Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TUGAS PERANCANGAN ALAT

KONDENSOR

Oleh:

M. Rizky Agung
Fitri Hariani Nurza
Cici Novita Sari
Kherliyanda Febriani

110405002
110405012
110505022
110405026

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014/2015

KATA PENGANTAR
Dengan rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, akhirnya
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul KONDENSOR guna
memenuhi tugas Mata Kuliah Perancangan Alatt. Semua ini juga tidak lepas dari
peran orang orang yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosdanelli, MT dan ibu Dr. Zuhrina Masyithah, ST, M.
Sc, selaku dosen pengampu mata kuliah Perancangan Alat.
2. Teman teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini dan
semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi saya pada khususnya dan semua
pihakyang membaca pada umumnya.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari semua yang
membaca makalah ini guna pengembangan di masa mendatang.

Medan, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1

LATAR BELAKANG...............................................................................1

1.2

TUJUAN...................................................................................................1

1.3

MANFAAT................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2


2.1

TEORI DASAR.........................................................................................2

2.1.1 Pengertian Kondensor.............................................................................2


2.1.2 Pengertian Kondensasi............................................................................3
2.1.3 Cara Kerja Kondensor............................................................................4
2.1.4 Komponen Utama dari Kondensor.........................................................4
2.1.5 Macam Macam Kondensor..................................................................6
2.1.6 Contoh Perhitungan Pada Kondensor...................................................17
BAB III KESIMPULAN........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii

DAFTAR GAMBAR
gambar 2. 1 Kondensor............................................................................................2
Gambar 2. 2 Kondensor pada Sistem Kompresi Uap..............................................2
Gambar 2. 3 Lay-Out pada Tube.............................................................................5
Gambar 2. 4 Jenis Jenis Buffle yang Ada pada Tube............................................6
Gambar 2. 5 Air Cooled Condenser.......................................................................7
Gambar 2. 6 Shell And Tube Condenser..................................................................8
Gambar 2. 7 Shell And Coil Condenser...................................................................9
Gambar 2. 8 Tube And Tubes Condenser...............................................................10
Gambar 2. 9 Evaporatif Condenser.......................................................................11
Gambar 2. 10 Kondensor Berbelit-Belit................................................................11
Gambar 2. 11 Kondensor Arus Pararel..................................................................12
Gambar 2. 12 Condenser Electric Fan..................................................................13
Gambar 2. 13 Horizontal Condenser.....................................................................14
Gambar 2. 14 Vertical Condenser..........................................................................15
Gambar 2. 15 Jet Condenser..................................................................................16

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman modern ini kondensor sering dipakai pada sistem AC(Air
Conditioning) yang biasa digunakan pada ruangan atau mobil, pada umumnya
AC yang digunakan adalah cooler. Masing-masing komponen mempunyai
fungsi tersendiri dan saling berkesinambungan di dalam sistem.
Jika salah satu komponen diatas rusak atau tidak ada, maka system
AC tidak akan dapat bekerja. Pada kesempatan ini sedikit akan kita bahas
mengenai macam-macam kondensor yang pada umumnya digunakan untuk
pendingin ruangan dan kendaraan.
Kondensor berfungsi untuk melepaskan kalor kelingkungan untuk
merubah fase refrigerant dari uap bertekanan tinggi menjadi cairan bertekanan
tinggi atau dengan kata lain pada kondensor ini terjadi proses kondensasi.
Refrigerant yang telah berubah menjadi cair tersebut kemudian dialirkan ke
evaporator melalui pompa.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui tentang kondensor.
2. Memahami prinsip dan cara kerja kondensor.
3. Memahami macam-macam tipe kondensor.
4. Mengetahui aplikasi kondensor.
1.3 MANFAAT
1. Mahasiswa mengetahui tentang kondensor.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip dan cara kerja kondensor.
3. Mahasiswa dapat memahami macam-macam tipe kondensor.
4. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi kondensor.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI DASAR
2.1.1 Pengertian Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor pada sistem refrigerasi yang
berfungsi untuk melepaskan kalor kelingkungan. Kondensor banyak digunakan
dalam kehidupan kehidupan sehari-hari baik itu dalam industri rumah tangga,
industri otomotif, maupun dalam industri farmasi dan obat-obatan. Di
Indonesia sendiri, kondensor bukanlah hal yang asing. Kondensor banyak kita
jumpai dalam perangkat pendingin pada mobil, maupun Air Conditioner yang
terpasang pada gedung-gedung, instalasi perkantoran atau fasilitas umum
seperti mall dan supermarket.

Gambar 2. 1 Kondensor
Didalam sistem kompresi uap (vapor compression) kondensor adalah
suatu komponen yang berfungsi untuk merubah fase refrigerant dari uap
bertekanan tinggi menjadi cairan bertekanan tinggi atau dengan kata lain pada
kondensor ini terjadi proses kondensasi. Refrigerant yang telah berubah
menjadi cair tersebut kemudian dialirkan ke evaporator melalui pompa.

Gambar 2. 2 Kondensor pada sistem kompresi uap

2.1.2 Pengertian Kondensasi


Kondensasi berasal dari bahasa latin yaitu condensare yang berarti
membuat tertutup. Kondensasi merupakan perubahan wujud zat dari gas
atau uap menjadi zat cair.
Kondensasi terjadi pada pemampatan atau pendinginan jika tercapai
tekanan maksimum dan suhu di bawah suhu kritis. Kondensasi terjadi ketika
uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap
dikompresi (yaitu tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami
kombinasi dari pendinginan dan kompresi.
Contoh bentuk kondensasi dilingkungan sekitar adalah uap air
diudara

yang terkondensasi secara alami pada permukaan yang dingin

dinamakan embun. Uap air hanya akan terkondensasi pada suatu permukaan
ketika permukaan tersebut lebih dingin dari titik embunnya atau uap air telah
mencapai kesetimbangan di udara, seperti kelembapan jenuh.
Titik embun udara adalah temperatur yang harus dicapai agar mulai
terjadi kondensasi diudara. Molekul air mengambil sebagian panas dari udara.
Akibatnya temperatur air akan sedikit turun. Di atmosfer, kondensasi uap airlah
yang menyebabkan terjadinya awan.
Molekul kecil air dalam jumlah banyak akan menjadi butiran air karena
pengaruh suhu, dan tapat turun ke bumi menjadi hujan. Inilah yang disebut
siklus air. Pengendapan atau sublimasi juga merupakan salah satu bentuk
kondensasi. Pengendapan adalah pembentukan langsung es dari uap air,
contohnya salju.
Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah
alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebut
kondensor. Kondensor umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar panas
yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi,
dan banyak ukurannya dari yang dapat di genggam sampai yang sangat
besar. Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi)
dan merupakan proses eksothermik (melepas panas).

2.1.3

Cara Kerja Kondensor


Uap panas yang masuk ke kondensor dengan temperatur yang tinggi

dan bertekanan yang merupakan hasil proses dari turbin. Kemudian uap panas
masuk ke dalam Suction Pipe dan kemudian mengalir dalam tube. Dalam tube,
uap panas didinginkan dengan media pendingin air yang dialirkan melewati sisi
luar tube, kemudian keluar melalui Discharge Pipe dengan temperatur yang
sudah turun.
Prinsip kondensasi di kondensor adalah menjaga tekanan uap
Superheat
Refrigerant yang masuk ke kondensor pada tekanan tertentu kemudian suhu
Refrigerantnya diturunkan dengan membuang sebagian kalornya ke medium
pendingin yang digunakan di kondensor. Sebagai medium pendingin digunakan
udara dan air atau gabungan keduanya. Dalam perancangan ini akan digunakan
air sebagai media pendingin.
Pada proses pendinginan (cooling) cairan refrigerant yang menguap di
dalam pipa-pipa Cooling Coil (evaporator) telah menyerap panas sehingga
berubah wujudnya menjadi gas dingin dengan kondisi superheat pada saat
meninggalkan Cooling Coil. Panas yang telah diserap oleh refrigerant ini harus
dibuang atau dipindahkan ke suatu medium lain sebelum ia dapat kembali
diubah wujudnya menjadi cair untuk dapat mengulang siklusnya kembali.
2.1.4 Komponen Utama dari Kondensor
Kondensor pada umumnya memiliki beberapa komponen utama,
dimana masing-masing komponen memiliki fungsinya tersendiri. Adapun
komponen-komponen utama dari kondensor adalah sebagai berikut:
1. Suction Pipe dan Discharge Pipe (Pipa saluran masuk dan pipa
saluran keluar).
a. Suction Pipe
Suction Pipe adalah pipa saluran masuk untuk masuknya media
pendingin ke dalam kondensor,yang mana media pendingin itu
berupa fluida cair yang bertekanan yang merupakan hasil dari
pemampatan di kompresor.

b. Discharge Pipe
Discharge pipe adalah pipa saluran keluar Refrigerant dari
kompresor melalui tube ke tangki receiver.
2. Tube ( Pipa dalam Kondensor )
Tube adalah pipa aliran yang dilalui Refrigerant yang
bertekanan dan panas yang merupakan hasil dari turbin melalui suction
pipe dan akan disalurkan ke discharge pipe dan kemudian diterima oleh
tangki receiver. Umumnya terdapat empat susunan tube yaitu,
Triangular (30o), Rotate square (60o), Square (90o), Rotate square (45o).

Gambar 2. 3 Lay-Out pada Tube


Susunan triangular memberikan nilai perpindahan panas yang
lebih baik bila dibandingkan dengan susunan rotate square dan square
karena dengan susunan triangular dapat menghasilkan turbulensi yang
tinggi, namun begitu tube yang disusun secara triangular akan
menghasilkan pressure drop (penurunan tekanan) yang lebih tinggi dari
pada susunan rotate square dan square. Apabila fluida yang digunakan
memiliki tingkat fouling yang tinggi dan memerlukan pembersihan
secara mekanik (mechanical cleaning) susunan tube secara riangular
tidak digunakan, sebaiknya digunakan susunan square, apabila jenis
cleaning yang digunakan adalah chemical cleaning, maka susunan tube
secara triangular dapat diperimbangkan kembali, mengingat untuk

chemical cleaning tidak memerlukan akses jalur ruang (acess lanes)


yang lebih seperti pada mechanical cleaning.
3. Buffle
Buffle merupakan jarak bagi antar tube.

Gambar 2. 4 Jenis jenis buffle yang ada pada tube


4. Water Box
Ruang air pendingin(refrigerant) yang terbuat dari baja karbon.
2.1.5 Macam Macam Kondensor
1. Menurut Jenis Cooling Medium
Menurut jenis cooling mediumnya kondensor dibagi menjadi 3
jenis yaitu :
a. Air Cooled Condenser (menggunakan udara sebagai cooling
mediumnya).
Air Cooled Kondensor mengkondensasikan pembuangan
uap dari turbin uap dan kembali kondensat(cairan yang sudah
terkondensasi) ke boiler tanpa kehilangan air.

Gambar 2. 5 Air Cooled Condenser


b. Water Cooled Condenser (menggunakan air sebagai cooling
mediumnya).
Water Cooled Condenser yang paling banyak digunakan yaitu :
a) Shell and Tube Condenser
Shell and Tube Condenser atau Kondensor tipe Tabung dan
Pipa digunakan pada kondensor berukuran kecil sampai besar.
biasa digunakan untuk air pendingin berupa ammonia dan freon.
Seperti terlihat pada gambar didalam kondensor.
Tabung dan Pipa terdapat banyak pipa pendingin, dimana
air pendingin pengalir di dalam pipa-pipa tersebut, ujung dan
pangkal pipa pendingin terikat pada pelat pipa, sedangkan diantara
pelat pipa dan tutup tabung dipasang sekat-sekat untuk membagi
aliran air yang melewati pipapipa dan mengatur agar kecepatannya
cukup tinggi, yaitu 1,5 2 m/detik.

Gambar 2. 6 Shell and Tube Condenser


Air pendingin masuk melalui pipa bagian bawah kemudian
keluar melalui pipa bagian atas. Jumlah saluran maksimum
yang dapat digunakan sebanyak 12, semakin banyak jumlah
saluran yang digunakan maka semakin besar tahanan aliran air
pendingin. Pipa pendingin ammonia biasa terbuat dari baja
sedangkan untuk freon biasa terbuat dari pipa tembaga.
Jika menginginkan pipa yang tahan tehadap korosi bias
menggunakan pipa kuningan datau pipa cupro nikel. Ciri-ciri
kondensor Tabung dan Pipa adalah :

Dapat dibuat dengan pipa pendingin bersirip sehingga


ukurannya relatif lebih kecil dan ringan.

Pipa dapat dibuat dengan mudah.

Bantuk yang sederhana dan mudah pemasangannya.

Pipa pendingin mudah dibersihkan.

b) Shell and Coil Condenser


Kondensor tabung dan koil banyak digunakan pada unit
pendingin dengan Freon refrigerant berkapasitas lebih kecil,
misalnya untuk penyegar udara, pendingin air, dan sebagainya.
Seperti gambar dibawah ini, Kondensor tabung dan koil
dengan tabung pipa pendingin di dalam tabung yang dipasang pada
posisi vertical. Koil pipa pendingin tersebut biasanya dibuat dari
8

tembaga, berbentuk tanpa sirip maupun dengan sirip. Pipa tersebut


mudah dibuat dan murah harganya.
Pada Kondensor tabung dan koil, aliran air mengalir di
dalam koil pipa pendingin. Disini, endapan dan kerak yang
terbentuk di dalam pipa harus dibersihkan menggunakan zat kimia
(detergent).

Gambar 2. 7 Shell and Coil Condenser


Adapun cirri-ciri Kondensor tabung dan koil sebagai
berikut :

Harganya murah karena mudah dalam pembuatannya.

Kompak karena posisinya yang vertical dan mudah dalam


pemasangannya.

Tidak perlu mengganti pipa pendingin, tetapi hanya perlu


pembersihan dengan menggunakan detergen

c) Tube and Tubes Condenser


Kondensor jenis pipa ganda merupakan susunan dari dua
pipa coaksial dimana refrigerant mengalir melalui saluran yang
terbentuk antara pipa dalam dan pipa luar yang melintang dari atas
ke bawah. Sedangkan air pendingin mengalir di dalam pipa dalam
arah berlawanan, yaitu refrigerant mengalir dari atas ke bawah.
Pada mesin pendingin berkapasitas rendah dengan Freon
sebagai refrigerant, pipa dalam dan pipa luarnya terbuat dari
tembaga. Gambar dibawah ini menunjukkan Kondensor jenis pipa

ganda, dalam bentuk koil. Pipa dalam dapat dibuat bersirip atau
tanpa sirip.

Gambar 2. 8 Tube and Tubes Condenser


Kecepatan aliran di dalam pipa pendingin kira-kira antara
1-2 m/detik. Sedangkan perbedaan temperature air keluar dan
masuk pipa pendingin (kenaikan temperature air pendingin di
dalam kondensor) kira-kira mencapai suhu 10oC. Laju perpindahan
kalornya relative besar.
Adapun cirri-ciri Kondensor jenis pipa ganda adalah
sebagai berikut:

Konstruksi sederhana dengan harga yang memadai.

Dapat mencapai kondisi yang super dingin karena arah


aliran refrigerant dan air pendingin yang berlawanan.

Penggunaan air pendingin relative kecil.

Sulit dalam membersihkan pipa, harus menggunakan


detergen.

Pemeriksaan terhadap korosi dan kerusakan pipa tidak


mungkin dilaksanakan. Penggantian pipanya pun juga sulit
dilakukan.

c. Evaporatif Condenser (menggunakan kombinasi udara dan air sebagai


cooling mediumnya).

10

Kombinasi dari kondensor berpendingin air dan kondensor


berpendingin udara, menggunakan prinsip penolakan panas oleh
penguapan air menjadi aliran udara menjadi kumparan kondensasi.

Gambar 2. 9 Evaporatif Condenser


2. Menurut Jenis Desain
a. Berbelit-Belit
Jenis kondensor terdiri dari satu tabung panjang yang digulung
berakhir dan kembali pada dirinya sendiri dengan sirip pendingin
ditambahkan di antara tabung.

Gambar 2. 10 Kondensor Berbelit-Belit


b. Arus Pararel
11

Desain ini sangat mirip dengan radiator aliran silang. Alih-alih


bepergian refrigeran

melalui

satu

bagian

(seperti

tipe

serpentine) sekarang dapat melakukan perjalanan di berbagai


bagian. Ini akan memberi luas permukaan yang lebih besar untuk
udara ambien dingin untuk kontak.

Gambar 2. 11Kondensor Arus Pararel


c. Condenser Electric Fan
Kebanyakan kendaraan dengan AC membutuhkan kipas
listrik untuk membantu aliran udara, baik mendorong atau
menarik

udara

melalui kondensor, tergantung pada sisi mana

kondensor kipas ditempatkan.


Kebanyakan kendaraan modern sekarang memiliki kisi-kisi
depan yang lebih kecil atau bukaan bumper bar. Hal ini
menyebabkan kondisi aliran udara yang buruk terutama pada siaga
bila A/C kinerja dibatasi oleh jumlah aliran udara di atas
kondensor.

12

Gambar 2. 12 Condenser Electric Fan


3. Berdasarkan Klasifikasi Umum
a. Surface Condenser
Prinsip kerja surface Condenser Steam masuk ke dalam shell
kondensor melalui

steam

inlet

connection

pada

bagian

atas

kondensor. Steam kemudian bersinggungan dengan tube kondensor


yang

bertemperatur rendah sehingga temperatur steam turun dan

terkondensasi, menghasilkan kondensat yang terkumpul pada hotwell.


Temperatur

rendah

pada

tube

dijaga

dengan

cara

mensirkulasikan air yang menyerap kalor dari steam pada proses


kondensasi. Kalor yang dimaksud disini

disebut

kalor

laten

penguapan dan terkadang disebut juga kalor kondensasi (heat of


condensation) dalam lingkup bahasan kondensor. Kondensat yang
terkumpul di hotwell kemudian dipindahkan dari kondensor dengan
menggunakan pompa kondensat ke exhaust kondensat. Ketika
meninggalkan

kondensor,

hampir

keseluruhan

steam

telah

terkondensasi kecuali bagian yang jenuh dari udara yang ada di dalam
sistem.
Udara yang ada di dalam sistem secara umum timbul akibat
adanya kebocoran pada perpipaan, shaft seal, katup-katup, dan
sebagainya. Udara ini masuk ke dalam kondensor bersama dengan
steam. Udara dijenuhkan oleh uap air, kemudian melewati air cooling
section dimana campuran antara uap dan udara didinginkan untuk
selanjutnya dibuang dari kondensor

dengan

menggunakan

air

13

ejectors

yang

berfungsi

untuk mempertahankan vacuum di

kondensor.
Untuk menghilangkan udara yang terlarut dalm kondensat
akibat adanya udara di kondensor, dilakukan deaeration. De-aeration
dilakukan di kondensor dengan memanaskan kondensat dengan
steam agar udara yang terlalut pada kondensat akan menguap. Udara
kemudian ditarik ke air cooling section dengan memanfaatkan
tekanan rendah yang terjadi pada air cooling section. Air ejector
kemudian akan memindahkan udara dari sistem.
Surface Condenser dibedakan menjadi dua jenis lagi, yaitu :
a) Horizontal Condenser
Air pendingin masuk kondensor melalui bagian bawah,
kemudian masuk ke dalam pipa-pipa pendingin dan
keluar pada bagian atas sedangkan arus panas masuk
lewat bagian tengah kondensor dan keluar sebagai
kondensat pada bagian bawah kondensor.

Gambar 2. 13 Horizontal Condenser


Kelebihan Kondensor horizontal adalah :
1. Dapat dibuat dengan pipa pendingin bersirip sehingga
relaif berukuran kecil dan ringan
2. Pipa pendingin dapat dibuat dengan mudah
3. Bentuk sederhana dan mudah pemasangannya
4. Pipa pendingin mudah dibersihkan
b) Vertical Condenser
Air pendingin masuk konddensor melalui bagian
bawah, kemudian masuk ke dalam pipa-pipa pendingin dan
14

keluar pada bagian atas Sedangkan arus panas masuk lewat


bagian atas kondensor dan keluar sebagai kondensat pada
bagian bawah kondensor.

Gambar 2. 14 Vertical Condenser


Keterangan :
1. Esterification reactor
2. Vertical frational column
3. Vertical Condenser
4. Horizontal Condenser
5. Storage device
Kelebihan Kondensor vertical adalah :
1. Harganya murah karena mudah pembuatannya.
2. Kompak karena posisinya yang vertikal dan mudah
pemasangan
3. Bisa dikatakan tidak mungkin mengganti pipa pendingin,
pembersihan harus dilakukan dengan menggunakan deterjen.
b. Direct-Contact Condenser
Direct-contact Condenser mengkondensasikan steam dengan
mencampurnya langsung dengan air pendingin. Direct-contact atau
open Condenser digunakan pada beberapa kasus khusus, seperti :
1. Geothermal power plant.

15

2. Pada power plant yang menggunakan perbedaan temperatur di


air laut (OTEC)
Direct-contact Condenser dibagi menjadi dua jenis lagi, yaitu :
a) Spray Condenser
Pada Spray Condenser, pencampuran steam dengan air
pendingin dilakukan dengan jalan menyemprotkan air ke steam.
Sehingga steam yang keluar dari exhaust turbin pada bagian
bawah bercampur dengan air pendingin pada bagian tengah
menghasilkan kondensat yang mendekati fase saturated.
Kemudian dipompakan kembali ke cooling tower.
Sebagian dari kondensat dikembalikan ke boiler sebagai
feedwater. Sisanya didinginkan, biasanya di dalam dry(closed) cooling tower. Air yang didinginkan pada Cooling
tower disemprotkan ke exhaust turbin dan proses berulang.
b) Barometric dan Jet Condenser
Ini merupakan jenis awal dari kondensor. Jenis ini
beroperasi dengan prinsip yang sama dengan spray condenser
kecuali tidak dibutuhkannya pompa pada jenis ini. Vacuum
dalam kondensor diperoleh dengan menggunakan prinsip head
statis seperti pada barometric Condenser, atau menggunakan
diffuser seperti pada jet Condenser.

Gambar 2. 15 Jet Condenser

16

2.1.6 Contoh Perhitungan pada Kondensor


1. Perhitungan Neraca Massa

Gambar 2.16 Sketsa Alur Di Cooler


Neraca massa total : F16 = F17
Neraca massa komponen :
Pati

: F16pati = F17pati = 0,019 kg/jam

Protein

: F16Pro = F17Pro = 0,75 kg/jam

Glukosa

: F16Glu = F17Glu = 7959,76 kg/jam

Air

: F16Air = F17Air = 1761,51 kg/jam

2. Perhitungan Neraca Panas

Gambar 2.17 Sketsa Alur Cooler


378 ,15

Panas masuk = F

16
Pati

378 ,15

Cp dT + F

298 ,15

16
Air

298 ,15

Cp dT + F

298 ,15

378 ,15

F16protein

378 ,15

16

glukosa

Cp dT +

298 ,15

378 ,15

Cp dT + F16Lemak

Cp dT

298 ,15

17

= (0,019 kg/jam)(205,584 kJ/kg) + (1761,51 kg/jam)( 336,28287


kJ/kg) + (7959,76 kg/jam)(187,52 kJ/kg) + (0,75 kg/jam)
(205,752 kJ/kg) + ( 0,18 kg/jam)( 211,752 kJ/kg)
= 2085176,57 kJ/ jam
333,15

Panas keluar

16

=F

Pati

333,15

16

Cp dT + F

Air

298 ,15

333,15

Cp dT + F

16
glukosa

298 ,15

Cp dT

298 ,15

+
333,15

16

protein

333,15

16

Cp dT + F

Lemak

298 ,15

Cp dT

298 ,15

= (0,0199 kg/jam)(89,943 kJ/kg) + (1761,51 kg/jam)( 146,3127


kJ/kg) + (7959,76 kg/jam)(82,04 kJ/kg) + ( 0,75 kg/jam)
( 90,0165 kJ/kg) + (0,18 kg/jam)(92,6415 kJ/kg)
= 910836,124 kJ/ jam
Panas yang diserap air pendingin (Q) =

Qo Qi

= - 1174340,44 kg/jam

H(30oC) = 282,00424 kJ/kg

(Reklaitis, 1983)

H(50oC) = 299,6818

(Reklaitis, 1983)

kJ/kg

= H[25oC] H[50oC] = 282,00424 299,6818

= -17,68 kJ/kg

Jumlah air pendingin yang diperlukan (m) = Q/ =

1174340,44 kg / jam
17,68 kJ / kg

= 66431,13888 kg/jam
3. Perhitungan Spesifikasi Alat Cooler
Fungsi

: Menurunkan temperatur campuran dari 105oC menjadi 60oC

Jenis

: 1-2 Shell and Tube heat Exchanger

Jumlah

:1

Fluida Panas
Laju alir fluida masuk (W)

= 15.798,5 kg/jam
lb

= 34.829,3977 jam /unit

18

Temperatur masuk (T1)

= 105oC = 105 x

Temperatur keluar (T2)

= 60oC = 60 x

32
5

32
5

F = 212oF

F = 140oF

Fluida dingin
Laju umpan dingin masuk (w)

= 19.990,87kg/jam
lb

= 44.071,8724 jam /unit

32
5

Temperatur masuk (t1)

= 25oC = 25 x

Temperatur keluar (t2)

= 50 C = 50 x 32
5

Panas yang diserap (Q)

= 19.990,87 kJ/jam

F = 77oF

F = 122 oF

Btu

= 44.071,8724 jam /unit


(1)t = beda suhu sebenarnya
t2= T1 t2

= 212 122 = 90 oF

t1= T2 t1

= 140 77 = 63 oF

t2 - t1= 90 63 = 27oF

t 2 - t1
t2 =
=
2,3 log
t1

LMTD

27
2,3 log

90
63

= 32,9127 oF
Menentukan nilai t :
R =

T1 - T2
212 - 140
= 122 - 77 = 1,6
t 2 - t1

S =

t 2 - t1
T1 - t 1

122 77
0,3333
212 77

Dari Fig. 8 (Kern, 1950, hal. 828) diperoleh FT = 0,9050


t = LMTD x FT = 32,9127 oF x 0,9050 = 51,4819oF

19

(2) Temperatur Kalorik


Tc

T1 T2
=
2

tc

t1 t 2
=
2

212 140
2

= 176oF

122 77
= 99,5oF
2

Jenis pendingin shell and tube


Asumsi instalasi pipa dari tabel 9 dan tabel 10 hal 841-843 (Kern,1950):
Tube

Diameter luar

: 3/4 in

BWG

: 18

Pitch

: 15/16 in. triangular pitch

Panjang tube

: 15 ft
: 0,1963 ft2

Dari tabel 8 (Kern, 1950, hal 840), UD = 6-60 Btu/jam. ft.oF


Diambil UD
A =

= 50 Btu/jam. ft.OF

Q
937.310,0682

629,3632 ft 2
U D x t
50 x 29,7860

Jumlah tube, Nt =

A
629,3632

213,7420
L x a"
15 x 0,1963
Yang paling mendekati : Nt = 224
2 tube pass3/4 in OD 18 BWG pada 15/16 in triangular pitch shell ID =
17,25 in

(Kern, 1950)

Koreksi UD
A = L x Nt x a
= 15 x 224 x 0,1963
= 627,1785 ft2
Q

937.310,0682

2o
UD = A x t 627,1785x29,7860 50,1742 Btu/jam ft F

Sheel side = fluida panas


20

Tube side = air pendingin


Fluida Panas - shell side
(3) Flow area
ID x C' x B 17,25 x (0,1875) x 5

0,1198 ft 2
144 x Pt
144 x 0,9375

as=

(4) Kecepatan massa


Gs= W/as

34.829,3977
290.749,7543 lb/ft2.jam
0.1198

(5) Bilangan Reynold


Viscositas fluida panas pada Tc = 176oF
= 123,9619 Cp = 299,9878lb/ft.jam

(Lyman, 1982)

Dari Fig. 28 (Kern, 1950, hal. 838) diperoleh de=0,55 in = 0,0458ft


D es x G s

Res=

0,0458 x 290.749,7543
44,4219
299,9878

(6) Dari Fig. 24 (Kern, 1950, hal 834) dengan R es = 44,4219 diperoleh JH =
2,3
(7) Pada Tc = 176oF
Cp = 1,0024 btu/lb oF
k

(Geankoplis,1997)

= 0,3530 btu/jam ft2.oF


1

Cp x

1,0024 x 299,9878

0,3530

c.
(8) ho Jh . k

ho
s

De

(Geankoplis,1997)
1

9,4797

0,3530

= 2,3 x 0,0458 x 9,4797= 167,9254

Fluida Dingin -Tube side


(3) Flow Area
Dari tabel 10 (Kern, 1950, hal. 843) diperoleh at = 0,334 in2
at=

Nt x at'
224 x 0,334

0,2470
144 x n
144 x 2

21

(4) Kecepatan Massa


w

44.071,8724
178.413,5847 lb/ft 2 .jam
0,2470

Gt = at

(5) Bilangan Reynold


Tube ID = 0,6520 in Dt = 0,652/12 = 0,0543 ft
Pada tc = 99,5 oF, air = 0,6818 cp = 1,6498 lb/ft.jam
Ret

0,0543 x178.413,5847
Dt x Gt

5.875,62

1,6498

(6) Dari Fig. 24 (Kern, 1950, hal. 834) diperoleh jH = 27


(7) Pada tc = 99,5 oF
CP = 0,9986 Btu/lbOF
k

= 0,3372 Btu/jam. ft2 (OF/ft)


1

Cp x

(8)

(Kern,1950)

0,9986 x 1,6498

0,3372

hi
k
Cp x
jH x
x

t
Dt
k

(Kern,1950)
1

= 1,6970

1/ 3

hi
0,3372
27 x
x 1,6970 284,3101 btu/jam ft 2 .O F
t
0,0543
h io h i
ID

x
t
t OD
h io

284,3101 x

0,652
247,1603
0,75

Temperature Tube Wall


tw = tc +

ho / s
h o / s h io /

( Tc - t c )
t

167,9254

= 99,5 + 167,9254 247,1603 (176 99,5)


= 130,4485oF
(9) Untuk shell
s= 173,7653 cp = 420,5120 lb/ ft.jam

s= s
w

0 ,14

299,9878

420,5120

0 ,14

0,9538

22

ho

ho = s S = 167,8254 x 0,9538 =160,1702


(9) Untuk tube
w = 0,5231 cp = 1,2658lb/ ft.jam

t = t
w

hio =

0 ,14

hio

1,6498

1,2658

(Kern, 1950)

0 ,14

1,0378

t = 247,1603 x 1,0378 =256,5016

(10) Uc =

h o x h io
160,1702 x 256,5016

98,6002 Btu/ hr.ft2.oF


h 0 h io
160,1702 256,5016

(11) Rd =

UC UD
98,6002 50,1742

0,0098 hr.ft2.oF/Btu
UC x UD
98,6002 x 50,1742

Rd ketentuan = 0,003 hr.ft2.oF/Btu

(Kern, 1950)

Rd perhitungan > Rd ketentuan, maka design dapat diterima


Pressure Drop sisi shell
(1) Untuk Res = 44,4219 maka dari fig 26 (Kern, 1950)
f = 0,0200
s = 1,1983
(2) N + 1 = 12 x
N + 1 = 12 x

L
B
15
= 36
5

Ds = 17,25 in = 1,4375 ft
(3) Ps =
=

f x Gs 2 x D x (N 1)
5,22 x 10 10 x Ds x s x S

0,02 x 290.749,7543 2 x 1,4375 x 36


5,22 x 10 10 x 0,0458 x 1,1983 x 0,9538

= 30,5184 psi
PS 10 psi maka design dapat diterima

Pressure Drop sisi tube

23

(1) Untuk Ret = 5.875,6208 maka dari fig 26 (Kern, 1950)


f = 0,00038
s = 1,0000
(2) Pt =

0,00038 x 178.413,5847 2 x 15 x 2
0,0973 psi
5,22 x 10 10 x 0.0543 x 1 x 1,0378

Pt =
V2
2g'

f x Gt 2 x L x n
5,22 x 10 10 x Dt x s x t

= 0,004 (fig. 27 Kern) pada Gt = 178.413,5847

Pr=

4n V 2
( 4)(2)

0,004 0,0336 psi


'
s 2g
1,0000

PT= Pt + Pr
= 0,0973 + 0,0336 = 0,1309psi
PT 10 psi maka design dapat diterima
4.

Suatu gas buang dari kegiatan cooker yang banyak mengandung uap air

dan uap organik yang berbau. Kondensor digunakan untuk menyisihkan uap
air dari gas, yang selanjutnya bau dari gas buang akan dihilangkan dengan
insinerasi, absorbsi atau adsorbsi. Laju emisi gas adalah 20000 acfm pada
temperatur 250 F. Gas buang mengandung 95 % uap air, sisanya adalah
udara dan senyawa organik yang berbau. Gas buang tersebut dimasukkan
ke dalam kondensor permukaan untuk menyisihkan uap air, yang
selanjutnya akan dilewatkan ke dalam adsorbent untuk menghilangkan bau.
Temperatur air pendingin yang masuk ke dalam kondensor 60 F, dan yang
keluar dari kondensor 120 F, perkirakan luas area dari kondensor.
Penyelesaian :
Laju massa uap air yang akan di kondensasikan 20.000 acfm x 0,95 = 19.000
acfm uap.
PV = nRT

m = (33,66 lb mol / min) (18 lb / lb mol) = 660 lb / min.

24

Laju massa uap air yang akan dikondensasikan = 660 lb / min


Menentukan laju panas (q) untuk superheated dan kondensasi uap air
q = Panas yang dibutuhkan untuk menurunkan temperatur uap sampai temperetur
kondensasi + panas untuk kondensasi
q = m Cp DT + mHv
Panas spesifik rata untuk uap air pada 250 F = 0,45 Btu / lb. F.
Panas penguapan air 212 F = 970,3 Btu/lb.
q = (660 lb/min) (0,45 Btu/lb. F) (250 212) + (660 lb/min) (970,3 Btu/lb)
= 11286 + 640398 Btu/min = 651700 Btu/min
Memperkirakan luas permukaan kondensor (A) = (q) / (U DTlm)
DTlm = (TG1 TL2) (TG2 TL1)
ln (TG1 TL2) / (TG1 TL1)
= (212 120) (212 60)
ln (212 120) / (212 60)
= 119,5 F
Koefisien transfer panas U untuk stabilizer replux vapor diasumsikan 100 Btu /
F.ft2.hr.
A = (651700 Btu/min) (60 min/hr) = 3272 ft2
(100 Btu/F.ft2.hr) (119,5F)
Untuk memperkirakan ukuran total kondensor. Untuk itu diperlukan subcooling
water (212F -160F).
Neraca panas untuk pendingin air (q) = m Cp DT
m = 660 lb/min ( diasumsikan semua uap terkondensasi)
Cp untuk air = 1 Btu/lb. F
q = (660 lb/min) (1 Btu/lb. F) (212 160) = 34320 Btu/min
DTlm =
1

(212 120) (160 60)

= 96F

ln ( 212 120) / (160 60)

Koefisien transfer panas untuk pendingin air 200 Btu/F.ft2.hr


A = (34320 Btu/min) (60 min/hr) = 107 ft2
(200 Btu/F.ft2.hr) (96F)
Jadi total luas permukaan kondensor (A) = 3272 + 107 ft2 = 3379 ft2 = 3380 ft2

25

BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.

Kondensor merupakan alat penukar kalor pada sistem refrigerasi yang


berfungsi untuk melepaskan kalor kelingkungan..

2.

Cara kerja kondensor adalah uap panas yang masuk ke kondensor kemudian
masuk ke dalam Suction Pipe dan kemudian mengalir dalam tube. Dalam
tube, uap panas didinginkan kemudian keluar melalui Discharge Pipe dengan
temperatur yang sudah turun.

3.

Kondensor diklasifikasikan berdasarkan 3 kategori yaitu menurut jenis


cooling medium, berdasarkan jenis desain dan berdasarkan klasifikasi umum.

4.

Aplikasi kondensor antara lain pada AC mobil atau AC ruangan, pada kulkas,
pada PLTU dan sebagainya.

26

DAFTAR PUSTAKA
Apriyahanda, Oni. 2013. Kondensor. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Riau
Hermana, joni dan Boedisanto, rachmat. 2011. Kondensasi. Jurusan Teknik
Lingkungan. Fakultas Teknik. Institut Teknologi Surabaya
Raharjo, Tri Harmawan. 2013. Kondensor dan Komponen-Komponen yang
Berhubungan.

Jurusan

Kimia.

Fakultas

Matematika

dan

Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


Sirait, Pahri Toni., Cuaca, Valentinoh., Sutri, Reni dan Hariadi, Jeffry. 2014.
Pembuatan Sirup Glukosa Dari Ubi Jalar Dengan Kapasitas Produksi
70 Ribu Ton/Tahun. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas
Sumatera Utara.
Sutarji, Agung. 2012. Kondensor dan Pemeliharaannya. Teknik Mesin. Fakultaas
Teknik. Universitas Pasundan
Widyatmiko, Endang Dwi

Siswani. 2006. Perancangan

Kondensor Untuk

Mengembunkan Uap N- Propanol (Sebanyak 60.000 Lb/Jam). Jurusan


Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Yogyakarta

27

Anda mungkin juga menyukai