Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN KARAKTERISTIK NYERI DADA PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN DIABETES

MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Diah Kristianisah

Rahayu1,

Oleh:
Ns. Heri Kristianto, Skep, MKep, Sp. Kep. MB 1, dr. M. Saifur Rohman, Sp.JP, Ph.D2

1Program

Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya


dan Kedokteran Vaskuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
*Alamat korespondensi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145
HP: 085 736 042 690, Email: diahkrisayu@gmail.com

2Kardiologi

ABSTRAK
Latar belakang Mortalitas pasien infark miokard akut dengan diabetes mellitus lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
tanpa diabetes mellitus. Salah satu penyebab adalah munculnya gejala atipikal dan silent iscahemia yang mungkin
disebabkan oleh disfungsi saraf otonom sehingga menurunkan sensitivitas nyeri dada iskemik yang muncul.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik nyeri dada pada pasien infark miokard akut
dengan dan tanpa diabetes mellitus.
Desain dan Setting Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan
penelitian dilakukan selama dua bulan di ruang IRNA 1 Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang.
Responden Semua responden yang dirawat di IRNA1 dan terdiagnosa infark miokard akut dengan dan tanpa diabetes
mellitus. Kriteria ekslusi adalah terdiagnosa pneumonia, hipertensi emergensi, berusia diatas 70 tahun serta dengan
berbagai komplikasi.
Metode Karakteristik nyeri dada dan riwayat diabetes mellitus dikaji dengan menggunakan pedoman wawancara atau
kuesioner dan rekam medis.
Hasil Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 63 pasien dengan 33% (n=21) adalah responden dengan diabetes
mellitus. Setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik gejala antara
pasien infark miokard akut dengan dan tanpa diabetes mellitus (p=0,643). Namun, analisa pada pasien infark miokard
akut dengan diabetes yang terkontrol dan tidak terkontrol menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
variabel penjalaran (p=0,010). Uji Mann Whitney, menunjukkan bahwa responden perempuan dengan diabetes mellitus
memiliki keparahan nyeri yang kurang bila dibandingkan dengan laki-laki (p=0,017).
Kesimpulan Meskipun tidak terdapat perbedaan karakteristik nyeri dada pada pasien infark miokard dengan dan tanpa
diabetes mellitus, namun, tingkat kontrol dan jenis kelamin menjadi prediktor adanya perbedaan pada penjalaran dan
kualitas nyeri pada pasien dengan diabetes mellitus. Penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
disarankan untuk menentukan faktor-faktor penyebab timbulnya gejala atipikal pada pasien infark miokard dengan
diabetes mellitus.
Kata kunci: karakteristik nyeri dada, infark miokard, diabetes mellitus.
ABSTRACT
Background The mortality rate in acute myocardial infarction with diabetes mellitus is higher compared to patients
without diabetes mellitus due to atypical symptoms. This symptoms may arise due to autonomic nerve dysfunction that
decreased sensitivity of ischemic pain or silent ischaemia.
Objective The purpose of this study was to compare chest pain characteristic in acute myocardial infarction with and
without diabetes mellitus.
Design and setting Cross sectional study was conducted in this study and data collected for two months in dr. Saiful
Anwar General Hospital Malang.
Participants Patient were eligible if they were admitted to the ward with acute myocardial infarction with and without
diabetes mellitus and if they had pneumonia, emergency hypertension, >70 years old, and patients with multiple
complication were excluded.

Methods Chest pain characteristic and history of diabetes mellitus were assessed using questionnaire and medical
records.
Results This study included 63 consecutive patients of whom 33,3% (n=21) were diabetic patients. Chest pain was the
most commonly experienced symptom in diabetic and non diabetic, reported by 85,7% of both patients. Chi Square
analysis showed that there were no difference between the symptomss characteristic of acute myocardial infarction
patients with and without diabetes mellitus (p = 0.643). However, radiated pain was significantly differed in diabetic
patients with good controlled than uncontrolled one (p = 0.010). Diabetic women reported less chest pain compared with
diabetic men (p=0,012).
Conclusion Uncontrolled diabetes and women are independent predictor of different presentation in acute myocardial
infarction with diabetes. Future research with greater sample is needed to determine other factors may contribute
atypical symptoms patients with diabetes mellitus.
Keywords : chest pain characteristic, acute myocardial infarction, diabetes mellitus.

PENDAHULUAN
Infark Miokard Akut (IMA) atau penyakit jantung
koroner merupakan penyebab nomor satu kematian
dan kecacatan di dunia dan sebanyak 7,3 juta kematian
disebabkan karena penyakit ini (WHO, 2008). Hasil
penelitian kohort di Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita, Jakarta, pada tahun 2006 menunjukkan bahwa
angka kematian karena penyakit jantung dan pembuluh
darah di rumah sakit adalah sekitar 6-12% dan angka
re-hospitalisasi yaitu 29% (Kemenkes RI, 2011). Pada
tahun 2010, angka kejadian IMA di Malang sebanyak
356 kasus per tahun, dan 59 diantaranya pasien
meninggal dunia. IMA menjadi penyebab kematian
kedua di tahun 2010 dengan angka mortalitas sebesar
16,6%. Pada tahun 2011 jumlah pasien dengan IMA di
Malang mengalami peningkatan sebesar 0,25% dari
tahun sebelumnya.
Mortalitas pada pasien infark miokard akut
dengan diabetes mellitus tipe 2 lebih tinggi, yakni
sekitar dua hingga enam kali lipat bila dibandingkan
dengan pasien tanpa diabetes mellitus tipe 2 (Gaede,
2003). Pasien infark miokard akut dengan diabetes
sangat beresiko mengalami aritmia dan kematian
mendadak karena silent myocardial ischaemia (Busui,
2010). Menurut Mayer dan Rosenfeld, 2006, pasien
IMA dengan diabetes cenderung memiliki gejala
atipikal. Pasien dengan gejala atipikal memiliki 2 kali
resiko kematian yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan pasien yang tidak memiliki gejala tipikal karena
durasi prehospital yang lebih lama sehingga pasien
terlambat mendapatkan terapi (Canto et.al, 2012).
Gejala atipikal yang muncul mungkin disebabkan oleh
Cardiac Autonomic Neuropathy (CAN) sehingga
menyebabkan sensitifitas nyeri menurun atau ambang
nyeri menjadi tumpul (Kim dan Jeong, 2012).
Tidak semua pasien IMA dengan diabetes
memiliki ambang nyeri yang tumpul bila dibandingkan
dengan pasien IMA tanpa diabetes. Kesalahan dalam
mempersepsikan gejala yang muncul sebagai gejala

non kardiak juga dapat terjadi. Kesalahan tersebut


dapat mungkin disebabkan karena derajat nyeri saat
serangan ringan dan tidak parah (Coronado, et.al,
2004). Pada populasi Jawa, serangan jantung sering
dipersepsikan dengan istilah masuk angin ataupun
angin duduk. Istilah masuk angin merupakan
kumpulan gejala seperti pusing, mual, kembung, badan
meriang, dan lain-lain yang secara subjektif
disampaikan oleh si penderita (intisari Oktober, 2000
dalam Kinsella 2000). Menurut Kinsella, 2000, pada
populasi Jawa, khususnya di Malang, masyarakat
mempersepsikan nyeri dada angina atau serangan
jantung sebagai angin duduk karena serangan terjadi
secara mendadak dan keluhannya lebih parah dari
masuk angin serta seringkali menyebabkan kematian
bagi seseorang yang mengalaminya.
Dengan latar belakang tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan karakteristik nyeri dada pada
pasien Infark Miokard Akut dengan Diabetes Mellitus di
Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
analitik dengan menggunakan desain cross sectional
dan teknik pengumpulan sampel adalah consecutive
sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien infark miokard akut di ruang IRNA 1 Rumah
Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien Infark miokard akut dengan
diabetes mellitus dan pasien infark miokard akut tanpa
diabetes mellitus di ruang IRNA I. Kriteria inklusi yaitu
semua pasien infark miokard akut yang dinyatakan
dalam keadaan stabil hemodinamik oleh dokter
spesialis jantung pembuluh darah atau petugas
kesehatan IRNA I, bersedia menjadi responden dalam
penelitian, dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak
mengalami gangguan bicara maupun pendengaran
serta bagi pasien IMA dengan DM diserta dengan hasil

pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) dan gula


darah 2 jam post pandrial (GD2PP). Kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah pasien dengan berbagai
komplikasi seperti stroke dan syok kardiogenik, pasien
yang datang ke IGD RSU dr Saiful Anwar dengan
hipertensi emergensi, yakni tekanan diastolik >110
mmHg, pasien dengan pneumonia, dan berusia >70
tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan MaretApril 2014.
Variabel independen adalah diagnosa diabetes
mellitus pada pasien infark miokard akut sedangkan
variabel dependen dalam penelitian
ini adalah
karakteristik nyeri dada. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
dan pedoman wawancara terstruktur atau kuesioner.
Untuk item penilaian skala nyeri dalam kuesioner ini
menggunakan skala Visual Rating Scale dengan
penilaian nyeri ringan (skala 1-3), sedang (skala 4-6),
dan berat (skala 7-10). Uji validitas kuesioner dilakukan
dengan konsultasi dengan dokter spesialis
kardiovaskuler (contruct validity) dan uji reliabilitas
kuesioner menggunakan Alpha Cronbach (r= 0,623)
Item pengkajian dalam penelitian ini meliputi
sifat, ada tidaknya penjalaran dan area penjalaran,
lokasi nyeri dada, frekuensi nyeri, durasi, skala nyeri,
pemicu nyeri dada, pemberat nyeri dada, pengalaman
nyeri dada sebelumnya, dan variasi sirkardian.
Kemudian responden akan dinilai karakteristik
gejalanya berdasarkan keluhan nyeri yang muncul,
yaitu tipikal, atipikal, atau non angina. Gejala tipikal
didefinisikan sebagai adanya keluhan nyeri dada pada
area retrosternal seperti ditindih benda berat, tajam
atau seperti ditekan dan adanya penjalaran atau tidak;
dipicu oleh aktivitas atau emosi, dan berkurang dengan
pemberian nitrat atau istirahat dalam waktu 5 menit.
Gejala atipikal didefinisikan jika hanya terdapat dua
gejala yang muncul dari 3 ciri gejala tipikal sedangkan
gejala non angina didefinisikan jika hanya terdapat satu
gejala atau tidak ada gejala yang muncul dari 3 ciri
gejala tipikal.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa
dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji Chi Square
untuk data berskala nominal dan Mann Whitney untuk
data berskala nominal dan ordinal. Uji ini digunakan
untuk melihat perbedaan karakteristik nyeri dada pada
pasien infark miokard akut dengan diabetes mellitus
dan tanpa diabetes mellitus dan data dinyatakan
signifikan jika p < 0,05.
HASIL PENELITIAN
Distribusi data demografi responden pada
penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan, dan lama menderita
hipertensi disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden Infark Miokard Akut


tanpa Diabetes Mellitus
1) Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status
pernikahan dan jenis pembayaran
Variabel
Usia
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Suku
Jawa

Jumlah
(n=42)
52,58.869

Persentase

37
5

88,1%
11,9%

42

100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa


rata-rata usia dari 42 responden adalah 52,5
dengan standar deviasi 8,869. Seluruh responden
berasal dari suku Jawa (100%), laki-laki (88,1%).
2) Karakteristik responden
infark dan lokasi infark
Variabel
Jenis Infark
STEMI
NSTEMI
Lokasi Infark
Bukan STEMI
Anterior
Inferior
anteroseptal
anteroekstensif
anterolateral
inferoposterior
inferior+RV
anterolateral+posterior

berdasarkan

jenis

Jumlah
(n= 42)

Persentase

34
8

81%
19%

8
7
9
11
3
0
2
2
0

19%
16,7%
21,4%
26,2%
7,1%
0
4,8%
4,8%
0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa


sebagian besar responden terdiagnosa STEMI
(81%) dan 26,2% lokasi infark terjadi pada area
anteroseptal, lokasi infark terbanyak selanjutnya
adalah inferior (21,4%).
3) Karakteristik nyeri dada pada responden IMA
tanpa DM
Variabel
Gejala
Tipikal
Atipikal
Non Angina
Variasi Jam Nyeri
Terparah
00:01-06:00
06:01-12:00
12:01-18:00

Jumlah
(n=42)

20
16
6

47,6%
38,1%
14,3%

8
19
10

19%
45,2%
23,8%

18:01-24:00
Sifat Nyeri Dada
Bukan nyeri dada
Ditusuk
Panas
Ditekan/ditindih/ampeg
Dicengkeram
Menyebar
Terasa berat/ditindih
benda berat dan panas
Ditusuk dan panas
Pemicu Nyeri Dada
Aktivitas
Stress
Aktivitas dan stress
Tidak dipicu apa-apa
Penjalaran
Ya
Tidak
Durasi Nyeri Dada
Kurang dari 20 menit
Lebih dari 20 menit
Pengalaman Nyeri Dada
Sebelumnya
Ya
Tidak

1
10
6
19
3
1
1

2,4%
23,8%
14,3%
45,2%
7,1%
2,4%
2,4%

2,4%

Variabel

28
2
3
9

66,7%
4,8%
7,1%
21,4%

31
11

73,8%
26,2%

9
33

21,4%
78,6%

12
30

28,6%
71,4%

Jenis Infark
STEMI
NSTEMI
Lokasi Infark
Bukan STEMI
Anterior
Inferior
anteroseptal
anteroekstensif
anterolateral
inferoposterior
inferior+RV
anterolateral+posterior

b. Karakteristik Responden Infark Miokard Akut


dengan Diabetes Mellitus
1) Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status
pernikahan

Usia
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Suku
Jawa

menunjukkan bahwa dari 21


dengan DM sebagian besar
55.00 dengan standar deviasi
besar responden adalah lakiseluruhnya adalah suku Jawa

11,9%

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi


gejala yang lebih banyak muncul adalah tipikal
sebanyak 47,6%, atipikal sebanyak 38,1% dan
non angina 14,3% dari 42 sampel. Pola awitan
atau variasi sirkardian banyak terjadi antara
pukul 06:01-12:00 (45,2%). Sebanyak 45,2%
responden mengatakan sifat nyeri dada yang
dialami seperti ditindih oleh beban berat dan
dipicu oleh aktivitas dan stress (66,7%). Skala
nyeri yang paling banyak dilaporkan oleh
responden adalah skala nyeri berat (71,4%).
Sebagian besar nyeri dada bersifat menjalar
(73,8%) dengan durasi nyeri terjadi selama lebih
dari 20 menit (82,5%). Sebanyak 71,4% sampel
merasakan nyeri dada untuk pertama kalinya.

Variabel

Tabel diatas
responden IMA
rata-rata berusia
8.573, sebagian
laki (71,4%) dan
(100%).

Jumlah
(n=21)
55.008.573

Persentase

15
6

71,4%
28,6%

21

100%

2) Karakteristik responden berdasarkan jenis


infark dan lokasi infark
Jumlah
(n=21)

Persentase

18
3

85,7%
14,3%

3
6
3
1
2
1
3
1
1

14,3%
28,6%
14,3%
4,8%
9,5%
4,8%
14,3%
4,8%
4,8%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan


bahwa sebagian besar responden terdiagnosa
STEMI (85,7%) dan 28,6% lokasi infark terjadi
pada area anterior.
3) Karakteristik
responden
riwayat, lama menderita,
diabetes mellitus
Variabel
Tipe DM
1 (IDDM)
2 (NIDDM)
Lama Menderita DM
10 tahun
10 tahun
Kontrol DM
Terkontrol
Tidak terkontrol
Tidak tahu

berdasarkan
dan kontrol

Jumlah
(n=21)

Persentase

0
21

0
100%

20
1

95.2%
4.8%

3
15
3

14.3%
71.4%
14.3%

Berdasarkan distribusi tentang riwayat


diabetes pada tabel diatas didapatkan data
bahwa semua responden infark miokard akut
dengan diabetes mellitus adalah diabetes
mellitus tipe 2 (100%) dan sebanyak 95,2%
pasien menderita diabetes mellitus selama
kurang dari 10 tahun serta 71,4% kontrol
diabetes mellitusnya adalah tidak terkontrol.

4) Karakteristik nyeri dada pada responden IMA


dengan DM
Variabel
Gejala
Tipikal
Atipikal
Non Angina
Variasi Jam Nyeri Terparah
00:01-06:00
06:01-12:00
12:01-18:00
18:01-24:00
Sifat Nyeri Dada
Bukan nyeri dada
Ditusuk
Panas
Ditekan/ditindih/ampeg
Dicengkeram
Menyebar
Terasa berat/ditindih
benda berat dan panas
Ditusuk dan panas
Pemicu Nyeri Dada
Aktivitas
Stress
Aktivitas dan stress
Tidak dipicu apa-apa
Skala Nyeri (Tiga Tingkat)
Ringan (1-3)
Sedang (4-6)
Berat (7-10)
Penjalaran
Ya
Tidak
Durasi Nyeri Dada
Kurang dari 20 menit
Lebih dari 20 menit
Pengalaman Nyeri Dada
Sebelumnya
Ya
Tidak

Jumlah
(n=21)
9
7
5

Persentase
42,9%
33,3%
23,8%

8
5
4
4

38,1%
23,8%
19%
19%

2
4
2
9
1
1
1

9,5%
19%
9,5%
42,9%
4,8%
4,8%
9,5%

8
3
3
7

38,1%
14,3%
14,3%
33,3%

3
1
17

14,3%
4,8%
81%

15
6

71,4%
28,6%

2
19

9,5%
90,5%

6
15

28,6%
71,4%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan


bahwa distribusi gejala yang lebih banyak
muncul pada 21 responden infark miokard akut
dengan diabetes mellitus
adalah tipikal
sebanyak 42,9% dan atipikal sebanyak 33,3%
dari 21 sampel. Sebagian besar variasi jam
nyeri terparah atau pola sirkardian banyak
terjadi antara pukul 00:01-06:00 (38,1%).
Sebanyak 42,9% responden mengatakan sifat
nyeri dada yang dialami seperti ditindih oleh
beban berat dan dipicu oleh aktivitas dan stress
(38,1%). Sebagian nyeri dada bersifat menjalar
(71,4%). Sebagian responden mengalami nyeri
dada dengan durasi lebih dari 20 menit (90,5%).

Sebanyak 71,4% sampel merasakan nyeri dada


untuk pertama kalinya.
c. Analisa Perbedaan Karakteristik Nyeri Dada
antara Responden Infark Miokard Akut dengan
Diabetes Meliitus dan tanpa Diabetes Meliitus
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi
Square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan untuk karakteristik nyeri dada antara
pasien infark miokard akut dengan diabetes mellitus
dan tanpa diabetes mellitus. Pada variabel
perbedaan antara gejala tipikal dan atipikal pada
baik pada responden infark miokard akut dengan
diabetes mellitus dan tanpa diabetes mellitus tidak
ada perbedaan yang signifikan (p= 0,643). Analisa
pada variasi sirkardian juga tidak menunjukkan
perbedaan (p=0,228) antara kedua responden.
Variabel penjalaran juga tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara kedua
responden (p=1,000). Perbedaan durasi antara
responden infark miokard akut dengan diabetes
mellitus dan tanpa diabetes mellitus juga
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan (p=0,411). Hasil uji Mann Whitney untuk
skala nyeri pada reponden infark miokard akut
dengan diabetes mellitus dan tanpa diabetes
mellitus menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan (p=0,096).
Namun, hasil uji pada responden infark
miokard akut dengan diabetes mellitus terkontrol
dan tidak terkontrol tentang penjalaran menujukkan
adanya perbedaan yang signifikan (p=0,025)
sedangkan analisa pada variabel lain tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kedua responden yang diteliti. Hasil uji Mann
Whitney pada responden infark miokard akut
dengan diabetes mellitus menunjukkan bahwa
responden perempuan cenderung mengalami nyeri
yang kurang parah bila dibandingkan dengan
responden laki-laki (p=0,017).
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus merupakan prediktor utama
dari angka morbiditas dan mortalitas pada pasien
dengan infark miokard akut, hal tersebut mungkin
berhubungan dengan disfungsi ventrikel kiri
sebelumnya dan aterosklerosis arteri koroner yang
progresif dan menyebar (Wilkinson P et al. 1996 dalam
Abduelkarem, 2012). Menurut Mayer dan Rosenfeld,
2006, pasien IMA dengan diabetes cenderung memiliki
gejala atipikal seperti sesak nafas, ketidaknyamanan
pada saluran cerna, ketidaknyamanan pada lengan,
palpitasi, kelemahan, dan kadar glukosa darah yang

cenderung meningkat saat datang ke pelayanan


kesehatan (Mayer dan Rosenfeld, 2006). Hasil
penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
karakteristik gejala yang muncul dengan riwayat
diabetes mellitus (p=0,643) dan gejala tipikal
merupakan gejala yang paling banyak dikeluhkan oleh
responden infark miokard akut dengan maupun tanpa
diabetes mellitus (n=9 dan n=20). Hal tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermann,
et.al; 2010 dan Hwang, et.al; 2008, yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan dan perbedaan antara
riwayat diabetes mellitus dengan munculnya gejala
atipikal. Sedikitnya sampel dalam penelitian ini dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Pola awitan infark atau variasi sirkardian pada
responden infark miokard akut tanpa diabetes mellitus
banyak terjadi pada jam 06:01 hingga jam 12:00. Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hjalmarson, 1989, menyatakan bahwa awitan
infark miokard akut banyak terjadi pada pagi hari mulai
pukul 06:01 hingga pukul 12:00 (Respati, 2012). Variasi
sirkardian pada metabolisme miokardium dipengaruhi
oleh faktor ekstrinsik neurohumoral (misalnya aktivitas
simpatetik, insulin pada peredaran darah, hormone
thyroid, dan level kortikostreroid, juga bahan
metabolisme pada sirkulasi seperti glukosa, asam
lemak, trigliserida, dan badan keton) dan sel intrinsik
autonomus circardian clock (Tsai, 2009 dalam Respati,
2012). Muller, dkk, menemukan bahwa kejadian IMA
terbanyak pada 4 jam pertama setelah bangun pagi.
Pada responden infark miokard akut tanpa
diabetes mellitus variasi sirkardian banyak terjadi pada
pukul 00:01 hingga 06:00 (38,1%). Hasil ini berbeda
dengan penelitian Saifur Rohman yang menunjukkan
bahwa
pasien
dengan
diabetes
mellitus
memperlihatkan variasi sirkardian yang secara
bermakna meningkat pada malam hari yakni pukul
18:00-00:00 (Respati, 2012). Pada pasien diabetes
diketahui bahwa terjadi dominasi di perangsangan
parasimpatis pada malam hari. Peningkatan kejadian
infark di malam hari pada diabetes berhubungan
dengan hilangnya efek protektif dominasi parasimpatis
bahkan yang dominan adalah refleks simpatis.
Penurunan kejadian infark miokard akut pada pagi hari
berhubungan dengan keseimbangan simpatovagal
pada pasien diabetes dengan cardiac autonomic
neuropathy (CAN) (Jing Li, 2010 dalam Respati, 2012).
Adanya perbadaan variasi sirkardian ini dapat
disebabkan karena perbedaan karakteristik demografi
maupun aktivitas okupasional pada responden
penelitian ini.
Analisa pada responden infark miokard akut
dengan diabetes mellitus juga memperlihatkan tidak
ada perbedaan gejala (tipikal, atipikal, dan non angina)

terhadap tingkat kontrol diabetes mellitus. Namun,


analisa pada variabel tentang penjalaran menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara responden
dengan diabetes yang terkontrol dan tidak terkontrol
(p= 0,010). Sebanyak 15 responden pasien infark
miokard akut dengan diabetes mellitus melaporkan
adanya penjalaran (71,4%) dan 6 orang responden
mengatakan tidak ada penjalaran (28,5%). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mac Kenzie dan Neiben,
2001, didapatkan hasil bahwa pasien infark miokard
dengan diabetes mellitus cenderung memiliki
penjalaran ke punggung dan lengan kiri (p=0,01)
dibandingan dengan tanpa diabetes mellitus (Stephen,
et.al, 2008).
Adanya penjalaran nyeri angina disebabkan
karena adanya stimulus pada serabut saraf simpatik
torakalis dari serabut saraf sensorik jantung sebagai
respon inflamasi akibat suplai oksigen yang tidak
adekuat pada otot jantung itu sendiri. Penelitian lain
menyebutkan bahwa pasien dengan diabetes mellitus
jarang melaporkan gejala nyeri dada, nyeri dada
menjalar ke lengan kiri, bahu kiri, nyeri epigastrik, atau
nyeri dada pada umumnya. Hal yang dapat
menjelaskan fenomena tersebut adalah adanya
neuropati dan disfungsi serabut saraf otonom yang
menyuplai otot jantung (Acharya, et al; 1991 dalam
Culic, et.al; 2002).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
wanita dengan diabetes mellitus cenderung memiliki
ambang nyeri yang kurang bila dibandingkan dengan
responden laki-laki (p=0,017). Sebanyak 14 responden
laki-laki (93,3%) melaporkan skala nyeri berat (7-10)
sedangkan responden wanita yang melaporkan
keluhan nyeri dengan skala berat hanya 3 responden
saja (50%). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Thuresson, et.al., 2005 menunjukkan bahwa ada
perbedaan antara intensitas nyeri maksimum terhadap
jenis kelamin. Wanita cenderung merasakan intensitas
nyeri yang lebih sedikit dengan ambang nyeri yang
lebih ringan bila dibandingkan dengan pria. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Coronado, et.al, 2004
menunjukkan bahwa wanita lebih banyak menampilkan
gejala atipikal namun tidak menjadi prediktor utama
dan tunggal dalam munculnya gejala atipikal
(Coronado, et.al,. 20014 dalam Stephen, et.al,.2008).
Hasil penelitian Culic, et.al, 2002, menunjukkan bahwa
wanita cenderung memiliki gejala yang atipikal atau
bahkan tanpa gejala nyeri dada sama sekali.
Sedikitnya sampel dalam penelitian ini
mengakibatkan adanya perbedaan hasil dalam
penelitian ini terhadap hasil penelitian lain. Selain itu,
pengaruh dari cardiac autonomic neuropathy (CAN)
pada pasien infark miokard akut yang memiliki gejala
atipikal atau non angina juga tidak dianalisa dalam
penelitian ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari 42 responden infark miokard akut tanpa
diabetes mellitus, gejala tipikal adalah gejala yang
paling banyak muncul (47,6%) dengan variasi jam
nyeri terparah terjadi antara pukul 06:01-12:00
(45,2%). Sebanyak 45,2% responden mengatakan
sifat nyeri dada yang dialami seperti ditindih oleh
beban berat dan dipicu oleh aktivitas dan stress
(66,7%), nyeri dada bersifat menjalar (73,8%) dan
durasi nyeri terbanyak adalah lebih dari 20 menit
(82,5%). Sebanyak 71,4% sampel merasakan nyeri
dada untuk pertama kalinya dan nyeri dada tidak
diperberat dengan batuk atau nafas dalam,
perubahan posisi, jalan cepat maupun akibat
penekanan.
2. Pada 21 responden infark miokard akut dengan
diabetes mellitus, gejala tipikal adalah gejala yang
terbanyak (42,9%). Sebagian besar variasi jam
nyeri terparah atau variasi sirkardian terjadi antara
pukul 00:01-06:00 (38,1%), sifat nyeri terbanyak
adalah seperti ditindih oleh beban berat (42,9%).
Sebanyak 42,9%% responden mengatakan sifat
nyeri dada seperti ditindih benda berat dan bersifat
menjalar (71,4%). Durasi nyeri dada pada
responden terjadi lebih dari 20 menit (90,5%).
Sebanyak 71,4% sampel merasakan nyeri dada
untuk pertama kalinya.
3. Tidak terdapat perbedaan gejala (tipikal, atipikal,
non angina) maupun karakteristik nyeri dada pada
pasien infark miokard akut dengan diabetes
mellitus dan tanpa diabetes mellitus di Rumah Sakit
Umum dr. Saiful Anwar Malang (p=0,643).
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
karakteristik nyeri dada, yaitu penjalaran dengan
tingkat kontrol diabetes pasien infark miokard akut
dengan diabetes mellitus (p=0,010).
5. Responden wanita dengan diabetes mellitus
cenderung memiliki ambang nyeri yang kurang bila
dibandingkan dengan responden laki-laki dengan
diabetes mellitus (p=0,017).
SARAN
1. Perlu dilakukan pengembangan instrumen
pengkajian untuk mengkaji karakteristik nyeri dada,
terutama pada pasien dengan diabetes mellitus
yang datang ke pelayanan kesehatan dengan
gejala tipikal atau non angina.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
perbedaan karakteristik nyeri dada pada pasien

infark miokard akut dengan diabetes mellitus dan


tanpa diabetes mellitus dengan jumlah sampel yang
lebih besar agar dapat menunjukkan perbedaan
yang signifikan dan dapat menganalisa
penyebabnya.
3. Selain itu, pada penelitian selanjutnya disarankan
untuk mengkaji adanya komplikasi diabetes seperti
Cardiac Autonomic Neuropathy (CAN) untuk
mengetahui
adanya
pengaruh
disfungsi
neurovaskular yang dapat menyebabkan terjadinya
silent ischaemia atau munculnya gejala atipikal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abduelkarem, A.R; El-Shareif, H.J.; dan Sharif, S.I.
2012. Evaluation of risk factors in acute myocardial
infarction patients admitted to the coronary care
unit, Tripoli Medical Centre, Libya. Eastern
Mediterranean Health Journal, 18: 332-336.
2. American Diabetes Association. 2013. Standards of
Medical Care in Diabetes-2013. Diabetes Care,
Volume 36, Supplement 1, January S11- S50.
3. Banks, AD and Dracup, K. 2006. Factors
Associated with Prolonged Prehospital Delay of
African Americans with Acute Myocardial Infarction.
American Journal of Critical Care, 15:149-157.
4. Busui, RP. 2010. Cardiac Autonomic Neuropathy in
Diabetes A clinical perspective. Diabetes Care,
February, 33: 434-440.
5. Canto, JG dan Bonow, RO. 2007. Symptom
Presentation of Women With Acute Coronary
Syndromes. Arch Intern Med, 167:2405-2413.
6. Coronado, BE., et.al. 2004. Clinical Features,
Triage, and Outcome of Patients Presenting to the
ED With Suspected Acute Coronary Syndromes but
Without Pain: A Multicenter Study. Am J Emerg
Med, 22: 568-574.
7. Culic, V., et.al. 2002. Symptom presentation of
acute myocardial infarction: Influence of sex, age,
and risk factors. Am Heart J, 144:1012-7.
8. Gaede P, et.al. 2003. Multifactorial intervention and
cardiovascular disease in patients with type 2
diabetes. N Engl J Med, 348: 383393.
9. Hwang, SY, et.al. 2009. Comparison of Factors
Associated with Atypical Symptoms in Younger and
Older Patients with Acute Coronary Syndromes. J
Korean Med Sci, 24: 789-94.
10. Kim, HK and Jeong, MH. 2012. Atypical
Presentation in Patients with Acute Coronary
Syndrome. ISBN: 978-953-307-827-4, InTech,
http://www.intechopen.com/books/acute-coronarysyndromes/atypical-symptoms-of-acute-coronarysyndrome.pdf. Diunduh pada tanggal 07 Mei 2014,
jam 08:00.

11. Kinsella, N. 2000. Masuk Angin Konsep Kesehatan


dan Pengobatan di Jawa. Studi Lapangan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, hal. 11-15 .
12. Mayer DD, Rosenfeld A. Symptom Interpretation in
Women with Diabetes and Myocardial Infarction: A
Qualitative Study. Diabetes Educator [PubMed]. 32:
918924.
13. Respati, DB. 2012. Pola Awitan Infark Miokard Akut
pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Umum dr. Saiful Anwar Malang. Tugas Akhir.
Malang: Universitas Brawijaya, hal 1-15.
14. Stephen, SA., Darney, BG., Rosenfeld, AG., 2008.
Symptoms of acute coronary syndrome in women
with diabetes: An integrative review of the literature.
Heart Lung;37:179 189.
15. Tabibiazar R, Edelman SV. 2003. Silent ischaemia
in people with diabetes : a condition that must be
heard. Clin Diabetes, 21: 5-9.
16. Thuresson, M., et.al. 2005. Symptoms and type of
symptom onset in acute coronary syndrome in
relation to ST elevation, sex, age, and a history of
diabetes. Am Heart J;150: 234-42.
17. World Health Organization. 2009. Global Health
Risks: Mortality And Burden Of Disease Attributable
to Selected Major Risks. Geneva : World Health
Organization.
18. World Heart Federation. 2013. Cadiovascular
Disease Risk Factors: Phisical Inactivity. Diakses
melalui
http://www.world-heart-federation.org/
cardiovascular-health/cardiovascular-disease-riskfactors/physical-inactivity/. Diakses pada 1
November 2013, pukul 18:00.
19. World Heart Federation. 2013. Cadiovascular
Disease Risk Factors. Diakses melalui
http://www.world-heart-federation.org/cardiovascu
lar-health/ cardiovascular -disease-risk-factors/. 1
November 2013, pukul 18:00.

Telah disetujui oleh


Pembimbing 1,

dr. M. Saifur Rohman, Sp.JP, Ph.D


NIP. 19681031 199702 1 001

Anda mungkin juga menyukai