Nim
: 130342615328
Off
:G
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lebih lanjut 4 spesies capung yang masih
belum memiliki kejelasan dalam klasifikasinya yaitu speise Bradinopyga geminata,
Crocothemis Servilia, Diplacodes trivialis dan Anaciaeschna jaspidea dan di bandingkan
dengan 3 jenis capung lain yang telah memiliki kejelasan dalam sistem klasifikasi.
Metode Penelititan
DNA dari jaringan capung yang dipilih (Bradinopyga geminata, Crocothemis Servilia,
Diplacodes trivialis dan Anaciaeschna jaspidea) diekstraksi dari kaki menggunakan DNeasy
kit (Qiagen). DNA yang diperoleh dikonfirmasi menggunakan 1% Agarose Gel. Kemudian
DNA reaksikan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan AB1 thermo
cycler. Yang kemudian di lanjutkan dengan melakukan uji CO1
Pembahasan Singkat
Dari hasil penelitian dapt di ketahui berdasarkan identifikasi spesies capung dari
urutan nukleotida, jelas bahwa, barcode DNA yang muncul sebagai cara terbaik untuk
mendeteksi spesies. Terlepas dari kebingungan dalam identifikasi capung, di mana kejadian
dimorfisme seksual yang tinggi, dapat di lakukan analisis dan memastikan spesies yang tepat
dengan memanfaatkan teknik barcode DNA untuk spesies capung, yang berfungsi sebagai
komunitas serangga unggulan pada ekosistem lahan basah. Isolasi, amplifikasi PCR dan
sekuensing DNA dari kaki capung menghasilkan urutan berkualitas baik. Pencarian BLAST
pada NCBI teridentifikasi hampir semua alat Squenses dan identifikasi spesies tersedia di
dalam situs BOLD, telah mengidentifikasi dengan baik salah satu spesies (Diplacodes
trivialis) dengan kesamaan maksimal. Identifikasi morfologi memiliki kaitan dengan
identifikasi spesies melalui barcode DNA, dengan ini dapat di katakan bahwa barcode DNA
dapat digunakan dengan baik sebagai alat identifikasi untuk spesies yang belum diketahui.
Meskipun tidak ada kecocokan sama persis untuk spesies Anaciaeschna jaspidea saat
dilakukan pencarian di NCBI, dan akhirnya hanya memiliki identifikasi maksimum 87% dan
nilai e yang ditemukan menjadi 0, yang Secara otomatis membuktikan adanya kesamaan
antara spesies yang sedang dipelajari dan spesies sedang diidentifikasi.
Selain itu, pada penelitian hanya spesies Anaciaeschna jaspidea yang menjadi milik
keluarga Aeshnidae sedangkan sisanya dari spesies capung yang lain menjadi milik dari
keluarga Libellulidae. Studi juga mendukung dengan usulan bahwa metode NJ dan beberapa
metode yang sama (BLAST dan alat identifikasi spesies pada website BOLD) adalah pilihan
yang baik untuk analisis DNA barcode. Selain itu, spesies yang dipilih untuk beberapa
analisis menjadi milik dua keluarga Libellulidae dan Aeshnidae yang berkerabat dekat; Oleh
karena itu ini juga merupakan alasan utama mengapa tingginya jumlah residu asam amino
yang sama. Selama 45 tahun terakhir, telah ada banyak penelitian mencoba untuk
Memecahkan hubungan dalam Odonata berdasarkan karakter morfologi. Meskipun banyak
penelitian morfologi telah berusaha di lakukan denga menggunakan cara yang berbeda untuk
memecahkan hubungan dari odonates berdasarkan variasi sayap dan morfologi dari alat
kelamin dan struktur alat kelaim, belum ada yang dapat membuat kesimpulan yang
kuat. Berdasarkan penelitian secara morvologi terhadap alat kelaim sekunder yang di lakukan
oleh Pfau, menyimpulkan bahwa Petaluridae, Gomphidae dan Cordulegastridae merupakan
bagian kelompok Libellulidae yang tersisa. Barcode DNA Merupakan salah satu metode
yang paling menjanjikan dengan menggunakan pendekatan molekul dari data morfologi
untuk mengidentifikasi taksa . Secara sederhana, identifikasi Dna di dasarkan dari diagnosis
morfologi yang disediakan oleh penelitian taksonomi. Dari penelitian ini sangat jelas terlihat
bahwa tiga anggota keluarga Libellulidae menunjukkan perbedaan besar antara jantan dan
individu betina dari spesies yang sama sehingga mungkin dapat menyebabkan kesalahan
identifikasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini mengidentifikasi tingkat molekul dengan
menggunakan data sekuens DNA dari spesies yang sebenarnya. Dari penelitian di atas
keseluruhan empat spesies dari Crocothemis Servilia, Brachythemis contaminata, Diplacodes
trivialis dan Anaciaeschna jaspidea menunjukkan persentase yang tinggi dari dimorfisme
seksual dan hal ini telah didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa semua Anisoptera
menunjukkan dimorfisme seksual pada berat badan, betina lebih berat dan gemuk daripada
laki-laki seperti yang sering terjadi pada serangga. Dimorfisme seksual dalam warna tubuh
dapat ditemukan di Aeshnids, Gomphids dan Libellulids. Menurut pemetaan dimorfisme
seksual di sayap dan warna tubuh serta penelitian molekuler menunjukkan bahwa kedua jenis
yang independen berasal dari beberapa keluarga dari Anisoptera. Contoh yang paling
mengejutkan dari dimorfisme seksual ditemukan di sangat heterogeneous Libellulidae dan
penyelesaikan masalah kesalahan identifikasi dari mereka melalui dasar molekul menjadi
lebih jelas.