Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelelahan Kerja
2.1.1. Definisi Kelelahan Kerja
Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi.9 Istilah kelelahan
mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini
bukan satu-satunya gejala.15
Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan
adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau
kebosanan (McFarland, 1972).16
Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks tidak hanya menyangkut
kelelahan yang bersifat fisik dan psikis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan
performans fisik, adanya perasaan kelelahan, penurunan motivasi dan penurunan
produktivitas kerja (Cameron, 1973).16
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan sebelum stres yang
memperlemah fungsi dan performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya
menggangu fungsi kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja
dan meningkatnya sensasi ketegangan (Dwivedi, 1981).17
Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya penurunan kinerja otot,
perasaan lelah dan penurunan kesiagaan ( Grandjean, 1985 ). 17
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya
bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.18
Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-percobaan yang luas
terhadap manusia dan hewan, menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah
reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua
sistem antagonistik, yaitu sistim penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi).19
Banyak defenisi tentang kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat dikatakan
bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum
terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.20
2.1.2. Jenis kelelahan kerja
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses,
waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
2.1.2.1. Berdasarkan proses, meliputi:
1. Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti
ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala
yang tampak dari luar (external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor katak,
apabila sebagian otot katak tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi kontraksi dan
berkurangnya kemampuan kerja otot dalam hal melakukan aktivitas pembebanan.15
Dalam beberapa detik kemudian akan terlihat beberapa hal sebagai berikut :
1. Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat
2. Merendahnya kontraksi dan relaksasi
3. Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama
Pada dasarnya, hasil yang sama dapat ditemukan pada percobaan yang dilakukan
pada otot mamalia. Kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga
stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukka reaksi yang
sama dengan proses yang terjadi pada hewan percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan
terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus-menerus.15
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk
suatu waktu tertentu disebut Kelelahan Otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan
tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan.
Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang
menguntungkan seperti : melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat
fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.15
2. Kelelahan Umum
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh karena motoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan
lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean 1993).
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang
sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila
beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik.
18
perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan
terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja
baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.15
Dari sekian banyak jenis kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka
timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai
faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia.22
Skema di bawah ini akan memberikan analogi tentang faktor-faktor penyebab kelelahan
dan proses pemulihannya.
lain-lain
monotoni
mental
perasaan lelah
pemulihan/ istirahat
Skema
Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor penyebabnya
Istirahat yang diperlihatkan pada skema sebagai jalan satu-satunya pengosongan
dari sebuah tabung. Fenomena dari pengambilan waktu istirahat secara normal jika
organismenya tidak terganggu atau jika minimal salah satu dari bagian yang penting dalam
tubuh tidak merasa stress. Ini menjelaskan bagian penentu berperan pada saat bekerja
sehari-hari adalah seluruh waktu istirahat kerja, mulai dari saat istirahat singkat pada saat
bekerja sampai tidur pada malam hari. Analogi dari tabung menggambarkan betapa
dibutuhkannya waktu istiarahat untuk kehidupan yang normal dalam mencapai
keseimbangan antara total beban kerja yang dipikul oleh individu dan jumlah waktu
istirahat yang memungkinkan.23
Menurut Wicken, et al (2004), kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun
tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang
antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian
rhythms akibat jet lag atau shift kerja.24
Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Sumamur (1994), Payne
(1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu : faktor internal dan faktor
eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu :
1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin,
usia.
2. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu :
1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan.
2. Faktor kimia, seperti : zat beracun
3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur
4. Faktor ergonomi
5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin
perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja.25
Faktor individu yang mempengaruhi tingkat kelelahan, yaitu :
1. Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Semakin tua umur seseorang semakin
besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia
mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.21
Menurut Setyawati (1994) menyatakan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap
perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur tua seorang tenaga kerja mempunyai stabilitas
emosional lebih baik daripada usia muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan
pekerjaannya.17
2. Masa Kerja
Lince (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa semakin lama masa kerja
berpengaruh kepada tingkat kelelahan diakibatkan tingkat monotoni kerja yang telah
terakumulasi selama bertahun-tahun.13
3. Tingkat Pendidikan
Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa pendidikan memberikan pengetahuan bukan
saja langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk mengembangkan
diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan
tugas. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek
kepribadian atau kehidupan individu.17
4. Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan.
Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah.
Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik. Konflik ini bisa timbul
akibat kejadian di lingkungan rumah tangganya.19
Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana dan
lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya
produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja.
Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan,
antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja
yang menggairahkan.15
Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh jam kerja, periode
istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental
output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan dan getaran.10
2.1.4. Gejala-gejala Kelelahan Kerja
Berikut ini diberikan suatu daftar yang bisa digunakan sebagai patokan untuk
mengetahui telah datangnya gejala-gejala atau perasaan-perasaan dari kelelahan :
1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap,
pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam
gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.
2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap,
dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa
tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada
anggota badan, dan merasa kurang sehat badan.
Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1, menunjukkan pelemahan kegiatan,
kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan
fisik akibat psikologis.20
2.1.5. Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan
peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan
aktivitas otot. Atau, mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi
serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat
bekerja jika sudah lelah.20
Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau
metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa. Glukosa terdapat dalam
darah dapat ditimbun dalam sel yang berupa polimer glukosa atau glikogen. Oleh karena itu
dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, sumber energi tubuh dapat
diperoleh dari tiga sumber, yakni dari glukosa dalam darah, timbunan glikogen dalam sel
hati dan otot rangka, dan simpanan triasilgliserol (lemak) di jaringan adiposa. Kontraksi
otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan
supply energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat.
Jika asam laktat yang banyak terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya.
Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan
membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan.20
Menurut Yassierli dan Iftikar Sutalaksana (2000) jika yang terjadi adalah kontraksi
otot statis, maka kontraksi ini akan mengurangi aliran darah secara kontinu selama
kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi dinamis tidak demikian, yang terjadi. Ketika
aliran darah menurun, metabolit akan terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang
secara cepat. Mungkin ini akan berpindah metabolisme menjadi anaerobik dan
meningkatkan asam laktat yang kemudian mempercepat kelelahan.26
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan
teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa
terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa
metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik
pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat
menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia
yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke
otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat
otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf
menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan mejadi lambat. Dengan
demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot
seseorang.18
Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang tujuannya ingin mengetahui
proses terjadinya kelelahan psikologis ini, sehingga ini saat ini ada suatu konsep yang
menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbuk karena adanya reaksi
fungsionil dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh dua system
antagonistic, yaitu sistem penghambat (inhibisi). Sistem penghambat ini terdapat dalam
thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem
penggerak terdapat dalam formation retikolaris, yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat
vegetativ untuk konservasi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh kearah bereaksi.
Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja
kedua sistem antagonis ini. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat,
maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan maka orang tersebut akan mengalami
kelelahan. Itulah sebabnya, apabila seseorang yang sedang lelah, dapat melakukan aktivitas
secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga atau terjadi
ketegangan emosi. Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan
walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa, hal ini disebabkan karena sistem
penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak.18
2.1.6. Langkah-Langkah Mengatasi Kelelahan Kerja
Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan
yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah didapat dengan
memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan
dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar samapi tidur malam hari.20
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya :
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh
2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan
memakai prinsip ekonomi gerakan
3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi
pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan
terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari
rekreasi, dan lain-lain
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau/ wangi-wangian dan lain-lain.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja,
misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan
musik, menyediakan waktu-waktu olahraga dan lain-lain.20
Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan
perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa
keadaan fisik dan psikis seseorang menurun.15
Berikut ini akan diuraikan secara skematis antara faktor penyebab terjadinya kelelahan,
penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah
seperti pada skema di bawah ini. 18
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
PENYEBAB KELELAHAN
Aktivitas kerja fisik
Aktivitas kerja mental
Stasiun kerja tidak ergonomis
Sikap paksa
Kerja statis
Kerja bersifat monotoni
Lingkungan kerja ekstrim
Psikologis
Kebutuhan kalori kurang
Waktu kerja-istirahat tidak tepat
dan lain-lain
RESIKO
Motivasi kerja turun
Performansi rendah
Kualitas kerja rendah
Banyak terjadi kesalahan
Stress akibat kerja
Penyakit akibat kerja
Cedera
Terjadi kecelakaan akibat
kerja
9. dan lain-lain.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CARA MENGATASI
Sesuai kapasitas kerja fisik
Sesuai kapasitas kerja mental
Redesain stasiun kerja ergonomi
Sikap kerja alamiah
Kerja lebih dinamis
Kerja lebih bervariasi
Redesain lingkungan kerja
Reorganisasi kerja
Kebutuhan kalori seimbang
Istirahat setiap 2 jam kerja dengan
sedikit kudapan
11.
dan lain-lain.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
MANAJEMEN
PENGENDALIAN
Tindakan preventif melalui
pendekatan inovatif dan
partisipatoris
Tindakan kuratif
Tindakan rehabilitatif
Jaminan masa tua
anatra dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk mengukur kelelahan juga
menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
4. Perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)
Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapt untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :
a) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah
seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban
pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring.
b) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berpikir, lelah untuk
berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah
lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam
pekerjaan.
c) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di
bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening,
spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.
Sinclair (1992) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain; ranking methods, rating methods,
questionnaire methods, interviews dan checklist.18
Secara subjektif , perasaan lelah juga dapat di ukur dengan menggunakan Kuesioner
Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleh setyawati (1994) yang
terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja,
antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah
Proses usaha tailor bahan baku (kain) dan model busana ditentukan oleh pemesan.
Busana tersebut dibuat sesuai dengan tujuan pemesan. Oleh karena itu bahan harus dapat
diatur/diolah sehingga dapat dibuat busana sesuai pesanan. Agar pelaksanaan produksi
dapat berjalan lancar perlu adanya langkahlangkah kerja produksi pada usaha tailor :
(a) Menggambar model busana yang dipesan
Model busana biasanya sudah dibawa dari pemesan atau langsung memilih model
pada buku/majalah yang sudah disediakan. Dalam hal ini penjahit harus memahami model
busana dengan jelas, jika tidak jelas maka perlu menanyakan kepada pemesan agar pola
yang dibuat tidak keliru dan pakaian yang dihasilkan sesuai keinginan pemesan.
(b) Mengambil ukuran badan
Pola yang digunakan pada usaha tailor adalah pola konstruksi yaitu pola yang
dibuat berdasarkan ukuran pemesan. Untuk itu perlu diambil ukuran badan pemesan.
Pengambilan ukuran dengan tepat dan teliti agar menghasilkan pakaian yang pas jika
dipakai. Langkah pengambilan ukuran yaitu melepas ikat pinggang dan mengeluarkan blus,
kemudian baru mengambil ukuran yang dikehendaki. Dalam tailor ukuran yang diambil
adalah ukuran yang pokok seperti lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, lebar
muka dan punggung, panjang muka dan punggung serta panjang blus dan celana.
(c) Membuat pola
Langkah awal dalam pembuatan pola setelah pengukuran adalah memahami model
dengan baik, agar hasilnya sama dengan model yang dimaksud. Membuat pola dilakukan
pada kertas agar kesalahan mudah diperbaiki dan tidak mengotori kain. Adapula penjahit
yang membuat pola langsung diatas kain, hal ini dilakukan pada penjahit yang sudah mahir
membuat pola.
Penjahit
1. Umur
2. Masa Kerja
3. Tingkat Pendidikan
4. Status Perkawinan
5. Jumlah Tanggungan
6. Lokasi Kerja
Kelelahan Kerja :
1. Kurang Lelah
2. Lelah
3. Sangat Lelah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, penelitian diarahkan untuk
menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan
Baru Kota Medan Tahun 2010.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan
alasan :
1. Ditemukan keluhan-keluhan kesehatan sebagai gejala timbulnya kelelahan kerja pada
penjahit.
2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di tempat tersebut.
3. Adanya izin dari pihak Direksi PD Pasar Kota Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada Desember 2009 Maret 2010
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penjahit yang bekerja di pasar Petisah
Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yaitu sebagai berikut :
1. Pasar Petisah Tahap 1 : 61 orang
2. Pasar Petisah Tahap 2 : 34 orang
N
1+N(d)2
n = 102
1+102 (0,05)2
n=
102
1,255
n = 81,3 = 81
Keterangan : N = Besar populasi
n = Jumlah Sampel
d = Galat Pendugaan (0,05)
31
, yaitu
3) Masa Kerja adalah Masa kerja adalah rentang waktu sejak responden menjadi
penjahit sampai saat penelitian ini dilakukan.
4) Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah
diselesaikan oleh responden.
5) Status perkawinan adalah status responden yang terdiri dari kawin dan tidak
kawin
6) Tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang kebutuhannya ditanggung
oleh responden
7) Lokasi Kerja adalah tempat penjahit bekerja di pasar petisah yang berada pada
pasar petisah tahap I, tahap II dan pasar pagi 3.
8) Kelelahan kerja adalah suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya
penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau
kebosanan.
Berdasarkan jumlah skor dari kuesioner menggunakan skala interval dengan tiga skala
pengukuran Pratomo (1986) tingkat perasaan kelelahan kerja dikategorikan sebagai berikut
:
1. Kurang lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar < 20 ( 40 % dari total skor)
2. Lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar antara 20 - 35 (40%-75% dari total skor)
3. Sangat lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar antara > 35 (75% dari total skor)