Ciremai
Ciremai
KETERANGAN UMUM
Nama
: G. Ciremai
Nama Lain
Nama Kawah
Lokasi
: Koordinat/ Geografi :
6 43'
Kota Terdekat
: Kuningan
Tipe Gunungapi
Pos Pengamatan
PENDAHULUAN
Cara Pencapaian
Kawah puncak G. Ciremai biasa di capai dari :
1. Dari Barat, via Apui atau Cipanas (lk.1100m dpl.).
2. Dari Timur, via Kp. Linggajati (lk.580 m dpl.
Demografi
Pada umumnya Pemukiman penduduk di daerah G. Ciremai terkonsentrasi
di
sekitar kaki gunung, terutama daerah kaki bagian timur, bagian utara dan bagian barat.
Penduduk di daerah kaki gunung ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Jenis bahan galian yang terdapat di daerah G. Ciremai di antaranya adalah Sirtu,
cadangan batubelah dan cadangan batu hias. Sirtu (pasir batu); bersumber dari endapan
awanpanas dan lahar, terdapat di sekitar daerah Mandirancan dan Linggajati. Di daerah
Mandirancan yaitu di desa Cidahu, Ciwiru, Ciguntur dan Singkup. Di daerah Linggajati
yaitu di desa Setianegara.
Batubelah (Andesit Ouarry); cadangan bahan galian ini bersumber dari tubuh aliran
lava dan beberapa tubuh intrusi berkomposisi andesitan yang banyak dijumpai di lereng
utara dan baratlaut G. Ciremai, seperti daerah Maja, Talaga, Pamelengan, Palutungan,
Kuningan, Lengkong dan G. Deukeut. Cadangan Batu Hias; cadangan batu hias dapat
dijumpai di sekitar komplek G. Kromong,kaki utara G. Ciremai, yaitu di Desa Loji.
Wisata
Wisata gunungapi terdapat di :
Daerah Cigugur-Kuningan yaitu berupa kolam renang dan kolam ikan keramat beserta
kesejukan alamnya.
Daerah Palutungan-Kuningan yaitu pemandangan alamnya, perkemahan dan tempat
pendakian awal ke arah puncak.
Daerah Linggarjati yaitu berupa
SEJARAH LETUSAN
Erupsi G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan
selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga erupsi 1772,
1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Erupsi uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun
1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 7 Januari 1938 terjadi erupsi freatik di kawah pusat
dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar
(Kusumadinata, 1971). Hingga saat ini G. Ciremai telah beristirahat selama 61 tahun dan
selang waktu tersebut belum melampaui waktu istirahat terpanjang. Pada tahun 1947,
1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang
diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara baratlaut. Kejadian gempa
yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai
tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga desa Cilimus di timur G. Ciremai.
Fenomena yg berlainan terjadi pada November-Desember 2003, peningkatan kegempaan
vulkanik dan tektonik diikuti dengan perubahan suhu mata air panas di Sangkan Hurip,
suhu rata-rata 47-48C naik menjadi 49,4C. Sedangkan mata air panas di Cilengkrang
dari 50 C menjadi 55,5C, serta ada indikasi peningkatan aktivitas di kawah Telaga
dengan munculnya lapangan solfatara baru di bibir kawah utama.
Karakter Letusan
Karakter erupsi G. Ciremai adalah berupa erupsi ekplosif bersekala menengah
(dimanifestasikan oleh sejumlah endapan aliran dan jatuhan piroklastik). Secara
berangsur kekuatan erupsi melemah dan cenderung menghasilkan erupsi magmatik.
Selang waktu istirahat aktivitas G. Ciremai terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun
GEOLOGI
Batuan yang mendasari
sebagian dapat dijumpai dalam komplek G. Ciremai di bagian kaki baratlaut. Disamping itu
juga
dijumpai
beberapa
intrusi
berkomposisi
andesit
seperti
di
daerah
Maja,
kaki sebelah timur G. Ciremai. Disamping itu dijumpai juga beberapa erupsi samping yang
menghasilkan
GEOFISIKA
Seismik
Pengamatan seismik G. Ciremai secara kontinyu dilakukan dengan memasang alat
seismograf jenis PS-2 sistem telemetri dengan seismometer L4C satu komponen vertikal
di bukit Masigit berjarak 4 km dari puncak di sebelah timurlaut.
Aktivitas G. Ciremai selama bulan Desember 2008 secara kegempaan berfluktuatif.
Rincian selengkapnya seperti pada tabel dan grafik di bawah ini.
JENIS GEMPA
Nopember 2008
Desember 2008
Vulkanik Type-B
8
Vulkanik Type-A
15
9
Hembusan
Tektonik Lokal
4
4
Tektonik Jauh
52
35
Low Frekuensi
57
29
Terasa
Data Kegempaan G. Ciremai Nopember - Desember 2008
8
7
6
5
4
3
2
1
0
TL
01/12/2008
01/11/2008
01/10/2008
01/09/2008
01/08/2008
01/07/2008
01/06/2008
01/05/2008
01/04/2008
01/03/2008
01/02/2008
TJ
01/01/2008
Jumlah Gempa
J u m la h G e m p a T e k t o n i k G . C i r e m a i
G r a f ik G e m p a V u lk a n ik G . C ir e m a i
20
Jumlah Gempa
VA
15
VB
10
5
01/12/2008
01/11/2008
01/10/2008
01/09/2008
01/08/2008
01/07/2008
01/06/2008
01/05/2008
01/04/2008
01/03/2008
01/02/2008
01/01/2008
Gaya Berat
Penyelidikan gaya berat yang dilakukan di G. Ciremai adalah untuk mengetahui
pola penyebaran anomali gaya berat yang ada di daerah tersebut atas dasar kemungkinan
memberi petunjuk tentang kondisi struktur geologi di bawah permukaan atau hal lain yang
dapat di kaitkan dengan aktivitas gunung itu. Penyelidikan telah dilakukan Januari 1990
dan menyimpulkan pada daerah penyelidikan cendrung adanya anomali positip di sektor
utara dan selatan puncak yaitu di daerah Pasir Dokom, Gunung Argapura, Karang Dinding
dan Gunung Sunagar, sedang anomalinegatif terdapat di sektor bagian timurlaut dan
tenggara yaitu di daerah Cibeureum, Pasir Tamiang dan Tegal Bagawat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang penyebab anomali tersebut diperlkan penelitian lanjutan yang lebih
detail.
Geomagnet
Penyelidikan geomagnet di G. Ciremai dilakukan untuk memperoleh gambaran
kemagnetan dasar, guna mengetahui penyebaran anomali yang diakibatkan oleh adanya
suatu masa magnetis di bawah permukaan. Analisa kemagnetan untuk G. Ciremai masih
merupakan analisa kualitatif, untuk analisa kuantitatif masih dalam proses. Dari hasil
penyelidikan dapat disimpulkan :
1.
Diperoleh anomali-anomali positip di bagian barat, utara dan tenggara dari G. Ciremai.
2.
3.
anomali terlihat tertutup melingkari G. Ciremai. Anomali ke bagian utara terlihat mangkin
melandai, sedangkan di bagian timur dan tenggara bentuk anomali agak rapat. Bentuk
pola anomali tersebut memberikan gambaran pola anomali magnet untuk Kaldera,
sehingga terlihat jelas adanya depresi dibagian kaldera tersebut.
DEFORMASI
Pengamatan deformasi G. Ciremai menggunakan GPS geodetik dilakukan dengan
memasang 1 GPS leica 1200 di Pos sebagai reference dan 10 GPS Leica 1200 di
lapangan sebagai rover.
Pengukuran benchmark GPS G. Ciremai rata-rata dilakukan selama 6 7 jam dan
dilakukan di pagi sore hari kecuali benchmark Bagirang yang diukur pada malam hari
sampai subuh. Dari semua benchmark GPS G. Ciremai, dua diantaranya tidak bisa di ukur
karena baudnya hilang (lokasi di Vila) dan benchmark satunya lagi hilang karena
dibongkar oleh pekerja bangunan SD (lokasi di Sanghiang).
Pengolahan data dilakukan menggunakan program Leica Geo Office (LGO) versi 2
dan hasilnya berupa koordinat grid. Selanjutnya koordinat grid hasil pengukuran tahun
2008 di bandingkan dengan hasil pengukuran terakhir yaitu tahun 2006 dan menghasilkan
vektor pergeseran baik vertikal maupun horizontal.
Tabel Vektor pergeseran jaringan GPS G. Ciremai
Lokasi
Point ID
Delta X
(cm)
Delta Y
(cm)
delta D
(cm)
-3.142
0.2038
3.15
273.67
-0.8453
Vektor
Delta Z
(cm)
Palutungan
PLTG
G. Putri
PTRI
0.88
-0.19
0.90
102.14
-4.77
Payung
CRM3
3.96
1.48
4.23
69.54
-0.01
Bagirang
CRM1
-2.2
-6.24
6.62
199.43
2.85
Cikaracak
CIKA
0.16
-3.73
3.73
177.54
-5.6
Cibunar
CBR
-0.14
-1.23
1.24
186.50
1.82
Cibuntu
CBNT
-1.32
3.3
3.55
338.19
8.55
Apuy
APUY
-0.14
-0.47
0.49
196.60
-6.8
Peta jaringan GPS G. Ciremai dan vektor pergeseran horizontalnya. (Pengukuran bulan Desember 2008
terhadap Desember 2006)
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Produk G. Ciremai cenderung dominan bersusun andesit sampai andesitis yang
bersifat lebih klasik dari seri alkali kapur. Batuan dimaksud disebut pula kerabat batuan
dari seri magma kaya kandungan alumina.
Berdasarkan pemeriksaan petrografi terhadap beberapa lava G. Ciremai yang di
ambil secara selektif dapat di bedakan atas 4 macam lava andesit yaitu; Andesit hipersten
aegirin-augit, andesit hipersten aegirin agit antofilit, andesit antofilit augit dan andesit
horblende.Batuan di daerah puncak dan kakinya terdiri dari andesit hipersten augit yang
mengandung olivin. (Petrokimia Gunungapi G. Ciremai, Rakimin II dkk. 1984).
Kimia Air
Pada bulan November 2008 dilakukan pengambilan dan penganalisaan contoh air
panas/dingin.
Satuan
pH,Lab
Ap. Ciniru
Ap.
Sangkan
Urip
Ad.
Sangkan
Urip
Ad.
Cilongkrang
7.38
6.91
6.94
6.53
6.63
Ap.
Cisabuk
Ad.
Cisabuk
6.55
mhos/cm
1300
370
1600
5800
270
220
Na
ppm
265.60
46.80
772
1274
21.48
14.60
ppm
40.58
6.54
90.65
171.20
3.48
2.06
Ca
ppm
191.40
30.39
176.75
302.50
21.57
18.46
DHL
Mg
ppm
38.20
7.81
31.15
83.50
6.08
4.37
HCO3
ppm
218.26
120.22
254.39
195.55
68.86
64.44
Cl
ppm
379.92
34.03
1314.04
2378.50
25.13
22.14
SO4
ppm
257.27
29.51
0.58
0.73
2.69
2.78
ppm
0.56
0.57
9.80
9.38
0.31
0.54
NH3
ppm
0.49
0.50
1.64
1.32
0.34
0.37
H2S
ppm
1.28
3.21
2.57
1.78
SiO2
ppm
147.90
53.49
78.45
102.70
52.39
41.95
LOKASI
Na/1000
K/100
Mg1/2
Cl-
HCO3-
SO42-
Ap. Cisabuk,
Ci Lengkrang
90
44
26
30
Ap. Ciniru
11
12
77
84
16
11
14
75
92
Ad. Cisabuk
96
19
65
16
98
26
71
Ad. Cilengkrang
98
25
72
Kimia Gas
Analisa gas yang pernah dilakukan di G. Ciremai adalah pengukuran COSPEC
Yang dilakukan di Pos Pengamatan G. Ciremai dengan hasil menunjukan kecepatan
emisi gas SO2 di G. Ciremai rata-rata 15 ton/hari, dengan angka emisi minimum 13,55
ton/hari dan maksimum 17,25 ton/hari SO2. Pengukuran dilakukan pada saat gunung
dalam keadaan tenang. Angka yang demikian mungkin merupakan batas-batas normalnya
bagi G. Ciremai.
erupsi membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu
lebat dan lontaran batu (pijar).
Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan
perluasan awan panas atau aliran lava. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai/di
dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.
b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan
arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).
Dalam Kawasan Rawan Bencana I masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan
jika terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan lebat, dengan memperhatikan
perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, M., 1989, Penyelidikan Geokimia/Pengukuran COSPEC di G.
Galunggung, G. Tangkubanparahu, G. Tampomas Dan G. Ciremai, Jawa Barat,
Dit. Vulkanologi, Bandung.
Ervan R.D. dan D. Mulyadi, 1999, Laporan Potensi Bahan Galian Gunungapi
Ciremai, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Harun Said dkk. , 1984, Laporan pendahuluan Penyelidikan kemagnetan G.
Ciremai dan sekitarnya, Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Husen, S.H., dkk. 1990, Penyelidikan Gaya Berat G. Ciremai, Dit. Vulkanologi,
Bandung.
Kushendratno, dkk., 2008, Pengamatan Terpadu G.Ciremai, Jawa Barat,
PVMBG, Bandung.
Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vukanologi, Bandung.
Mawardi dkk. 1999, Laporan Pengumpulan data bahan Imformasi G. Ciremai,
Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.
Situmorang, T., dkk., 1995, Peta Geologi G. Cereme, Jawa Barat, Dit.
Vulkanologi, Bandung.
Wisnu S.K. dan Somad, A., 1983, Laporan Penelitian kimia Panasbumi sekitar G.
Tampomas dan G. Cireme, Kab. Sumedang dan Kab. Cirebon, Jawa Barat,
Bandung.