Eksperimentasi Pemikiran Islam Kaum Muda Muhammadiyah
Eksperimentasi Pemikiran Islam Kaum Muda Muhammadiyah
: Zuly Qodir
Sejak bediri tahun 1912 hingga sekarang, baru kali ini ada
perkumpulan yang disebut Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah
(JIMM). JIMM beberapa waktu lalu mengadakan workshop
dengan
keperluan
tulisan
ini,
saya
akan
memfokuskan
pada
di
tanah
air.
Pertemuan
semacam
ini
merupakan
Jika dalam tubuh Muhammadiyah dikenal istilah low politics dan high
politics, sebenarnya arah yang lebih kuat tumbuh dan berkembang, tidak
lain adalah arah low politicssekurang-kurangnyasetiap menjelang
rotasi pergantian kepemimpinan nasional atau pergantian presiden. Lebihlebih sejak tumbangnya rezim orde baru yang otoriter dan diktator,
arus low
politics dalam
Muhammadiyah
semakin
mengental
dan
dengan
Muhammadiyah
hampir-hampir
tidak
bisa
dipisahkan,
sekalipun masih dapat dibedakan. Ini bisa dimengerti sebab PAN diketui
oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M. Amien Rais, yang
kemudian mengundurkan diri, serta didukung oleh banyak fungsionaris
Muhammadiyah, baik di tingkat pusat maupun tingkat ranting, sebuah
kepengurusan terendah dalam Muhammadiyah.
Memang ada peraturan warga Muhammadiyah yang sedang menjabat di
Muhammadiyah tidak diperbolehkan untuk duduk dalam kepengurusan
PAN, karena akan tumpang tindih jabatan. Namun yang terjadi di
lapangan adalah sebaliknya. Tidak jarang warga Muhammadiyah sedang
duduk sebagai ketua pimpinan baik di tingkat wilayah, daerah, cabang
maupun ranting sekaligus sebagai pengurus inti PAN. Artinya, sebagai
warga Muhammadiyah sekaligus sebagai pengurus PAN.
Dengan melihat pelbagai fakta di lapangan seperti itu, hemat saya wajar
jika anak-anak muda Muhammadiyah yang lebih beraliran non politik
(high politics) hadir untuk lebih memposisikan dirinya sebagai kelompok
yang lebih bersifat kultural. Kaum muda Muhammadiyah ini bergerak
dalam level pemberdayaan intelektual, bukan pada pemberdayaan politik
praktis. Mungkin saja, gerakan kultural anak muda Muhammadiyah ini
berdampak
pada
gerakan
politik,
tetapi
tertap
fokusnya
adalah
dengan
terjadinya
segmentasi
yang
terjadi
di
tubuh
untuk
menemukan
wajah
Muhammadiyah
yang
Eksperimentasi Pemikiran
Dengan memfokuskan pada gerakan kultural, kaum muda Muhammadiyah
ini sesungguhnya tengah berupaya melakukan sebuah eksperimentasi
pemikiran dalam Muhammadiyah dan Islam Indonesia. Jika selama ini
pemikiran, khususnya teologi Islam dan Muhammadiyah lebih terfokus
pada masalah-masalah ritual simbolik keagamaan (keislaman), maka
kaum muda Muhammadiyah ini mencoba menawarkan format pemikiran
Islam yang lebih segar, lebih baru, sekalipun bisa saja masalah-masalah
yang diangkat merupakan masalah lama, bahkan yang sudah akut.
Sebagai gerakan kultural, maka mengemas lapangan pemikirannya dapat
dipastikan akan bersifat pembebasan terhadap kaum tertindas, kaum
dhuafa, mustadafin, dan kaum marjinal di tanah air. Akan berbeda jika
pilihannya adalah gerakan politik, tentu pilihan isunya adalah tema-tema
strukturalis, dan bahkan tema-tema elitis semisal pembagian kekuasaan,
rotasi kepemimpinan dan distribusi jabatan kekuasaan publik.
Disitulah yang membedakan secara tegas antara gerakan kultural kaum
muda Muhammadiyah dengan gerakan politik Muhammadiyah. Gerakan
kultural dapat juga dibilang sebagai sebuah gerakan pembumian
pada
masalah-masalah
sosial
yang
timbul
di
tengah
masyarakat sekitar.
Masalah-masalah sosial yang muncul, dan barangkali krusial, diusung
dengan memakai terminologi kemungkaran sosial sebagai bagian dari
kebejatan-kebejatan kaum beragama yang tidak mengindahkan realitas
sebagai masalah yang semestinya direspon secara simultan dan segera
oleh umat Islam, dan umat beragama pada umumnya. Membiarkan
kemungkaran sosial secara tidak langsung artinya umat beragama
melanggengkan dosa-dosa kolektif bergentayangan di muka bumi.
Untuk mengusung pemikiran Islam baru, kaum muda Muhammadiyah
tampaknya hendak melengkapi dirinya dengan seperangkat ilmu dan
pengetahuan
berkenaan
dengan
semangat
perlunya
melakukan
untuk
menghentikan,
sekaligus
menghilangkan
adanya
dominasi dan hegemoni atas tafsir kitab suci. Dalam kerangka ini, maka
melakukan
perlawanan
dekonstruksi
secara
atas
kultural
mengalami kemandegan.
teks
atas
dapat
tradisi
juga
ijtihad
disebut
sebagai
keislaman
yang
berhasil,
semua
ditentukan
ketika
energi
intelektual
muda
Islam di
pemikiran
kaum
Malang
muda
memang
merupakan
Muhammadiyah,
bukan
awal
kebangkitan
sebaliknya,
awal
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 2 2004
Refleksi
Tiga
Tahun
Perjalanan
JIMM
menilai, secara teologis JIMM sudah keluar dari sumber otoritatif Islam,
yakni Alquran dan hadis. Masih banyak stigma negatif lain yang
disematkan kepada JIMM yang anggotanya terdiri dari kaum muda
Muhammadiyah.
Sebagai komunitas baru yang tidak ada hubungan struktural dengan
Muhammadiyah
(sekalipun
personel-personel
JIMM
aktivis
ada
di
pundak
kaum
muda
Muhammadiyah
ini.
lewat
tulisan
dan
melakukan
terobosan
intelektual.
Sekurang-kurangnya
Muhammadiyah
ada
bangkit.
empat
Pertama,
alasan
mengapa
mengembalikan
kaum
muda
Muhammadiyah
mengabaikan
persoalan-persoalan
sosial
tanpa
paradigma
Saya
kira,
karena
alasan
itulah
kaum
muda
Muhammadiyah mampu mengambil "jalan lain" dari mazhab konservatifskripturalis, dan sangat wajar jika akan terjadi benturan-benturan dengan
kaum konservatif dalam tubuh Muhammadiyah. Apa yang dilakukan oleh
anak-anak muda Muhammadiyah yang tergabung di JIMM, sebenarnya
dapat juga disebut kehendak untuk melakukan kritik internal (autokritik)
terhadap Muhammadiyah agar tidak terjebak dalam ritual formalisme
organisasi.
Ketiga,
perlunya
pertemuan
(baca:
dialog)
lintas
generasi
di
vs
Muhammadiyah
konservatif.
Kondisi seperti ini harusnya tak boleh terjadi, sebab masa depan
Muhammadiyah tak cukup dibebankan hanya kepada kaum tua. Kaum
muda Muhammadiyah harusnya mengambil bagian dan peran yang
signifikan bersama-sama dengan kaum tua, dan merumuskan kembali
prinsip purifikasi dan dinamisasi Islam dengan berbagai problem dan
perkembangan zaman sekarang ini. Dari situlah mereka dapat melakukan
kerja-kerja religius dan kebudayaan untuk masa depan yang lebih
mencerahkan.
Keempat, perkembangan wacana pemikiran Islam yang demikian cepat
makin menjelaskan bahwa gaya konservatif tidak lagi memadai untuk
merespons
masalah
aktual
yang
terus
bergulir.
Lambatnya
kaum
terhadap
tafsir
keagamaan.
Muhammadiyah.
zamannya.
Muhammadiyah
sudah
selayaknya
memelopori
mulanya
muhammadiyah
respon
tempo
masyarakat
dulu?
mereka
Indonesia
mengaggap
akan
gerakan
gerakan
yang
dari
masyarakat.
melihat sepak terjang hal di atas perjalan JIMM yang dicap kafir, lambat
laut akan menemukan pencerahanya. Amien..........
#1. mach shof at 2011-04-02 08:16:45
Tahu apa JIMM ttg KH. Ahmad Dahlan buang organaisasi tak produktif
hanya menebar virus liberalisasi di tubuh Muhammadiyah
#2. agus hermawan at 2010-11-02 09:29:13
Semangat Teologi almaun merupakan spirit JIMM, sebagaimana telah
dipraktikkan
pendiri
Muhammadiyah
KH
Ahmad
Dahlan.
Biarkan
Tiga
Tahun
menunggu-nunggu
Perjalanan
dan
tidak
JIMM:
melupakan:
ke-3
masehi
(Fushshilat
(41)
ayat
44).
7:14,15).
Hari-Hari
Allah
melalui
millennium
seseorang
di
Indonesia
ke-3
awal
masehi.
Gandakoesoema,
Pembaharu
Persepsi
untuk
Muhammadiyah.
di
hebohkan
dari
saya
tapi
pribadi
untuk
jujur
pencerahan
banyak
sekali
pemikiran
kelemahan
Muhammdiyah
akan
kejumudan
pemikiran
yang
terjadi
di
mulanya
respon
masyarakat
Indonesia
akan
gerakan
pertama-tama
akan
angkat
tangan
menolak.
ada
beberapa
dan
mengaburkan
menyelamatkan
pemahaman
masyarakat,
masyarakat.
tidak
berupaya
merusak
dan
memberdayakan
masyarakat sipil. saya kira wacana2 barat sangat erat dan tidak jauh
pas
jika
JIMM
hanya
punya
kaitan
non-struktural
dengan
jika
tidak
bisa
menggunakan
nama
Muhammadiyah
karena
(bahwa
ada
polarisasi),
sedangkan
pada
dasarnya
anda
zaman
kyai
dahlan
adalah
semangat
tajdid
baik dan bermartabat dimata orang ternyata sejalan dengan visi seluruh
agama yang ada di dunia ini. untuk itu kami salaku kaum yang sangat
setuju
dengan
misi
yang
telah
dijalankan
oleh
komunitas
JIMM
untuk
di
Muhammadiyah.
hebohkan
dari
saya
tapi
pribadi
untuk
jujur
pencerahan
banyak
sekali
pemikiran
kelemahan
Tiga
Tahun
menunggu-nunggu
Perjalanan
dan
tidak
JIMM:
melupakan:
ke-3
masehi
(Fushshilat
(41)
ayat
44).
7:14,15).
Hari-Hari
Allah
melalui
millennium
seseorang
di
Indonesia
ke-3
awal
masehi.
Gandakoesoema,
Pembaharu
Persepsi
pendiri
Muhammadiyah
KH
Ahmad
Dahlan.
Biarkan
mulanya
muhammadiyah
respon
tempo
masyarakat
dulu?
mereka
Indonesia
mengaggap
akan
gerakan
gerakan
yang
dari
masyarakat.
melihat sepak terjang hal di atas perjalan JIMM yang dicap kafir, lambat
laut akan menemukan pencerahanya. Amien..........
#12. mach shof at 2011-04-02 08:16:45
Senin,
17
November
2003
Andar
Nubowo
dialog
Islam-Barat
dan
menemukan
kunci
hermeneutik
kejemuan,
aktivis
lebih
birokratisme,
tertarik
dan
pada
pragmatisme,
political
bahkan
achievement.
Islam
modernis
seperti
Muhammadiyah.
dan
praktik
keagamaan
yang
mekanistik
tanpa
terlihat
kaitannya dengan perilaku sosial. Umat Islam saat itu bodoh, miskin, dan
terbelakang, tidak mampu melihat batas baik dan buruk. Umat Islam tak
berdaya melihat parade kolonialis Belanda di depan mata mereka.
Hal inilah yang menggugah Ahmad Dahlan untuk menyadarkan umat
dengan jargon kembali kepada Al Quran dan Sunah Nabi Muhammad Saw
(al-ruju ila al-Quran wa al-Sunnah al-Nabawiyah) dalam ranah agama,
sosial, dan moral. Bersama murid-muridnya, Ahmad Dahlan bergerak
memurnikan akidah umat yang melenceng jauh dari sumbernya sembari
Muhammadiyah
dijadikan
obyek
penelitian
ilmiah
sarjana
in
the
world.
reseptif,
seharusnya
tekstualis
dibaca
terhadap
secara
kritis
doktrin
dan
Islam.
Al
Quran
yang
dikontekstualisasikan
guna
dilantunkan
dan
dikidungkan.
Figur mulia Muhammad sekadar dipahami dalam prespektif gesturaltekstualis, seperti cara makan nabi, memelihara jenggot, tanpa menelisik
lebih
dalam
makna
perjuangan
nabi
secara
lebih
luas.
Cara
KH
sejarah
yang
Ahmad
kembali
lahir
di
Dahlan.
kalangan
kaum
muda
bukan
memegang
kepemimpinan
politik
negara,
dan
kepedulian
sosial
tinggi
(1996).
yang
kian
parah
dan
akut.
keprihatinan
dan
kegelisahan
religius,
sosial,
dan
moral
Dahlan
intelektualisme
telah
memberi
dan
contoh
terbaik
bagi
perpaduan
praksisme
ini?