Anda di halaman 1dari 26

JR MODUL 5 BEDAH MINOR

Perbedaan Penyembuhan Jaringan Lunak


Setelah Penggunaan Beberapa Desain Flap
Dalam Bedah Periapikal

Venty Natalia Tamzik


041.213.184
Pembimbing :
drg. Wintono Komarjadi, SpBM

Abstrak
Penyembuhan

jaringan

lunak

setelah

dilakukan

bedah

apikal

tergantung pada luasnya desain flap pada jaringan lunak. Bermacammacam desain flap dianjurkan dan telah digunakan, tergantung dari lokasi
dan ukuran lesi peri-radikular. Suatu desain flap yang baru, dimana
digunakan insisi lurus sub-marginal telah dibandingkan dengan desain
flap

intra-sulkukar

submarginal.

rektangular/triangular

Penyembuhan

paska

dan

operasi

scalloped,

dan

flap

dibandingkan

dari

segi

pembengkakan, perubahan warna, resesi margin gingiva dan luasnya


jaringan parut.
Telah ditemukan bahwa insisi horizontal sub marginal yang lurus
menghasilkan penyembuhan yang lebih baik dengan hasil jaringan parut
yang lebih sedikit. Dapat disimpulkan bahwa desain flap yang baru dapat
menjadi suatu alternatif.
Kata kunci : Penyembuhan jaringan lunak, bedah periapikal, desain flap,
flap mukogingiva

Pendahuluan
Bedah Periapikal

Bagian yang penting dalam perawatan gigi


dan mulut.
Menghilangkan
periradikular

agen
dan

patologi

di

merestorasi

daerah
jaringan

periodonsium agar menjadi sehat; baik secara


fungsional dan biologis.

Desain bedah flap yang baik dapat mempengaruhi


proses penyembuhan jaringan lunak.

Jenis Flap Bedah Insisi


Horizontal :

Flap Ketebalan Penuh/ Full Thickness Flap/ Flap


Mukoperiosteal

Triangular (Insisi dengan 1 garis


vertikal).
Rectangular (Insisi dengan 2 garis
vertikal).
Trapezoid (Rectangular dengan dasar
yang luas).
Horizontal (Insisi tanpa garis
vertikal).
Flap Ketebalan Sebagianlap/ Partial Thickness Flap/
Flap Mukosa
Kurva
Submarginal
(semilunar).
Submarginal-Scalloped (OchsenbeinLuebke).

DOKTER GIGI

Menentukan Desain Flap

Jumlah gigi yang terlibat


Luasnya lesi
Dalamnya sulkus
Lokasi dan ukuran perlekatan frenulum
dan otot
Perkiraan struktur anatomi
Lebar attached gingiva

Prinsip Insisi dan


Refleksi Gingiva :
Insisi harus dibuat dengan garis yang tegas
dan kontinu.
Insisi tidak boleh melintasi dasar defek tulang yang
akan dibedah.
Insisi vertikal dibuat dalam cekungan antara kedua bagian
tulang yang paling menonjol.
Akhiran dari insisi vertial pada krest gingiva harus pada
line-angle gigi.
Dasar dari flap harus dibuat sama luasnya dengan bagian
yang bebas (pembuluh darah supraperiosteal).
Periosteum harus
penting dari flap.

direfleksi

sebagai

bagian

Flap Rektangular

+
-

Insisi diberikan pada area intrasulkular.


Akses dan dan visibilitas Baik.
Lebih susah dilakukan insisi dan refleksi.

Adanya kemungkinan terjadinya resesi gingiva.


Pengembalian flap, penutupan luka,
stabilisasi paska bedah sulit dilakukan.

jahitan

dan

Bagian flap yang dibuka dengan kasar dapat merusak


jaringan lunak dan suplai darahnya.

Flap Submarginal Scallop


Insisi horizontal scallop pada gingiva cekat dengan
insisi vertikal.
Insisi dibuat sesuai dengan kontur marginal
gingiva.
Harus ada bagian gingiva cekat yang
adekuat (3-5mm).

menguntungkan
Tidak
melibatkan
marginal atau
interdental
gingiva

Tidak
mengeksp
os tulang
krest

Meminimalka
n terjadinya
resesi gingiva

Flap Submarginal Scallop


kelemahan (-) :

Tidak dapat memperpanjang flap, jika


diperlukan.
Gangguan suplai darah ke jaringan margin gingiva, harus bergantung
pada sirkulasi kolateral.
Penyembuhan dapat terhambat, jaringan parut dan penyusutan
flap dapat terlihat.
Sulit untuk memvisualisasikan dan mengobati cacat periodontal
cacat dan fraktur akar.

Tujuan Penelitian
Mengevaluasi gambaran klinis
penyembuhan dua flap bedah
konvensional yaitu 1)Triangular
atau Rektangular dengan insisi
2)
intrasulcular
dan
Flap
submarginal
scallop
bila
dibandingkan dengan desain 3)Flap
eksperimental yang baru.

Flap Experimental
Diperkirakan akan lebih menguntungkan dari segi
penyembuhan.
Flap mukogingival, namun insisi horisontal nya lurus, tidak
seperti scallop pada flap Ochsenbein-Luebke.
Insisi tunggal dan baik.

Flap menyediakan akses yang memadai dan visibilitas ke


jaringan pathosis.
Trauma jaringan lunak sedikit.
Pengembalian flap mudah dengan proses penyembuhan
yang lebih baik.
Tegangan jahitan minimal.

Penyembuhan tanpa adanya resesi.

Material dan Metode


Subjek Penelitian

15 pasien

Departemen Endodontik

Keadaan pathosis periradikuler


ACAK

3 kelompok

Kelompok I Triangular / Rectangular


(intrasulcular).
Kelompok II Submarginal scalloped.
Kelompok Flap experimental.

Informed consent.

Anestesi yang memadai pada daerah yang akan


dioperasikan.
Untuk insisi, digunakan blade tajam no.15C

Semua pasien yang termasuk dalam penelitian ini bebas dari penyakit
sistemik sehingga tidak ada variabel dalam pola penyembuhan dengan
penyakit sistemik yang berbeda.

Kel. I
Insisi horizontal intrasulcular dengan dua
insisi vertikal.
Sayatan horisontal dimulai pada sulkus gingiva dan dan
diperpanjang melalui otot perlekatan gingiva pada tulang krestal.
Perawatan dilakukan untuk memastikan bahwa interdental
papilla telah diinsisi melalui area pertengahan, insisi dilakukan
pada perlekatan epitel pada tulang krestal.
Insisi vertikal ditempatkan pada line angle gigi yang berdekatan
dengan gigi tersebut, menekan cukup kuat untuk memastikan
bahwa pisau bedah memotong ke korteks tulang.
Kemudian elevator periosteal digunakan dengan lembut untuk
mengangkat periosteum dan yang dangkal jaringan dari lempeng
kortikal (Gbr. 1a)

Kel. II
Insisi scallop dilakukan pada attached gingival mengikuti kontur
marginal gingival, diatas free gingival groove.
Insisi dilakukan pada gingival dan periosteum sampai ke tulang
kortikal digunakan tekanan kuat dan stroke tunggal yang halus.
Insisi vertikal diletakkan masing-masing pada akhiran insisi
horizontal. Lalu, flap direfleksi secara hati-hati. (Fig 1b).

Kel. IIII
Kasus yang dipilih Gigi yang membutuhkan restorasi baik di
bagian servikal atau mahkota.
Insisi kontinu yang lurus dan kuat pada attached gingiva, apikal dan
free gingival groove.
Insisi relaxing vertical diberikan pada akhiran insisi
horizontal.
Periosteal elevator digunakan untuk mengangkat flap dengan
lembut. (Fig 1c).

selama prosedur .
Irigasi konstan dengan larutan saline dilakukan untuk mencegah
dehidrasi flap.
Kuretase apikal /apicectomy dilakukan.
Sebelum pengembalian flap, wet gauge ditempatkan selama
beberapa menit untuk meminimalisir hematoma dan untuk
meningkatkan perletakan flap terhadap tulang dibawahnya.
Penjahitan flap dilakukan dengan menggunakan silk 4.
Jahitan interrupted dan interdental diberikan untuk insisi
horizontal dari full thickness flap dan jahitan interrupted tunggal
dilakukan pada insisi vertical dan insisi horizontal dari flap
submarginal. Jahitan dilepas setelah 5 hari.

Hasil dan Diskusi


Proses
Penyembuhan

KLINIS

Setelah 5 dan 10 hari paska operas

Kriteria
Penyembuhan
: Ada atau tidaknya pembengkakan,
Perubahan warna,
Resesi marginal gingiva.
Luasnya jaringan parut.

Kel. I
Perubahan peradangan , yaitu daerah yang kemerahan dan bengkak
terjadi lebih parah pada awal penyembuhan luka dengan insisi
intrasulkular.
Resesi marginal gingival diobservasi dalam 2 kasus insisi
intrasulkular.
Kembalinya menjadi normal lebih lambat jika dibandingkan dengan
luka insisi submarginal.
Namun jika ada jaringan parut yang terlihat jelas pada insisi ini
terlihat sangat sedikit. (Fig. 2a)

Kel. II
Inflamasi ringan dan pembengkakan terlihat
selama 5 hari.
Tidak ada resesi yang terlihat dengan insisi submarginal baik
selama 5 atau 15 hari.
Jaringan parut dan penyusutan jaringan terlihat pada masing
masing kasus pada kelompok II selama 5 hari.
Pada interval 15 hari, meskipun terlihat kembali ke keadaan
normal, terlihat adanya sisa jaringan parut. (Fig 2b).

Kel. IIII
Tidak ada resesi yang terlihat pada kasus dari grup ini baik selama
5 atau 15 hari.
Beberapa jaringan parut terlihat pada 5 hari. Namun ketika insisi
submarginal dibandingkan, lebih ditemukan pada insisi scallop
dibandingkan dengan desain flap experimental.
Selama 15 hari, jaringan parut sangat sedikit.
Penyembuhan yang lebih baik dengan penyusutan jaringan yang
sedikit terlihat pada desain flap experimental yang baru.
Restorasi yang dilakukan pada abrasi di bagian servikal tidak
berpengaruh pada proses penyembuhan (fig. 2c).

Pada insisi intrasulkular terlihat lebih banyak inflamasi, pembengkakan


dan resesi margin gingival, dimana stabilisasi paska bedah lebih
susah, ditumakan bahwa jaringan ditahan dalam posisi semula mula
semata-mata hanya oleh jahitan.
Daerah yang kemerahan diobservasi disebabkan oleh peningkatkan
suplai darah dalam usaha untuk memperbaiki.
Terlihat sangat sedikit inflamasi dan tidak ada resesi marginal yang
ditemukan.
Formasi jaringan parut pembuluh darah dan serat kolagen parah di
bagian vertikal parah, menghasilkan perdarahan yang berlebih dan
berpotensi besar untuk terjadinya penyusutan flap.

Insisi yang dilakukan pada kelompok 3 sembuh lebih cepat, mungkin


karena insisi bersih dan tunggal dengan trauma jaringan lunak yang
lebih rendah.
Meskipun jaringan parut terlihat selama 5 hari, namun berkurang
secara signifikan pada hari ke 15.
Pengamatan jaringan parut mungkin tidak dilihat berdasarkan faktor
estetik karena tidak mudah terlihat..
Flap ini memiliki keuntungan tambahan dibandingkan flap lain di
mana keberadaan abrasi servikal dalam desain ini, flap tidak
tercermin di daerah intrasulcular, sehingga melakukan restorasi di
daerah servikal tidak menghambat penyembuhan, sedangkan dalam
desain flap konvensional lainnya, resesi marginal gingiva terjadi
paska-operasi.

Kesimpulan
Penyembuhan tanpa adanya resesi dan kembalinya keadaan
gingiva seperti semula terjadi dalam lebih cepat pada kelompok III
dibandingkan dengan kelompok yang lainnnya.
Dari

bukti-bukti

yang

disajikan,

dapat

dikatakan

bahwa

flap

eksperimental dapat menjadi pilihan dalam bedah periapikal jika tidak


ada kontraindikasi dari lokasi anatomi dari lesi atau attached gingiva
yang tidak adekuat.

TH

AN

TH
AN
KS

KS

Anda mungkin juga menyukai