A. Tujuan
1. Dapat memahami sistem klasifikasi beserta masalah masalahnya.
2. Dapat memahami sistem tata nama dalam tumbuhan.
B. Dasar Teori
Klasifikasi adalah proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat tingkat
kesatuan kelasnya yang sesuai secara ideal. Menurut rideng (1989) klasifikasi
adalah pembentukan takson takson dengan tujuan mencari keseragaman dalam
keanekaragaman.dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah penempatan organisme
secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang didasarkan oleh persamaan
dan perbedaan. Sedangkan (Tjitrosoepomo, 1993) mengatakan bahwa dasar dalam
mengadakan klasifikasi adalah keseragaman. Kesamaan kesamaan itulah yang
dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi.
Mengingat banyaknya macam atau cara klasifikasi antara satu orang ahli
dengan ahli lain yang mempunyai pendapat yang berbeda beda menyebabkan
permasalahan dalam klasifikasi tumbuhan. Adapun yang menyebabkan sistem
klasifikasi berbeda beda adalah sebagai berikut :
1. Keanekaragaman klasifikasi ini disebabkan karena tumbuhan yang
diklasifikasikan begitu banyak sehingga akan menghasilkan klasifikasi yang
berbeda beda.
2. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain dalam membuat klasifikasi
menggunakan dasar dan tujuan yang berbeda,
3. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai kemampuan
atau pengetahuan yang berbeda dalam hal membuat klasifikasi.
4. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai interes dalam
mengambil keputusan, pertimbangan terhadap pemilihan sifat dan cirri yang
dipakai dalam klasifikasi.
5. Adanya revisi atau perubahan peraturan tatanama menyebabkan hasil
klasifikasi berbeda.
6. Bahan dan data antara ahli botani satu dengan ahli botani yang lain berbeda
beda, ada yang lengkap dan ada yang kurang.
7. Adanya perbedaan disiplin ilmu yang digunakan oleh seorang ahli botani satu
dengan ahli botani lainnya.
bentuk
dan
tekstur
tumbuhan
sebagai
dasar
utama
karyanya On the Origin Of Species by Means of Natural Selection (1859). Tokohtokoh yang terkemuka pada periode ini antara lain August Wilhem Eichler (18391887), ia membagi tumbuhan menjadi Cyptogameae (thalophyta, bryophyta,
pteridophyta) dan Phanerogamae (spermatophyta). Masing-masing golongan
masih dibagi lagi menjadi takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini kemudian
disempurnakan lagi oleh tokoh-tokoh lain seperti Adolph Engler (1844-1930),
Richard von Wettstein (1862-1931), Charles E. Bessey (1845-1915), dan Hans
Hallier (1868-1932).
5. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Klasifikasi yang didasarkan pada pengkuatitatifan data penelitian taksonomi
dan penerapan matematika dalam pengolahan datanya. Sistem ini lahir akibat
kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dalam abad ke-20. Komputer telah
digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi
tumbuhan yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yaitu
taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri. Taksometri numerik
didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau
kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu
melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas
dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti
fenetik, artinya atas kemiripan yang diperlihatkan objek studi yang diamati dan
dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan
filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empirik
operasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalui
observasi dan eksperimen.
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah
pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. Cara
penamaan yang lebih sistematik dalam tata nama tumbuhan, pertama kali
diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam buku yang ditulisnya, yaitu Systema
Naturae ("Sistematika Alamiah"). Dalam taksonomi tumbuhan kita akan mengenal
tujuh tingkatan takson, yang agak sedikit berbeda dengan klasifikasi hewan.
Ketujuh tingkatan takson tumbuhan tersebut antara lain :
1. REGNUM / KINGDOM (Kerajaan)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DIVISIO
CLASS
ORDO
FAMILY
GENUS
SPECIES
Nama ilmiah dari suatu makhluk hidup termasuk tumbuhan selalu
menggunakan bahasa latin, karena bahasa latin dianggap tidak bisa berkembang
lagi karena dianggap bahasa yang telah mati. Disamping itu penggunaan bahasa
latin dianggap mewakili banyak bahasa yang ada di dunia, sehingga dapat
mempermudah pengenalan makhluk hidup termasuk tumbuhan.
Dalam penulisan nama ilmiah ada beberapa acuan pokok yang wajib untuk
dipenuhi :
1. Menggunakan bahasa latin.
2. Menggunakan penamaan dengan 2 suku kata seperti Psidium guajava
Kata pertama mengacu pada nama genus dari tumbuhan yang
dimaksud, sedangkan
Kata kedua mengacu kepada nama species yang diamati
3. Jika, menggunakan 3 suku kata, kata kedua dipisahkan dengan tanda baca
garis datar -. Seperti Hibiscus rosa-sinensis.
4. Nama harus dicetak miring atau diberikan garis bawah, misalnyaPsidium
guajava atau Psidium guajava.
5. Pada umumnya penemu membubuhkan inisial pada akhir dari nama ilmiah,
seperti Oryza sativa L. L yang dimaksudkan disini adalah Linneaus sebagai
penghormatan kepada beliau.
6. Huruf pertama dari nama, atau huruf pertama dari genus adalah huruf besar
sedangkan yang lainnya adalah huruf kecil. Seperti : Zea mays.
C. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Contoh beberapa klasifikasi
D. Cara Kerja
E. Tabulasi Data
No
Tokoh
Dasar/ Tujuan
Bahan
W. Eichler
Klasifikasi Alam
Thallophyta, Bryophyta,
Pterydophyta
St. L. Endlicher
Klasifikasi Alam
Augustin Pyramus De
Candolle
Sifat-Sifat Anatomi
Thallophyta,
Cormophyta
Dicotyledonae,
Monocotyledonae,
Acotyledonae
Theophrastus
Perawakan / Habitus
Jean Baptiste De
Lamarck
Persamaan Dan
Perbedaan Morfologi
Carles Darwin
Fenotif
Theophrastus
Umur
Carolus Linneaus
Tumbuhan Berbiji
10
Robert Brown
Membagi Tumbuhan
Bangsa dalam Tumbuhan
Biji Tunggal
dan Tumbuhan Biji Belah
Bakal Biji Telanjang
11
M. Adanson
Sistem Alam
Tumbuhan di Daerah
Tropika
Gymnospermae dan
Angiospermae
F. Pembahasan
Klasifikasi adalah pembentukan takson takson dengan tujuan mencari
keseragaman dalam keanekaragaman.dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah
penempatan organisme secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang
didasarkan oleh persamaan dan perbedaan. Ada banyak sistem klasifikasi yang
digunakan oleh para ahli dengan dasar atau tujuan pengklasifikasian yang berbedabeda pula. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dari pengamatan dan analisis
sistem klasifikasi yang dilakukan oleh beberapa ahli botani.
sebagai
salah
satu
sumbangan
yang
besar
dalam
sejarah
direktur Kebun Raya di sana, penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi
lainnya. De Candolle sendiri kemudian menjadi Guru Besar di Montpellier
(Perancis) dan akhirnya di Geneva (Swiss). Ia menjadi sangat mashur sebagai
pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang
berjudul Prodromus Sistematis Natural Regni Vegetabilis, previsi edisi ke-III karya
Lamark Flora Francoise, dan pencipta sistem klasifikasi tumbuhan disebut menurut
namanya (System de Candolle), yang banyak hal mirip sistemnya de Jussieu, tetapi
jauh lebih luas. Ia juga berpendapat, bahwa sifat-sifat anatomi dapat dijadikan
dasar klasifikasi yang lebih kuat dari pada sifat-sifat fisiologi. Garis besar sistem
klasifikasi de Candolle adalah sebagai berikut :
I.
Kelas Dicotyledonae (Exogenae)
1.
Anak kelas Thalamiflorae, yang terdiri atas 4 kohor dan 51 marga
2.
Anak kelas Calicyflorae, yang terdiri atas 64 marga
3.
Anak kelas Monochlamydeae dengan 20 bangsa
II.
Kelas Monocotyledonae (Endogenae)
1.
Anak kelas Phanerogamae dengan 21 marga
2.
Anak kelas Cryptogamae dengan 5 bangsa
III.
Kelas Acotyledonae (Cellulares)
1.
Anak kelas Foliaceae, yang mencakup Musci dan Hepaticae
2.
Anak kelas Aphyllae, yang meliputi Lichenes, Hipoxyla, Fungi
dan Algae
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuanh baru di anggap pada abad
ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastus (
370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri
adalah murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang
diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastus sebagai pelopornya juga diikuti oleh
kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih
10 abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus)
yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak,
tumbuhan memanjat, dan terna. Sistem klasifikasi ini bersifat dominan dari kirakira abad ke-4 sebelum masehi sampai melewati abad pertengahan, dan selama
periode-periode ini ahli-ahli botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sistemsistem klasifikasi yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering
dinyatakan telah mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan
yang terbentuk.
Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih
dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Systema Sexsuale untuk sistem yang
diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak
ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat
kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang
diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria
(berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya
sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de
Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson yang
alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah
atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam. Klasifikasi sistem alami
menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara
alami atau wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan
bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-lain.
Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji satu, berkeping
biji dua.
Klasifikasi sistem fiogenik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh
para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Carles Darwin pada tahun 1859.
Menurut Darwin terdapat hubungan antara klasifikasi dan evolusi. Sistem filogenik
disusun berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang satu dengan
yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan perbedaan morfologi anatomi
maupun fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk hidup
semuanya memiliki kesamaan molekul dan biokimia, tetapi berbeda-beda dalam
bentuk susunan dan fungsinya pada setiap makhluk hidup. Jadi pada dasarnya,
klasifikasi sistem filogenik disusun berdasarkan fenotif yang mengacu pada sifatsifat bentuk luar, faal, tingkah laku, yang dapat diamati dan pewarisan keturunan
yang mengacu pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga
cabang-cabang keturunannya.
Theophrastus sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan,
dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkandan
memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Dalam karya ini
sistem klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes telah mencerminkan falsafah
guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato), yaitu suatu suatu sistem klasifikasi
tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur. Selain golongan-golongan pohon, perdu,
semak seperti yang disebut di atas, ia juga mengadakan pengelompokan menurut
unit pada waktu sekarang setar dengan yang kita kenal sebgai bangsa (ordo) dan
suku ( familia).
Mengingat banyaknya macam atau cara klasifikasi antara satu orang ahli
dengan ahli lain yang mempunyai pendapat yang berbeda beda menyebabkan
permasalahan dalam klasifikasi tumbuhan. Adapun yang menyebabkan sistem
klasifikasi berbeda beda adalah sebagai berikut :
1. Keanekaragaman klasifikasi ini disebabkan karena tumbuhan yang
diklasifikasikan begitu banyak sehingga akan menghasilkan klasifikasi yang
berbeda beda.
2. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain dalam membuat klasifikasi
menggunakan dasar dan tujuan yang berbeda,
3. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai kemampuan
atau pengetahuan yang berbeda dalam hal membuat klasifikasi.
4. Seorang ahli botani satu dan ahli botani yang lain mempunyai interes dalam
mengambil keputusan, pertimbangan terhadap pemilihan sifat dan cirri yang
dipakai dalam klasifikasi.
5. Adanya revisi atau perubahan peraturan tatanama menyebabkan hasil
klasifikasi berbeda.
6. Bahan dan data antara ahli botani satu dengan ahli botani yang lain berbeda
beda, ada yang lengkap dan ada yang kurang.
7. Adanya perbedaan disiplin ilmu yang digunakan oleh seorang ahli botani satu
dengan ahli botani lainnya.
Teori tersebut di atas sesuai dengan analisis dari berbagai ahli botani yang telah
dilakukan, bahwa dasar, tujuan dan pengetahuan antara ahli botani yang satu
dengan ahli botani yang lain berbeda-beda.
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah
pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. Cara
penamaan yang lebih sistematik dalam tata nama tumbuhan, pertama kali
diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam buku yang ditulisnya, yaitu Systema
Naturae ("Sistematika Alamiah"). Dalam taksonomi tumbuhan kita akan mengenal
tujuh tingkatan takson, yang agak sedikit berbeda dengan klasifikasi hewan.
Ketujuh tingkatan takson tumbuhan tersebut antara lain : Regnum / Kingdom
(Kerajaan), Divisio, Class, Ordo, Family, Genus, Species.
G. Kesimpulan
penyusunnya
(Carolus
Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang
disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam
seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat
sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam
bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali
memberi pertelaan atau deskripsi (disebutdeskriptor) lalu dilatinkan.
Aturan penulisan
1. Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama
("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies
mengikutinya.
2. Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan
nama spesies selalu diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
3. Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya,
suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada
judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf
kapital semua) kecuali untuk hal berikut :
a) Penulisan nama ilmiah yang dicetak harus ditulis dengan huruf miring
(huruf italik). Contoh: Aspergilus wentii, Rhizopus sp.
b) Penulisan nama ilmiah yang ditulis dengan tangan harus diberi garis
bawah
yang
terpisah
untuk
nama
genus
dan
nama
spesies. Contoh Penicillium notatum.
3) Prinsip pengklasifikasian adalah menggunakan dasar atau kriteria tertentu, yaitu
persamaan ciri atau sifat morfologi, fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada
makhluk hidup. Dasar pengklasifikasian juga bisa menggunakan prinsip
filogenik. Sistem klasifikasi pada tumbuhan menggunakan sistem filogenetik.
Selain itu, banyak pula ditemukan sistem pengklasifikasian yang dikemukakan
oleh beberapa ahli sehingga menimbulkan presepsi yang berbeda dalam
pengklasifikasian.
Nama ilmiah dari suatu makhluk hidup termasuk tumbuhan selalu
menggunakan bahasa latin, karena bahasa latin dianggap tidak bisa berkembang
lagi karena dianggap bahasa yang telah mati. Disamping itu penggunaan bahasa
latin dianggap mewakili banyak bahasa yang ada di dunia, sehingga dapat
mempermudah pengenalan makhluk hidup termasuk tumbuhan. Dan pemberian
nama dengan menggunakan dua kata yang di garis bawah atau dicetak miring.
Adapun kata pertama menunjuk pada genus, dan kata kedua menunjuk pada
spesies.
I.
Daftar Pustaka
Arin, dkk. 2013. Modul Praktikum Klasifikasi dan Tata Nama. Yogyakarta :
Biologi Swadana.
Naiola, Paul. 1986. Tanaman Budidaya Indonesia. Jakarta: C.V. Yasaguna.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM SISTEMATIKA TUMBUHAN
Klasifikasi dan Tata Nama
Oleh :
Anton Pandapotan
12308144011