Patogenesis Infeksi Virus Dengue
Patogenesis Infeksi Virus Dengue
oleh
Evisina Hanafiati Frans
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Email:evisinafrans@yahoo.com
ABSTRAK
Demam Dengue adalah penyakit disebabkan virus yang ditularkan oleh nyamuk.Penyakit ini
menjadi endemik dan berpotensi menyebar ke seluruh dunia termasuk di Indonesia. Dengue virus sebagai
penyebab infeksi virus dengue memiliki variasi tampilan klinis mulai dari demam ringan (demam dengue)
hingga manifestasi perdarahan yang fatal, hingga sindroma shock dengue (DSS). Pemahaman mengenai
patogenesis virus dihalangi oleh terbatasnya model in vitro dan in vivo. Terdapat beberapa teori yang
didukung oleh data epidemiologik dan laboratoris, namun teori tersebut tidaklah bersifat eksklusif.
Kata kunci: Dengue, patogenesis, infeksi heterolog sekunder, antibodi perangkat tambahan tergantung,
virulensi virus, mediator
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
endemi Dengue dengan kasus tertinggi
di Asia Tenggara. Pada 2006 Indonesia
melaporkan 57% dari kasus Dengue
dan hampir 80% kematian dengue
dalam daerah Asia Tenggara (1132
kematian dari jumlah 1558 kematian
dalam wilayah regional). Di Indonesia
infeksi virus Dengue selalu dijumpai
sepanjang tahun di beberapa kota besar
di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya,
Medan dan Bandung. Perbedaan pola
klinis kejadian infeksi Dengue
ditemukan setiap tahun. Perubahan
musim secara global, pola perilaku
hidup bersih dan dinamika populasi
masyarakat (adanya perang dunia,
perkembangan kota yang pesat setelah
perang dan dan mudahnya transportasi)
berpengaruh
terhadap
kejadian
penyakit infeksi virus Dengue.
World Health Organization
memperkirakan terjadi 50 juta kasus
infeksi Dengue di seluruh dunia setiap
tahun. Di Indonesia kasus pertama
dengan
pemeriksaan
serologis
dibuktikan pada tahun 1969 di
Surabaya. Angka kematian karena
infeksi virus Dengue menurun secara
drastis dari 41,3% ditahun 1968
menjadi kurang dari 3% ditahun 1991,
namun Sindroma Syok Dengue masih
merupakan kegawatan yang sulit
diatasi. Morbiditas dan mortalitas
karena DBD/DSS yang dilaporkan
berbagai negara bervariasi disebabkan
beberapa faktor, antara lain status umur
penduduk, kepadatan vektor, tingkat
penyebaran virus dengue, prevalensi
berhubungan
dengan
manifestasi
perdarahan
sedangkan
IL-10
berhubungan
dengan
penurunan
trombosit. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terjadi penekanan jumlah dan
fungsi limfosit T, sedangkan sitokin
proinflamasi TNF- berperan penting
dalam keparahan dan patogenesis
DBD/DSS, dan meningkatnya IL-10
akan menurunkan fungsi limfosit T dan
trombosit.
Lei HY dkk, 2001 menyatakan
bahwa infeksi virus dengue akan
mempengaruhi sistem imun tubuh
berupa perubahan rasio CD4/CD8,
overproduksi dari sitokin dan dapat
menginfeksi sel-sel endothel dan
hepatosit yang akan menyebabkan
terjadinya apoptosis dan disfungsi dari
sel-sel tersebut. Demikian pula sistem
koagulasi dan fibrinolisis yang ikut
teraktivasi. Kerusakan trombosit akibat
dari reaksi silang otoantibodi antitrombosit, karena overproduksi IL-6
yang
berperan
besar
dalam
terbentuknya antibodi anti-trombosit
dan
anti-sel
endotel,
serta
meningkatnya level dari tPA dan
defisiensi koagulasi.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kebocoran plasma pada
DBD/DSS merupakan akibat dari
proses kompleks yang melibatkan
aktivasi komplemen, induksi kemokin
dan kematian sel apoptosis. Dugaan
bahwa IL-8 berperan penting dalam
kebocoran plasma dibuktikan secara
invitro oleh Bosch dkk (2002) melalui
kultur primer monosit manusia yang
diinfeksi
oleh
virus
DEN-2,
diperkirakan hal ini disebabkan aktifasi
dari NF-kappa 8. Penelitian dari Bethel
dkk (1998) terhadap anak di vietnam
dengan DBD dan DSS menyebutkan
terjadi penurunan level IL-6 dan
soluble intercelluler molecule-1 pada
anak dengan DSS. Ini berarti ada
kehilangan protein dalam sirkulasi
karena kebocoran plasma.
MEKANISME
KEBOCORAN
PLASMA
Kebocoran plasma disebabkan
oleh injury pada endotel akibat dari
peran sitokin, kemokin komplemen,