Disusun Oleh:
Juliansyah Efriko
04054811416005
04084811416069
Pembimbing:
DAFTAR ISI
Halaman Depan...
Daftar Isi.
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Pendahuluan....
17
27
Daftar Pustaka.
30
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Sinfroma Nefrotik
Oleh:
Juliansyah Efriko
04054811416005
04084811416069
Baturaja,
Desember 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Tersangka Demam Berdarah
Dengue.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas laporan kasus yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya ilmu
Kesehatan Anak Universitas Sriwijaya.
Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. dr. Rosiana A. Marbun, SpA, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Baturaja,
Desember 2014
Penulis
PENDAHULUAN
BAB I
STATUS PASIEN
: Iksan Jaya
Umur/Tanggal Lahir
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Nama Ayah
Nama Ibu
Bangsa/Suku
: Indonesia/Melayu
Agama
: Islam
Alamat
: Pd Bindu
Dikirim oleh
: Sendiri
MRS Tanggal
: 25 November 2014
2.2 Anamnesis
Tanggal
: 26 November 2014
Diberikan oleh
1. Keluhan Utama
: demam
2. Keluhan Tambahan
: muntah
kemerahan pada kulit (-), Mual (+), muntah (+), frekuensi 1x, jumlahnya
gelas , isi apa yang dimakan, tidak nafsu makan (-), batuk (-), pilek (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Pasien lalu dibawah ke RSUD. Dr. Ibnu Sutowo.
7. Riwayat Kehamilan
Masa kehamilan
: cukup bulan
Periksa hamil
: tidak teratur
: tidak ada
Merokok
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
8. Riwayat Persalinan
Presentasi
: kepala
Cara persalinan
: spontan pervaginam
Ditolong oleh
: dukun
Tanggal
: 12 Agustus 2010
: tidak ada
KPSW
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: laki-laki
Kelahiran
: spontan
: langsung menangis
BBL
PBL
9. Riwayat Makan
ASI
: (-)
Susu kental manis: diberikan susu cap enak semenjak usia 1 tahun
karena ibu lebih sering di kebun. Susu kental
manis diberikan sebagai pengganti ASI jika ibu
tidak pulang dari kebun Susu diberikan oleh
kakaknya. Susu kental manis dibuat 1 sendok
makan dicampur dengan segelas air (+200cc) dan
disuapi
menggunakan
sendok.
Susu
biasanya
: 6 bulan
Duduk
: 8 bulan
Merangkak
: 9 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 14 bulan
Kesan
10
: 1 kali
DPT
: 3 kali
Polio
: 3 kali
Hepatitis B
: 3 kali
Campak
: 1 kali
Kesan
: kompos mentis
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 26x/menit, reguler
Suhu
: 37,2OC
Berat badan
: 12 kg
Tinggi badan
: 95 cm
BB/U
TB/U
BB/TB
: (-2) (normal)
Kesan
: gizi baik
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk
: normosefalus
Rambut
11
Mata
Edema
periorbita
(-/-),
konjungtiva
anemis
Telinga
Mulut
Tenggorok
Leher
Thorak
Bentuk dada : normal, simetris, retraksi (-), pembengkakan (-),
deformitas (-), ginekomastia (-)
Paru-paru
o Perkusi
12
o Palpasi
iktus
kordis
teraba
pada
ICS
linea
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Lipat paha dan genitalia: pembesaran KGB (-), edema skortum (-)
Penderita
Batasan
Satuan
Hemoglobin
12,2
12-14
mg/dl
Leukosit
2.700
5.000-10.000
/uL
Trombosit
26.000
150.000-400.000
/uL
Hematokrit
36%
31-43
16
<10
mm/jam
LED
26/11/2014
13
Darah Rutin
Penderita
Batasan
Satuan
Hemoglobin
10,8
12-14
mg/dl
Trombosit
8.000
150.000-400.000
/uL
Hematokrit
32%
31-43
Penderita
Batasan
Satuan
9,1
12-14
mg/dl
Trombosit
350.000
150.000-400.000
/uL
Hematokrit
26%
31-43
27/11/2014
Darah Rutin
Hemoglobin
2.6 Penatalaksanaan
IVFD RL gtt X makro
Paracetamol 3x1 cth
2.7 Prognosis
Dubia ad bonam
FOLLOW UP
25/11/2014
14
Hasil labor:
Hb 10,8 g/dl, Ht 32%, trombo 8.000/ul
(Th/: IVFD RL gtt XX makro, terapi lain teruskan, observasi
perdarahan)
15
27/11/2014
S: kel (-)
O: KU: sensorium CM, RR 22x/m, T 36,5OC, N 120x/m (i/t cukup,
reg)
KS: Kepala: NCH (-), CA (-/-), SI (-/-)
Leher: faring hiperemis (-)
Toraks: simetris, retaksi (-)
Cor: BJ I-II n, m (-), g (-)
pulmo: ves (+) n, rh (-), wh (-)
abd: datar, lemas, hepar teraba 3cmbac, 3cmbpx, lien tidak teraba,
BU (+) n
ext: akral hangat, pucat (-), CRT <2
A: TDBD gr. 1 dd/ malaria dd/ISK
IVFD RL gtt XV makro
Cek Hb, Ht, trombo
Ampisilin 3x350 mg
Gentamisin 2x25 mg
Tirah baring
Hasil labor:
Hb: 9,1 mg/dl, Ht 26%, trombosit 350.000/ul
28/11/2014
S: keluhan (-)
O: KU: sens CM, N 108x/m, RR 24x/m, T 36,1OC
KS: kepala: NCH (-), CA (-), SI (-), faring hiperemis (-)
toraks: simetris, retraksi (-)
cor: BJ I-II n, m (-), g (-)
pulmo: ves (+) n, m (-), g (-)
abdomen: datar, lemas, hepar teraba 3cmbac 3cmpbx lien ttb,
BU(+)n
eks: akral hangat, CRT <2
A: TDBD gr. 1
16
RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 4 tahun datang dengan keluhan demam 4 hari dan
muntah. +4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam tinggi yang
datangnya mendadak, Demam dirasakan tiap hari dan tidak pernah turun, tanpa
disertai menggigil, berkeringat (-). Nyeri pada otot (+), nyeri sendi (+), badan
terasa lesu (+), sakit kepala (+), nyeri perut (-), nyeri belakang mata (+), mimisan
(-), gusi berdarah (-), timbul bintik kemerahan (-), mual (+), muntah (-), tidak
nafsu makan (+), batuk (-), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
diberi obat penurun panas (parasetamol), panas turun tetapi langsung tinggi lagi .
+1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih mengeluh demam
tinggi, terus-menerus (+), menggigil (-), berkeringat (-), sakit kepala (+), nyeri
sendi (+), nyeri otot (+), badan terasa lesu (+),nyeri perut (+), nyeri belakang
mata (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), timbulbintik-bintik kemerahan pada kulit
(-), Mual (+), muntah (+), frekuensi 1x, jumlahnya gelas , isi apa yang
dimakan, tidak nafsu makan (-), batuk (-), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien lalu dibawah ke RSUD. Dr. Ibnu Sutowo.
Satu hari di rumah sakit, pasien mengalami perbaikan. Tidak ada lagi
keluhan demam, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan anak
kompos mentis dengan nadi 116x/menit reguler, isi dan tegangan cukup, RR
24x/m, dan temperatur 36,5OC. Pemeriksaan fisik khusus dalam batas normal,
tidak terdapat hiperemis pada faring dan tonsil. Pada abdomen, didapatkan datar,
lemas, hepar teraba 3 cm di bawah arcus costa dan 3 cm di bawah prosesus
sifoideus, lien tidak teraba. BU(+)n. Pada ekstremitas, akral hangat, tidak terdapat
pucat dan sianosis, namun terlihat lesi kehitaman pada seluruh tubuh akibat
penyakit campak yang diderita pasien 3 minggu SMRS. Dilakukan Rumple Leed
Test pada pasien ini, dan didapatkan hasil yang positif.
Pasien ini diterapi dengan cairan RL gtt X makro serta Paracetamol 3x1
cth jika demam mencapai 38,5OC. Edukasi yang dilakukan untuk orang tua
penderita adalah anaknya harus minum air untuk rehidrasi.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai menifestasi perdarahan
dan bertendensi menimbulkan renjatan. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
2.1 Etiologi
Sekurang-kurangnya ada empat tipe virus dengue yang berbeda (tipe 14) yang
telah diisolasi dari penderita demma berdarah.
2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue terjadi dimana banyak tipe virus dengue secara simultan
atau berurutan ditularkan. Demam ini adalah endemic di Asia tropic, dimana suhu
panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes
aegypti besar dan permanen. Pada keadaan ini, infeksi dengan virus dengue dari
semua tipe sering ada, dan infeksi kedua dengan tipe heterolog sering terjadi.
Sesudah umur 1 tahun, hampir semua penderita dengan sindrom syok dengue
mempunyai kenaikan sekunder antbodi terhadap virus dengue, yang menunjukkan
infeksi sebelumnya dengan virus yang terkait erat. Demam berdarah dengue dapat
terjadi selama infeksi dengue primer, paling sering pada bayi yang ibunya imun
terhadap dengue.
Orang asing tidak imun, orang dewasa dan anak-anak yang terpajang
terhadap virus dengue selama wabah demam berdarah menderita demam dengue
klasik atau bahkan penyakit yang lebih ringan. Perbedaan dalam manifestasi klinis
infeksi dengue antara orang asli dan orang asing di Asia Tenggara lebih terkait
pada status imunologis daripada kerentanan ras. Namun, pada wabah Kuba, angka
serangan demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue lebih rendah pada
18
anak kulit hitam, mungkin menjelaskan seolah-olah tidak ada sindrom pada
daerah endemic Afrika.
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaitu :
2.3 Patologi
Biasanya tidak ada lesi patologis yang ditmukan yang menyebabkan kematian.
Pada ekadaan yang jarang kematian mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran
cerna atau perdarahan intrakranial. Perdarahan minimal sampai sedang ditemukan
pada saluran cerna atas, dan perdarahan petekie lazim pada sekat interventrikuler
jantung, pada pericardium, dan pada permukaan serosa visera mayor. Perdarahan
setempat kadang-kadang terlihat pada paru-paru, hat, adrenal, dan ruang
subarachnoid. Hati biasanya membesar, sering dengan perubahan lemak. Efusi
berbercak kuning, berair dan kadang-kadang berdarah ada pada rongga serosa
pada sekitar tiga perempat penderita.
Secara mikroskopis, ada edema perivaskuler pada jaringan lunak yang
diapedisis sel darah merah menyebar. Mungkin ada henti maturasi megakarosit
dalam sumsum tulang, dan kenaikan jumlah megakariosit ditemukan dalam
kapiler paru-paru, dalam glomerulus ginjal, dan dalam sinusoid hati dan limpa.
Virus dengue biasanya tidak ada dalam jaringan pada saat meninggal,
dengan isolasi yang jarang dilaporkan dari hati dan jaringan limfatik, paling
sering pada bayi yang lebih muda dari 1 thaun yang telah mengalami infeksi
primer.
2.4 Patogenesis
19
20
lembab, badan panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai: ekimosis
spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi
vena biasanya terjadi. Ruam macular atau makulopapular mungkin muncul, dan
mungkin ada sianosis sekliling mulut dan perifer. Pernapasan cepat dan sering
berat. Nadi lemah, cepat, dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin
membesar sampai 4-6 cm di bawah tepi kosta dan biasanya keras dan agak nyeri.
Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna
yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Sesudah 2436 jam masa kritis, konvalesens cukup cepat pada anak yang
sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi
dan ekstrasistol ventrikel lzim selama fase konvalesens. Jarang, ada cedera otak
sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang karena perdarahan intrakranial.
Strain virus Dengue 3 yang bersirkulasi di daerah terutama Asia Tenggara sejak
tahun 1983 disertai dengan terutama sindroma klinis berat, yang ditandai oleh
ensefalopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok, dan kadangkadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi
dengue sekunder relative ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari
infeksi yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernapasan atas yang tidak
terdiferensiasi atau penyakit seperti dengue sampai penyakit yang serupa dengan
penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas.
21
2.7Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.
2.8Tatalaksana
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah/diare.
22
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
23
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
24
25
26
27
BAB III
ANALISIS KASUS
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Leukopenia
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Berdasarkan kriteria WHO 1997 untuk diagnosis DBD ditegakkan
bila semua kriteria berikut terpenuhi yaitu:
1.
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2.
3.
4.
28
terapi
cairan, dibandingkan
dengan nilai
hematokrit
Demam tinggi pada pasien ini telah berlangsung selama 4 hari, dari
anamnesis diketahui bahwa demam pada pasien ini memiliki gambaran demam
yang spesifik yaitu demam yang mendadak dan terus menerus tinggi, demam
malaria dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak dijumpai adanya trias
malaria yaitu episode dingin/menggigil, episode panas episode berkeringat.
Demam thypoid dapat disingkarkan karena demam yang muncul pada pasien ini
mendadak dan terus menerus tinggi, sedangkan sifat demam tifoid adalah adalah
meningkat perlahan-lahan terutama sore dan malam hari.
Dari pemeriksaan tanda vital sign masih dalam batas normal, kecuali suhu
tubuh yang tinggi pada saat datang ke IGD RS. Ibnu sutowo, yaitu 38,5OC (suhu
tubuh saat pasien berada di bangsal yaitu 37,2C) tidak dijumpai adanya bradikardi
relatif, dimana dijumpai denyut nadi 98 kali/menit, reguler, dengan isi dan
tegangan cukup. Pada pasien ini tekanan darah 100/60 mmHg, pada perabaan
akral tidak dijumpai akral dingin, ini bearti tidak dijumpai tanda-tanda syok
(gejala syok ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer,
serta penurunan tekanan darah). Pada pemeriksaan regio thorak juga tidak
dijumpai adanya kelainan, pada regio abdomen juga tidak dijumpai adanya
kelainan. Bukti perdarahan tak spontan ditunjukkan dengan hasil rumpled test
positif pada pasien ini dan dasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya
trombositopenia, dimana dijumpai trombosit pemeriksaan pertama (25 september
2014)26.000/mm dan pemeriksaan ke-2 (26 september 2014) 8.000/mm.
Penurunan kadar hematokrit juga dijumpai pada pasien ini yaitu 28% yang
menandakan terjadi perembesan plasma.
Diagnosa Demam Berdarah Dengue derajat I ditegakkan karena dari
anamnesis dijumpai
hasil pemeriksaan fisik dijumpai rumple leed (+) dan hasil lab dijumpai
29
30
DAFTAR PUSTAKA