MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Diah Kristianisah
Rahayu1,
Oleh:
Ns. Heri Kristianto, Skep, MKep, Sp. Kep. MB 1, dr. M. Saifur Rohman, Sp.JP, Ph.D2
1Program
2Kardiologi
ABSTRAK
Latar belakang Mortalitas pasien infark miokard akut dengan diabetes mellitus lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
tanpa diabetes mellitus. Salah satu penyebab adalah munculnya gejala atipikal dan silent iscahemia yang mungkin
disebabkan oleh disfungsi saraf otonom sehingga menurunkan sensitivitas nyeri dada iskemik yang muncul.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik nyeri dada pada pasien infark miokard akut
dengan dan tanpa diabetes mellitus.
Desain dan Setting Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan
penelitian dilakukan selama dua bulan di ruang IRNA 1 Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang.
Responden Semua responden yang dirawat di IRNA1 dan terdiagnosa infark miokard akut dengan dan tanpa diabetes
mellitus. Kriteria ekslusi adalah terdiagnosa pneumonia, hipertensi emergensi, berusia diatas 70 tahun serta dengan
berbagai komplikasi.
Metode Karakteristik nyeri dada dan riwayat diabetes mellitus dikaji dengan menggunakan pedoman wawancara atau
kuesioner dan rekam medis.
Hasil Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 63 pasien dengan 33% (n=21) adalah responden dengan diabetes
mellitus. Setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik gejala antara
pasien infark miokard akut dengan dan tanpa diabetes mellitus (p=0,643). Namun, analisa pada pasien infark miokard
akut dengan diabetes yang terkontrol dan tidak terkontrol menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
variabel penjalaran (p=0,010). Uji Mann Whitney, menunjukkan bahwa responden perempuan dengan diabetes mellitus
memiliki keparahan nyeri yang kurang bila dibandingkan dengan laki-laki (p=0,017).
Kesimpulan Meskipun tidak terdapat perbedaan karakteristik nyeri dada pada pasien infark miokard dengan dan tanpa
diabetes mellitus, namun, tingkat kontrol dan jenis kelamin menjadi prediktor adanya perbedaan pada penjalaran dan
kualitas nyeri pada pasien dengan diabetes mellitus. Penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
disarankan untuk menentukan faktor-faktor penyebab timbulnya gejala atipikal pada pasien infark miokard dengan
diabetes mellitus.
Kata kunci: karakteristik nyeri dada, infark miokard, diabetes mellitus.
ABSTRACT
Background The mortality rate in acute myocardial infarction with diabetes mellitus is higher compared to patients
without diabetes mellitus due to atypical symptoms. This symptoms may arise due to autonomic nerve dysfunction that
decreased sensitivity of ischemic pain or silent ischaemia.
Objective The purpose of this study was to compare chest pain characteristic in acute myocardial infarction with and
without diabetes mellitus.
Design and setting Cross sectional study was conducted in this study and data collected for two months in dr. Saiful
Anwar General Hospital Malang.
Participants Patient were eligible if they were admitted to the ward with acute myocardial infarction with and without
diabetes mellitus and if they had pneumonia, emergency hypertension, >70 years old, and patients with multiple
complication were excluded.
Methods Chest pain characteristic and history of diabetes mellitus were assessed using questionnaire and medical
records.
Results This study included 63 consecutive patients of whom 33,3% (n=21) were diabetic patients. Chest pain was the
most commonly experienced symptom in diabetic and non diabetic, reported by 85,7% of both patients. Chi Square
analysis showed that there were no difference between the symptomss characteristic of acute myocardial infarction
patients with and without diabetes mellitus (p = 0.643). However, radiated pain was significantly differed in diabetic
patients with good controlled than uncontrolled one (p = 0.010). Diabetic women reported less chest pain compared with
diabetic men (p=0,012).
Conclusion Uncontrolled diabetes and women are independent predictor of different presentation in acute myocardial
infarction with diabetes. Future research with greater sample is needed to determine other factors may contribute
atypical symptoms patients with diabetes mellitus.
Keywords : chest pain characteristic, acute myocardial infarction, diabetes mellitus.
PENDAHULUAN
Infark Miokard Akut (IMA) atau penyakit jantung
koroner merupakan penyebab nomor satu kematian
dan kecacatan di dunia dan sebanyak 7,3 juta kematian
disebabkan karena penyakit ini (WHO, 2008). Hasil
penelitian kohort di Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita, Jakarta, pada tahun 2006 menunjukkan bahwa
angka kematian karena penyakit jantung dan pembuluh
darah di rumah sakit adalah sekitar 6-12% dan angka
re-hospitalisasi yaitu 29% (Kemenkes RI, 2011). Pada
tahun 2010, angka kejadian IMA di Malang sebanyak
356 kasus per tahun, dan 59 diantaranya pasien
meninggal dunia. IMA menjadi penyebab kematian
kedua di tahun 2010 dengan angka mortalitas sebesar
16,6%. Pada tahun 2011 jumlah pasien dengan IMA di
Malang mengalami peningkatan sebesar 0,25% dari
tahun sebelumnya.
Mortalitas pada pasien infark miokard akut
dengan diabetes mellitus tipe 2 lebih tinggi, yakni
sekitar dua hingga enam kali lipat bila dibandingkan
dengan pasien tanpa diabetes mellitus tipe 2 (Gaede,
2003). Pasien infark miokard akut dengan diabetes
sangat beresiko mengalami aritmia dan kematian
mendadak karena silent myocardial ischaemia (Busui,
2010). Menurut Mayer dan Rosenfeld, 2006, pasien
IMA dengan diabetes cenderung memiliki gejala
atipikal. Pasien dengan gejala atipikal memiliki 2 kali
resiko kematian yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan pasien yang tidak memiliki gejala tipikal karena
durasi prehospital yang lebih lama sehingga pasien
terlambat mendapatkan terapi (Canto et.al, 2012).
Gejala atipikal yang muncul mungkin disebabkan oleh
Cardiac Autonomic Neuropathy (CAN) sehingga
menyebabkan sensitifitas nyeri menurun atau ambang
nyeri menjadi tumpul (Kim dan Jeong, 2012).
Tidak semua pasien IMA dengan diabetes
memiliki ambang nyeri yang tumpul bila dibandingkan
dengan pasien IMA tanpa diabetes. Kesalahan dalam
mempersepsikan gejala yang muncul sebagai gejala
Jumlah
(n=42)
52,58.869
Persentase
37
5
88,1%
11,9%
42
100%
berdasarkan
jenis
Jumlah
(n= 42)
Persentase
34
8
81%
19%
8
7
9
11
3
0
2
2
0
19%
16,7%
21,4%
26,2%
7,1%
0
4,8%
4,8%
0
Jumlah
(n=42)
20
16
6
47,6%
38,1%
14,3%
8
19
10
19%
45,2%
23,8%
18:01-24:00
Sifat Nyeri Dada
Bukan nyeri dada
Ditusuk
Panas
Ditekan/ditindih/ampeg
Dicengkeram
Menyebar
Terasa berat/ditindih
benda berat dan panas
Ditusuk dan panas
Pemicu Nyeri Dada
Aktivitas
Stress
Aktivitas dan stress
Tidak dipicu apa-apa
Penjalaran
Ya
Tidak
Durasi Nyeri Dada
Kurang dari 20 menit
Lebih dari 20 menit
Pengalaman Nyeri Dada
Sebelumnya
Ya
Tidak
1
10
6
19
3
1
1
2,4%
23,8%
14,3%
45,2%
7,1%
2,4%
2,4%
2,4%
Variabel
28
2
3
9
66,7%
4,8%
7,1%
21,4%
31
11
73,8%
26,2%
9
33
21,4%
78,6%
12
30
28,6%
71,4%
Jenis Infark
STEMI
NSTEMI
Lokasi Infark
Bukan STEMI
Anterior
Inferior
anteroseptal
anteroekstensif
anterolateral
inferoposterior
inferior+RV
anterolateral+posterior
Usia
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Suku
Jawa
11,9%
Variabel
Tabel diatas
responden IMA
rata-rata berusia
8.573, sebagian
laki (71,4%) dan
(100%).
Jumlah
(n=21)
55.008.573
Persentase
15
6
71,4%
28,6%
21
100%
Persentase
18
3
85,7%
14,3%
3
6
3
1
2
1
3
1
1
14,3%
28,6%
14,3%
4,8%
9,5%
4,8%
14,3%
4,8%
4,8%
berdasarkan
dan kontrol
Jumlah
(n=21)
Persentase
0
21
0
100%
20
1
95.2%
4.8%
3
15
3
14.3%
71.4%
14.3%
Jumlah
(n=21)
9
7
5
Persentase
42,9%
33,3%
23,8%
8
5
4
4
38,1%
23,8%
19%
19%
2
4
2
9
1
1
1
9,5%
19%
9,5%
42,9%
4,8%
4,8%
9,5%
8
3
3
7
38,1%
14,3%
14,3%
33,3%
3
1
17
14,3%
4,8%
81%
15
6
71,4%
28,6%
2
19
9,5%
90,5%
6
15
28,6%
71,4%
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari 42 responden infark miokard akut tanpa
diabetes mellitus, gejala tipikal adalah gejala yang
paling banyak muncul (47,6%) dengan variasi jam
nyeri terparah terjadi antara pukul 06:01-12:00
(45,2%). Sebanyak 45,2% responden mengatakan
sifat nyeri dada yang dialami seperti ditindih oleh
beban berat dan dipicu oleh aktivitas dan stress
(66,7%), nyeri dada bersifat menjalar (73,8%) dan
durasi nyeri terbanyak adalah lebih dari 20 menit
(82,5%). Sebanyak 71,4% sampel merasakan nyeri
dada untuk pertama kalinya dan nyeri dada tidak
diperberat dengan batuk atau nafas dalam,
perubahan posisi, jalan cepat maupun akibat
penekanan.
2. Pada 21 responden infark miokard akut dengan
diabetes mellitus, gejala tipikal adalah gejala yang
terbanyak (42,9%). Sebagian besar variasi jam
nyeri terparah atau variasi sirkardian terjadi antara
pukul 00:01-06:00 (38,1%), sifat nyeri terbanyak
adalah seperti ditindih oleh beban berat (42,9%).
Sebanyak 42,9%% responden mengatakan sifat
nyeri dada seperti ditindih benda berat dan bersifat
menjalar (71,4%). Durasi nyeri dada pada
responden terjadi lebih dari 20 menit (90,5%).
Sebanyak 71,4% sampel merasakan nyeri dada
untuk pertama kalinya.
3. Tidak terdapat perbedaan gejala (tipikal, atipikal,
non angina) maupun karakteristik nyeri dada pada
pasien infark miokard akut dengan diabetes
mellitus dan tanpa diabetes mellitus di Rumah Sakit
Umum dr. Saiful Anwar Malang (p=0,643).
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
karakteristik nyeri dada, yaitu penjalaran dengan
tingkat kontrol diabetes pasien infark miokard akut
dengan diabetes mellitus (p=0,010).
5. Responden wanita dengan diabetes mellitus
cenderung memiliki ambang nyeri yang kurang bila
dibandingkan dengan responden laki-laki dengan
diabetes mellitus (p=0,017).
SARAN
1. Perlu dilakukan pengembangan instrumen
pengkajian untuk mengkaji karakteristik nyeri dada,
terutama pada pasien dengan diabetes mellitus
yang datang ke pelayanan kesehatan dengan
gejala tipikal atau non angina.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
perbedaan karakteristik nyeri dada pada pasien