Anda di halaman 1dari 15

Klasifikasi dan Tata Nama

A. Tujuan
1. Dapat memahami sistem klasifikasi beserta masalah masalahnya.
2. Dapat memahami sistem tata nama dalam tumbuhan.
B. Dasar Teori
Klasifikasi adalah proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat tingkat
kesatuan kelasnya yang sesuai secara ideal. Menurut rideng (1989) klasifikasi
adalah pembentukan takson takson dengan tujuan mencari keseragaman dalam
keanekaragaman.dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah penempatan organisme
secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang didasarkan oleh persamaan
dan perbedaan. Sedangkan (Tjitrosoepomo, 1993) mengatakan bahwa dasar dalam
mengadakan klasifikasi adalah keseragaman. Kesamaan kesamaan itulah yang
dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi.
Mengingat banyaknya macam atau cara klasifikasi antara satu orang ahli
dengan ahli lain yang mempunyai pendapat yang berbeda beda menyebabkan
permasalahan dalam klasifikasi tumbuhan. Adapun yang menyebabkan sistem
klasifikasi berbeda beda adalah sebagai berikut :
1. Keanekaragaman klasifikasi ini disebabkan karena tumbuhan yang
diklasifikasikan begitu banyak sehingga akan menghasilkan klasifikasi yang
berbeda beda.
2. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain dalam membuat klasifikasi
menggunakan dasar dan tujuan yang berbeda,
3. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai kemampuan
atau pengetahuan yang berbeda dalam hal membuat klasifikasi.
4. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai interes dalam
mengambil keputusan, pertimbangan terhadap pemilihan sifat dan cirri yang
dipakai dalam klasifikasi.
5. Adanya revisi atau perubahan peraturan tatanama menyebabkan hasil
klasifikasi berbeda.
6. Bahan dan data antara ahli botani satu dengan ahli botani yang lain berbeda
beda, ada yang lengkap dan ada yang kurang.
7. Adanya perbedaan disiplin ilmu yang digunakan oleh seorang ahli botani satu
dengan ahli botani lainnya.

Pebedaan dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan


memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda sehingga dari masa ke masa
melahirkan sistem klasifikasi yang berlainan juga. Sistem Klasifikasi dalam
Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Periode sistem Habitus
Dalam periode ini sistem klasifikasinya didasarkan pada habitus, yaitu kesan
keseluruhan yang nampak dari suatu tumbuhan. Berlangsung dari 300 SM hingga
pertengahan abad ke-18, dengan pelopornya adalah Theophrastus (370-385 SM).
Menurut sistem ini tumbuhan digolongkan menjadi pohon, perdu, semak, dan
herba. Para ahli filsafat dan penggemar alam pada periode ini adalah Albertus
Magnus (1193-1280), Otto Brunfels (1464-1534), Jerome Bock (1489-1554),
Andrea Caesalpinus (1519-1602), Jean Bauhin (1541-1631), Josseph Pitton De
Turnefort (1656-1708), John Ray (1628-1705), dan lain-lainnya mengajukan
gagasan-gagasan baru tentang dasar-dasar klasifikasi tumbuhan. Taksonomi
tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru di anggap pada abad ke-4 sebelum
Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastus ( 370-285
SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah
murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan
bangsa Yunani dengan Theophrastus sebagai pelopornya juga diikuti oleh kaum
herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih 10
abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus)
yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak,
tumbuhan memanjat, dan terna. Sistem klasifikasi ini bersifat dominan dari kirakira abad ke-4 sebelum masehi sampai melewati abad pertengahan, dan selama
periode-periode ini ahli-ahli botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sistemsistem klasifikasi yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering
dinyatakan telah mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan
yang terbentuk.
2. Periode sistem Numerik
Sistem klasifikasinya didasarkan pada jumlah-jumlah dan susunan alat
kelamin tumbuhan. Disebut juga sistem seksual, penciptannya adalah Carolus
Linnaeus (1707-1778). Linnaeus membagi tumbuhan menjadi 24 kelas antara lain

monoandria (golongan tumbuhan dengan satu benang sari), diandria (golongan


tumbuhan dengan dua benang sari), dan seterusnya. Tokoh-tokoh lain yang
dikenal dalam periode ini adalah Peter Kalm (1716-1779), Fredrick Hasselquist
(1723-1752), dan Peter Thunderg (1743-1828). Periode ini terjadi pada permulaan
abad ke 18, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja
dibuat sebagai sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak
menggunakan

bentuk

dan

tekstur

tumbuhan

sebagai

dasar

utama

pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara


tumbuhan. Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne
(Carolus Linneaus).
3. Sistem Klasifikasi Alam
Klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunnjukkan
oleh banyaknya persamaan bentuk yang terlihat sehingga dapat disusun taksontakson yang bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap
mencerminkan keadaan sebenarnya seperti terdapat di alam. Kesadaran mengenai
adanya hubungan kekerabatan disebabkan oleh bertambahnya ilmu pengetahuan
tentang fungsi dan morfologi dari organ tumbuhan serta kemajuan ilmu
pengetahuan optik, sehingga pengamatannya lebih seksama dibandingkan periode
sebelumnya. Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain adalah Lamarck
(1744-1829), Michel Adenson (1727-1826), dan Antonie Laurent de Jussieu
(1748-1836) yang membagi tumbuhan menjadi Acotyledonae, monocotyledonae,
dan dicotyledonae. Sistem de Jussie ini kemudian disempurnakan oleh tokohtokoh lain seperti Augustine Pyrame de Candole (1778-1884), Sir Joseph Dalton
Hooker (1817-19) dan George Bentham (1800-1884).
4. Sistem Klasifikasi Filogenetik
Klasifikasi yang didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara
takson satu dengan takson lainnya. Sistem klasifikasinya didasarkan pada filogeni
takson-takson dengan mengikutsertakan teori evolusi. Takson-takson yang
dibentuk ditempatkan dengan urutan-urutan , yang diberi segi filogeni
mempunyai tingkatan yang lebih rendah (primitif) sampai ke tingkatan yang
tinggi (maju). Periode ini bertahan dari pertengahan abad 9 hingga sekarang,
merupakan salah satu akibat logis timbulnya teori evolusi yang dipelopori oleh
Jean Baptise Lamarck (1744-1824), disusul oleh Charles Darwin dengan

karyanya On the Origin Of Species by Means of Natural Selection (1859). Tokohtokoh yang terkemuka pada periode ini antara lain August Wilhem Eichler (18391887), ia membagi tumbuhan menjadi Cyptogameae (thalophyta, bryophyta,
pteridophyta) dan Phanerogamae (spermatophyta). Masing-masing golongan
masih dibagi lagi menjadi takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini kemudian
disempurnakan lagi oleh tokoh-tokoh lain seperti Adolph Engler (1844-1930),
Richard von Wettstein (1862-1931), Charles E. Bessey (1845-1915), dan Hans
Hallier (1868-1932).
5. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Klasifikasi yang didasarkan pada pengkuatitatifan data penelitian taksonomi
dan penerapan matematika dalam pengolahan datanya. Sistem ini lahir akibat
kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dalam abad ke-20. Komputer telah
digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi
tumbuhan yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yaitu
taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri. Taksometri numerik
didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau
kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu
melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas
dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti
fenetik, artinya atas kemiripan yang diperlihatkan objek studi yang diamati dan
dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan
filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empirik
operasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalui
observasi dan eksperimen.
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah
pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. Cara
penamaan yang lebih sistematik dalam tata nama tumbuhan, pertama kali
diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam buku yang ditulisnya, yaitu Systema
Naturae ("Sistematika Alamiah"). Dalam taksonomi tumbuhan kita akan mengenal
tujuh tingkatan takson, yang agak sedikit berbeda dengan klasifikasi hewan.
Ketujuh tingkatan takson tumbuhan tersebut antara lain :
1. REGNUM / KINGDOM (Kerajaan)

2.
3.
4.
5.
6.
7.

DIVISIO
CLASS
ORDO
FAMILY
GENUS
SPECIES
Nama ilmiah dari suatu makhluk hidup termasuk tumbuhan selalu

menggunakan bahasa latin, karena bahasa latin dianggap tidak bisa berkembang
lagi karena dianggap bahasa yang telah mati. Disamping itu penggunaan bahasa
latin dianggap mewakili banyak bahasa yang ada di dunia, sehingga dapat
mempermudah pengenalan makhluk hidup termasuk tumbuhan.
Dalam penulisan nama ilmiah ada beberapa acuan pokok yang wajib untuk
dipenuhi :
1. Menggunakan bahasa latin.
2. Menggunakan penamaan dengan 2 suku kata seperti Psidium guajava
Kata pertama mengacu pada nama genus dari tumbuhan yang
dimaksud, sedangkan
Kata kedua mengacu kepada nama species yang diamati
3. Jika, menggunakan 3 suku kata, kata kedua dipisahkan dengan tanda baca
garis datar -. Seperti Hibiscus rosa-sinensis.
4. Nama harus dicetak miring atau diberikan garis bawah, misalnyaPsidium
guajava atau Psidium guajava.
5. Pada umumnya penemu membubuhkan inisial pada akhir dari nama ilmiah,
seperti Oryza sativa L. L yang dimaksudkan disini adalah Linneaus sebagai
penghormatan kepada beliau.
6. Huruf pertama dari nama, atau huruf pertama dari genus adalah huruf besar
sedangkan yang lainnya adalah huruf kecil. Seperti : Zea mays.
C. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Contoh beberapa klasifikasi
D. Cara Kerja

Menganilisis berbagai contoh klasifikasi dan


tatanama dari beberapa ahli botani

Mencari permasalahan yang ada di dalamnya

E. Tabulasi Data
No

Tokoh

Dasar/ Tujuan

Bahan

W. Eichler

Klasifikasi Alam

Thallophyta, Bryophyta,
Pterydophyta

St. L. Endlicher

Klasifikasi Alam

Augustin Pyramus De
Candolle

Sifat-Sifat Anatomi

Thallophyta,
Cormophyta
Dicotyledonae,
Monocotyledonae,
Acotyledonae

Theophrastus

Perawakan / Habitus

Pohon, Perdu, Semak,

Jean Baptiste De
Lamarck

Persamaan Dan
Perbedaan Morfologi

Bentuk Luar Tubuh


Tumbuhan

Carles Darwin

Fenotif

Theophrastus

Umur

Molekul dan Biokimia


Tubuh Tumbuhan
Tumbuhan

Carolus Linneaus

Kesamaan Jumlah AlatAlat Kelamin

Tumbuhan yang terdapat


di Kebun Raya di
Upsala

Benard De Jussie dan


Antoine De Jussie

Tumbuhan Berbiji

10

Robert Brown

Membagi Tumbuhan
Bangsa dalam Tumbuhan
Biji Tunggal
dan Tumbuhan Biji Belah
Bakal Biji Telanjang

11

M. Adanson

Sistem Alam

Tumbuhan di Daerah
Tropika

Gymnospermae dan
Angiospermae

F. Pembahasan
Klasifikasi adalah pembentukan takson takson dengan tujuan mencari
keseragaman dalam keanekaragaman.dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah
penempatan organisme secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang
didasarkan oleh persamaan dan perbedaan. Ada banyak sistem klasifikasi yang
digunakan oleh para ahli dengan dasar atau tujuan pengklasifikasian yang berbedabeda pula. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dari pengamatan dan analisis
sistem klasifikasi yang dilakukan oleh beberapa ahli botani.

W. Eichler seorang ahli tumbuhan yang sangat termashur karena


publikasinya melalui diagram-diagram bunga, dan editor Flora Braziliensis yang
ditulis oleh Von Martius (1794-1868), yang waktu menjadi guru di Munich pernah
mengambil Eichler sebagai asistennya. Eichler juga pernah menjadi penulis bab
tentang Coniferae dalam edisi pertama buku Die Naturlichen Pllanzen Familien
yang diterbitkan oleh Engler (1844-1930) dan K. Prantl. Klasifikasi alam tumbuhan
menurut Eichler adalah sebagai berikut:
A. Crytogamae
I.
Afdeling Thallophyta
1.
Kelas Algae
2.
Kelas Fungi (sebagai kelompok demikian pula Lichenes)
II. Afdeling Bryophyta
III. Afdeling Pterydophyta
B. Phanerogamae
I.
Afdeling Gymnospermae
II. Afdeling Angiospermae
1.
Kelas Monokotiledoneae
2.
Kelas Dikotiledonea
St. L. Endlicher adalah Guru besar Ilmu tumbuhan, Direktur Kebun Raya
dan Museum Botani di Wina. Dari sekian banyak publikasinya, ia tercatat sebagai
salah seorang pengajar sistem alam yang termuat dalam bukunya Genera Plantarum
yang memuat 8835 marga yang 6235 di antaranya adalah dari tumbuhan berbekas
pengangkut. Sistem klasifikasinya yang termuat dalam General Plantarum itu terbit
kira-kira pada masa yang bersamaan dengan terbitnya sistem bronkniart, dan
dianggap

sebagai

salah

satu

sumbangan

yang

besar

dalam

sejarah

klasifikasi tumbuhan. Endlicher mengklasifikasikan tumbuhan sebagai berikut:


Region I Thallophyta
Sectio 1. Protophyta (Algaedan Lichenes)
Sectio 2. Hysterophita (fungi)
Region II Cormophyta
Sectio 3. Acrobrya
Kohor 1. Acrybrya anophyta (Hepaticae dan Musci ) Kohor 2. Acrybrya
protophyta (calamariae, felices, hidropterides)
Kohor 3. Acrobrya Hysterophyta (Rhizantheae)
Sectio 4. Ampibrya (Monocotiledonae)
Sectio 5. Acramphibrya
Kohor 1. Gymnospermae
Kohor 2. Apetalae
Kohor 3. Gamepetalae
Kohor 4. Dialypetalae
Augustin Pyramus De Candolle yang adalah murid R.L Desfontaines (17521833) yang bertahun-tahun menjabat Guru Besar Ilmu tumbuhan di Paris dan

direktur Kebun Raya di sana, penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi
lainnya. De Candolle sendiri kemudian menjadi Guru Besar di Montpellier
(Perancis) dan akhirnya di Geneva (Swiss). Ia menjadi sangat mashur sebagai
pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang
berjudul Prodromus Sistematis Natural Regni Vegetabilis, previsi edisi ke-III karya
Lamark Flora Francoise, dan pencipta sistem klasifikasi tumbuhan disebut menurut
namanya (System de Candolle), yang banyak hal mirip sistemnya de Jussieu, tetapi
jauh lebih luas. Ia juga berpendapat, bahwa sifat-sifat anatomi dapat dijadikan
dasar klasifikasi yang lebih kuat dari pada sifat-sifat fisiologi. Garis besar sistem
klasifikasi de Candolle adalah sebagai berikut :
I.
Kelas Dicotyledonae (Exogenae)
1.
Anak kelas Thalamiflorae, yang terdiri atas 4 kohor dan 51 marga
2.
Anak kelas Calicyflorae, yang terdiri atas 64 marga
3.
Anak kelas Monochlamydeae dengan 20 bangsa
II.
Kelas Monocotyledonae (Endogenae)
1.
Anak kelas Phanerogamae dengan 21 marga
2.
Anak kelas Cryptogamae dengan 5 bangsa
III.
Kelas Acotyledonae (Cellulares)
1.
Anak kelas Foliaceae, yang mencakup Musci dan Hepaticae
2.
Anak kelas Aphyllae, yang meliputi Lichenes, Hipoxyla, Fungi
dan Algae
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuanh baru di anggap pada abad
ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastus (
370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri
adalah murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang
diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastus sebagai pelopornya juga diikuti oleh
kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih
10 abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus)
yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak,
tumbuhan memanjat, dan terna. Sistem klasifikasi ini bersifat dominan dari kirakira abad ke-4 sebelum masehi sampai melewati abad pertengahan, dan selama
periode-periode ini ahli-ahli botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sistemsistem klasifikasi yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering
dinyatakan telah mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan
yang terbentuk.
Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih
dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Systema Sexsuale untuk sistem yang

diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak
ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat
kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang
diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria
(berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya
sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de
Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson yang
alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah
atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam. Klasifikasi sistem alami
menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara
alami atau wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan
bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-lain.
Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji satu, berkeping
biji dua.
Klasifikasi sistem fiogenik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh
para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Carles Darwin pada tahun 1859.
Menurut Darwin terdapat hubungan antara klasifikasi dan evolusi. Sistem filogenik
disusun berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang satu dengan
yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan perbedaan morfologi anatomi
maupun fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk hidup
semuanya memiliki kesamaan molekul dan biokimia, tetapi berbeda-beda dalam
bentuk susunan dan fungsinya pada setiap makhluk hidup. Jadi pada dasarnya,
klasifikasi sistem filogenik disusun berdasarkan fenotif yang mengacu pada sifatsifat bentuk luar, faal, tingkah laku, yang dapat diamati dan pewarisan keturunan
yang mengacu pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga
cabang-cabang keturunannya.
Theophrastus sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan,
dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkandan
memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Dalam karya ini
sistem klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes telah mencerminkan falsafah
guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato), yaitu suatu suatu sistem klasifikasi
tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur. Selain golongan-golongan pohon, perdu,
semak seperti yang disebut di atas, ia juga mengadakan pengelompokan menurut

umur dan membedakan tumbuhan berumur pendek (annual),tumbuhan berumur 2


tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang (perennial). Theophrastus juga
telah dapat membedakan bunga majemuk yang berbatas (centrifugal) dan yang
tidak berbatas (centripetal), juga telah dapat membedakan bunga dengan daun
mahkota yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan yang berlekatan (gamopetal atau
simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali perbedaan letak bakal daun yang
tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah dilakukan oleh theoprastes
hasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan masih dianggap nyata-nyata
merupakan suatu sistem artifisial.
Benard de Jussie (1699-1776), Joseph de Jussie (1704-1779). Tiga saudara
de jussie yang merupakan putera-puteri seorang apoteker di Lyon, Perancis. Yang
ketiga-tiganya kemudian menjadi ahli taksonomi tumbuhan yang bernama Antoine
dan Benard adalah murid Pierre Magnol (1638-1715) yang menjadi guru besar dan
direktur kebun raya di mompellier. Perancis. Benard menyusun kembali klasifikasi
menurut sistem ciptaannya sendiri,tetapi banyak kemiripannya dengan sistem
linnaeus yang ditetapkan dalam karyanya yang berjudul fragmenta methodi
naturalis dan sistem ray dalam bukunya methodue plantarum benard membagi
tumbuhan bangsa dalam tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji belah, dan
diadakan pembagian lebih lanjut mengenai kedudukan bakal buah, ada atau
tidaknya mahkota bunga,dan ada tidaknya pelekatan daun-daun mahkota bunga.
Robert Brown adalah kolektor tumbuhan dan penulis publikasi yang
penting. Sekalipun ia sendiri tidak menciptakan suatu sistem klasifikasi, tetapi
karya-karyanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap sistem-sistem klasifikasi
yang diciptakankemudian. Ia telah menunjukan bahwa Gymnospermae adalah
golongan tumbuhan yang ditandai dengan adanya bakal biji yang telanjang dan
harus dipisahkan dari angiospermae. Ia juga orang pertana yang menjelaskan
morfologi bunga dan penyerbukan pada asclepiadeaceae dan Polygalaceae. Ia pun
dikenal sebagai penemu suatu fenomenon yang hingga sekarang kita kenal sebagai
gerakan Brown.
M. Adanson yaitu seorang ahli tumbuhan berkebangsaan Perancis dan
seorang anggota akademi ilmu pengetahuan di Universitasa Sorbonne, Paris. Yaitu
ia menolak semua sistem artifisial, menggantikan dengan sistem alam, ia termasuk
orang yang pertama-tama mengadakan eksplorasi tumbuhandidaerah tropika yang
dalam bukunya families des plantes ia telah membedakan dan mendeskripsi unit

unit pada waktu sekarang setar dengan yang kita kenal sebgai bangsa (ordo) dan
suku ( familia).
Mengingat banyaknya macam atau cara klasifikasi antara satu orang ahli
dengan ahli lain yang mempunyai pendapat yang berbeda beda menyebabkan
permasalahan dalam klasifikasi tumbuhan. Adapun yang menyebabkan sistem
klasifikasi berbeda beda adalah sebagai berikut :
1. Keanekaragaman klasifikasi ini disebabkan karena tumbuhan yang
diklasifikasikan begitu banyak sehingga akan menghasilkan klasifikasi yang
berbeda beda.
2. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain dalam membuat klasifikasi
menggunakan dasar dan tujuan yang berbeda,
3. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai kemampuan
atau pengetahuan yang berbeda dalam hal membuat klasifikasi.
4. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai interes dalam
mengambil keputusan, pertimbangan terhadap pemilihan sifat dan cirri yang
dipakai dalam klasifikasi.
5. Adanya revisi atau perubahan peraturan tatanama menyebabkan hasil
klasifikasi berbeda.
6. Bahan dan data antara ahli botani satu dengan ahli botani yang lain berbeda
beda, ada yang lengkap dan ada yang kurang.
7. Adanya perbedaan disiplin ilmu yang digunakan oleh seorang ahli botani satu
dengan ahli botani lainnya.
Teori tersebut di atas sesuai dengan analisis dari berbagai ahli botani yang telah
dilakukan, bahwa dasar, tujuan dan pengetahuan antara ahli botani yang satu
dengan ahli botani yang lain berbeda-beda.
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah
pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. Cara
penamaan yang lebih sistematik dalam tata nama tumbuhan, pertama kali
diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam buku yang ditulisnya, yaitu Systema
Naturae ("Sistematika Alamiah"). Dalam taksonomi tumbuhan kita akan mengenal
tujuh tingkatan takson, yang agak sedikit berbeda dengan klasifikasi hewan.
Ketujuh tingkatan takson tumbuhan tersebut antara lain : Regnum / Kingdom
(Kerajaan), Divisio, Class, Ordo, Family, Genus, Species.
G. Kesimpulan

Prinsip pengklasifikasian adalah menggunakan dasar atau kriteria tertentu,


yaitu persamaan ciri atau sifat morfologi, fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada
makhluk hidup. Dasar pengklasifikasian juga bisa menggunakan prinsip filogenik.
Sistem klasifikasi pada tumbuhan menggunakan sistem filogenetik. Selain itu,
banyak pula ditemukan sistem pengklasifikasian yang dikemukakan oleh beberapa
ahli sehingga menimbulkan presepsi yang berbeda dalam pengklasifikasian.
Nama ilmiah dari suatu makhluk hidup termasuk tumbuhan selalu
menggunakan bahasa latin, karena bahasa latin dianggap tidak bisa berkembang
lagi karena dianggap bahasa yang telah mati. Disamping itu penggunaan bahasa
latin dianggap mewakili banyak bahasa yang ada di dunia, sehingga dapat
mempermudah pengenalan makhluk hidup termasuk tumbuhan. Dan pemberian
nama dengan menggunakan dua kata yang di garis bawah atau dicetak miring.
Adapun kata pertama menunjuk pada genus, dan kata kedua menunjuk pada
spesies.
H. Jawaban Pertanyaan
1) Kladistik merupakan kebalikan dari fenetik, yaitu merupakan studi yang
mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan asal evolusinya. Jadi merupakan
suatu studi hipotesis akan evolusi suatu organisme. Kladogram adalah gambaran
pohon evolusi hasil studi kladistik.
2) Carolus Linnaeus,
Tata nama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan
penamaan baku bagi semuaorganisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua
kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan
nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan
dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya
diterapkan

untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh

penyusunnya

(Carolus

Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang
disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam
seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat
sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam
bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali
memberi pertelaan atau deskripsi (disebutdeskriptor) lalu dilatinkan.

Aturan penulisan
1. Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama
("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies
mengikutinya.
2. Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan
nama spesies selalu diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
3. Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya,
suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada
judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf
kapital semua) kecuali untuk hal berikut :
a) Penulisan nama ilmiah yang dicetak harus ditulis dengan huruf miring
(huruf italik). Contoh: Aspergilus wentii, Rhizopus sp.
b) Penulisan nama ilmiah yang ditulis dengan tangan harus diberi garis
bawah
yang
terpisah
untuk
nama
genus
dan
nama
spesies. Contoh Penicillium notatum.
3) Prinsip pengklasifikasian adalah menggunakan dasar atau kriteria tertentu, yaitu
persamaan ciri atau sifat morfologi, fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada
makhluk hidup. Dasar pengklasifikasian juga bisa menggunakan prinsip
filogenik. Sistem klasifikasi pada tumbuhan menggunakan sistem filogenetik.
Selain itu, banyak pula ditemukan sistem pengklasifikasian yang dikemukakan
oleh beberapa ahli sehingga menimbulkan presepsi yang berbeda dalam
pengklasifikasian.
Nama ilmiah dari suatu makhluk hidup termasuk tumbuhan selalu
menggunakan bahasa latin, karena bahasa latin dianggap tidak bisa berkembang
lagi karena dianggap bahasa yang telah mati. Disamping itu penggunaan bahasa
latin dianggap mewakili banyak bahasa yang ada di dunia, sehingga dapat
mempermudah pengenalan makhluk hidup termasuk tumbuhan. Dan pemberian
nama dengan menggunakan dua kata yang di garis bawah atau dicetak miring.
Adapun kata pertama menunjuk pada genus, dan kata kedua menunjuk pada
spesies.
I.

Daftar Pustaka
Arin, dkk. 2013. Modul Praktikum Klasifikasi dan Tata Nama. Yogyakarta :
Biologi Swadana.
Naiola, Paul. 1986. Tanaman Budidaya Indonesia. Jakarta: C.V. Yasaguna.

Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Umum (Dasar Dasar Taksonomi Tumbuhan).


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1984. Botani Umum 3. Bandung: Penerbit Angkasa.
Sari, A.S., dan Ajeng, P.H. 2012. Pendahuluan Sistematika Tumbuhan.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : Universitas Negeri
Malang.

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM SISTEMATIKA TUMBUHAN
Klasifikasi dan Tata Nama

Oleh :
Anton Pandapotan
12308144011

Program Studi Biologi Swadana


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

Anda mungkin juga menyukai