Hasan Langgulung red). Jika nilai-nilai tersebut mendukung pengembangan

171
sumber daya manusia, maka kualitasnya akan sangat baik demikian juga sebaliknya
(Rohmalina, 2002, hlm.115).
Diharapkan dengan melaksanakan prinsip atau konsep ini, bukan hanya kesucian
jiwa yang diperoleh tetapi juga pengetahuan yang merangsang daya cipta, karena daya ini
dapat lahir dari penyajian materi secara rasional serta rangsangan pertanyaan melalui
diskusi. Dengan demikian peningkatan sumber daya manusia berarti peningkatan
pendidikan dan pengetahuan.
Ketiga, tahap pembentukan kepribadian muslim, dengan menanamkan nilai-nilai
Islam dalam keluarga dilakukan dengan cara melaksanakan pendidikan akhlak di
lingkungan rumah tangga. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Memberikan bimbingan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, memelihara anak
dengan kasih saying, memberi tuntunan akhlak kepada keluarga, membiasakan untuk
menghargai peraturan-peraturan dalam rumah tangga, membiasakan untuk memenuhi dan
kewajiban antara sesama kerabat (Rohmalina, 2002, hlm.115)
Jadi yang harus ditanamkan di dalam lingkungan keluarga selaku unsur terkecil dari
masyarakat adalah dasar-dasar aqidah yang benar dan akhlak mulia. Menanamkan dasardasar nilai tersebut dimulai sejak, sehingga ketika dewasa anak menjadi terbiasa.
Baik sebagai individu maupun sebagi ummah, kaum muslimin diharuskan untuk
senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT. Hubungan yang baik menjadi
kunci utama bagi pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah. Nilai-nilai Islam yang
diterapkan dalam hubungan itu mencakup:
a)
b)
a.

Senantiasa beriman kepada Allah


Bertaqwa kepada-Nya
Menyatakan syukur atas segala nikmat Allah dan tak berputus asa dalam
mengharap rahmat-Nya
b.
Berdoa kepada Allah, menyucikan diri, mengagungkan-Nya serta senantiasa
mengingat-Nya.

172
c.

Menggantungkan niat atas segala perbuatan kepada-Nya.


Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, mupun

ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ke tujuan yang sama. Tujuan
utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik sebagai individu maupun sebagai ummah
untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Pembentukan kepribadian pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap
kearah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi
secara spontan. Semuanya berjalan dalam proses yang panjang dan berkesimanbungan.
Cerminan dari ciri-ciri kepribadian muslim seperti yang dikemukankan tersebut, pada garis
besarnya merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam komponen pembentukan akhlak
yang mulia dari sumber ajaran al-Quran. Berakhlak mulia, memuat pengertian mampu
menjalani hubungan yang baik antara hamba dengan Allah (hablumminallah), dan
hubungan baik antara sesama manusia (hablumminannas), maupun denga makhluk Tuhan
(hablimminal `alam). Hubungan baik inilah merupakan dasar utama bagi pembentukan
kepribadian muslim secara individu. Dalam Islam juga mengajarkan faktor genetika
(keturunan) ikut berfungsi dalam pembentukan kepribadian muslim. Menurut Jalaluddin
dan Usman Said bahwa akhlak terhadap Allah meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Mengabdi kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya


Tunduk dan patuh hanya kepada Allah Swt
Berserah diri kepada ketentuan Allah Swt
Bersyukur hanya kepada Allah Swt
Ikhlas menerima keputusan Allah Swt
Penuh harap kepada Allah Swt
Takut kehilangan rasa patuh kepada Allah Swt
Takut akan siksa Allah Swt
Takut akan kehilangan rahmat Allah Swt
Mohon pertolongan kepada Allah Swt
Cinta dan penuh harap kepada Allah Swt (Jalaluddin dan Usman 1996, hlm. 61-61).

173
Selanjutnya Jalaluddin dan Usman Said, menambahkan bahwa akhlak kepada
sesama manusia, secara garis besarnya meliputi sikap yang baik seperti: Menghormati dan
menghargai perasaan kemanusiaan, Memenuhi janji dan pandai berterima kasih, Saling
menghargai, dan menghargai status manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia
(Jalaluddin dan Usman 1996, hlm. 82). Begitu juga akhlak terhadap lingkungan sekitar kita
(alam). Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menunjukkan sikap yang serasi
terhadap lingkungan sekitar. Sikap tersebut meliputi: (1) Memperlakukan binatang dengan
baik dan (2) Menjaga dan memelihara kelestarian alam (Jalaluddin dan Usman 1996,
hlm.84-85).
Jadi

pada

dasarnya

pembentukan

kepribadian

muslim

merupakan

suatu

pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlakul karimah. Untuk
itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir hingga akhir hayat.
Pembentukan kepribadian melalui pendidikan tanpa henti (long life education), sebagai
suatu rangkaian upaya menuntut ilmu dan nilai-nilai keislaman, sejak dari buayan hingga
ke liang lahat. Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian
yang utuh, menyeluruh, terarah, dan berimbang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dengan mudah diidentifikasi
prinsip yang ada yakni ikhlas, takwa dan sedekah. Dan senantiasa
menjalankan sunah Nabi Muhammad dalam rangka membentuk
kepribadian muslim yang diharapkan.

Bab 5
PE N UTU P

174
Kesimpulan
Dari

rangkaian

diskusi

dan

beberapa

uraian

di

atas,

maka

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Dalam konteks pendidikan akhlak Said Nursi adalah salah satu tokoh dalam bidang
akhlak yang konsisten terhadap pembinaan generasi muda. Pendidikan di
keluarga dan masyarakat yang mendorong Said Nursi untuk
aktif mendidik masyarakat dan menyebarkan dakwah Islam.
Media yang digunakan adalah Risale-i Nur yang merupakan
karya monumental Said Nursi. Risale-i Nur telah memberikan
sumbangsih positif bagi dunia Islam dalam membangun nilai-nilai
akhlak.
2. Pendidikan akhlak Said Nursi didasari atas pemahamannya
terhadap al-Quran dan ilham dari Allah Swt. Tugas pokok
dari pendidikan akhlak adalah memperkokoh prinsip-prinsip
yang

dimiliki

oleh

manusia

untuk

mencapai

tingkatan

manusia seperti Nabi yang harmonis dan seimbang secara


positif yang melahirkan sikap hidup mulia dengan akhlak
karimah.

Hal

pemahamannya

yang

paling

adalah

prinsip

dalam

interpretasinya

memperkuat

tentang

manusia,

alam semesta dan Allah.


3. Untuk mencapai manusia seperti Nabi yang seimbang atau
harmonis Said Nursi dengan interpretasi terhadap manusia,
alam semesta dan Allah melahirkan prinsip-prinsip dalam
pendidikan

akhlak

menurut

pandangan

Said

Nursi

yaitu

175
menguatkan

keimanan,

berpegang

teguh

pada

al-Qur'an,

pentingnya memahami hakekat penciptaan manusia, pentingnya


memahami alam semesta, pentingnya memahami asma' al-Husna,
pentingnya mengetahui tanda-tanda hari kiamat, pentingnya
meyakini hari kiamat, meneladani nabi Muhammad Saw, dan
menanamkan ikhlas, takwa dan sedekah.
4. Prinsip menguatkan iman sangat relevansi bagi sikap akidah
generasi muda. Said Nursi meyakini bahwa iman pokok
dalam menjalani kehidupan. Iman yang dimaksud adalah
iman yang tercukup dalam rukun iman. Dasar keimanan
adalah kalimat kalimat La Ilaha Illah yang merupakan mengakui
secara

totalitas

kekuasaan

Allah.

Akidah

generasi

muda

cenderung tidak didasari keyakinan yang kokoh, karena itu


Said Nursi menekankan agar menguatkan iman.
5. Prinsip berpegang teguh pada al-Qur'an dan prinsip memahami
hakekat penciptaan manusia, terkait dengan generasi muda
cenderung senang pada gagasan-gagasan segar yang memainkan
akal. Padangan berdasarkan akal inilah yang lebih diminati,
sehigga

melahirkan

pandangan

sekulerisme,

materialisme,

komunisme dan ateisme yang merusak pemikiran generasi muda.


Said Nursi meyakinkan generasi muda agar sepegang teguh pada
al-Qur'an dan memahami hakekat penciptaan manusia sebagai
pedoman sekaligus pandangan hidup.

176
6. Mengenai tujuan hidup generasi muda pada masa mudah
cenderung hedonis dan duniawi, suatu tujuan hidup terombangambing tidak jelas arahnya. Untuk itu, mencapai tujuan hidup
Said Nursi agar generasi muda berprinsip menguatkan iman,
berpegang teguh pada al-Qur'an, memahami penciptaan manusia,
memahami

alam

semesta,

memahami

asma'

al-husnah,

mengetahui tanda-tanda hari kiamat dan meyakini hari kiamat.


Prinsip-prinsip ini sangat menopong terbentuknya manusia yang
bertujuan hidup yang jelas.
7. Prinsip meneladani Nabi Muhammad dan menanamkan ikhlas,
takwa dan sedekah sangat relevan dengan ibadah generasi muda.
Said

Nursi

menekankan

ikhlas

karena

keikhlasan

akan

membimbing manusia menjadi suci dan mulia, dengan ketakwaan


menjadi manusia yang berakal dan tenang, sedangkan dengan
sedekah menjadi manusia yang dermawan dan berjiwa sosial.
Generasi muda harus senantiasa meneladani dan menanamkan
nilai-nilai ikhlas, takwa dan sedekah secara integratif.
8. Dalam konteks situasi kejiwaan generasi muda diharapkan selalu
mampu melakukan perubahan jiwa dengan prinsip keimanan dan
keyakinan

terhadap

hari

kiamat

dengan

keyakinan

dan

pengamalan hidup yang mendalam.


9. Dalam tahapan perkembangan dan lingkungan yang di dalamnya
terdapat

generasi

muda,

maka

generasi

muda

berprinsip

menguatkan keimanan, teguh pada al-Qur'an, memahami hakekat

177
penciptaan

manusia,

pentingnya

memahami

alam

semesta,

pentingnya memahami asma' al-Husna, pentingnya mengetahui


tanda-tanda hari kiamat, pentingnya meyakini hari kiamat,
meneladani nabi Muhammad Saw, dan menanamkan ikhlas, takwa
dan

sedekah.

Said

Nursi

sangat

yakin

melalui

tahapan

pembentukan akhlak yang akrab dengan lingkungan, maka


kehidupan generasi muda akan menjadi lebih baik lagi.
10. Selanjutnya dapat ditegaskan disini bahwa prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said
Nursi sangat bermanfaat sekali bagi generasi muda yang didasarkan kepada apa
yang diajarkan oleh Nabi Muhamamd Saw, baik secara teoritis berdasarkan alQuran maupun secara praktis melalui perilaku kehidupannya sehari-hari.

Saran-saran
Perlu diketahui bahwa sekarang di Indonesia nama Bediuzzaman Said Nursi sudah mulai
populer menyemarakkan sederetan tokoh pemikir Islam kontemporer lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa bagi kaum akademisi sudah tentu menjadi sebuah khazanah keislaman
yang perlu direspons secara positif melalui kegiatan-kegiatan ilmiah, salah satunya
yakni meneliti aspek-aspek ulama besar Turki ini, berikut pula karya tafsir Risale-i
Nur. Untuk itu, ada beberapa hal dari hasil penelitian ini yang patut untuk dijadikan saransaran sebagai berikut :
Pertama, penyajian bahasa dalam Risale-i Nur yang banyak
mengandung analogi yang kadangkala sulit untuk diakses langsung
oleh masyarakat awam. Karenanya, perlu disederhanakan melalui dua
cara, yaitu ringkasan-ringkasan tematik (bentuk tulisan) dalam bahasa

178
yang lugas dan singkat serta suguhan contoh yang rill sesuai
dengan kodisi masyarakat dan metode diskusi (seperti pola dershane),
namun hendaknya menyentuh kebutuhan masyarakat kelas bawah seperti di desa-desa - bukan hanya kelas menengah ke atas saja
(melalui kajian-kajian atau majelis ta'lim). Melihat kajian-kajian
Risale-i Nur selama ini berkutat seputar penguatan akidah (bukan
fiqh dan khilafiyah), maka perbaikan cara mensosialisasikannya
sangat

relevan,

mencerdaskan

dan

menambah

wawasan

masyarakat.
Kedua,

mengadakan

kegiatan-kegiatan

perguruan tinggi, dan di sekolah-sekolah,


pendidikan

Islam

informal

lainnya

ilmiah
serta

agar

dapat

di
di

kampus,
lembaga.

memperoleh

pemahaman utuh dari Risale-i Nur tersebut melalui kajian-kajian rutin.


Ketiga, mengembangkan pola pendidikan dershane bagi
peserta didik dan masyarakat umum secara terpadu, sehingga
terwujud

suatu

kondisi

di

mana

tradisi

"pengajaran"

dan

"pendidikan" yang integral bisa diterapkan secara nyata.

Implikasi Penelitian
Pada taraf yang lebih operasional, kesimpulan di atas membawa beberapa implikasi ke
luar dari pokok pembahasan penelitian. Dari pembahasan tentang prinsip-prinsip
pendidikan akhlak generasi muda menurut Said Nursi di atas penulis menemukan
beberapa implikasi positif dan implikasi negatif terutama untuk menjawab relevensi
dengan kebutuhan bagi generasi muda.

179
1. Pendidikan akhlak yang berfungsi untuk memperkokoh daya-

daya

positif

mengharuskan

yang

natural

di

dalam

ada

sistem

pendidikan

diri

manusia

akhlak

yang

didasarkan pada perkembangan jiwa manusia secara integral.


2. Secara implisit diketemukan semangat penanaman prinsip-prinsip pendidikan

akhlak yang berkiblat kepada satu arah yakni Risale-i Nur dan al-Qur'an.
3. Dari

aspek

pendidikan

akhlak

Said

Nursi

menginginkan

realisasi prinsip-prinsip pendidikan akhlak secara unversal


dalam diri manusia. Semua ini bertujuan berangkat dari
pemahaman

pandangan dasar hidupnya tentang ketuhanan

dengan mengokohkan akidah dan menggairahkan ibadah.


4. Ternyata usaha mentransformasikan nilai-nilai dan membina

kepribadian

umat

Islam

ditinjau

dari

sudut

pendidikan

walaupun relatif sukses, namun memerlukan tindak lanjut atau


kontribusi dari berbagai kalangan, khususnya para pencinta
ilmu. Oleh karena itu, karya yang Said Nursi wariskan ini
hendaknya

dikembangkan

dalam

bentuk

riset

lanjutan

dengan membahas tema-tema lain yang banyak dikandung dalam


Risale-i Nur.
5. Secara rasional mempelajari Risale-i Nur juga berarti mempersiapkan

generasi muda untuk menangkal dalil-dalil yang bertentangan dengan


ajaran Islam. Namun dalam hal modernisasi menghadapi perkembangan dan
kemajuan

teknologi

hanyalah

sebatas

penjelasan-penjelasan

dan

argumentatif, namun tiada tawaran secara kongkrit dan solusi yang jelas dan

180
tepat dalam menghadapi dan menangkal tantangan peradaban Barat yang menurut
beliau sudah sesat karena menuruti hanya hawa nafsu belaka dan menurut
beliau peradaban Islam yang ditegakkan atas ajaran al-Qur'an dan al-Hadits
lebih baik dari peradaban Barat.
6. Dalam proses pengajaran Said Nursi dengan menggunakan

metode dershane atau semacam halaqah dengan mempelajari


ilmu-ilmu agama ataupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
pengetahuan umum, disini kita dapat melihat kekurangan dari
metode pengajaran Said Nursi yang mana tidak adanya adanya
kejelasan dari disiplin ilmu yang diajarkan sesuai dengan
disiplin keilmuwan yang secara khusus diajarkan tersendiri
dan tidak tersusunnya materi pelajaran yang diajarkan kepada
siswanya.
7. Dalam proses pembelajaran aspek yang dikedepankan adalah

bagaimana audiensnya dapat lebih menambah wawasan dan


pemahaman terhadap ajaran agama Islam dan

menambah

ketaatan beragama dengan tidak mengabaikan disiplin ilmu


lain, seperti ilmu pengetahuan umum, namun disini terjadi
suatu ketidakjelasan arah pendidikan yang ditawarkan oleh
Sadi Nursi siswanya akan diarahkan kemana ?. Kemudian,
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh Said Nursi
kalau kita cermati lebih mengutamakan untuk perbaikan diri
dan hubungannya dengan iman dan kesalehan diri, namun tidak

181
melupakan

modernisasi

walaupun

itu

hanya

sebatas

pengetahuan yang tidak mendalam.


Sehubungan dengan implikasi di atas, dapat dikatakan bahwa implikasi dari prinsip-prinsip
pendidikan akhlak Said Nursi tidak hanya memberikan kemungkinan kepada para ilmuwan,
guru,

pendidik

untuk

dapat

menguasai

materi

belaka,

tetapi

memiliki

kemampuan "meneladankan" nilai-nilai positif kepada peserta didik. Disamping itu, baik
ilmuwan, guru atau pendidik memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam
mengembangkan dan mengamalkan ilmu untuk tujuan yang benar dan dengan jalan yang
benar pula.

Rekomendasi
Beberapa implikasi sebagaimana di atas mengisyaratkan adanya upaya upaya
penelitian lebih lanjut. Adapun berdasarkan persoalan akhlak yang penulis
kemukakan, masalah-masalah secara spesifik yang selanjutnya perlu kiranya untuk dikaji
lebih lanjut antara lain :
1. Konsep metafisika Said Nursi sebagai landasan mencapai tujuan hakiki dan
proses pendidikan dan kehidupan.
2. Prinsip-prinsip filosofis dalam pendidikan Islam dan Akhlak dalam
kandungan Risale-i Nur .
3. Konsep pendidikan dershane Said Nursi dalam meningkatkan
akhlak.
4. Strategi pengembangan jiwa, ruh dan emosi menuju akhlak mulia
dalam pandangan Said Nursi.

182
5. Peranan para orang tua, murid, dan masyarakat dalam interaksi paedagogis
Said Nursi dalam proses pembentukan akhlak mulia
6. Analisis politik kebijakan pendidikan pemerintah Turki terhadap gagasan
Risale-i Nur dalam upaya pembentukan masyarakat madani.
7. Rancangan kurikulum pendidikan Islam dalam proposal Medreset at-Zehra.
8. Dasar-dasar epistemologi penerapan akhlak menurut Said Nursi.
9. Etika belajar-mengajar dalam proses pendidikan Islam dalam
pandangan Said Nursi.
10. Guru yang profesional dalam pandangan Said Nursi.
11. Kriteria murid yang ideal dalam pandangan Said Nursi.

REFERENSI
Abdurrahmansyah

2002.

Sintesis

Kreatif

(Pembahanian

Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Raji' al Faruqi). Global Pustaka,


Yogyakarta.
Abu-Rabi, Ibrahim M (Ed) 2003. Islam at the Crossroads On the
Life and Thought of Bediuzzaman Said Nursi, Sunny Press, USA
A]-Attas, Syed Muhammad Naquib 1995. Islam dan Filsafat Sains (diterjemahkan
oleh Saiful Muzani, Mizan, Bandung.
Al-hamid, Muhsin 1999. Bediuzzaman Said Nursi : The Kalam Scholar of the
Modem Age, dalam Third International Symposium on Bediuzzaman Said
Nursi 24-28 th September 1995, Istanbul. Sozler Publication, Turki.
Al-Balali, Abdul Hamid 2003. Madrasah Pendidikan Jiwa. Penerjemah : Atik Fikri

183
Ilyas, Gema Insani, Jakarta.
Al-Brayary 1988. Pengenalan Sejaruh AI-Ouran. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Al-Ghazali, Abu Hamid 2003. Tahfut al-Falasifah (diterjemahkan oleh Ahmad
Maimun). Islamika, Yogyakarta.
Ali, Urkhan Muhammad 1995. Said Nursi al qadr .fi hayat ummah,
Sharikat al-Nast li al Tibaah,Istanbul Turki.
________1995. Said al-Nursi Raj 'al al-qadr fi hayat ummah. Sharikat al-Nast li alTibaah, Istanbul Turki.
Al-Khathib, Ibn (Ed) 1398 H. Tahzib al-Akhlak wa Thahhir al-Araq.
Ibn Miskawaih (Penulis), Dar Maktabat al-Hayat, Beirut.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thourny 1979. Falsafah Pendidikan Islam.
Bulan Bintang, Jakarta.
Aly, Siti Taurat, Sundari, Risminawati 1990. Pengatar Etika Islam. Ramadhani,
Solo.
Aly, Hery Noer 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Logos Wacana I1mu, Jakarta.
Amin, Khalil Ibn Ibrahim 2005. Keajaiban Penciptaan Makhluk
Sebuah Telaah Ibnul Qayyim. Qisthi Press, Jakarta.
Amir, Djafar 1980, Ilmu Mantiq, Ramadhani, Solo.
Arifin, Muzayin 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum). Bumi Aksara,
Jakarta.
________, 2000. Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
___________, 1996. 1lmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
Azra, Azyumardi 2000. Pendidikan Islam (Tradisi dan Modernisasi

184
Menuju Milinium Baru). Logos, Jakarta.
Aziz, Muhammad bin Abdul 2001. Sabar (diterjemahkan oleh Aman Abdurrahman).
Al Khudhairi, Jakarta.

Bahreisj,

Hussein

1980.

Himpunan

Pengetahuan

Islam

(450

Masalah Agama Islam), Al Ikhlas, Surabaya.


Bakhtiar, Laleh 2001. Perjalanan Menuju Tuhan dari Maqam-maqam Hingga Karya Besar
Dania Sufi. Nuansa, Bandung.
Balitbang Depdiknas 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Bahan Sosialisasi). Depdiknas, Jakarta.

Daradjat, Zakiah 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.


________1996. Metodologi Pengqjaran Agama Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
Daud, Wan Mohd Wan 1999. Filsafah dan Praktik Pendidikan Islam
Syed M. Naquib Al-Atlas. Mizan, Bandung.
Departemen Agama RI dan Mesir 1997. AI-Quran dan Tejemahnya. Mushraf
Asyarifah, Madinah Al Munawwarah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesi.


Balai Pustaka, Jakarta.
Djajadisastra, Jusuf, dkk. 1986. Psikologi Perkembangan dan
Psikologi Pendidikan.

Proyek Pusat Pengembangan Penataran Guru

Tertulis, Bandung.

Djamarah, Syalful Bahri dan Zain, Aswan 1996. Stategi Belajar


Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta

185
Fromm, Erich 1995. Physco-analysis and Religion. Yale University Press, New Haven.
Ertugrul, Halit 1994. kgilimade Bednizz-aman Alfodeli. Yeni Asya
Yayinlari, Istanbul.
Gozutok, Sakir 2002. The Risale-i Nur In The Context of. Educational Principles and
Methods (The Paper Presented in The Fifth International Symposium On
Badiuzzatnan SaidNursi). Sozler Publication, Istanbul.
Ghulsyani, Mahdi 2001. Sains Menurut Al-Quran (diterjemahkan oleh Agus
Efendi), Mizan, Jakarta.
Gulen, M. Fethullah 2002. Memadukan Akal dan Kalbu dalam Beriman.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Gymnasitiar, Abdullah 2000. Marifatullah (Ilmu Mengenal Allah). Evy Saifullah
(Ed). MQS Press, Bandung.
Hadi, P. Hardono 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Kanisius, Yogyakarta.
Hasan, M. Ali 2000. Studi Islam: Al-Quran dan As-Sunnah. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hitty, Philip K. 1974. History of the Arabs, The Macmillan Press, London.
Jundi, Anwar

1992.

Islam Setelah

Komunis

(diterjemahkan

oleh

Ibnu

Muhammad dan Fakhruddin Nursyam), Gema Insam Press, Jakarta.


Jamaludin, Amin Muhammad 2003. Huru-hara Akhir Zaman : Penjelasan Terakhir
Untuk Umat Islam (diterjemahkan oleh Abu Adam Aqwam). Kartasura, Solo.
Langgulung, Hasan 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Pustaka Al-Husna, Jakarta.
________, Pendidikan Islam dalam Masyarakat Demokrasi. Conciencia
(Jurnal Pendidikan Islam)," Nomor 1 volume III, Juni 2003.
Maarif, Ahmad Syafii 2000. Krisis dalam Pendidikan Islam, Al-Mawardi Prima, Jakarta.
Mardin, Serif, 1989. Religion and Social Change in Modern Turkey : The
Case of Bedfuzzanian Said Nursi, Albany, USA.
Margono 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Marimba, Ahmad D 1976. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
Markban, Ian dan Ibrahim Ozdemir 2005. Globalization Ethics and Islam (The Case od
Bediuzzaman Said Nursi). Ashgate Publishing Company, Burlington USA.
Mastuhu 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta.

186
_________2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam
Abad 21 (The New Mind Set of National Education in the 21 Century), MSI UII dan
Safiria Press, Yogyakarta.
Maududi, Abu Ala, Anwar Jundi, 1989. Menembus Cakrawala Islam.
(diterjemahkan oleh Sudu Suud, Ramadhani, Solo.
Miskawaih, Ibn 1398. Tahzib al-Akhlaq. Hasan Tamirn (Ed), Bairut, Mansyurat
Dar Maktabat al-Hayat.
Murodi dkk. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam. CV Toha Putra, Semarang
Muchtar, Aflatun dkk. 2001. Wawasan Al-Quran tentang Keseimbangan dan
Pelestarian Alam) dalam Islam Humanis, M. Tuwah dkk (Ed), Moyo Segoro Agung,
Jakarta.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi, PT Remaja Rosda Karya, Jakarta.
Myers, Eugene A. 2003. Zaman Keemasan Islam (Para Imuwan Muslim
Pengaruhnya terhadap Dunia Barat). Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta.
Nashori, Fuad (Ed) 1996. Membangun Paradigma Psikologi Islami .
SIPRESS, Yogyakarta.
Nasution, S 1983. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar ,
Bina Aksara, Jakarta.

Nasution, Harun, 1990. Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan


Gerakan. Bulan Bintang, Jakarta.
_________2002. Teologi Islam : Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.

________ 1983. Akal dan Wah.vu dalam Islam. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Nata, Abuddin 1997. Filsalat Pendidikan Islam I. Logos Wacana Ilmu, Ciputat, Jakarta.
________ 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Seri Kajian Filsafat
Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

187
Nursi, Bediuzzaman Said, 1998. Sirah Zatiyyah (diterjemahkan oleh Ihsan
Kasim Salih). Matbaat Suzlar, Istanbul, Turki.
________ 1999a. Isyarat al-Ijaz, (diterjemahkan oleh Ihsan Kasim Salih) , Sozler
Nesriyat A.S, Istanbul.
________ 1999b. Matsnawi al-Arabi an-Nuriy, (diterjemahkan oleh Ihsan Kasim
Salih). Sozler Nesriyat A.S, Istanbul.
_________ 1999c. Shiqak al-Islam, (diterjemahkan oleh Ihsan Kasim Salih).
Sozler Nesriyat A.S,
Istanbul.
________ 1999c. Pembahasan 'Ana' (Aku) dan Zarah, (diterjemahkan
oleh Anwar Fakhri Omar, Kuala Terengganu, Percetakan Yavasan
Islam Trengganu Sdn Bhd, Malaysia
________ 1999d. Bediuzzaman Said Nursi (Tarihce-i Hayat). Sozler Yayinevi, Istanbul.
________ 2000a. The Words (On The Nature and Purpose of Man Life, and All Things)
(diterjemahkan oleh Sukran Vahide). Sozler Nesriyat A.S, Istanbul.
________ 2000b. The Letters 1928-1932 (diterjemahkan oleh Sukran Vahide). Sozler
Nesriyat A. S, Istanbul.
__________2000c. The Flashes Collection, (diterjemahkan oleh Sukran Vahide). Sozler
Nesriyat A.S, Istanbul.
__________2000d. The Rays Collection. (diterjemahkan oleh Sukran Vahide).
Sozler Nesriyat A.S, Istanbul.
2000e. Bediuzzaman Said Nursi, Penerjemah : Sukran Vahide, Sozler Nesriyat
A.S, Istanbul.
________ 2000f. Thirty-Three Windows; Making Known The Creator. (diterjemahkan oleh
Sukran Vahide). Sozler Publication, Istanbul.
________ 2000g. Persoalan Tauhid dan Tasbih (diterjemahkan oleh Maheram binti

188
Ahmad). Sozler Publication, Istanbul.
________ 2002a. Man and Universe, (diterjemahkan oleh Sukran Vahide). Sozler
Nesriyat A.S, Istanbul.
________ 2002b. The Shore H l ordv, (diterjemahkan oleh Sukran Vahide).
Sozler Nesriyat A.S, Istanbul.
_________ 2003a. Risalah An-Nur : Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20
(Menikmati Takdir Langit : Lama'ar). Murai Kencana, Jakarta.
_________ 2003b. Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20
(Menjawab yang Tak Terjawab, Menjelaskan yang Tak Terjelaskan. Murai Kencana,
Jakarta
_______________, 2003c. Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar
yang Mengungkap Sang Cahaya; Epitomes Of Light). Murai Kencana, Jakarta.
_____________, 2003d. Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh

Sugeng

Hariyanto), Prenada Media, Jakarta.


___________ , 2003d. Dimensi Abadi kehidupan (diterjemahkan oleh

Sugeng

Hariyanto). PrenadaMedia, Jakarta.


__________, 2003e Dari Balik Lembaran Suci (diterjemahkan oleh

Sugeng

Hariyanto), Prenada Media, Jakarta.


__________, 2003g. Episode Metafisis Kehidupan Rasulullah (diterjemahkan oleh
Sugeng Hariyanto). Prenada Media, Jakarta.
2003h. Dari Cermin Kekuasaan Allah (diterjemahkan oleh Sugeng
Hariyanto), Prenada Media, Jakarta.
2003i. Al-Ahad Menikmati Ekstase Spiritual Cinta Ilahi (diterjemahkan oleh
Sugeng Hariyanto), Prenada Media, Jakarta.
, 2003j. Miraj Menembus Konstelasi Langit, (diterjemahkan oleh Sugeng
Hariyanto), Prenada Media, Jakarta.

189
2003k.

Makna

Hidup

Sesudah

Mati:

Kebangkilan

dan

Penghisaban

(diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto dan Fathor Rasyid), Murai Kencana, Jakarta
I
2004a.
Mengokohkan
Akidah
Menggairahkan
(diterjemahkan oleh Muhammad Misbah). Robbani Press, Jakarta.

Ibadah,

2004b. Iman Kunci Kesempurnaan (diterjemahkan oleh Muhammad Misbah).


Robbani Press, Jakarta,
Ottal, William R. 1978. the Psychobiclo~U of Mind. New Jersey, Lawrence
Erlbaum Associates.
Rahman, Taha Abdel 2003, The Separation of Human Philosophy . from the
Wisdom of the Qura'an in Said Nursi Work's dalam buku Islam at the Crossroad on the
Life and thought of Bediuzzaman Said Nursi (Ibrahim Abu Rabi, Editor), Penerbit
Suny Press, Amerika Serikat.
Ramadhan, Syamsuddin 2003. Islam Musuh Bagi Sosialisme dan Kapitalisme ,
Wahyu Press, Jakarta.
Rahman, Fazlur 1984. Islam. Pustaka, Bandung.
_________1985. Islam dan Modernitas: Tentang Trancfbrmasi Intelektual. Pustaka,
Bandung.
Salih, Ihsan Kasim 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20
(Membebaskan Agama dari Dogmatisme dan Sekularisme. Murai Kencana, Jakarta.
_________1999.Badi'al-zaman Said Nursi nazrah 'animah an hayatihi wa atharihi,
Matba'at Al Najah al Jadidah, Al Magrib.
Syafiie, Inu Kencana, 1998. Logika, Elika, dan Estetika Islam. Pertja, Jakarta.
Sahrasad, Herdi, 2000. Islam Sosialisme dan Kapitalisme. Madani Press, Jakarta.
Sandra 2005. Metode dan Pendekatan Pendidikan Islam dalam
Perspektif Bediuzzaman Said Nursi, Tesis pada Pps IAIN Raden Fatah
Palembang.
Sarwat, Saulat, 1980. Said Nursi, Internasional Islamic Publisher, Pakistan.
Suseno, Franz Magnis, 1991. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Kanitsus, Jakarta
Sukanto MM, 1996. Ketimpangan-ketimpangan Psikologi dalam Membangun

190
Paradigms Psikologi Islami (Fuad Nashori, Editor), Penerbit SIPRESS, Yogyakarta.
Surahmad, Winarno 1990, Pengantar Interaksi Mengajar (Belajar Dasar dan Teknik
Melodologi Mengqjar), Tarsito, Bandung.
Suryabrata,
Jakarta.

Sumadi

1997.

Metodologi

Penelitian,

Rajawali

Pers,

Suwito 1995. "Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih". Disertasi


Doktor pada Program Pascasarjana (Pps) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Saulat, Sarwat, 1980. Said Nursi, Internasional Islamic Publisher,
Pakistan.
Sunanto, Musyrifah, 2004. Sejarah Islam Klasik (Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Islam), Penerbit Prenada Media, Jakarta.
ST. Sunardi, 1999. Nietzsche, LkiS, Yogyakarta.
Tafsir, Ahmad 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya
_______Tafsir, Ahmad et.al 1995. Epistemologi Ilmu Pendidikan Islam. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Thalib, M. 1996. Metode Pendidikan Islam. Gema Insani Pers, Jakarta.
Tasmara, Toto 1999. Dajal dan Simbol Setan. Gema Insani, Jakarta.
Tatli, Adem 1992. Badiuzzaman Education Methot (The Paper Presented in The Second
International Symposium on Bediuzzaman Said Nursi: The Reconstuction of
Islamic Thought In The 7Wentieth Century and Bediuzzaman Said Nursi, 27-29
September 2000), Istanbul: Sozler Publication
Tibawi, AL 1979. Islamic Education: Its Traditions and Modernization into the
Arab National Systems, London: WCIB 3PE, Luzac and Company LTD. 45, Great Russell
Street

191
Ulwan, Abdullah Nasih, 1995. Pendidikan Anak dalam Islam I dan
2. (diterjemahkan oleh Jamaluddin Miri), Pusataka Imam, Jakarta.
Vahide, Sukran 1992. Bediuzzaman Said Nursi. Sozler Publication, Istanbul.
___________ 1998. A Comfeniporary Approach to Understanding The Qur'an: The
Example of The Resale-i Nur, International Symposium Bediuzzaman Said Nursi, Sozler
Publication, Istanbul:
Waspodo 2002. "Kurikulum Sebagai Sarana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa", dalam
Makalah yang disajikan dalam Diskusi Panel Kependidikan tanggal 21 Mei 2002
di Palembang.
Yatim, Badri 1995. Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Yavuz, M. Hakan. 2003. Islamic Political Identity in Turkey. Oxford University Press,
USA.
Yildiz Ilhan 2002. The Search in The Traditional Period (1924-1950) for a
Religious Education Model (The paper presented at the fifth ineniationalsymposium
on Bediuzzaman Said Nursi, 24-26 September 2000), Isanbul: Sozler Publication
Yusuf, Ali Anwar, 2005. Afeksi Islam (Menjelajahi Nilai-Rasa Transendental Bersama
Al-Qur'an. Kelompok Tafakur Humaniora, Bandung.
Yunus, Mahmud 1995. Tema-Tema Pokok Isi Al-Quran, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Zaidin, Mohammad 2001. Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan
Pemikiran, Malaysia, Selangor Darul Ehsan: Malita Jaya Publisher
Zein, Muhammad 1995. Methodologi Pengajaran qjaran Agama, Yogyakarta: AK
Group dan India Buana.
Zuhairini 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Usaha Nasional, Surabaya.
__________1995. Filsqfat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

192

Isim nl/news letter 16/featwes 2001

193

BIODATA PENULIS
Nama
Tempat Tgl. Lahir
Pekerjaan
Alamat
HP Kontak

AFRIANTONI
Palembang, 03 April 1978
Dosen Luar Biasa IAIN Raden Fatah Palembang
An. Sukarela Lrg. Batu Jajar No. 1326 Rt. 21 Rw. 07 KM
7 Kecamatan Sukarami Palembang
0813-73508957

Riwayat Pendidikan
1.
2.
3.
4.

SD Negeri 612 di Sukarami Palembang tamat tahun 1990


SMP Muhammadiyah 4 Palembang tamat tahun 1993
Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo, Jawa Timur tamat tahun 1997
IAIN Raden Fatah Palembang tamat tahun 2002 dengan judul skripsi "Pemikiran
Imam Zarkasyi Tentang Metodologi Pengajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren
Gontor Ponorogo Jawa Timur"

5. S2 Program Pascasar ana IAIN Raden Fatah Palembang Jurusan 11mu Pendidikan
Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam tahun 2003-sekarang
Pengalaman Prestasi Ilmiah
1. Dalam Bidang Resensi Buku
a. Juara 11 Lomba menulis Sinopsi dan Resensi se-Sumatera selatan, tahun 1999
b. Juara. I Lomba Menulis Resensi Buku se-IAIN Raden Fatah Palembang, tahun 2000
c. Juara VI Lomba Menulis Resensi Buku se-Indonesia yang disponsori oleh Yayasan
Nidaul Fitrah Surabaya, Jawa Timur, tahun 2002

194
d. Juara I Lomba Resensi Buku se-Kota Palembang, tahun 2002
2. Dalam Bidang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)
a. Juara Harapan II LKTI "Refomasi Pendidikan Islam" di Fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Fatah Palembang, tahun 1999
b. Juara If LKTI "Paradigms Pendidikan Islam" di Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang, tahun 2000
c. Juara If "Master Plan Kampus Islami" IAIN Raden Fatah Palembang
d. Finalis 10 besar utusan IAIN Raden Fatah Palembang pads Lomba Karya Tulis
Amish tingkat Nasional di Hotel Setia Budi Jakarta, tahun 2002
e. Juara I LKTI "Pesantren Masa Depan" oleh Forppes Se-sumatera Selatan,
tahun 2004
3. Beasiswa
a.
Beasiwa keda tahun 1999
Beasiswa prestasi dari Departemen Agama tahun 2000
c. Beasiswa prestasi atas kemenangan meraih juara 11 Lomba menulis Sinopsi
dan Resensi se-Sumatera selatan, tahun 1999.
d. Beasiswa dari .The Istanbul Foundation for Science and Culture selama 1 (sate
tahun) di Istanbul, Turk] selama tahun 2005 dalam rangka penelitian tesis.
Pengalaman Organisasi

a. Ketua Umum Senat Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (SMJ


PBA) Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang, tahun 1999
b. Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 2001
c. Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 2002
d. Ketua Forum Studi Filsafat Pendidikan Islam (FSFPI) IAIN Raden Fatah
Palembang tahun 2001
e. Ketua Umum Forum Komunikasi Mahasiswa (FKM) Pascasarjana IAIN
Raden Fatah Palembang 2004
f Dan lain sebagainya
Karya Tuns Yang Pernah Terbit

195
a. Buku (Editor/Penulis) :

1.

Perjuangan Rakyat Banyuasin dalam Pemekaran Daerah (Aspek Geogrqf1s,


Sosial-Politik dan 1 , konomi), Penerbit Intens, Banyuasin, 2005 (Editor,
Afriantoni, S.Pd.I)

2.

Paradigms Islam Dinamis dalam Pendidikan Islam, Penerbit Pascasarjana IAIN


Raden Fatah Palembang, 2006 (Salah seorang penulis, Afriantoni)

3.

Dan lain sebagainya

b. Koran, Tabloid dan Majalah (Opini) :

L Menggugat Ideologi Mahasiswa (Sriwijaya Post, 2002)


2. Degradwd Kewibawaan Guru (Sriwijaya Post, 2002)
3. Guru Teladan dan Teladan Guru (Sumatera Ekspres, 2004)
4. Reformulasi Mekanisme Rekrutmen Guru (Sumatera Ekspres, 2004)
5. Revolusi Sistematik Pendidikan Rakyat (Reformulasi Paradignia Pendidikan di
Desa), (Tabloid Desa, 2004)
6. Urgensi BBG dan Korelasinya dengan Jasa Transportasi, (Majalah Lumbung Edisi
2, 2006)
7. Guru Profesional Guru Serlifikat (Majalah Lumbung Edisi 4, 2006)
8. Urgensi Kongres Desa Sumatera Selatan, (Tabloid Desa, 2007)
Dan lain sebagainya
Jurnal 11miah

1. Memahanyi Perkenibangan Pendidikan Islam melalui Pendekatan Genealogihistoris (Jumal Conciencia Pascasaijana. IAIN Raden Fatah Palembang, 2004).
2. Rekayasa Budaya Pendidikan Multikultur (Transformasi Mai Islam di Tengah
Fenomena Multikultur), (Jumal Conciencia Paseasarjana JAIN Raden Fatah
Palembang, December, 2005)

3. Revitalisasi Ekonomi Islam Indonesia (Mengungkap Perdebatan dalani


Kesepakatan Ekonomi Islam dan Demokrasi Ekonomi), (Jurnal Ekonomi Syariah,
Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah Palembang, Desembar 2005)

Motto
Jalani Hid-tip Jangan Dipikirkan Saja, Semoga Suk-ses Selalu, Ibda'Bi-nafs1ka

196

BIODATA PENULIS

Nama
Tempat Lahir
Tanggal Lahir
Pekerjaan
Alamat

: AFRIANTONI
: Palembang
: 03 April 1978
: Dosen Luar Biasa IAIN Raden Fatah Palembang
: Jalan Sukarela Lrg. Cek Mid atau Lrg.u Jajar (Samping Dinas Kebersihan dan
Keindahan Kota Palembang) No. 1326 Rt. 21 Rw. 07 KM 7 Kecamatan Sukarami
Palembang Sumatera Selatan
HP Kontak
: 0813-73508957 Fleksi : 0711- 7766098
Tlpn. Rumah : 0711-814975
Riwayat Pendidikan

1.
2.
3.
4.

Negeri 612 di Sukarami Palembang tamat tahun 1990


SMP Muhammadiyah 4 Palembang tamat tahun 1993
Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo, Jawa Timur tamat tahun 1997
S1 IAIN Raden Fatah Palembang tamat tahun 2002 dengan judul skripsi Pemikiran Imam
Zarkasyi Tentang Metodologi Pengajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo
Jawa Timur
5. S2 Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang Jurusan Ilmu
Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam tamat tahun
2007 dengan judul tesis Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda
Menurut Bediuzzaman Said Nursi
Riwayat Pekerjaan
1. Guru Mts Walisongo Ngabar Ponorogo, tahun 1996
2. Guru SD 47 di 35 Ilir Tangga Buntung Palembang, tahun 1998
3. Asisten Dosen Prgram Khusus Peningkatan Kemampuan Bahasa Arab IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 1999-2001
4. Guru PAI SMU Pembina, Lemabang Palembang, tahun 2002
5. Asisten Dosen Mata Kuliah Bahasa Arab dan Terjamah Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang, tahun 2003
6. Dosen Luar Biasa Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang, tahun 2004
7. Guru Privat Bahasa Indonesia Untuk Sebagian Kaum Muda Turki di Turki, tahun 2005
8. Dosen Luar Biasa Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang, tahun 2005 sampai
sekarang
9. Dosen Luar Biasa Mata Kuliah Filsafat Umum Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 2006
10. Dosen Luar Biasa Akademi Maritim Bina Bahari Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam,
Palembang, tahun 2006 sampai sekarang
11. Dosen Luar Biasa Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Sriwijaya
Inderalaya Sumatera Selatan, tahun 2007
12. Guru SMA plus Militer Taruna Bangsa Palembang, tahun 2007 sampai sekarang

197

Pengalaman Prestasi Ilmiah


1. Dalam Bidang Resensi Buku
e. Juara II Lomba Menulis Sinopsi dan Resensi se-Sumatera selatan, tahun 1999
f. Juara I Lomba Menulis Resensi Buku se-IAIN Raden Fatah Palembang, tahun 2000
g. Juara VI Lomba Menulis Resensi Buku se-Indonesia yang disponsori oleh Yayasan Nidaul
Fitrah Surabaya, Jawa Timur, tahun 2002
h. Juara I Lomba Resensi Buku se-Kota Palembang, tahun 2002
2. Dalam Bidang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)
f. Juara Harapan II LKTI Refomasi Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang, tahun 1999
g. Juara II LKTI "Paradigma Pendidikan Islam" di Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 2000
h. Juara II "Master Plan Kampus Islami" IAIN Raden Fatah Palembang, tahun 2001
i. Finalis 10 besar utusan IAIN Raden Fatah Palembang pads Lomba Karya Tulis Amish
tingkat Nasional di Hotel Setia Budi Jakarta, tahun 2002
j. Juara I LKTI "Pesantren Masa Depan" oleh Forppes Se-sumatera Selatan, tahun 2004
3. Beasiswa
b. Beasiwa kerja tahun 1999
c. Beasiswa prestasi dari Departemen Agama tahun 2000
e. Beasiswa prestasi atas kemenangan meraih juara II Lomba menulis Sinopsi dan
Resensi se-Sumatera selatan, tahun 1999.
f. Beasiswa dari The Istanbul Foundation for Science and Culture selama 1 (sate tahun)
di Istanbul, Turki selama tahun 2005 dalam rangka penelitian tesis.
Pengalaman Organisasi

f. Ketua Umum Senat Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (SMJ PBA)
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang, tahun 1999

g. Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 2001

h. Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) IAIN Raden Fatah Palembang,
tahun 2002
i. Ketua Forum Studi Filsafat Pendidikan Islam (FSFPI) IAIN Raden Fatah
Palembang tahun 2001
j. Penggagas Center for Strategic and Language Motivation (CSLM) IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 2001
k. Bendahara Yayasan Pendidikan Daerah (Yapenda) Sumatera Selatan, tahun 2001
l. Sekretaris Eksekutif Institute for Strategic and Information Studies (Intens) Sumatera
Selatan, tahun 2002-2005.
m. Ketua Umum Forum Komunikasi Mahasiswa (FKM) Program Pascasarjana IAIN
Raden Fatah Palembang 2004
n. Staf Bidang Pendidikan KAHMI Pengurus Wilayah Sumatera Selatan periode 2006-2010
o. Sekretaris Majelis Sinergi Kalam (MASIKA) ICMI Orwil Sumatera Selatan periode 20072010

198
p. Dan lain sebagainya

Pelatihan Yang Pernah Diikuti


1. Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (Pejurdas) LPM Ukhuwah IAIN Raden Fatah
Palembang, 6, 7, 14, 21 Maret dan 4, 10 April tahun 1999
2. Pelatihan Jurnalistik Tingkat Nasional Universitas Pasudan (Unpas) di Lembang, Bandung,
tahun 2000
3. Pelatihan Jurnalistik Islam Nasional (Panjinas) Universitas Indonesia (UI) di Pusat Studi
Jepang, Jakarta, tahun 2001.
4. Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Dasar (PKMTD) Fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Fatah Palembang, tahun 1998.
5. Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Menengah (PKMTM) IAIN Raden Fatah
Palembang, tahun 1999
6. Pelatihan Training For Trainer Internet Jurnalistik se-kota Palembang, tahun 2000.
7. Pelatihan Penelitian Ilmiah (PPI) UKM Studi Ilmiah IAIN Raden Fatah Palembang, tahun
2000
8. Pelatihan Kader Penyuluhan Narkoba oleh Dewan Pemuda Sriwijaya (Demusi)
bekerjasama dengan PT. Tambang Batubara Bukit Asam, pada tanggal 18 Januari 2003
9. Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa diselenggarakan oleh Balai Bahasa
Palembang Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional di IAIN Raden Fatah
Palembang pada tanggal 17-18 Maret 2004
10. Pelatihan Penulisan Fiksi Populer diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Depertemen
Pendidikan Nasional di Palembang pada tanggal 26-31 Juli 2004
11. Dan Lain Sebagainya
Pengalaman Menjadi Pembicara
Tingkat Nasional
1. Persentasi Karya Tulis Ilmiah Kampus Islami (Fungsionalisasi Masjid Sebagai Pusat
Kegiatan Sivitas Akademika), Fasilitator Depertemen Agama RI di Hotel Setia Budi Jakarta,
tahun 2001
2. Persentasi Makalah Otonomisasi Pendidikan fasilitator BEM IAIN Imam Bonjol dan
STAIN Bukit Tinggi Padang dalam Rangka Studi Komperatif BEM IAIN Raden Fatah
Palembang di Padang dan Bukit Tinggi, tahun 2001
3. Presentasi Makalah Konsep Jihad Dalam Persefektif Bediuzzaman Said Nursi fasilitator
STAIN Kerinci, Jambi pada acara Seminar Nasional Jihad dan Perdamaian Menurut
Bediuzzaman Said Nursi, tahun 2006
4. Persentasi Makalah "Kritisisme Nilai Keislaman HMI' pada acara Latihan Kader II HMI
Cabang Palembang, di Universitas PGRI, Palembang, tahun 2007.
Tingkal Lokal
1. Pembicara pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar dan Menengah di Lingkungan IAIN Raden
Fatah Palembang, dari tahun 2000 sekarang
2. Pembicara pelatihan Kepemimpinan Tingkat Dasar dan Menengah di Lingkungan IAIN
Raden Fatah Palembang, tahun 2000-2002
3. Pembicara rutin pada Forum Studi Filsafat Pendidikan Islam (FSFPI) IAIN Raden Fatah
Palembang, 2000-2003

199
4. Pembicara rutin pada Kelompok Studi Komunitas Lima (KSKL) IAIN Raden Fatah
Palembang, 2000-2003
5. Pembicara pada Lingkar Studi Ukhuwah IAIN Raden Fatah Palembang, 2000-2003
6. Instruktur dalam Kegiatan Pelatihan Metodologi Dakwah Mahasiswa IAIN Raden Fatah
Palembang pada tanggal 22-27 Oktober 2001
7. Instruktur pada Kegiatan Pelatihan Teknik Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi)
fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah Palembang pada tanggal 13-14 September 2002
8. Team Instruktur pada Workshop Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) oleh Badan
Penelitian, Pengembangan Pendidikan Islam (BP3I) Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah
Palembang dengan tema : Terbinanya Guru Profesional Sebagai Pelaksana KBK : Upaya
Menjadikan Pendidikan yang Mampu Menjawab Tantangan Global pada tanggal 22-24
Juli 2004
9. Dan Lain Sebagainya
Kegiatan Ilmiah Yang Pernah diikuti
1. Tingkat Internasional
a.
b.

c.

d.

e.
f.

g.

h.

Participant in Seminar The Evolution Deceit at Taman Budaya Building,


Palembang, October 1 st 2002.
Peserta International Conference on Modern Islamic Thought : Exploring the
Thought of Bediuzzaman Said Nursi of Turkey and His Counterparts in Indonesia, held on
January 11-12, 2002 in Academic Center Palembang Indonesia by Postgraduate Program of
The State Institute for Islamic Studies (IAIN) Raden Fatah in cooperation with Nesil
Foundation, Turkey.
Peserta International Symposium Religion, Peace and Globalization : Some
Inspiration from Risale-i Nur, held on July, 2004 in BNI 46 Palembang Indonesia by
Postgraduate Program of The State Institute for Islamic Studies (IAIN) Raden Fatah in
cooperation with Istanbul Foundation for Science and Culrture, Turkey.
Participant in Seminar on Islam and Global Challenges : Radicalism, Democracy
and Human Right, held on August 23rd, 2004 in Palembang Indonesia by Adab Faculty of the
State Institute for Islamic Studies (IAIN) Raden Fatah Palembang in cooperation
International Center for Islam and Pluralism (ICIP) Jakarta.
Peserta International Nurculuk Community Focus Disscusion in Ankara Turkey,
tahun 2005
Peserta International Conference on Social on Social Development : Said Nursi's
View on Revitalizing Ummah a joint cooperation between The Istanbul Foundation for
Science and Culture, Istanbul Turkey and Postgraduate Program of IAIN Raden Intan Bandar
Lampung, Balai Keratun, Bandar Lampung, July, 22, 2006
Peserta the international Conference and Academic Forum On Sociaety
Development on Topic Bediuzzaman Said Nursis View on Modernity by organizer Institute
foe Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) of UIN Suska Riau and Istanbul Foundation for
Science and Culture Turkey, July 24, 2006 Arya Duta Hotel Pekan Baru Indonesia
Peserta dan Panitia International Seminar tentang Arah Pengembangan Perguruan
Tinggi Agama Islam dalam Merespon Peluang dan Tantangan Global" di Academic Center
IAIN Raden Fatah Palembang, tanggal 10-11 Septermber 2007

2. Tingkat Nasional
a.

Seminar Nasional Sehari dengan tema Potret Demokrasi dan Pemilu di Indonesia
Ditinjau dari Berbagai Persepektif yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAI Riyadlotul Mujahiddin Ngabar Ponorogo Jawa Timur pada 24 September 1996

200
b.
c.

d.

e.
f.

g.

h.

Seminar Nasional dan Temu Alumni Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Ponorogo Se-Indonesia oleh Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Walisongo
Yogyakarta (IKAWY) di Yogyakarta pada tanggal 21-23 Januari 1995
Seminar Nasional tentang Tinjauan Terhadap Sistem Peraturan Perundangundangan di Indonesia kerjasama Sekretariat Jenderal dan Kepeniteraan Mahkamah
Konstitusi RI dengan Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Sriwijaya Palembang, 9 September 2006
Seminar Nasional Akselerasi Strategis Daerah Membangun Pada Era Otonomi
Dearah Mneuju Masyarakat Madani oleh Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor
Palembang-Sumatera Selatan, di Ball Room Hotel Swarnadwipa Palembang, 4 September
2006.
Seminar Nasional dengan tema Evaluasi dan Strategi Pelaksanaan Manajemen
Otonomi Daerah di Sumatera Selatan diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Magester
Manajemen Universitas Tridinanti Palembang pada tanggal 22 Februari 2003
Peserta Seminar Nasional Universal Jurisdiction dan Perenapannya di Indonesia
oleh Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya bekerjasama dengan Pusat Kajian HAM dan
Terorisme Fakultas Hukum Unsri dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
Jakarta pada hari Senin, 21 Juni 2004
Peserta Seminar Nasional Memperingati Hari Pers Reformasi Nasional dengan
tema : Partisipasi Publik dengan Pengembangan Media Watch dan Peran dan Fungsi Dewan
Pers Mendukung Program Kerja Gubernur Sumsel dalam Lumbung Pangan dan Lumbung
Energi Nasional, Pembangunan Rel Kereta dari Inderalaya ke Pelabuhan Tanjung Siapi-Api,
Jembatan Musi III, Islamic Center, Pengembangan Tambang Batubara (energi Bahan Bakar
masal\k pengganti BBM) yang diselenggarakan DPW Solidaritas Masyarakat Pers, Reformasi
Indonesia (SOMPRI) dan Jaringan Rawan Informasi, Lembaga Pengawas Pers, Indonesia
Media Watch bekerjasama dengan DPW YPBNI Provinsi Sumatera Selatan, pada tanggal
27 Mei 2006 di Hotel Selatan Indah
Dan Lain Sebagainya

3. Tingkat Lokal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Peserta Seminar Urgensi Kajian Sejarah Hidup Nabi dan Literatur Keislaman
Klasik Bagi Pengembangan Studi Keislaman dan Pengembangan Masyarakat,
diselenggarakan oleh IAIN Raden Fatah Palembang pada tanggal 26 Agustus 1997
Peserta Temu Ilmiah Arkeologi dan Filologi Bagi Dosen dan Mahasiswa Fakultas
Adab IAIN Raden Fatah Palembang pada tanggal 7 Agustus 1999
Peserta Talk Show meyikapi RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi oleh Pusat
Studi Wanita (PSW) IAIN Raden Fatah Palembang, Rabu, 2 Agustus 2006 di Palembang
Peserta Seminar Nokia Certified Training Center di SMIK MDP Palembang, 02
Desember 2006.
Peserta Diskusi Panel dengan tema Sosialisasi Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, di Gedung Akademik Center IAIN Raden Fatah Palembang Rabu, 23 Juli 2003.
Peserta Seminar Pendidikan Cara Mendidik Anak Menjadi Cerdas dan Kreatif,
dalam Rangka Lustrum II STT Musi Palembang tahun 2002, tema : Berubah Untuk Semakin
Berkualitas, 4 Mei 2002
Peserta Lokakarya Regional Konversi IAIN Raden Fatah Palembang Menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN), di Ruang Seminar Hotel Paradis Lt. II Palembang, Kamis,
16 September 2004
Peserta Seminar Pendidikan Menjadi Manusia Pembelajar Belajar dengan
Membunuh Sekolah diselenggarakan oleh STT Musi Palembang bekerjasama dengan
Yayasan Xaverius Pusat dan Palembang School of Life dalam rangka peringatan Hari
Pendidikan Nasional tahun 2002 Sabtu, 11 Mei 2002 di Aula STT Musi Palembang

201
i.

Peserta Seminar Bahasa dan Sastra dalam rangka Bulan Bahasa dan Sastra Tahun
2004 Balai Bahasa Palembang dengan tema Peran Keterempilan Berbahasa dalam Dunia
Kerja, pada hari Senin, 11 Oktober 2004 di Hotel Swarnadwipa Palembang
j.
Peserta Seminar Sehari dengan tema Integritas Penegak Hukum di Indonesia
diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang, pada tanggal
26 Oktober 2002
k.
Diskusi Panel Reorientasi Pemikiran Pendidikan dan Pengajaran Sebagai
Langkah Awal Membangun Sekolah Bermutu yang diselenggarakan oleh Yayasan Fajar
Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan pada
tanggal 21 Mei 2002 di Hotel Paradis Palembang
l.
Seminar Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup dengan tema :Menyikapi
hasil-hasil KTT Pembangunan Berkelanjutan melalui Penguatan Keterpaduan Ekonomi,
Sosial dan Pelindungan Lingkungan di Sumatera Selatan yang diselenggarakan oleh Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaya Bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia pada hari Jumat, 24 Januari 2003 di Hotel Swarna Dwipa Palembang
m.
Dan Lain Sebagainya
4. Kegiatan Bedah Buku
a.
b.
c.
d.
e.

Peserta Bedah Buku yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin berjudul Teologi
Pendidikan oleh Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan Islam (BP3I) Fakultas
Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang tanggal 21 Mei 2001.
Peserta Bedah Buku yang ditulis oleh Drs. Muhammad Sirozi, MA Ph.D berjudul
Agenda Strategis Pendidikan Islam, oleh MAPENDA Departemen Agama Sumseldan
BP3I Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang, 9 Agustus 2004
Peserta Bedah Buku yang ditulis oleh Jufri Suyuthi Pulungan dengan tema
Menyingkap Sistem Politik dan Bentuk Pemerintahan Islam oleh Senat Mahasiswa
Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah Palembang pada tanggal 24 Oktober 1998
Peserta Bedah Buku yang ditulis oleh Kms. Muhammad Ari, S.Pd dengan judul
buku Masyarakat Tionghoa Palembang (Tinjauan Sejarah Sosial 1823-1945) di gedung
Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 25 Novermber 2002
Dan Lain Sebagainya

5. Kegiatan Lokakarya, Workshop dan sejenisnya


a.

b.
c.

d.
e.

Peserta Semi Lokakarya Pengembangan Fakultas Baru di Lingkungan


IAIN Raden Fatah Palembang tema Menuju Perguruan Tinggi Islam yang Unggul dan
Kompetitif di Era Globalisasi oleh Unit Peningkatan Mutu Akademik (UPMA) IAIN
Raden Fatah Palembang, 27-29 Desember 2005
Peserta Urun Rembuk Pakar Prospek dan Peluang Pembukaan Program
Studi Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang, sebagai pakar
pada tanggal 15 September 2006
Peserta Serasehan Forum Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan dengan
Tema Pelestarian Khazanah Budaya untuk Meningkatkan Kesadaran Budaya Daerah
oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang di Hotel Bumi Asih Palembang, 2324 Agustus 2006
Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Se-Sumatera Bagian selatan
dalam Rangka Dies Natalis IX STT Musi Palembang tahun 2001 dengan tema :
Industrialisasi Dalam Era Otonomi Daerah.
Peserta Program Development Workshop for Other UIN/IAIN/STAIN :
Community Development Follow Up Workshop IAIN Raden Fatah Palembang (720.2.3), di
Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang, 16-19 Juli 2007

202
f.

Peserta Nokia Certified Training Center yang diselenggarakan oleh STMIK


MDP Palembang bekerjasama dengan Nokia Certified Training Center dan In Touch pada
tanggal 2 Desember 2006
g.
Peserta Workshop Perbankan Syariah dalam rangka Milad Forsi ke-4 senin,
17 Juni 2002 di gedung BAAK lantai II.
h.
Workshop Rekonstruksi Sains dan Teknologi Islam, Forum Kajian Strategis
(Forkais) Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 24 Maret 2007
i.
Kongres Desa I Sumatera Selatan, Akselerasi Pemberdayaan Masyarakat
Desa Menuju Sumsel Sejahtera, sebagai Sekretaris Stering Committee 25 Mei 2007
j.
Dan lain sebagainya
Karya Tulis Yang Pernah Terbit
1. Buku (Editor/Penulis) :
a. Perjuangan Rakyat Banyuasin dalam Pemekaran Daerah (Aspek Geogrqf1s, SosialPolitik dan Ekonomi), Penerbit Intens, Banyuasin, 2005 (Editor, Afriantoni,
S.Pd.I)
b. Paradigma Islam Dinamis dalam Pendidikan Islam, Penerbit
Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2006 (Salah seorang
penulis, Afriantoni)
c. Fiqh Antikorupsi, Penerbit Ganeda, 2006 (Salah seorang penulis,
Afriantoni)
d. Dan lain sebagainya
2. Koran, Tabloid dan Majalah (Opini) :
1. Menggugat Ideologi Mahasiswa (Sriwijaya Post, 2002)
9. Degradwd Kewibawaan Guru (Sriwijaya Post, 2002)
10. Guru Teladan dan Teladan Guru (Sumatera Ekspres, 2004)
11. Reformulasi Mekanisme Rekrutmen Guru (Sumatera Ekspres, 2004)
12.
Revolusi Sistematik Pendidikan Rakyat (Reformulasi Paradignia Pendidikan di
Desa), (Tabloid Desa, 2004)
13.
Urgensi BBG dan Korelasinya dengan Jasa Transportasi, (Majalah Lumbung Edisi
2, 2006)
14.
Guru Profesional Guru Sertifikat (Majalah Lumbung Edisi 4, 2006)
15.
Urgensi Kongres Desa Sumatera Selatan, (Tabloid Desa, 2007)
16.
Dan lain sebagainya
3. Jurnal Ilmiah
4. Memahami Perkembangan Pendidikan Islam melalui Pendekatan Genealogi-historis
(Jumal Conciencia Pascasaijana. IAIN Raden Fatah Palembang, 2004).
5. Rekayasa Budaya Pendidikan Multikultur (Transformasi Mai Islam di Tengah Fenomena
Multikultur), (Jumal Conciencia Paseasarjana JAIN Raden Fatah Palembang,
December, 2005)
6. Revitalisasi Ekonomi Islam Indonesia (Mengungkap Perdebatan dalani
Kesepakatan Ekonomi Islam dan Demokrasi Ekonomi), (Jurnal Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah IAIN Raden Fatah Palembang, Desembar 2005)
7. Dekonstruksi Penyakit Kronis Pendidikan Islam, Jurnal Mimbar Akademik
Pusat Penelitian, 2007.
Subhanaka Laa ilma lana illa maa alamtana innaka antal alimul hakim
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

203
Motto :
Jalani Hidup Jangan Dipikirkan Saja, Semoga Sukses Selalu, Ibda Binafsika
Palembang, 17 Apri 2007
Penulis,

AFRIANTONI

Anda mungkin juga menyukai