Case Efusi Pleura
Case Efusi Pleura
Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang
bertambah hebat sejak 1 hari SMRS
Oleh:
Dian Destriyanah, S.Ked
NIM : 04104705307
Widya Meiliana, S.Ked
NIM : 04104705349
Pembimbing:
Dr. M. Iskandar, Sp.PD
Oponen Wajib
1. Erlangga Danu, S.Ked
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
Seorang laki-laki usia 57 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang
bertambah berat sejak 1 hari SMRS
Oleh:
Oleh:
Dian Destriyanah, S.Ked
NIM : 04104705307
Widya Meiliana, S.Ked
NIM : 04104705349
Pembimbing:
Dr. M. Iskandar, Sp.PD
telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moh. Rabain Muara Enim
periode 12-24 September 2011
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Seorang laki-laki usia 57 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang
bertambah hebat sejak 1 hari SMRS.
Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. M. Iskandar, Sp.PD, selaku pembimbing yang telah
membantu penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.
Palembang,
September
2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan...........................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
BAB I. Pendahuluan............................................................................................
BAB II. Laporan Kasus........................................................................................
BAB III. Tinjauan Pustaka...................................................................................
13
13
14
3.3 Etiologi...........................................................................................................
16
3.4Manifestasi Klinis.........................................................................
18
18
3.6 Diagnostik......................................................................................................
21
3.7. Tatalaksana..................................................................................................
23
3.8 Tuberkulosis...................................................................................................
24
31
Daftar Pustaka......................................................................................................
33
BAB I
4
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.
Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak
10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis,
dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada
waktu pernafasan
Penyakit-penyakit
yang
dapat
menimbulkan
efusi
pleura
adalah
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 IDENTIFIKASI
Nama
: Abdul Hoir
Umur
: 58 tahun
Jenis kelamin
: Laki - laki
Alamat
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
MRS
: 18 September 2011
II.2 ANAMNESA
Keluhan utama
Sesak napas yang bertambah hebat sejak 1 hari SMRS.
Riwayat perjalanan penyakit
Lebih kurang 3 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna dahak
putih, os merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan
BAB normal (+), keringat malam (-), sesak (-), dada berdebar-debar (-), nyeri
dada (-). Pada keadaan ini, os tidak berobat.
Lebih kurang 2 minggu SMRS os mengeluh batuk semakin sering. Dahak
(+), warna dahak putih. Jumlah dahak semakin banyak, kurang lebih 1 sendok
makan setiap kali batuk. Batuk tidak bercampur darah, Frekuensi batuk sekitar 1020 kali per hari. Pada saat batuk, os merasakan sakit di dadanya, sakit tidak
menjalar. Os juga mengeluh sesak, sesak tidak dipengaruhi aktifitas, posisi, cuaca,
dan emosi. badan terasa lemas (+), demam (+) tidak terlalu tinggi, nyeri ulu hati
(-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun (+).
BAB dan BAK biasa.
Lebih kurang 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas semakin hebat, sesak
tidak dipengaruhi aktifitas, cuaca, posisi, dan emosi. Suara mengi (-), sakit dada
ada, sakit tidak menjalar. Os juga mengeluh batuk semakin sering. Batuk
berdahak. Dahak berwarna putih. Jumlah dahak semakin banyak, sekitar 1
sendok makan. Os kemudian berobat ke klinik di dekat rumah, lalu os dirujuk ke
RSUD Dr. Moh.Rabain dan dirawat.
Riwayat penyakit dahulu:
a. Riwayat darah tinggi disangkal.
b. Riwayat minum jamu disangkal
c. Riwayat minum OAT disangkal
d. Riwayat kencing disangkal
Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama yaitu sesak dan batuk dalam
keluarga disangkal.
II.3 PEMERIKSAAN FISIK (19/09/ 2011)
Keadaan umum
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,90 C
Berat badan
: 55 kg
Tinggi badan
: 170 cm
RBW
: 78,6% (underweight)
Keadaan spesifik
Kulit
Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-), sianosis (-),
scar(-), keringat umum(-), keringat setempat (-), pucat pada telapak tangan dan
kaki (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah aksila, leher, inguinal dan submandibula
serta tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, warna rambut hitam dan
deformasitas (-).
Mata
Eksoftalmus dan endoftalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat
(-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke
segala arah baik.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung(-).
Telinga
Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah
(-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-), faring tidak ada kelainan.
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2)cmH20, kaku kuduk (-).
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Paru-paru
I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri,
P : Stemfremitus kanan > kiri
P : Sonor pada lapangan paru kanan, redup pada lapangan paru kiri
A: Vesikuler (+) normal pada paru kanan, vesikuler (+) melemah pada paru
kiri, wheezing (-), ronkhi basah sedang pada lapangan paru kiri.
Jantung
I : Iktus kordis tidak terlihat.
P : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-).
P : Batas jantung sulit dinilai
A : HR = 84 kali/menit, murmur (-) , gallop (-)
Perut
I : Datar dan tidak ada pembesaran,venektasi(-)
P : Lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit
normal.
P : timpani
A: bising usus (+) normal
Alat kelamin
Tidak diperiksa
Extremitas atas
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, acral hangat, jari tabuh (-), turgor kembali cepat,
clubbing finger (-).
Extremitas bawah
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema pretibial(-/-),
jaringan parut (-), pigmentasi normal, clubbing finger (-), turgor kembali cepat.
II. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Punksi pleura (19 September 2011)
Protein total : 5,4 g/dl
Albumin : 3,7 g/dl
Globulin : 1,7 g/dl
Leukosit : 311/mm3
PMN : 21%
MN :79%
Pemeriksaan Darah Rutin (20 September 2011)
Pemeriksaan
Hb
Ht
Leukosit
LED
Hasil
10,8 gr/dl
32 vol%
10.200 /mm3
63 mm/jam
Nilai normal
14-18 g/dl
40-48 vol%
5000-10.000/mm3
L < 10 mm/jam, P < 15
Hitung jenis
0/3/0/81/11/5
mm/jam
0-1/1-3/2-6/50-70/2040/2-8
Rontgen Thorax PA
10
Interpretasi
o Kondisi foto baik
o Trachea di tengah
o Asimetris kanan kiri
o Sela iga melebar pada hemithoraks kiri
o Tulang baik
o Sudut costophrenicus kanan tajam, kiri tumpul
o Parenchym : infiltrat (-)
o CTR < 50%
Kesan : Efusi pleura sinistra
EKG (19 September 2011)
Kesan :
o Axis kiri
o HR : 88x/mnt
o PR interval 0,12 detik
o QRS interval 0,04 detik
o RV5-V6 < 35
o LVH Strain (-) V5-V6
Kesan : sinus rhytm
11
Istirahat
Diet NB TKTP
Thorakosentesis
II.9 PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
RESUME
12
13
dan vitamin. Prognosis dari efusi pleura tergantung dari penyebabnya, umur
pasien, dan pengobatan yang dilakukan.
PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP
20 September 2011
S Sesak napas, batuk
Keadaan umum
Nadi
: 84x/menit
RR
: 26x/menit
Temperatur
: 36,9C
14
Diet NB TKTP
Chloramex 2x1
Ciprofloxacin 2x1
Pehavral 2x1
Dexamethason 2x1
Vitamin B19
Ambroxol
21 September 2011
S
O
Kesadaran
Nadi
: 86x/menit
RR
: 28x/menit
Temperatur
: compos mentis
: 37,2C
15
Istirahat,
Diet NB TKTP
Ciprofloxacin 2x1
Pehavral 2x1
Dexamethason 2x1
Vitamin B19
Ambroxol
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
sel-sel (terutama fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh
selapis mesotel. Pleura merupakan membran tipis, halus, dan licin yang
membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma.
Lapisan tipis ini mengandung kolagen dan jaringan elastis (Sylvia Anderson
Price dan Lorraine M, 2005: 739).
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura
parietalis melapisi toraks dan pleura viseralis melapisi paru-paru. Kedua
pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan
antara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya terdiri
dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 m).
Diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel
mesotelia ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya
dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan seratserat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan intertitial subpleura yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari A. Pulmonalis dan A.
Brankialis serta pembuluh getah bening.
Di antara pleura terdapat ruangan yang disebut spasium pleura, yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan
memungkinkan keduanya bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan
tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak antara paru dan thoraks.
Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dengan
pleura viseralis sehingga apa yang disebut sebagai rongga pleura atau kavitas
pleura hanyalah suatu ruangan potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru. Jumlah
normal cairan pleura adalah 10-20 cc (Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty,
2002: 786).
17
b.
c.
d.
18
1. Transudat
Transudat dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu
adalah transudat. Biasanya hal ini terdapat pada:
a)
b)
c)
d)
a)
b)
Sindrom nefrotik
c)
2.
Eksudat
Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeable abnormal dan berisi protein transudat.
PARAMETER
Warna
BJ
Jumlah set
Jenis set
Rivalta
Glukosa
Protein
Rasio protein TE/plasma
LDH
Rasio LDH T-E/plasma
TRANSUDAT
Jernih
< 1,016
Sedikit
EKSUDAT
Jernih, keruh, berdarah
> 1,016
Banyak (> 500 sel/mm2)
Negatif
60 mg/dl (= GD plasma)
< 2,5 g/dl
< 0,5
< 200 IU/dl
< 0,6
Negatif
60 mg/dl (bervariasi)
>2,5 g/dl
> 0,5
> 200 IU/dl
> 0,6
3.3 Etiologi
1. Berdasarkan Jenis Cairan
19
karena
fungi
penyebabnya:
Aktinomikosis,
Aspergillus,
20
Manifestasi Klinis
Pada anamnesis lazim ditemukan, antara lain :
-
kapiler
22
23
24
3.6 Diagnostik
Diagnosis kadang-kadang dapat ditegakkan secara anamnesis dan pemeriksaan
fisik saja. Untuk diagnosis yang pasti perlu dilakukan tindakan torakosentesis
dan pada beberapa kasus dilakukan juga biopsy pleura.
1. Sinar tembus dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
daripada bagian medial. Dalam foto dada pada efusi pleura adalah
terdorongnya mediastenum pada sisi yang berlawanan dengan cairan.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya
cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan CT Scan dada. Adanya
perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, hanya saja
pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
Gambar 2 Gambaran Toraks dengan Efusi Pleura
(http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm)
2. Torakosentesis
Aspirasi
cairan
pleura
Pelaksanaannya
dilakukan
pada
25
Warna cairan. Bila kuning kehijauan dan agak perulen, ini menunjukan
adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukan adanya abses
karena amoeba.
2) Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat.
Diperiksakan juga pada cairan pleura:
A. Kadar pH dan glukosa
B. Kadar amylase.
3) Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostic penyakit.
a) Sel neutrofil: menunjukan adanya infeksi akut
b) Sel limfosit: menunjukan adanya infeksi kronik seperti
pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum.
c) Sel mesotel: bila jumlahnya meningkat adanya infark
paru.biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.
d) Sel mesotel maligna: pada mesotelioma.
e) Sel-sel besar dengan banyak inti: pada arthritis rheumatoid.
f) Sel L.E: pada lupus eritematosus sistemik.
4) Bakteriologi
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah
pneumokokus, E, coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter.
3. Biopsi pleura
Pemeriksaan histology menunjukan 50-75 persen diagnosis kasus-kasus
pleuritis tuberkolosa dan tumor pleura.
26
3.7 Tatalaksana
1. Pengobatan kausal
Pengobatan pada penyakit tuberkulosis (pleuritis tuberkulosis) dengan
menggunakan OAT dapat menyebabkan cairan efusi diserap kembali, tapi untuk
menghilangkan eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosintesis.
Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-kadang dapat
diberikan kortikosteroid secara sistemik (Prednison 1 mg/kg BB selama 2 minggu
kemudian dosis diturunkan secara perlahan).
Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan
efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan
thoraxosentesis.
Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan
sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg.
Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi
keluar dari rongga pleura dengan efektif.
2. Thorakosentesis
-
Pungsi pleura - Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis
aksila posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau 16.
Pungsi percobaan/diagnostik
27
Yaitu dengan menusuk dari luar dengan suatu spuit kecil steril 10 atau 20
ml serta mengambil sedikit cairan pleura (jika ada) untuk dilihat secara fisik
(warna cairan) dan untuk pemeriksaan biokimia (uji Rivalta, kadar kolesterol,
LDH, pH, glukosa, dan amilase), pemeriksaan mikrobiologi umum dan terhadap
M. tuberculosis serta pemeriksaan sitologi.
28
b.
29
2.
timbul)
malaise
keringat malam
anoreksia
berat badan menurun
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat.
30
31
Pemeriksaan Radiologi
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari sela iga 2 depan, serta tidak dijumpai kavitas.
Kriteria penderita
Fase awal
Fase lanjutan
6 EH
4 RH
4 R3H3*
RHZE
(RHZS)
2
RHZE
(RHZS)
2
RHZE
(RHZS)*
II
Kasus kronik
2 RHZES / 1
RHZE
2 RHZES / 1
5 RHE
5 R3H3E3*
RHZE*
2 RHZ (E)
2 RHZ (E)
2 RHZ* (E)
Obat-obat sekunder
32
6 EH
4 RH
4 R3H3*
Dosis harian
Dosis 2x/minggu
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
(mg/kgbb/hari)
(mg/kgbb/hari)
mg)
mg)
mg)
mg)
mg)
Pirazinamid
15-40 (maks. 2 g)
50-70 (maks. 4 g)
15-30 (maks. 3 g)
Etambutol
50 (maks. 2,5 g)
Streptomisin
15-40 (maks. 1 g)
INH
Rifampisin
Komplikasi Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini
Pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis.
2. Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan napas, kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), kor
pulmonale, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS) yang sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
33
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang laki-laki berinisial Tn. A, berumur 57 tahun, MRS 18 september
2011 dengan keluhan utama sesak napas yang bertambah hebat sejak 1 hari
SMRS. Dari keluhan tersebut, yang dapat kita pikirkan adalah gangguan di sistem
respirasi/paru, gagal jantung, dan gangguan ginjal.
Lebih kurang 3 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna dahak
putih, os merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan
BAB normal (+). Pada keadaan ini, os tidak berobat. Dari keluhan tersebut dapat
diketahui adanya batuk kronis, yang bisa dikarenakan TB paru atau bronkitis
kronik. Dari anamnesis ini, kemungkinan gangguan ginjal dapat disingkirkan
karena tidak ada kelainan BAK. Perubahan warna BAK bisa menunjukkan
terjadinya gangguan di ginjal.
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press
Astowo, pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas Dan Empiema. Jakarta:
Departement Pulmonolgy And Respiration Medicine, Division Critical
Care And Pulmonary Medical Faculty UI
Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Jeremy, et al. 2008. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi. Edisi kedua.
Jakarta: EMS Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta
EGC.
36
37