mengandung
senyawa
PCT.
Urin
blanko
digunakan
untuk
membandingkan antara urin yang mengandung PCT dengan yang tidak. Urin
blanko juga menandakan tidak ada partikel lain yang akan terukur nantinya
selain pelarut itu sendiri (urin). Kemudian, praktikan diberikan obat yang
ekivalen dengan dosis 1000 mg PCT. Obat tersebut diminum sekaligus
untuk memaksimalkan proses biofarmasetik dimana obat akan diabsorbsi,
didistribusi, dimetabolisme dan terakhir diekskresi melalui urin. Urin
tersebut tentunya sudah mengandung PCT. Selain itu, pada saat
pengumpulan
urin,
perlu
dilakukan
pengukuran
volume
urin
yang
berapa
jumlah
obat
(PCT)
yang
telah
diekskresikan.
K el ini sama dengan kemiringan bagian terminal log alamiah kadar urin
exponensial terhadap kurva waktu. K el PCT = ..../jam. menandakan bahwa
tubuh memiliki kecepatan sebesar ...../jam untuk mengeliminasi PCT dari
tubuh. Semakin besar kecepatan eliminasi, maka semakin besar pula laju
perubahan obat.
Dari percobaan didapatkan bahwa obat PCT tidak terabsorbsi dengan
sempurna. Ini dikarenakan faktor yang mempengaruhi ekskresi obat
antara lain filtrasi oleh glomerulus, sekresi oleh tubulus maupun
reabsorpsi di tubulus nefron.
Kesimpulan :
1. Parameter farmakokinetik yang didapat dari data ekskresi urin
kumulatif adalah Fa....Kel.....ka.....tmind....%absorbsi....
2. Dari percobaan didapatkan bahwa obat PCT tidak terabsorbsi dengan
sempurna.
Daftar Pustaka
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.
Donatus, Imono Argo. 2005. Antariksa Farmakokinetika. Yogyakarta:
Rasmedia Grafika.
Katzung.Bertram, G. farmakologi dasar dan klinik, edisi 10. (Jakarta: pustaka
buku kedokteran,2011)
Shargel Leon,Ph.D. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi
II. Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan:Boston,Massa chusells.
Sherwood lauralee, Fisiologi manusia, Edisi 6. (Jakarta : buku kedokteran,
2011)
Sinta. Metta. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5 (Jakarta: fakultas kedokteran
universitas Indonesia,2011)