Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PNS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
2014

KATA PENGANTAR
Guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting sebagai
ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah menyediakan guru profesional dengan
kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan. Untuk itu diperlukan persamaan persepsi dari
semua pihak yang berwenang tentang penataan dan pemerataan guru pegawai negeri
sipil (PNS).
Pedoman ini disusun untuk dijadikan acuan bagi pihak yang berwenang dalam
melaksanakan redistribusi guru PNS berdasarkan rencana kebutuhan guru.Pedoman ini
merujuk kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
penataan dan pemerataan guru PNS.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dan membantu pihak yang berwenang dalam
penataan dan pemerataan guru PNS.
Jakarta, Juni 2014
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar,

Hamid Muhammad, Ph.D


NIP. 19590512 1983111001

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................I
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
A.
B.
C.
D.

LATAR BELAKANG .............................................................................................................................................. 1


TUJUAN .................................................................................................................................................................. 2
SASARAN ................................................................................................................................................................ 3
DASAR HUKUM .................................................................................................................................................... 3

BAB II LINGKUP PENATAAN DAN PEMERATAAN ............................................................. 5


A.
B.
C.

ALIH TUGAS ......................................................................................................................................................... 5


ALIH FUNGSI ........................................................................................................................................................ 6
PENGANGKATAN GURU PNS BARU .............................................................................................................. 6

BAB III MEKANISME PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU ......................................... 7


A.
B.
C.
D.

MEKANISME PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU TINGKAT KABUPATEN/KOTA ....................... 7


1. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ...................................................................................................... 7
2. SKPD Bidang Kepegawaian Kabupaten/Kota .................................................................................. 7
MEKANISME PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU TINGKAT PROVINSI .......................................... 8
1. Dinas Pendidikan Provinsi ....................................................................................................................... 8
2. SKPD Bidang Kepegawaian Provinsi ................................................................................................... 8
MEKANISME PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU TINGKAT KEMDIKBUD .................................... 9
PENDANAAN................................................................................................................................................... 9

BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI ................................................................................ 10


A.
B.
C.

TUJUAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI ...................................................................................................... 10


INSTITUSI PELAKSANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI ........................................................................... 10
LAPORAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI .................................................................................................. 10

PENUTUP ...................................................................................................................................... 12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 11 bahwa Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pasal 17 ayat (2) menyatakan Pendidikan dasar
berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat. Pasal 18 ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan menengah
berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan harus dilihat sebagai sebuah sistem, terdiri
dari komponen peserta didik, program/kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasaran, serta menajemen sekolah. Semua komponen pendidikan tersebut
saling berhubungan secara interdependensi, saling mempengaruhi satu dengan lainnya
dalam segala hal, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Dengan
demikian perencanaan guru di sekolah harus dilakukan secara sinergi dengan
perencanaan komponen pendidikan lainnya, yang merupakan bagian dari perencanaan
sekolah seutuhnya. Perencanaan guru yang tidak mengacu pada kurikulum dan jumlah
rombel yang direncanakan akan menyebabkan kelebihan jumlah guru, yang pada
akhirnya menimbulkan masalah lain yaitu tidak terpenuhinya jam mengajar sebanyak 24
tatap muka.
Dalam upaya mencari solusi atas masalah kelebihan dan kekurangan guru maka
dibutuhkan pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenis, dan antarjenjang
pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Untuk itu Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen. Dikdas
Kemdikbud) menerbitkan pedoman Penataan dan Pemerataan Guru PNS.
Penataan dan pemerataan guru adalah proses menata dan mendistribusikan guru PNS
berdasarkan kualifikasi akademik, beban kerja tatap muka minimal, kesesuaian sertifikat
pendidik, rasio minimal jumlah peserta didik terhadap guru, dan komposisi guru PNS
agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan. Penataan dan
pemerataan guru oleh dapat dilakukan apabila satuan pendidikan sudah mempunyai
rencana datau analisis kebutuhan guru, yang disusun berdasarkan pedoman
perhitungan kebutuhan guru.
A.

Latar belakang

Isu yang menjadi perhatian utama dalam pengelolaan guru pendidikan dasar (dikdas)
bahwa:(1) kualifikasi akademik pendidikan minimum guru adalah diploma empat (DIV) atau sarjana (S1), latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru untuk
pendidikan dasar sebagaimana yang diatur dalam Peraturan PemerintahNomor19
tahun 2005 (PP Nomor19 2005); (2) beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin
pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah (PP Nomor74 2008,Pasal 52); (3)
1

guru tetap pemegang sertifikat pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila
mengajar di satuan pendidikan yang rasio minimal jumlah peserta didik terhadap
gurunya untuk pendidikan dasar atau yang sederajat adalah 1:20 (PP Nomor74 2008,
Pasal 17). Rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya untuk SDLB adalah 1
guru berbanding 1 sampai dengan 5 peserta didik sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008 (Permendiknas Nomor
1 2008), dan kapasitas maksimum peserta didik dalam ruang kelas SD adalah 28 peserta
didik dan dalam ruang kelas SMP adalah 32 peserta didik (Permendiknas Nomor 24
tahun 2007), kapasitas maksimum peserta didik dalam ruang kelas SD adalah 32 peserta
didik dan dalam ruang kelas SMP adalah 36 peserta didik selama masa transisi menuju
standar nasional pendidikan (SNP) pendidikan (Permendiknas Nomor 15 tahun 2010).
Kapasitas maksimum peserta didik dalam ruang kelas SDLB adalah 5 peserta didik dan
kapasitas maksimum peserta didik dalam ruang kelas pada SMPLB adalah 8 peserta
didik (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008).
Sementara itu, dari data yang dihimpun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2013 menunjukkan bahwa masih terdapat guru SD yang (1) belum
memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum guru yaitu diploma empat (DIV) atau sarjana (S1), (2) mengampu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi
akademik dan/atau sertifikat pendidik; (3) belum memenuhi Beban kerja Guru
minimum 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh)
jam tatap; (4) rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya 1:20; (5) belum
merata jumlah, beban kerja, dan komposisi guru,baik pada tingkat
kabupaten/kota/provinsi maupun di tingkat nasional, dan (6) masih ada
kabupaten/kota yang kekurangan maupun kelebihan guru.
Selain itu, dengan diterapkannya Kurikulum 2013, maka perencanaan jenis dan jumlah
guru untuk tiap sekolah harus dilakukan lagi agar penataan dan pemerataan guru sesuai
dengan tuntutan kurikulum. Penataan dan pemetaan guru harus diawali dengan
perencanaan guru dengan mengacu pada Kurikulum 2013.
Kondisi ini harus ditata agar guru pada tiap sekolah sesuai dengan yang dibutuhkan.
Penataan harus dimulai dengan merencanakan kembali kebutuhan guru tiap sekolah,
dipadukan dengan jumlah guru yang ada untuk melihat apakah ada kelebihan atau
kekurangan guru, untuk kemudian dilakukan redistribusi guru sesuai dengan kebutuhan
tiap sekolah.
Berdasarkan kondisi guru sebagaimana diuraikan di atas dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, maka perlu dilakukan penataan dan pemerataan guru antarsatuan
pendidikan, antarjenis, danantarjenjang pendidikan, antarkabupaten, antarkota, dan
antarprovinsi. Untuk mendukung pelaksanaan penataan dan pemerataan guru tersebut,
Ditjen. Dikdas Kemdikbudmenerbitkan Pedoman Penataan dan Pemerataan Guru.
B.

Tujuan

Tujuan penataan dan pemerataan guru adalah untuk memenuhi jenis dan jumlah guru
pegawai negeri sipil (PNS) sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.Penataan dan
pemerataan guru ini dilakukan melalui redisribusi guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dalam satu kabupaten/kota, dan/atau
antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi.
2

C.

Sasaran

Sasaran penataan dan pemerataan guru PNS adalah guru kelas, guru mata pelajaran
(mapel), dan guru bimbingan dankonseling (konselor), pada jenjang pendidikan dasar.
Dalam melaksanakan penataan dan pemerataan guru, akan melibatkan unsur-unsur
sebagai berikut: (1) Guru PNS, (2) Satuan pendidikan, (3) Dinas pendidikan
kabupaten/kota, (4) Dinas pendidikan provinsi, (5)Satuan kerja perangkat
daerah(SKPD) Bidang Kepegawaian kabupaten/kota, (6) SKPD Bidang Kepegawaian
provinsi, (7) Bupati/Walikota, (8) Gubernur, dan (9) Kemdikbud.
D.

Dasar Hukum

Peraturan yang dijadikan sebagai dasar hukum dari penataan dan pemerataan guru
adalah:
1.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 055 tahun 1994 tentang


Pedoman Perhitungan Kebutuhan Guru di Sekolah dalam Lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 9


Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil;

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor


11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 97 tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor


54 Tahun 2003 Tentang Perubahan Formasi PNS;

5.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

6.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

7.

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

8.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang


Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi;

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru;

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan;

13.

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara


Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, Dan Menteri Agama Nomor 05/X/Pb/2011,
Nomor Spb/03/M.Pan-Rb/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor
3

158/PMK.01/2011, dan Nomor 11 Tahun 2011


Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil;

tentang Penataan dan

14.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar


Sarana dan Prasarana Pendidikan;

15.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 71 tahun 2007 tentang Standar


Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

16.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 tahun 2008 tentang Standar


Proses Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus;

17.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 tahun 2008 tentang Standar


Guru Pendidikan Khusus;

18.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 tentang


Pendidikan Inklusi Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki
Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa;

19.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2010 tentang Norma,


Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK);

20.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 tahun 2010 tentang Standar


Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar jo Permendikbud Nomor 23 tahun 2013
tentang perubahan atas PermendiknasNomor 15 tahun 2010 tentang standar
pelayanan minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota;

21.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang


Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

22.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang


Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah.

BAB II
LINGKUP PENATAAN DAN PEMERATAAN
Penataan dan pemerataan guru dilaksanakan untuk pemenuhan jumlah, jenis, dan
komposisi guru pada satuan pendidikan, sehingga beban minimal kerja guru terpenuhi,
dan kesesuaian antara mata pelajaran yang diampu dengan kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik juga terpenuhi.
Dalam proses penataan guru perlu mempertimbangkan rasio, kualifikasi akademik,
distribusi, dan komposisi guru pada satuan pendidikan dan pemenuhan beban kerja
minimal guru, sehingga karir dan tunjangan dapat terpenuhi.
Merencanakan dan melaksanaan penataan dan pemerataan guru di masing-masing
satuan pendidikan dengan kondisi kelebihan dan/atau kekurangan guru untuk jenis dan
bidang tertentu pada satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara alih tugas/mutasi,
alih fungsi, dan pengangkatan baru.
A.

Alih Tugas

Alih tugas/mutasi adalah pemindahan guru antarsatuan pendidikan, antarjenis


pendidikan, dan antarjenjang pendidikan, baik dalam kabupaten/kota maupun
antarkabupaten/kota dan antarprovinsi. Alih tugas/mutasi guru harus tetap mengampu
mata pelajaran yang sama.
Alih tugas/mutasi guru antarsatuan pendidikan adalah pemindahan guru dari satuan
pendidikan sejenis dan sejenjang. Alih tugas/mutasi guru antarjenis merupakan
pemindahan guru dari satuan pendidikan umum ke kejuruan atau sebaliknya. Alih
tugas/mutasi antarjenjang pendidikan adalah pemindahan guru dari satuan pendidikan
yang berbeda jenjang.
Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan menetapkan kriteria guru yang
dipindah/alih tugaskan. Dalam menentukan kriteria tersebut, pemerintah daerah sesuai
kewenangannya perlu memprioritaskan/mempertimbangkan:
1.

pemenuhan beban minimal tatap muka;

2.

kesesuaian mata pelajaran yang diampu dengan latar belakang pendidikan


dan/atau sertifikat pendidiknya;

3.

pemerataan mutu pendidikan;

4.

akses/keterjangkauan (jarak, moda transportasi, waktu tempuh, dan biaya);

5.

kondisi sosial yang kondusif; dan

6.

hal-hal lain sesuai dengan kebutuhan daerah.

Bagi pemerintah daerah yang tidak menetapkan kriteria guru yang dipindah dapat
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
1.

mempunyai sertifikat pendidik tapi belum dapat memenuhi beban tatap muka
minimal 24 jam per minggu;

2.

atas permintaan sendiri;


5

3.

mengampu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
dan/atau sertifikat pendidik, dipindahkan ke satuan pendidikan lainnya yang
membutuhkan dan sesuai bidang keahliannya/pendidikan;

4.

memenuhi aspek pemerataan mutu pendidikan berdasarkan kualitas/kinerja


guru;

5.

memiliki aksesibilitas tinggi ke Satuan Pendidikan baru, bertempat tinggal di


lokasi terdekat dengan satuan pendidikan di provinsi atau kabupaten/kota yang
kekurangan guru dan/atau asal daerah guru yang bersangkutan;

6.

dibutuhkan oleh satuan pendidikan di kabupaten/kota lain karena mempunyai


keterampilan atau keahlian khusus;

7.

dapat diterima di satminkal yang baru;

8.

tidak sedang mengemban tugas tambahan.

Alih tugas/mutasi guru mengikuti prinsip sebagai berikut:


1.

Pemindahan guru antarsatuan pendidikan pada jenjang yang sama dengan/untuk


mengampu mata pelajaran yang sama;

2.

Pemindahan guru antarsatuan pendidikan pada jenjang berbeda dengan/untuk


mengampu mata pelajaran yang sama sesuai kualifikasi akademiknya;

3.

Pemindahan guru antarsatuan pendidikan pada jenjang berbeda dengan tetap


mengampu mata pelajaran sesuai sertifikasinya;

4.

Perpindahan guru antarsatuan pendidikan pada jenjang sama atau berbeda


dengan mengampu mata pelajaran yang baru yang tidak sesuai dengan kualifikasi
akademik atau sertifikasinya.

B.

Alih Fungsi

Alih fungsi adalah proses pemindahan fungsi guru dari jenis guru dan/atau bidang
tertentu ke jenis guru dan/atau bidang lainnya, pada satu satuan pendidikan,
antarsatuan pendidikan, antarjenjang pendidikan, antarjenis pendidikan, dan alih fungsi
ke/dari jabatan struktural. Misalnya, dari guru kelas ke guru mata pelajaran atau
sebaliknya, dari guru kelas ke guru BK atau sebaliknya, dari guru mapel tertentu ke
guru mapel lainnya.
Guru yang dapat dialihfungsikan pada satuan pendidikan adalah guru yang jumlahnya
berlebih dan tidak bisa dialihtugaskan, baik yang sudah maupun yang belum
bersertifikat. Guru yang dialihfungsikan harus:
1.

dipindahkan pada satuan pendidikan yang membutuhkan;

2.

mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi untuk fungsi/mata pelajaran


barunya;

3.

mengikuti sertifikasi sesuai dengan funsgi/mata pelajaran barunya.

C.

Pengangkatan Guru PNS Baru

Pemerintah daerah dapat melakukan pengangkatan guru PNS baru dengan mengikuti
peraturan perundangan.
6

BAB III
MEKANISME PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU
A.

Mekanisme Penataan Dan Pemerataan Guru Tingkat Kabupaten/Kota

1.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

1.

Dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya meminta


laporan hasil perhitungan kebutuhan dan data guru dari semua satuan pendidikan
yang ada diwilayahnya setiap semester.

2.

Dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan analisis terhadap laporan tersebut,


dan hasilnya berupa agregat perhitungan dan pemetaan guru sebagai rencana
kebutuhan guru tingkat kabupaten/kota.

3.

Dinas pendidikan kabupaten/kota berkoordinasi dengan satuan pendidikan


binaannya untuk menyusun rencana penataan dan pemerataan guru, yang
menyangkut guru yang akan dialihtugaskan dan yang akan dialihfungsikan.

4.

Dinas pendidikan kabupaten/kota yang telah melaksanakan penataan dan


pemerataan guru di wilayah kewenangannya, dan masih ada kelebihan guru
dan/atau kekurangan guru, maka kabupaten/kota menyampaikan hasil penataan
dan pemerataantersebutsebagai bahan informasi kepada pemerintah provinsi.

5.

Bupati/Walikota membuat keputusan tentang penataan dan pemerataan guru di


wilayahnya berdasarkan usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

6.

Bupati/Walikota menyampaikan perencanaan penataan dan pemerataan guru di


wilayahnya kepada Gubernur melalui Dinas Pendidikan Provinsi, paling lambat
bulan Februari tahun berjalan.

7.

Bupati/Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan


guru di wilayahnya kepada Gubernur melalui Dinas Pendidikan Provinsi, paling
lambat bulan April tahun berjalan.

8.

Rencana penataan dan pemerataan guru tingkat kabupaten/kota dilaporkan


kepada bupati/walikota dan disampaikan ke SKPD bidang kepegawaian
kabupaten/kota.

2.

SKPD Bidang Kepegawaian Kabupaten/Kota

1.

SKPD bidang kepegawaian kabupaten/kota menerima rencana penataan dan


pemerataan guru tingkat kabupaten/kota setiap semester.

2.

SKPD bidang kepegawaian kabupaten/kota menetapkan formasi guru


berdasarkan rencana kebutuhan guru tingkat kabupaten/kota.

3.

SKPD bidang kepegawaian kabupaten/kota melaporkan formasi guru ke


Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(KemenPAN&RB) dengan tembusan ke Badan Kepegawaian negara (BKN) dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

B.

Mekanisme Penataan Dan Pemerataan Guru Tingkat Provinsi

1.

Dinas Pendidikan Provinsi

1.

Dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kewenangannya meminta laporan hasil


perhitungan kebutuhan dan data guru dari semua satuan pendidikan yang ada
diwilayahnya setiap semester.

2.

Dinas pendidikan provinsi melakukan analisis terhadap laporan tersebut, dan


hasilnya berupa agregat perhitungan dan pemetaan guru sebagai rencana
kebutuhan guru tingkat provinsi.

3.

Dinas pendidikan provinsi berkoordinasi dengan satuan pendidikan binaannya


untuk menyusun rencana penataan dan pemerataan guru, yang menyangkut guru
yang akan dialihtugaskan dan yang akan dialihfungsikan

4.

Dinas pendidikan provinsi yang telah melaksanakan penataan dan pemerataan


guru di wilayah kewenangannya, dan masih ada kelebihan guru dan/atau
kekurangan guru pada kabupaten/kota tertentu, maka dinas pendidikan provinsi
menyampaikan hasil penataan dan pemerataantersebutsebagai bahan informasi
kepada pemerintah pusat (Kemdikbud).

5.

Rencana penataan dan pemerataan guru tingkat kabupaten/kota dilaporkan


kepada gubernur dan disampaikan ke SKPD bidang kepegawaian provinsi.

6.

Dinas pendidikan provinsi mengkoordinasikan perencanaan penataan guru


antarkabupaten/kota dalam wilayahnya.

7.

Dinas pendidikan provinsi melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota yang


terkait untuk memfasilitasipemindahan guru antarkabupaten/kota, dengan
agenda:
a.

penyampaianinformasi kelebihan dan kekurangan guru per


kabupaten/kota;

b.

penyampaiandata/portofolio guru yang akan dipindahkan;

c.

kesepakatan antarkabupaten/kota yang akan memindahkan/menerima


guru.

8.

Gubernur membuat keputusan tentang penataan dan pemerataan guru di


wilayahnya berdasarkan usulan Bupati/Walikota.

9.

Gubernur menyampaikan rencana penataan dan pemerataan guru di wilayahnya


berdasarkan usulan Bupati/Walikota kepada Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, paling lambat bulan Maret tahun berjalan.

10.

Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru


kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, paling lambat bulan Mei tahun
berjalan, dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri
Keuangan.

2.

SKPD Bidang Kepegawaian Provinsi

1.

SKPD bidang kepegawaian provinsi menerima rencana penataan dan


pemerataan guru tingkat provinsi setiap semester.

2.

SKPD bidang kepegawaian provinsi menetapkan formasi guru berdasarkan


rencana kebutuhan guru tingkat provinsi.
8

3.

SKPD bidang kepegawaian provinsi melaporkan formasi guru ke


KemenPAN&RB dengan tembusan ke BKNdan Kemdikbud.

C.

Mekanisme Penataan Dan Pemerataan Guru Tingkat Kemdikbud

1.

Kemdikbud meminta laporan hasil perhitungan kebutuhan dan data guru dari
semua provinsi.

2.

Kemdikbud melakukan analisis terhadap laporan tersebut, dan hasilnya berupa


agregat perhitungan dan pemetaan guru sebagai rencana kebutuhan guru tingkat
nasional.

3.

Rencana kebutuhan guru tingkat nasional disampaikan ke Kementerian


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

4.

Kemdikbud mengkoordinasikan perencanaan penataan guru antarprovinsi.

D.

PENDANAAN

Pendanaan terkait kegiatan penataan dan pemerataan guru di kabupaten/kota dan


provinsi dibebankan pada APBD kabupaten/kota dan APBD provinsi masing-masing.
Pendanaan terkait kegiatan penataan dan pemerataan guru oleh Kemdikbud
dibebankan pada APBN.

BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A.

Tujuan Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program penataan dan pemerataan guru sesuai dengan tujuan dan hasil
yang diharapkan. Oleh karena itu, pemantauan dan evaluasi harus mampu menjawab
pertanyaan:
1.

Apakah perencanaan penataan dan pemerataan guru sudah menggambarkan


redistribusi guru yang merata sesuai ketentuan peraturan perundangan dan
kebutuhan?

2.

Apakah pelaksanaan penataan dan pemerataan guru berjalan secara efektif,


efisien, objektif, akuntabel, serta mampu mengatasi masalah
kelebihan/kekurangan guru ?

3.

Apakah penataan dan pemerataan guru berdampak pada peningkatan mutu


pendidikan?

B.

Institusi Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan oleh


institusi/pihak terkait sebagai berikut:
1.

Kemdikbud melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan penataan


dan pemerataan guru untuk dijadikan dasar pengambilan kebijakan ditingkat
pusat.

2.

Dinas Pendidikan provinsi melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


penataan dan pemerataan guru di wilayahnya, untuk melihat pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru yang dilakukan oleh setiap kabupaten/kota di
wilayahnya.

3.

Dinas Pendidikan kabupaten/kota melakukan pemantauan dan evaluasi


pelaksanaan penataan dan pemerataan guru di wilayahnya.

C.

Laporan Pemantauan Dan Evaluasi

Setelah pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan penataan dan pemetaan


gurudilakukan, maka perlu disusun laporan yang menggambarkan perencanaan, proses,
danhasil yang dicapai.
Laporan disusun dengan sistematika sebagai berikut.
1.

Pendahuluan.
Bagian ini merupakan rangkaian pemikiran yang mendasari kegiatan pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru, yang memuat:
a.

Latar Belakang, yangberisi dasar pemikiran dilaksanakannya kegiatan


pemantauan dan evaluasi.
10

2.

b.

Tujuan, merupakan hal-hal yang ingin dicapai dalam kegiatan pemantauan


dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemetaan guru.

c.

Sasaran pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemetaan


guru.

d.

Hasil yang diharapkan, yaituhasil yang dicapai dalam kegiatan pemantauan


dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemetaan guru.

Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi.


Bagian ini berisi:

3.

a.

Waktu dan tempat pelaksanaan yangmemuat informasi kapan dan dimana


kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan.

b.

Metodologi yang mencakup ruang lingkup, strategi pelaksanaan, serta


metode yang digunakan dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan penataan dan pemerataan guru.

Hasil Pemantauan dan Evaluasi, Permasalahan, dan Upaya Penanggulangan.


Bagian ini berisi hasil pemantauan dan evaluasi, permasalahan, dan upaya
penanggulangan.

4.

Kesimpulan dan Rekomendasi.


Bagian ini berisi kesimpulan dan rekomendasi.
a.

Kesimpulan hendaknya; (1) singkat, jelas, dan mudah dipahami; (2) sesuai
dengan permasalahan pemantauan dan evaluasi; dan (3)
mengandunguraian permasalahan berikut jawaban terhadap permasalahan.

b.

Rekomendasi ditujukan untuk perbaikan perencanaan dan


pelaksanaan,penataan dan pemerataan guru. Rekomendasi dirumuskan
berdasarkan kesimpulan.

11

PENUTUP
Penataan dan pemerataan guru PNS dapat terlaksana dengan baik apabila satuan
pendidikan, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi, Satuan kerja
perangkat daerah(SKPD) Bidang Kepegawaian kabupaten/kota, SKPD Bidang
Kepegawaian provinsi, Bupati/Walikota, Gubernur, dan Kemdikbud memiliki
komitmen dan kesungguhan untuk bersinergi dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.Dengan terlaksananya penataan dan pemerataan guru PNS ini, maka
kebutuhan guru pada satuan pendidikan dapat terpenuhi.

12

Anda mungkin juga menyukai