Laporan Kasus Obgin
Laporan Kasus Obgin
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEPTEMBER 2012
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Disusun oleh :
Sri Apria Suharningsih
C111 07 258
Pembimbing :
dr. Sitti Arafah
Konsulen :
Dr. dr. Isharyah Sunarno, Sp.OG (K)
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama
NIM
: C111 07 258
Konsulen
Pembimbing
Tempat
: Gedung Pinang
Pembimbing
Supervisor
Judul
NO
NAMA
STAMBUK
MINGGU
TTD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Makassar,
September 2012
Mengetahui,
Konsulen
Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS .............................
DAFTAR ISI..................................................................................................
LAPORAN KASUS ....................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................
ANAMNESIS ......................................................................................
PEMERIKSAAN FISIK ......................................................................
PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................
DIAGNOSIS ........................................................................................
PENATALAKSANAAN ......................................................................
KOMPLIKASI ....................................................................................
PROGNOSIS..............
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. Rahmawati
Umur
: 36 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Jl. Urip Sumoharjo RT 8
Tgl.Masuk : 30 Juli 2012
B. Anamnesis
G3P2A0
HPHT: ?
Keluhan Utama : sesak saat beraktivitas
Anamnesis Terpimpin : dialami sejak kecil terutama ketika melakukan
aktivitas sedang dan semakin memberat selama masa kehamilan. Nyeri perut
tembus ke belakang (-), pelepasan lendir (-), pelepasan darah (-), riwayat
pelepasan air (-).
Riwayat ANC > 4 x, di dokter, suntik TT 2 x
Riwayat penyakit jantung sejak lahir (VSD + L-R shunt)
Riwayat Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-), asma (-), alergi (-)
Riwayat tubektomi pada tahun 2011.
Riwayat Obstetri :
Anak I : 2009/perempuan/BBL 2100 g/SC di RS.Stella Maris
Anak II
Sudirohusodo
C. Pemeriksaan Fisis
KU
: Lemah
Tanda Vital
: T = 110/70 mmHg
N = 88 x/menit
P = 24 x/menit
S = 36,8 oC
Pemeriksaan Luar
TFU
: 20 cm
Situs
: memanjang
Punggung
: kiri
Bagian terbawah : bokong
Perlimaan
: 5/5
His
:DJJ
: 148 x/menit
Gerak anak
: (+), dirasakan ibu
Anak kesan
: tunggal
TBJ
: 20 x 73 = 1460 gram
Pemeriksaan Dalam Vagina
Hasil pemeriksaan
1.450.000 U/L
12,4 g/dl
37,5 %
17.090 U/L
143.000 U/L
75 g/dl
18/0,4
25/9
139
3,6
102
2. Echocardiography
E. Diagnosis
G3 P2 A0 Gravid Preterm + Presentasi bokong + Post SC 2 x + Tubektomi +
CHF NYHA II ec. VSD.
F. Penatalaksanaan
Rencana cito SSTP.
PEMBAHASAN
A. Anamnesis
Mengenal kelainan kardiovaskular pada wanita yang mengalami kehamilan
sangat sukar untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh gejala penyakit jantung
seperti kelelahan, dispnea, ortopnea, edema tungkai, dan rasa tidak nyaman di
dada sering didapati pada wanita normal dengan kehamilan. Namun, perhatian
khusus perlu ditingkatkan bila pada wanita hamil didapati dispnea atau ortopnea
yang progresif dan membatasi aktifitas, hemoptisis, sinkop atau nyeri dada
eksersional. Kebanyakan pasien mengakui toleransi melakukan aktivitas
berkurang dan merasa mudah kelelahan. Kondisi ini berhubungan erat dengan
peningkatan berat badan yang diperoleh selama masa kehamilan dan akibat
anemia fisiologis pada kehamilan. Episode sinkop atau sakit kepala ringan terjadi
sebagai akibat dari kompresi mekanik dari uterus gravid pada vena cava inferior,
sehingga menyebabkan aliran balik vena ke jantung tidak adekuat, terutama pada
trimester ketiga. Gejala lain yang sering dikeluhkan termasuk hiperventilasi dan
ortopnea yang disebabkan oleh tekanan mekanik dari uterus yang membesar pada
diafragma. Palpitasi juga umum dijumpai dan hal ini diduga berhubungan dengan
sirkulasi hiperdinamik kehamilan.1,2
Anamnesis dari kasus ini masih sangat kurang, dalam anamnesis terpimpin,
perlu lebih digali mengenai keluhan utama. Pertanyaan seperti apakah sesak
berkurang ketika beristrahat sangat penting untuk mengklasifikasikan kelas
fungsional penyakit jantung yang dimiliki. Gejala penyerta lainnya seperti ada
tidaknya palpitasi, ortopnea, sinkop, serta bagaimana perkembangan gejala utama
dan gejala penyerta yang terjadi, baik pada kehamilan saat ini dan sebelumnya,
sangat penting juga untuk ditanyakan guna mengetahui apakah benar gejala-gejala
tersebut bukanlah gejala umum yang dialami oleh sekitar 80% wanita akibat
perubahan hemodinamik yang terjadi selama masa kehamilan.
Pada anamnesis tersebut juga tidak ditanyakan mengenai riwayat pengobatan,
serta riwayat operasi jantung yang pernah dilakukan. Hal ini penting untuk
ditanyakan agar diketahui apakah regimen terapi yang diperoleh sudah tepat dan
8
tidak memberikan efek pada janin yang sedang dikandung, dan apakah kehamilan
wanita tersebut dapat dilanjutkan tanpa memperberat fungsi jantung.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada kehamilan dengan gangguan jantung, untuk menegakkan diagnosis,
perlu dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh mulai dari kepala hingga kaki.
Pemeriksaan fisik harus difokuskan pada wajah, kelainan jari, atau skeletal yang
menunjukkan adanya anomali kongenital. Adanya clubbing, sianosis, atau pucat,
harus diamati dengan seksama.1,3
Pertambahan volume plasma total akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekana vena jugularis dan edema tungkai bawah pada lebih dari 80%
perempuan dengan kehamilan normal. Perkembangan ukuran uterus sesuai
bertambahnya masa kehamilan akan mengakibatkan pergerakan diafragma lebih
ke atas sehingga menurunkan volume paru. Elevasi difragma dan volume darah
yang bertambah juga menyebabkan bergesernya letak impuls ventrikel ke arah
lateral pada inspeksi dan palpasi prekordium. Peningkatan stroke volume
menyebabkan mengerasnya suara saat penutupan katup di aorta dan pulmonal,
sehingga akan terdengar murmur early sistolik yang fungsional di daerah
pulmonal. 3,4
Pemeriksaan dada dapat menyingkirkan deformitas pectus excavatum,
tonjolan prekordial, atau adanya pulsasi ventrikel kanan atau kiri. Bunyi jantung I
biasanya pecah (yang dapat disalah artikan sebagai bunyi jantung keempat).
Bunyi jantung I yang keras dapat menunjukkan mitral stenosis, sedangkan bunyi
jantung I intensitas rendah menunjukkan blok jantung tingkat pertama. Bunyi
jantung II split dapat diartikan sebagai defek septum atrium, sedangkan suara
paradoks split dapat ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri yang berat atau blok
cabang berkas kiri. Bunyi jantung III adalah normal pada kehamilan. Bunyi
jantung IV, ejection click, opening snap, atau mid sistolik hingga late sistolik
mengindikasikan penyakit jantung. Murmur sistolik dapat terdengar pada wanita
hamil dan merupakan hasil dari sirkulasi hiperkinetik selama masa kehamilan.
Murmur yang terdengar yaitu murmur midsistolik dan didengar terbaik pada linea
sternum kiri bawah dan di atas area pulmonal. Pada sekitar 15% wanita, murmur
diastolik fisiologik sering ditemukan di batas sternalis kiri. Murmur ini terjadi
akibat meningkatnya aliran darah melalui arteri mammaria interna, dimana aliran
tersebut menuju payudara yang dipersiapkan selama kehamilan.2,3
Secara umum, murmur diastolik dan irama gallop tidak normal ditemukan
selama kehamilan. Apabila ditemukan kelainan tersebut, harus dipikirkan adanya
abnormalitas
kardiak
baik
secara
struktural
maupun
fungsional
yang
mendasarinya.3
Tabel 2. Tanda-tanda umum pada kehamilan. 2,5
Tanda pada wanita normal
Hiperventilasi
Distensi vena jugularis
Edema perifer
Pulsasi kapiler
Impuls ventrikel kiri yang bergeser,
difus, dan terdengar lebih keras
Impuls ventrikel kanan yang dapat
diraba
Impuls trunkus pulmonal yang dapat
diraba
Ronki di basal paru
Bunyi jantung yang mengeras dengan
Sianosis
Clubbing finger
Pulsasi vena abnormal
Distensi vena jugular persisten
Bunyi S2 tunggal
Murmur sistolik yang keras, kadang dijumpai
murmur diastolik
Ejection clicks, late systolic clicks, opening
snaps
Friction rub
Tanda Hipertensi pulmonal
splitting
Splitting pada bunyi jantung 2
Murmur ejeksi midsistolik di bawah
sternalis kiri dan pada daerah pulmonal
yang menjalar sampai ke suprasternal
dan lebih mngarah ke sisi kiri leher
Murmur kontinus
Murmur diastolik (jarang)
10
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik yang dilakukan hanya meliputi keadaan
umum, tanda vital, dan pemeriksaan abdomen untuk kehamilan (leopold).
Pemeriksaan fisik pada regio yang lain tidak dilakukan, sehingga ada tidaknya
tanda penyakit jantung tidak dapat diketahui sehingga diperlukan pemeriksaan
tambahan yang tepat dan aman bagi wanita hamil dan janin yang dikandungnya.3
C. Pemeriksaan penunjang
Evaluasi status kardiovaskular pada wanita hamil lebih baik hanya dengan
anemnesis dan pemeriksaan fisik. Namun adakalanya, diperlukan pula
pemeriksaan penunjang lainnya yang harus dilakukan dengan mempertimbangan
risiko terhadap wanita hamil dan janin yang dikandungnya. Pemeriksaan oleh
orang yang berpengalaman sangat diperlukan untuk menghindarkan kesalahan
dalam diagnosis yang dapat menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan biaya yang
tidak diperlukan. Adapun pemeriksaan penunjang yang umumnya digunakan
untuk menunjang diagnosis yaitu: 1
1. Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan
yang sangat spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi
gelombang ST-T lebih sulit dari yang biasa. Depresi segmen ST inferior,
gelombang Q kecil, dan inversi gelombang P pada lead III (menghilang saat
inspirasi) sering didapati pada wanita hamil normal. Pergeseran aksis QRS ke
kiri, sering dijumpai, tetapi deviasi aksis ke kiri yang nyata (-30 o) menyatakan
adanya kelainan jantung. 1,2,4
2. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi termasuk dopler lebih banyak digunakan untuk
mendiagnosis penyakit jantung dalam kehamilan karena bersifat noninvasif
(tanpa risiko terhadap ibu dan janin) dan aman. Dengan kemampuan M Mode,
2D dan dopler (pulse, continous wave and colour flow) dapat ditentukan
kelainan struktural termasuk ukuran jantung, tekanan arteri pulmonal,
kontraktilitas ventrikel, adanya trombus, fungsi katup maupun iskemia
11
Pemeriksaan eksersional
Pemeriksaan eksersional (testing exercise) berguna untuk menilai secara
diagnosis
penyakit
jantung
yang
lengkap
dan
benar
besar diagnosis penyakit jantung dapat ditegakkan dengan prosedur non invasif
seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG, dan ekokardiografi.4
Sesuai dengan NYHA, poin penting dari proses diagnosis penyakit jantung
yang lengkap meliputi hal-hal sebagai berikut: 4
1. Etiologi. Apakah terjadi akibat penyakit kongenital, infeksius, hipertensif
atau iskemik.
2. Kelainan anatomis. Bagian jantung mana yang terlibat, apakah ada
hipertropi, dilatasi, atau keduanya. Katup mana yang terkena, apakah
bersifat regurgitasi dan/atau stenosis, dan apakah didapatkan infark
kardium.
3. Gangguan fisiologis. Apakah terdapat aritmia, apakah didapatkan bukti
adanya gagal jantung kongestif atau iskemia miokardium.
4. Gangguan fungsional. Seberapa besar aktivitas fisik dapat mempengaruhi
gejala.
Dalam mendiagnosis penyakit jantung, perlu disertakan klasifikasi fungsional
jantung menurut NYHA. Penentuan fungsi jantung sangat penting terutama bagi
pasien hamil dengan penyakit jantung. Pasien dengan NYHA kelas I dan II
memiliki risiko komplikasi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelas III
dan IV. Semua pasien yang mengalami gangguan kapasitas fungsional jantung
sesuai NYHA kelas III dan kelas IV selama kehamilan merupakan risiko tinggi,
tanpa tergantung apapun penyebabnya.3,4
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Fungsional Jantung Menurut New York Heart
Association (NYHA).2-5
KELAS
DESKRIPSI
Kelas 1 Pasien dengan penyakit jantung tetapi tanpa adanya pembatasan aktivitas
fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi, dispnea,
atau nyeri angina.
Kelas 2 Pasien dengan penyakit jantung mengakibatkan sedikit keterbatasan
aktivitas fisik. Akan merasa lebih baik dengan istrahat. Aktivitas fisik biasa
menimbulkan kelelahan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
Kelas 3 Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya keterbatasan aktivitas fisik.
13
untuk
14
f. Monitor hemodinamik
Pulse Oxymetri dan pengawasan EKG digunakan sesuai kebutuhan. Tekanan
arteri sistemik dan denyut jantung ibu dipantau ketat dikarenakan anestesia lumbal
epidural dapat menyebabkan hipotensi. 4
g. Anestesia dan Analgesia
16
Penanganan untuk rasa sakit dan ketakutan juga berperan penting. Meskipun
analgesik intravena memberikan penatalaksanaan nyeri yang memuaskan bagi
beberapa wanita, namun analgesia epidural terus menerus tidak direkomendasikan
dalam banyak kasus. Masalah utama dengan analgesia konduksi adalah hipotensi
ibu. Hal ini sangat berbahaya pada wanita dengan shunts intracardiac di antaranya
aliran dapat dibalik. Darah dapat mengalir dari kanan ke kiri jantung atau aorta
dan dengan demikian dapat melewati paru-paru. Hipotensi juga bisa mengancam
jiwa dengan hipertensi paru atau stenosis aorta karena output ventrikel tergantung
pada preload memadai. Pada wanita dengan kondisi ini, konduksi analgesia
narkotik atau anestesi umum mungkin lebih baik.5
Untuk persalinan pervaginam pada wanita dengan gangguan jantung ringan,
analgesia epidural sering diberikan dengan sedasi intravena. Hal ini telah
dibuktikan dapat meminimalkan fluktuasi curah jantung intrapartum dan
memungkinkan penggunaan forsep atau vakum yang dapat membantu persalinan.
Blokade subarachnoid umumnya tidak dianjurkan pada wanita dengan penyakit
jantung yang signifikan. Untuk kelahiran sesar, epidural analgesia lebih disukai
oleh kebanyakan dokter dengan peringatan bila digunakan pada pasien dengan
hipertensi paru. Anestesi umum dengan thiopental endotrakeal, succinylcholine,
nitrous oxide, dan sedikitnya oksigen 30-persen juga telah terbukti memuaskan.5
h. Persalinan Pervaginam atau Perabdominam
Cara persalinan secara umum yang dipilih adalah pervaginam. Rencana
persalinan harus dilakukan perindividu, dan hal yang perlu diinformasikan adalah
waktu
persalinan,
metode
persalinan,
induksi
persalinan,
anastesia
17
umum
manajemen
intrapartum
adalah
meminimalkan
stres
kardiovaskular. Pada sebagian besar kasus, prinsip ini akan dicapai dengan
penggunaan anestesia epidural inkremental awal lambat dan dibantu persalinan
pervaginam. 4
Saat persalinan, hindari posisi supinasi dan pasien berada dalam posisi lateral
dekubitus serta pemberian oksigen untuk meminimalisir dampak hemodinamik
dari kontraksi uterus. Kontraksi uterus harus dapat menurunkan kepala janin
hingga ke perineum tanpa adanya dorongan mengejan, untuk menghindari efek
samping dari manuver valsava. 4
Persalinan sebaiknya dibantu dengan forsep rendah atau ekstraksi vakum, dan
disarankan untuk melakukan monitoring denyut jantung janin secara terus
menerus. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan selama persalinan: 4
1. Monitoring ketat
2. Posisi left lateral dekubitus
3. Balans cairan
4. Bila memungkinkan pengukuran saturasi O2 dengan pulse oxymetri
5. Pada kasus risiko tinggi pertimbangkan monitoring invasif
6. Pertimbangkan penggunaan intrapartum analgesia
7. Mempercepat kala II
8. Pasien yang menggunakan warfarin harus dihentikan minimal 2
minggu sebelum persalinan dan diganti dengan heparin.
i. Pasca persalinan
Infus oksitosin intra vena lambat (<2 U/menit) deberikan setelah pengeluaran
plasenta. Metilergonovine dikontraindikasikan karena adanya risiko vasokontriksi
dan hipertensi melebihi 10%. Bantuan berupa pemasangan stolking elastik pada
tungkai bawah, dan ambulasi dini sangat penting untuk mengurangi risiko
tromboemboli. 4
18
19
keadaan hemodinamik dapat dijaga tetap stabil sebelum beban jantung ibu
semakin memberat mendekati masa persalinan (akhir trimester 3). 3
Walaupun cardiac output meningkat baik pada pembiusan umum maupun
epidural, tetapi peningkatannya (30%) masih di bawah kenaikan selama kelahiran
spontan (50%). Perlu diingat bahwa terjadi aliran darah balik seperti autotransfusi
sewaktu his sebanyak 300-400 cc/kontraksi. Kejadian ini akan memperberat kerja
jantung. Oleh karena itu, seksio sesar pada kasus kehamilan dengan penyakit
jantung sangat dipertimbangkan terutama bila kondisi janin telah mencapai aterm
atau jika terjadi gejala klinis progresif yang dapat merugikan ibu, sebelum janin
mencapai aterm.3,6
Pada wanita dengan gangguan jantung, dimana kehamilan dapat memberikan
gambaran klinis yang signifikan atau risiko medis sebaiknya dilakukan sterilisasi
berupa tubektomi terutama pada gangguan jantung NYHA kelas III dan IV.
Tubektomi merupakan jenis kontrasepsi mantap
berbagai
komplikasi seperti gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, dan abortus.
Siu dkk memperluas klasifikasi NYHA dan mengembangkan sistem penilaian
untuk memprediksi komplikasi jantung selama kehamilan. Sistem ini didasarkan
pada analisis prospektif terhadap 562 wanita hamil dengan penyakit jantung
dalam 617 kehamilan di 13 rumah sakit pendidikan Kanada.4,5
20
CONTOH
Riwayat gagal jantung, serangan iskemik
sebelumnya
transien,
aritmia,
atau
stroke
sebelum
POIN
1
kehamilan.
Wanita dengan NYHA kelas
III atau IV atau sianosis
Obstruksi jantung kiri
1
katup mitral < 2 cm2, katup aorta <1,5 cm2, atau
gradien puncak arus keluar ventrikel kiri > 30
mm Hg dengan echocardiography.
Obstruksi sisi kiri ditandai LVEF < 40%, kardiomiopati restriktif, atau
dengan
kardiomiopati hipertropik
Faktor risiko obstetri yang sering termasuk yaitu umur ibu (risiko meningkat
pada umur < 20 dan > 35 tahun) , riwayat dilatasi prematur, ruptur membran,
serviks inkompeten, gestasi multipel dan riwayat operasi sesar.5
Faktor ibu yang bisa meningkatkan faktor risiko janin termasuk NYHA
kelas III dan IV dan sianosis, obstruksi jantung kiri, gestasi multipel, atau
pemakaian antikoagulasi oral saat hamil. Faktor risiko bukan jantung termasuk
merokok.4,5
21
Selain dari permasalahan yang bisa timbul pada ibu, seorang dokter juga
harus memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi kepada janin yang
dikandung. Adapun pengaruh penyakit jantung terhadap janin yaitu dapat
menyebabkan prematuritas, dismaturitas atau pertumbuhan janin terhambat, lahir
dengan skor apgar rendah, dan kematian janin dalam rahim (KJDR).5,7
G.
Prognosis
Pada banyak wanita dengan penyakit jantung, prognosis umumnya baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, TB. Wanita Kehamilan dan Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara: Usu Repository; 2004. hal. 1-33.
2. DeCherney, AH., et al. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill; 2003. p. 22.1-9.
3. Nasution, SA. Kehamilan Pada Penyakit Jantung. Dalam Sudoyo AW, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007. Hal.1669-1672.
4. Karkata, MK., dkk. Panduan Penatalaksanaan Kasus Obstetri. Jakarta: Komisi
Pengabdian Masyarakat Himpunanan Kedokteran Feto Maternal POGI; 2012.
hal. 50-75.
5. Cunningham FG., et al. Williams Obstetrics, 23rd edition. New York. The
McGraw-Hill. 2007. p. 44.1-36.
6. Sedyawan, JH. Penyakit Jantung Katup. Dalam Saifuddin, AB., dkk. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008. Hal 766-69.
7. Mochtar, R., Lutan Delfi. Sinopsis Obstetri, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1998. hal 137-41.
23