Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


Periode 13 Oktober 22 Desember 2014

TERSANGKA DEMAM BERDARAH GRADE 1

Disusun Oleh:
Juliansyah Efriko

04054811416005

Yustin Putri Pratiwi

04084811416069
Pembimbing:

Dr. dr. Rosiana A. Marbun, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUD dr. IBNU SUTOWO BATURAJA
2014

DAFTAR ISI
Halaman Depan...

Daftar Isi.

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Pendahuluan....

BAB I Laporan Kasus.

BAB II Tinjauan Pustaka

17

BAB III Analisis Masalah...

27

Daftar Pustaka.

30

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
Sinfroma Nefrotik

Oleh:

Juliansyah Efriko

04054811416005

Yustin Putri Pratiwi

04084811416069

Sebagai salah satu komponen/syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior


bagian Ilmu Penyakit Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang Periode 13 Oktober 22 Desember.

Baturaja,

Desember 2014

Dr. dr. Rosiana A. Marbun, SpA

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Tersangka Demam Berdarah
Dengue.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas laporan kasus yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya ilmu
Kesehatan Anak Universitas Sriwijaya.
Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. dr. Rosiana A. Marbun, SpA, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Baturaja,

Desember 2014

Penulis

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai menifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan.

Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)


atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar
biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. Aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi
nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan
tempat penampungan air lainnya).
Makalah ini akan membahas sebuah kasus tentang seorang pasien
tersangka demam berdarah dengue.

BAB I
STATUS PASIEN

2.1 Identifikasi Pasien


Nama

: Iksan Jaya

Umur/Tanggal Lahir

: 4 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Nama Ayah

Nama Ibu

Bangsa/Suku

: Indonesia/Melayu

Agama

: Islam

Alamat

: Pd Bindu

Dikirim oleh

: Sendiri

MRS Tanggal

: 25 November 2014

2.2 Anamnesis
Tanggal

: 26 November 2014

Diberikan oleh

: Alloanamnesis terhadap ibu pasien

1. Keluhan Utama

: demam

2. Keluhan Tambahan

: muntah

3. Riwayat Perjalanan Penyakit:


+4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam tinggi yang
datangnya mendadak,demam dirasakan tiap hari dan tidak pernah turun, tanpa
disertai menggigil, berkeringat (-). Nyeri pada otot (+), nyeri sendi (+), badan
terasa lesu (+), sakit kepala (+), nyeri perut (-), nyeri belakang mata (+),
mimisan (-), gusi berdarah (-), timbul bintik kemerahan (-), mual (+), muntah
(-), tidak nafsu makan (+), batuk (-), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien diberi obat penurun panas (parasetamol), panas turun tetapi
langsung tinggi lagi.

+1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih mengeluh demam


tinggi, terus-menerus (+), menggigil (-), berkeringat (-), sakit kepala (+),
nyeri sendi (+), nyeri otot (+), badan terasa lesu (+),nyeri perut (+), nyeri
belakang mata (+),

mimisan (-), gusi berdarah (-), timbulbintik-bintik

kemerahan pada kulit (-), Mual (+), muntah (+), frekuensi 1x, jumlahnya
gelas , isi apa yang dimakan, tidak nafsu makan (-), batuk (-), pilek (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Pasien lalu dibawah ke RSUD. Dr. Ibnu Sutowo.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat berat badan sulit naik tidak ada

Riwayat sakit tenggorok tidak ada, nyeri menelan tidak ada

Riwayat koreng di kulit tidak ada, ruam di kulit tidak ada

Riwayat sakit kuning tidak ada

Riwayat penyakit jantung bawaan tidak ada

5. Riwayat Penyakit dalam Keluarga:

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pekerjaan orang tua
penderita adalah petani dengan pendapatan perbulan keluarga +Rp
1.000.000,-. Di rumah, penderita tinggal bersama 5 orang, yaitu
bapak, ibu, dan kedua kakaknya. Rumah penderita adalah rumah
panggung terbuat dari papan, sebesar 6x12 meter, terdapat kamar
mandi. Air minum didapat dari air sumur di bawah rumah, kadang
menggunakan galon. Jendela di rumah selalu dibuka. Bapak penderita
merokok.

7. Riwayat Kehamilan
Masa kehamilan

: cukup bulan

Periksa hamil

: tidak teratur

Kebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan:


Minum alkohol

: tidak ada

Merokok

: tidak ada

Makan obat-obat tertentu

: tidak ada

Penyakit atau komplikasi kehamilan ini

: tidak ada

8. Riwayat Persalinan
Presentasi

: kepala

Cara persalinan

: spontan pervaginam

Ditolong oleh

: dukun

Tanggal

: 12 Agustus 2010

Riwayat injeksi vit. K

: tidak ada

KPSW

: tidak ada

Riwayat demam saat kehamilan

: tidak ada

Riwayat ketuban kental, hijau, bau

: tidak ada

Keadaan bayi saat lahir:


Jenis kelamin

: laki-laki

Kelahiran

: spontan

Kondisi saat lahir

: langsung menangis

BBL

: ibu tidak tahu

PBL

: ibu tidak tahu

9. Riwayat Makan
ASI

: lahir 1 tahun 6 bulan. Karena ibu bekerja di kebun, ASI


anak tidak teratur. Setiap harinya penderita diberi ASI 2
3 kali, yaitu pukul 07.00, 11.00,dan 17.00. Setiap

menyusu 20 menit. Semalam anak dapat menyusu 2x


setiap bangun @20 menit.
Susu formula

: (-)

Susu kental manis: diberikan susu cap enak semenjak usia 1 tahun
karena ibu lebih sering di kebun. Susu kental
manis diberikan sebagai pengganti ASI jika ibu
tidak pulang dari kebun Susu diberikan oleh
kakaknya. Susu kental manis dibuat 1 sendok
makan dicampur dengan segelas air (+200cc) dan
disuapi

menggunakan

sendok.

Susu

biasanya

habis, dan sehari dapat minum sampai 3 kali.


Nasi

: Sejak usia 1 tahun. Anak makan 23 kali sehari,


masing-masing 1 centong nasi. Anak diberi lauk 1
telur, tahu, atau tempe. Ikan diberikan 2x/minggu,
biasanya digoreng. Sayur yang diberi adalah 1
sendok wortel atau kentang dipotong dan dibening,
terkadang bayam, selalu habis. Nasi habis.
Riwayat mengonsumsi jajanan seperti gorengan,
makanan, dan minuman kemasan setiap hari sejak
usia 3 tahun hingga sekarang. Minuman kemasan
botol atau kotak atau kaleng, seperti ale-ale, teh
gelas, chiki-chikian dikonsumsi setiap hari.

10. Riwayat Perkembangan


Tengkurap

: 6 bulan

Duduk

: 8 bulan

Merangkak

: 9 bulan

Berdiri

: 11 bulan

Berjalan

: 14 bulan

Kesan

: perkembangan motorik dalam batas normal

10

11. Riwayat Imunisasi


BCG

: 1 kali

DPT

: 3 kali

Polio

: 3 kali

Hepatitis B

: 3 kali

Campak

: 1 kali

Kesan

: Imunsasi dasar lengkap

2.2 Pemeriksaan Fisik


Tanggal pemeriksaan: November 2014 (sesudah dirawat selama hari).
Keadaan Umum
Kesadaran

: kompos mentis

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Nadi

: 98x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernapasan

: 26x/menit, reguler

Suhu

: 37,2OC

Berat badan

: 12 kg

Tinggi badan

: 95 cm

Status gizi (CDC)

BB/U

: (-2) (-3) (gizi kurang)

TB/U

: (-2) (-3) (perawakan pendek)

BB/TB

: (-2) (normal)

Kesan

: gizi baik

Keadaan Spesifik

Kepala
Bentuk

: normosefalus

Rambut

: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut, distribusi normal,


alopesia (-), lesi pada kulit kepala (+)

11

Mata

Edema

periorbita

(-/-),

konjungtiva

anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, diameter


3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Hidung

: Napas cuping hidung (-), deformitas (-), deviasi septum (-)


mukosa hiperemis (-) pucat (-), hipertropi konka (-),
epistaksis(-), sekret (-)

Telinga

: Deformitas (-/-), nyeri tekan aurikuler (-/-), nyeri tekan


mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (+/+)
minimal, sekret (-/-)

Mulut

: Bibir pucat (-), sianosis (-), rhagaden (-), stomatitis (-),


cheilitis (-), oral thrush (-), bercak Koplik (-), ulserasi (-),
gusi edema (-), bengkak (-), merah (-), perdarahan (-),
lidah bentuk normal, tremor (-), coated (-), atrofi papil (-),
strawberry tongue (-), palatoskizis (-), uvula bifida (-)

Tenggorok

: Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripta


(-), detritus (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat

Thorak
Bentuk dada : normal, simetris, retraksi (-), pembengkakan (-),
deformitas (-), ginekomastia (-)
Paru-paru

o Inspeksi : statis simetris, dinamis pergerakan dinding dada


tertinggal (-), retraksi (-)
o Palpasi

: simetris, stem fremitus kiri dan kanan sama,


krepitasi (-),

o Perkusi

: sonor pada kedua lapang paru

o Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)


Jantung

o Inspeksi : iktur kordis tidak terlihat

12

o Palpasi

iktus

kordis

teraba

pada

ICS

linea

midclavicularis sinistra, thrill teraba


o Perkusi

: Batas atas jantung ICS III linea midclavicularis


sinistra, batas kanan jantung ICS IV linea
parsternalis sinistra, batas kiri jantung ICS IV linea
midclavicularis sinistra.

o Auskultasi : HR 98x/menit, irama reguler, pulsus defisit (-), BJ


I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: datar

Palpasi

: lemas, datar, hepar teraba 3 cm di bawah processus


xyphoideus dan 3 cm di bawah arcus costa dan lien tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium (+)

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Lipat paha dan genitalia: pembesaran KGB (-), edema skortum (-)

Ekstremitas : akral hangat (+), CRT <2, edema pretibial (-)

2.3 Diagnosis Banding


DD, DBD, malaria, ISK

2.4 Pemeriksaan Penunjang


25/11/2014
Darah Rutin

Penderita

Batasan

Satuan

Hemoglobin

12,2

12-14

mg/dl

Leukosit

2.700

5.000-10.000

/uL

Trombosit

26.000

150.000-400.000

/uL

Hematokrit

36%

31-43

16

<10

mm/jam

LED

26/11/2014

13

Darah Rutin

Penderita

Batasan

Satuan

Hemoglobin

10,8

12-14

mg/dl

Trombosit

8.000

150.000-400.000

/uL

Hematokrit

32%

31-43

Penderita

Batasan

Satuan

9,1

12-14

mg/dl

Trombosit

350.000

150.000-400.000

/uL

Hematokrit

26%

31-43

27/11/2014
Darah Rutin
Hemoglobin

2.5 Diagnosis Kerja


TDBD gr. 1

2.6 Penatalaksanaan
IVFD RL gtt X makro
Paracetamol 3x1 cth

2.7 Prognosis
Dubia ad bonam

FOLLOW UP
25/11/2014

S: Demam (+), mual (+), muntah (+) setiap makan/minum


O: KU: sensorium CM, N 110x/m, RR 24x/m, T 38,5OC, rumple
leed (+)
KS: Kepala: NCH (-), rhagaden (+), faring hiperemis (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor pulmo dbn
Abdomen: datar, lemas, BU (+) n, H/L ttb
Ext: CRT <2
A: TDBD gr. 1 dd/ malaria, dd/ ISK

14

P: cek DDR, WIDAL, DR, UR


IVFD D5 NS gtt X makro
PCT 3x1 cth
Domperidon tab 3x2 mg
Ampisilin 3x350 mg
Gentamisin 2x25 mg

Hasil labor: Hb: 12,2 g/dl, Ht 36%, trombosit 26.000, LED 16


mm/jam, leukosit 2.700
(Th/: IVFD RL gtt XX makro [7cc/kgBB/jam])
26/11/2014

S: demam (-), mual muntah (-)


O: KU: sens CM, N 116x/m, RR 24x/m, T 36,7OC
KS: kepala: NCH (-), CA (-), SI (-)
leher: faring hiperemis (-)
toraks: simetris, retraksi (-)
cor: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
pulmo: ves (+) n, rh (-), wh (-)
abd: datar, lemas, hepar teraba 3cmbac 3cmbpx, lien tidak teraba,
BU (+) n
ext: akral hangat, pucat (-), CRT <2
A: TDBD gr. 1 dd/malaria dd/ISK
P: IVFD RL gtt X makro
Ampisilin 3x350 mg
Gentamisin 2x25 mg
Cek Hb, Ht, trombo
PCT 3x1 cth

Hasil labor:
Hb 10,8 g/dl, Ht 32%, trombo 8.000/ul
(Th/: IVFD RL gtt XX makro, terapi lain teruskan, observasi
perdarahan)

15

27/11/2014

S: kel (-)
O: KU: sensorium CM, RR 22x/m, T 36,5OC, N 120x/m (i/t cukup,
reg)
KS: Kepala: NCH (-), CA (-/-), SI (-/-)
Leher: faring hiperemis (-)
Toraks: simetris, retaksi (-)
Cor: BJ I-II n, m (-), g (-)
pulmo: ves (+) n, rh (-), wh (-)
abd: datar, lemas, hepar teraba 3cmbac, 3cmbpx, lien tidak teraba,
BU (+) n
ext: akral hangat, pucat (-), CRT <2
A: TDBD gr. 1 dd/ malaria dd/ISK
IVFD RL gtt XV makro
Cek Hb, Ht, trombo
Ampisilin 3x350 mg
Gentamisin 2x25 mg
Tirah baring

Hasil labor:
Hb: 9,1 mg/dl, Ht 26%, trombosit 350.000/ul
28/11/2014

S: keluhan (-)
O: KU: sens CM, N 108x/m, RR 24x/m, T 36,1OC
KS: kepala: NCH (-), CA (-), SI (-), faring hiperemis (-)
toraks: simetris, retraksi (-)
cor: BJ I-II n, m (-), g (-)
pulmo: ves (+) n, m (-), g (-)
abdomen: datar, lemas, hepar teraba 3cmbac 3cmpbx lien ttb,
BU(+)n
eks: akral hangat, CRT <2
A: TDBD gr. 1

16

RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 4 tahun datang dengan keluhan demam 4 hari dan
muntah. +4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam tinggi yang
datangnya mendadak, Demam dirasakan tiap hari dan tidak pernah turun, tanpa
disertai menggigil, berkeringat (-). Nyeri pada otot (+), nyeri sendi (+), badan
terasa lesu (+), sakit kepala (+), nyeri perut (-), nyeri belakang mata (+), mimisan
(-), gusi berdarah (-), timbul bintik kemerahan (-), mual (+), muntah (-), tidak
nafsu makan (+), batuk (-), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
diberi obat penurun panas (parasetamol), panas turun tetapi langsung tinggi lagi .
+1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih mengeluh demam
tinggi, terus-menerus (+), menggigil (-), berkeringat (-), sakit kepala (+), nyeri
sendi (+), nyeri otot (+), badan terasa lesu (+),nyeri perut (+), nyeri belakang
mata (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), timbulbintik-bintik kemerahan pada kulit
(-), Mual (+), muntah (+), frekuensi 1x, jumlahnya gelas , isi apa yang
dimakan, tidak nafsu makan (-), batuk (-), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien lalu dibawah ke RSUD. Dr. Ibnu Sutowo.
Satu hari di rumah sakit, pasien mengalami perbaikan. Tidak ada lagi
keluhan demam, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan anak
kompos mentis dengan nadi 116x/menit reguler, isi dan tegangan cukup, RR
24x/m, dan temperatur 36,5OC. Pemeriksaan fisik khusus dalam batas normal,
tidak terdapat hiperemis pada faring dan tonsil. Pada abdomen, didapatkan datar,
lemas, hepar teraba 3 cm di bawah arcus costa dan 3 cm di bawah prosesus
sifoideus, lien tidak teraba. BU(+)n. Pada ekstremitas, akral hangat, tidak terdapat
pucat dan sianosis, namun terlihat lesi kehitaman pada seluruh tubuh akibat
penyakit campak yang diderita pasien 3 minggu SMRS. Dilakukan Rumple Leed
Test pada pasien ini, dan didapatkan hasil yang positif.
Pasien ini diterapi dengan cairan RL gtt X makro serta Paracetamol 3x1
cth jika demam mencapai 38,5OC. Edukasi yang dilakukan untuk orang tua
penderita adalah anaknya harus minum air untuk rehidrasi.

17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai menifestasi perdarahan
dan bertendensi menimbulkan renjatan. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

2.1 Etiologi
Sekurang-kurangnya ada empat tipe virus dengue yang berbeda (tipe 14) yang
telah diisolasi dari penderita demma berdarah.

2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue terjadi dimana banyak tipe virus dengue secara simultan
atau berurutan ditularkan. Demam ini adalah endemic di Asia tropic, dimana suhu
panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes
aegypti besar dan permanen. Pada keadaan ini, infeksi dengan virus dengue dari
semua tipe sering ada, dan infeksi kedua dengan tipe heterolog sering terjadi.
Sesudah umur 1 tahun, hampir semua penderita dengan sindrom syok dengue
mempunyai kenaikan sekunder antbodi terhadap virus dengue, yang menunjukkan
infeksi sebelumnya dengan virus yang terkait erat. Demam berdarah dengue dapat
terjadi selama infeksi dengue primer, paling sering pada bayi yang ibunya imun
terhadap dengue.
Orang asing tidak imun, orang dewasa dan anak-anak yang terpajang
terhadap virus dengue selama wabah demam berdarah menderita demam dengue
klasik atau bahkan penyakit yang lebih ringan. Perbedaan dalam manifestasi klinis
infeksi dengue antara orang asli dan orang asing di Asia Tenggara lebih terkait
pada status imunologis daripada kerentanan ras. Namun, pada wabah Kuba, angka
serangan demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue lebih rendah pada

18

anak kulit hitam, mungkin menjelaskan seolah-olah tidak ada sindrom pada
daerah endemic Afrika.
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaitu :

Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan


vektor di lingkungan, transportasi vektor dilingkungan, transportasi vektor
dai satu tempat ke tempat lain;

Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan


paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;

Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

2.3 Patologi
Biasanya tidak ada lesi patologis yang ditmukan yang menyebabkan kematian.
Pada ekadaan yang jarang kematian mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran
cerna atau perdarahan intrakranial. Perdarahan minimal sampai sedang ditemukan
pada saluran cerna atas, dan perdarahan petekie lazim pada sekat interventrikuler
jantung, pada pericardium, dan pada permukaan serosa visera mayor. Perdarahan
setempat kadang-kadang terlihat pada paru-paru, hat, adrenal, dan ruang
subarachnoid. Hati biasanya membesar, sering dengan perubahan lemak. Efusi
berbercak kuning, berair dan kadang-kadang berdarah ada pada rongga serosa
pada sekitar tiga perempat penderita.
Secara mikroskopis, ada edema perivaskuler pada jaringan lunak yang
diapedisis sel darah merah menyebar. Mungkin ada henti maturasi megakarosit
dalam sumsum tulang, dan kenaikan jumlah megakariosit ditemukan dalam
kapiler paru-paru, dalam glomerulus ginjal, dan dalam sinusoid hati dan limpa.
Virus dengue biasanya tidak ada dalam jaringan pada saat meninggal,
dengan isolasi yang jarang dilaporkan dari hati dan jaringan limfatik, paling
sering pada bayi yang lebih muda dari 1 thaun yang telah mengalami infeksi
primer.

2.4 Patogenesis

19

Patogenesisnya belum dimengerti secara sempurna; penelitian epidemiologi


memberi kesan bahwa biasanya disertai dengan ifneksi dengue tipe 2, 3, dan 4
sekunder. Ada bukti bahwa antibodi non-netralisasi menaikkan infeksi seluler dan
memperbedar keparahan penyakit. Virus dengue memperagakan pertumbuhan
yang diperbesar pada biakan fagosit mononuklear manusia yang disiapkan dari
donor imun dengue non-netralisasi. Kera yang terinfeksi berikutnya atau yang
diperkuat. Penelitian retrospektif serum dari ibu manusia yang bayinya mendapat
demam berdarah dengue atau penelitian prospektif pada anak yang sedang
mendapat infeksi dengue berikutnya telah menunjukkan bahwa sirkulasi antibodi
yang memperkuat infeksi pada saat infeksi merupakan faktor risiko terkuat untuk
perkembangan penyakit berat. Bahkan kadar rendah antibodi netralisasi, apakah
dari infeksi homotip melindungi bayi atau anak dari demam berdarah dengue.
Pada awal stadium akut infeksi dengue sekunder, ada aktivasi cepat sistem
komplemen. Selama syok, adar C1q, C3, C4, C5-C8 darah, dan proaktivtaor C3
memgalami depresi, dan kecepatan katabolic C3 naik. Koagulasi darah dan sistem
fibrinolitik diaktifkan, dan kadar faktor XII (faktor Hageman) depresi. Tidak ada
mediator spesifik permeabilitas vaskuler pada demam berdarah degue yang telah
diidentifikasi. Koagulasi intravaskuler tersebar ringan, cedera hati, dan
trombositopenia dapat menimbulkan perdarahan secara sinergis. Cedera kapiler
memungkinkan cairan, elektrolit, protein, dan pada beberapa keadaan, sel darah
merah bocor ke dalam ruang ekstravaskuler. Penyebaran internal kemabli cairan
ini, bersama dengan defisit yang disebabkan oleh puasa, kehausan, dan muntah,
menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemia, kerja jantung bertambah, hipoksia
jaringan, asidosis metabolic, dan hiponatremia.

2.5 Manifestasi Klinis


Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi demam
dengue. Perjalaannya khas pada anak yang sangat sakit. Fase pertama yang
relative ringan dengan demam dimulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala,
anoreksia, dan batuk dapat terjadi setelah 2-5 hari oleh deteriorasi klinis cepat dan
kolaps. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,

20

lembab, badan panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai: ekimosis
spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi
vena biasanya terjadi. Ruam macular atau makulopapular mungkin muncul, dan
mungkin ada sianosis sekliling mulut dan perifer. Pernapasan cepat dan sering
berat. Nadi lemah, cepat, dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin
membesar sampai 4-6 cm di bawah tepi kosta dan biasanya keras dan agak nyeri.
Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna
yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Sesudah 2436 jam masa kritis, konvalesens cukup cepat pada anak yang
sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi
dan ekstrasistol ventrikel lzim selama fase konvalesens. Jarang, ada cedera otak
sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang karena perdarahan intrakranial.
Strain virus Dengue 3 yang bersirkulasi di daerah terutama Asia Tenggara sejak
tahun 1983 disertai dengan terutama sindroma klinis berat, yang ditandai oleh
ensefalopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok, dan kadangkadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi
dengue sekunder relative ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari
infeksi yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernapasan atas yang tidak
terdiferensiasi atau penyakit seperti dengue sampai penyakit yang serupa dengan
penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas.

2.6 Data Laboratorium


Kelainan hematologis yang sering selama syok klinis adalah kenaikan hematokrit
20% atau lebih besar melebihi nilai hematokrit penyembuhan, trombositopenia,
leukositosis ringan, waktu perdarahan memanjang, dan kadang protrombin
menurun sedang. Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk
pecahan fibrin naik.
Kelainan lain adalah kenaikan sedang kadar transaminase serum,
konsumsi komplemen, asidosis metabolik ringan dengan hiponatremia, dan

21

kadang-kadang hipokloremia, sedikit kenaikan urea nitrogen serum, dan


hipoalbuminemia. Roentgenogram adada menunjukkan efusi pleura pada hampir
semua penderita.

2.7Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)

Derajat I

Derajat II

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi


perdarahan ialah uji bendung.
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,

Derajat III

tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,


sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak
gelisah.

Derajat IV

Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.

2.8Tatalaksana
Anak dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah/diare.

Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen


karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.

Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

22

Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat

Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa


laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap
6 jam

Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,


turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 2448 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.

Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata


laksana syok terkompensasi (compensated shock).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.

Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20


ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

23

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.

24

25

26

27

BAB III
ANALISIS KASUS

Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya


tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan
demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacammacam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik
(undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat
yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak,
kadang-kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola
mata, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam
berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal. 2
Demam Dengue (DD). Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari,
ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

Nyeri kepala

Nyeri retro-orbital

Mialgia/atralgia

Ruam kulit

Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)

Leukopenia
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue. Berdasarkan kriteria WHO 1997 untuk diagnosis DBD ditegakkan
bila semua kriteria berikut terpenuhi yaitu:
1.

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

2.

Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut: uji bendung


positif; petekie, ekimosis, purpura; perdarahan mukosa (tersering
epistaksis atau perdarahan gusi); hematemesis atau melena.

3.

Trombositopenia (trombosit < 100.000/ul)

4.

Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)


berikut: peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai

28

dengan umur dan jenis kelamin; penurunan hematokrit >20% setelah


mendapat

terapi

cairan, dibandingkan

dengan nilai

hematokrit

sebelumnya; tanda kebocoran plasma seperti efusi plura, asites atau


hipoproteinemia

Demam tinggi pada pasien ini telah berlangsung selama 4 hari, dari
anamnesis diketahui bahwa demam pada pasien ini memiliki gambaran demam
yang spesifik yaitu demam yang mendadak dan terus menerus tinggi, demam
malaria dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak dijumpai adanya trias
malaria yaitu episode dingin/menggigil, episode panas episode berkeringat.
Demam thypoid dapat disingkarkan karena demam yang muncul pada pasien ini
mendadak dan terus menerus tinggi, sedangkan sifat demam tifoid adalah adalah
meningkat perlahan-lahan terutama sore dan malam hari.
Dari pemeriksaan tanda vital sign masih dalam batas normal, kecuali suhu
tubuh yang tinggi pada saat datang ke IGD RS. Ibnu sutowo, yaitu 38,5OC (suhu
tubuh saat pasien berada di bangsal yaitu 37,2C) tidak dijumpai adanya bradikardi
relatif, dimana dijumpai denyut nadi 98 kali/menit, reguler, dengan isi dan
tegangan cukup. Pada pasien ini tekanan darah 100/60 mmHg, pada perabaan
akral tidak dijumpai akral dingin, ini bearti tidak dijumpai tanda-tanda syok
(gejala syok ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer,
serta penurunan tekanan darah). Pada pemeriksaan regio thorak juga tidak
dijumpai adanya kelainan, pada regio abdomen juga tidak dijumpai adanya
kelainan. Bukti perdarahan tak spontan ditunjukkan dengan hasil rumpled test
positif pada pasien ini dan dasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya
trombositopenia, dimana dijumpai trombosit pemeriksaan pertama (25 september
2014)26.000/mm dan pemeriksaan ke-2 (26 september 2014) 8.000/mm.
Penurunan kadar hematokrit juga dijumpai pada pasien ini yaitu 28% yang
menandakan terjadi perembesan plasma.
Diagnosa Demam Berdarah Dengue derajat I ditegakkan karena dari
anamnesis dijumpai

demam yang muncul mendadak dan terus menerus tinggi,

hasil pemeriksaan fisik dijumpai rumple leed (+) dan hasil lab dijumpai

29

trombositopenia, dan dijumpai bukti kebocoron plasma yaitu penurunan kadar


hematokrit sebesar 28%. Terapi secara umum yang diberikan adalah diet nasi
biasa, pasien diberikan edukasi agar minum lebih banyak (1.5-2 liter per hari).
Cairan intravena diberikan RL gtt 10 kali/menit, diberikan pula obat yang bersifat
simptomatik untuk meringankan keluhan demam pada penderita ini, yaitu
diberikan parasetamol 3 x 120 mg. Prognosis vitam et functionam pasien ini
adalah bonam.

30

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai