Anda di halaman 1dari 13

Diare Akut akibat Bakteri Enteroinvasif

Imelda Gunawan
102012205/F5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
meldaa.gunawan@yahoo.com
Pendahuluan
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan. Diperkirakan pada orang dewasa
setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut. Kematian juga bisa terjadi
akibat diare, kebanyakan pada anak-anak atau lanjut usia, dimana kesehatan mereka lebih
rentan dengan dehidrasi. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk
Indonesia lebih banyak dua sampai tiga kali dibandingkan negara maju.1,2
Diare akut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit yang umum
dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat sembuh sendiri tanpa ke
rumah sakit. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan
morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan
baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik. Meskipun diketahui bahwa diare
merupakan suatu respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggapan bahwa diare
sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengekskresikan mikroorganisme keluar tubuh,
tidak sepenuhnya benar. Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan
rehidrasi oral maupun parenteral secara simultan dengan kausal memberikan hasil yang baik
terutama pada diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Seringkali juga
diperlukan terapi simtomatik untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses,
karena berulang kali buang air besar merupakan suatu

keadaan atau kondisi yang

mengganggu akitifitas sehari-hari. 1,2


Skenario
Tuan H, 25 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan BAB cair 5x sehari
sejak 2 hari yang lalu smrs. Selain itu pasien juga mengeluh BAB nya disertai darah, mual,
muntah-muntah, nyeri perut. Sebelumnya dua hari yang lalu pasien makan dan jajan di
pinggir jalan. Adanya daging keluar dari anus saat BAB disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD= 110/80mmHg, S=380 C, RR= 18x/menit, HR=88x/menit, didapat bising
usus meningkat. Pemeriksaan lab belum dilakukan.

Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit
usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi
dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan
tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur dengan darah dan ada sensasi ingin ke
belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea,
muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa malabsorptif, atau berdarah
tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus tidak invasif, dan
patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin atau pasien yang
mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala
prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai
beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena
toksin yang dihasilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia
dan Cryptosporidium. Biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman diabdomen yang ringan.
Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan perut bergas dan kembung. 1,2
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella dan Shigella dan organisme
menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan EHEC menyebabkan inflamasi usus
yang berat. Organisme Yersinia sering kali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan
memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi
Campylobacter jejuni sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkala
kelumpuhan anggota badan (Guillain-Barre syndrome).1,2
Tabel 1 Karakteristik feses dan tempat infeksi.3
Karakteristik feses

Usus kecil

Usus besar

Penampilan

Berair

Berlendir dan / atau berdarah

Volume

Besar

Kecil

Frekuensi

Peningkatan

Sangat meningkat

Darah

Mungkin positif tetapi tidak pernah kotor darah

Umumnya terlalu berdarah

Ph

Mungkin <5,5

> 5,5

Mengurangi zat

Mungkin positif

Negatif

Leukosit

<5/high daya lapangan

Umumnya> 10/high daya bidang

Serum leukosit

Normal

Kemungkinan leukositosis, bandemia

Organisme

Virus

Rotavirus
Adenovirus
Calicivirus
Astrovirus
Norovirus

Invasif bakteri

Escherichia
Coli (enteroinvasive,
enterohemorrhagic)

Spesies Shigella

Salmonella spesies

Spesies Campylobacter

Yersinia spesies
Spesies Aeromonas
Plesiomonas spesies

Enterotoksigenik bakteri

E coli

Klebsiella

Clostridium perfringens

Kolera spesies

Spesies Vibrio

Bakteri Beracun

Clostridium difficile

Parasit

Giardia spesies

Cryptosporidium spesies

Parasit

Entamoeba organism

Keluhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek
dokter karena ketidaktahuan masyarakat. 1,2
Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang menginvasi epitel usus dengan
inflamasi minimal, seperti virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak
menghancurkan epitel, seperti EPEC, protoza dan helminthes. Beberapa organisme seperti
Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio menghasilkan enterotoksiin dan juga
menginvasi mukosa usus : pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare
berdarah dalam beberapa jam atau hari. 1,2
Sindrom Hemoilitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat
timbuk pada infeksi dengan bakteri EHEC dan Shigella, terutama anak kecil dan orang tua.
Infeksi Yersinia dan bakteri enterik lain dapat disertai sindrom Reiter (artritis, uretritis dan
konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enterik, disebabkan
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang
bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung dan gejala respiratorik,
diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash). 1,2
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus
yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak
mampu berkeringat, dan bperubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal
ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala. 1,2

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dibagi atas 3 tingkatan :


1. Dehidrasi Ringan ( hilang cairan 2-5% BB)
3

Gambaran klinis : turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh
dalam presyok.
2. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB)
Gambaran klinis : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok,
nadi cepat, napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB)
Gambaran klinis : tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai
koma), otot-otot kaku, sianosis.
Pemeriksaan Fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai
dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh
dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang sesakma merupakan hal yang penting.
Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri
tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi. 1,2
Pemeriksaan Penunjang
Pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih
dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain :1
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi
bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih
muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. 1,2,4-6
2. Kadar elektrolit serum
3. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan
dan mineral tubuh. 1,2,4-6
4. Pemeriksaan tinja (mikroskopis : peningkatan jumlah leukosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit : amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur)
5. Pemeriksaan ELISA mendeteksi giardiasis
6. Test serologic amebiasis
7. Foto X-ray abdomen.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau
mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin
Clostridium difficile. 1,2,4-6
Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang
toksik, pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian
besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan
4

AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab


infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa
terlihat inflamasi berat. 1,2,4-6
Penentuan Derajat Dehidrasi
Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan klinis
1. Dehidrasi ringan
kehilangan cairan 2-5% BB, turgor kurang, suara serak, belum presyok
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-8% BB, turgor buruk, suara serak, presyok/syok : nadi cepat,
napas cepat dalam
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8-10% BB, tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun,
otot kaku, sianosis
Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain :1
1. Infeksi (bakteri, parasit, virus)
2. Keracunan makanan
3. Efek obat, dll.
Menurut World Gastroenterology organisation global guidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas empat penyebab :1
1.
2.
3.
4.

Bakteri
Virus
Parasit
Non-infeksi.

Tabel 2 Infeksi penyebab diare akut dan gejalanya.3


Organisme

Inkubasi

Jangka waktu

Muntah

Demam

Sakit Perut

Rotavirus

1-7 d

4-8 d

Ya

Rendah

Tidak ada

Adenovirus

8-10 d

5-12 d

Terlambat

Rendah

Tidak ada

Norovirus

1-2 d

2d

Ya

Tidak ada

Tidak ada

Astrovirus

1-2 d

4-8 d

+/-

+/-

Tidak ada

Calicivirus

1-4 d

4-8 d

Ya

+/-

Tidak ada

Spesies Aeromonas

Tak satupun

0-2 wk

+/-

+/-

Tidak ada

Spesies Campylobacter

2-4 d

5-7 d

Tidak ada

Ya

Ya

C difficile

Variabel

Variabel

Tidak ada

Beberapa

Beberapa

C perfringens

Minimal

1d

Ringan

Tidak ada

Ya

Enterohemorrhagic E coli

1-8 d

3-6 d

Tidak ada

+/-

Ya

Enterotoksigenik E coli

1-3 d

3-5 d

Ya

Rendah

Ya

Plesiomonas spesies

Tak satupun

0-2 wk

+/-

+/-

+/-

Salmonella spesies

0-3 d

2-7 d

Ya

Ya

Ya

Spesies Shigella

0-2 d

2-5 d

Tidak ada

Tinggi

Ya

Spesies Vibrio

0-1 d

5-7 d

Ya

Tidak ada

Ya

Y enterocolitica

Tak satupun

1-46 d

Ya

Ya

Ya

Giardia spesies

2 minggu

1 + wk

Tidak ada

Tidak ada

Ya

Cryptosporidium spesies

5-21 d

Bulan

Tidak ada

Rendah

Ya

Entamoeba spesies

5-7 d

1-2 + wk

Tidak ada

Ya

Tidak ada

Faktor Resiko
Berikut ini adalah keadaan resiko yang mengalami diare infeksi :4-6
1. Baru saja berpergian: ke negara berkembang, daerah tropis, kelompok perdamaian
dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair).
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa : makanan laut dan shell fish, terutama
yang mentah. Restoran dan rumah makan cepat saji (fast food) dan piknik.
3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, resiko infeksi HIV, sindrom
usus homoseks (gay bowel syndrome) dan sindrom defisiensi kekebalan didapat
(AIDS).
4. Baru saja menggunakan obat animikroba pada institusi : institusi kejiwaan/mental,
rumah rumah perawatan, rumah sakit.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama sampai ke empat pasien
dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. 1
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di
negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99
juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada
sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka
itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per
tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat
jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter
jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan
oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri,
Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC). 1
6

Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, sebagai berikut : 1,2,7
1. Diare osmotik (akibat osmolaritas intraluminal yang meninggi)
Disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan oleh obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik (cth, MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan defek dalam absopsi mukosa usus misal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. 1,2,7
2. Diare sekretorik (sekresi cairan dan elektrolit meninggi)
Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya
absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume
tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakuakn
puasa makan/minum. Penyebab dari diare ini antara lain karena efek enterotoksin
pada infeksi Vibrio cholerae atau Escherechia coli, penyakit yang menghasilkan
hormon (VIPoma), sekresi ileum (gangguan absorpsi asam empedu), dan efek obat
laksatif dioctyl sodium sulfosuksinat dili). 1,2,7
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak
Didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakitpenyakit saluran bilier dan hati. 1,2,7
4. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif
Disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+, ATPase di
enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal. 1,2,7
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal
Disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus halus. Penyebab gangguan
motilitas antara lain : diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid. 1,2,7
6. Gangguan permeabilitas usus
Disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi
produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen,
gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan
infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakti Crohn). 1,2,7
7. Inflamasi dinding usus, disebut diare infeksi
Diare tersering. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif
(tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa)/bakteri non-invasif
menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut
diare toksigenik. Contoh diare toksigenik : kolera (Eltor). Enterotoksin yang di
hasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding
usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat, air,
natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion natrium
7

(diiringi oleh air, ion kalium, dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding
sel usus. 1,2,7
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent)
dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan
diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya
tangkis atau lingkungan internal saluran cerna misalnya antara lain : keasaman lambung,
motilitas usus, imunitas dan juga lingkugnan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa. Kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. 1,2,7
Diare karena bakteri/parasit invasif (enterovasif)
Bakteri yang merusak (invasif) antara lain EIEC, Salmonella, Shigella, Yersinia, C.
Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diarenya dapat tercampur lendir dan
darah. Walau demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare
koleriformis. Kuman salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphi B,
Stuphimurium, S.enterriditis, S.cholerasuis. penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitika
dan G.lambia. 1,2,7
Diagnosis
Diare akut et causa bakteri enteroinvasif.
Gejala Klinis
Diare enterovasif : terdapat demam, tinja berdarah.
-

Invasif, sering di kolon, diare berdarah, sering tetapi sedikit-sedikit, sering diawali

diare air
Sulit dibedakan dengan IBD
Banyak leukosit di tinja (patogen invasif)
Kultur tinja untuk Salmonella, Shigella, Campylobacter

Diferensial Diagnosis

Diare enterotoksigenik : tanpa demam, tanpa darah


- Non invasif, ada mual, sering pada diare turis (85%)
- Kolera : tinja seperti cucian beras, disertai muntah
- Patogen : ETEC, Giardia lamblia, rotavirus, Vibrio cholera, jamur
- Sebab lain : bahan toksik pada makanan (logam berat misalnya preservatif kaleng,
-

nitrit pestisida, histamin pada ikan)


Lab : tidak ada leukosit di tinja
Biasanya defekasi berupa air-air-air

Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik).Bakteri yang tidak merusak mukosa


misal V. Cholerae Eltor, ETEC dan C. Perfringens. V. Cholerae eltor mengeluarkan toksin
yang dapat terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Enterotoksin ini disebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada
dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar AMP dalam sel yang menyebabkan sekresi
aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.1,2,7

Diare amebiasis, disebabkan oleh Entamoeba hystolititca atau E. Dispar yang lazim
ditemukan pada sanitasi yang buruk, dan biasanya asimtomatik. Amebiasis harus dicurigai
pada orang yang baru berpergian ke daerah endemik, atau pada pembawa yang
asimtomatik. Transmisinya biasanya fekal oral dan sering dari kista dari pembawa
asimtomatik. Trofozoit dibunuh dilambung dan tidak infeksius. Pasien dengan amebik
intestinal dapat menunjukkan gejala proktokolitis amebik akut, kolitis nondisentri kronik,
atau ameboma. Pasien dengan kolitis amebik akut biasanya memiliki riwayat tinja
berdarah dan berlendir selama 1-2 minggu, adanya nyeri abdomen. Kadang terdapat febris
dan dehidrasi. Kolitis amebik kronik biasanya sulit dibedakan dengan inflamtory bowel
disease idiopatik, dengan adanya diare berdarah yang rekuren dan terjadi dalam beberapa
tahun. Ameboma merupakan infeksi amuba yang terlokalisasi, biasanya pada kolon
asenden dan sekum yang nampak sebagai massa abdomen yang nyeri. Infeksi
ekstraintestinal dapat menyebabkan abses pada hati, paru, dan otak, jarang pada
genitourinaria. Pada pemeriksaan tinja harus segera diperiksa (tidak lebih dari 20 menit)
guna mendapatkan bentuk trofozoit yang motil. Namun biasanya infeksi pada kolon
asenden, ameboma, dan ekstraintestinal tidak menunjukan hasil positif pada kultur tinja.8
Prognosis
Prognosis baik apabila dengan cepat tertangani, karena diare paling sering mengalami
kematian apabila shock tidak dapat teratasi.
Komplikasi 1,2,4-6
1. Dehidrasi dan gagal ginjal
2. Dehidrasi hipernatremik pada bayi :
a. Kadar natrium serum tinggi (>150 mmol/L) meskipun keseluruhan tubuh
defisit natrium akibat lebih banyaknya kehilangan air daripada natrium
b. Hipertonisitas kompartemen intraselular yang juga terjadi dapat menyebabkan
kerusakan otak
3. Septikemia (Salmonella, Yersinia, Campylobacter fetus)
4. Dilatasi kolon toksik (Salmonella, Campylobacter, Shigella, Clostridium difficile)
9

5. Sindrom hemolitik-uremik (E. coli enterohemoragik O157, Shigella dysenteriae)


6. Artritis reaktif (Shigella, Salmonella, Campylobacter terutama pada orang dengan
HLA-B27 positif)
7. Eritema Nodosum (Salmonella, Campylobacter, Yersinia enterocolitica)
8. Diare persisten.
Penatalaksanaan
1. Rehidrasi : oral, NGT, IV
2. Diet
a. Tidak puasa
b. Minuman yang tidak mengandung gas
c. Hindari kafein dan alkohol ( menaikkan motilitas )
d. Harus makan makanan yang mudah dicerna
e. Hindari susu sapi karena defisiensi laktase transien sering terjadi pada diare
3. Obat anti diare
a. Anti motilitas : loperamid
b. Pengeras tinja : atapulgite (4x2 tab/hari)
4. Obat antimikroba
Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada kasus ringan, virus, atau bakteri
non invasif
Yang terutama pada penatalaksanaan diare adalah rehidrasi, karena pada penderita
diare akan banyak terbuang air dan elektrolit.
Untuk pemberian antimotilitas terutama loperamid, dosis diperhatikan, agar tidak
sampai terjadi efek samping dari loperamid yaitu paralisis ileus. Diberikan loperamid kalau
diare tidak bisa berhenti dan hanya pada saat diare saja.
Untuk menangani dari kehilangan cairan, biasanya digunakan metode Daldiyono.
Metode Daldiyono :

skor
x10% xkgBBx1Liter
15
Skor dehidrasi

Untuk pemberian cairan terdiri dari 3 tahap :


1. Tahap 1 : Rehidrasi inisial (2jam) sebanyak total kebutuhan cairan
10

2. Tahap 2 : tahap kedua (1jam) tergantung kehilangan cairan dalam tahap 1 (koreksi
kehilangan cairan)
3. Tahap 3 : berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja berikutnya dan IWL

(jadi

kebutuhan maintenancenya)
Pemberian obat antidiare
-

Kelompok antisekresi selektif


Terobosan terbaru dalam milenium ini

adalah mulai tersedianya secara luas

racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase


sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan
menormalkan

sekresi

dari

elektrolit

sehingga

keseimbangan

cairan

dapat

dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec
sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih
aman pada anak. 1,2,4-6
-

Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x
sehari, loperamid 2 4 mg/ 2 - 3x sehari (sesuai derajat beratnya diare) dan lomotil
5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup
aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. 1,2,4-6

Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan
atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksintoksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan
zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit. 1,2,4-6

Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari

Plantago oveta,

Psyllium, Karaya

(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan


cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi
tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10
cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet. 1,2,4-6
-

Probiotik
11

Kelompok probiotik yang terdiri dari

Lactobacillus dan

Bifidobacteria atau

Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna


akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor
saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare
harus diberikan dalam jumlah yang adekuat. 1,2,4-6
Pemberian antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. 1-5
Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan tetapi
terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman. 1,2,4-6

Pencegahan
Karena penularan

diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus
diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian
khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang
digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus
dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus
diperingatkan untuk tidak menelan air. 4-6,9

12

Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
4-6,9

Kesimpulan
Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang
maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi
bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan
dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan
karena efektif dan cukup aman bila diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut
infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan
sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcellus SK, Daldiyono. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Diare Akut. Ed V. Jakarta:
Interna Publishing: 2009.
2. Harrisons Principles of Internal Medicine. Vol 1. Ed 13. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1999.h.247
3. The Medscape Journal of Medicine. Diare. 8 April 2010. Diunduh dari
medscape.com, 17 Mei 2011.
4. Umar Zein, Khalid HS, Josia G. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.h.4-9
5. Umar Zein. Diare Akut Infeksius pada Dewasa. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.h.11-5
6. Mandal Wilkins, Dunbar, White Mayon. Lecture Notes : Penyakit Infeksi. Ed 6.
Jakarta : Erlangga. 2008.
7. Robbins. Buku Ajar Patologi. Ed7. Jakarta: EGC. 2007.
8. Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, editor. Current diagnosis and
treatment pediatrics. Ed.19. United States: Mc Graw-Hill Lane:2007. H.619
9. Taufik Abidin. Diare Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

13

Anda mungkin juga menyukai