Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Mata Kuliah
Pengendalian Pencemaran Udara
Oleh
Dimas Adi (2201191027)
Gilang Afandi (2201191025)
Gina Maslahat (2202191007)
Nurul Hidayah (2201191010)
Sayyid Muhammad Alamul Huda (2201191023)
JENJANG SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
KOTA SERANG, DESEMBER, 2021
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas Pengendalian
Pencemaran Udara dengan judul “Desain Alat Pengendalian Pencemaran Udara
(Condenser)’’ ini tepat pada waktunya.
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
Tauny Akbari selaku dosen pengampu mata kuliah Pengendalian Pencemaran
Udara yang selalu memberi dukungan serta semangat sampai akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas makalah Pengendalian Pencemaran Udara dengan
judul “Desain Alat Pengendalian Pencemaran Udara (Condenser)’’. Selain itu,
serta pihak lain yang telah ikut membantu.
Maksud dari penyusunan ini adalah untuk memenuhi tugas makalah
Pengendalian Pencemaran Udara dengan judul “Desain Alat Pengendalian
Pencemaran Udara (Condenser)’’ ini disusun secara sistematis agar pembaca lebih
mudah memahami isi makalah tersebut dan bertujuan untuk menambah ilmu
pengetahuan atau wawasan dalam proses pembelajaran.
Sebagai penutup, tiada gading yang tidak retak. Tentunya banyak
kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu kritik dan masukan
pembaca selalu diperlukan guna pengembangan dan perbaikan makalah ini
selanjutnya. Hal-hal besar tentunya berawal dari yang sederhana. Semoga tulisan
dalam buku ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan amalan yang tidak terputus.
penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. alat penukar kalor kontak langsung pada alat ini fluida yang panas
akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya
pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan misalnya ejector, daerator
dan lain-lain.
2. alat penukar kalor kontak tidak langsung pada alat ini fluida panas
tidak berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin.
Jadi proses perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara,
seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor,
ekonomiser air.
dalam kehidupan kehidupan sehari-hari baik itu dalam industri rumah tangga,
Indonesia sendiri, kondensor bukanlah hal yang asing. Kondensor banyak kita
jumpai dalam perangkat pendingin pada mobil, maupun Air Conditioner yang
suatu komponen yang berfungsi untuk merubah fase refrigerant dari uap
bertekanan tinggi menjadi cairan bertekanan tinggi atau dengan kata lain pada
2. Pengertian Kondensasi
Kondensasi berasal dari bahasa latin yaitu condensare yang berarti
membuat tertutup. Kondensasi merupakan perubahan wujud zat
dari gas atau uap menjadi zat cair.
Kondensasi terjadi pada pemampatan atau pendinginan jika
tercapai tekanan maksimum dan suhu di bawah suhu kritis.
Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi
dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu tekanan
ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari
pendinginan dan kompresi.
Contoh bentuk kondensasi dilingkungan sekitar adalah uap air
diudara yang terkondensasi secara alami pada permukaan yang
dingin dinamakan embun. Uap air hanya akan terkondensasi pada
suatu permukaan ketika permukaan tersebut lebih dingin dari titik
embunnya atau uap air telah mencapai kesetimbangan di udara,
seperti kelembapan jenuh.
Titik embun udara adalah temperatur yang harus dicapai agar
mulai terjadi kondensasi diudara. Molekul air mengambil sebagian
panas dari udara. Akibatnya temperatur air akan sedikit turun. Di
atmosfer, kondensasi uap airlah yang menyebabkan terjadinya
awan.
Molekul kecil air dalam jumlah banyak akan menjadi butiran air
karena pengaruh suhu, dan tapat turun ke bumi menjadi hujan.
Inilah yang disebut siklus air. Pengendapan atau sublimasi juga
merupakan salah satu bentuk kondensasi. Pengendapan adalah
pembentukan langsung es dari uap air, contohnya salju.
Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat.
Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi
cairan disebut kondensor. Kondensor umumnya adalah sebuah
pendingin atau penukar panas yang digunakan untuk berbagai
tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak
ukurannya dari yang dapat di genggam sampai yang sangat
besar. Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan
(evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas).
Kontak antara gas dan aliran pendingin dapat secara langsung (direct) atau tidak
langsung (indirect). Kontak secara tidak langsung menggunakan media
penghantar panas, sering digunakan saat ini adalah tipe shell and tube.
Kondensor akan mengubah fasa zat gas menjadi menjadi zar cair dari temperature
tinggi keluar melalui dinding-dinding kondensor dan melewati kondensasi,
sehingga uap akan menjadi dingin dan fasanya berubah menjadi fasa cair pada
temperatur rendah.
Prinsip kerja kondensor tergantung dari jenis kondensor tersebut, secara umum
terdapat dua jenis kondensor yaitu surface condenser dan direct contact
condenser. Berikut klasifiksi kedua jenis kondesor tersebut.
Surface Condensor
Cara kerja dari jenis alat ini ialah proses pengubahan dilakukan dengan
cara mengalirkan uap kedalam ruangan yang berisi susunan pipa dan uap
tersebut akan memenuhi permukaan luar pipa sedangkan air yang
berfungsi sebagai pendingin akan mengalir di dalam pipa (tube side),
maka akan terjadi kontak antara keduanya dimana uap yang memiliki
temperatur panas akan bersinggungan dengan air pendingin yang berfungsi
untuk menyerap kalor dari uap tersebut, sehingga temperatur steam (uap)
akan turun dan terkondensasi.
Surface condenser terdiri dari dua jenis yang dibedakan oleh cara
masuknya uap dan air pendingin, berikut jenis-jenisnya:
3. Type Condensor Horizontal
Pada type kondesor ini, air pendingin masuk melalui bagian
bawah, kemudian masuk kedalam pipa (tube) dan akan keluar pada
bagian atas, sedangkap uap akan masuk pada bagian tengah
kondensor dan akan keluar sebgai kondensat pada bagian bawah.
4. Type Condensor Vertical
Pada jenis kondensor ini, tempat masuknya air pendingin melalui
bagian bawah dan akan mengalir di dalam pipa selanjutnya akan
keluar pada bagian atas kondensor, sedangkan steam akan masuk
pada bagian atas dan air kondesat akan keluar pada bagian bawah.
Direct Contac Condensor
Cara kerja dari kondensor jenis ini yaitu proses kondensasi dilakukan
dengan cara mencampurkan air pendingin dan uap secara langsung. Jenis
dari kondensor ini disebut spray condenser, pada alat ini proses
pencampuran dilakukan dengan menyemprotkan air pendingin ke arah
uap. Penyemprotan ini mengakibatkan steam menempel pada butiran-
butiran air pendingin dan akan mengalami kontak temperatur, selanjutnya
uap akan terkondensasi dan tercampur dengan air pendingin yang
mendekati fase saturated (basah).
Horizontal Condensor
Vertical Condensor
Kekurangan
Kondensor sangat rentan terhadap gangguan-gangguan yang
dapat menghambat kinerjanya, berikut masalah-masalah yang
sering terjadi pada kondensor:
1. Non condesable gases (gas yang tidak dapat terkondensi)
Gas ini dapat meneyebabkan kenaikan pressure terhadap
kondensor dan menyelimuti permukaan tube-tube yang dapat
menghambat transfer panas antara uap dengan cooling water,
sehingga gas-gas ini harus dikeluarkan atau dibuang dari
dalam kondensor. Cara untuk mengeluarkan udara tersebut
biasanya dilakukan dengan bantuan venting pump dan
primming pump yang merupakan pompa vakum.
2. Terjadi fouling terhadap kondensor
Fouling atau endapan sangat mungkin terjadi pada kondensor,
endapan yang mengotori tube-tube kondensor ini berasal dari
sumber pengambilan bahan baku air pendingin. Seperti yang
kita ketahui tempat pengambilan air pendingin berasal dari
laut dan kemungkinan besar air tersebut mengandung
endapan-endapam kotoran yang ikut masuk dan mengendap
pada tube-tube kondensor, hal ini dapat menyebebakan
menurunnya laju perpindahan panas pada kondensor,
sehingga kualitas air pendingin sangat diperlukan agar
mengurangi penyebab fouling pada kondensor.
3.5 Perhitungan Desain Alat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran