Anda di halaman 1dari 11

NAMA

: INTAN NURUL AINI

NIM

: 08041181320004

DOSEN PENGAMPU

: DRS. ENDRI JUNAIDI, M.Si.

TUGAS KEANEKARAGAMAN HAYATI

SOAL
1. Sebutkan taman-taman nasional yang ada di Indonesia beserta karaktristik dari taman
nasional tersebut.
Jawab:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taman nasional adalah kawasan
pelestarian alam yang dikelola, dimanfaatkan untuk kegiatan ilmu pengetahuan,
pendidikan dan pelatihan, serta rekreasi dan pariwisata. Sementara menurut pasal 1
butir 14 UU No. 5 tahun 1990, taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,
dan rekreasi.
Di Indonesia, jumlah taman nasional sangat banyak dan tersebar secara merata dari
Sabang hingga Merauke. Masing-masing pulau memiliki beberapa taman nasional
yang benar-benar dikelola dan dijaga baik oleh pemerintah. Adapun daftar taman
nasional yang ada di Indonesia sebagai berikut:
Pulau Sumatera

Pulau Jawa

Gunung Leuser
Siberut
Kerinci Seblat
Bukit Tigapuluh
Bukit Duabelas
Berbak
Sembilang
Bukit Barisan Selatan
Way Kambas
Batang Gadis
Tesso Nilo

Ujung Kulon
Kepulauan Seribu
Gunung Halimun
Gunung Gede Pangrango
Karimunjawa
Bromo Tengger Semeru
Meru Betiri
Baluran
Alas Purwo
Gunung Merapi
Gunung Merbabu
Gunung Ciremai

Pulau Bali dan Nusa


Tenggara
Bali Barat
Gunung Rinjani
Komodo
Manuperu Tanah Daru
Laiwangi Wanggameti
Kelimutu

Pulau Kalimantan

Pulau Sulawesi

Gunung Palung
Danau Sentarum
Betung Kerihun
Bukit Baka-Bukit Raya
Tanjung Puting
Kutai
Kayan Mentarang
Serbangau

Bunaken
Bogani Nani Wartabone
Lore Lindu
Taka Bonerate
Rawa Aopa Watumohai
Wakatobi
Kepulauan Togean
Bantimurung-Bulusaraung

Pulau Maluku dan


Papua
Manusela
Aketajawe-Lolobata
Teluk Cendrawasih
Lorentz
Wasur

Karakeristik
Pulau Sumatera
1. Taman Nasional Kerinci Seblat
Pembentukan Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan hasil penyatuan
beberapa kawasan cagar alam Kerinci, seperti Cagar Alam Indrapura dan Bukit Tapan,
Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat. Di
dalam cagar alam tersebut terdapat kawasan hutan lindung dan hutan produksi.
Kawasan hutan berfungsi menghasilkan air guna memenuhi kebutuhan air bagi
masyarakat yang hidup di sepanjang bantaran sungai, seperti Sungai Batanghari dan
Sungai Musi. Taman ini memiliki luas 1.368.000 Ha. Di taman nasional ini terdapat
beberapa tipe ekosistem hutan, mulai dari tpe ekosistem hutan dataran rendah sampai
ekosistem sub alpin dan beberapa ekosistem khas seperti rawa gambut, rawa air tawar,
dan danau. Taman nasional ini juga memiliki hutan primer dengan beberapa tipe
vegetasi:
a. Vegetasi hutan dataran rendah (200 m 600 m dpl)
b. Vegetasi pegunungan/bukit (600 m 1500 m dpl)
c. Vegetasi montana (1500 m 2500 m dpl)
d. Vegetasi belukar Gleichenia/paku-pakuan (2500 m 2800 m dpl)
e. Vegetasi sub alpine (2300 m 3200 m dpl)
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan
dataran rendah sampai ekosistem sub-alpin serta beberapa ekosistem yang khas antara
lain rawa gambut, rawa air tawar dan danau. Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat
memiliki 4.000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae.
Tumbuhan yang langka dan endemik seperti pinus kerinci (Pinus merkusii strain
Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborea), bunga raflesia (Rafflesia arnoldi dan R.
hasseltii), dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decus-silvae).
Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 37 jenis mamalia, 10 jenis reptilia, 6
jenis amfibia, 8 jenis primata dan 139 jenis burung.

2. Taman Nasional Sembilang

Taman Nasional Sembilang merupakan lahan basah luas dengan berbagai


ekosistem hutan mulai dari gambut rawa, rawa air tawar, hutan mangrove dan dataran
lumpur. Secara administratif, taman ini adalah bagian dari Kabupaten Banyuasin dan
telah menjadi taman nasional sejak 19 Maret 2003, ketika dipisahkan dari Taman
Nasional Berbak di Jambi oleh pemerintah setempat. Daerah ini dinamakan
Sembilang karena memiliki banyak ikan Sembilang (Plotosus canius).
Semenanjung Banyuasin, terletak di pantai timur Sumatera Selatan, merupakan
surga menawan bagi burung air. Kondisi tanahnya yang becek dan perbatasan yang
ditumbuhi oleh mangrove menjadikan tempat ini ideal bagi beberapa jenis
invertebrata seperti cacing, moluska, dan krustasea. Semenanjungnya yang menjorok
ke laut sepanjang 1,5 kilometer juga membuat taman ini menjadi tempat bertengger
ideal bagi burung yang bermigrasi dari Asia dan Eropa dari bulan Oktober sampai
Desember.
Kuntul Cina (Egretta Eulophotes), Trinil Lumpur-Asia (Limnodromus
Semipalmatus), dan Pedendang Topeng (Heliopais Personata), adalah di antara 30
jenis burung yang bermigrasi menuju Semenanjung Banyuasin. Burung-burung ini
mencari rumah sementara untuk menghindari musim dingin di habitat utama mereka
di Siberia, Semenanjung Korea, dan Jepang. Tujuan akhir mereka adalah daerah subtropis Australia.

Pulau Jawa
1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sebagai suatu kawasan
pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan
dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, penelitian, pengembangan budidaya,
rekreasi, dan pariwisata. Batasan pengertian pemanfaatan taman nasional tersebut
berkaitan dengan sektor pelayanan jasa dan konsep pemanfaatan sumber daya alam
yang berkesinambungan. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) adalah
salah satu taman nasional yang terletak di Jawa bagian barat. Keanekaragaman hayati
yang dikandungnya termasuk yang paling tinggi, dengan keberadaan beberapa jenis
fauna penting yang dilindungi di sini seperti elang jawa, macan tutul jawa, owa jawa,
surili dan lain-lain. Kawasan TNGHS dan sekitarnya juga merupakan tempat tinggal
beberapa kelompok masyarakat adat, antara lain masyarakat adat Kasepuhan Banten
Kidul dan masyarakat Baduy.
Tutupan hutan di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi:
a. Zona perbukitan (colline) hutan dataran rendah, yang didapati hingga
ketinggian 9001.150 m dpl.
b. Zona hutan pegunungan bawah (submontane forest), antara 1.0501.400 m
dpl; dan
c. Zona hutan pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.

Catatan sementara mendapatkan lebih dari 500 spesies tumbuhan, yang tergolong
ke dalam 266 genera dan 93 suku, hidup di kawasan konservasi ini. Suku yang
dominan adalah Fagaceae, yang diwakili oleh 10 spesies dan 144 (dari total 519)
individu pohon; diikuti oleh Lauraceae, yang diwakili oleh 9 spesies dan 26 individu
pohon.. Di taman nasional ini juga didapati sekurang-kurangnya 156 spesies anggrek;
diyakini jumlah ini masih jauh di bawah angka sebenarnya apabila dibandingkan
dengan kekayaan anggrek Jawa Barat yang tidak kurang dari 642 spesies
Hutan-hutan primer dan pelbagai kondisi habitat lainnya menyediakan tempat
hidup bagi aneka jenis margasatwa di TN Gunung Halimun Salak. Tidak kurang dari
244 spesies burung, 27 spesies di antaranya adalah jenis endemik Pulau Jawa yang
memiliki daerah sebaran terbatas. Dari antaranya terdapat 23 spesies burung migran.
Catatan sementara herpetofauna di taman nasional ini mendapatkan sejumlah 16
spesies kodok, 12 spesies kadal dan 9 spesies ular. Daftar ini kemudian masingmasing bertambah dengan 10, 8, dan 10 spesies, berturut-turut untuk jenis-jenis
kodok, kadal, dan ular. Namun, daftar ini belum lagi mencakup jenis-jenis biawak dan
kura-kura yang hidup di sini.
Mamalia terdaftar sebanyak 61 spesies. Di antaranya termasuk jenis-jenis langka
seperti macan tutul jawa (Panthera pardus melas), owa jawa (Hylobates moloch),
surili (Presbytis aygula), lutung budeng (Trachypithecus auratus), dan juga ajag
(Cuon alpinus)
2. Taman Nasional Karimunjawa
Kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang mempunyai luas kawasan 111.625
hektar merupakan satu-satunya kawasan pelestarian alam di propinsi Jawa Tengah
yang mempunyai ekosistem yang unik dan lengkap. Kawasan Taman Nasional
Karimunjawa merupakan perwakilan lima tipe ekosistem yaitu ekosistem terumbu
karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan
hujan tropis dataran rendah. Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati
ketinggian 0-506 m dpl di Pulau Karimunjawa. Hutan hujan tropis dataran rendah
yang ada di Pulau Karimunjawa merupakan hutan sekunder yang dicirikan dengan
keberadaan perintis seperti Medang Wangi (Crytocarya tementosa).
Pulau Bali dan Nusa Tenggara
1. Taman Nasional Gunung Rinjani
Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan
hujan pegunungan rendah hingga pegunungan tinggi dan savana di Nusa Tenggara.
Potensi tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Gunung Rinjani antara lain
jelutung (Laportea stimulans), dedurenan (Aglaia argentea), bayur (Pterospermum
javanicum), beringin (Ficus benjamina), jambu-jambuan (Syzygium sp.), keruing
(Dipterocarpus hasseltii), rerau (D. imbricatus), eidelweis (Anaphalis javanica), dan 2
jenis anggrek endemik yaitu Perisstylus rintjaniensis dan P. lombokensis.
Selain terdapat satu jenis mamalia endemik yaitu musang rinjani (Paradoxurus
hemaproditus rinjanicus), juga terdapat kijang (Muntiacus muntjak nainggolani),
lutung budeng (Trachypithecus auratus kohlbruggei), trenggiling (Manis javanica),

burung cikukua tanduk (Philemon buceroides neglectus), dawah hutan (Ducula


lacernulata sasakensis), kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis broderipii), dan
beberapa jenis reptilia.
2. Taman Nasional Kelimutu
Taman Nasional Kelimutu mencakup luas wilayah sekitar 5.356,50 ha yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.679/Kpts-II/1997, tanggal
10 Oktober 1997. Taman nasional ini merupakan yang terkecil dari enam taman
nasional di kawasan Bali dan Nusa Tenggara. Secara administratif lokasinya berada di
3 kecamatan, yaitu: Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru, dan Kecamatan
Ndona, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Topografi taman nasional ini juga bervariasi mulai dari bergelombang ringan
sampai beratberbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan
lereng yang sangat terjal dan curam. Secara umum, ketinggian kawasan Taman
Nasional Kelimutu berkisar antara 1.500 - 1.731 mdpl. Titik tertinggi terdapat di
puncak Gunung Kelibara, sekitar 1.731 mdpl.
Terdapat beragam jenis flora di kawasan Taman Nasional Kelimutu, yaitu sekitar
100 spesies dalam 36 famili dan 2 diantaranya merupakan jenis endemik Kelimutu
yaitu uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhondodenron renschianum).
Beberapa flora lain yang ada di Taman Nasional Kelimutu adalah ajang kode (Toona
spp.), cemara (Casuarina equisetifolia), kawah (Anthocephalus cadamba), kesambi
(Schleichera oleosa), kesi (Canarium spp.), kodal (Diospyros ferra), sita (Alstonis
scholaris), bunga abadi edelweiss, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sementara itu, beberapa jenis satwa endemik Flores seperti burung gerugiwa
(Monarcha sp) juga menghuni kawasan taman nasional. Burung pengicau endemik
yang memiliki 11 suara kicauan yang berbeda ini disebut-sebut sebagai burung arwah,
mengingat burung ini jarang terlihat.
Hewan endemik lainnya, diantaranya adalah jenis mamalia yaitu tikus lawo
(Rattushainaldi), tikus gunung (Bunomys naso), deke (Papagomys armandvillei), dan
wawi ndua (Susheureni). Jenis satwa lain, diantaranya ayam hutan (Gallus gallus),
banteng (Bos javanicus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak nainggolani), rusa
(Cervus timorensis), babi hutan (Sus sp.), elang (Elanus sp.), srigunting (Dicrurus
sulphurea), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak
(Hystrix brachyura brachyura), kancil (Tragulus javanicus javanicus), dan lainnya.
Taman Nasional Kelimutu juga merupakan habitat bagi sekitar 19 jenis burung
yang terancam punah. Burung-burung tersebut diantaranya punai flores (Treron
floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), cabai emas (Dicaeum annae), sikatan
rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), burung madu matari (Nectarinia solaris),
kancilan flores (Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), tesia
Timor (Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal
(Heleia crassirostris), kehicap flores (Monarcha sacerdotum), dan elang flores
(Spizaetus floris).

Pulau Kalimantan
1. Taman Nasional Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu
Provinsi Kalimantan Barat. Letaknya 700 km dari Pontianak.
Kawasan Danau Sentarum cukup kaya akan jenis tetumbuhan. Dari hasil
pendataan diketahui bahwa jenis tumbuhan yang ada di kawasan TNDS ini berjumlah
675 jenis (species) yang tergolong dalam 97 suku (familia), Dari jumlah tersebut 33
jenis merupakan jenis endemik dan 10 jenis merupakan jenis baru. Sedangkan
tanaman anggrek sampai saat ini yang berhasil didata sebanyak 135 Jenis. Jenis
tumbuhan yang terdapat di Danau Sentarum ini sangat spesifik dimana hampir
sebagian besar jenis tumbuhannya mempunyai penampakan yang berbeda dengan
tumbuhan yang berada di luar Danau Sentarum. Yang paling mengagumkan di
kawasan Danau Sentarum terdapat jenis tumbuhan yang sama dengan tumbuhan
endemik yang ada di Amazon. Oleh masyarakat Danau tumbuhan tersebut dikenal
dengan sebutan pohon Pungguk (Crateva religiosa).
IKAN
Ikan air tawar di Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebanyak 265 jenis.
Mulai dari yang kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax cf. Microps) sampai
ikan Tapah (Wallago leeri) yang dapat mencapai ukuran lebih dari 200 cm. Jenis ikan
untuk konsumsi seperti ikan toman, lais, belida, jelawat dan patin terdapat disini. Jenis
ikan hias misalnya ikan ulanguli (Botia macracantho) dan ikan siluk merah super
(Scleropages formosus).
MAMALIA
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki jenis mamalia langka atau menjelang
kepunahan seperti bekantan (Nasalis larvatus), kepuh (Presbytis melalaphos
cruniger), orangutan (Pongo pygmaeus), ungko tangan hitam (Hyobates agilis),
kelampiau Kalimantan (Hylobates muelleri), macan dahan (Neofelis nebulosa) dan
sebagainya (sekitar 23 jenis lainnya).
BURUNG
Di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat 310 jenis burung dan
termasuk jenis burung bangau hutan rawa (Ciconia stormi) yang tergolong langka,
dan beluk ketupa (Ketupa ketupa), bangau tuntong (Leptoptilus javanicus) dan 8 jenis
rangkong (Bucerotidae) yang dilindungi secara Internasional. Jumlah jenis burung
yang terdapat di kawasan ini juga dikategorikan kaya karena dari 1.519 jenis burung
yang ada di Indonesia 20% diantaranya dapat ditemukan disini.
REPTIL
Di Danau Sentarum terdapat 31 jenis dari kelompok hewan melata atau Reptilia
(Reptil). Delapan jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi seperti buaya
muara (Crocodylus porosus), buaya seyulong (Tomistoma schlegelli), labi-labi, ular,
biawak dan lain-lain. Bahkan buaya katak atau buaya rabin (Crocodylus raninus)
yang di Asia telah dinyatakan punah sejak 150 tahun yang lalu diperkirakan masih
ditemukan di kawasan ini.

2. Taman Nasional Kutai

Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan
pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran
rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman
nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.),
tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.),
meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin
(Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
Taman nasional ini juga memiliki potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu
dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates
muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis
fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang
borneanus).
Pulau Sulawesi
1. Taman Nasional Kepulauan Togean
Taman Nasional Kepulauan Togean adalah sebuah sebuah taman nasional di
Kepulauan Togean yang terletak di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Hasil survei
Marine Rapid Assessment Program (MRAP) oleh Conservation International
Indonesia (CII) tahun 1998 di Kepulauan Togean dan Banggai menunjukkan bahwa
kepulauan Togean merupakan salah satu bagian ekosistem terumbu karang penting
dari coral triangle yang meliputi wilayah Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua
Nugini, Jepang dan Australia. Terumbu karang di Kepulauan Togean kaya akan
keanekaragaman hayati laut dengan 4 type terumbu karang : karang tepi (fringing
reef), karang penghalang (barrier reef), karang tompok (patch reef), dan karang cincin
(atoll).
Hasil Marine RAP mencatat dan 262 spesies karang yang tergolong kedalam 19
Familia pada 25 titik terumbu karang yang tersebar di Kepulauan Togean. Hasil
Marine RAP juga mencatat adanya jenis karang endemik Togean, yaitu Accropora
togeanensis pada 11 titik pengamatan terumbu karang. Enam jenis karang baru juga
ditemukan di Kepulauan Togean dan Banggai yaitu masing-masing satu jenis dari
genus Acropora, Porites, Leptoseris, Echinophyllia dan 2 jenis dari genus Galaxea.
Jenis ikan terumbu karang tercatat 596 spesies ikan yang termasuk dalam 62 Familia.
Jenis Paracheilinus togeanensis dan Ecsenius sp diduga kuat merupakan endemik
yang hanya bisa ditemukan di Kepulauan Togean. Selain itu juga tercatat 555 spesies
moluska dari 103 famili, 336 jenis Gastropoda, 211 jenis Bivalvia, 2 jenis
Cephalopoda, 2 jenis Scaphopoda dan 4 jenis Chiton.
2. Taman Nasional Taka Bonerate
Taman Nasional Taka Bonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia yaitu
setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas
atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas
500 km.

Topografi kawasan sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan
pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk
pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Diantara pulau-pulau gosong karang,
terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan
rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh
terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan
diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.
Tumbuhan yang terdapat di daerah pantai didominasi oleh kelapa (Cocos nucifera),
pandan laut (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan ketapang
(Terminalia catappa).
Terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili
diantaranya Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites
cylindrica, Pavona clavus, Fungia concinna, dan lain-lain. Sebagian besar jenis-jenis
karang tersebut telah membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi
(fringing reef). Semuanya merupakan terumbu karang yang indah dan relatif masih
utuh.
Terdapat sekitar 295 jenis ikan karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang
bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus
spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp.). Sebanyak
244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing
(Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik
(Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga
(Nautilus pompillius). Jenis-jenis penyu yang tercatat termasuk penyu sisik
(Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang
(Dermochelys coriacea).
Pulau Maluku dan Papua
1. Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi
Papua, Indonesia. Dengan luas wilayah sebesar 2,4 juta Ha; Lorentz merupakan taman
nasional terbesar di Asia Tenggara. Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di
Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung ( 70 % dari burung yang ada di
Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini
ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis
burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik diantaranya cendrawasih
ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii),
babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing
hutan, dan kanguru pohon.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans),
bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia
marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata.

2. Taman Nasional Teluk Cendrawasih


Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan taman nasional perairan laut
terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau
(3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Taman nasional ini
terletak di Teluk Cenderawasih, provinsi Papua Barat.
Potensi karang Taman Nasional Teluk Cendrawasih tercatat 150 jenis dari 15
famili, dan tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil. Persentase penutupan karang
hidup bervariasi antara 30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya, ekosistem
terumbu karang terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan
zona lereng terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain
koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.), famili
Faviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang lunak.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih terkenal kaya akan jenis ikan. Tercatat kurang
lebih 209 jenis ikan penghuni kawasan ini diantaranya butterflyfish, angelfish,
damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan anemonefish.
Jenis moluska antara lain keong cowries (Cypraea spp.), keong strombidae
(Lambis spp.), keong kerucut (Conus spp.), triton terompet (Charonia tritonis), dan
kima raksasa (Tridacna gigas).
Terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional ini yaitu penyu
sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang
(Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Duyung
(Dugong dugon), paus biru (Balaenoptera musculus), ketam kelapa (Birgus latro),
lumba-lumba, dan hiu sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

2.

Apa saja tipe-tipe ekosistem yang ada di Indonesia?


Negeri kita Indonesia memiliki 47 jenis ekosistem alam khas, mulai padang salju di
Irian Jaya hingga hutan hujan dataran rendah, dari danau dalam hingga rawa dangkal,
dan dari terumbu karang hingga taman rumput laut dan mangrove.
a. Padang rumput adalah kawasan yang didominasi oleh rumput dan spesies lain
sejenisnya dengan beberapa pohon (kurang dari 10-15 pohon/ha), akibat
kekeringan yang periodik.
b. Ekosistem hutan. Berdasarkan faktor iklim, hutan dibagi menjadi dua: hutan
hujan dan hutan musim. Hutan hujan ada yang terletak pada daerah tropis, ada
yang di daerah beriklim sedang. Hutan hujan tropis sangat kaya akan spesies.
c. Ekosistem lahan basah. Lahan basah mencakup berbagai jenis habitat dan
komunitas, yang sangat dipengaruhi oleh kehadiran perairan di sekitarnya.
Lahan basah di Indonesia mencapai 4,34% dari luas daratan. Lahan basah
dapat dibagi menjadi dua:
Lahan basah pesisir. Meliputi pesisir yang tergenang air, umumnya
payau, permanen atau musiman. Umumnya dipengaruhi pasang surut
air laut. Termasuk dalam kelompok ini ekosistem hutan mangrove,
dataran lumpur dan pasir, muara sungai, padang lamun, dan rawa-rawa
pesisir.

Lahan basah daratan. Meliputi daerah yang tergenang air permanen


maupun musiman, di darat atau dikelilingi daratan, tapi tidak terkena
pengaruh air laut. Kelompok ini meliputi ekosistem danau, telaga,
sungai, rawa air tawar, kolam dan danau musiman.
Jenis-jenis ekosistem lahan basah antara lain kawasan laut (marin),
kawasan muara (estuarin), kawasan rawa (palustrin), kawasan danau
(lakustrin), dan kawasan sungai (riverin).
d. Ekosistem Laut.

3. Jelaskan ancaman-ancaman terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia.


a. Hilangnya habitat
Ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati adalah penghancuran habitat
oleh manusia. Pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi sumberdaya alam,
menyusutkan luasan ekosistem secara dramatis. Pembangunan bendungan,
pengurugan danau, merusak banyak habitat perairan. Pembangunan pesisir menyapu
bersih karang dan komunitas pantai. Hilangnya hutan tropis sering disebabkan
perluasan lahan pertanian dan pemungutan hasil hutan secara besar-besaran. Sekitar
17 juta hektar hutan hujan tropis dibabat habis tiap tahun, sehingga sekitar 5-10 %
species dari hutan hujan tropis akan punah dalam 30 tahun mendatang.
b. Species pendatang
Dalam ekosistem yang terisolasi, seperti pada pulau kecil yang jauh dari pulau
lain, kedatangan species pemangsa, pesaing atau penyakit baru akan cepat
membahayakan species asli. Di Indonesia, kedatangan padi-padi varietas unggul
secara perlahan dan sistematis menggususr varietas padi lokal. Kini kita sulit
menemukan padi lokal seperti rojo lele, jong bebe, dll. Yang rasanya jauh lebih enak
dari jenis pendatang. Menurut catatan, 1500 jenis padi lokal Indonesia punah dalam
15 tahun terakhir.
c. Eksploitasi berlebihan
Banyak sumberdaya hutan, perikanan dan satwa liar dieksploitasi secara
berlebihan. Banyak kelangkaan disebabkan oleh perburuan, untuk mendapatkan
gading gajah, cula badak, burung nuri, cenderawasih, dll. Pengambilan gaharu yang
berlebihan mengurangi populasi alami, hingga para pemburu gaharu harus mencari
lebih jauh ke dalam hutan.
d. Pencemaran
Pencemaran mengancam, bahkan melenyapkan species yang peka. Pestisida
ilegal yang digunakan untuk mengendalikan udang karang sepanjang perbatasan
Taman Nasional Coto Donana di Spanyol, telah membunuh 30.000 ekor burung.
Pertambakan udang yang intensif di sepanjang pantai utara pulau Jawa telah
merusakkan sebagian besar terumbu karang dan hutan mangrove, karena sisa
makanan udang dan pemupukan tambak merangsang pertumbuhan alga yang
menghancurkan terumbu karang.

e. Perubahan iklim global


Di masa mendatang efek samping pencemaran udara yang menimbulkan
pemanasan global, mengancam keragaman hayati. Efek rumah kaca menaikkan suhu
bumi 1-3 C, sehingga permukaan laut naik 1-2 meter. Banyak species flora dan fauna
tidak akan mampu menyesuaikan diri.
f. Monokulturisasi
Industri pertanian dan kehutanan yang memprioritaskan ekonomi terbukti
memberi andil besar bagi hilangnya keragaman hayati. Pertanian dan kehutanan
modern cenderung monokultur, menggunakan pupuk dan pestisida untuk mendapat
hasil sebesar-besarnya. Hutan tanaman industri (HTI) memprioritaskan tanamantanaman eksotik (dari luar) yang dapat dipanen dengan cepat, seperti Acaccia
mangium, Eucalyptus sp, sehingga menggususr jenis lokal dan mengubah ekosistem
hutan secara drastis.

Anda mungkin juga menyukai