Analisis Uud 1945 Sebelum
Analisis Uud 1945 Sebelum
Sebelum Amandemen: Kelemahan dari ayat ini adalah anggota MPR yang
berasal dari golongan-golongan daerah bisa saja tidak sesuai dengan
kualifikasi yang diminta untuk duduk di kursi MPR
Sesudah Amandemen: Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah anggota
DPD yang akan duduk di MPR haruslah melalui pemilihan umum sehingga
bukan asal pilih saja
Pasal 3 ayat 1
Sebelum Amandemen: MPR hanya berperan untuk menetapkan UUD dan
GBHN. Pengubahan UUD bukan menjadi hak MPR
Sesudah Amandemen: MPR bisa melakukan perubahan pada UUD, selain
menetapkannya. Apabila dipandang suatu pasal tidak sesuai dengan zaman,
maka MPR bisa melakukan perubahan sesuai dengan UU yang berlaku
Pasal 3 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MPR berwenang sebagai lembaga yang melantik
presiden dan wakil presiden saja, karena sebelumnya MPR juga memilih,
mengangkat, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden
Pasal 3 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MPR hanya berwenang untuk memakzulkan presiden
dan wakil presiden berdasarkan UUD, dengan alasan presiden/wapres itu
gagal dalam melaksanakan pemerintahan. Mereka tidak berwenang untuk
memilihnya
Pasal 5 ayat 1
Pasal 7B ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: DPR memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja
seorang Presiden beserta Wakil Presidennya, dan apabila terbukti salah
satunya ataupun keduanya melakukan kesalahan, maka DPR telah
menjalankan fungsi pengawasannya
Pasal 7B ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah
Amandemen:
Sebelum
mengajukan
permintaan
untuk
memberhentikan seorang presiden atau wapresnya yang terbukti melakukan
kesalahan ke MK, DPR haruslah melakukan sidang & mendapatkan suara
paling tidak 2/3 dari anggotanya dan anggota yang hadir dalam sidang
paling tidak sebanyak 2/3 dari keseluruhannya untuk bisa mengajukan
permintaan pemberhentian presiden / wapres
Pasal 7B ayat 4
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MK diberi waktu paling lambat 90 hari untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus usulan DPR setelah MK menerima
usulan permintaan pemberhentian presiden atau wakilnya
Pasal 7B ayat 5
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila MK telah menemukan bahwa usul yang
disampaikan DPR itu benar mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan
presiden atau wakilnya dan menyetujuinya, maka DPR berhak untuk
meneruskan usul pemberhentian itu ke MPR
Pasal 7B ayat 6
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Setelah menerima persetujuan dari MK dan mendapat
tembusan dari DPR, maka MPR berhak menyelenggarakan sidang dan
memutuskannya paling lambat 30 hari setelah usul dari DPR tersebut
diterima MPR
Pasal 7B ayat 7
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Presiden atau wakil presiden yang terbukti bersalah
akan korupsi/suap/tindakan tercela lainnya diberi hak untuk menyampaikan
penjelasannya di sidang paripurna MPR sebelum MPR melakukan
penghitungan suara dari anggotanya dengan jumlah anggota yang hadir
paling tidak dan jumlah suara paling tidak sebanyak 2/3 dari yang hadir
itu
Pasal 7C
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Presiden tidak meiliki hak untuk membekukan
ataupun membubarkan DPR karena DPR adalah lembaga wakil rakyat yang
berfungsi utuk melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap kinerja
pemerintah
Pasal 8 ayat 1
Sebelum Amandemen: Wakil presiden memiliki hak untuk menggantikan
posisi presiden apabila ada kondisi tertentu yang menghalanginya untuk
berhenti bertugas. Wakil presiden tersebut akan menggantikannya sampai
habis
Pasal 13 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Amandemen pada ayat 3 lebih mempertegas ayat 2
namun dengan perbedaan dalam penempatan duta negara lain yang perlu
memperhatikan usulan/melalui perundingan dengan DPR
Pasal 14 ayat 1
Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi,
dan rehabilitasi kepada siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pemberian grasi dan rehabilitasi oleh Presiden kepada
orang tertentu harus melalui pertimbangan Mahkamah Agung sehingga
dengan demikian Presiden tidak sewenang-wenang dalam memberikan grasi
dan semacamnya
Pasal 14 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi,
dan rehabilitasi kepada siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pada ayat 2, pemberian amnesti dan abolisi oleh
Presiden harus melalui pertimbangan DPR, bukannya MA
Pasal 15
Sebelum Amandemen: Presiden berhak kapanpun dan sesuai dengan
kemauannya memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda-tanda kehormatan
kepada siapapun
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden dalam memberikan
gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan kepada seseorang haruslah sesuai
dengan perundangan yang berlaku
Pasal 16 ayat 1
Sebelum Amandemen: Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan
sesuai dengan perundangan yang berlaku di Indonesia
Pasal 16 ayat 2
Sebelum Amandemen: DPA berkewajiban memberikan
Presiden dan memajukan usul kepada pemerintah
jawab
kepada
prinsip yang berlaku di NKRI ini, dan yang terutama mengutamakan asas
Ketuhanan