Anda di halaman 1dari 3

TIM MENTORING

ASISTENSI AGAMA DAN ETIKA ISLAM

Tema
“Istiqomah dalam membina diri”
Materi :
Kata ini berasal dari bahasa Arab istiqama, yastaqimu, istiqamah yang berarti tegak lurus.
Adapun menurut istilah, istiqamah adalah tetap dalam pendirian, yaitu ketetapan hati untuk
selalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun, dan terus-
menerus mengiatkan usahanya untuk mencapai cita-citanya. Dalam Islam, istiqamah secara
spesifik adalah sebuah komitmen dan konsisten dalam Tauhid, ibadah, dan akhlak.
Dari Abu „Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu „Amrah Sufyân bin „Abdillâh ats Tsaqafi
Radhiyallahu anhu, yang berkata : “Aku berkata, „Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam
Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.‟ Beliau
menjawab, „Katakanlah, „Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,‟ kemudian istiqâmahlah.‟
Sabda beliau Shallallahu „alaihi wa sallam ,”Katakanlah,” maksudnya, ucapkanlah dengan
lisanmu serta iringi dengan pembenaran hatimu ”Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,”
bahwa Dialah Allah Azza wa Jalla, Ilâh Yang Maha Esa yang wajib diibadahi oleh semua
makhluk, yang disifati dengan sifat-sifat yang sempurna Yang Mahatinggi, dan wajib disucikan
dari sifat-sifat yang jelek. Apa saja yang dijadikan Nya benar maka itulah yang benar dan apa
saja yang dijadikan-Nya batil maka itu batil. ”Kemudian Istiqâmahlah,” yaitu istiqâmahlah
(konsistenlah-read) di atas konsekuensi perkataan tersebut; berupa mencintai Allah Azza wa
Jalla yang mendatangkan keridhaan dan kecintaan-Nya serta menjauhkan diri dari kemurkaan
Nya dengan meninggalkan semua yang menyebabkan kemarahan-Nya. Urgensi membina diri
yang kita maksud disini adalah pembinaan yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap
dirinya sendiri untuk membentuk kepribadian Islami yang komprehensif yang meliputi
aspek ilmu pengetahuan, aspek keimanan, aspek akhlak, aspek sosial dan lainnya serta
meningkatkan derajat kesempurnaan manusia.

Kenapa ini sangat penting ? Simak ini,


a. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam sebelum jadi nabi, dipersiapkan, dibina, dan
dijaga oleh selama 40 tahun.
b. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam sebelum menyiarkan Islam secara terang
terangan ke seluruh masyarakat Makkah dipersiapkan dulu 5 tahun setelah turunnya
wahyu pertama.
Rasul saja mempersiapkan dan membina diri dulu, apalagi kita? Cara Istiqomah dalam
membina diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik ada banyak caranya, seperti senantiasa
mengikuti kajian-kajian keislaman, menentukan target-target amalan, berkumpul dengan
orang-orang saleh dan lain sebagainya. Namun, beristiqomah untuk senantiasa ingin
memperbaiki diri dan membina diri adalah perkara yang lebih berat untuk dilakukan.
Ada beberapa cara untuk beristiqomah untuk membina diri,

Pertama: mengilmui dan memahami makna syahadat dengan baik dan benar
Karena syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi
kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu dipelajari lebih. Allah
menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim
untuk kehidupan dunia dan akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.

Allah Ta’ala berfirman,

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27) Maksud dari “Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
…” sebagaimana dalam hadits berikut. “Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur,
lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: “Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat”.”

Kedua: Mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya

Tentu saja, karena Al-Quran adalah petunjuk hidup di dunia agar selamat dunia dan akhirat.
Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan
berupa peta dan penunjuk jalannya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang
menunjukkan, tentu akan tersesat dan tidak akan sampai. Apalagi ternyata ia tidak tahu
bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara mengunakan petunjuk yang ada serta tidak ada
penunjuk jalan. Tentu tidak akan sampai dan tidak selamat.

Ketiga: Berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit

Ini adalah kuncinya yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu
dan bukan sekedar wawasan saja. karenanya kita diperintahkan tetap terus beramal meskipun
sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun
itu sedikit.” (HR. Muslim)

Keempat: berdoa dan memohon keistiqmahan dan keikhlasan

Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah. Tetap istiqamah beramal dan
beribadah sampai menemui kematian

Tips :
Doa ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hapal.

‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama
Mu.” (HR. At-Tirmidzi no.3522, Lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi no.2792).

Dan masih banyak doa yang lainnya. Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita
ikhlas dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata, jauh dari riya, pujian
manusia dan tendensi dunia.
Semoga kita selalu diberikan keikhlasan dan keistiqamahan dalam beramal.

Doa Kaffaratul Majlis


Kaffaratul Majlis; artinya penghapus dosa apa yang terjadi di dalam majelis. Doa ini dapat
dibaca setelah selesai dari majelis ilmu, selesai mengajar, dapat juga ditulis pada akhir
menulis buku, menulis skripsi, menulis thesis, artikel, tugas laporan kuliah, tugas
sekolah dan semisalnya. Lafadzh do‟a Kafaratul Majelis diambil dari hadits Rasulullah
.‫صلى هللا عليه وسلم‬

“Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah
yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, aku meminta ampunan dan
bertaubat kepadamu.”

Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Istiqamah
https://almanhaj.or.id/3351-iman-dan-istiqamah.html
https://muslimafiyah.com/kiat-menggapai-istiqamah.html

Anda mungkin juga menyukai