Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus
mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan datang. Pembangunan
berkelanjutan harus memerhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungannya agar kualitas
lingkungan tetap terjaga. Kelestarian lingkungan yang tidak dijaga, akan menyebabkan daya dukung
lingkungan berkurang, atau bahkan akan hilang.
Pembangunan berkelanjutan mengandung arti sudah tercapainya keadilan sosial dari generas ke generasi.
Dilihat dari pengertian lainnya, pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan nasional yang melestarikan
fungsi dan kemampuan ekosistem.

2. Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan yang berkelanjutan harus mencerminkan tindakan yang mampu melestarikan lingkungan
alamnya. Pembangunan berkelanjutan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.

Memberi kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan kemampuan
ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.

Memanfaatkan sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang tidak merusak lingkungan.

3.

Memberikan kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang bersama-sama di
setiap daerah, baik dalam kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang berbeda secara
berkesinambungan.

4.

Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok, melindungi, serta
mendukung sumber alam bagi kehidupan secara berkesinambungan.

5.

Menggunakan prosedur dan tata cara yang memerhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan
ekosistem untuk mendukung kehidupan, baik masa kini maupun masa yang akan datang.

Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990), menggariskan kebijakan lingkungan dalam kaitannya
dengan pembangunan yang berkelanjutan sebagai berikut.
1.

Menggiatkan kembali pertumbuhan. Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi, yang
mempunyai kaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengetahui
kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari pendapatan per kapitanya. Negara yang sedang
berkembang pertumbuhan minimum dari pendapatan nasional adalah 5 % per tahun.

2.

Mengubah kualitas pertumbuhan yang berhubungan dengan tindakan pelestarian sumber daya alam,
perbaikan pemerataan pendapatan, dan ketahanan terhadap berbagai krisis ekonomi.

3.

Memenuhi kebutuhan dasar manusia, antara lain pangan, papan, sandang, energi, air, dan sanitasi
harus dapat memenuhi standar minimum bagi golongan ekonomi lemah.

4.

Memastikan tercapainya jumlah penduduk yang berkelanjutan. Jumlah penduduk yang mampu
mendukung pembangunan berkelanjutan adalah penduduk yang stabil dan sesuai dengan daya
dukung lingkungannya. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (> 2% per tahun), seperti yang terjadi

di negara-negara sedang berkembang perlu ada penurunan penduduk menuju tingkat pertumbuhan
0% (zero population growth).
5.

Menjaga kelestarian dan meningkatkan sumber daya dengan penciptaan dan perluasan lapangan
kerja, pelestarian, dan penggunaan energi secara efisien, pencegahan pencemaran (air dan udara)
sedini mungkin.

6.

Berorientasi pada teknologi dalam pengelolaan resiko, antara lain penciptaan inovasi teknologi dan
penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.

7.

Menggabungkan kepentingan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan. Misalnya,


kebijakan efisiensi penggunaan energi dengan biaya produksi yang minimal dapat menggunakan
energi semaksimal mungkin.

8. Konsep pembangunan berkelanjutan tersebut selanjutnya dikemukakan lebih terperinci


dalam dokumen maupun deklarasi pada KTT Bumi atau Konferensi PBB tentang
Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro tahun 1992. Konferensi ini
menghasilkan lima dokumen yaitu :
9. 1. Deklarasi Rio tentang Pembangunan dan Lingkungan dengan 27 asas yang
menetapkan hak dan tanggung jawab bangsa-bangsa dalam memperjuangkan
perkembangan dan kesejahteraan manusia.
10. 2. Agenda 21 : Program Kerja Aksi PBB dari Rio, sebuah rancangan tentang cara
mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan dari segi sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup.
11. 3. Konvensi tentang Perubahan Iklim. Tujuan kerangka Konvensi PBB untuk
Perubahan Iklim ialah menstabilkan gas-gas rumah kaca dalam atmosfer pada tingkatan
yang tidak akan mengacaukan iklim global. Ini mensyaratkan pengurangan emisi gas-gas
seperti karbondioksida, yaitu hasil sampingan dari pemakaian bahan bakar untuk
mendapatkan energi.
12. 4. Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati, menghendaki agar negara-negara
mengerahkan segala daya dan dana untuk melestarikan keragaman spesies-spesies hidup,
dan mengupayakan agar manfaat penggunaan keragaman hayati itu dirasakan secara
merata.
13. 5. Pernyataan tentang Prinsip Kehutanan. Pernyataan tentang prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman bagi pengelolaan, pelestarian dan pembangunan semua jenis hutan
secara berkelanjutan, yang merupakan unsur mutlak bagi pembangunan ekonomi dan
pelestarian segala bentuk kehidupan.
14. Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan
15. Dari berbagai dokumen maupun deklarasi yang dihasilkan dalam KTT tersebut terdapat 5
(lima) prinsip utama yang terkandung dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan (ecologically sustainable development) yaitu :
16. 1. Prinsip keadilan antar generasi (intergenerational equity)

17. Edith Brown Weiss menyebutkan bahwa makna yang terkandung dalam prinsip ini
adalah setiap generasi umat manusia di dunia mempunyai hak untuk menerima dan
menempati bumi bukan dalam kondisi yang buruk akibat perbuatan generasi sebelumnya,
18. Ada tiga dasar yang terkandung dalam prinsip keadilan antar generasi yaitu :
19. a. Setiap generasi harus melakukan konservai keragaman sumber daya lingkungan, agar
generasi mendatang memiliki pilihan yang sama banyaknya dengan generasi sekarang
dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan ;
20. b. Setiap generasi harus menjaga atau memelihara kualitas lingkungan agar generasi
mendatang dapat menikmati lingkungan dengan kualitas yang sama, sebagaimana yang
dinikmati generasi sebelumnya.
21. c. Setiap generasi yang menjamin hak akses yang sama terhadap segala warisan
kekayaan alam dari generasi sebelumnya dan harus melindungi akses ini untuk generasi
mendatang.
22. 2. Prinsip keadilan dalam satu generasi (intragenerational equity)
23. Prinsip ini menekankan pada keadilan dalam sebuah generasi umat manusia, termasuk di
dalamnya ketidakberhasilan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar lingkungan
dan sosial, atau tepatnya kesenjangan antara individu dengan kelompok-kelompok dalam
masyarakat tentang pemenuhan kualitas hidup. Menurut Mas Achmad Santosa, prinsip ini
sangat berkaitan erat dengan isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan karena :
24. a. Beban dan permasalahan lingkungan dipikul oleh masyarakat yang lemah secara
sosial dan ekonomi ;
25. b. Kemiskinan menimbulkan akibat degradasi lingkungan, karena masyarakat yang
masih dalam taraf pemenuhan basic need pada umumnya tidak memiliki kepedulian
lingkugan ;
26. c. Upaya-upaya perlindungan dapat berakibat pada sektor-sektor tertentu yang lain ;
27. d. Tidak seluruh anggota masyarakat memiliki akses yang sama dalam proses
pengambilan keputusan yang berdampak pada lingkungan pengetahuan, ketrampilan,
keberdayaan serta struktur pengambilan keputusan dapat menguntungkan anggota
masyarakat tertentu dan merugikan kelompok lain.
28. 3. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle)
29. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa apabila terdapat ancaman berarti atau adanya
acaman kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan temuan alasan
untuk pembuktian ilmiah yang konkluksif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan untuk
menunda upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan tersebut. Menurut Mas
Achmad Santosa, dalam menerapkan prinsip ini, pengambilan keputusan harus dilandasi
oleh :
30. a. evaluasi yang sungguh-sungguh untuk mencegah seoptimal mungkin kerusakan
lingkungan yang tidak dapat dipulihkan

31. b. penilaian dengan melakukan analisis risiko dengan menggunakan berbagai opsi
(pilihan).
32. c.
33. 4. Prinsip perlindungan keragaman hayati (conservation of biological diversity) ;
34. Potensi keragaman hayati memberikan arti penting bagi kesinambungan kehidupan umat
manusia. Apalagi laju kerusakan dan kepunahan keragaman hayati semakin besar maka
akan berakibat fatal bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Prinsip perlindungan
keragamanan hayati merupakan prasyarat bagi berhasilnya pelaksanaan prinsip keadilan
antar generasi. Sebagai contoh dalam keadaan masyarakat lokal (indigienus people)
mengalami kehilangan atau keterputusan dari ekosistemnya akibat kepunahan keragaman
hayati, maka tertutup akses terhadap tingkat kehidupan dan kesejahteraan yang layak.
Perlindungan keragaman hayati juga terkait dengan masalah pencegahan, sebab
mencegah kepunahan species dari keragaman hayati diperlukan demi pencegahan dini.
35. 5. Internalisasi biaya lingkungan. (Internalisation of environmental cost and incentive
mechanism).
36. Rasio pentingnya diberlakukan prinsip ini berangkat dari suatu keadaan di mana
penggunaan sumber daya alam kini merupakan kencenderungan atau reaksi dari
dorongan pasar. Sebagai akibatnya kepentingan yang selama itu tidak terwakili dalam
komponen pengambilan keputusan untuk penentuan harga pasar tersebut menjadi
terabaikan dan menimbulkan kerugian bagi mereka.
37. Kelima prinsip tersebut kemudian dikenal sebagai prinsip pokok atau utama dari
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Walaupun demikian, konsep
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan ini telah jelas memberikan
petunjuk, akan tetapi tidaklah mudah untuk melaksanakannya. Otto Soemarwoto
menyebutkan agar pembangunan dapat terlanjutkan, tiga syarat harus dipenuhi, yaitu
ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Konsep yang diajukan oleh Otto Soemarwoto ini
tidak jauh berbeda dengan konsep yang diajukan oleh Stockholm Environment Institute
(1996) yang mengembangkan suatu sistem yaitu Sistem Sosio Ekologi yang terdiri dari
atas 3 sub-sistem,yang masing-masing berkenaan dengan masyarakat manusia,
lingkungan hidup dan ekonomi.
38. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di atas dapat
dijadikan parameter untuk menilai sejauhmana kebijakan pembangunan lingkungan hidup
yang diselenggarakan oleh pemerintah. Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat
dianalisis kebijakan kriminal di bidang konservasi keanekaragaman hayati yang
berorientasi pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan sebagai berikut :
39. Dalam Kongres PBB ke-9 tahun 1995 tentang The Prevention of Crime and The
Treatment of Offenders, terdapat resolusi tentangCriminal justice management in the

context of accuntability of public administration and sustainable development. Resolusi


itu antara lain menghimbau negara anggota, organisasi antar pemerintah, dan organisasi
profesional nonpemerintah ; agar dalam program-program pengembangan yang berkaitan
dengan manajemen peradilan pidana, mempertimbangkan masalah accountability and
sustainability. Resolusi itu antara lain didasarkan pada pemikiran / pertimbangan,
bahwa
40. penyelenggara/administrator
peradilan
(pidana)
bertanggungjawab
bagi
terselenggaranya peradilan (pidana) yang efisien dan manusiawi ;
41. manajemen peradilan (pidana) merupakan bagian dari adminsitrasi publik yang
bertanggungjawab pada masyarakat luas;
42. penyelenggaraan peradilan (pidana) harus merupakan bagian dari kebijakan
pembangunan sumber daya yang berkelanjutan (a policy of sustainable development of
resources), termasuk ensuring justice dan the savety of citizens.
43. Dalam working paper yang merupakan dokumen penunjang kongres (dokumen
A/CONF.169/6) dijelaskan, bahwa adalah penting bagi semua aspek dari
penyelenggaraan sistem peradilan (pidana) untuk sejuh mungkin bertanggungjawab agar
sistem peradilan pidana mendapat kepercayaan dan respek dari masyarakat (to gain
public trust and respect). Agar mendapat kepercayaan dan respek masyarakat maka
sistem peradilan harus terbuka dan transparan (must be open and transparent).
Ditegaskan pula, bahwa akuntabilitas sistem peradilan pidana merupakan bagian dari
konsep pemerintahan yang baik (accountability of the criminal justice system is part of
concept of good governance) yang pada gilirannya akan menjamin keberhasilan
masyarakat yang berkelanjutan (sustainable development).

Anda mungkin juga menyukai