Anda di halaman 1dari 62

GEOLOGI DAERAH TANJUNG GILILANA KECAMATAN PETASIA

DAN PULAU NANAKA KECAMATAN BUNGKU UTARA


KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH

OLEH:
MUHAMMAD AFRISAL ARIF
D611 15 006

Pembimbing: Dr. Eng. Meutia Farida, ST., M.T


Penguji: - Dr. Adi Tonggiroh, ST., M.T
- Dr. Ulva Ria Irfan, ST., M.T
- Dr. Ir. Hj. Ratna Husain L. M.T
GEORMOFOLOGI STRATIGRAFI STRUKTUR GEOLOGI BAHAN GALIAN
PENDAHULUAN

Regional Geology Sulawesi (modified after Sukamto, 1978;


Hakim 2017)
PENDAHULUAN

Maksud:
Melakukan pemetaan geologi permukaan dengan
menggunakan peta dasar (peta topografi) skala 1:25.000

Tujuan:
Mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang
mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi
dan potensi bahan galian
LOKASI PENELITIAN
Secara Administratif:
Wilayah Kecamatan Petasia dan Kecamatan Bungku Utara
Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah

Secara Astronomis:
121°21’0" - 121°29'45" (Bujur Timur) dan 01°54'0" –
01°59'15" (Lintang Selatan)

Kesampaian Daerah:
- Menggunakan jalur darat dari kota Makassar ke
kecamatan Kolonodale selama ± 23 jam
- Dari ibukota kecamatan, waktu tempuh menuju daerah
penelitian selama ± 2 jam dengan menggunakan
Peta Rupa Bumi Lembar Kolonodale skala 1:50.000 transportasi laut
terbitan Bakosurtanal edisi 1 tahun 1991 Cibinong Bogor.
TAHAPAN PENELITIAN

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Analisis

Interpretasi

Laporan
SATUAN GEOMORFOLOGI
Berdasarkan pendekatan morfografi dan morfogenesa
maka geomorfologi daerah Tanjung Gililana Kecamatan
Petasia dan Pulau Nanaka Kecamatan Bungku Utara,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah
yaitu :
• Satuan bentangalam Perbukitan Karts

• Satuan bentangalam Perbukitan Struktural

• Satuan bentangalam Pegunungan Struktual

Peta Geomorfologi Daerah Tanjung Gililana Kecamatan Petasia


dan Pulau Nanaka Kecamatan Bungku Utara,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN KARST

Luas dan Penyebaran:


- Menempati sekitar ±26.75 % dari seluruh daerah
penelitian dengan luas ±15.62 km2.
- Penyebaran dari baratlaut hingga baratdaya
- Menempati daerah utara desa Koya, desa Tanauge,
pulau Pengia, dan pulau Karantu.
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN KARST

Morfografi:
Digolongkan sebagai bentangalam perbukitan,
dimana satuan bentangalam ini memiliki beda tinggi
25-150 meter di atas permukaan laut. Bentuk
puncak tumpul dan bentuk lembah “V”

Morfogenesa:
Proses-proses geomorfologi yang dominan bekerja
ialah pelarutan
Bekas
Pelarutan
Litologi:
Disusun oleh batuan sedimen batugamping
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN KARST

Jenis Pelapukan:
Jenis pelapukan yang umumnya dijumpai di lapangan adalah
pelapukan fisika, kimia dan biologi dengan tingkat pelapukan
rendah hingga sedang

Pelapukan Fisika Pelapukan Kimia Pelapukan Biologi


pada Batugamping pada Batugamping pada Batugamping
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN STRUKTURAL

Luas dan Penyebaran:


- Menempati sekitar ±6.01 % dari seluruh daerah
penelitian dengan luas ±3.51 km2.
- Penyebaran di bagian barat dan timur
- Menempati daerah Pulau Bajo, Pulau Gimpa dan
Pulau Nanaka.
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN STRUKTURAL
Morfografi:
Digolongkan sebagai bentangalam perbukitan,
dimana satuan bentangalam ini memiliki beda
Kuesta tinggi 25-150 meter di atas permukaan laut.
Bentuk puncak lancip dan bentuk lembah “V”

Morfogenesa:
Proses-proses geomorfologi yang dominan
bekerja ialah struktur geologi berupa lipatan dan
kekar pada batuan yang terbentuk oleh aktivitas
tektonik yang berkembang. Serta adanya
Struktur morfologi Kuesta yang dapat di lihat
lipatan
Litologi:
Disusun oleh batuan sedimen batugamping,
batupasir, batulanau dan batulempung
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN STRUKTURAL

Jenis Pelapukan:
Jenis pelapukan yang umumnya dijumpai di lapangan
adalah pelapukan fisika, kimia dan biologi dengan
tingkat pelapukan rendah hingga sedang

Pelapukan Fisika Pelapukan Kimia Pelapukan Biologi


pada Batupasir pada Batupasir pada Batupasir
SATUAN BENTANG ALAM
PERBUKITAN STRUKTURAL

Jenis Gerakan Tanah:


Gerakan tanah yang dijumpai adalah jatuhan
bahan rombakan atau debris fall. Dipengaruhi
oleh ketidakstabilan tanah dan batuan akibat
hilangnya penyangga serta kemiringan lereng
yang sangat terjal

Debris Fall (Uncosolidated material)


pada Batupasir stasiun 11
SATUAN BENTANG ALAM
PEGUNUNGAN STRUKTURAL

Luas dan Penyebaran:


- Menempati sekitar ±32.09 % dari seluruh daerah
penelitian dengan luas ±18.74 km2
- Penyebaran terdapat di bagian selatan hingga utara
daerah penelitian
- Menempati daerah Tanjung Gililana, Desa Koya dan
Desa Tanauge
SATUAN BENTANG ALAM
PEGUNUNGAN STRUKTURAL

Morfografi:
Digolongkan sebagai bentangalam pegunungan
struktural dimana satuan bentangalam ini memiliki
ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.
Jajaran Bentuk puncak lancip dan bentuk lembah “V”
Pegunungan
Morfogenesa:
Proses-proses geomorfologi yang dominan bekerja ialah
struktur geologi berupa struktur lipatan pada batuan
yang terbentuk oleh aktivitas tektonik yang berkembang
serta data sekunder berupa air terjun
Struktur
lipatan
Litologi:
Disusun oleh batuan sedimen batugamping,
batulempung, dan rijang
SATUAN BENTANG ALAM
PEGUNUNGAN STRUKTURAL
Jenis Pelapukan:
Jenis pelapukan yang umumnya dijumpai di lapangan
adalah pelapukan fisika, kimia-fisika dan biologi dengan
tingkat pelapukan rendah hingga sedang

Pelapukan Fisika Pelapukan Kimia Fisika Pelapukan Biologi


(Spheroidal wathering) pada Batugamping
pada Batugamping pada Batupasir
SATUAN BENTANG ALAM
PEGUNUNGAN STRUKTURAL

Jenis Erosi:
Jenis erosi yang dijumpai adalah erosi alur
dengan diameter lebih dari 1 meter atau yang
disebut dengan gully erotion

Erosi alur > 1 meter (Gully erotion)


SATUAN BENTANG ALAM
PEGUNUNGAN STRUKTURAL

Jenis Gerakan Tanah:


Gerakan tanah yang dijumpai adalah longsoran bahan rombakan
atau debris fall dan jatuhan batuan atau rock fall

Debris fall Rock fall


pada Rijang pada Batugamping
SUNGAI

Jenis Sungai:
Jenis sungai yang dijumpai adalah sungai
periodik
Merupakan sungai yang kandungan airnya
tergantung pada musim, dimana pada musim
hujan debit alirannya menjadi besar dan pada
musim kemarau debit alirannya menjadi kecil

Sungai periodik di daerah Koya


SUNGAI

Pola Aliran Sungai:


Pola aliran sungai pada daerah penelitian
adalah pola aliran sub parallel
Merupakan suatu sistem aliran yang
terbentuk oleh lereng yang curam atau terjal
yang di pengaruhi oleh struktur geologi dengan
bentuk yang hampir sejajar

Pola aliran sub parallel


SUNGAI

Tipe Genetik Sungai:


Jenis tipe genetik sungai yang dijumpai adalah
konsekuen
Merupakan tipe genetik sungai yang dicirikan
dengan arah aliran sungai searah dengan arah
kemiringan batuan

Tipe genetik konsekuen


SUNGAI

Stadia Sungai:
Berdasarkan pada profil lembah sungai, jenis
erosi, serta proses sedimentasi yang bekerja,
stadia sungai pada daerah penelitian adalah
Stadia Muda

(X) Profil sungai dan


(Y) Material sedimen
STADIA DAERAH

Stadia Daerah Penelitian:


- Profil sungai cenderung membentuk
lembah bentuk “V”
- Erosi vertikal lebih dominan
- Profil puncak dan lembah cenderung
curam atau berbentuk “V”
- Tingkat sedimentasi masih relatif sedikit

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka


daerah penelitian termasuk pada Stadia Muda

Profil puncak dan lembah daerah penelitian


STRATIGRAFI REGIONAL

Korelasi Satuan Peta Geologi Regional Lembar Poso (Simandjuntak dkk, 1991)
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN

Pengelompokan dan penamaan satuan batuan di daerah penelitian


didasarkan pada litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan pada ciri
fisik litologi serta dapat terpetakan dalam skala 1:25.000 (Sandi
Stratigrafi Indonesia, 1996). Berdasarkan hal tersebut satuan batuan
terbagi atas:

• Satuan Batugamping packstone

• Satuan Batugamping mudstone

• Satuan Batupasir

• Satuan Batulanau

Peta Geologi Daerah Tanjung Gililana Kecamatan Petasia


dan Pulau Nanaka Kecamatan Bungku Utara,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah
SATUAN BATULANAU

- Menempati sekitar ±0.31% dari


keseluruhan daerah penelitian atau
luasnya sekitar ±0,185 km2
- Kedudukan batuan secara umum
berarah relatif timurlaut – baratdaya
- Ketebalan satuan sebesar 23,75 meter
SATUAN BATULANAU

PPL XPL

Foto sayatan tipis Batulanau


Pada Stasiun 01 di daerah penelitian

Komposisi: Kuarsa (Qz) 80%, Kalsit (Cal)


10% dan Mineral opaq (Opq) 10%.
Berdasarkan klasifikasi (Selley, 1969),
maka batuan ini dinamakan Siltstone

Foto singkapan batuan sedimen Batulanau


Pada Stasiun 01 di daerah penelitian
UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SATUAN BATULANAU

- Berumur Jura Akhir (Kesebandingan)


- Lingkungan pengendapan daerah
Transisi (Ciri fisik litologi, komposisi
kimia dan struktur sedimen)
- Hubungan stratigrafi dengan satuan
yang lebih muda adalah keselarasan
SATUAN BATUPASIR

- Menempati sekitar ±2.42 % dari


keseluruhan daerah penelitian atau
luasnya sekitar ± 1.415 km2
- Kedudukan batuan secara umum
berarah relatif timurlaut – baratdaya
- Ketebalan satuan sebesar 37,5 meter
SATUAN BATUPASIR

PPL XPL

Foto sayatan tipis Batupasir


Pada Stasiun 04 di daerah penelitian

Komposisi: Kuarsa (Qz) 40%, Plagioklas


(Pl) 25%, Biotit (Bt) 30%, Piroksin (Py)
5%. Berdasarkan klasifikasi (Pettijohn
1975) maka nama batuan adalah Quarts
arkose arenit
Foto singkapan batuan sedimen Batupasir
Pada Stasiun 04 di daerah penelitian
UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SATUAN BATUPASIR

- Berumur Jura Akhir (Kesebandingan)


- Lingkungan pengendapan daerah
Transisi (Ciri fisik litologi, komposisi
kimia dan struktur sedimen)
- Hubungan stratigrafi dengan satuan
yang lebih muda adalah keselarasan
(Menjemari)
SATUAN BATUGAMPING
MUDSTONE
- Menempati sekitar ±38.65 % dari
keseluruhan daerah penelitian atau
luasnya sekitar ±22.57 km2
- Kedudukan batuan secara umum
berarah relatif timurlaut – baratdaya
- Ketebalan satuan sebesar 425 meter
SATUAN BATUGAMPING
MUDSTONE

PPL XPL

Foto sayatan tipis Batugamping mudstone


Pada Stasiun 08 di daerah penelitian

Komposisi: Micrit (Mic) 95% dan Ooid


(Od) 5%. Berdasarkan klasifikasi
(Dunham 1962) maka nama batuan
adalah Mudstone Foto singkapan batuan sedimen Batugamping mudstone
Pada Stasiun 08 di daerah penelitian
SATUAN BATUGAMPING
MUDSTONE

Quadrum trifidum (Bukry & Bramlette, 1970)

Tabel penarikan umur pada satuan batugamping mudstone berdasarkan


kandungan nannofosil di daerah penelitian (Sissingh, 1977)
Nannocanus carniolensis carniolensis
(Deres & Archeriteguy, 1980)
UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SATUAN BATUGAMPING MUDSTONE

- Berumur Jura Akhir – Kapur Akhir


(Korelasi dan kesebandingan)
- Lingkungan pengendapan daerah Laut
dangkal (shelf margin) (Ciri fisik litologi,
komposisi kimia dan struktur sedimen)
- Hubungan stratigrafi dengan satuan
yang lebih muda adalah keselarasan
SATUAN BATUGAMPING
PACKSTONE
- Menempati sekitar ±26.75 % dari
keseluruhan daerah penelitian atau
luasnya sekitar ±15.625 km2
- Penyebaran di bagian Timur Laut dan
bagian Barat daerah penelitian
- Ketebalan satuan sebesar ± 125
meter
SATUAN BATUGAMPING
PACKSTONE

PPL XPL

Foto sayatan tipis Batugamping packstone


Pada Stasiun 35 di daerah penelitian

Komposisi: Sceletal grain (Scl) 40 %,


Micrit (Mic) 40% dan Sparit (Spr) 20%.
Berdasarkan klasifikasi (Dunham 1962)
maka nama batuan adalah Packstone
Foto singkapan batuan sedimen Batugamping packstone
Pada Stasiun 35 di daerah penelitian
SATUAN BATUGAMPING
PACKSTONE

Quadrum trifidum (Bukry & Bramlette, 1970)

Tabel penarikan umur pada satuan batugamping packstone berdasarkan


kandungan nannofosil di daerah penelitian (Sissingh, 1977)
UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SATUAN BATUGAMPING PACKSTONE

- Berumur Kapur Akhir (Korelasi)


- Lingkungan pengendapan daerah Laut
dangkal (shallow margin) (Ciri fisik
litologi, komposisi kimia, kandungan
fosil struktur sedimen)
- Hubungan stratigrafi dengan satuan
yang lebih tua adalah keselarasan
STRUKTUR GEOLOGI
LIPATAN

Struktur lipatan sinklin dan antiklin pada Batupasir di stasiun 11


daerah penelitian

Peta Struktur geologi daerah penelitian


Struktur lipatan jenis cevron pada Batugamping
di stasiun 34 daerah penelitian

Peta Struktur geologi daerah penelitian


Tabel data pengukuran lipatan stasiun 11
LIMB KIRI LIMB KANAN Axial Line
Directio
NO. Strike Strike Plunge
Dip (°) Dip (°) n
(N...E°) (N...E°) (°)
(N...E°)
1 60 65 250 35 65 38
2 70 50 250 35 40 25

Sumbu lipatan berarah


Barat daya – Timur Laut
Tabel data pengukuran lipatan stasiun 34
LIMB KIRI LIMB KANAN Axial Line
Directio
NO. Strike Strike Plunge
Dip (°) Dip (°) n
(N...E°) (N...E°) (°)
(N...E°)
1 210 58 20 54 25 12
2 195 60 35 50 230 15
KEKAR

Struktur kekar sistematis pada Batupasir


Peta Struktur geologi daerah penelitian di stasiun 12 daerah penelitian
Tabel data pengukuran kekar stasiun 12
Hasil pengukuran kekar pada stasiun 12 daerah Pulau Nanaka; a. Pole dari
bidang kekar; b. Kontur populasi data kekar; c. kenampakan tegasan
maksimum (σ1), tegasan intermediet (σ2) dan tegasan mininmum (σ3).

Tabel Hasil analisis stereonet pengukuran kedudukan kekar pada stasiun 12


Jenis Jumlah Jenis
Lokasi No. Stasiun Tegasan (σ)
Litologi Data Sesar
σ1 N59 oE
Pulau Sesar
12 Batupasir 40 σ2 N312oE
Nanaka Naik
σ3 N178oE
SESAR NAIK
TOKO NANAKA

Cermin sesar (Slickenside dan Slickenline) pada Batupasir


di stasiun 04 daerah penelitian

Umur: Post Kapur Akhir Peta Struktur geologi daerah penelitian


U
Fault Plane/Slickenside Striae/Slickenline
Rake
No. Direction Plunge
Strike (N...E°) Dip (°) (°)
(N...E°) (°)

1 170 38 95 37 81

Dip of Fault: < 45o Anderson, 1951

Pitch of net slip: > 80o Angelier, 1979

Sesar Naik
MEKANISME STRUKTUR GEOLOGI
DAERAH PENELITIAN

Mekanisme pembentukan struktur geologi daerah penelitian


berdasarkan teori sistem Riedel dalam Mc Clay 1987. - Arah tegasan utama Barat Daya – Timur Laut

- Dalam fase elastisitas membentuk sturuktur lipatan

- Melewati batas elastisias dan deformasi membentuk kekar


dan sesar
Sejarah Geologi Daerah Penelitian
Dimulai pada zaman Jura Akhir, terjadi proses pengendapan material sedimen berukuran lanau
pada lingkungan pengendapan transisi, proses tersebut berakhir pada zaman yang sama
sehingga membentuk satuan batulanau.

Pada zaman yang sama terjadi pengendapan material sedimen bersifat silikaan berukuran pasir
kasar sampai lempung di lingkungan pengendapan transisi sehingga membentuk satuan
batupasir, dan juga pada waktu yang sama terjadi pengendapan material-material sedimen
karbonat berukuran halus pada lingkungan pengendapan yang sama terhadap satuan batupasir
akan tetapi dengan fasies pengendapan yang berbeda, proses tersebut membentuk suatu
Pulau Nanaka keselarasan dengan jenis keselarasan yakni menjemari, pada zaman Kapur Akhir proses
pengendapan material sedimen karbonat berukuran halus tersebut di lingkungan pengendapan
laut dangkal (shelf margin) berakhir, sehingga membentuk satuan batugamping mudstone.

Kemudian pada zaman Kapur Akhir terjadi proses regresi yang mengakibatkan terjadinya
perubahan lingkungan pengendapan laut dangkal (shelf margin) berubah menjadi laut dangkal
(shallow margine) yang dimana pada lingkungan tersebut terjadi pengendapan material
sedimen karbonat berukuran kasar sehingga membentuk satuan batugamping packstone.

Pada zaman Post Kapur Akhir terjadi aktivitas tektonik yang menyebabkan batuan mengalami
perlipatan pada satuan batupasir dan satuan batugamping mudstone serta pergeseran atau
patahan pada satuan batupasir dengan arah tegasan utama berarah timurlaut hingga baratdaya
dan membentuk sesar naik Toko Nanaka.

Selanjutnya, pada zaman Post Kapur Akhir hingga Holosen, daerah penelitian mengalami
pengangkatan dasar cekungan yang merubah daerah penelitian menjadi daratan, kemudian
berlangsung proses-proses geologi muda berupa proses pelapukan dan erosi. Proses-proses
Satuan
Satuan
Satuan
Satuan Batulanau
Batupasir
Sesar
Aktivitas
Batugamping
Keselarasan (Patahan)
Tektonik
Mudstone
Tanjung Gililana
(Menjemari)
Batugamping Lipatan
Packstone
tersebut masih berlangsung hingga sekarang yang kemudian mengontrol pembentukan
bentangalam pada daerah penelitian.
BAHAN GALIAN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 27
tahun 1980
Bahan galian pada daerah penelitian di golongkan
Pada golongan C terdiri atas bahan galian batuan
yakni Batugamping
INDIKASI PEMAMFAATAN
BAHAN GALIAN

Foto indikasi pemamfaatan bahan galian Batugamping Foto indikasi pemamfaatan bahan galian Batugamping
Pada Stasiun 19 di daerah penelitian Pada Stasiun 35 di daerah penelitian
Geomorfologi - Satuan geomorfologi pada daerah penelitian dibagi atas 3 (tiga) yaitu satuan
morfologi perbukitan karts, satuan morfologi perbukitan struktural, dan satuan
morfologi pegunungan struktural
- Jenis sungai pada daerah penelitian yaitu sungai periodik
- Tipe genetik sungai konsekuen
- Pola aliran Sungai sub parallel
- Stadia daerah penelitian yaitu muda

Stratigrafi Satuan batuan pada daerah penelitian dibagi atas 4 (empat) dari muda ke tua yaitu
- Batugamping Packstone
- Batugamping Mudstone
- Batupasir
- Batulanau

Struktur Geologi Struktur geologi pada daerah penelitian terdiri atas:


- Lipatan (sinklin dan antiklin)
- Kekar (sitematis)
- Sesar naik Toko Nanaka

Bahan Galian Bahan galian golongan C terdiri atas Batuan (Batugamping)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai