H. Harifin A. Tumpa
ABSTRACT
Reformation era as Indonesian starting point leading to freedom or transparency, signaling
the change of people paradigm to be more critical and open, is called the transformation
era with the transparent press, freedom to gather, freedom of expression in public that
is guaranteed by the law. Fundamentally, it can grow the sense of democracy in some
aspects (political life and democracy). Transparency offers spaces to public to conduct
social control and to avoid manipulation of the fact, abuse of power, and dishonesty to
secure justice and truth.
Keywords: transparency, social control, and justice
1. Pendahuluan
Sejak reformasi bergulir, sesudah
terjadinya krisis moneter dan ekonomi
tahun 1997 - 1998, bangsa Indonesia
menghadapi perbagai tantangan berat
yang sangat mengganggu kehidupan
sosialnya dan kehidupan berdemokrasi.
Tantangan tersebut antara lain: Pertama
membangun
kembali
fundamental
perekonomian nasional yang hampir
hancur, akibat krisis moneter pada
tahun 1997 - 1998 yang hingga saat ini
masih terasa akibatnya. Reformasi juga
menimbulkan tantangan yang kedua
yakni menumbuhkan demokrasi politik,
selanjutnya tantangan yang ketiga yakni
bagaimana mengatasi rangkaian konflik
dipelbagai daerah yang mengancam
persatuan dan kesatuan, dan terakhir
bahwa reformasi diharapkan dapat
membangun kembali sistem penegakan
2 Pipin Hanapiah, Good Governance: membangun Masyarakat yang Demokratis dan Nasionalis, terdapat dalam :
3 Mahfud MD, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Yogyakarta, hlm. 16.
5 Henry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory (1960), dalam Malkian Elvani, terdapat dalam: http://
2. Pembahasan
A. Perbaikan Transparansi
mengatasi tantangan
1. Transparansi Pengelolaan Keuangan Negara dan Perekonomian
Perencanaan terpusat pada masa
Orde Baru, telah menciptakan
kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Privatisasi dan deregulasi
masa itu juga ditujukan untuk
memudahkan
pemindahan
hak milik negara kepada kroni
penguasa
politik.
Misalnya,
bagaimana milik Bulog dapat
beralih ke perusahaan milik
keluarga penguasa. Kesemua
hal tersebut mengakibatkan
p r odu ktivitas d an efisiensi
perekonomian nasional kita
menjadi semakin menurun yang
berakhir pada krisis tahun 1997 1998. Pada masa itu transparansi
h a mp ir-hampir tid ak a da,
sehingga sangat sulit diketahui
oleh publik. Hal ini diperparah,
kebebasan pers saat itu sangat
dibatasi.
Upaya
perbaikan
sistem
pengelolaan keuangan negara
dilakukan dengan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
Pemerintah dalam era reformasi
telah melakukan koreksi secara
menyeluruh terhadap sistem
keuangan negara yang digunakan
pada masa Orde Baru.
Koreksi pertama adalah dengan
mengintegrasikan
anggaran
negara dengan meniadakan
perbedaan
antara
anggaran
rutin dengan pembangunan
yang terpisah di masa Orde
Baru. Kontrol atas APBN kini
sepenuhnya berada ditangan
Menteri Keuangan, yang semula
dikendalikan oleh Bappenas.
Koreksi yang kedua adalah
dengan
mensosialisasikan
Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) pada tanggal 13 Juni
2005, sehingga ada standar
akuntansi yang menjadi ukuran
pemeriksaan.
Koreksi yang ketiga adalah
m em ulihkan
kebebasan
dan kemandirian BPK dan
sekaligus memperluas obyek
pemeriksaannya, dengan diundangkannya Undang-Undang
No. 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), maka BPK tidak lagi berada
dalam kendali pemerintah.
Setelah 60 tahun merdeka,
pertanggungjawaban keuangan
negara yang transparan dan
akuntabel baru dimulai dalam
Fasli Jalal, Mendiknas Ogah Komentari Hasil Penelitian Kampus IPB. terdapat dalam: http://nusajaya72.com/
mendiknas-ogah-komentari-hasil-penelitian-kampus-ipb/, diposting tanggal 1 Mei 2011. Dimuat pula dalam
SINDO, tanggal 13 Pebruari 2011.
9 Terdapat dalam http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=86947, diposting tanggal 1
Mei 2011. Dimuat pula dalam SINDO, tanggal 13 Pebruari 2011.
10 Kompas, 14 Pebruari 2011
11 Anwar Nasution, 2008, Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Era Reformasi. terdapat dalam: http://
12 Anwar Nasution, 2008. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Dan Keuangan Daerah, terdapat dalam:
http://dongants.wordpress.com/2008/07/08/perbaikan-pengelolaan-keuangan-negara-dan-keuangan-daerah/,
diposting pada tanggal 25 April 2011
13 Anwar Nasution, 2008, Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Era Reformasi. Op. Cit
Transparansi Merupakan Pintu Keadilan Dan Kebenaran
14 Anwar Nasution. 2008. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara Dan Keuangan Daerah,Op.Cit
15 Djisman Simandjuntak, Raden Pardede dkk. 2010. Persaingan sehat dan Akselerasi Pembangunan Ekonomi.
16 Ahmad Yani, 2011, Pasang Surut Kinerja Legislasi. Rajawali Pers. Jakarta. hlm. 39
17 Fahri Hamzah, 2010, Negara, Pasar, Rakyat, Paham Indonesia. Media Center DPC PKS Piyungan, Bantul
Yogyakarta. hlm. 69
18 M. Saleh Muda dkk. 2009. Bekerja dengan Hati Nurani. Erlangga. Jakarta. hlm. 6 .
19 Bagir Manan, 2009, Menegakkan Hukum Suatu Pencarian. PT.Timpani Publishing. Jakarta. hlm. 163
20 Radar Buton. 2010. Penegakan Hukum Di Tengah Rendahnya Kepercayaan Publik. Kamis 4 Maret 2010.
10
Kejaksaan,
21 Novel Ali, KHN, 2010, Problematika Penegakan Hukum. terdapat dalam: http://www. komisihukum.go.id/
index.php?option=com_content&view=article&catid=57%3Amajalahbuku&id=355%3Aproblematikahukum&
lang=in diposting pada tanggal 10 Mei 2011
11
12
13
yaitu
terdakwa
mengambil
barang milik orang lain dengan
maksud untuk dimiliki. Menurut
hukum,
terdakwa
harus
dinyatakan bersalah dan dijatuhi
pidana. Hakim yang mengadili
perkara tersebut menerapkan
Pasal 263 KUHP tersebut apa
adanya, sehingga dia harus
menjatuhkan hukuman. Hakim
tersebut menjatuhkan pidana
voorwardelijk
(percobaan)
kepada
terdakwa.
Menurut
hakim tersebut yang adil adalah
hukuman percobaan bukan
hukuman penjara (badan). 23
Tetapi seandainya hakim tersebut
menafsirkan mengambil barang milik orang lain dengan
maksud untuk dimiliki menurut
kebiasaan masyarakat adat, yang
pada pokoknya menyatakan
bahwa
mengambil
sesuatu
barang yang hanya sekedar
untuk dijadikan bibit bukanlah
perbuatan melawan hukum
atau mencuri, maka ia akan
menerapkan Pasal 263 KUHP
dengan penafsiran yang progresif
dan keadilan yang diperolehpun
juga progresif yaitu vrijspraak
atau ontslag van rechtsvervolging.
Maka menurut saya keadilan
yang dihasilkan dari suatu
proses akan sangat tergantung
bagaimana hakim itu menafsirkan
dan menerapkan hukum yang
ada, baik hukum formal (hukum
acara) maupun hukum materil.
Penegakan hukum harus dimak-
23 Kompas, Duh... Tiga Buah Kakao Menyeret Minah ke Meja Hijau..., 19 November 2009
14
15
3. Penutup
Demikianlah sekelumit uraian saya
tentang perlunya keterbukaan untuk
m e n g h i n dari man ip u lasi fakta,
penyalahgunaan
kekuasaan,
dan ketidakjujuran, sehingga akan
diketemukan keadilan dan kebenaran.
Akhirnya kepada semua pihak
yang telah mengambil bagian dalam
kehidupan saya, sehingga terbentuk
pribadi saya yang autentik, mulai kedua
orang tua saya yang telah mendidik
dan membesarkan saya, isteri dan anak
saya tercinta, guru-guru saya mulai dari
Sekolah Rakyat, SMP, SHD, Fakultas
Hukum UNHAS, Program S2 UNKRIS
dan Program S3 Universitas Gajah Mada,
saya ucapkan terima kasih.
Begitu pula semua pihak yang telah
membimbing dan bekerja sama dengan
saya dalam karier hakim, mulai dari
hakim tingkat pertama sampai puncak
tertinggi di lembaga peradilan, saya juga
menyampaikan terima kasih yang tidak
terhingga. Semoga Tuhan Yang Maha
Agung akan selalu bersama kita.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Ahmad Yani, 2011. Pasang Surut Kinerja
Legislasi. Rajawali Pers. Jakarta.
Bagir Manan, 2009, Menegakkan
Hukum Suatu Pencarian. PT.Timpani
Publishing. Jakarta.
Djisman Simandjuntak, Raden Pardede
dkk. 2010. Persaingan sehat dan
Akselerasi Pembangunan Ekonomi.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Fahri Hamzah, 2010. Negara, Pasar,
Rakyat, Paham Indonesia. Media
Center DPC PKS Piyungan, Bantul
Yogyakarta.
Mahfud MD, 1999. Hukum dan
Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media,
Yogyakarta,
M. Saleh Muda, dkk. 2009. Bekerja
dengan Hati Nurani. Erlangga.
Jakarta.
Putusan Pengadilan
Putusan MA No. 2975 K/Pdt./2009
Artikel dalam Media Massa
Kompas, 14 Pebruari 2011
Kompas, Duh... Tiga Buah Kakao
Menyeret Minah ke Meja Hijau..., 19
November 2009
Radar Buton. 2010. Penegakan Hukum
Di Tengah Rendahnya Kepercayaan
Publik. Kamis 4 Maret 2010.
Warta News. Kronologi Kasus
Temanggung, 8 Pebruari 2011
Internet
Anwar Nasution, 2008. Perbaikan
Pengelolaan
Keuangan
Negara
Dan Keuangan Daerah, terdapat
dalam:
http://dongants.wordpress.
com/2008/07/08/perbaikan-
16
dalam: http://pustaka.unpad.ac.id/
archives/14511/ diposting pada
tanggal 1 April 2011
Terdapat dalam http://www.
pontianakpost.com/index.
php?mib=berita.detail&id=86947,
diposting tanggal 1 Mei 2011.
Dimuat pula dalam SINDO, tanggal
13 Pebruari 2011.
17
Kemandirian Komite Audit Bank Umum Yang Berbentuk Badan Usaha Milik Negara Go Public Dalam Rangka Pencapaian Konsep Good Corporate Governance
Dyah Nur Sasanti , SH, M.Hum
ABSTRACT
The progress of the world economy has brought an impact to the national economy of
Indonesia. The Bank plays an important role in economic development. State Owned
Trade Agencies Go Public have more specific characteristic compared with other types of
bank. It is related to the scope of the aims, that not only pursuing profits but also providing
services to the public. To achieve this goal, the banks need to consistently apply the basic
principles of good corporate governance, which is followed by effective supervision
and oversight of the management. GCG comprises of a set of regulation that is placed
as a model for executioner management. GCG can only be accomplished if the Audit
Committee conducts its duties , responsibilities and authority in an independence manner.
Keywords : Good Corporate Governance
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara hukum
yang melaksanakan penyelenggaraan
negara demi tujuan nasional yang luhur.
Dalam alinea 4 (empat) Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, diuraikan
bahwa:
Tujuan nasional negara Indonesia
adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
Tujuan nasional tersebut diwujudkan
melalui pembangunan yang berkeadilan
18
Kemandirian Komite Audit Bank Umum Yang Berbentuk Badan Usaha Milik
Negara Go Public Dalam Rangka Pencapaian Konsep Good Corporate Governance
19
yang
a. akuntabilitas (accountability),
yaitu kejelasan pembagian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab
masing-masing organ-organ Bank
Umum BUMN Go Public yang
diangkat setelah melalui fit and
proper test, sehingga pengelolaan
1 Ainun Naim dikutip oleh Hasnati, Analisis Hukum Komite Audit Dalam Organ Perseroan Terbatas Menuju Good
Corporate Governance, Jurnal Hukum Bisnis Volume 22, No. 6/2003, hlm. 20.
20
Kemandirian Komite Audit Bank Umum Yang Berbentuk Badan Usaha Milik
Negara Go Public Dalam Rangka Pencapaian Konsep Good Corporate Governance
21
2 O Ray Whittington dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal, Komite Audit (Audit Committee), Jakarta: Harvarindo,
2003, hlm. 5.
22
shareholders. 3
(terjemahan bebas: komite audit
adalah komite yang diangkat oleh
perusahaan untuk mengawasi proses
pelaporan
keuangan,
memilih
auditor independen, dan menerima
hasil audit. Idealnya, anggota
komite mempunyai latar belakang
ilmu keuangan, independen, tidak
memiliki saham perusahaan yang
bersangkutan (langsung maupun
tidak langsung), tidak menjabat
sebagai eksekutif perusahaan yang
bersangkutan, dan tidak memiliki
hubungan
keluarga
dengan
anggota manajemen pengelola atau
pemegang saham mayoritas).
Berdasarkan beberapa pengertian
di atas, dapat dikatakan bahwa Komite
Audit Bank Umum BUMN Go Public
merupakan komite mandiri yang bebas
dari pengaruh manajemen pengelola,
yang melaksanakan tugas, tanggung
jawab, dan wewenangnya dalam rangka
membantu tugas pengawasan Dewan
Komisaris.
Komite Audit merupakan komite yang
diketuai Komisaris Independen4 yang
bekerja secara kolektif dan berfungsi
membantu pelaksanaan tugas Komisaris
untuk mewujudkan pengawasan yang
efektif terhadap Bank Umum BUMN
Go Public. Secara umum, Komite
Audit pada bertugas untuk menilai
pelaksanaan kegiatan Bank Umum
BUMN Go Public, menilai hasil audit
yang dilakukan oleh Auditor Internal
maupun Auditor Eksternal, memberikan
rekomendasi mengenai penyempurnaan
sistem pengendalian manajemen dan
pelaksanaannya, memastikan adanya
Kemandirian Komite Audit Bank Umum Yang Berbentuk Badan Usaha Milik
Negara Go Public Dalam Rangka Pencapaian Konsep Good Corporate Governance
23
24
b. menelaah
kebijakan
korporasi
berkenaan dengan ketataan Bank
Umum BUMN Go Public terhadap
peraturan
perundang-undangan,
aturan-aturan intern, dan etika;
c. menelaah kebijakan korporasi untuk
menghindari terjadinya benturan
kepentingan;
d. melakukan investigasi terhadap
penyalahgunaan dan kecurangan
dalam Bank Umum BUMN Go
Public;
e. menelaah proses litigasi yang
ditempuh oleh Bank Umum BUMN
Go Public tersebut,
f. menelaah hal-hal yang bertentangan
dengan
penyelenggaraan
good
corporate governance;
g. menelaah
perilaku
manajemen
pengelola
dan/atau
karyawan
Bank Umum BUMN Go Public
mengenai benturan kepentingan
karyawan,
kepatuhan
terhadap
aturan, penyalahgunaan, dan/atau
kecurangan; dan
h. mensyaratkan Auditor Internal untuk
melaporkan secara tertulis mengenai
hasil penelaahan tentang tata kelola
perusahaan, dan setiap hal-hal
signifikan yang ditemukan.
4. Pengendalian korporasi
(corporate control)
Tanggung jawab Komite Audit
Bank Umum BUMN Go Public dalam
hal pengendalian korporat mencakup
pemahaman
tentang
pokok-pokok
laporan keuangan, mengidentifikasikan
area yang dianggap sensitif dan rawan
terhadap risiko serta pemahaman
terhadap manajemen resiko, dan sistem
pengendalian intern yang berlaku di
Bank Umum BUMN Go Public yang
bersangkutan. Tanggung jawab ini
memerlukan pemahaman yang jelas
tentang peranan sistem pengendalian
intern, baik untuk Auditor Eksternal
maupun Auditor Internal. 6 Selanjutnya,
terhadap
masalah-masalah
yang
teridentifikasi dicarikan solusinya yang
kemudian diajukan kepada Dewan
Komisaris sebagai saran dan masukan.
Saran dan masukan tersebut kemudian
disampaikan oleh Dewan Komisaris
kepada Direksi, melalui Direktur
Kepatuhan, dan jajaran manajemen
pengelola agar dapat direalisasikan
sebagai bentuk upaya perbaikan.
Dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya tersebut di atas,
Komite
Audit
berwenang
untuk
mengakses segala informasi tentang
karyawan, dokumen-dokumen, dana,
aset, serta sumber daya lainnya yang
dimiliki Bank Umum BUMN Go
Public tersebut. Apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan yang dilakukan
oleh Auditor, baik internal maupun
eksternal, terdapat dugaan terjadinya
kecurangan,
penyimpangan,
dan
transaksi yang bertentangan dengan
peraturan yang berlaku, Komite Audit
juga berwenang untuk meminta dan
menentukan
pemeriksaan
khusus.
Dalam melaksanakan wewenangnya
tersebut, Komite Audit wajib bekerja
sama dengan pihak yang melaksanakan
fungsi audit internal.
Kemandirian Komite Audit Bank Umum Yang Berbentuk Badan Usaha Milik
Negara Go Public Dalam Rangka Pencapaian Konsep Good Corporate Governance
25
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Naim dikutip oleh Hasnati,
Analisis Hukum Komite Audit Dalam
Organ Perseroan Terbatas Menuju
Good Corporate Governance, Jurnal
Hukum Bisnis Volume 22, No. 6/2003
F. Antonius Alijoyo, Keberadaan dan Peran
Komite Audit, Surabaya: Seminar
Nasional GCG FKSPI BUMN/BUMD,
7 Mei 2003
O Ray Whittington dikutip oleh Amin
Widjaja Tunggal, Komite Audit (Audit
Committee), Jakarta: Harvarindo, 2003
26
ABSTRACT
Asias emerging asset securitization issues in 1990, as happened in Japan, Hong Kong,
Thailand, Philipine, Taiwan and Singapore. In Indonesia a new asset securitization issue
is less developed in 1995 ago with the introduction of asset securitization transactions for
credit cards in the year for auto loans by Astra Sedaya Finance in 1996.
SPV is now used by entrepreneurs as a business vehicle that protects the interests of its
shareholders. However, usually SPV based outside the country in its implementation,
there are only 2 people and besides it is also only with telephone and fax, but the cash
held by the SPV is very large. SPV based abroad are usually established in a place that is
a party of a double taxation treaty and low taxes and even take advantage of aspects of
confidentiality to a very specific purpose.
1 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, ((Yogyakarta: UPP-AMPYKPN, 2000), hlm 7-8 dalam Gunawan
Widjadja ETF (Exchange Trade Fund) di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta 2008, hlm 1.
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
27
4. Pasar
Modal
menciptakan
kesempatan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
5. Pasar Modal mengurangi biaya
informasi dan transaksi Surat
Berharga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sampai
saat ini masyarakat Indonesia belum
cukup mengenal manfaat melakukan
investasi dalam pasar modal, meskipun
pasar modal seharusnya menjadi salah
satu alternatif utama dalam investasi.
Bursa Efek pada umumnya hanya
dimaknai dan dimengerti sebagai bursa
yang memperdagangkan saham dan
atau obligasi sementara pemahaman
mengenai
efek-efek
lain
yang
diperjualbelikan dibursa tidaklah terlalu
banyak diketahui.
Berbagai cara pembiayaan dan
pemilihan sumber dana dan kombinasi
cara pembiayaan telah lama dikenal dan
banyak digunakan dalam dunia usaha,
walaupun cara dan sumber dana di
negara-negara maju relatif lebih banyak
dan bervariasi daripada negara-negara
berkembang. Namun, pada dasarnya
sumber-sumbernya sama dan caranya
tidak begitu berbeda.
Sumber pembiayaan yang konvensional dan umum dipakai oleh setiap
individual atau pelaku ekonomi di
setiap negara adalah laba yang ditahan
(retained earning), kombinasi laba
ditahan, modal sendiri dan hutang
(debt and equity combination). Melalui
pembiayan konvensional pada umumnya
para pengusaha masih tergolong berhatihati, hal ini dikarenakan bank masih
28
3 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern , yayasan SAD satria bhakti 2000, hlm 85
4 Indoneisan Depository Receipt (sertifikat penitipan efek Indonesia) berdasarkan peraturan Nomor IX.A.10-kepu
tusan ketua Bapepam & LK No kep 49/PM/1997. IDR adalah peraturan yang membuat kepastian hukum bagi
pemodal untuk berinvestasi terhadap perusahaan asing yang melakukan penawaran umum di Indonesia, untuk
memberikan perlindungan kepada pemodal pada tahap sekarang ini dimungkinkan bagi emiten untuk menerbit
kan IDR hanya kalau perusahaan yang bersangkutan telah melakukan IPO (Intial Public Offering) di Negara-nega
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
29
ra dan peraturan Negara yang bersangkutan setara dengan peraturan Pasar Modal di Inggris.
30
9 Ibid
10 Ibid, hlm 267
11 Deni Daruri dan Djony Edward , Op cit.
12 www.ginniemae.gov
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
31
13 Federal Housing Administration adalah suatu lembaga yang berada dalam lingkungan US Department
Housing & urban development yang mempunyai fungsi melakukan administrasi pinjaman, menjamin pinja
man, dan asuransi pinjaman yang memungkinkan suatu pinjaman dapat diperoleh oleh masyarakat.
14 Veterans Administration adalah suatu lembaga yang menjamin pembayaran debitor veteran yang cidera janji
dalam suatu pinjaman. VA didirikan berdasarkan Servicements Reasjustment Act 1944
32
15 W Dennis, Marshall, hlm 168 dalam tulisan Gunawan Widjaja SH, MH.,MM beberapa konsepsi hukum yang
harus diperhatikan dalam rangka penyusunan RUU sekuritisasi diakses pada tanggal 16 Juni 2011 di www.
legalitas.org hlm 9
16 Bruggerman, Fisher, Real Estate finance and investment hlm 586 dalam tulisan Gunawan widjaja Ibid, hlm 8
17 Yield adalah pembagian atau selisih antara pendapatan tetap dengan uang yang diinvestasikan.
18 Servicer adalah pihak yang menatausahakan, memproses, mengawasi dan melakuan tindakan-tindakan lainnya
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
33
dalam rangka mengupayakan kelancaran arus kas asset keuangan yang dialihkan kepada penerbit sesuai
dengan perjanjian antara pihak tersebut dengan penerbit, termasuk memberikan peringatan kepada pihak yang
berutang apabila terjadi keterlambatan pembayaran, melakukan negosiasi dan menyelesaikan tuntutan.
19 Fred B.G tambuan, dalam artikel Berita Pasar Modal Edisi 57 & 59 hm 38
20 Menurut Frank J fabozi di dalam The handbook of fixed income securities hlm 314 Based on its analysis Duff
& Plelps determines whether the servicer is acceptable or unacceptable. The latter are not rated acceptable
service are rated within one of the following four categories:
34
c. Servicer
(penyedia
jasa)
merupakan
pihak
yang
bertanggung jawab untuk
memproses dan mengawasi
pembayaran yang dilakukan
debitur, termasuk melakukan
tindakan awal apabila terjadi
keterlambatan/kegagalan
pembayaran oleh debitur
hingga
negosiasi
sesuai
dengan kontrak. Apabila
dikehendaki dimungkinkan
ada back up penyedia jasa
pendukung,
originator
dapat saja menjadi servicer
26
karena originator lebih
mengenal para debitornya
karena itu lebih mudah
menghubungi mereka.
d. KIK-EBA merupakan pihak
yang dapat menerbitkan efek
beragun aset di Indonesia
yaitu kontrak antara Manajer
Investasi dan Bank Kustodian
yang mengikat pemegang
EBA dimana Manajer Investasi
diberi
wewenang
untuk
mengelola portfolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian
diberi
wewenang
untuk
melaksanakan
penitipan
kolektif.
e. Profesi
penunjang
pasar
modal
meliputi
akuntan
dan konsultan hukum yang
melakukan
penelaahan
terhadap EBA dari aspek
akutansi (keuangan) dan aspek
hukum, serta notaris yang
berfungsi sebagai pembuat
akta atas kontrak-kontrak
S- A.1
S- A.2
S- A.3
Average servicing capability & bellow instrument grade financial condition. A Master servicer
structutural enhancement may be required for an investment grade structured financing.
S- A.4
Average servicing capability, but severaly limited operating history. Financial condition is
velatitle. A master servicer and structural enhancements will be required for an investment
grade structured financing
Purpose
The rating companies may require a back up servicer if there is a concern about the ability of a servicer to
perform. Fitch, for example requires that the backup servicer run pararel the primary servicer and compare the
information generated from its system to that of the primary servicer
21 Studi Studi tentang perdagangan efek beragun asset, diterbitkan oleh Bapepam & LK atas efek beragun aset,
hlm 83
22 Ibid, hlm 57
36
23 Biasanya seleksi diadakan pada kriteriaemisal kelancaran pembayaran piutang oleh debitornya, jangka waktu
piutang,kemudahan pengalihan piutang, ada tidaknya jaminan atas pelunasan piutang tersebut.
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
37
28 Pasal 1131 KUHPerdata Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemuian hari, menjadi tanggungan bagi perikatan perse
orangan
29 Pasal 1458 KUHPerdata Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orangorang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserah
kan, maupun harganya belum dibayar
Pasal 1459 KUHperdata Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli, selama pe
38
sembilan kelebihan: 40
1. Pendirian SPV dengan kewajiban sangat minimum
2. Pendirian dan operasional
SPV terbebas dari pengenaan
pajak (Zero or Low Tax)
3. Sangat cepat membuka dan
menutup
SPV
dimaksud
sesuai kebutuhan;
4. Tidak perlu menggunakan jasa
akuntan untuk mengaudit;
5. Dalam
pembukaan
SPV
pemilik dan pemegang saham,
direksi dan perusahaan terkait
bisa
dibuat
terselubung
(nominee);
6. Pertemuan
Direksi
dan
pemegang
saham
dapat
dilakukan dimana saja di
seluruh dunia;
7. Kontrol pemerintah sangat
minimal karena pendirian
SPV dapat dilakukan di
sejumlah negara yang sangat
melindungi Investor;
8. Penggunaan nama perusahaan SPV bisa memilih nama
yang disukai klien, bisa
diambil dari ribuan nama
dalam daftar A&B atau bisa
mengusulkan nama sendiri;
9. Modal dasar pendirian SPV
hanya US$ 1.
2. Landasan
Hukum
Special
Purpose Vehicle (SPV) di dalam
hukum Indonesia
30 Pasal 584 KUHPerdata Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan
dengan pemilikan, karena perlekatan; karena daluarsa, karena perwarisan, baik menurut Undang- undang,
maupun surat wasiat, dan karena penunjukan atu penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk me
mindahkan hak milik, dilakukan oleh orang yang berhak berberbuat bebas terhadap kebendan itu
31 Pasal 612KUHPerdata Penyerahan kebendaan bergerak , terkecuali yang tak bertubuh, dilakukan dengan
penyerahan ynag nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunciSpecial Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
39
kunci dari bangunan, dalam mana kebendaan itu berada. Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada
akibatnya,melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan
diakuinya.
32 Deni Daruri dan Djony Edward, opcit hlm 260
33 Hendrik Poluan, Bisnis Indonesia dalam Deni daruri & Djony Edward , Op.cit hlm 264.
34 Ibid, hlm 265.
35 Liputan khusus, Sekuritisasi aset, fenomena baru bisnis finasial Kartini muljadi dalam Newsletter Pusat Peng
40
patkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
41
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
40 Deni Daruri & Djony Edward , Op.cit. hlm 262
42
41 Disertasi Sri Sunarni Sunarto Penerapan konsepsi trust dalam rangka pembangunan hukum nasional Indone
Tambuan.,Op.Cit.hlm 36
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
43
44 Disertasi Sri Sunarni Sunarto Penerapan konsepsi trust dalam rangka pembangunan hukum nasional Indone
45 Ibid
46 Pasal 1 huruf a. Kep Bapepam & LK No IX. K.1 No. 493/ BL/2008, tanggal 25 November 2008 jo No. IX.K.1 No.
44
Berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagaimana
yang
diatur
di dalam KIK-EBA, manajer
investasi bertugas mengelola
portfolio investasi kolektif yang
terdiri dari aset keuangan berupa
tagihan atau piutang (receivable)
yang timbul dari surat berharga
komersial, tagihan katu kredit,
tagihan yang timbul di kemudian
hari
(Future
receivable)
pemberian
kredit
termasuk
kredit pemilikan rumah atau
apartemen, efek bersifat hutang
yang dijamin oleh pemerintah,
Sarana peningkatan kredit (credit
enhancement), arus kas (Cash
flow) serta aset keuangan setara
dan aset keuangan lain yang
berkaitan dengan dengan aset
keuangan tersebut. Adapun tugas
Bank Kustodian diberi wewenang
untuk melaksanakan penitipan
kolektif atas aset keuangan yang
tercakup dalam portfolio investasi
kolektif untuk kepentingan dan
manfaat para pemegang EBA.
Sebagaimana diatur dalam KIKEBA, kreditur awal (Originator)
menjual atau mengalihkan dengan
cara lain sejumlah aset keuangan
KIK-EBA yang kemudian dicatat
atas nama Bank Kustodian untuk
kepentingan pemegang EBA.
Dengan demikian title hukum
(legal Title) atas aset keuangan
dialihkan kepada Bank Kustodian
yang menerimanya semata- mata
untuk kepentingan pemegang
EBA untuk selanjutnya dikelola
oleh manajer investasi dengan
bantuan Servicer.
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
45
c. Menetapkan
ketentuan
tentang pembubaran dan
likuidasi Kontrak Investasi
Kolektif
EBA,
termasuk
pembagian aset keuangan
kepada beberapa atau semua
kelas pemegang EBA pada
saat atau dalam kondisi
tertentu;
d. Menetapkan
ada
atau
tidaknya;
1. Asuransi atas aset keuangan
yang membentuk portfolio
Kontrak Investasi Kolektif
EBA atas berbagai macam
resiko,
seperti
resiko
kredit;
2. Pemeringkatan
atas
beberapa atau semua kelas
EBA;
3. Jaminan dari Pihak ketiga;
4. Sarana peningkatan Kredit/
Arus Kas;
5. Arus kas tertentu yang
ditahan dan diinvestasikan
kembali dalam portfolio
KIK-EBA.
6. Tambahan penerbitan EBA
yang dapat dimiliki oleh
pemodal selain pemegang
EBA yang
diterbitkan
sebelumnya
Sesuai
dengan
angka
2
ketentuan IX.K.1 maka Aset yang
membentuk portfolio Kolektif
Efek beragun aset diperoleh
dari Kreditur awal melalui jual
beli atau tukar menukar putus/
lepas secara hukum dengan KIKEBA. Dalam hal pengalihan aset
keuangan sebagai akibat dari
46
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
47
Investasi
pengelola
Reksa
Dana berbentuk KIK yang unit
penyertaannya diperdagangkan
di bursa efek untuk melakukan
penjualan atau pembelian unit
penyertaan reksa dana dimaksud
baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan
pemegang unit penyertaan reksa
dana
dimaksud.
Sementara
Sponsor adalah pihak yang
menandatangani
perjanjian
dengan
Manajer
Investasi
pengelola reksa dana berbentuk
KIK yang unit penyertaannya
diperdagangkan di bursa efek
untuk melakukan penyertaan
dalam bentuk uang dan efek
dalam rangka penciptaan unit
penyertaan reksa dana berbentuk
KIK yang unit penyertaannya
diperdagangkan di bursa efek. 52
Selain itu untuk reksa dana
berbentuk KIK penyertaan terbatas
adalah wadah yang digunakan
untuk menghimpun dana dari
pemodal
professional
yang
selanjutnya diinvestasikan oleh
Manajer Investasi pada portfolio
efek. 53 selain itu dalam ketentuan
baru dalam peraturan ini adalah
mengenai pembeli profesional
yakni pemodal yang memiliki
kemampuan untuk membeli
unit penyertaan dan melakukan
analisis resiko terhadap reksa
dana berbentuk KIK pernyataan
terbatas sebagaimana diatur
dalam peraturan ini.54 Sehingga
diharapkan bahwa investor sudah
mengetahui efek yang dijual
tersebut. Unit penyertaan reksa
3. Penutup
Bentuk SPV sesuai dengan hukum di
Indonesia, adalah:
1. SPV dalam pengelolaan dana
investor real estat adalah
Perseroan Terbatas yang saham
dibentuk oleh para investor real
estat berbentuk KIK paling kurang
99,9% dari modal disetor, dan;
2. SPV dalam transksi EBA adalah
Berbentuk
yakni
Kontrak
Investasi Kolektif yakni kontrak
antara Manajer Investasi dan
48
DAFTAR PUSTAKA
Deni Daruri, Djony Edward, BPPN,
Garbage In Garbage Out SPV
kendaraan bisnis yang mengundang
kontroversi salemba empat
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar
Modal Modern, yayasan SAD satria
bhakti 2000
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal, ((Yogyakarta: UPP-AMPYKPN,
2000), hlm 7-8 dalam Gunawan
Widjadja ETF (Exchange Trade Fund)
di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta
2008
Disertasi Sri Sunarni Sunarto Penerapan
konsepsi
trust
dalam
rangka
pembangunan
hukum
nasional
Indonesia Program pasca Sarjana
Universitas Padjadajaran 2003
W Dennis, Marshall, hlm 168 dalam
tulisan
Gunawan
Widjaja
SH,
MH.,MM beberapa konsepsi hukum
yang harus
diperhatikan dalam
rangka penyusunan RUU sekuritisasi
diakses pada tanggal 16 Juni 2011 di
www.legalitas.org
Special Purpose Vehicle (Spv) Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset
(EBA) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No.
Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
49
Inez Felicia
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Tax, has important roles related to State revenue, which will be used to fund State
expenditure. Tax revenue is expected to support national development, so that tax arrears
is expected to be minimal. Government has made effort to overcome tax arrears with
several actions such as issuing and giving some kind of notes or documents that cause
accretion the payable tax . That means fiscus actively doing tax billing with those kinds of
documents. This research aims to determine the effect of tax collection with Forced Letter
to the disbursement rate of tax arrears on individual tax payers and corporate tax payers.
Research object is KPP Pratama Bojonagara. In this study the author uses descriptive
analytical method, namely the method of collecting data on the organization that became
the object of research, and based on these data, compiled an overview of systematic
and accurate analysis, researched and interpreted. In addition, the authors also make
observations by conducting interviews, and conduct library research.
From the results of research conducted, the authors draw the conclusion that the active
role of tax collection with the Force Letter conducted by KPP Bojonagara to increase
disbursement of tax arrears. Based on the results of research and interviews, the Taxpayer
or the Insurer did not want the seizure of goods being done. It can be seen from the
number of delinquent taxes paid decrease after Forced Letter issued.
Keywords : Forced letter, KPP, SPMP
1. Pendahuluan
Seluruh kehidupan perseorangan
dan perkembangan
dunia
bisnis
dipengaruhi oleh ketentuan peraturan
50
perudangan-undangan
perpajakan.
Perundang-undangan perpajakan dibuat
untuk mendukung usaha pemerintah
dalam
melakukan
pembangunan
nasional. Sumber penerimaan dana
Kerangka Teoritis
Definisi atau pengertian pajak
menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,
S.H: Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Sedangkan definisi pajak menurut
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), Pasal 1 angka 1 UU
1 http://ksdpajak.blogspot.com/2007/09/latar-belakang.html
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
51
52
a. Penagihan Pasif
Dilakukan oleh seksi pelayanan
yang sifatnya struktural dan
mempunyai tugas pelayanan
publik, misalnya seksi pelayanan
teknis (PPh OP/PPh Badan/Potput
PPh/PPn) dan seksi TUP. Tindakan
penagihan pajak pasif dimulai
dengan penerbitan ST/SKPKB/
SK pembetulan/SK Keberatan
dan Putusan Banding dengan
masksud memberitahukan kepada penanggung pajak tentang
jumlah pajak yang terutang dan
sanksi administrasi yang harus
dibayar serta tanggal jatuh tempo
pembayaran utang pajak. Cara ini
dilakukan KPP agar penanggung
pajak melunasi pajaknya pada
waktu yang telah ditetapkan.
b. Penagihan aktif
Dilakukan oleh negara yang
berstatus
fungsional
yang
mempunyai
tugas
untuk
melakukan penagihan pajak,
misal seksi penagihan. Penagihan
aktif dilakukan apabila sampai
batas waktu tertentu utang
pajak belum dilunasi, maka
tindakan penagihan dilanjutkan
dengan mengirim surat teguran.
Kemudian
penagihan
aktif
dilakukan oleh jurusita pajak
negara dengan menandatangani
tempat domisili atau kedudukan
dan tempat kegiatan usaha
wajib pajak untuk melaksakan
Surat Paksa sampai dengan
penyanderaan atau lelang.
Tahapan proses penagihan pajak aktif
dilakukan sebagai berikut (Marihot P
Siahaan 2004:356):
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
53
54
Pelaksanaan
penagihan
pajak
dengan Surat Paksa diawali dengan Surat
Teguran. Surat peringatan atau surat
lain sejenis oleh pejabat yang berwenang
setelah 7(tujuh) hari sejak saat jatuh
tempo pembayaran (Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000
pasal 5 ayat 1). Surat Teguran adalah
surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk
menegur atau memperingatkan Wajib
Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Surat Teguran, Surat Peringatan, atau
surat lain yang sejenis yang diterbitkan
apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran.
Dasar Hukum Penagihan Dengan Surat
Paksa
Berdasarkan undang-undang penagihan pajak dengan Surat Paksa pasal 1
angka 12 yang dimaksud dengan Surat
paksa adalah surat membayar utang
pajak dan biaya penagihan pajak. Surat
Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial
dan kedudukan hukum yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
seperti definisi di atas.
Menurut ketentuan pasal 6 Keputusan
Menter i
Keuangan nom or 561/
KMK.04/2000 surat ini diterbitkan
dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu)
hari sejak diterbitkannya surat teguran,
Wajib Pajak tidak juga membayar
utang pajaknya. Pemberitahuan Surat
Paksa kepada Penanggung Pajak harus
diaksanakan dengan membaca isi surat
paksa dan ditandatangani kedua belah
pihak.
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
55
Tabel 1. Matriks Standar Prestasi Tindakan Penagihan Tahun 2006 (dalam lembar)
56
3.
4.
5.
6.
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
57
58
15. Ketentuan-ketentuan
lainnya
dalam Undang-Undang nomor
19 tahun 2000 pasal 1 sampai
dengan pasal 41 a.
16. Keputusan Menteri Keuangan
nomor 561/KMK.04/2000 jo
KMK nomor 326/KMK.03/2003
dan KEP-325/PJ/2001 mengenai
persetujuan Dirjen Pajak dalam
memberikan persetujuan atau
penolakan atas permohonan
Wajib Pajak setelah memenuhi
syarat untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak.
17. Surat Edaran Dirjen Pajak
no SE01/PJ.75/2005 tentang
kebijakan penagihan pajak.
18. Keputusan Direktorat Jenderal
Pajak nomor KEP-474/PJ/2002
tentang bentuk, jenis, dan
kode kartu, formulir, surat
dan buku yang digunakan
dalam pelaksanaan Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa dan
Keputusan Direktur Jenderal
Pajak nomor KEP-168/PJ/2001
tentang tata cara pemberian kode
surat, laporan, formulir, kartu,
daftar, dan buku yang digunakan
dalam administrasi perpajakan.
19. Peraturan Pemerintah nomor
135 tahun 2000 tentang Tata
Cara Penyitaan dalam rangka
penagihan pajak dengan Surat
Paksa yang menyatakan bahwa
besarnya biaya penagihan pajak
untuk setiap pemberitahuan Surat
Paksa adalah Rp.50.000 (lima
puluh ribu rupiah). Sedangkan
besarnya biaya penagihan pajak
untuk setiap Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan adalah
Rp.100.000 (seratus ribu rupiah).
2. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini
penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif analitis yaitu suatu metode
yang berusaha untuk mengumpulkan,
menyajikan serta menganalisis data
sehingga diperoleh suatu gambaran yang
cukup jelas atas objek yang diteliti dan
diolah untuk ditarik suatu kesimpulan.
Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh
melalui penelitian lapangan, berupa
pengambilan data langsung dari
objek penelitian.
2. Data sekunder yaitu data yang
mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah
ada.
Data
dikumpulkan
dengan
melakukan:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data dengan cara
mengadakan peninjauan langsung
ke perusahaan untuk memperoleh
data primer yang diperlukan sesuai
dengan masalah yang diteliti. Data
tersebut diperoleh dengan cara
observasi dan wawancara.
2. Penelitian Kepustakaan (Library
Reasearch)
Adalah
penelitian
untuk
mengumpulkan data sekunder yang
akan digunakan, dilakukan dengan
cara mempelajari dan membaca
buku-buku sumber, majalah, literatur,
referensi, dan tulisan-tulisan lain yang
dapat menunjang analisis yang akan
dilakukan serta erat hubunganya
3. Pembahasan
Proses Penagihan Pajak Aktif
Berikut ini adalah proses penagihan
pajak aktif:
Penerbitan Surat Teguran di KPP
Bojonagara Bandung
Prosedur penerbitan surat teguran di
KPP Bojonagara Bandung adalah:
1. Petugas Tata Usaha Piutang Pajak
(TUP) melakukan penelitian terhadap
tindakan
STP/SKPKB/SKPKBT/SK
Keberatan/Putusan Banding yang
menyebabkan bertambahnya jumlah
pajak yang terutang, yang sudah
lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh
tempo (satu bulan dari penerbitan
STP/SKPKB/SKPBKBT/SK Keberatan/
Putusan Banding) tetapi belum
dilunasi oleh Wajib Pajaknya.
2. Petugas Tata Usaha Piutang Pajak
(TUPP) mencetak Surat Teguran
sebanyak 2(dua) lembar dan
meneruskanya
kepada
kepala
subseksi Penagihan Aktif
3. Kepala
Subseksi
Penagihan
Aktif menerima, meneliti, dan
meneruskanya kepada Kepala Seksi
Penagihan.
4. Kepala Seksi Penagihan meneliti Surat
Teguran kemudian meneruskanya
melalui seksi TUP kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak untuk
ditandatangani.
5. Petugas Tata Usaha Piutang Pajak
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
59
60
Perintah
di KPP
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Paksa.
Petugas mencetak Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
sebanyak 2 (dua) lembar dan
meneruskanya
kepada
Kepala
Subseksi Penagihan Aktif.
Kepala
subseksi
penagihan
aktif menerima, meneliti dan
meneruskanya kepada Kepala Seksi
Penagihan.
Kepala Seksi Penagihan meneliti
Surat
Perintah
Melaksanakan
Penyitaan
(SPMP),
kemudian
meneruskanya melalui seksi TUP
kepada Kantor Pelayanan Pajak
untuk ditandatangani.
Surat
Perintah
Melaksanakan
Penyitaan (SPMP) yang sudah
ditandatangani oleh Kepala KPP
melalui seksi Tata Usaha Perpajakan
(TUP) diserahkan kepada petugas
Tata Usaha Piutang Pajak (TUPP)
untuk registrasi kemudian diteruskan
kepada jurusita.
Jurusita mencatat Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
tersebut ke dalam Buku Produksi
Harian Jurusita dan selanjutnya
melaksanakan
penyitaan
lalu
menempelkan segel sita pada barang
yang disita.
Setelah
melakukan
penyitaan
Penanggung Pajak dan Jurusita
menandatangani
Berita
Acara
Pelaksanaan Sita Sebanyak dua
lembar, kemudian:
SPMP
dan
Berita
Acara
Pelaksanaan Sita Lembar pertama
diambil Jurusita sebagai bukti
dan diserahkan kepada kepala
Subseksi
Penagihan
Aktif.
Kemudian
Kepala
Subseksi
Penagihan Aktif meneruskannya
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
61
Pejabat
mengajukan
permintaan
pencabutan pemblokiran kepada bank
setelah Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan
pajak. Sebelum dilakukan penyitaaan
atas harta kekayaan penanggung Pajak
yang diblokir, Penanggung Pajak dapat
mengajukan permohonan kepada Pejabat menggunakan harta yang diblokir
tersebut untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak.
Apabila dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari setelah penyitaan
penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak. Pejabat
segera meminta kepada pimpinan
bank untuk memindahbukukan harta
kekayaan penanggung Pajak yang
tersimpan pada Bank ke kas negara atau
kasmdaerah sejumlah yang tercantum
dalam Berita Acara Pelaksaaan Sita.
Tetapi apabila dalam jangka 14 (empat
belas) hari berakhir Penanggung Pajak
dapat mengajukan permohonan kepada
Pejabat untuk menggunakan barang
sitaan dimaksud untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak
maka penyitaan dapat dihentikan dan
memberikan ijin kepada Penanggung
Pajak untuk menggunakan harta sitaan
tersebut untuk melunasi kewajiban
pajaknya dan biaya penagihan pajaknya.
Segera setelah pelaksanaan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan(SPMP)
Penanggung Pajak belum juga melunasi
utang pajaknya maka Kepala KPP
mengajukan Permintaan Jadwal Waktu
dan Tempat Pelelangan kepada Kantor
Lelang Negara Setempat. Setelah
mendapatkan
kepastian
tentang
waktu dan pelelangan, maka Jurusita
62
penagihan pajak
diharapkan
yang
dapat
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
63
64
3.
4.
5.
6.
bahwa
realisasi
pencairan
dari
tunggakan awal untuk tahun 2006 di
KPP Pratama Bojonagara Bandung telah
melebihi targetnya, hal ini berarti proses
penagihan pajak yang dilakukan
cukup memadai/berhasil dalam upaya
meningkatkan pencairan tunggakan
pajak yang dilihat dari kebijakan tahun
2006 yaitu pencairan minimum sebesar
30% dari saldo awal tahun.
Perbandingan target pencairan yaitu
30% dari saldo tunggakan awal tahun
2007 dengan realisasi pencairan dari
tunggakan awal pada tahun 2007 yaitu
sebagai berikut:
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
65
66
Sehubungan
dengan
tindakan
penagihan pajak aktif, terdapat target
2006 dan 2007 di KPP Bojonagara
Bandung dalam hal penerbitan jumlah
Surat Paksa, SPMP dan Lelang. Target ini
adalah standar bagi Jurusita pajak dalam
melakukan proses penagihan pajak
dengan mempertimbangkan faktor-faktor
seperti Wajib Pajak tidak ditemukan
dan Wajib Pajak sudah tidak ditemukan
lagi. Dimana target pada tahun 2006
sebanyak 576 Surat Paksa dan dapat
direalisasikan sebanyak 924 lembar
Surat Paksa, hal ini sudah melampaui
target. Sedangkan Surat Teguran target
dapat direalisasikan dengan baik.
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
67
68
4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tahun
2006 sampai dengan tahun 2007
mengenai analisa pengaruh penagihan
pajak dengan Surat Paksa terhadap
tingkat pencairan tunggakan pajak wajib
pajak perorangan dan wajib pajak badan
di KPP Bojonagara, maka kesimpulan
yang dapat diperoleh adalah:
1. Dalam
melaksanakan
proses
penagihan pajak dengan Surat
Paksa di KPP Bojonagara masih
terdapat hambatan-hambatan seperti
kesulitan dalam mencari data aset
Wajib Pajak, banyaknya wajib pajak
yang pindah alamat, banyaknya
Surat Teguran yang kembali dan Surat
Paksa yang ditolak atau Penanggung
Pajak keberatan atas pelaksanaan
Surat Paksa. Upaya-upaya yang
telah dilakukan KPP Bojonagara
dalam mengatasi hal tersebut adalah
mencari
keterangan-keteranagan
dari berbagai pihak yang kompeten
tentang aset yang dimiliki oleh Wajib
Pajak, menjalin kerjasama dengan
pihak terkait yaitu orang-orang yang
mempunyai
hubungan dengan
Wajib Pajak yang memiliki utang
pajak, melaksanakan pendekatan
secara kekeluargaan dengan wajib
Pajak yang memilki utang pajak,
mewajibkan Wajib Pajak untuk
memberikan
informasi
lengkap
Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
69
REFERENSI
Mardiasmo.(2006). Edisi Revisi 2006.
Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Meliala, Tulis S. (2007). Edisi 4.
Perapajakan dan Akuntansi Pajak.
Jakarta: Semesta Media.
Waluyo. (2005). Edisi Revisi. Perpajakan
Indonesia. Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Waluyo. (2005). Edisi Revisi. Perapajakan
Indonesia. Buku 2. Jakarata: Salemba
Empat.
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-01/
PJ.75/ 2005 Tentang Kebijakan
Penagihan Pajak.
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
Pajak. Pedoman Penagihan Pajak Edisi
2008.
Keputusan Direktur Jendral Pajak nomor
KEP-474/ PJ./ 2002 Tetang Bentuk,
Jenis, dan Kode Kartu, Formulir,
Surat dan Buku yang Digunakan
Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.
Keputusan Direktur Jendral Pajak nomor
KEP-627/PJ./2001
Tentang
Tata
Cara Pelaksanaan
Pemblokiran
dan Penyitaan Harta Kekayaan
Penanggung Pajak yang Tersimpan
Pada Bank Dalam Rangka Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
561/ KMK.04/ 2000 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika
70
Lusiyana Devita
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
The main objective of this research was to determined whether there was influence of the
implementation of Good Corporate Governance (GCG) was measured using the GCG
implementation score published by IICG with the companys financial performance was
measured using Return on Equity (ROE) on go public companies which includes top ten
groups according to the Corporate Governance Perception Index (CGPI) in Indonesia
Stock Exchange. Samples used in this research as many as 70 companies taken by
purposive sampling, with the following criteria: (1) go public companies were listed in
Indonesia Stock Exchange in 2002-2008 (2) go public companies that issued financial
statements from the years 2002-2008, (3) go public companies that included in the
top ten rating of the implementation of GCG conducted by the Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) from the years 2002-2008. Analysis model of the data used
in this research was a simple linear regression model, because the independent variables
accounted for one was implementation of GCG. Analysis of the data used in this research
was equipped with the classical assumption test, namely normality test, heteroscedasticity
test, and autocorrelation test. Based on the results of hypothesis testing showed that the
implementation of GCG didnt influence on the ROE, this can be seen from t-test that
generate significant value of 0,996 is greater than the significant level of 0,05.
Keywords: Good Corporate Governance (GCG), Scores of Good Corporate Governance
(GCG), Company Financial Performance, and Return on Equity (ROE).
71
1. Pendahuluan
Latar Belakang Penelitian
Konsep Good Corporate Governance
(GCG) sesungguhnya telah lama dikenal
di negara-negara maju, seperti Eropa
dan Amerika, dengan adanya pemisahan
antara pemilik modal dengan para
pengelola perusahaan. Di Indonesia,
konsep GCG ini mulai banyak
diperbincangkan pada pertengahan
tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi
melanda negara ini. Dampak dari
krisis tersebut menunjukkan bahwa
banyak perusahaan yang tidak mampu
bertahan. Berdasarkan kondisi tersebut,
pemerintah Indonesia dan lembagalembaga keuangan internasional memperkenalkan konsep GCG.
Dalam rangka economy recovery,
pemerintah Indonesia dan International
Monetary Fund (IMF) memperkenalkan
dan menjelaskan konsep GCG sebagai
tata cara kelola perusahaan yang sehat
(Sulistyanto dan Lidyah, 2002). Konsep
ini diharapkan dapat melindungi
pemegang saham (stockholders) dan
kreditur agar dapat memperoleh kembali
investasinya.
Penerapan GCG merupakan salah
satu upaya yang cukup signifikan untuk
melepaskan diri dari krisis ekonomi yang
melanda Indonesia. Peran dan tuntutan
investor dan kreditor asing mengenai
penerapan prinsip GCG merupakan salah
satu faktor dalam pengambilan keputusan
berinvestasi pada suatu perusahaan.
Penerapan prinsip GCG dalam dunia
usaha di Indonesia merupakan tuntutan
zaman agar perusahaan-perusahaan
72
73
penerapan
Corporate
Governance
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Dalam penelitian yang telah dilakukan
tersebut, peneliti menggunakan 3
variabel dependen (variabel terikat),
yaitu Return on Equity (ROE), Tobins
Q dan Net Profit Margin (NPM) dalam
mengukur kinerja keuangan perusahaan,
tetapi dalam penelitian yang sekarang
dilakukan, peneliti hanya menggunakan
1 variabel dependen (variabel terikat),
yaitu Return on Equity (ROE) dalam
mengukur kinerja keuangan perusahaan
yang berkaitan dengan penerapan
Good Corporate Governance (GCG).
Selain itu juga, dalam penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, peneliti
hanya menggunakan 1 uji asumsi klasik
yaitu uji normalitas data, tetapi dalam
penelitian yang sekarang dilakukan,
peneliti menggunakan 2 uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas data dan uji
autokorelasi data.
Mengacu pada hasil-hasil penelitian
empiris
yang
telah
dilakukan,
tampak bahwa bukti empiris tersebut
menunjukkan
betapa
pentingnya
penerapan GCG dalam mendukung
pencapaian tujuan perusahaan. Dalam
kaitan ini, maka penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian
mengenai
Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Penerapan
GCG dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skor penerapan GCG
yang dipublikasikan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance
(IICG) dan kinerja keuangan perusahaan
diukur dengan menggunakan Return on
Equity (ROE).
74
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dari
penjelasan sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: Apakah
terdapat pengaruh penerapan Good
Corporate Governance (GCG) terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan menggunakan Return on
Equity (ROE)?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memberikan bukti empiris apakah
penerapan Good Corporate Governance
(GCG) berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang diukur
dengan menggunakan Return on Equity
(ROE).
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan terhadap
permasalahan ini. Adapun kegunaan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat
lebih mendorong penelitian atau
pengkajian yang lebih kompleks
(luas dan mendalam) tentang
pengaruh penerapan GCG yang
diukur dengan menggunakan skor
GCG yang dipublikasikan oleh The
Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang diukur
dengan menggunakan Return on
Equity (ROE).
75
Gambar 1
Skema Rerangka Teoritis
77
78
79
80
81
3. Metoda Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang menerapkan prinsip GCG
dari tahun 2002-2008. Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan
go public yang termasuk dalam 10 besar
pemeringkatan Corporate Governance
Perception Index (CGPI) yang dilakukan
oleh
The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2002 sampai dengan tahun 2008.
Sampel
dalam
penelitian
ini
diambil dengan menggunakan metoda
nonprobabilitas (secara tidak acak)
berdasarkan kriteria (purposive sampling).
Menurut Hartono (2007) pengambilan
sampel bertujuan (purposive sampling)
dilakukan dengan mengambil sampel
dari populasi berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Kriteria yang digunakan dapat
berdasarkan pertimbangan (judgment)
tertentu atau jatah (quota) tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2002-2008.
2. Perusahaan-perusahaan go public
yang menerbitkan laporan keuangan
dari tahun 2002-2008.
3. Perusahaan-perusahaan go public
yang masuk dalam 10 besar
pemeringkatan penerapan GCG
yang dilakukan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance
(IICG) dari tahun 2002-2008.
82
83
84
analisis
statistik,
Tabel I
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov
Smirnov Test
Dalam
uji
autokorelasi,
yaitu
korelasi
yang terjadi antara residual
pada satu pengamatan dengan
pengamatan lainnya pada model
regresi. Metoda pengujian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji Durbin-Watson (uji
DW) dan dengan menggunakan
bantuan software SPSS maka
didapat hasilnya sebagai berikut:
Tabel II
Uji autokorelasi
Model Summaryb
Y= a+bX
85
86
planning,
dan
informasi
tentang karakteristik, budaya,
dan hubungan antar organ
perusahaan.
3. IICG sebagai lembaga yang
memberikan
skor
pada
perusahaan-perusahaan
go
public
yang
menerapkan
GCG baru mengeluarkan
program CGPI sejak tahun
2001, sehingga sebelum tahun
2001 tidak ada lembaga yang
mempublikasikan skor GCG
kepada stakeholders.
4. Penerapan
GCG
lebih
bersifat jangka panjang dan
perhitungan
profitabilitas
lebih bersifat jangka pendek,
sehingga penerapan GCG tidak
dapat diukur keberhasilannya
dengan menggunakan satu perioda akuntansi saja.
5 . Manajemen p erusahaan
perusahaan go public tersebut
belum
tertarik
dengan
manfaat jangka panjang yang
ditawarkan dari penerapan
GCG bagi perusahaannya.
6. Banyak
dari
manajemen
perusahaan-perusahaan
go public belum mengerti
secara mendalam kelima
prinsip dasar dalam GCG
sehingga tidak tertarik dalam
menerapkan GCG dalam
perusahaannya. Misalnya: ada
perusahaan yang beranggapan
bahwa transparansi itu berarti
membuka
rahasia-rahasia
87
sebesar 0,05.
2. Variabel penerapan GCG tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perusahaan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitan ini memiliki beberapa
keterbatasan yang dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi penelitian
selanjutnya untuk mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik. Adapun
keterbatasan penelitian tersebut, sebagai
berikut:
1. Variabel independen (variabel bebas)
yang digunakan dalam penelitian ini
hanya 1, yaitu penerapan GCG yang
diukur dengan menggunakan skor
penerapan GCG yang dipublikasikan
oleh IICG.
2. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan
perusahaan-perusahaan go public
yang termasuk dalam kelompok 10
besar menurut Corporate Governance
Perception Index (CGPI).
3. Perusahaan-perusahaan go public
yang dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini berbeda-beda dari
tahun 2002-2008, hal ini disebabkan
karena yang masuk dalam kelompok
10 besar menurut CGPI berbedabeda setiap tahunnya tergantung dari
skor penerapan GCG yang dihitung
oleh IICG berdasarkan kriteria yang
ditetapkan setiap tahunnya.
4. Variabel dependen (variabel terikat)
yang digunakan dalam penelitian ini
hanya 1, yaitu ROE untuk mengukur
kinerja
keuangan
perusahaan
sedangkan masih banyak indikator
lain untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan, seperti: Net
88
DAFTAR PUSTAKA
Anggreni, P. (2010). Penerapan Good
Corporate
Governance.
Investor,
XII/202, hal. 84-90.
Bauer, R., G. Nadja, dan Roger. (2003).
Empiricial Evidance on Corporate
89
ABSTRACT
Opening Act of 1945 fourth paragraph states that one of the goals of the Republic of
Indonesia is the welfare of all Indonesian people. One way is to implement the welfare of
the people in the field of business development and investment.Development in the areas
of Business and investment will absorb a lot of labor because the field of business and
investment is not a field that can stand alone.Business development and investment will
encourage other supporting factors that support the business activities and investment for
development co-evolve along with the evolving business and investment in the country.
This means that by developing business and investment in a country, then by itself will
open up employment opportunities in many other occupations that have a relationship
with the world of business and investment, one of which is development in the field of
business infrastructure such as road construction as a means of transport that supports
business and also the construction of buildings and places needed to conduct business
activities. However, infrastructure development undertaken in order to sustain current
business and investment is often not without problems because development tends to
have negative consequences, one of which is for the environment. Implementation of
infrastructure development business requires a space or environment to accommodate
such development. In big cities green space is often sacrificed to the conversion into
the region woke up. This becomes a problem, because most of the green open land in
major cities is now covered by roads, buildings and others. Development of business
infrastructure regardless of the governance of space raises many problems for the area
such as flooding, air pollution, fewer supplies of clean water, etc. However this is still
happening because of weak law enforcement for the parties to establish a violation of city
zoning.
The purpose of this study was to determine, whether the best solution that can be applied
in conducting the business of infrastructure development and investment for infrastructure
development are basically good and can improve peoples welfare, but the infrastructure
is often poorly planned development that eventually led to many problems arise. Thats
why the construction of this infrastructure must be planned and pay attention to the
governance of space. The role of the law here is a guide line to implement development
because the law is a rule that must be complied with and implemented by everyone and
there will be sanctions for noncompliance. The results of this study is expected to be a
material consideration for the government in making policies especially those related to
the field of development.
Key words: the states purpose, legal construction
90
1. Pendahuluan
Pembangunan adalah segala upaya
yang dilakukan oleh semua komponen
bangsa
dalam
rangka
mencapai
tujuan bernegara dimana salah satu
tujuan Negara Republik Indonesia
sesuai dengan pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alinea ke empat
adalah mensejahterakan seluruh rakyat
Indonesia. Hal ini sesuai dengan definisi
pembangunan
menurut
Bambang
Sugono yaitu:
pembangunan
pada
dasarnya
merupakan campur tangan manusia
terhadap hubungan timbal balik antara
dirinya dengan lingkungan hidupnya
dalam upayanya untuk memanfaatkan
sumber daya alam bagi kepentingannya,
guna meningkatkan taraf hidupnya. 1
Definisi pembangunan menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
adalah
proses,
cara,
perbuatan
membangun.
Perbuatan
bangunan
harus dilaksanakan berdasarkan prinsip
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan. Pelaksanaan
pembangunan dalam rangka mencapai
tujuan negara haruslah pembangunan
dalam berbagai aspek pembangunan,
minimal pembangunan harus dilakukan
dalam bidang ekonomi, bidang sosial
dan bidang perlindungan lingkungan.
Namun hingga saat ini, pembangunan
yang dilakukan di Indonesia khususnya
di kota-kota besar adalah pembangunan
yang terfokus pada pembangunan
ekonomi dan pembangunan sosial.
Contohnya adalah Jakarta, pembangunan
ekonomi dan sosial dapat dikatakan
1 Bambang Suggono, Hukum, Lingkungan, dan Dinamika Kependudukan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994,
hlm.8.
2 Ibid, hlm.10.
91
Kusumaatmadja
yang
mengatakan
bahwa hukum memiliki fungsi sebagai
sosial engineering yang diperkuat oleh
pendapat Soerjono Soekanto yaitu
hukum juga memiliki peran sebagai
sosial control:
Peran hukum dalam pembangunan
bukan hanya sekedar sebagai as a tool of
sosial engineering yang berperan untuk
mengadakan perubahan-perubahan di
dalam masyarakat, sebagaimana yang
pernah diungkapkan oleh Mochtar
Kusumaatmadja
bahwa
sebagai
sarana pembaruan masyarakat, hukum
bertugas sebagai penyalur kegiatan
manusia kearah yang dikehendaki
oleh pembangunan. 3 Hukum juga
berperan sebagai as a tool of sosial
control dalam arti berperan sebagai
alat untuk mempertahankan stabilitas
masyarakat atau dengan kata lain,
berperan untuk mempertahankan apa
yang telah menjadi sesuatu yang tetap
dan diterima di dalam masyarakat. 4
2. Pembangunan
Pembangunan adalah proses membangun yang dilakukan oleh berbagai
pihak, dengan tujuan meningkatkan
taraf hidup. Pada saat ini, pembangunan
yang dilahirkan seringkali dilakukan
secara
tidak
seimbang
sehingga
menyebabkan berbagai permasalahan
khususnya bagi lingkungan. Untuk
mengurangi permasalah yang sudah ada,
maka pembangunan yang dilakukan
saat
ini
haruslah
pembangunan
yang berwawasan lingkungan, yaitu
pembangunan
yang
berprinsip
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan
3 A.Mukti Fadjar, Negara Hukum dan Pembangunan, Arena Hukum, No 4, Desember 1987, hlm.30.
4 Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum, Bhratara, Jakarta, 1973, hlm.58.
92
5 Siahaan, Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan, Erlangga, Jakarta, 1987, hlm.145.
6 Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta 1982, hlm.34.
93
7 Otto Soemarwoto, Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional saran-saran untuk Garis-
garis Besar Haluan Negara, makalah pada Konperensi II Pusal Lingkungan seluruh Indonesia, Jakarta, 1981,
hlm.4.
94
95
5. Hukum
Hukum berasal dari bahasa latin
yaitu:
recht yang artinya bimbingan atau
tuntutan atau pemerintahan dan ius yang
artinya mengatur atau memerintah. 8
Kesimpulan dari dua kalimat di
atas maka hukum adalah sesuatu yang
memberikan bimbingan atau tuntutan
yang tujuannya adalah untuk mengatur
atau memerintah. Atau dengan kata
lain hukum adalah segala aturan yang
dibuat oleh orang yang diberi kuasa
(pemerintah dalam hal ini adalah DPR)
untuk membuat peraturan, dimana
peraturan tersebut dibuat dengan tujuan
untuk mengatur kehidupan dalam
masyarakat.
Beberapa definisi hukum menurut
para ahli hukum:
1. Plato, hukum adalah sistem
peraturan-peraturan yang teratur
dan tersusun baik yang mengikat
masayarakat. 9
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai
kumpulan peraturan yang tidak
hanya mengikat masyarakat tetapi
juga hakim. 10
3. Van Kan, hukum ialah keseluruhan
ketentuan-ketentuan penghidupan
yang bersifat memaksa yang diadakan
untuk melindungi kepentingan orang
dalam masyarakat. 11
4. Utrecht, hukum adalah himpunan
6 Beberapa Undang-Undang
yang Mengatur Pelaksanaan
Pembangunan
Sampai saat ini, kita belum memiliki
Undang-Undang yang mengatur secara
menyeluruh yaitu dari perencanaan
hingga pelaksanaan pembangunan.
Undang-Undang yang ada hingga saat
ini masih bersifat sektoral. Beberapa
undang-undang
yang
mengatur
13
pembangunan antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 4 tahun
96
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1992 tentang
Perumahan dan
Permukiman, undang-undang ini
mengatur penataan dan pengelolaan
perumahan dan permukiman
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung,
yang diatur oleh undang-undang ini
adalah kegiatan pembangunan yang
meliputi proses perencanaan teknis
dan pelaksanaan konstruksi, serta
kegiatan pemanfaatan, pelestarian,
dan pembongkaran.
Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah,
undang-undang
ini
mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan
dari pusat kepada daerah. Melalui
undang-undang ini, daerah diberi
wewenang untuk melaksanakan
pembangunan di daerahnya masingmasing.
Undang-Undang Nomor 5 tahun
1960 tentang Peraturan DasarDasar Pokok Agraria, hal yang diatur
oleh undang-undang ini adalah
pengaturan peruntukan tanah seperti
untuk kepentingan tempat ibadah,
perkantoran, pertanian, dll.
Undang-Undang
Nomor
23
tahun 2004 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Yang diatur
dalam undang-undang ini adalah
pengelolaan
lingkungan
hidup
termasuk syarat-syarat penataan
lingkungan.
Undang- Undang Nomor 38
tahun 2004 tentang Jalan, undangundang ini mengatur tentang
penyelenggaraan
jalan
sebagai
infrastruktur penting guna menjamin
terselenggaranya kegiatan sosial
ekonomi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 26 tahun
bagai Upaya Pencegahan Pencemaran, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman R.RI tahun
1995/1996, hlm.9-10.
97
8. Faktor-Faktor Penghambat
Pembangunan yang Bersinergi
Kehidupan dan Mewujudkan
Keberlanjutan
98
9. Kesimpulan
Pembangunan adalah hal yang tidak
dapat dihindari karena pembangunan
memang
harus
dilakukan
untuk
mensejahterakan
rakyat.
Namun
pembangunan yang dilakukan sampai saat ini secara sadar maupun
tidak sadar hanya difokuskan pada
pembangunan ekonomi dan dengan
mengesampingkan
pembangunan
lingkungan.
Pembangunan
yang
dilakukan dengan mengesampingkan
pembangunan
lingkungan
telah
menyebabkan banyak masalah, seperti
pencemaran, banjir, pemanasan suhu,
dan lain-lain. Untuk meminimalkan, dan
memperbaiki keadaan maka diperlukan
pengaturan agar pembangunan yang
dilakukan
adalah
pembangunan
yang
mensinergikan
kehidupan
dan
mewujudkan
keberlanjutan.
Pembangunan yang mensinergikan
kehidupan dan mewujudkan keberlanjutan dapat terlaksana apabila
pembangunan ini ditopang oleh hukum.
Saat ini memang telah ada hukum
yang mengatur mengenai pembangunan
yang mensinergikan kehidupan dan
mewujudkan keberlanjutan, namun
masih bersifat sektoral dan belum secara
menyeluruh mengatur pembangunan
tersebut dari mulai perencanaan hingga
pelaksanaan pembangunan. Selain itu
undang-undang yang digunakan sebagai
landasan pembangunan saat ini yaitu
Undang-Undang Penataan Ruang masih
belum bisa terlalu diharapkan karena
sanksi yang terdapat dalam UndangUndang Penataan Ruang hanyalah
sanksi yang bersifat administrasi.
Hal ini didukung dengan kurangnya
99
DAFTAR PUSTAKA
A.Mukti Fadjar, Negara Hukum dan
Pembangunan, Arena Hukum, No 4,
Desember 1987
Bambang Suggono, Hukum, Lingkungan,
dan Dinamika Kependudukan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1994
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, Mutiara, Jakarta 1982
Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi
Hukum, Bhratara, Jakarta, 1973
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar
Frafika, Jakarta, 2008
Otto Soemarwoto, Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
dalam
Pembangunan Nasional saransaran untuk Garis-garis Besar Haluan
Negara, makalah pada Konperensi II
Pusal Lingkungan seluruh Indonesia,
Jakarta, 1981
Paulus Effendie Lotulung, Effektivitas
Sanksi Administratif Dalam Rangka
100
Hans Eliezer
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi-Univ.Kristen Maranatha
ABSTRACT
Nowadays, many public companies in Indonesia still dont know the importance of
internal controls in order to prevent the practice of fraud. For public companies, that
kind of fraud is very detrimental to the investors, shareholders and other stakeholders is
fraudulent financial reporting.
The most horrendous fraud is the case of Enron in the United States involving public
accounting firm Arthur Andersen. The case eventually led to a decree or a deed-called
Sarbanes-Oxley Act of 2002. Sarbanes-Oxley main goal is to increase public trust towards
the implementation of GCG (Good Corporate Governance ) for Go Public companies.
The results showed that, Sarbanes-Oxley has a strong influence on the role of corporate
executives in order to prevent fraudulent financial reporting. From these results the authors
provide suggestions for PT.Telkom to maintain application performance Sarbanes-Oxley
section 302 because it proved to have a positive effect in preventing fraudulent financial
reporting. In addition, authors also provide suggestions for PT.Telkom to apply the
Sarbanes-Oxley thoroughly to combat fraudulent and to make PT.Telkoms performance
can be better.
Key words: Sarbanes-Oxley Act Section 302, the role of companys executive, Fraudulent
Financial Reporting
1. Pendahuluan
Dewasa ini perusahaan publik
di Indonesia banyak yang belum
mengetahui arti pentingnya pengendalian
internal dalam rangka mencegah
terjadinya praktik kecurangan (fraud).
101
102
103
104
105
eksekutif
perusahaan
terhadap
fraudulent financial reporting.
4. Apakah penerapan Sarbanes-Oxley
Section 302 berpengaruh terhadap
peranan
eksekutif
perusahaan
dalam rangka mencegah fraudulent
financial reporting.
2. Kerangka Teoritis
Sarbanes-Oxley Act
Sarbanes-Oxley merupakan nama
populer untuk undang-undang yang
memiliki
nama
lengkap
Public
Company Accounting Reform and
Investor Protection Act of 2002.
Undang-undang ini ditandatangani oleh
presiden Amerika Serikat, George W.
Bush pada tanggal 30 Juli 2002. Nama
Sarbanes-Oxley berasal dari nama dua
orang pencetus idenya, yaitu senator
Paul Sarbanes dan congressman Michael
G. Oxley.
Sarbanes-Oxley memiliki enam
komponen utama (W. Steve Albrecht,
2003), yaitu:
1. Implikasi bagi akuntan
Sarbanes-Oxley
dibuat
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
tanggung jawab perusahaan dan
mengembalikan tingkat kepercayaan
investor. Sarbanes-Oxley memiliki
tujuan untuk menjamin akuntabilitas
dan kepastian (assurance) terkait
dengan pengendalian internal yang
mendukung pengambilan keputusan
perusahaan, pelaporan keuangan
serta
pencegahan
terjadinya
manipulasi.
Melalui
SarbanesOxley maka dibentuk suatu badan
yang bernama Public Company
106
Accounting
Oversight
Board
(PCAOB). PCAOB ini merupakan
suatu badan yang melakukan
pengawasan
dan
pengendalian
terhadap profesi akuntan. Anggota
PCAOB terdiri dari lima orang,
dimana dari kelima orang tersebut
hanya boleh ada dua orang yang
memiliki latar belakang sebagai
akuntan publik.
PCAOB
bertugas
melakukan
pendaftaran kantor akuntan publik
dan menetapkan atau mengadopsi
standar mengenai audit, etika profesi,
kendali mutu, dan independensi
profesi akuntan publik. Selain itu
badan ini juga bertugas untuk
melakukan pemeriksaan, investigasi,
menegakkan
tindakan
disiplin
terhadap kantor akuntan publik serta
menegakkan kepatuhan terhadap
undang-undang ini.
Setiap kantor akuntan publik, baik
itu yang ada di Amerika Serikat,
ataupun yang ada di luar negeri
yang ikut serta dalam penyiapan dan
penerbitan laporan audit perusahaan
publik wajib terdaftar pada PCAOB.
Melalui kewajiban ini, setiap kantor
akuntan publik yang terdaftar
diwajibkan memelihara kertas kerja
audit dan informasi serta dokumen
lainnya yang berkaitan dengan
laporan audit minimal tujuh tahun.
Setiap kantor akuntan publik yang
terdaftar juga tidak diperbolehkan
memberikan jasa non audit kepada
kliennya. Jasa non audit yang dilarang
meliputi: jasa akuntan dan penyiapan
laporan keuangan, perancangan
dan implementasi sistem informasi,
107
Title
IV-Enhanced
Financial
Disclosures
Dalam judul ini, terutama dalam
section 404, perusahaan diwajibkan
untuk melaporkan efektivitas prosedur
dan pengendalian internal dalam rangka
pelaporan keuangan (internal control
over financial reporting), bersama
dengan atestasi dari auditor eksternal
mengenai laporan tersebut.
108
Title
IV-Enhanced
Financial
Disclosure
Sec. 401. Disclosures in periodis
reports
Sec. 402. Enhanced conflict of
interest provisions
Sec.
403.
Disclosures
of
109
110
Petugas
yang
menandatangani
bertanggung jawab terhadap kontrol
internal dan telah mengevaluasi
kontrol internal ini 90 hari
sebelumnya dan melaporkan temuan
mereka.
Ada daftar kelemahan dari kontrol
internal dan informasi mengenai
fraud yang melibatkan karyawan dan
aktivitas internal.
Perubahan signifikan pada kontrol
internal dan faktor-faktor terkait yang
dapat menghasilkan dampak negatif
terhadap kontrol internal.
Bentuk Sertifikasi
Peraturan-peraturan
yang
telah
diungkapkan di atas memerlukan
sertifikasi untuk pengendalian intern atas
pelaporan keuangan. Bentuk sertifikasi
dari pengendalian intern tersebut tidak
dijelaskan secara spesifik, akan tetapi
poin-poin penting yang harus terdapat
di dalam sertifikasi tersebut adalah:
1. Kelemahan material
Kelemahan material tersebut harus
diungkapkan kepada komite audit
dan auditor independen setiap
triwulannya
dan
diberitahukan
kepada masyarakat melalui laporan
tahunan pengendalian intern.
2. Defisiensi yang signifikan
Kelemahan material tersebut harus
diungkapkan kepada komite audit
dan auditor independen setiap
triwulannya, akan tetapi jika
kelemahan yang terjadi tidak material
maka tidak perlu diberitahukan
kepada masyarakat melalui laporan
tahunan pengendalian intern.
111
112
Keterkaitan
Sarbanes-Oxley
Section 302 dengan Section 404
Section 302 terkait erat dengan
section 404, terutama dalam 2 hal di
bawah ini, yaitu :
113
114
keuangan
yang
disediakan
oleh
proses pelaporan keuangan (Financial
Reporting).
Financial
Accounting
Standard Board (FASB) menggunakan
istilah pelaporan keuangan (Financial
Reporting) untuk ruang lingkup yang
lebih luas daripada isitilah-istilah
laporan keuangan (Financial Statements).
Pelaporan keuangan meliputi laporan
keuangan dan cara-cara lain dalam
melaporkan
informasi,
misalnya
prospektus, informasi keuangan segmen
industri dan geografi, pengungkapan
pengaruh perubahan harga, dan
sebagainya.
Sementara itu, tujuan laporan
keuangan adalah (Ikatan Akuntan
Indonesia 2004:1,2, para.05) :
memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi, serta
menunjukkan
pertanggungjawaban
(stewardship)
manajemen
atas
penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut, suatu
laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan meliputi; (a)
aktiva, (b) kewajiban, (c) ekuitas,
(d) pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, dan (e) arus
kas.Informasi tersebut di atas beserta
informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan membantu
pengguna laporan memprediksi arus kas
pada masa depan khususnya dalam hal
waktu dan kepastiannya. Diperolehnya
kas dan setara kas.
115
116
permasalahan
bidang
keuangan
(experiencing financial distress), lax
oversight dan terdapat fraud dengan
jumlah uang yang besar (ongoing, largedollar frauds). Beberapa perusahaan
yang termasuk kasus/skandal fraudulent
financial reporting antara lain Enron,
Tyco, Adelphia dan WorldCom. Menurut
KPMG dalam Fraud Survey 2003 faktorfaktor yang menyebabkan kecurangan
dalam perusahaan diantaranya sebagai
berikut (dalam persentase di tahun
2003):
Colussion between employees and
third parties : 48
Inadequate internal controls : 39
Management override of internal
controls : 31
Colussion between employees and
management : 15
Lack of control over management by
directors : 12
Ineffective or nonexistent ethics or
compliance program : 10
Sedangkan kondisi yang dapat
meyebabkan terjadinya fraud dalam
perusahaan menurut Arens dalam
bukunya Auditing & Assurance Services
An Integrated Approach (2008 : 340)
adalah sebagai berikut :
1. Tekanan/Insentif
Manajemen atau karyawan lain
disuap atau ditekan untuk melakukan
kecurangan.
2. Kesempatan/Peluang
Kondisi yang menyebabkan terjadinya peluang bagi manajemen
dan karyawan untuk melakukan
fraud
3. Sikap/Etika
Sikap, karakter, dan nilai budaya
3. Kerangka Pemikiran
Sarbanes-Oxley
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
akuntabilitas
dari manajemen perusahaan publik,
memperbaiki tata kelola perusahaan,
meningkatkan pengawasan (oversight)
dari kantor akuntan publik dan
merestorasi kepercayaan investor dalam
pasar modal. Sarbanes-Oxley meliputi
beberapa hal antara lain seperti, pendirian
Public Company Accounting Oversight
Board, independensi auditor, serta
peningkatan dalam hal pengungkapan
di dalam laporan keuangan.
Dalam salah satu pasalnya, yaitu
section
302,
disebutkan
bahwa
eksekutif perusahaaan diharuskan untuk
memberikan sertifikasi terhadap laporan
keuangan tahunan. Sertifikasi tersebut
harus ditandatangani oleh manajemen
tertinggi di dalam perusahaan seperti
CEO (Chief Executive Officers) dan CFO
(Chief Financial Officers) dan tidak boleh
diwakilkan kepada pihak manapun.
Selain itu, pihak yang berwenang
harus menyatakan bahwa mereka
bertanggung jawab atas pembentukan
dan pengelolaan sistem pengendalian
tersebut untuk memastikan bahwa
informasi yang ada di dalam laporan
terkait dengan perusahaan dan anakanak perusahaan. Pada saat di mana
laporan periodik sedang dipersiapkan,
pejabat
yang
berwenang
harus
melakukan evaluasi terhadap efektivitas
dari pengendalian internal yang ada di
dalam perusahaan dalam jangka waktu
90 hari sebelum laporan diterbitkan.
Berdasarkan
uraian
kerangka
pemikiran yang telah diungkapkan di
atas, maka diajukan hipotesis kerja
sebagai berikut:
1. Penerapan Sarbanes-Oxley section
302 berpengaruh positif terhadap
peranan eksekutif perusahaan.
117
4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan
digunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang (Nazir,
1998:66). Menurut Guy (2004), kegiatan
dalam penelitian deskriptif meliputi
pengumpulan data dalam rangka
pengujian hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan
pada waktu yang sedang berjalan dari
pokok suatu penelitian. Tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki (Nazir,
1998:66). Penelitian deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan
pada saat penelitian dilakukan, dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu. Pada bagian lain, Nazir
mengemukakan bahwa keunggulan dari
penelitian deskriptif antara lain adalah
sebagai berikut :
118
Operasionalisasi Variabel
Agar penelitian ini sesuai dengan
yang diharapkan, maka perlu dipahami
unsur-unsur yang menjadi dasar dari
suatu penelitian ilmiah yang termuat
dalam operasional variabel penelitian.
Variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek, atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Sesuai dengan tujuan
penelitian, maka terdapat tiga variabel
yang digunakan.
Variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel independen (X), yaitu
suatu variabel yang keberadaannya
tidak dipengaruhi oleh variabel
lain, sebaliknya variabel ini akan
mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel
independen
dalam
penelitian ini adalah Sarbanes-Oxley
Act section 302.
2. Variabel dependen (Y), yaitu variabel
yang keberadaanya merupakan suatu
yang dipengaruhi atau dihasilkan
oleh variabel independen. Variabel
dependen sering disebut sebagai
variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah
Uji Validitas
Suatu data dikatakan valid apabila
diukur dengan alat yang tepat. Uji
validitas dilakukan untuk mengetahui
apakah instrumen yang digunakan
benar-benar dapat mengukur variabel
yang dimaksud (Arikunto, 1998:136).
Suatu instrumen pengukur dikatakan
valid jika instrumen tersebut mengukur
apa yang seharusnya diukur. Dengan
kata lain instrumen tersebut mengukur
apa yang seharusnya construct sesuai
dengan yang diharapkan oleh peneliti
(Nur Indrianto dan Bambang Supomo,
1999:181). Dalam penelitian ini, uji
validitas dilakukan untuk mengetahui
apakah pertanyaan-pertanyaan yang
telah disiapkan dalam kuesioner dapat
mengukur variabel sebagaimana yang
kita inginkan. Validitas pertanyaanpertanyaan yang telah disiapkan dapat
diukur dengan mengkorelasikan skor
tetap pertanyaan dengan jumlah skor
totalnya. Dalam hal ini pertanyaan yang
memiliki koefisien korelasi terhadap
skor total lebih kecil dari nilai kritisnya
berarti tidak lolos uji validitas dan harus
diperbaiki atau dibuang. Untuk menguji
validitas, maka dihitung koefisien
korelasi antara masing-masing skor total
dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi (r) Pearson. Koefisien korelasi
119
120
Peranan
Fraudulent
Financial
Berdasarkan
hasil
pengujian
validitas dalam tabel berikut ini, dapat
dilihat bahwa seluruh item pertanyaan
mempunyai nilai r >0,30, sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh item dalam
kuesioner fraudulent financial reporting
sudah valid secara statistik.
Eksekutif
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kuesioner dapat
memberikan ukuran yang konstan atau
tidak (Arikunto, 1998:144). Pengukuran
yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu
pengukuran yang mampu memberikan
hasil ukur yang terpercaya (reliable).
Tingkat reliabilitas secara empiris
ditunjukkan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas. Jika alat
ukur menggunakan skala yang skornya
bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan
antara beberapa nilai, misalnya skala
Likert, dapat menggunakan prosedur
dari Cronbach yang dikenal sebagai
teknik Cronbachs alpha (Umar Husein,
2002:119-123). Besar koefisien ini
dihitung dengan menggunakan rumus :
2. Variabel
Perusahaan
Peranan
Eksekutif
Berdasarkan
hasil
pengujian
reliabilitas dalam tabel di atas, dapat
dilihat bahwa koefisien Cronbachs
alpha mempunyai nilai sama dengan
0,921 dan lebih besar dari 0,7. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kuesioner
peranan eksekutif perusahaan adalah
reliable secara statistik.
3. Variabel
Reporting
Fraudulent
Financial
Berdasarkan
hasil
pengujian
reliabilitas dalam berikut ini, dapat
dilihat bahwa seluruh nilai koefisien
121
Analisis Data
Analisis statistik digunakan untuk
mencari keeratan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti, juga untuk
menguji parameternya. Analisis statistik
yang digunakan penulis adalah analisis
regresi sederhana. Analisis regresi
sederhana digunakan untuk mengetahui
bagaimana
variabel
independen
terhadap variabel dependen. Dari
persamaan tersebut dapat diketahui
besarnya
kontribusi
variabel
X
(independen) terhadap variabel Y1 dan
Y2 (dependen).
Analisis Jalur
Berdasarkan identifikasi masalah,
tujuan penulisan dan hipotesis, maka
metode analisis yang digunakan adalah
metode analisis jalur (path analysis).
Analisis ini bertujuan untuk menentukan
besarnya pengaruh suatu variabel
terhadap variabel lainnya, baik itu
pengaruh yang sifatnya secara langsung
atau tidak langsung serta mengukur
besarnya pengaruh dari suatu variabel
penyebab ke variabel akibat yang
disebut dengan koefisien jalur. Menurut
Bachrudin & L. Tobing (2003:34), aspek
teoritis analisis jalur sama dengan aspek
122
Dimana:
yxi p : koefisien jalur dari variabel
penyebab (x) ke variabel
akibat (y)
bi
: koefisien regresi, diperoleh
melalui analisis regresi biasa.
x i s : simpangan baku variabel x
sy
: simpangan baku variabel y
Koefisien jalur dapat dihitung dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menggambarkan diagram hubungan
antara variabel secara lengkap,
diagram
jalur
mencerminkan
hipotesis konseptual yang diajukan
sehingga tampak dengan jelas
variabel penyebab dan variabel
akibat.
2. Menghitung koefisien jalur.
3. Menghitung koefisien korelasi.
Berdasarkan diagram jalur pada
gambar sebelumnya, struktur variabel
tersebut dapat dinyatakan ke dalam dua
persamaan regresi, yaitu:
dengan:
Y
Z
X
y,x p
123
, untuk persamaan ke 3
124
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian secara individual
Koefisien
jalur
yang
telah diperoleh perlu diuji
keberartiannya. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi tujuan penelitian
yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut Schumacker & Lomax
(1996), uji signifikansi untuk
koefisien jalur sama seperti pada
uji koefisien regresi biasa dengan
menggunakan uji-t (Bachrudin &
Tobing, 2003:36)
a. Pengaruh
Penerapan
Sarbanes-Oxley section 302
terhadap peranan eksekutif
perusahaan
Hipotesis penelitian:
Penerapan Sarbanes-Oxley
section 302 berpengaruh
positif terhadap peranan
eksekutif perusahaan.
Hipotesis statistik:
H0
: Pzx = 0
H1
: Pzx > 0
Statistik Uji:
Hipotesis penelitian:
Penerapan Sarbanes-Oxley
berpengaruh positif terhadap
Fraudulent Financial
Reporting.
Hipotesis statistik:
H0
: Pyx = 0
H1
: Pyx > 0
Statistik Uji:
Kriteria Penolakan:
H0 ditolak jika t > t (1- )(n-2)
c. Pengaruh peranan eksekutif
per usahaan
ter hada p
Fraudulent Financial
Reporting
Hipotesis penelitian:
Peranan eksekutif perusahaan
berpengaruh positif terhadap
Fraudulent
Financial
Reporting
Hipotesis statistik:
H0
: Pyz = 0
H1
: Pyz > 0
Statistik Uji:
Kriteria Penolakan:
H0 ditolak jika t > t (1- )(n-2)
b. Pengaruh
Penerapan
Sarbanes-Oxley section 302
terhadap fraudulent financial
reporting
Kriteria Penolakan:
H0 ditolak jika t > t (1- )(n-2)
2. Pengujian
(model fit)
Menurut
kecocokan
model
Pedhazur
pengu-
125
Hipotesis statistik:
H0 : R = R ( )
H1 : R = R ( )
Statistik Uji:
w= -(n-d) ln
, n adalah jumlah sampel dan
d adalah banyaknya jalur yang
tidak signifikan.
Kriteria Penolakan:
H0 ditolak jika W <
,d
126
6. Kesimpulan
1. Penerapan
Sarbanes-Oxley
section 302 berpengaruh positif
terhadap
variabel
peranan
eksekutif perusahaan. Ho ditolak
pada taraf kepercayaan 95%.
2. Penerapan
Sarbanes-Oxley
section 302 berpengaruh positif
terhadap fraudulent financial
reporting. Ho ditolak pada taraf
kepercayaan 95%.
3. Peranan eksekutif perusahaan
berpengaruh positif terhadap
variabel fraudulent financial
reporting. Ho ditolak pada taraf
127
kepercayaan 95%.
4. Penerapan
Sarbanes-Oxley
section 302 berpengaruh terhadap
peranan eksekutif perusahaan
dalam
rangka
mencegah
fraudulent financial reporting. Ho
tidak berhasil ditolak pada taraf
kepercayaan 95%.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W.,S. (2003). Fraud
Examination & Prevention. SouthWestern Pub.United States of
America.
Arens, Alvin, A., Elder, R.J., & Beasley,
M.S. (2008). Auditing & Assurance
Services an Integrated Approach.
Pearson Prentice Hall. United States
of America.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta.
Bachrudin, A., dan Tobing, H.L. (2003).
Analisis Data Untuk Penelitian
Survai Dengan Menggunakan Lisrel
8. Jurusan Statistika FMIPA UNPAD.
Bandung.
Carcello, J.V. (2004). Audit Firm Tenure
And Fraudulent Financial Reporting.
University of Missouris. United
States of America.
Committee of Sponsoring Organizations
of the Treadway Commission. (1999).
Fraudulent Financial Reporting :
1987 1997, An Analysis of U.S.
Public Company. COSO. United
States of America.
Effendi, M.A. (2008). Sarbanes-Oxley
Act Sebagai Implementasi GCG.
Akuntan Indonesia, edisi12, Oktober
2008, hal. 39-40.
Enron Debacle, diakses dari www.
128
129
ABSTRACT
At the opening Fourth paragraph of Act of 1945, stated that one of the goals of advancing
the state is the general welfare, which in the Act of 1945 Article 33 states The earth and
water and natural resources contained in it is controlled by the State and used for the
greatest prosperity of the people, this article has a purpose that the Republic of Indonesia
have to the goal of advancing the general welfare State. When it comes to the facts that
are mandated in the constitution of the Republic of Indonesia was not fully capable in
glory. As a law student I have to enforce the law fairly as possible in accordance with the
purpose of Utility Theory of law that the law aims to justice and Ethical Theory that the
law aims to benefit the greatest number of people. Seeing the condition that occurs in
some areas that have abundant natural resources of the natural wealth but in fact it is not
able to fully enhance the welfare of society, For example in Bangka there inequities in the
distribution of results from tin mining for bangkas society. According to what we already
explained before then the solution is needed in both the rule of law as a protector and as a
rule so that the natural wealth of the right-properly distributed to the prosperity of society.
Keywords : Utility Theory, Welfare Stat
1. Pendahuluan
Tujuan Negara yang tertuang di
dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Alinea Keempat yaitu antaranya
memajukan kesejahteraan umum, dalam
hal untuk memajukan kesejahteraan
umum maka Negara harus mempunyai
modal berupa kekayaan Negara, entah
itu kekayaan alam, kekayaan buatan,
atau kekayaan yang lainnya, namun
seperti yang diamanatkan di dalam
Undang-Undang dasar 1945 Pasal 33
130
131
1 Prof. Dr. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M, Workshop tanggung jawab perusahaan Konsep dan Perkembangan
http://www.sampoernafoundation.org/Inspirational-Story/latofi-ahli-csr-indonesia-csr-harus-direncanakan-den
gan-baik.html
132
3 Marwan Batubara, Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam, Menuju Negara Berdaulat laporan khusus yang
133
dilakukan dalam waktu dekat ini, seakanakan hanya menjadi proyek-proyek kecil
bagi pekerja PT Timah dan tidak adanya
peran serta masyarakat dalam pengadaan
CSR tersebut. Pada faktanya lembaga
masyarakat hanya diminta bantuan
sebatas berjalannya tryout saja dan tidak
dilibatkan secara langsung dalam proses
persiapan Tryout tersebut.7 Seharusnya
proyek Tryout untuk siswa siswi SMU
tersebut diserahkan kepada lembaga
masyarakat/organisasi
masyarakat
dalam hal penyiapan baju kepanitiaan,
penyiapan soal dan lembar jawaban
tryout, penyiapan spanduk dan lain-lain,
sehingga proyek yang diserahkan kepada
lembaga masyarakat tersebut setidaknya
bisa membantu penghasilan masyarakat
dalam bidang usaha penyablonan baju
dan spanduk, bidang usaha fotocopy
soal, serta lembar jawaban. Hal ini
kemungkinan besar dapat membantu
usaha-usaha kecil yang ada di daerah agar
ikut serta menikmati kontribusi PT Timah
secara langsung.Namun jika masyarakat
Bangka hanya mengharapkan kontribusi
PT Timah selaku Perusahaan milik
Negara yang mengelola sumber daya
alam yang menguasai hajat hidup orang
banyak yang hanya sebesar 2% dari laba
bersih dan terbagi hanya 80% untuk
daerah maka hal ini sungguh tidak adil
dengan apa yang telah disumbangkan
oleh tanah Bangka kepada pendapatan
PT Timah. Dengan adanya indikasi
ketidakadilan ini yang mendasari penulis
untuk menawarkan salah satu pemikiran
dalam rangka menegakkan keadilan
bagi masyarakat yang hidup di tanah
Bangka tanpa merugikan perusahaan
yang mengelola sumber daya alam
Timah yaitu PT Timah.
6 Latofi, Ahli CSR Indonesia: CSR Harus Direncanakan dengan Baik dapat dilihat pada http://www.sampoerna
foundation.org/Inspirational-Story/latofi-ahli-csr-indonesia-csr-harus-direncanakan-dengan-baik.html
134
135
8 Departemen Dalam Negeri, Jurnal Otonomi Daerah Vol.II No. 2, Jakarta 2002, hal 34.
136
seharusnya
bisa
dinikmati
oleh masyarakat Bangka untuk
kemakmuran hidup mereka. PT
Timah selaku perusahaan yang
mengelola sumber daya alam
yang menguasai hajat hidup
orang banyak ini sebaiknya
mampu mengakomodir seluruh
kepentingan masyarakat dalam
kepemilikan
sumber
daya
alam yang mereka miliki untuk
keuntungan yang merata bagi
masyarakat
tersebut
guna
meningkatkan
kesejahteraan
mereka.
Pendapatan yang didapatkan oleh PT Timah triliyunan
pertahunnya, hasil dari melakukan eksploitasi PT Timah di
wilayah Bangka Belitung yang
dimulai setelah kemerdekaan
RI antara tahun 1953-1958 dan
memiliki area pertambangan
sebesar 532,324 hektare yang
tersebar di wilayah Bangka
Belitung. Seharusnya sudah
sewajarnya masyarakat Bangka
khususnya menuntut akan haknya
untuk ikut serta menikmati hasil
kekayaan alam yang mereka
miliki yang dikelola oleh PT
Timah tersebut. Selain hak yang
seharusnya didapatkan oleh
masyarakat Bangka dalam bentuk
CSR, Mitra atau sumbangan
lainya, penulis disini mengkaji
mengenai hak atas kepemilikan
saham PT Timah yang selama
ini terbagi atas saham milik
Negara dan swasta agar juga bisa
menjadi milik masyarakat daerah
setempat.
9 Pungutan-pungutan yang tidak perlu misalnya, keharusan menyumbang pada setiap kegiatan yang dilakukan
para pemuda, semua kegiatan keagamaan, hari-hari besar, bahkan penjualan kalender, buku dan lain-lain.
137
138
daerah10 disini
lah
peran
pemerintah daerah sangat efektif
dalam menjalankan apa yang
diperintahkan di dalam UndangUndang No 25 Tahun 2007
tersebut.
Selain itu berdasarkan
Undang-Undang No 32 Tahun
2004 tentang pemerintah daerah
disitu dijelaskan wewenang
daerah
dalam
mengelola
kekayaan
daerah
termasuk
sumber daya alam yang ada di
daerah tersebut, dan berkewajiban
untuk meningkatkan kualitas
kehidupan
masyarakat
di
daerah, sehingga pemerintah
daerah lah lembaga yang paling
berhak
melakukan
sistem
penjualan saham perusahaan
yang mengelola sumber daya
alam di daerah tersebut kepada
masyarakat
Bangka
dalam
rangka untuk mensejahterakan
masyarakat merupakan salah
satu tugas dan kewajiban
pemerintah daerah. Selain itu
sistem ini sebaiknya dilakukan
oleh pemerintah daerah bukan
diserahkan kepada badan usaha
swasta atau lembaga yang lainnya
yaitu untuk mengembalikan lagi
kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah daerah yang selama
ini telah muncul keragu-raguan
dalam membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah
daerah
dapat memprioritaskan dalam
peningkatan sarana dan prasarana
seperti jalan dan fasilitas umum
10 Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dalam Penjelasan Umum Pemerintah me-
ningkatkan koordinasi antar instansi Pemerintah, antara instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antara
instansi Pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan
semangat otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta mau
pun Pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun
139
Mengenai mekanismenya
Pemerintah Daerah menjadi wakil
masyarakat dalam pembelian
saham PT Timah, tetapi modal
yang diberikan untuk penanaman
modal atau pembelian saham ke
PT Timah tersebut bukan berasal
dari kekayaan APBD melainkan
kekayaan yang berasal dari
modal setiap individu masyarakat
Bangka
yang
dikumpulkan
ke kas pemerintah. Selain itu
Pemerintah Daerah bertindak
sebagai pihak ketiga atau wakil
masyarakat yang melakukan
pelayanan penanaman modal
sebagaimana diperintahkan di
Undang-Undang No 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal,
dengan melakukan pelayanan
dalam bentuk mengakomodir
keinginan masyarakat untuk
membeli saham PT Timah tanpa
harus membelinya di bursa efek
saham melainkan masyarakat
cukup membeli saham tersebut
per lembar kepada Pemerintah
Daerah
dengan
nilai
per
lembarnya bisa disesuaikan
dengan
kondisi
masyarakat
setempat
melalui
kebijakan
pemerintah daerah. Kemudian
pemerintah daerahlah yang nanti
akan melakukan pembelian
saham PT Timah secara resmi
kepada bursa saham dengan
mengatasnamakan pemerintah
daerah.
Pemerintah
daerah
bertindak seperti biasa dalam
ketentuan pemegang saham dan
kepengurusan perusahaan yang
dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas
otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi.
140
141
4. Kesimpulan
Keuntungan menggunakan cara ini
antara lain:
1. Perusahaan yang mengelola
sumber daya alam benarbenar sahamnya dimiliki oleh
Negara yaitu oleh warga Negara
Indonesia sesuai amanat UUD
1945 pasal 33 ayat (3) dengan
berlandaskan asas kerakyatan.
142
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Prof. Dr. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M,
Workshop
tanggung
jawab
perusahaan
Konsep
dan
Perkembangan Pemikiran Tentang
Tanggung
Jawab
Perusahaan,
Yogyakarta 6-8 Mei 2008.
Marwan Batubara, Menggugat
Pengelolaan Sumber Daya Alam,
Menuju Negara Berdaulat laporan
khusus yang ditulis oleh Ketua KPK-N
(Komite
Penyelamat
Kekayaan
Negara).
Erwiza Erman (Peneliti LIPI), Politik
Penguasaan Sumber daya Timah di
Bangka-Belitung.
dengan Hati Nurani. Erlangga.
Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal
Undang-undang No 40 tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang No 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah
Lain-Lain
http://www.sampoernafoundation.
org/Inspirational-Story/latofi-ahli-csrindonesia-csr-harus-direncanakandengan-baik.html
143
http://www.timah.com/ina/programsosial/
http://www.timah.com/ina/statistikbantuan-csr/
http://www.timah.com/ina/pengelolaanlingkungan/
http://www.metrotvnews.com/read/
news/2010/12/05/35988/PT-TimahMiliki-Area-Pertambangan-Terluasdi-Babel/
http://cahayamas.co.id/blog/?p=16
144
BIODATA PENULIS
Inez Felicia
Biodata Penulis
Lusiyana Devita
Hans Eliezer
145
Finalia
146
Marisa Adiwilaga, SH
Magdalena Zebua