Agama Sebagai Alienasi Masyarakat Industri
Agama Sebagai Alienasi Masyarakat Industri
industrialisasi
bukan
saja
telah
membawa
manfaat
seperti
alam
yang
berlebihan;
urbanisasi
yang
melahirkan
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
ketakutan sehingga tidak lagi bisa beristirahat dengan tenang, bersikap putus
asa, dan menganggap hidup ini tidak lagi bermakna. Puncaknya, seperti
yang bisa kita saksikan di negara-negara skandinavia, ia akan melakukan
bunuh diri (Varma, 1987).
Jadi, karena merupakan sesuatu yang inheren dalam proses
industrialisasi, maka telaah terhadap alienasi pun telah muncul sejak dini.
Diantaranya bahkan mengkritisinya secara tajam
untuk
pertama kali,
Mesti dibedakan dengan sekularitas dan sekularisasi. Yang dimaksud di sini adalah
ideologi yang melihat semuanya serba sekular dan menolak hal-hal transenden (ilahiah)
117
non
kompromis,
permohonannya
menjadi
dosen
di
118
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
Manuscripts (1844), The Holy Family; Or a Critique of all Critique, dan lainlain. Tahun 1845, atas permintaan pemerintah Prusia, ia diusir oleh
Pemerintahan Prancis dan pindah ke Brussel, Belgia. Dalam tahun-tahun
tersebut ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Enggel terlibat
dalam bermacam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Kerja
samanya yang nyaris sempurna dengan Enggel melahirkan tulisannya
Menipesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Kelihatannya, apa yang
disebut dengan Revolusi 48 membuatnya diusir pula dari Belgia dan pindah
ke London, untuk menghabiskan sisa hidupnya.
Di London, tahapan baru dilakukannya. Aksi-aksi praktis dan
revolusioner ditinggalkan dan perhatiannya dipusatkan pada pekerjaanpekerjaan teoritis, terutama studi ekonomi. Tahun 1867, karya utamanya
yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme diterbitkan (jilid II dan III
diterbitkan Engel sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya
amat sepi dan terasing dari kawan-kawannya karena sikap sombong dan
otoriternya. Tahun 1883, dua tahun setelah kematian istrinya, ia meninggal
dunia dan pemakamannya hanya dihadiri oleh 8 orang (Hadiwijono, 1992;
Suseno, 1998 dan Johnson, 1981).
Kendati Marx dilahirkan sejak dimulainya abad ke-19 dan meninggal
sebelum abad itu berakhir sebagaimana yang telah dipaparkan, namun
tulisan dan pikirannya sangat banyak mempengaruhi, bahkan menjadi
fenomena global abad 20, baik di lingkungan politik atau di dunia
cendekiawan.
penting pada abad 20, ialah karena; (1) ia mewakili sosok intelektual politisi
yang mencampurkan intelektualisme dengan aktivisme (politik praktis), yang
memandang dunia dengan perasaan dingin dan mencari masa depan yang
lebih bermoral dan lebih bebas bagi manusia (Apter, 1985). Pikirannya yang
ingin membebaskan manusia dari belenggu dominasi menjadi rujukan yang
sampai saat ini masih mempesona terutama bagi kalangan Neo-Marxis dan
sedikit
banyak
mengilhami
kalangan
dependencia
Economic and Philosophic
119
lingkungannya.
Dalam
analisanya,
pertama-tama
ia
membagi
yang akan mampu bertahan terus. Dirinya, dengan demikian, tidak lagi
menjadi pusat hidupnya tetapi objek dari kekuatan luar yang memaksanya.
Namun demikian keterasingan yang dirasakan kelas proletar (kaum
buruh)
jauh lebih berat dari kelas borjuis, kalau bukan sesuatu yang tidak
bisa dibandingkan. Jika kelas borjuis, yang berjumlah segelintir saja, lewat
industri yang dikuasainya lebih banyak menikmati hidup, maka kelas proletar
yang mayoritas lebih banyak menderita karena dominasi mereka.
Dalam pandangan Marx, kelas proletar yang melakukan pekerjaanpekerjaan kasar dan berat hanya menikmati kekayaan paling sedikit dari apa
yang dirasakan kelas borjuis, mengalami keterasingan: Pertama dari dirinya
dengan
teologi
sendiri karena ia telah menjadi objek orang lain. Dirinya telah
menjadi
pembebasannya;
Ia borjuis
berbedadi dengan
filosof Baginya,
sebelumnya,
komoditas
yang dibeli(2).
kelas
pasaranpara
proletariat.
untukdari
120
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
bisa bertahan hidup hanya ada satu pilihan, yaitu bekerja pada pabrik-pabrik
kelas borjuis dengan jam kerja yang panjang tetapi upah yang rendah,
padahal keadaan dalam pabrik membahayakan diri dan kesehatan mereka.
Ia terasing dari minatnya, dari kebebasannya dalam memilih, dari
kebahagiannya, dan dari perasaan harga dirinya. Hidupnya tertekan oleh
dominasi kelas borjuis. Situasi itu seperti yang dikatakan Engel, penafsir
pikiran-pikiran
Marx:
Cara
bagaimana
massa
luas
kaum
miskin
121
122
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
feodalisme telah hancur, maka bangunan atasnya pun hancur. Marx, dalam
hal ini, begitu mementingkan bidang ekonomi (Setiawan dkk., 1990).
Berdasarkan pandangan Marx sumber keterasingan masyarakat
adalah sistem ekonomi yang berlaku yang mendorong dan mensahkan
adanya penghisapan manusia. Sebab itu, ia mengkritik habis-habisan sistem
ekonomi kapitalisme yang berlaku saat itu dan juga sekarang. Kapitalisme,
sebagaimana yang dirumuskan Werner Sombart dan diperkuat Wallerstein,
adalah sistem ekonomi yang dikuasai dan diwarnai peranan modal, yang di
dalam pandangan ekonominya didominasi oleh tiga gagasan, yaitu: usaha
untuk memperoleh dan memiliki, persaingan, dan rasionalitas (nilai efisiensi
kerja). Dalam sistem ini akumulasi modal (keuntungan) yang tanpa akhir
telah menjadi tujuan dan menguasai hukum ekonomi. Dari sinilah, sistem ini
mensyaratkan faktor individualisme yang menuntut kebebasan yang leluasa
dan dengan free fight competition-nya menempatkan negara hanya sebagai
penjaga malam saja (dilarang ikut campur) (Azhar, 1996; Rahardjo, 1991).
Mengingat individualisme begitu inhern dalam sistem ekonomi ini, maka
dalam prakteknya menimbulkan eksploitasi masyarakat oleh sekelompok
kecil. Sehingga faktor sosial dikesampingkan. Manusia menjadi tercabut dari
akar sosialnya.
Menurut Marx, mengingat agama sebagai bangunan atas yang harus
mengabdi kepada ekonomi sebagai basis, maka agama - paling tidak ketika
ia hidup saat penguasa gereja tengah berkolusi dengan kalangan politisi dan
pengusaha - ikut membantu terpeliharanya situasi eksploitatif tersebut.
Agama bukan hanya sebagai ekspresi ekonomi, tetapi juga secara khas
memberi dukungan moral atas kepincangan sosial. Ada dua fungsi yang
dimiliki agama dalam konteks ini; Pertama bagi elit agamawan (gereja), ia
menjadi alat justifikasi transendental bagi berlangsungnya status Quo atau
hak-hak istimewa mereka. Sebab itu, sistem ekonomi kapitalistik yang
eksploitatif ini, jelas Marx,
123
fisik dan kesulitan material dalam hidup. Tambahan pula cita-cita agama
sebenarnya telah mengalihkan prioritas-prioritas alamiah/tuntutan-tuntutan
normal dengan mengatakan bahwa penderitaan dan kesulitan mempunyai
nilai rohani positif kalau ditanggung dengan sabar, bahkan mungkin
memperbesar kesempatan bagi individu untuk memperoleh pahala di alam
baka. Kekayaan material, status duniawi, dan kekuasaan dilihat dalam
kesadaran agama sebagai ilusi, fana, dan sangat berbahaya bagi
kesejahteraan rohani individu serta pahalanya bagi kehidupannya kelak.
Maka kemudian kemiskinan diubah menjadi kebajikan dan kekayaan
menjadi kemiskinan rohani. Selain itu, kata Marx lebih lanjut, dalam
persepektif agama, penderitaan hidup dianggap sebagai takdir yang harus
diterima. Jadi, sikap nrimo, pasrah, dan pasif pun merupakan sikap bijak
yang dianjurkan agama.
Karenanya, agama, sindirnya secara sarkastik, pada dasarnya
merupakan ekspresi penderitaan sosial. Agama adalah keluh kesah warga
masyarakat yang tertindas. Agama adalah suatu sentimen dunia yang tak
berperikemanusiaan. Ia adalah candu masyarakat yang hanya memberi
penenang
sementara,
semu
dan
tidak
mampu
membongkar
dan
Tuhan ada
punpenekanannya
terjebak padapada
relativitas
Baginya
pengetahuan
absolut
dunia sepenuhnya.
transenden (non
material)
dan harapan
akan
hidup setelah mati membantu mengalihkan perhatian orang dari penderitaan
124
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
yang
antitesis, lalu
melalui pertemuan secara kualitatif dan kuantitatif antara tesis dan antitesis
melahirkan sintesis. Dialektika idealis Hegel ini ia ubah menjadi dialektika
materialis. Secara deterministik, menurutnya,
125
antara kelas penindas dan yang ditindas. Pada masa kapitalisme, saat ia
hidup tetapi juga sekarang, dua kelas yang saling bertentangan itu adalah
antara kelas pemilik modal dan kelas buruh. Jika kelas pemilik modal
menuntut keuntungan, maka kelas buruh menuntut upah yang layak dan
keadilan. Polarisasi di antara mereka akan terus semakin berkembang dan
memuncak.
menggunakan alat
Dalam
Marx mensyaratkan lahirnya revolusi diadahului oleh masa di mana kapitalisme telah
mengalami kemapanan, walaupun pada kenyataan sejarah, komunisme justru lahir di negara
-hadapan
126
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
dengan kaum buruh, masyarakat seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja,
tidak ada kelas berbeda lagi. Semuanya sama rata sama rasa. Tidak ada
kepemilikan individu, tidak ada pula pembagian kerja.
dibutuhkan
karena
kapitalisme
sebagai
basisnya
telah
hancur
dalam
menentukan
kehidupan
manusia;
serangan
sekaligus
terakhir dukungannya
-negara
yang baru memulai
masa kapitalisme, bahkan ada juga yang masih agraris.
3
Pendukung pemikiran Marx yang tidak setuju dengan dengan jalan revolusi tetapi
parlementer yang dipelopori oleh Edwar Bernstein (1850-
127
128
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
pendorong
pemikiran
Marx.
dinamisme
Justru
oleh
demokrasilah
negara-negara
ternyata
yang
yang
mengikuti
menjembatani
penerima
hadiah Nobel, sekarang
sistem
kapitalisme
sudah tidak berlaku
lagi di dunia,
pasar
(persaingan)
bebas ini
dan
dengan
caramurni
memasukan
unsur-unsur
sekalipun di Amerika Serikat dan Eropa Barat yang dahulu begitu liberal ( Lihat M. Dawam Rahardjo,
sosialisme,
sehingga saat ini tidak lagi murni sistem kapitalis tetapi
op. cit., 12-13)
5
Pendapat Marx tentang agama ini berbeda dengan hasil penelitian Weber terhadap para
penganut agama Protestan yang melihat bahwa ajaran agama yang dianut mempengaruhi tingkat
129
terhadap Pemerintahan Romawi yang lalim dan agama Islam dengan tauhidnya, terhadap kesewenang-wenangan Arab Jahiliyah. (2) Analisanya tidak
bisa digunakan pada agama yang tidak memilki doktrin adanya kehidupan
setelah mati. (3) Analisanya menunjukan luputnya kebutuhan transendental
dari perhatian Marx.
Terakhir,
usulannya
tentang
komunisme
yang
mengandaikan
Penutup
Beberapa hal yang bisa kita catat sebagai kesimpulan adalah bahwa
dalam tulisan-tulisannya, Marx menilai alienasi sebagai sesuatu yang
inheren dalam indusrialisasi/modernisasi. Alienasi merupakan ciri sekaligus
sindrom masyarakat modern. Mereka terasing dari diri dan lingkungannya.
Mereka menjadi pasif, tidak berdaya, dan senantiasa berada dalam situasi
yang menjemukan.
Mengingat sumber adanya alienasi itu adalah dominasi kelas borjuis
(pemilik modal), maka jalan keluarnya, tulis Marx, ialah menghapuskan
kelas borjuis tersebut melalui revolusi
telah
mengabdi pada kepentingan ekonomi itu dengan cara dua hal; pertama
sebagai alat justifikasi teologis bagi berlangsungnya kondisi yang menghisap
pencapaian dalam usaha dan status sosial (Lihat Taufiq Abdullah, Tesis Weber dan Islam di
Indonesia, Dalam Agama Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi,
130
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
agama
merupakan
kekuatan
transformatif
dan
dunia
131
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufiq. 1993. Tesis Weber dan Islam di Indonesia. Dalam Agama Etos
Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES
Ali, Fachry. 1984. Islam Keprihatinan Universal dan Politik di Indonesia (Sebuah
Bunga Rampai). Jakarta: Pustaka Antar Kota
Apter, David E.. 1985. Pengantar Analisa Politik. Jakarta: LP3ES
Azhar, Muhamad. 1996. Filsafat Politik, Perbandingan antara Islam dan Barat.
Jakarta: Rajawali Pers
Budiardjo, Meriam. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Daihrendorf, Ralf. 1986. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri. Terjamahan
Oleh Ali Mandan dari Class and Class Conflict in Industrial Society.
Jakarta: Rajawali Pers
Gidden, Antony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Terjamahan Oleh
Soeheba K. dari Capitalism and Modern Social Theory; an Analisis of
Writing of Marx, Durkheim, and Max Weber. Jakarta: UIP
Hadiwijono, Harun. 1992. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Jakarta: Kanisius
Hidayat, Komarudin. Tanpa Tahun. Arti Tasawuf untuk Dunia Modern. Dalam Buku
Panduan Studi Tasawuf Paramadina. Jakarta: Paramadina
----------. 1994. Tiga Model Hubungan Agama dan demokrasi. Dalam Elza Peldi
Taher (Ed.) Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi. Jakarta:
Paramadina
Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern I. Terjamahan oleh
Robert MZL. dari Sosiological Theory Clasical Founder and Contemporery
Perspectives (1981). Jakarta: Gramedia
Karim, M. Rusli. 1994. Agama Modernisasi dan Sekularisasi. Yogya: Tiara Wacana
132
Sukron Kamil
Pemikiran Karl Marx Agama sebagai Alienasi Masyarakat Industri
133