perubahan pola kehidupan sesuai proses alami menjadi ekploitasi SDA (terutama
SDA tak terbaharui)
Pertambahan penduduk karena revolusi industri :
Malthus (1830) : penduduk deret ukur, produksi pangan deret hitung. Bumi hanya
mampu menghidupi 2 Milyar manusia, tetapi berkat Haber (1913) menemukan
pupuk N maka penduduk bumi sekarang lebih dari 6 Milyar, tetapi mulai
ketidakseimbangan ekosistem : polusi, pestisida DDT, pencemaran merkuri
(penyakit minamata) ----- pencemaran lingkungan.
Masalah dunia saat ini :
1. Pemanasan global
2. Kerusakan ozon
3. Pertumbuhan penduduk
4. Kerusakan hutan dan proses penggurunan
5. Pencemaran lautan dan kualitas/kuantitas air
6. Kelestarian biodiversity
7. Pembangunan berkelanjutan
1
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan adalah proses transformasi sumberdaya alam, teknologi, ekonomi
dan sumberdaya manusia (sosial budaya)
Pembangunan berkelanjutan tidak ada partisipasi dari seluruh isi bumi. Bumi yang
sudah berumur milyaran tahun mungkin akan tetap ada/bertahan bila terjadi
perubahan, sedangkan manusia yang umurnya kurang dari setengah milyar
tahun bisa musnah bila kondisi yang membuatnya ada tidak dijaga bersamasama.
Istilah lestari selalu menjadi bagian dari konsep kehutanan yang universial.
Konsep ini bermula dari kelestarian hasil produksi, panen yang terukur berdasarkan
hasil panen yang sama dari tahun ketahun, tidak menurun atau panenan
progresif.
Sesuai perkembangan lingkungan hidup dan kelestarian SDA, maka sistem
pengelolaan hutan harus dapat menjamin kelestarian multidimensi, yaitu :
1. Kelestarian SDA
2. Kelestarian hutan dan hasil hutan
3. Kelestarian fungsi lingkungan
4. Kelestarian manfaat bagi masyarakat
Berdasarkan KTT Bumi di Rio de Janeiro prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan
hutan lestari meliputi :
1. Kepemilikan hutan
2. Tujuan pengelolaan sumberdaya hutan
3. Kebijakan dalam pengelolaan hutan
4. Langkah-langkah dalam pengelolaan dan pembangunan hutan
5. Nilai hutan
6. Keseimbangan manfaat ekonomi dan ekologi
7. Pendanaan, teknik dan sistem pemasaran hasil hutan
8. Peranan hutan tanaman
4
Pasal 3 :
Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan :
1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional
2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung, fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan
ekonomi yang seimbang dan lestari
3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.
6
Ekolabel yang dapat dipercaya diberikan melalui proses sertifikasi oleh pihak ketiga
yang independen untuk menilai bahwa suatu produk diproduksi dengan
mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan hidup.
Mengacu pada GATT (General Agreement on Tariff and Trade), ekolabel didasarkan
pada non-diskriminasi dan atas dasar sukarela. Dasar sukarela menekankan bahwa
sistem sertifikasi bekerja atas dasar insentif pasar. Produsen ikut serta ketika
melihat ada insentif pasar bagi produk-produk berlabel atau kesempatan untuk
mengembangkan pasaran baru atau mereka tidak melakukan ancaman boikot
ketika tidak mendapatkan insentif pasar.
Konsep Sertifikasi Hutan
Sertifikasi (manajemen) hutan didefinisikan sebagai prose-dur verifikasi yang
menghasilkan sertifikat mengenai kualitas pengelolaan hutan dalam hubungannya
dengan satu set kriteria dan indikator.
Disebutkan pula bahwa pelaksanaan penilaiannya oleh pihak ketiga yang
independen.
Tujuan Ekolabel
1. Bagi konsumen adalah selain memberikan informasi kepada konsumen agar
konsumen dapat membuat pilihan berdasarkan informasi tersebut, juga agar
konsumen dapat membedakan antara produk ramah lingkungan dengan yang
tidak.
2. Bagi produsen adalah untuk memberi kesempatan kepada produsen mendapat
penghargaan atas usahanya memelihara lingkungan hidup dan menciptakan
insentif pasar bagi produsen untuk menekan pengeluaran biaya
Tujuan Sertifikasi Hutan
1. Untuk menyediakan insentif baik insentif pasar atau non pasar untuk mendorong
peningkatan kualitas pengelolaan hutan menuju pengelolaan hutan secara lestari
atau berkelanjutan. Tujuan ini disebut sebagai tujuan Pengelolaan Hutan Lestari
(PHL) atau sering disebut sebagai Sustainable Forest Management (SFM)
objective
2. Untuk meningkatan akses pasar dan share for products dari sistem
pengelolaan yang lestari. Tujuan ini disebut sebagai tujuan perdagangan atau
Trade Objective
10
Keterangan :
FR = Forest Resources
FP = Forest Products
FB = Forest Business
ES = Ecosystem Stability
SS = Survival of (Endangered/Endemic/Protected) Species
TS = Forest Tenure System
CE = Community and Employees Economic Development. SCI= Social and Cultural Integration (of
12
Community and Employees) CH = Community Health WR = Workers Rights
LEMBAGA SERTIFIKASI
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) adalah lembaga independen yang
mengembangkan sistem sertifikasi ekolabel di Indonesia , dan memberikan
akreditasi kepada lembaga sertifikasi pelaksana sistem sertifikasi LEI.
Tahun 1999, Yayasan LEI menandatangani MOU dengan FSC, sebuah organisasi
yang memberikan akreditasi bagi lembaga sertifikasi ekolabel internasional.
Berdasarkan MoU tersebut, kriteria dan indikator LEI akan digunakan dalam seluruh
kegiatan sertifikasi hutan alam produksi di Indonesia. Selanjutnya, kegiatan
sertifikasi tersebut harus dilaksanakan dalam konteks joint certification program
(JCP) antara LEI dengan FSC, yang diharapkan akan menghasilkan saling
pengakuan ( Mutual Recognition Agreement - MRA) terhadap sertifikat ekolabel dari
kedua pihak.
Tahun 2000 LEI telah melaksanakan seleksi terhadap badan/badan hukum calon
lembaga sertifikasi (LS).
Untuk akreditasi penuh, sebagai sebuah lembaga akreditasi, LEI bekerjasama
dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan departemen teknis terkait seperti
Dephut untuk mengembangkan sistem akreditasi nasional bagi lembaga sertifikasi
ekolabel.
13
Skema Sertifikasi
PHTL
PHAPL
PHBML
LACAK-BALAK
PHAPL
LACAK-BALAK
PHAPL
LACAK-BALAK
PHTL
PHBML
14
15
16
17
18
Sertifikasi Lacak Balak merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak
ketiga untuk mengeluarkan suatu pernyataan bahwa suatu hasil hutan, dalam
hal ini kayu- telah diproduksi dari hutan yang lestari.
Lacak balak merupakan komponen sistem sertifikasi yang kritis karena menjadi
penghubung antara unit manajemen hutan atau unit usaha kehutanan sebagai
produsen dan masyarakat sebagai konsumen hasil hutan.
Lacak balak pada prinsipnya dilakukan terhadap dua hal, yaitu:
1. Kejelasan sistem pergerakan hasil hutan
2. Kinerja sistem pergerakan hasil hutan
Dalam perjalanannya, hasil hutan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam
susunan sortimen mengalami mutasi (perubahan bentuk, ukuran, jumlah,
kualitas, tanda, dan penampilan). Lokasi mutasi itu disebut sebagai simpul
pergerakan.
prinsip yang dipakai dalam penilaian lacak balak adalah penilaian satu langkah ke
belakang (one step backward), yaitu hanya menilai apakah sumber hasil hutan
pada satu simpul sebelumnya sudah tersertifikasi. Jika satu simpul
sebelumnya belum tersertifikasi, lacak balak perlu dilanjutkan pada simpul
sebelumnya lagi dan seterusnya sampai diperoleh rantai tak terputus yang
menerangkan bahwa asal hasil hutan adalah dari pengelolaan hutan produksi
lestari.
20
LEMBAGA
SERTIFIKASI
SGS Qualifor UK
PT Mutuagung
Lestari bekerjasama
dengan Sucofindo
PT Mutuagung
Lestari
Lulus Sertifikasi
PHBML tanggal 17
Oktober 2004
21
Untuk PHAPL :
Standar LEI-5000 : Kerangka Sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Standar LEI-5000-1 : Sistem Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari
Standar LEI 5005 : Daftar Istilah dan Pengertian yang berhubungan dengan
Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Pedoman LEI 99 : Sistem Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
Pedoman LEI 99-01 : Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi PHPL
Pedoman LEI 99-02 : Persyaratan Umum Penilai Lapangan Sertifikasi PHPL
Pedoman LEI 99-03 : Persyaratan Umum Panel Pakar Sertifikasi PHPL
Pedoman LEI 99-21 : Pedoman Lapangan Penilaian Lapangan Sertifikasi PHAPL
Pedoman LEI 99-23 : Pedoman Penapisan dalam Sertifikasi PHAPL
Pedoman LEI 99-24 : Pedoman Pengambilan Keputusan Sertifikasi PHAPL
Pedoman LEI 99-25 : Pedoman Penyusunan Rekomendasi Sertifikasi PHAPL
Pedoman LEI 99-26 : Pedoman Pelaksanaan Penilikan dan Perpanjangan
Sertifikasi dalam Program Sertifikasi PHAPL
Dokumen LEI-01 : Toolbox Verifier dan Verifikasinya untuk Kriteria dan Indikator
Penilain dalam Sertifikasi PHAPL
Dokumen LEI-02 : Skala Intensitas Indikator PHAPL
22
23
Indikator
Nilai
Score
1. Stabilitas
Ekosistem
Baik sekali
Baik
Cukup
Jelek
Jelek Sekali
A
B
C
D
E
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
24
Kriteria
Indikator
Nilai
Score
2.
Baik sekali
Baik
Cukup
Jelek
Jelek Sekali
A
B
C
D
E
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
idem
Pengelolaan
species
dilindungi/
endemik/
langka
25