Lapsus 3 DADRS Disertai Demam Tipoid Dan Meteorismus
Lapsus 3 DADRS Disertai Demam Tipoid Dan Meteorismus
LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. AAA
Umur
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Tanggal lahir
: 04 April 2014
Tanggal masuk
: 23 Agustus 2014
No.CM
: 065929
DPJP
: Diare cair
Keluhan Tambahan
-
Muntah (-)
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
-
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Keganasan
: Disangkal
NC
: Pasien anak ketiga dari tiga bersaudara, lahir cukup bulan 38-39
minggu, BBL 2000 gram, lahir langsung menangis, panjang dan lingkar
kepala lupa, ditolong oleh bidan melewati pervaginam tanpa penyulit.
PNC
Pasien tidak diberi ASI sejak kecil dikarenakan pasien tidak mau menetek,
jika menetek muntah.
Pasien diberi susu formula sejak kecil, susu sekarang susu LLM. Sehari
MPASI disangkal
3
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengakui imunisasi lengkap, pemberian imunisasi di puskesmas,
tinggal campak
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
Nadi
RR
: 72x/menit, reguler
Suhu
: 39o C , Axiller
Status Gizi :
BB : 5,2 Kg
PB : 56 cm
LK : 39 cm
LLA : 11,5
Status Interna
Kulit
Kepala
Mata
cekung (+/+)
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Cor
Inspeksi
Palpasi
Pulmo
Inspeksi
subcotal (-)
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Perkusi
: hipertimpani (+)
Palpasi
I.2.3. RESUME
By. AAA umur 5 bulan 15 hari datang dengan keluhan :
Pagi sampai siang sebelum masuk rumah sakit (SMRS), BAB cair warna kuning
sudah 5x, darah (-), lendir (-), ampas (+).tidak berbau busuk dan tidak keruh
seperti air cucian beras.
Keluhan disertai demam sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), naik
turun tidak menentu, demam diakui tidak turun sampai normal (ibu tidak
mengukur dengan termometer), membaik jika diberi obat penurun panas. 2 hari
terakhir demam terus tinggi.
Pasien habis dirawat di RSUD salatiga dengan keluhan kejang demam selama 4
hari, pulang rawat inap 2 hari SMRS dengan kondisi demam tidak tinggi.
Nadi 160x/menit reguler, isi dan tegangan cukup, respirasi : 72x/menit, regular,
suhu
: 39o C , Axiller.
I.2.4. ASSESMENT
1. Diare akut dehidrasi ringan sedang dd/ disentri basiler atau amoeba
2. Suspek demam typhoid
3. Suspek meteorismus
4. Gizi kurang
I.2.5. PLANNING
1. Farmakologi
-
Infus RL 600cc/24jam
Paracetamol 4x2,5cc
Dosis 10-15mg/kgbb/kali (10-15) x 4 = 40-60mg 2,5 cc
Zinkid 2 x cc
L-bio 2 x sach
2. Non Farmakologi
-
3. Usul Pemeriksaan
-
X-foto thorax
X-foto abdomen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DIARE
Diare adalah penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima tahun di
dunia, dan bertanggung jawab dalam kematian 1,5 juta anak setiap tahun, yang hampir
sama dengan satu dari lima kematian anak secara global.1,2 Diare membunuh lebih
banyak anak-anak dibandingkan dengan AIDS, malaria dan campak digabungkan.2
Indonesia juga menempatkan diare sebagai penyebab kedua kematian di kalangan anakanak di negara ini. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan di Indonesia (SDKI 1997)
prevalensi diare di Indonesia adalah 10,4% dan merupakan penyebab tertinggi kedua
kematian pada anak.3
Kebanyakan anak yang meninggal akibat diare sebenarnya meninggal karena
dehidrasi yang parah dan kehilangan cairan, terutama pada anak balita (di bawah 5 tahun)
dan anak-anak kurang gizi atau anak-anak dengan gangguan kekebalan tubuh. 2, 4
Definisi
Diare didefinisikan sebagai keadaan berubahnya konsistensi tinja menjadi lebih
lembek/ cair dan disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Buang air besar tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1,2 WHO mendefinisikan diare sebagai keluarnya
tinja encer (yang mengikuti bentuk bejana) dengan frekuensi 3 atau lebih dalam periode
24 jam.5 Episode diare dibedakan menjadi akut dan persisten berdasarkan durasinya.
Diare akut terjadi secara mendadak dan tidak lebih dari 14 hari. Diare persisten
didefinisikan sebagai episode diare yang terjadi lebih dari 14 hari.
Untuk bayi dan anak, jumlah keluaran tinja lebih besar daripada 10g/kg/24 jam
atau lebih dari batas dewasa yaitu 200g/24 jam. Diare merupakan akibat dari
terganggunya transport cairan usus dan elektrolit.3
Etiologi
Penyebab paling umum adalah agen-agen infeksius, namun penyebab-penyebab
lainnya yang menyebabkan manifestasi klinis yang sama tidak boleh diabaikan. Penyebab
diare akut meliputi.3,4
7
Tabel 1. Etiologi Penyebab Diare Akut3,4
Infeksi
Obat-obatan
Antibiotika
Pencahar
Antasida yang mengandung magnesium
Withdrawal opiat
Obat-obatan lainnya
intoleransi
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multipel
Metilxantin (kafein, teobromin, teofilin)
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin
Defisiensi niasin
Defisiensi folat
8
keberadaan gradien natrium sepanjang brush border membrane yang dipertahankan oleh
pompa Na, K+ ATPase pada membran basolateral enterosit.
Mekanisme kedua adalah jalur electroneutral NaCl-coupled yang melibatkan
mekanisme pertukaran dobel oleh Na-H+ exchanger dan Cl-HCO3- exchanger.
Patofisiologi
Diare terjadi akibat ketidakseimbangan antara absorpsi air dan elektrolit dengan
sekresi. Perubahan ini dapat terjadi baik akibat adanya gaya osmotik di lumen yang
menarik air atau hasil dari induksi status sekresi aktif pada enterosit.3
Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena adanya substrat yang tidak dapat diserap di
saluran gastrointestinal dan secara umum berhubungan dengan kerusakan usus halus.2,6
Contoh klasik diare osmotik adalah intoleransi laktosa disebabkan karena defisiensi
enzim sehingga laktosa tidak dapat diserap di usus halus dan mencapai kolon dalam
keadaan intak. Bakteri kolon kemudian memfermentasi laktosa yang tidak terserap
tersebut menjadi asam organik rantai pendek, membangkitan osmosis sehingga air
disekresikan ke lumen. Contoh lain adalah konsumsi minuman berkarbonasi yang
mengandung gula dalam jumlah berlebihan melampaui kapasitas transpor, terutama pada
balita, dan konsumsi sorbitol serta garam magnesium yang keduanya tidak diabsorbsi.
Secara umum, diare osmotic terjadi saat pencernaan dan/atau penyerapan bermasalah.
Diare osmotik berhenti dengan puasa dan memiliki pH asam.6
Diare sekretorik
Mekanisme diare sekretorik terdapat aktivasi mediator intraselular seperti cAMP,
cGMP, dan Ca2+ intraselular, yang menstimulasi sekresi Cl- aktif dari sel kripta dan
menginhibisi absorbsi natrium klorida coupled netral. Mediator ini mengganggu ion flux
paraselular karena cedera akibat toxin yang terjadi di tight junction.6 Contoh klasik diare
sekretorik yang ditimbulkan oleh kolera dan enterotoksin Escherichia coli yang berikatan
dengan reseptor permukaan enterosit (monosialoganglioside GM1). Fragmen dari toksin
kolera kemudian akan masuk ke dalam sel dan mengaktivasi adenilat siklase pada
membran basolateral melalui interaksi dengan protein G. Kejadian ini meningkatkan
cAMP intraselular yang mengaktivasi protein spesifik yang kemudian membangkitkan
pembukaan kanal klorida.6
9
E. coli akan memediasi diare sekretorik dengan menghasilkan heat-labile toxin
(LT) dan heat-stable toxin (ST) di usus halus. Aksi LT serupa dengan toksin kolera dan
berikatan dengan reseptor permukaan yang sama. Penyebab lain diare sekretorik adalah
peptida vasoaktif yang mengaktivasi reseptor G protein-coupled menyebabkan
peningkatan mediator intraseluler.2
Diare sekretorik biasanya memiliki volume yang banyak, tinja mengandung
banyak sekali air. Analisis feses menunjukkan natrium dan klorida yang tinggi (> 70
mEq/L). Diare sekretorik terus berlanjut dengan puasa.6
Konsep klasik bahwa diare sekretorik hanya diinduksi oleh bakteri mulai
mendapat tantangan dengan adanya bukti bahwa jalur sekresi ion serupa diinduksi oleh
agen virus dan protozoa.6 Rotavirus menghasilkan protein nonstruktural (NSP4) yang
dapat menstimulasi sekresi klorida dimediasi kalsium. Diare sekretorik juga dapat muncul
melalui proses noninfeksi. Beberapa hormon dan neurotransmitter diketahui terlibat
dalam sekresi intestinal sebagai bagian dari system neuroendokrin yang terintegrasi
dalam respon intestinal terhadap stimulus luar.
Diare akut, terutama yang disebabkan karena infeksi, dipengaruhi oleh faktor
pejamu dan faktor kausal. Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari
faktor-faktor pencegah atau lingkungan internal saluran cerna antara lain keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas dan lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu
daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman.1
Diare infeksi dibagi menjadi:1
1.
2.
10
eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Penyebab parasit yang
sering yaitu E.histolytica dan G.lamblia.
Patogenesis
Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili
yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel epitel
berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit.
Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase,
menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida terutama laktosa. Penyembuhan terjadi
bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.1
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertamatama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan.
Penempelan terjadi melalui pili yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal
ini terjadi misalnya pada E.coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa
keadaan, penempelan mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang
menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.1
11
Protozoa
II.2 DEHIDRASI
Diare berat dan asupan oral terbatas dapat menyebabkan dehidrasi. Manifestasi
dari dehidrasi antara lain rasa haus meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil, urin
berwarna gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik. Pada keadaan diare
berat dapat terjadi gagal ginjal akut dan perubahan status mental (bingung dan pusing).
Pada semua anak dengan diare, status hidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat,
sedang, atau tanpa dehidrasi.7
Tabel 2. Klasifikasi keparahan dehidrasi pada anak dengan diare menurut WHO7
Klasifikasi
Dehidrasi berat
Dehidrasi ringan
sedang
Tanpa dehidrasi
Lethargi/tidak sadar
Mata cekung
Gelisah, iritabilitas
Mata cekung
12
1.
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox
cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok
2.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien presyok
atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
3.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
Lebih banyak cairan diberikan pada anak untuk mencegah dehidrasi. Cairan rumah
seperti air tajin, air kelapa, sup sayur atau yoghurt dapat diberikan. Cairan bersoda,
cairan buah dengan pemanis buatan, dan glukosa tinggi dihindari karena dapat
menyebabkan diare osmotik. Selama tidak ada tanda dan gejala malabsorpsi selama
penanganan, penghentian susu dan dairy product tidak direkomendasikan. Pemakaian
rutin formula bebas laktosa tidak mengurangi masa penyembuhan.
Cairan rehidrasi oral WHO (Oral Rehydration Solution / ORS) mengandung NaCl 3,5
g, NaCO3 2,5 g, KCl 1,5 g, glukosa 20 g dalam 1 liter air (Oralyte, Ottolite). Ibu
dapat diajarkan cara menyiapkan cairan garam-gula, 3 jumput garam ditambahkan
dengan sekitar segenggam gula, dicampur dengan liter air. Pada diare yang
memanjang atau berat, ORS yang mengandung beras dapat dicoba. Cairan ini dapat
diterima dan meningkatkan nutrisi anak.
Restriksi atau penghentian makanan tidak dianjurkan. Anak tetap harus diberi makan
dengan nutrien dan kalori tinggi untuk mencegah malnutrisi. ASI tetap dilanjutkan.
Campuran sereal dan kacang, jus buah segar dan pisang dapat diberikan. Saat diare
berhenti, anak diberikan makanan ekstra setiap hari selama satu minggu untuk
mencapai berat badan sebelum sakit.
Tanda bahaya harus dijelaskan kepada ibu dan harus segera dilaporkan, rasa haus
berlebihan, mata cekung, demam, menolak makan atau minum, disentri, pengurangan
buang air kecil, kejang.
13
Plan B
Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
Setelah 3 jam:
-
Tunjukkan beberapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
14
Plan C
Diare dengan dehidrasi berat
Harus ditangani cepat dengan cairan intravena karena keadaan emergensi, Ringer
Laktat atau Normal Saline 0,9% diberikan 100 ml/kg yang dibagi sebagai berikut:
Tinjau ulang setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) untuk status hidrasi dan pilih
plan A, B, C untuk selanjutnya. Jika akses intravena tidak bisa secara cepat,
pikirkan pemberian ORS dengan NGT. Anak sadar dan tidak terdapat ileus, 20
ml/kg/jam. Jika diharuskan, akses intraosseus dapat dikerjakan pada anak di
bawah 6 tahun.
Penatalaksanaan Lain4
Antibiotik
o Digunakan atas indikasi tertentu yaitu infeksi bakteri spesifik atau
protozoa, kolera, Shigella, Giardia. Pada pasien dengan diare berat dan
persisten, dengan penyakit lain seperti gagal jantung, penyakit paru, dan
AIDS.
15
o Hanya sedikit mengubah konsistensi tinja, namun tidak mengurangi
kehilangan cairan dan garam.
eliminasi
organisme
penyebab
diare
dan
dapat
memperpanjang penyakit.
Probiotik
o Beberapa strain probiotik (bakteri asam laktat atau mycetes) ditemukan
efektif sebagai adjuvan dalam menangani anak dengan diare akut. Data
dari randomized controlled trial yang didesain dengan baik menunjukkan
keuntungan yang secara statistik signifikan dalam hal memperpendek
masa
sakit.
Saat
ini
strain
probiotik
(terbanyak
Lactobacillus
Zinc
o Pada anak umur 2 bulan ke atas, tablet zinc diberikan selama 10 hari
dengan dosis tablet (10)/hari untuk yang berusia <6 bulan, dan 1 tablet
(20 mg)/ hari untuk yang berusia > 6 bulan.
BAB III
PEMBAHASAN
By. AAA umur 5 bulan 15 hari datang dengan keluhan demam sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS), naik turun tidak menentu, demam diakui tidak turun
sampai normal (ibu tidak mengukur dengan termometer), membaik jika diberi obat
penurun panas. 2 hari terakhir demam terus tinggi. Pagi sampai siang SMRS keluhan
disertai BAB cair warna kuning sudah 5x, darah (-), lendir (-), ampas (+). Perut terlihat
tegang sejak tadi pagi SMRS. Pasien habis dirawat di RSUD salatiga dengan keluhan
kejang demam selama 4 hari, pulang rawat inap 2 hari SMRS dengan kondisi demam
tidak tinggi dengan riwayat kejang 1x disertai demam 6 hari SMRS.
Dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemas, kurang aktif, sedikit rewel,
kesadaran compos mentis, nadi 160x/menit reguler, isi dan tegangan cukup, respires
72x/menit, regular, suhu 39o C , Axiller. Status gizi pasien yaitu gizi buruk Pada
pemeriksaan abdomen ditemukan inspeksi terlihat protuberan, terlihat tegang auskultasi
bising usus (+) dalam batas normal, perkusi hipertimpani (+), palpasi tegang, hepar dan
lien sulit dievaluasi, turgor sulit dievaluasi.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien menderita diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang dilihat dari keluhan seperti bab cair warna kuning sudah 5x,
darah (-), lendir (-), ampas (+), lemas, mata cekung, dan bibir kering. Diare pada anak
biasanya diakibatkan oleh virus rotavirus, namun untuk mengetahui apakah penyebab
diare berasal dari rotavirus atau infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan penunjang lebih
lanjut seperti darah lengkap, feses rutin.
Untuk demam pada pasien yang sudah 10 hari SMRS naik turun tidak menentu
dicurigai pasien terkena demam tifoid, dilihat dari keluhan demam dan juga keluhan
gastrointestinal. Keluarga juga mengeluh perut pasien sedikit tegang sejak pagi, pada
pemeriksaan fisik abdomen ditemukan perut sedikit tegang dengan hipertimpani, pasien
dicurigai meteorismus, namun diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu x-foto abdomen
untuk menegakkan diagnosis.
Penatalaksanaan farmokologi pasien yaitu infus RL 600cc/24jam untuk rehidrasi
dan maintenance cairan, inj. ceftriakson 2x200mg untuk eradikasi bakteri penyebab
demam tipoid, paracetamol 4x2,5cc untuk menurunkan panas, Zinkid 2 x cc dan L-bio
2 x sach untuk membantu perbaikan saluran cerna dan perbaikan diare. Dan
16
17
penatalaksanaan non farmakologi pasien yaitu bed rest tidak total, seka air hangat, dan
drumhuis bila perlu untuk mengeluarkan udara di dalam abdomen penyebab meteorismus.
Untuk diet disarankan ASI ekslusif, jika sulit bisa diberikan susu jenis LLM.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Available at
Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BMD, Geme JS, Schor N. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi 19. Saunders. 2011.
3.
Guandilini
S,
Frye
RE,
Tamer
MA.
Diarrhea.
Available
at
URL
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Panduan Pelayanan Medis RSCM. 2008.
5.
6.
Walker WA, Kleinman RE, Sanderson IR, Sherman PM, Shneider BL. Pediatric
gastrointestinal disease. Edisi 4. 2004.
7.
WHO. Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the management of
common illnesses with limited resources. 2005.
18