PUPUK NPK
0621 12 001
2. Puspa Pertiwi
0621 12 005
0621 12 015
4. Iman Maulana
0621 12 032
5. Carlina Anggraini
0621 12 052
6. Sri Siswayuningsih
0621 13 701
UNIVERSITAS PAKUAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM
KIMIA
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Kimia Anorganik: Pupuk NPK ini dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan pada mata kuliah Kimia Anorganik.
Akhir kata, kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat dikembangkan untuk masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PUPUK DAN TANAMAN
A. Pentingnya Pupuk
Untuk
menanggulanginya,
diberikanlah
pupuk
sesuai
B. Klasifikasi Pupuk
Klasifikasi pupuk didasarkan pada kriteria dan kadar unsur hara yang
dikandung di dalamnya. Menurut Petunjuk Teknis (Juknis) Operasional
Penarapan Pupuk Alternatif pada Tanaman Pangan dan Holtikultura (Dirjan
Tanaman Pangan dan Holtikultura, 1999), pupuk dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Pupuk Makro Anorganik;
2. Pupuk Organik;
3. Bahan Pembenah Tanah;
4. Pupuk Mikroba;
5. Pupuk Pelengkap. (Suriadikarta, 2004)
C. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi.
(Lingga, 1986)
Kandungan hara dalam pupuk anorganik terdiri atas unsur hara makro
utama yaitu nitrogen, fosfor, kalium; hara makro sekunder yaitu: sulfur,
calsium, magnesium; dan hara mikro yaitu: tembaga, seng, mangan,
molibden, boron, dan kobalt. Pupuk anorganik dikelompokkan sebagai pupuk
hara makro dan pupuk hara mikro baik dalam bentuk padat maupun cair.
tanaman
akan
hara
dapat
dipenuhi
dengan
BAB II
PUPUK NPK (NITROGEN, POSPOR, KALIUM)
A. Pengertian Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung
lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah.
Pupuk majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena
mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen
fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl).
Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan
dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti
bahwa dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5) dan
15% kalium (sebagai K2O). (Chandra, 2011)
Unsur
Nitrogen (N)
dan
P2O5 =
46%
Phosphor (P)
DAP
hanya
ditambahkan
pada
Ada penambahan Rock Phosphat yang formula NPK dengan kadar P tinggi
dibentuk menjadi granular dan biasa NPK 16-16-16
disebut Filler.
Kalium Klorida (KCl) yang berbentuk Kalium Klorida (KCl) atau disebut
flake dengan butiran berukuran lebih juga Muriate of Potash (MOP) yang
Kalium (K)
No.
Komposisi
Segmen Tanaman
1.
20-10-10
2.
20-6-6
Padi
3.
20-9-15
Tebu
4.
27-6-10-2
Teh
5.
16-16-16
Hortikultura
6.
15-15-15
Hortikultura
7.
14-10-20
Sawit TM
8.
16-4-25
Sawit TM
: 15% x 200 = 30 kg
kg Urea
kg.
membuat
Pupuk
yang
setara
dengan 50
Kg
:(
SP36
:(
KCl
:(
(Maspary, 2011)
NPK
2. Fosfor
Unsur
fosfor
bagi
tanaman
berguna
untuk
merangsang
pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu,
fosfor berfungsi sebagai bahan mentah pembentukan protein tertentu,
membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan,
pemasakan biji dan buah.
Tanah yang kekurangan fosfor akan jelek akibatnya bagi
tanaman. Gejala yang tampak adalah warna daun seluruhnya berubah
terlalu tua dan sering tampak mengilap kemerahan. Tepi daun, cabang
dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah
menjadi kuning. Kalau tanamannya berbuah, buahnya akan kecil, tampak
jelek dan cepat matang.
3. Kalium
Fungsi utama kalium adalah membantu proses pembentukan
protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh
tanaman agar daun, bungan dan buah tidak mudah gugur. Kalium juga
merupakan
sumber
kekuatan
bagi
tanaman
dalam
menghadapi
NPK.
Tabel 3 Spesifikasi Persyaratan Mutu Pupuk NPK
No.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
Batas Toleransi
Minimal
1.
Nitrogen Total
% b/b
Sesuai
8%
2.
% b/b
formula
8%
3.
% b/b
yang ada di
8%
4.
% b/b
tabel
8%
5.
Kadar Air
% b/b
Maks. 3
6.
Cemaran Logam
7.
Raksa (Hg)
mg/kg
Maks. 10
Kadmium (Cd)
mg/kg
Maks. 100
Timbal (Pb)
mg/kg
Maks. 500
mg/kg
Maks. 100
Arsen (As)
BAB III
METODE ANALISIS
A. Nitrogen Total
1. Prinsip
Nitrogen dalam contoh direduksi dengan asam sulfat membentuk
senyawa ammonium sulfat. Ammonium sulfat didestilasi dalam suasana
alkali dan hasil ditampung dengan asam borat. Larutan destilat dititrasi
dengan larutan asam klorida sampai warna hijau berubah menjadi merah
jambu.
2. Reaksi
selenium,400 C
N organik H 2 SO 4 campuran
NH 4 2 SO 4 SO 2 CO 2 H 2 O
o
C
NH 4 2 SO 4 2NaOH 100
Na 2 SO 4 2NH 3 2H 2 O
o
NH 3 H 3 BO 3 NH 4 H 2 BO 3
NH 4 H 2 BO 3 HCl NH 4 Cl H 3 BO 3
Pereaksi:
a. Neraca Analitik
a. H2SO4 Pekat
b. Tabung Kjeldahl
c. Gelas Ukur 25 mL
c. Indikator Conway
d. Pembakar
f. Pipet Volume 10 mL
g. Erlenmeyer 250 mL
h. Alat Destilasi
i. Buret
f. Campuran Selenium
g. Air Suling
10
4. Prosedur Kerja
a. Ditimbang 0.5 gram sampel dan 1 gram campuran selenium, lalu
dimasukkan ke dalam Tabung Kjeldahl;
b. Ditambahkan beberapa batu didih untuk meratakan pemanasan;
c. Ditambahkan 25 mL H2SO4 pekat;
d. Sampel didestruksi sampai warna larutan berubah menjadi kuning
kehijauan jernih, dilakukan di ruang asam;
e. Larutan didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL;
f. Larutan dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam alat destilasi;
g. Ditambahkan beberapa tetes indikator PP;
h. Ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 10 mL;
i. Dilakukan destilasi, destilat ditangkap dengan 25 mL larutan H3BO3
5% yang sudah dibubuhi indikator Conway;
j. Destilasi selesai sampai larutan penangkap berubah warna dari merah
menjadi hijau dan volume larutan destilat tiga kali volume awal;
k. Destilat dititar dengan larutan HCl 0,1N sampai titik akhir berwarna
merah.
5. Perhitungan
%Protein
Vp x N p x fp x 14.008 x 100%
bobot sampel (mg)
100
100 - KA
Vp
Np
: normalitas HCl
fp
11
H3PO 4 (NH 4)6Mo7O24 NH 4VO 4 3HCl (NH 4)4(PO 4VO 3.7MoO 3 ) 3NH 4Cl 3H 2 0
3. Bahan dan Pereaksi
Alat:
Pereaksi:
a. Neraca Analitik
a. Pereaksi Molibdovanadat
c. Gelas Ukur 50 mL
c. HClO4 70-72%
d. Hot Plate
d. HNO3 Pekat
e. Air Suling
f. Pipet Volume 5 mL
g. Kertas Saring Whatman 41
h. Piala Gelas
i. Spektrofotometer
4. Prosedur Kerja
a. Sampel yang sudah dihaluskan ditimbang dengan telitit 1 gram ke
dalam piala gelas;
b. Ditambahkan 20 30 mL HNO3;
c. Dididihkan perlahan selama 30 45 menit, didinginkan;
d. Ditambahkan 10 20 mL HClO4;
e. Dididihkan kembali sampai larutan tidak berwarna, didinginkan;
f. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mL dan ditera dengan air
suling;
g. Larutan disaring dengan Whatman 41 dan ditampung ke dalam
erlenmeyer;
h. Dipipet 5 mL sampel dan larutan deret standar ke dalam labu ukur 100
mL;
i. Ditambahkan air suling sebanyak 45 mL;
12
5. Perhitungan
A intercept
x fp x 100
100
slope
% Fosfor Total sebagai P2 O 5
x
bobot sampel (mg)
100 KA
Intercept
Slope
fp
KA
: Kadar air
2. Reaksi
hv
H
H
KX larutan KX aeroso
KX m olekul K.X 2 K
K *
Pereaksi:
a. Neraca Analitik
b. HCl Pekat
c. Gelas Ukur 50 mL
c. Air Suling
d. Hot Plate
e. Pipet Volume 5, 10 mL
f. Kertas Saring Whatman 41
13
g. Piala Gelas
h. Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) dengan lampu katoda kalium
4. Prosedur Kerja
a. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram ke dalam piala gelas;
b. Ditambahkan 10 mL HCl dan air suling, dididihkan selama 5 menit;
c. Didinginkan, dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL lalu ditera
dengan air suling;
d. Larutan dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL;
e. Larutan sampel dan deret standar dibaca dengan SSA pada panjang
gelombang 766.5 nm.
5. Perhitungan
A intercept
x fp x 100
100
slope
% Kalium Total sebagai K 2 O
x
bobot sampel (mg)
100 KA
Intercept
Slope
fp
KA
: Kadar air
D. Kadar Air
1. Prinsip
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Karl Fischer. Sampel
didispersikan ke dalam metanol kemudian dititar dengan pereaksi Karl
Fischer yang telah diketahui ekuivalen airnya.
2. Reaksi
I 2 SO 2 CH 3 OH H 2 O 2HI CH 3 HSO 4
14
Pereaksi:
a. Neraca Analitik
b. Pipet Volume 50 mL
b. Metanol murni
c. Karl Fischer
4. Prosedur Kerja
a. Dilakukan penetapan angka ekuivalen air dari pereaksi Karl Fischer;
b. Ditimbang 2 3 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam Karl
Fischer;
c. Ditambahkan metanol;
d. Dititar dengan larutan Karl Fischer sampat tercapai titik akhir (kuning
menjadi merah jingga).
5. Perhitungan
%Kadar Air
Vc x F
x100%
bobot sampel (mg)
Vc
15
2. Reaksi
hv
H
H
MX larutan MX aeroso
MX m olekul M.X 2 M
M *
Pereaksi:
a. Neraca Analitik
a. Air Suling
b. Pipet Volume 10 mL
b. HNO3 Pekat
c. Piala Gelas
c. HClO4 Pekat
d. Hot Plate
4. Prosedur Kerja
a. Sampel yang sudah dihaluskan ditimbang dengan telitit 1 gram ke
dalam piala gelas;
b. Ditambahkan 20 30 mL HNO3;
c. Dididihkan perlahan selama 30 45 menit, didinginkan;
d. Ditambahkan 10 20 mL HClO4;
e. Dididihkan kembali sampai larutan tidak berwarna, didinginkan;
f. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditera dengan air
suling;
g. Larutan sampel dan deret standar dibaca dengan SSA pada panjang
gelombang masing-masing.
5. Perhitungan
A intercept
xV
slope
Kadar Cemaran Logam (mg/kg)
bobot sampel (mg)
Intercept
16
Slope
F. Arsen (As)
1. Prinsip
Penetapan kadar Arsen dapat dilakukan dengan mengubahnya
menjadi senyawa volatil hibrida dengan NaBH4 dalam suasana asam.
Senyawa hibrida ini berfase uap dan dibawa oleh gas inert menuju tabung
Quartz dan diubah menjadi atom bebas lalu dibaca pada panjang
gelombang 193.7 nm.
2. Reaksi
BH 4 3H2O H H3BO 3 8H
2As 3 12H 2AsH3 (g) 6H
2AsH3 (g) 2As (g) 3H2 (g)
3. Bahan dan Pereaksi
Alat:
Pereaksi:
a. Neraca Analitik
a. HNO3 Pekat
b. Pipet Volume 10 mL
b. HClO4 Pekat
c. Piala Gelas
d. Hot Plate
d. Larutan Standar As
e. Air Suling
e. Gelas Ukur 50 mL
f. SSA-VGA (Vapour Generator
Accesories) dengan lampu katoda As
4. Prosedur Kerja
a. Sampel yang sudah dihaluskan ditimbang dengan telitit 1 gram ke
dalam piala gelas;
b. Ditambahkan 20 30 mL HNO3;
c. Dididihkan perlahan selama 30 45 menit, didinginkan;
d. Ditambahkan 10 20 mL HClO4;
17
5. Perhitungan
A intercept
xV
slope
Kadar As (mg/kg)
bobot sampel (mg)
Intercept
Slope
18
BAB IV
KESIMPULAN
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau
lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Secara garis
besar, pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Pupuk NPK
(Nitrogen, Pospor, Kalium) adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung
lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah.
Produk pupuk majemuk NPK variasinya sangat banyak, karena dapat
dibuat sesuai dengan permintaan mengikuti jenis dan kebutuhan tanaman. Pupuk
NPK memiliki 3 kandungan utama makro, yaitu Nitrogen, Fosfor dan Kalium.
Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan. Tanah yang kekurangan nitrogen menyebabkan
tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat. Unsur fosfor bagi tanaman
berguna untuk merangsang pertumbuhan akar. Tanah yang kekurangan fosfor
akan jelek akibatnya bagi tanaman. Gejala yang tampak adalah warna daun
seluruhnya berubah terlalu tua dan sering tampak mengilap kemerahan. Kalium
berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bungan dan buah tidak
mudah gugur. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium
akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting, terutama
pada daun tua. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah cokelat.
Syarat Mutu Pupuk NPK diatur dalam SNI 2803:2010. Metode analisis
kadar nitrogen total menggunakan metode Kjeldahl, kadar fosfor total dengan
metode molibdovanadat spektrofotometri, kadar kalium dengan metode
Spektrofotometer Serapan Atom, kadar air dengan metode Karl Fischer, cemaran
logam (Hg, Cd, Pb) dengan Spektrofotometer Serapan Atom dan arsen (As)
dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom Hibrida.
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2009 SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat.
Chandra, Oska Ade. 2011. Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap
Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Lingga, Pinus dan Marsono. 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk Edisi XXVIII.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Paryanto. 2011. Cara Membuat Pupuk NPK. Bogor: http://www.gerbang
pertanian.com/2011/08/cara-membuat-pupuk-npk-sendiri.html.
Diakses
20