c. Untuk mencegah overheating dari metal bearing akibat panas dari bagian-bagian yang
bertemperatur tinggi
Vapor extractor
BATASAN OPERASI
Kedua vapor extractor di lubrication oil reservoir dan loop seal tank harus dioperasikan ketika
lubrication oil system beroperasi
ALASAN
Untuk mencegah bocornya oli dan uap hydrogen dari rumah bearing dan semua komponen drain
system
Urutan penempatan feed water heater in service
Feed water heater harus selalu in service dimulai dari LP Heater tekanan paling rendah ke HP
Heater tekanan paling tinggi
ALASAN
a. Untuk mengurangi load reduction pada beban tinggi
b. Untuk mencegah flow yang abnormal dan pressure ratio di dalam turbine
Operasi dengan feed water heater out of service
BATASAN OPERASI
1. Heater yang tidak berdekatan dapat distop bila beban nominal turbin tidak terlampaui
2. Tiga heater tekanan paling tinggi dapat out service bila beban nominal turbin tidak
terlampaui
3. Pengurangan beban sebesar 10% dibawah beban nominal bila heater yang berdekatan out
service dengan HP Heater in service. Tambahan pengurangan beban 10% tiap tambahan
heater yang berdekatan out service
ALASAN
Untuk mencegah overstressing dari sudu turbin
MSV/ GV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari MSV/GV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari
70% dan IMP on
ALASAN
a. Untuk mengecek kondisi operasi dari MSV/ GV
b. Untuk mencegah lengketnya MSV/ GV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
c. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve
RSV/ ICV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari RSV/ ICV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari
90% dan IMP off
ALASAN
a Untuk mengecek kondisi operasi dari RSV/ ICV
b Untuk mencegah lengketnya RSV/ ICV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
c Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve
DEHC Cabinet
Servo Controller
Sistem DEHC terdiri dari 2 buah microprocessor yang berbasiskan digital controller yang
bekerja secara redundant dengan menggunakan software yang disebut IDOL.
Fungsi DEHC dalam pengontrolan turbin antara lain :
1. Fungsi control untuk :
Speed up control
Valve transfer
Close all valves
Load/frequency control
Load limited
IMP (Impulse Chamber
2. Fungsi Proteksi untuk :
Electrical Over Speed Trip (EOST)
Over Speed Protection Control (OPC)
Initial Pressure Regulator (IPR)
3. Fungsi Test untuk :
Valve Close Test (GOV, MSV, ICV, RSV)
OPC Test
Over Speed Trip Test
Kelengkapan dan pemasangan peralatan instrumen diatas terdapat pada setiap bagian sistem,
yaitu pada :
Setiap thermometer
Pressure gauges
Differential pressure gauges
Flow switches
Sight glass
Turbine flow meters dan totalizers
Pressure switches
SOP MENJALANKAN CHILLER CONDENSOR VACUM PUMP
( CONTROL MODUL YANG BARU / T. 755 )
1. Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel
Condensor Vacum Pump.
2. Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
3. Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
4. Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak
angka berhitung mundur ( Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5
menit) menuju Start / Runing / Operasi.
5. Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada
Control Modul Chiller.
6. Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
7. Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua
compressor Chiller.
Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
8. Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa /
Condensor Vacum Pump dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor
Vacum Pump sekali lagi.
9. Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch
LOKAL / REMOTE pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi
dan timbul Alarm maka System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 57.
CARA MERUBAH DENSITY COAL FEEDER
1. PRESS EXIT
2. PRESS SET UP
3. PRESS < SET UP / SET DOWN ->SAMPAI SET UP 02 =>DENSITY
4. RUBAH DENSITY DARI ? KE ? KEMUDIAN ENTER
Pendahuluan :
Kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya akan tenaga listrik terus meningkat ,hal ini
membuat PLN sebagai perusahaan penyedia tenaga listrik mencari alternatif sumber tenaga
pembangkit listrik yang murah dan berkapasitas besar selain PLTA ( Pembangkit listrik
tenaga air ) yang telah ada namun karena PLTA bersumberkan tenaga air terjun sehingga
kapasitasnya menjadi terbatas oleh sumber air tersebut.
Dalam hal ini PLTU ( Pembangkit listrik tenaga uap ) dengan bahan bakar batu bara menjadi
alternatif sumber tenaga Pembangkit Listrik karena Pembangkit listrik berbahan bakar
minyak terasa mahal.
Untuk itu pada tahun 1982 dibangunlah PLTU Suralaya Unit 1-4 yang berkapasitas 4 x 400
Mw yang menggunakan bahan bakar batu bara dan mulai beroperasi pada tahun 1985 yang
berlokasi di daerah Merak Jawa- Barat.
Didalam Pembangkit Listrik tenaga uap (PLTU Suralaya) diperlukan suatu alat Pembangkit
Uap ( Steam Generator ) atau lebih dikenal dengan BOILER yang berbahan bakar Batu bara
yang mampu menggerakan Turbine Generator yang bercapsitas 400 mw.
FUNGSI BOILER
Fungsi Boiler diantaranya :
a. Memproduksi uap dengan jumlah yang dibutuhkan sesuai rencana.
b. Memanaskan lanjut uap yang dihasilkan untuk mendapatkan Temperatur yang diinginkan
sebelum dipakai memutar Turbine.
c. Memanaskan kembali uap yang telah digunakan oleh Turbine tekanan tinggi
sebelum
digunakan kembali untuk memutar Turbine tekanan menengah atau sering disebut
REHEATER.
CIRCULASI AIR DI BOILER
Pada BOILER Pembangkit tenaga listrik yang memproduksi uap secara continuous maka air
harus bercirculasi secara continuous juga melalui tube tube Boiler.
Circulasi air pada Boiler ada dua system :
1. Natural circulation atau Thermal circulation
2. Force circulation atau Pumped circulation
akan
menyebabkan semakin besar perbedaan tekanan di sisi dingin dan sisi panas sehingga
produksi uap akan semakin besar demikian pula sebaliknya.
4. Besar kecilnya pipa yang dialiri air tersebut : Semakin besar pipa yang dilalui air maka akan
mengurangi hambatan sehingga produksi uap akan semakin besar demikian pula sebaliknya.
ECONOMIZER
Fungsinya menyerap panas dari gas gas sisa pembakaran untuk memanaskan air penambah
( feed water ) sebelum air tersebut masuk ke Main drum sehingga effesiency Boiler menjadi
besar .
Ada dua type economizer yang digunakan pada Boiler :
a. Plan tube :
Plain tube economizer terdiri dari kumpulan pipa-pipa yang susunanya sebaris ( in line )
maupun selang ( stagered ).
b. Finned tube :
Tipe terdiri dari pipa-pipa baja lunak ( mild steel ) yang bersirip besi,biasanya pipa-pipa
disusun sebaris ( in line ) untuk memudahkan pembersihan atau inspecsi disamping
merupakan susunan yang paling economis.
Cara- cara pembersihan pipa-pipa economizer biasanya dilakukan dengan dua cara ,Yaitu
pada saat Boiler beroperasi ( on load ) dan dalam keadaan tidak beroperasi ( off load ).
Dalam keadaan beroperasi economizer dibersihkan dengan alat yaitu Soot blower ( Long
retractable soot blower ) dimana media pembersihnya menggunakan uap yang keluar dari
primary super heater, alat ini efective digunakan pada kedua type economizer tersebut.
Dalam keadaan tidak beroperasi pembersihan economizer dapat dilakukan secara mecanic
atau dengan menggunakan air disemprotka , di beberapa kasus digunakan larutan soda api
untuk membersihkan deposit sebelum menggunakan air
BOILER DRUM
Fungsi dari Drum :
a.Menampung air yang akan dipanaskan sebelum didistribusikan
ke pipa-pipa penguap ( riser tube ).
b.Mengatur permukaan air di Boiler sehingga tidak terjadi kekurangan saat Boiler beroperasi,
yang akan menyebabkan Boiler Over heating.
c. Memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan di ruang bakar.
d Membuang kotoran kotoran yang terlarut didalam air melalui
blowdown pipe.
continuous
DRUM PROTECTION :
Pada saat menaikan tekanan Boiler akan terjadi Stress diantara Drum bagian atas dan Drum
bagian bawah karena perbedaan temperatur, untuk itu harus
perbedaan temperature tersebut tidak melebihi batasan yang ditentukan (lihat grafik ).
Batasan yang dibolehkan dari perubahan saturation temperature adalah merupakan fungsi dari
jumlah perbedaan saturation temperature yang harus dibuat.
Contoh :
Cold start dari temperature 38 oC ke 356,6 oC
Jumlah perbahanya ( Total change ) adalah 318,6 oC ,jadi dengan melihat grafik maka
kenaikan temperatur air pada Drum yang dibolehkan dibatasi Max 111 oC/jam.
Hot start dengan jumlah perubahan saturation temp ( Totoal Change) kurang dari 55 oC
,Kenaikan temperature ( Rate of saturation temp change) air di Drum yang dibolehkan adalah
Max 222 oC/jam ( lihat grafik ).
Pada saat kenaikan temperature saturation , temperature Drum bagian atas dan bawah harus
dimonitor sehingga perbedaan temperaturenya tidak melebihi dari batasanya .
Perbedaan temperature Drum atas dan bawah yang dibolehkan adalah Pada saat start Boiler
dari dingin perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 100 oC.
Pada saat Shut down sampai dingin perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 112 oC.
Batasan perubahan saturation temperature dan perbedaan temp Drum bagian atas dan Drum
bagian bawah maksudnya :
Untuk mengamankan kerusakan diantara bagian yang bertekanan dan bagian yang tidak
bertekanan pada saat boiler start maupun shut down.
Untuk mengurangi Drum humping pada semua bagian bertekanan yang berhubungan dengan
Drum.
sehingga tidak
bergejolak dan merata diseluruh bagian Drum karena pipa ini memancarkan airnya disepanjang
Drum.
b.Chemical injection pipe :
Diameter pipa ini kecil hanya satu inchi yang berfungsi untuk mendistribusikan zat kimia
kedalam untuk mengontrol PH air didalanm Drum bahan kimia tersebut biasanya adalah
Na2PO4 ( Natrium phospate ) atau NH3 (amoniak ).
c.Sampling pipe :
Besar pipa ini sama dengan pipa injection pipe yang gunanya untuk mengambil sample air
dari Drum ,untuk diperiksa dilaboratorium apakah air di Drum tersebut baik atau tidak dan
untuk menentukan jumlah bahan kimia yang diinjecsikan kedalam Drum.
d.Baffle plate :
Bagian ini fungsinya untuk memisahkan air yang telah dipanaskan supaya tidak bercampur
dengan air dingin yang datang dari pipa air pengisi dan diarahkan ke sparator disamping
untuk mencegah terjadinya riak pada permukaan air yang akan mempengaruhi tingginya level
air yang terlihat pada indikator.
e.Separator :
Alat ini berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan pada riser tube
sehingga uapnya naik ke superheater dan airnya turun kembali ke Drum untuk circulasi ulang
lagi pada riser tube frinsif kerjanya air panas berpusar sehingga airnya akan jatuh lagi ke
Drum atau sering disebut ciklon sparator.
f. Dryer :
Berfungsi sebagai pemisah tingkat kedua sehingga semua air dalm uap dihilangkan sebelum
uap tersebut menuju superheater.
g.Steam scrubber :
Berfungsi untuk menyaring uap air yang masih terbawa oleh uap setelah melalui sparator
sehingga air yang masih terbawa akan jatuh kembali ke Drum disamping untuk
membersihkan kadar uap yang dihasilkan.
h. Dry box :
Posisinya ada dibagian paling atas dari Drum yang berfungsi untuk menampung uap yang
dihasilka dan mendistribusikanya ke superheater.
II. SPESIFIKASI TEKNIK ( BOILER SURALAYA 1-4 )
Pabrik pembuat
Type
Kapasitas
: 1168 ton/jam
: 174 kg/cm2
: 540 oC
40 kg/cm2
40 kg/cm2
35 set
: Batu bara
: solar
PENJELASAN :
Natural circulation artinya circulasi air didalam Boiler dai Drum turun ke Down comer riser
tube ( pipa penguap ) kembali ke Drum terjadi secara alamiah ( karena perbedaan density
dari air yang masih dingin pada pipa down comer dan air panas yang mualai menguap pada
pipa penguap ).
Singgle Drum artinya Boiler ini mempunyai satu buah Drum yang terletak dibagian atas
Boiler sedangkan dibagian bawah menggunakan header.
Radiant Boiler artinya perpindahan panas yang terjadi sebagian besar secara Radiasi dari api
diruang bakar ke pipa-pipa penguap Boiler.
c.
2.
3.
4.
BILA TERJADI CPU A TIDAK NORMAL ATAU MATI, DAN CPU :B CONTROL
MAKA YANG PERLU DILAKUKAN ADALAH :
5.
NB:
SEBELUM RESET CPU MAKA RESET DULU K2 ( CLR )
SUMBER MAINT. CONTROL INSTRUMENT
INSTRUKS
UR
KERJA
PERSIAPA
N
Keselamata
n&
kesehatan
kerja
Persiapan
lokal
I KERJA
Pergunakan
alat pelindung
diri
Fasilitas
lampu
penerangan
cukup
Fasilitas F/F
tersedia
Tidak ada
ceceran
minyak / air
Pergunakan
alat
komunikasi
Manhole casing Tertutup
turbin
rapat
Penutup bearing Tertutup
dan
T/G couple
Tersambun
Connention kabelg baik
kabel control Tidak ada
Kebocoran minyak
Tidak ada
pelumas / controlNormal
Kebocoran uap Normal
Level main turbinPress 120 ~
oil reservoir tank150
Level EH fluid kg/cm,
reservoir oil tankMenutup
EH fluid pump penuh
operasi
Tersedia
Turbin valve ( MSV,
Tersedia
GV, RSV, ICV ) Press 10
Power supply kg/cm,
peralatan instrument
Lube oil
Udara instrumentpress 1,2
AOP operasi
kg/cm,
TOP operasi
Press 150
JOP operasi
kg/cm,
Turning gear
Operasi
Cond vacuum pump
Vacum cond
operasi
> 680
mmhg
Turbin
Rolling
( manual
start up /
cold start )
Control
Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive
turbin reset
room
No. 10
Permissiv
e turbine
reset
DEH
SPEED
OPRN
CNTRL
A
B Turbin reset
E
F
G Select Turbin
C control EH
Select Speed
target
Select Accel
rate
Select Speed
program
Setelah speed
E 400 rpm
G lakukan rub
G check
P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
No MFT trip
No trip class Y 86
A1G
No trip class Y 86
B1G
No turbine trip
PB On
No electric over
speed trip
No vibrasi HI HI
trip
No DEH failure
No LP A exhaust
temp high
No LP B exhaust
temp high
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearing
failure trip
tekan
master
reset
Press
auto stop
oil 7 k
tekan auto
400 rpm
Select speed
target
Select speed
program
Turbin heat
soak
E ( menunggu
G mismatch
D temperatur
terpenuhi
yaitu 83
C dan 142
C)
NO. 71
A
B
C
(cold start)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
tekan
.
GV/ICV
close
Lakukan
pemeriksaa
n vibrasi,
gesekan
gesekan
pada
bantalan
dengan
mengguna
kan stick
Pilih 2000
rpm
Pilih GO
Speed hold
3
jam,selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain
bearing
temp
HP casing
expantion
Shaft
position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
minyak
/uap dll
saat putaran
kritis
Persiapan
Exciter syst
Masukkan
Field breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance
manual
Persiapan
syncron
Generator
Breaker 7A /
7AB siap
( GITET )
Select switch
ke breaker
7A/AB
Select switch
synchron
auto/manual
Atur tegangan
Atur
frequensi /
putaran
Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer
Putaran
kritis :
LP A-B :
1200 /
2500
HP- IP :
1500 /
3700
Gen
:
700 / 1900
Pilih
closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance
Lampu
control
nyala
Pilih
switch 7A
atau 7AB
Pilih
manual
Bila
(SW 25
syncronscoop G1)
5 derajat ke
Atur 70E
arah titik O
Atur
( searah jarum Governor
jam ) lakukan demand
parallel
Setelah
parallel beban
akan naik 30
MW dan
tanda breaker
akan nyala
merah
Select Exciter
syst
auto/manual
Naikkan VAR
Turbin
Rolling
(manual
start
up/warm
&
hot)
Sesuaikan
pressure dan
temperatur
main steam
dengan first
stage metal
temperatur
Control
room
Check
permissive
reset turbin
Permissiv
e Turbine
reset
Close
switch 52
G
Naikkan
Gov
demand
Pilih
manual
Naikkan
90R
Agar heat
shock time
tidak
terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama
dengan
sesudah
throtling
tekan tanda
I
No MFT trip
No trip class Y 86
A1G
No trip class Y 86
B1G
No turbine trip
PB On
No electric over
speed trip
No vibrasi HI HI
trip
No DEH failure
Reset turbin
Select Turbin
control EH
Select Speed
target
Select Accel
rate
Select Speed
program
Setelah speed
200 rpm
putaran
ditahan
selama 10
menit
(sekurang
kurangnya)
No LP A exhaust
temp high
No LP B exhaust
temp high
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearing
failure trip
tekan
master
reset
Press
auto stop
oil 7 k
Pilih auto
2000 rpm
(warm/hot)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
Speed hold
10 menit
selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain
brg temp
HP casing
expantion
Shaft
position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
munyak/ua
p dll
rpm ~ 3000
rpm amati
vibrasi pada
saat
putaran kritis
Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer
Persiapan
Exciter
system
Masukkan
Field breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance
manual
Putaran
kritis
LP A-B :
1200 /
2500
HP- IP :
1500 /
3700
Gen
:
700 / 1900
Persiapan
synchron
Generator
Breaker 7A /
7AB siap
( GITET )
Pilih
closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance
Select switch
ke breaker
7A/7AB
Select switch
syncron
auto/manual
Atur tegangan
Atur
frequensi /
putaran
Bila
Lampu
power
control
nyala
Pilih
switch 7A
atau &AB
Pilih
manual
(SW 25 G1
)
Atur 70E
syncronscoop Atur
5 derajat ke
Governor
arah titik O
demand
( searah jarum
jam ) lakukan
parallel
Close
Setelah
switch 52
parallel beban G
akan naik 60
MW dan
tanda breaker
akan nyala
Naikkan
merah
Gov
demand
Select Exciter
syst
uto/manual
Pilih
Naikkan VAR manual
Naikkan
90R
Rolling
Turbin
( ATS / cold
start )
Control
room
Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive
reset turbin
P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
tekan
Reset turbin
master
A
reset
Press auto
ATS on request stop oil 7 k
Check permissive
ATS
pilih ON
pilih I
Permissive operasi
dengan ATS
Mn trb oil tank
level low
Mn trb oil tank
vapour ext On
Mn trb TOP
posisi auto
Mn trb
EOP posisi
auto
Mn trb AOP
posisi auto
Mn trb EH fluid
RVR level
normal
Main turbin EH
fluid RVR
temp>10 C
Mn trb EH pump
satu ON
Mn trb fluid
pump A/B auto
Satu atau dua
CWP operasi
Satu atau dua
CEP operasi
Satu atau dua
gland stm cond
fan On
Mn trb gland
steam press
normal
Mn trb condensor
vacum
> 650 mmhg
B
All extraction
C
line drain
A
valve buka
All main drain
ATS start up mode
valve open
select
Mn trb bearing
Select cold /warm
oil/press
hot mode
> 0,75 kg/cm
Select ATS start /Main turbin rotor
hold permissive eccentricity
normal
ATS akan mengatur
Main turbin rotor
putaran turbin position
hingga 400 rpm
normal
Main turbin diff
expantion
normal
Main turbin gen
Bila putaran
gland seal
Heat soak
A
B
C
Speed up 2
lihat dan
perhatikan
EH auto
speed
target 400
rpm
Accel rate
300
Speed
complete
Closed all
valve.
Selama rub
check
lakukan
pengechek
an bearing
dari gesek
an dll
dengan
mengguna
kan stick
Persiapan
Exciter
system
Select Field
breaker
Select Exciter
syst
Pilih
Auto/Manual complete
Select AVR balance
( selama
manual/auto
tidak
dicomplete
Persiapan
akan selalu
synchron
rub check
Generator
dan
Breaker
putaran
7A/7AB siap turun naik
( GITET )
antara 285
Select switch ke ~ 400 rpm
breaker 7A/7AB Speed
Select SW auto /target
off 2000
/ manual
rpm
Accel rate
300
Synchronscoop akan
Speed
berputar dan bilaprgram GO
ketiga syarat
Complete
synchron terpenuhi
maka
Hold time
breaker
178 menit
(3jam)
akan masuk
Elapsed
(close)
time
(menghitun
g mundur
sampai nol
menit)
Complete
Speed
target 3000
rpm
Accel rate
300
Speed
prgram GO
Gov
control
( MSV
><GV)
Complete
Pilih
closed
Pilih auto
Pilih auto.
lampu
power
control
nyala.
Pilih salah
satu 7A /
7AB
Pilih SW
25 G1 auto
lampu
tanda
breaker
close dan
nyala
merah
ATS akan
menaikan
beban
hingga 5 %
Lepas AVR
control ke
manual.
Naikan
VAR dg
tombol
90R
Turbin
Rolling
( ATS /
warm & hot
)
Control
room
Sesuaikan
pressure dan
temperatur
main steam
dengan first
stage metal
temperatur
Check
permissive
Agar heat
soak time
tidak
terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama
dengan
sesudah
throtling
reset turbin
Turbine
reset
tekan tanda
I
tekan
master
ATS on request reset
Check permissivePress auto
ATS
stop oil 7 k
pilih ON
ATS start up mode
pilih I
select
(lihat
Select cold / warm
permissive
/
hot mode
pada cold
Select ATS start /start)
hold permissive pilih start
pilih cold
ATS akan mengatur
pilih start
putaran turbin
hingga 2000 rpmlihat dan
Speed up 1
perhatikan
Heat soak
Speed up 2
Persiapan
Exciter
system
Select Field
breaker
EH auto
Speed
target 2000
rpm
Accel rate
300
Speed
prgram GO
Complete
Hold time
10 menit
Elapsed
time
(menghitun
g mundur
sampai nol
menit)
Complete
Speed
target 3000
rpm
Isi Boiler Drum sampai normal level ( dilihat pada glass gauge )
Start Secondary Air Heater
Start Primary Air Heater
Start Ignitor oil supply
Start salah satu ID Fan dan Atur pembukaan damper IDF hingga tekanan pada Furnace
mencapai 12 mmwg dan posisikan auto
Start FDF Atur damper FDF hingga udara pembakaran (combustion air) lebih besar 30 %
Start Secondary Air Steam Coil Air Heater
Start (1) Flame Scanner Blower
Insert Furnace Gas Temperature Probe untuk mendeteksi temperatur gas masuk laluan
reheater, dipertahankan < 510 C
Lakukan Boiler purge dengan menombol PB reset pada DCIS (Semua damper laluan udara
dan gas buka untuk membuang gas-gas yang tersisa keluar cerobong dengan tenggang
waktu 300 second)
Buka katup Ignitor safety Shut off valve
Start Ignitor level C atau E
Buka katup economizer Recirculation valve
Lakukan start Ignitor berikutnya dengan melihat kondisi temperature gas yang masuk
Reheater tidak lebih dari 510 C dan laju kenaikan temp dibatasi sesuai diagram pada buku
Operating Manual dan Diff. Temp Top / Bottom pada Drum tidak lebih dari 100 C
Bila tekanan di Drum sudah mencapai > 2 Kg/cm2 Tutup semua katup ventig Drum dan
SH serta katup-katup Drain Pada SH
1. 4. STOP SEQUENCE
1. 5. BOILER PROTECTION
PELAKSA
NA
2 Start
diesel
emergency
Start service air
kompresor
Operator
unit 6
3 Pemindahan Beban
SWGR 7B ke 7A.
Supervisor
Operasi dan
Tie breaker LVS
Operator
400 V Boiler 7A ke
Control
7B dimasukkan ( // ). Room
Breaker LVS 400 V Unit 7
Boiler 7B dilepas
(# ).
Tie breaker LVS
400 V Turbin BOP
7A ke 7B
dimasukkan (// ).
Braker LVS 400 V
Turbin BOP 7B
dilepas (# ).
4 PEMBEBASAN
TEGANGAN SST
3:
Operator
GITET
Operator 5
Breaker 150 KV
5A6 & 5AB6
dilepas (# )
Manualkan tap
changer trafo SST 3
5 START PLTG JBE
PLTG JBE Black
Start sampai full
Speed No Load
( FSNL)
Breaker 10,5 KV
( 2A3A ) Incoming
PLTG JBE
dimasukkan (//)
Breaker 10.5 KV
SST3 (2A10 )
dimasukkan (//)
Breaker 10,5 KV
52G JBE
dimasukkan (//)
6 START UP UNIT 7
Start motor motor di
area boiler dan
turbine untuk
persiapan start up
unit 7
Start CCCWP A
Start CWP 7A
Start CEP 7 A
Start SUBFP unit 7
dengan breaker dari
sisi A
Start IDF 7A
Start FDF 7 A
Firing boiler
Start PAF 7 A
Operator
unit 7
Operator
unit 7
Operator
GITET
Operator
unit 7
8 Beban generator
150 Mw
Transfer SST B ke
UST B
9 Normalkan beban
LVS
Breaker LVS 400 V
Boiler 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS
400 V Boiler 7A ke
7B dilepas (# ).
Operator
unit 7
Operator
unit 7
Operator
unit7
1 Stop PLTG
1
Masukkan
tegangan
SST 3 dari
GITET
5
A6
dan
5AB
6
masuk (//)
Opetor
unit 7
Operator
GITET
1 Start
2 booster
pump BFP
7A
Start BFPT 7A
Unit
operasi
normal
Operator
unit 7
Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel Condensor
Vacum Pump.
Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak angka
berhitung mundur ( Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5 menit)
menuju Start / Runing / Operasi.
Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada
Control Modul Chiller.
Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua
compressor Chiller.
Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa /
Condensor Vacum Pump dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor
Vacum Pump sekali lagi.
Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch
LOKAL / REMOTE pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi dan
timbul Alarm maka System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 5-7.
Perhatikan lampu indikasi Led pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi A akan
terjadi pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply UPS / Inverter sisi A
telah Transfer ke Supply Alternatif Mains.
Perhatikan lampu indikasi Led pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi B akan
terjadi pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply UPS / Inverter sisi B
telah Transfer ke Supply Alternatif Mains.
Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif
Mains maka lakukan pemindahan By Pass Beban dari Posisi NORMAL ke posisi
UPS #2 ON BY PASS pada saklar By Pass S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led
Hijau H 59 posisi ON / menyala.
( Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka
salah satu
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di panel
60 - E1 - DP - 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada
posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A ( 1Q4 )
pada posisi ON.
pasang Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Pasang Fuse 1F7 123.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi ON
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif
Mains dengan menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi B.
( Beban UPS A & B ditanggung oleh Supply Alternatif Mains ).
Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif
Mains maka lakukan pemindahan By Pass Beban dari Posisi UPS #2 ON BY PASS
ke posisi NORMAL pada saklar By Pass S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led
Hijau H 59 posisi ON / menyala.
(Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka salah
satu
KONDISI GANGGUAN
Apabila terjadi gangguan baik karena satu atau beberapa pembangkit trip atau gangguan
transmisi sehingga terjadi penurunan frekuensi hingga mencapai 48,3 Hz maka UFR 48,3 Hz
akan bekerja untuk membentuk Pulau Suralaya dengan melepas PMT-PMT 500 kV sbb :
PMT Gandul 1 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Gandul 2 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Cilegon Cibinong yang terletak di GITET Cilegon Baru.
Dengan tripnya beberapa PMT tersebut diatas maka Pembangkit Suralaya mengalami
kehilangan beban (loss of export load) sekitar 2200 sampai 2400 MW sehingga terjadi
generation shedding tahap I secara bersamaan pada beberapa unit PLTU Suralaya, yaitu :
Unit 2 trip (PMT 7A2 dan 7AB2, lokasi GITET Suralaya)
Unit 3 trip (PMT 7A3 dan 7AB3, lokasi GITET Suralaya)
Unit 6 trip class W (House Load, PMT 7A6 dan 7AB6 trip namun Turbine-generator tetap
beroperasi dengan beban pemakaian sendiri sekitar 15 sampai 20 MW)
Selanjutnya ketika generation shedding tahap I telah bekerja namun frekuensi sistem terus
naik hingga mencapai 51,5 Hz, maka over frequency relay (OFR, 51,5 Hz) akan bekerja
untuk generation shedding tahap II yaitu melepas PMT 7A7 dan 7AB7 sehingga terjadi house
load pada unit 7 PLTU Suralaya.
MENGATASI GANGGUAN
3.1. BILA ISLAND SURALAYA TERBENTUK SESUAI SKENARIO
N
O
01
KEJADI
AN
PMT
Gandul
1,2 dan
CilegonCibinong
Trip
02
Unit
Trip
03
Unit
Trip
04
Unit
1
tetap
operasi
namun
beban
turun dari
100
%
hingga
50%
TINDAK
AN
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai
SOP Start
up unit
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai
SOP Start
up unit
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
PELAKSA
NA
Operator
GITET
Suralaya
Operator
Unit 2 UBP
Suralaya
Operator
Unit 3 UBP
Suralaya
Operator
unit 1 UBP
Suralaya
05
Unit
4
tetap
operasi
namun
beban
turun dari
100
%
hingga
50%
06
Unit
6
House
load,
karena
UFR 48,3
Hz
bekerja
level
Atur beban
dan
pertahanka
n frek 50
Hz
Kurangi
jumlah
Mill yang
inservice
sesuai
beban
yang ada
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
level
Atur beban
dan
pertahanka
n frek 50
Hz
Kurangi
jumlah
Mill yang
inservice
sesuai
beban
yang ada
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
Operator
unit 4 UBP
Suralaya
Operator
unit 6 UBP
Suralaya
n drum
level pada
posisi
normal
level
Yakinkan
flow spray
water
cukup
untuk
Superheate
r spray
(atur
pembukaa
n back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaa
n back
pressure
valve
secara
manual
dari lokal
(bila
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahanka
n frek 50
Hz
Trip kan
2(dua)
buah top
Mill 6B
dan 6F
Bila house
load lebih
dari 2 jam,
tripkan
middle
Mill (6A
dan 6D)
sehingga
hanya
tersisa
2(dua)
buah mill
yang
inservice.
N
O
07
KEJADI
AN
Unit
5
tetap
operasi
namun
beban
turun dari
100%
hingga
50%
TINDAK
AN
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
level
Yakinkan
flow spray
water
cukup
untuk
Superheate
r spray
(atur
pembukaa
n back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaa
n back
pressure
valve
secara
manual
dari lokal
(bila
PELAKSA
NA
Operator
unit 5 UBP
Suralaya.
08
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahanka
n frekuensi
50 Hz
Kurangi
jumlah
Mill yang
inservice
sesuai
beban
yang ada
Yakinkan
LFO pump
A tetap
inservice
dan LFO
header
pressure
>7,5
kg/cm2
Unit
7 Catat relay Operator
House
yang
Unit 7 UBP
load
bekerja
Suralaya
(karena
Reset relay
over
dan alarm
frequency yang
51,5 Hz muncul
bekerja)
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
level
Yakinkan
flow spray
water
cukup
untuk
Superheate
r spray
(atur
pembukaa
n back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaa
n back
pressure
valve
secara
manual
dari lokal
(bila
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahanka
n frekuensi
50 Hz
Trip kan
2(dua)
buah top
Mill 7B
dan 7F
Bila house
load lebih
dari 2 jam,
tripkan
middle
Mill (7A
dan 7D)
sehingga
hanya
tersisa
2(dua)
buah mill
yang
inservice
0
2
KEJAD
IAN
PMT
Gandul
1,2 dan
CilegonCibinon
g Trip
Unit 2
Trip
0
3
Unit
Trip
0
4
Unit 1
trip
Unit 4
tetap
operasi
namun
beban
turun
dari 100
%
hingga
50%
Atau
sebalikn
TINDAKA
N
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
PELAKS
ANA
Operator
GITET
Suralaya
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Kurangi
Operator
Unit 2
UBP
Suralaya
Operator
Unit 3
UBP
Suralaya
Operator
unit 1
UBP
Suralaya
ya
0
6
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Unit 5 Catat relay
trip
yang bekerja
Unit 6 Reset relay
berhasil dan alarm
House
yang muncul
load
Pertahankan
Unit 7 drum level
tetap
pada posisi
sinkron
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back
pressure
valve secara
manual dari
lokal (bila
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Bila
frekuency >
50,5 Hz,
pertahankan
unit 6 pada
posisi house
load
Operator
unit 5,6,7
UBP
Suralaya
Operator
GITET
Suralaya
Bila
frekuency <
50 Hz,
koordinasika
n dengan
operator
GITET
Suralaya
untuk
mensinkronk
an kembali
unit 6 ke
sistem 500
kV
Atur beban
unit 7 untuk
mempertaha
nkan
frekuensi
tetap 50 Hz
(atur jumlah
Mill yang
operasi
sesuai beban
yang ada)
Lakukan
pemulihan
unit 5 sesuai
SOP Start up
unit
Yakinkan
LFO pump
5A tetap
inservice
dan gLFO
Header
pressure
dipertahanka
n pada 7,5
kg/cm2.
II.
III.
LAPORAN GANGGUAN
(61-*TD-PS-S303)
Tahap pertama jika f = 48,3 dan status gandul 1 & 2 trip, maka unit 2 dan 3 trip
serta unit 6 house load seketika. (dilakukan oleh UFR GITET)
Tahap kedua, jika f = 51,5 Hz, maka unit 7 house load seketika dengan melihat:
1. PMT gandul 1 dan 2 telah trip, dan
2. Unit 1 dan 4 masih sinkron, dan
3. Unit 5 masih sinkron.
INSTRUKSI KERJA
INSERVICE OVER FREQUENCY RELAY
(SIMULASI ISLAND LOAD OPERATION TAHAP II)
Masukkan link teminal X5/61 (+) dan X5/62 (-), OFR dan UVR hidup
Pasang Fuse 5A ke fuse holder dengan urutan FXPA, FXNA dan FXPB, FXNB
Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal
ini adalah 56,6 V
Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal
ini adalah 56,6 V
Pasang kembali FXPA dan FXNA dan Cek kembali tegangan di terminal X5/67 dan X5/68
56,6 V
CEK OFR
Cek tegangan pada terminal X7/2, pastikan tegangan pada terminal X7/2 adalah = 0
Perpormance : - Teknis
- Non Teknis
Teknis
: 1. Effesiemsi Thermal ( ET ).
2. Plent Heat Rate ( PHR ).
3. Specific Fuel Consumtion ( SFC ).
Non Teknis : - Juimlah pegawai/KW.
- Jumlah Produk/pegawai.
ET
: Jumlah Energi Listrik ( KWH ). Yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah energi
dalam bentuk panas ( kalori ) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi ( KWH ) tersebut
%
PHR
SFC
Contoh Hitungan
- Beban : 600 mw
- Mill 1/5 : 5 bh mill
- Flow 88 : 54 T/H untuk mill
- Waktu : 1 jam
KWH
yang
SFC
ET
Jadi
: ET : 1
PHR
: Karena ET dan PHR mempunyai satuan yang berbeda
Yaitu ET : Kcal/K.cal
PHR: Kcal/Kwh
Maka harus dikalikan dengan 860 Kcal ( 1 Kwh )
ET
: 1 x 860 : 1 x 860
PHR
2340
: 0.3675
EAF
EAF
Syarat-syarat BTC
Boiler Master Auto.
Turbine Master Auto.
Beban dari 30 % MCR.
Governoor Valve ( GV ) untuk mengatur Main Stop yang masuk ke Hp Turbine.
Inter Cepter Valve ( ICV ) untuk mengatur Ratstop yang masuk ke IP Turbine.
Reheat stm Valve ( RSV ) untuk mengatur Rh stm masuk ke IP.
MSV, GV dan ICV RSV buka tutupnya diatur oleh oil control Turbine.
RSV dicontrol oil EH oleh Control Turbine.
Over Speed Protection Controler (OPC) sys protecsi Turbine untuk menurunkan putaran,
bila Turbine mencapai 107,5 % (3022,5 rpm).
Unit Trip Class Y (Elektrik)
- 86 A1
- 86 B1
Class W (Mekanik)
- 86 B1
- 86 B2
Under Voltage
- 27 R1
- 27 R2
Over Current
- 51
Green Over Current
- 51 N
Defferent Rollay
- 87
Rellay Current
- 50
Gas Trip
- 60
MS/RS Temp
= 550 Alarm
= 560 6000 Sec (100)
= 565 6000 Sec (10)
= 570 - Trip ( ) (600)
Boiler Drum Level
- 250
+ 225
Furnice Press
- 225
+ 225
FSCB Press Low
= 300 mm H2(20 Sec)
Press Limit
= High = 170 Kg/cm2
Low = 70 kg/cm2
Vaccum Alarm= 650 mm/Hg
Vaccum Trip = 550 mm/Hg
Normal
= 679 mm/Hg
-
= 0,75 kg/cm2
= 0,5 kg/cm2
= 1,0 1,8 kg/cm2
S : 0,02 ppm
Ph : 9.0.95
(Kearetor) Hyd
: 0,02-0,05
o : 0,007
Besi: 0,01
CEP
BFPT
1 kg
Steam Turbine
- Rat Cap : 600.000 Kw
Ex Press :
63 mm Hg
: 169 kg/cm2
: 538 0C
: 22,3 kv
: 0,85
EH Untuk mengontrol/mengatur MSV-GV-RSV-ICV
MFT
: Panas ( Temperatur ) 0
: Panas Kalor ( energi) G
Eko
Kualitas air, Cp, PH, Ci
1.
: Dinding Boiler
: Gas-Pipa Aliran
: Nyala api ( ruang bakar )
OK. Total
: 100/23,2 x OKTtl
: U. min Total
a) Oksigen Total = OKTtl = mol 02
BM o2
32
b) Volume O2 = mol O2 x 22,4 l = Vol O2
c) Volume O2 = b x 100. l. udara
21
2)
3)
- Kutub dalam
- Kutub luar
Rumus f = n.p
60
f = freg
n = putaran
p = lj pasang kutub
f=50 H2( Rpm) : Putaran/listrik yang dibangkitkan tiap detik menghasilkan 50 periode
( Rps ) : Freqcuency/detik/putaran
Perbedaan tiap phase acd : 1200
Rolling Turbine
1. Turbine Reset
2. Turbine Reguest Auto
3. Speed 400 berhenti ( Rub chek )
400 Hold
2000 Hold
3000
4. TRB Accel 75 Rpm Slow
150 Rpm Normal
300 Rpm Fast
Turbin bypass :
Adalah sebuah alat yang menyediakan laluan uap dari boiler melalui line main stm, cold reheat
menuju kondenser.
Fungsi Turbine bypass :
Mempercepat proses startup dan penaikan beban ( runup ) boiler dengan tetap, sesuai dengan
batasannya.
Menghindari thermal shock pada reheater, thermal shock dapat terjadi bila Reheater tidak ada
fuida pendingin ( uap ) ktk boiler start up
Mempertahankan continutas operasi boiler bila terjadi turbine trip ( load shedding )
Mempertahankan continuitas turbine ( dengan house load ) bila terjadi kehilangan beban tibatiba tanpa harus membuka safety valve untuk drum/ main stm line.
Prinsif kerja Turbine bypass diset secara auto, kecuali pada saat start-up atau shutdown.
- Turbine trip
- Generator-kehilangan beban secara tiba-tiba
Rotor Excentricity
- Normal 0,05 mm
Alarm 0,125 mm
Vibrasi Tarbine
- Normal 0,075 mm
Alarm 0,125 mm
Trip 0,25 mm
Diff Expantion
Alarm Short 0,05 mm
Long + 18,5 mm
Trip
Short 1,3 mm
Long + 19,3 mm
Retor Position
Alarm 0,9 mm
Trip 1,0 mm
Journal Bearing
Alarm : 107 0C
Trip : 113 0C
Thrust Bearing
Alarm : 99 0C, 2,10 kg/cm2
Trip : 107 0C, 5,6 kg/cm2
Drum Oil Temp :
Alarm : 77 0C
Trip : 85 0C
Bearing Oil Temp
21 0C 33 0C
Oli Press
Normal
: 1,0 1,8 kg/cm2
Alarm : 0,75 kg/cm2
Trip : 0,5 kg/cm2
Gland Cond. Vac 400 500 mm H2o Vac
Gland Steam : Terendah 1200C
: Tertinggi 1800C
: Normal 1500C
Misi Mate
: - 83
+ 140
Data Turbine/Generator
-
767.000 KVA
23.000 V ( 23 KV )
19.253 A
0,85 PF
3 Phase
50 H2
3.000 rpm
2 Phole ( sudut )
Turbine
: Coumpound terendah
HP
: 1 ( Aksi ) tek tinggi 9 ( Reaksi )
IP
: 7 ( Reaksi )
LPA : 7 ( Reaksi ) x2 14 28
LPB : 7 ( Reaksi ) x2 14
Jumlah suda Turbine adalah : 45 Tingkat
Brusless
- Rat Cont
: 3300 KW
: 590 V
: 5593 A
: 3000 Rpm
BFPT : 5 suda tingkat
- Rat cap : 9800 KW
: 5720 Rpm
Ex Press : 69,7 mm Hg
Inlet HP T
: 169 kg/cm2
P : 5380C
LP T : 10,2 kg.cm2
P : 3420C
Komponen utama HP-IP
Stationary terdiri dari :
-
Stahmary part
Rotating element
Pedstal
- Nozzel Cloks
Outer Casing
- Dummy Rings
Inner Casing
Blade Ring
- Glend
- Bearing
Rotor
Blade
Dummy Ring
-
60
60A MNTRB ATS STA ke ON
60B MN TRB ATS STARTUP ke START
60C Pilih : WARM, COLD, HOT
- Click 61A : MN TRB ATS START ke START tussn ikuti target.
- Click
10D :
nN TRB TRANS VALVE MSTO GV ( Pada putaran 2995 rpm )
Tussen Syncron
SYNCRON
Click 71A : Filed CB PB ke Closed
71B Auto AVR Ballance O
71C : BNR Auto ke Balance
Close seloefor swiech syncron ke auto.
71B manual
Click 60A ke OFF
Atur 11A INCR Naik
Gambar Belum
3. Hot Start
371 190oC
10 menit
10 menit
100 menit
450oC
10 menit
10 menit
50 menit
4. Verry Hot Start
Beban : 330 MW
Mill ( 6 bh ) a : Speed : 50 t/h. BB
T
: 66oC
Flow : 90 t/h. PA
T
: 289oC
SEC. AIR DVCK : 148 mm wg/350oC
PRIMARI A DVCK : 897 mm wg/315oC
FUEL FLOW
: 69 %
AIR FLOW
: 77 %
FURNICE
: -12 mmwg
O2
: 2.3 %
MAIN STM P/T : 168 kg/cm2 / 538oC
Flow
: 1883 t/h
RH STM P/T
: 40 kg/cm2 / 538oC
GZ STM P/T
: 0,31 kg/cm2 / 140oC
EXH TEM TRB : 348oC +
BFFT
: 40oC
FW Flow/T
: 1717 t/h / 287oC
Cond Flow
: 1551 t/h
AIR HTR In/OUT : 380oC / 130oC
BFDT P/T Boster : 22 kg/cm2 / 188oC
Flow
: 1100 t/h
BFPT P/T
: 1911 kg/cm2 / 191oC
Flow
: 1060 t/h
: 5000 rpm
DEAE P/T
CER : P/T
Flow
HTR 1 T. in/out
HTR 2
HTR
DEA
HTR 6
HTR 7
HTR 8
ECO
DRUM/BOILER
HP TRB
Instrement Air
Aux stm
Ignikr oil
: 287oC / 300oC
: 355oC / 538oC
: 538oC / 348oC
: 7 kg/cm2
: 10. kg/cm2
: 7,0 kg/cm2
Freedom Test
Untuk pemeriksaan/pengetesan kebebasan pergerakan shafe-shafe MSV, GV, RSV dan ICV
dalam keadaan unit operasi.
Pengetesan dilakukan pada beban :
70% MCR ( 420 mw ) MSV, GV
90% MCR ( 540 mw ) RSV, ICV
Persiapan
Alat Komunikasi ( HT )
Pemeliharaan ( HLM )
Untuk mengetes manvver valve
Prosedur
-
LOBIK
: LOGIKA/AKAL
: Sesuatu yang dapat diteriama akal.
Seqense
: Urutan-urutan menjalankan
Simbol-simbol
Ada 2 simbol :
: Simbol Rangkaian Logic
: Simbol Rangkaian Pengawetan
Simbol : Benda informasi yang dapat menggambarkan/mengilastrasikan keadaan yang
sebenarnya.
GERBANG OR ( ATAU )
GERBANG AND ( DAN )
GERBANG NOT ( TIDAK )
Tekanan minimum
Suhu super heat min
Suhu uap maximum
Suhu netral HP. Turbine.
: 4 Mpa
: 56oC
: 400oC
: 190oC
Kondisi uap ini agar Turbine mendapatkan pemanasan yang merata serta selisih pemuaian yang
optimal.
1.4
X .HR
100
II.
5 sec
Other permissive
Lock out reset
Remote
position
10.5
kV bus
station incoming breaker CLOSE
Breker in CONN position
Circuit breaker open
Circuit breaker not trip
other 10.5 kV bus unit
10.5
incoming
kV bus breaker
unit incoming
trip
breaker open
Other permissive
Lock out reset
Remote
10.5 kV position
bus unit incoming breaker CLOSE
Breker in CONN position
Circuit breaker open
Circuit breaker not trip
other 10.5 kV bus station
10.5 kV
incoming
bus station
breaker
incoming
trip breaker open
*). Yang dimaksud unit trip disini adalah Unit trip Class Y, unit protection relay 86 A1 dan 86
B1. Karena jika terjadi main breaker open tetapi turbine generator tidak trip (unit trip class W
dari unit protection relay 86 B1 dan 86 B2) maka tidak terjadi transfer dari UST ke SST
karena unit akan beroperasi house load dan beban generator akan dimanfaatkan untuk
mensuplai kebutuhan 10.5 kV unit service bus SWGR.
10.5 kV bus incoming station breaker permissive ON
Auto transfer ON PB
5 sec
S
R
Fast transfer ON
Fast transfer OFF
S Slow transfer ON
R Slow transfer OFF
Slow transfer dari UST dan SST berlangsung jika pada 10.5 kV bus station mendetekasi Under
voltage (relay 27R1 dan R2 kerja) yaitu unit breaker open/trip
Auto transfer Fast/Slow hanya terjadi pada transfer dari UST ke SST, tetapi tidak akan terjadi
auto transfer dari SST ke UST
3.3 kV Incoming breaker dan tie breaker
System Tegangan menengah 3.3 kV disupply oleh 10.5 kV Feeder Breaker 2A8B untuk 3.3 kV
Bus A SWGR dan Feeder Breaker 2B8B untuk 3.3 kV Bus B SWGR. Tegangan 10.5 kV dari
Feeder Breaker diturunkan oleh Step Down Tranformer 10.5/3.3 kV untuk mensupply tegangan
3.3 kV Bus SWGR A/B setelah melalui 3.3 kV Incoming Breaker A/B.
Antara 3.3 kV Bus SWGR A dan B dapat saling mensuppy dengan me-manfaatkan 3.3 kV Bus
Tie Breaker (4B1B).
3.3 kV Tie Breaker akan ke posisi Close jika :
> 3.3 kV Incoming Breaker A atau B OPEN maka 3.3 kV Tie Breaker akan Auto CLOSE
> 3.3 kV Bus A atau B diposisikan stand-by dari CRT pada Normal/Stand By PB . Pada
posisi ini, 3.3 kV Incoming Breaker pada Bus yang diposisikan Stand By akan OPEN sesaat
setelah 3.3 kV Tie Breaker pada posisi CLOSE. Sistem tranfer antara Incoming Breaker dan
Tie Breaker dilengkapi dengan Shyncronizing Relay.
Feeder-Feeder Breaker dan Motor Breaker yang ada di :
10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF A, IDF A, PAF A, CWP A, CEP A, 400 V Turbin LVS A, 400 V Boiler LVS A, 3.3 kV
SWGR A, 400 V PCP LVS A, 400 V CW LVS A, 400 V ASH LVS A .
10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF B, IDF B, PAF B, CWP B, CEP B, 400 V Turbin LVS B, 400 V Boiler LVS B, 3.3 kV
SWGR B, 400 V PCP LVS B, 400 V AUX LVS B & D, 400 V ASH LVS B .
10.5 kV Bus SWGR Station A adalah
ASH SWGR A, 400 V Station LVS A, COAL SWGR A, 400 V AUX LVS A & C , SU BFP
Breaker A .
10.5 kV Bus SWGR Station B adalah
ASH SWGR B, 400 V Station LVS B, COAL SWGR B, 400 V CW LVS B, SU BFP Breaker B
3.3 kV Bus SWGR A adalah :
C3WP A, Pulverizer A, Pulverizer B, Pulverizer C, BFP Booster A, ASH Blower A .
3.3 kV Bus SWGR B adalah :
C3WP B, Pulverizer D, Pulverizer E, Pulverizer F, BFP Booster B, ASH Blower B, C3WP C .
4.2. SISTEM PROTEKSI
A. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Incoming Breaker Bus A
1. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Diff Relay ( 87 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
4. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )
dari 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR
Yang akan dibebaskan .
2. Lepas 10.5 kV Feeder Breaker pada Unit Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service
Start Up Bus SWGR yang Incoming Breaker 3.3 kV dan 400 V sudah dilepas .
3. Stop semua Motor-motor 10.5 kV yang mengambil supply tegangan dari 10.5 kV Unit
Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR Yang akan
dibebaskan .
4. Setelah yakin semua Feeder Breaker/Motor Breaker sudah stop sehingga 10.5 kV Unit
Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR sudah NO LOAD,
Infomasikan ke GITET bahwa SST dapat dibebaskan.
5. Setelah SST bebas tegangan, 10.5 kV Incoming Station Breaker Bus SWGR Unit A atau B
dan 10.5 kV Incoming Breaker Station Start-Up Service Bus SWGR A atau B dapat dilepas
Catatan : Prosedur pembebasan tegangan diatas hanya pada kondisi unit stop atau unit
beroperasi dengan beban 50% MCR dan supply tegangan untuk 10,5 kV Unit Service Bus
SWGR A atau B masih dari SST.
Sistem monitoring dan batasan operasi
Station service transformer (SST
Unit 5,6 dan 7 mempunyai 2 SST ( SST 3 dan 4 ) yang mampu mensuplai kebutuhan beban
pemakaian sendiri di PLTU unit 5, 6 dan 7 secara bersamaan. Baik pada saat start-up maupun
pada beban penuh. Pada saat beban 15% (gross) sebaiknya power suplai ke 10.5 kV incoming
breaker unit service bus SWGR ditransfer dari SST ke UST untuk keandalan suplai tegangan ke
bus tersebut. Satu SST mempunyai maksimum load 67 MVA, sementara pada beban penuh
masing-masing unit memerlukan 10 MVA pada unit service bus SWGR dan 5 MVA pada
station service start-up bus SWGR
Unit service transformer (UST)
Masing-masing unit PLTU Suralaya 5, 6 dan 7 mempunyai 2 UST yang akan mensuplai 10.5 kV
unit service bus SWGR A dan B di masing-masing unit tersebut. Satu UST mempunyai daya
maksimum 56 MVA.
10.5 kV unit service bus SWGR A dan B masing-masing mempunyai kapasitas 50% MCR.
Sehingga jika terjadi salah satu 10.5 kV unit service bus SWGR trip
maka unit akan derated 50%
Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya
Pada saat unit trip Class Y dengan unit protection relay yang kerja adalah 86 A1 dan 86 B1
akan memberi sinyal fast transfer dari incoming unit breaker ke incoming station breaker.
Jika proses fast transfer ini terjadi dengan sempurna maka pada 10.5 kV unit service bus
SWGR tidak sempat kehilangan tegangan karena pada proses transfer ini terlebih dahulu
terjadi shyncronizing.
Jika terjadi kegagalan Fast transfer maka akan terjadi slow transfer setelah mendeteksi terjadinya
undervoltage pada 10.5 kV unit service bus SWGR. Dalam kejadian tersebut maka motor-motor
10.5 kV dan 3.3 kV akan trip terlebih dahulu dari undervoltage relay-nya, karena setting under
voltage motor breaker lebih tinggi dari pada setting under voltage inisial Slow Transfer. Jika
sampai terjadi kegagalan fast transfer pada kedua Unit Service Bus SWGR maka yang terjadi
adalah semua power supply yang ke unit akan hilang yang akan menyebabkan semua peralatan
di unit akan trip, kecuali peralatan yang mempergunakan arus DC dan dari station start-up
service bus.
Tindakan operator adalah :
1. Yakinkan 10.5 kV incoming station breaker unit service bus SWGR A dan B sudah
masuk dan pada Bus SWGR sudah ada tegangan.
2. Masukkan feeder breaker 400 V Boiler LVS A dan B dan normalkan tegangan pada 400
V bus Boiler LVS serta masuk-an incoming breaker ke semua MCC Boiler dan segera
start electric motor drive untuk SAH A/B dan PAH A/B
3. Normalkan 400 V TRB LVS dan masuk-an incoming breaker ke semua MCC Turbin
serta start system lube oil dan turning gear BFPT A/B dan Main turbine
4. Masukkan feeder breaker 3.3 kV A/B dan normalkan 3.3. kV bus SWGR A/B serta start
C3WP
5. Persiapkan dan start CWP A/B
6. Khusus untuk unit 5 yakinkan 400 V AUX LVS A/B dan C/D serta 400 V Circulating
Water LVS sudah normal
7. Yakinkan demin transfer pump dan fuel oil pump sudah beroperasi
Untuk memperkecil kemungkinan gagal transfer dari UST ke SST maka dapat selalu
diyakinkan fast transfer dan slow transfer pada posisi ON.
7091073 JA
Meredam getaran
Mengurangi keausan
Pendingin metal
Peralatan penting yang ada dalam sistem pelumasan turbin generator adalah:
Pompa pelumas
Saringan (strainer)
Regulator
Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)
Pompa dipasok dari ejector minyak pada tekanan 1-12,5 bar dengan tekanan sisi tekan
proporsiaonal terhadap putaran. Teknaan discharge berkisar anrta 20-30 bar tergantung desain.
b) Auxiliary lube oil pump
Pompa ini digerakkan oleh motor AC. Berfungsi sebagai pemasok minyak manakala Main oil
pump belum bisa menjalankan tugasnyamisal saat putaran turbin rendah atau saat start turbin.
Ini dipergunakan saat Start unit, shutdown ataupun masalah lain pada MOP.Berfungsi
sebagai.,
Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)
Pompa ini digerkkan oleh motor AC, dan hanya berfungsi sebagai pelumas saja ketika turbin
diputar dengan Turning Gear.
d) Emergency oil pump
Pompa ini digerakkan dengan arus DC yang dipasok dari baterai. Ini bekerja saat pasokan listrik
AC tidak ada, misal saat kondisi blackout ataupu pasokan minyak dari pompa lain tidak ada.
e) Jacking Oil pump
Minyak dapat disuplai kedalam bantalan hanya akan memberikan lapisan minyak (oil film)
apabila poros berputar. Bila poros coba diputar dari keadaan diam maka akan sulit karena
beratnya rotor. Untuk itulah didesain jacking oil pump yang berfungsi untuk mengangkat poros
turbin (jack) dengan tujuan menghindari terjadinya gesekan static antara poros dengan bantalan
ketika poros turbin akan mulai berputar dari keadaan diam (stand still). Pompa ini menghasilkan
tekanan pompa yang sangat tinggi.
1.3 Pendingin minyak (Oil Cooler)
Oil cooler berfungsi untuk menyerap panas minyak pelumas yang keluar dari bantalan turbin.
Terdapat 2 cooler dimana yang satu standby. Jika cooler yang satu kotor maka cooler yang lain
akan berjalan. Arti standby disini saluran cooler dalam minyak benar-benar bebas dari udara dan
saluran minyak telah terisi penuh dengan udara. Untuk membuang udara yang ada dalam sauran
minyak maka dilakukan venting pada saluran tersebut, dan dalam waktu yangh bersamaan
minyak pelumas menalir dan mendorong udara keluar dari cooler. Bila saluran venting telah
keluar minyak, maka udara telah habis dan venting harus segera ditutup. Temperatur minyak ini
diatur karena berhubungan dengan voiscositas pelumas yang membentuk lapisan (film ) saat
melumasi bantalan.
1.4 Pemurni minyak (Oil Purifier)
Pemurni minyak ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran minyak pelumas dari air dan
benda-benda asing. Minyak yang diambil dari pemanas pada main oil tank dengan temperatur
sekitar 77oC dilewatkan ke purifier ini.
1.5 Filter (Strainer)
Fungsi dari strainer yang adalah untuk untuk menyaring kotoran yang ada dalam minyak
pelumas.
1.6 Gangguan yang timbul pada sistem pelumasan
N Gang Identifikasi
Penanggulan
o guan
masalah
gan
1 Lube
Ad
Te
. oil
a valve
mukan dan
pressu
yang belum
buka jika
re low
buka
ada valve
(masuk dan
yang belum
keluar)
terbuka
Sa
Ga
ringan
nti dan
kotor
bersihkan
Ad
strainer
Ta
anya
kebocoran
mbahkan
minyak
oil sampai
Re
level yang
diijinkan
ndahnya
level oil
tank
2 Lube
Le
Te
. oil low
vel pada oil
mukan
level
tank rendah
kebocoran
Ad
dan
tambahkan
anya
minyak
kebocoran
minyak
3 Lube
Ad
Te
. oil
anya valve
mukan dan
temp
air
buka jika
high
pendingin
ada valve
pada oil
air
cooler yang
pendingin
belum
yang belum
terbuka
terbuka
Ti
Per
dak adanya
iksa pada
aliran air
sight glass
pendingin
apakah ada
pada oil
aliran air
cooler
Ga
Vis
kositas
minyak
turun
4
.
Motor
pump
trip
Wa
rna minyak
hitam dan
berbusa
Re
ndahnya
discharge
pressure
lube oil
pump
Ad
anya
gesekan
antar metal
pada motor
(kelainan
suara)
Ov
erload pada
motor
(panas pada
motor)
Vi
brasi tinggi
Ca
tu daya
tidak
conect
nti minyak
atau
tambahkan
aditive dan
koordinasik
an dengan
labor
Na
ikkan
tekanan
discharge
lube oil
pump
La
porkan
kelainan
pada
bagian
pemelihara
an
Ter
gland
berbus
steam,
dapat
a
atur jika
kebocoran
terlalu
steam pada
tinggi
labyrinth
2 Minya
. k
pelum
as
kotor
3 Tempe
. ratur
minya
k
cukup
tinggi
Vis
erlu
pengelasa
n
labyrinth
yang
rusak
G
anti
minyak
atau
tambahka
n zat
additive
kositas
minyak
turun
Vi
brasi tinggi
Mi
nyak
terkontami
nasi
serpihan
logam
karena
gesekan
antar
material
Vi
brasi tinggi
P
eriksa
selalu
vibrasi
dan atur
balancing
turbin/ge
nerator
dengan
balancing
weight
2. CONDENSOR
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air kondensate
melalui pipa-pipa pendingin agar dapat disirkulasikan kembali. Akibat kondensasi ini sisi uap
kondensor termasuk hotwell berada pada kondisi vacuum.
Prinsip kerja :
Air laut sebagai media pendingin masuk ke box condensor didistribusikan ke pipa-pipa kecil
(tube condenser) untuk menyerap panas yang diterima tube dari extraction steam LP-turbine.
Untuk mengoptimalkan pendinginan di condenser maka :
Vacuum priming
back wash dan ball cleaning (untuk mencegah pengurangan flow air)
Venting
differensial temperature condenser yang tinggi antara inlet dan outlet , Jika tinggi
maka dilakukan :
Condensor backwashing : yang dilkukan pada kondsi tertentu tergantung kondisi air laut dari
water intake
Ball cleaning system : dilakukan pada kondisi tertentu tergantung kondisi air laut dari
water intake
b)
Vacuum priming atau pompa venting untuk menghisap udara yang terjebak pada
water box. Ini dilakukan untuk menghindari vacuum drop.
Fungsi utama system priming adalah untuk membuang udara dari air pendingin utama agar air
pendingin dapat mengisi seluruh permukaan kondensor sehingga proses pendinginan efektif.
Saluran pembuangan udara sisi air pendingin terletak pada bagian atas water box sisi inlet dan
sisi out let kondensor .
Ada 2 macam system priming yang banyak di pakai, yaitu :
1. Sistem Priming Tertutup
Pada system ini pembuangan udara dilakukan melalui saluran dan katup venting dibagian
atas water box hanya dengan mengandalkan tekanan air pendingin.
2. Sistem Priming Terbuka .
Pada system ini udara dikeluarkan dari water box melalui saluran yang sama tetapi
dengan bantuan perangkat vacuum pump.
selanjutnya masuk ke pipa - pipa penfingin dan akhirnya keluar sambil membawa kotoran kotoran dari pipa kondensor. Ketika sampai outlet bola - bola Taproge akan tertahan pada catcher
dan diarahkan kembali ke collector. Sirkulasi ini terus dilakukan sampai selang waktu tertentu,
sesuai instruksi buku manual. Bila dirasa sudah cukup, tutup tingkap pada collector, dan biarkan
system tetap beroperasi beberapa saat guna memberi waktu bagi bola bola Taproge untuk
terkumpul seluruhnya di dalam collector. Bila dipandang cukup, matikan pompa dan catcher
dapat dibuka kembali.
2.4 Performance operasional condensor
Unjuk kerja dari kondensor dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a)
Kotoran yang menempel permukaan tube dapat menghambat transfer panas dari uap ke air
pendingin serta memperkecil flow air.
b)
Kebersihan permukaaan tube sisi uap
Apabila tube diselubungi gas yang tak bisa terkondensasi maka transfer panas dari uap ke air
akan terhambat.
c)
Flow air pendingin
Flow air yang kurang akan mengurangi kemampuan pendinginan sehingga temperatur dan
tekanan kondensate akan naik.
d)
Temperatur air pendingin
Temperatur air pendingin dimana dalam hal ini menggunakan air laut dipengaruhi oleh
musim .
e)
Adanya udara/gas dalm air pendingin
Adanya air dalam air akan menghambat proses heat transfer antara uap dengan air laut .
f)
g)
h)
Kotoran
pada pipa
pendingin
Pressure
inlet water
condenser
low
Delta
temperatur
e inlet dan
outlet
condenser
terlalu
tinggi
Aliran CW
tidak
mencukupi
(vacuum
drop)
Proteksi
katodik tidak
bekerja dengan
bagus
Korosi karena
ganggang laut
Belum
dilakukan
backwashing
dan ball
cleaning
Pressure gauge
tidak bagus
Disc press.
CWP low
karena banyak
sampah.
Belum
dilakukan ball
cleaning dan
back washing
Perbaikan
proteksi
korosi baik
katodik
ataupun
chemical
pelumpuh
ganggang
laut
Lakukan
backwashin
g ulang jika
kondisi air
kotor
Perbaiki
pressure
gauge
Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashin
g dan ball
cleaning
Saringan air
masuk (water
intake )
menuju CWP
kotor sehingga
menghambat
aliran
pendingin
Pengotoran
pada tube plate
condenser
Kemampuan
pompa CWP
berkurang
Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashin
g dan
proteksi
korosi baik
katodok
ataupun
pelumpuh
ganggang
Periksa
CWP
Pasokan
gland
steam
tidak
mencukupi
(vacuum
drop)
Saluran pipa
gland steam
tersumbat/boco
r
Tekanan gland
steam rendah
Gangguan
pada
fungsi
ejector
Tekanana aux.
steam rendah
Saluran air
pada ejector
bocor
Saluran uap
Aux. steam
bocor
Level drain
tinggi
Pipa bocor
Adanya
kebocoran
udara
sehingga
masuk ke
kondensor
Tutup
kebocoran
gland steam
Naikkan
tekanan
gland steam
sesuai set
point
Naikkan
tekanan
aux.steam
Tutup
kebocoran
baik sisi
uap ataupun
sisi air
Buka drain
ejector
Saran:
Hendaknya ejector dilengka[pi dengan perlatan penunjukan persentase udara yang terbuang dari
kondensor.
.
3. GSW SYSTEM
NAMA
FUNGSI
PERALATAN
PERALATAN
a. Mill Lube
Mendinginkan minyak
Oil Cooler
pelumas
Boiler Food
Mendinginkan minyak
Pump
Cooler
motor
b. Gas
Recirculatio
n Fan
motor
Cooler
c. Primary Air
Fan Cooler
d. Induce
Draft Fan
Cooler
motor
e. Forced
Mendingionkan lube
winding motor
Mendinginkan lube oil
Mill Air
Heather
motor
g. Analitycal
Mendinginkan bearing
Instrument
Cooler
h. Service Air
Compressor
i. Instrument
Air
Mendinginkan udara
dan sebagai seal piston
Mendinginkan udara
dan sebagai seal piston
Mendinginkan H2
Compressor
j. H2
Mendinginkan minyak
Generating
House
Mendingikan H2 seal
k. Turbine
oil
Lube Oil
Mendinginkan udara
Cooler
untuk exiter
l. H2 Seal Oil
Unit
m. Exciter Air
Cooler
NAMA
PERALATAN
a. GSW
FUNGSI
PERALATAN
Sebagai tangki
Head
penampung GSW
Tank
b. GSW
Pump
c. GSW
Cooler
Mendinginkan air
dalam GSW system /
Reganerasi GSW dari
d. GSW
temperature
Auto
strainer
beroperasi secara
otomatis berdasarkan
AP ataupun interval
waktu sesuai
keperluan sistem
General Service Water (GSW) ini merupakan pensuplai air pendingin yang di gunakan beberapa
peralatan pndingin di PLTU Suralaya.
Pada beberapa peralatan di PLTU Suralaya dalam operasinya memerlukan suatu system
pendinginan agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik .
GSW mensuplai air pendingin ke semua system pendingin yang di sirkulasikan secara tertutup.
GSW Head Tank di hubungkan pada header pompa GSW yang berfungsi untuk menjaga tekanan
atmosfir dan agar selalu tersedia air untuk di pompakan. GSW head tank ini di suplai dari tangki
air demin.
Keluar dari pompa , air di dinginkan pada GSW Cooler dimana sebagai air pendinginnya
digunakan air laut. Air pendingin kemudian di saring pada Self Cleaning Strainers yang
selanjutnya di distribusikan ke system pendingin yang ada.
LCV
Fungsi dari Sistem High Pressure Elektro-Hidrolis fluid adalah memberikan suatu gaya
tekanan (motive force) hidrolis dengan menggunakan suatu media fluida yang akan mengatur
pembukaan valve steam turbin terhadap respon perintah elektris dari controller elektronik,
yang diaktifkan melalui servo-actuator.
Terdapat 2 buah sistem yang dipergunakan untuk mengendalikan operasi unit turbin
generator. Masing-masing saling terpisah dan berdiri sendiri, namun saling terhubung
(interlock) melalui emergency trip valve yang memberikan sistem trip terpadu yang efektif.
Sistem lubrikasi oli selain berfungsi sebagai pelumasan untuk bearing, juga berfungsi untuk
memasok oli hidrolis bertekanan untuk menjalankan peralatan auto stop, trip thrust bearing
dan low bearing oil pressure.
Sistem High Pressure EH Fluid
Sistem Fluid
Desain sistem fluida untuk sistem elektro hidrolis memiliki perbedaan karakteristik dengan
fluida lain. Untuk memenuhi kriteria keandalan dan keamanan, dipergunakan material oli
sintetis yang berbeda dengan oli mineral biasa. Material yang dipergunakan adalah Diluted
tri-aryl phosphate ester yang akan memiliki karakteristik pelumasan yang baik, tahan api dan
kestabilan viskositas.
Fluida ini tidak boleh dipergunakan pada sistem dengan temperatur di bawah 20oC. Jika
temperatur lebih rendah, fluida harus dipanaskan dengan menggunakan pompa polishing,
sebelum pompa utama oli dijalankan.
Peralatan Sistem Fluida
Peralatan utama sistem EH yaitu reservoir, akumulator, servo actuator valve steam saling
terhubung dengan pipa yang menggunakan material baja stainless. Peralatan sistem EH
tersebut adalah :
1.
Tanki Minyak (Fluid Reservoir) 1 unit
Memiliki kapasitas 760 liter dan terbuat dari stainless steel. Manhole terletak dibagian atas
tanki yang ditutup oleh plat cover yang dibaut. Tanki minyak ini memiliki valve drain yang
dioperasikan secara manual dan fasilitas saluran untuk pengisian.
2.
Pompa Minyak (Fluid Pump) 2 unit
Masing-masing memiliki kapasitas yang sama dan dihubungkan dengan motor penggerak
listrik melalui kopling fleksibel. Pompa didesain untuk mampu beroperasi terus-menerus
(continous duty) dan diletakkan dibawah level fluida untuk mendapatkan daya hisap positif.
3.
Saringan hisap pompa (Pump Suction Strainer) 1 unit
Saringan hisap pompa dipasang secara vertikal terhadap tangki minyak. Saringan terbuat dari
anyaman baja dengan ukuran 150 mesh dapat diganti setiap saat melalui lubang atas tangki
tanpa mengganggu peralatan lain.
4.
Blok kontrol
Terletak di bagian atas dari tangki minyak dan memiliki komponen sebagai berikut :
a. Switch Pressure Differential 2 set
Digunakan untuk mengindikasikan perbedaan tekanan (differential pressure) antara sisi
masuk dan keluar saringan oli yang dipasang pada sisi discharge (outlet) dari
rangkaian pompa.
b. Filter 10 mikron tipe Catridge 6 set
PI
Filter tipe catridge ini masing-masing dipasang secara terpisah, dapat dibersihkan dan
dipergunakan lagi dengan suatu teknik pembersihan khusus. Filter catridge ini
dipasang dengan sebuah mounting ring dan O seal ring.
c. Pressure control atau Unloading Valve 2 set
Digunakan untuk mengatur tekanan hidrolis rangkaian fluida dengan operasi buka-tutup
valve discharge pompa oli. Saat pembebanan rendah, tekanan oli tersimpan dalam
rangkaian akumulator. Sedangkan saat tekanan oli melebihi tekanan set point yang
telah ditentukan, secara otomatis output pompa akan diarahkan langsung ke tangki oli
dengan tekanan discharge yang rendah.
d. Check Valve 2 set
Check valve dipasang pada rangkaian oli tekanan tinggi pada sisi discharge (keluaran)
pada pompa.
e. Relief Valve 1 set
Berfungsi sebagai back up dari unloading valve sekaligus pengaman dari rangkaian EH.
Dipasang diantara kedua Unloading Valve. Apabila tekanan oli melebihi tekanan set
point dari relief valve, maka oli akan langsung dialirkan kembali ke tanki minyak.
f. Shut Off Valve 2 set
Dipasang pada saluran oli tekanan tinggi menuju Unloading valve. Penutupan secara
manual pada valve ini akan mengisolasi blok kontrol dari oli tekanan tinggi, sehingga
dapat dilaksanakan proses pemeliharaan dan perbaikan pada komponen Unloading
valve, filter, check valve dan pompa oli.
PI
5. Plat magnetik 2 set
Plat magnetik yang terbuat dari baja stainless dipasang terendam dalam tanki oli. Berfungsi
untuk menangkap partikel-partikel metal yang dikandung dalam oli. Masing-masing plat
tersebut dapat dilepas dan dibersihkan kembali.
6. Fluid Level Control Switch 2 set
PI
Switch level kontrol oli tipe displacement berfungsi untuk mengaktifkan mekanisme
kontak
PI
saat terjadi perubahan level oli pada tanki. Digunakan 4 buah kontak yang masingmasing berfungsi sebagai berikut :
PI
a. Alarm oli high level 1 buah
b. Alarm oli low level 1 buah
c. Trip Pompa oli (akibat low level) 2 buah.
7.
Test Valve 1 set
Test valve dipasang pada rangkaian oli dekat switch pressure pompa oli. Susunan ini akan
mengizinkan switch start-up pompa oli yang sedang standby untuk dites secara remote.
Jika dioperasikan, test valve akan membuka drain dari saluran oli tekanan tinggi.
Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan oli, sehingga akan mengaktifkan switch
tekanan pompa auxiliary untuk menstart pompa. Pada sisi sebelah atas dari pressure
switch dipasang orifice yang akan menghindari terjadinya penurunan tekanan pada
rangkaian oli utama sehingga tidak mengganggu operasi dari komponen actuator.
8.
Temperatur control valve 2 set
Dipasang pada saluran masuk (inlet line) dari cooling water menuju heat exchanger. Valve
ini dihubungkan dengan thermostat yang dipasang pada tanki oli. Hal ini akan
memberikan kontrol modulasi pada air pendingin yang masuk ke heat exchanger untuk
mengatur suhu oli. Pada sisi masuk air pendingin dipasang sebuah strainer.
9.
Fluid drain return line Valve 1 set
Carbon
Hydrogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
Abu
Moisture
Diantara unsur unsur yang terkandung dalam bahan bakar batu bara yang dapat terbakar dan
menghasilkan panas yang kita perlukan yaitu unsur karbon ( C ), Hydogen ( H ) dan Sulfur (S )
Dalam sistem pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan panas di butuhkan udara ( O2 ) .
Presentase oksigen dan nitrogen dalam udara dapat dinyatakan dalam satuan berat dan satuan
volume.
UDARA
Dalam satuan persen berat udara mengandung
Oksigen
Nitrogen
= 23,2%
= 75,8 %
= 21%
= 79%
Perbedaan prosentase dan satuan berat dan satuan volume ini ,disebabkan oleh perbedaan berat
atom antara oksigen dengan nitrogen.
S = Sulfur
S + O2 ----------- SO2
SEDANGKAN DARTAR BERAT ATOM:
Nama unsur
simbul
berat atom
Carbon
C
12
Hydogen
H
1
Sulfur
S
32
Oksigen
O
16
Nitrogen
N
14
Karena di dalam bahan bakar juga terdapat oksigen , maka oksigen dalam bahan bakar akan
bereaksi dengan hydrogen.
Oleh karena itu hydrogen yang akan bereaksi dengan oksigen yang berasal dari udara akan
berkurang sebanyak O/8.
Jadi kebutuhan oksigen total = 8/3 C + ( H O/8 ) + S
Kebutuhan udara teoritis dalam satuan berat = oksigen total x100/23.2
100/23.2 [8/3 C + 8 ( H- O/8 ) + S ] kg/kg bahan bakar.
CONTOH
1kg bahan bakar dengan komposisi : C = 56 % , H = 3,7 % , N2 = 1.3 %
S = 2.0 % , O2 = 7.0 %, abu = 16.7 % ;moisture = 12.2 %.
Kebutuhan udara minimum = 11/23.2{8/3C + 8 (H- O/8 ) + S }
= 100/23.2{8/3 x 0,56 + 8 (0 03 0,07/8 ) + 0,02 =
= 4,31 (1 54 + 0,226 + 0,62 )
= 4 31x 1,76 =7,59 kg/kg bahan -bakar.
Butiran batu bara yang terlalu besar atau atomisasi yang kurang sempurna.
Waktu proses terlalu singkat.
Temperatur terlalu rendah
Turbulensi yang kurang baik.
Adanya interpose dari partikel padat ( abu dll )
Salah satunya untuk mengatasi ( mengurangi ) kendala di atas yaitu dengan excees
air ( udara lebih ).
Adapun besarnya Excces air adlah:
Udara aktual Udara teoritis x100%
Udara aktual.
Excces air sangat di butuhkan dalam pembakaran, karena tanpa Excces air ternyata boiler tidak
efisien, tetapi dengan terlalu banyak excces air juga akan menimbulkan kerugiian yang cukup
besar.
Maka dari itu excees air yang tepat, bisa di ketahui ( di hitung ) jika % O2 atau % CO2 gas asap
di ketahui . yaitu.
Bila di ketahui % CO2 maka :
Udara lebih : % CO2 max - 1 x100 %
% CO2
Bila menggunakan % O2 maka :
Udara lebih : % O2 x 100 %
21 - % O2.
AIR HEATER
PENDAHULUAN
Dalam sistem PLTU, air heater dipergunakan untuk memanaskan udara, baik udara
primer maupun sekunder, sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat
terjadi pembakaran optimal dalam boiler. Dalam prosesnya, air heater ini
menggunakan gas buang hasil pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya.
FUNGSI PERALATAN
Sistem air heater (AH) berfungsi untuk memanaskan udara primer dengan
menyerap panas yang berasal dari gas buang hasil pembakaran di boiler kemudian
mentransfer panas tersebut ke aliran udara melalui elemen pemanas berputar
(rotating heat exchanger). Terdapat 4 buah air heater untuk setiap unit, yaitu 2 unit
primary air heater (PAH) dan 2 buah secondary air heater (SAH) yang masingmasing memiliki kapasitas 50% MCR. Tipe air heater yang dipergunakan untuk
PLTU Suralaya unit 5-7 adalah tipe regeneratif, bi-sector, poros vertikal.
SPESIFIKASI PERALATAN
Masing-masing unit primary air heater terdiri dari peralatan sebagai berikut :
1 unit elemen pemanas (heat exchanger).
1 unit motor penggerak listrik (electric motor) & 2 unit untuk Secondary air heater
1 unit motor penggerak udara (air motor)
1 unit pompa oli bearing support
1 unit pompa oil bearing guide
1 unit damper isolasi inlet primary air
1 unit damper isolasi outlet primary air
1 unit damper isolasi inlet gas
1 unit damper control outlet gas
A. Elemen pemanas
Elemen pemanas merupakan susunan dari plat-plat metal yang terdiri dari 2 bagian
terbagi secara vertikal, yaitu Hot end layer (sisi panas bagian atas) dengan lebar
plat vertikal 1016 mm (40) dan cold end layer (sisi dingin bagian bawah) dengan
lebar 305 mm (12). Pada sisi cold end dipergunakan material low alloy steel
sebagai elemen permukaan heat transfer.
Plat-plat metal tersebut dipasang pada suatu poros yang disusun dalam bentuk
kompartemen silindris, yang terbagi-bagi secara radial, selanjutnya disebut rotor.
Rotor elemen pemanas ini diputar dalam suatu ruang yang memiliki sambungan
duct pada kedua sisinya, dimana satu sisi dialiri gas buang dari boiler dan udara
disisi lainnya.
Saat rotor diputar, setengah bagiannya memasuki saluran gas buang dan menyerap
energi panas yang terkandung di dalamnya sedangkan setengah bagian yang lain
mentransfer panas dari elemen ke udara pada sisi saluran udara sehingga
menghasilkan udara panas yang selanjutnya akan dipasok ke furnace.
B. Penggerak Rotor Air Heater
Untuk menggerakkan rotor air heater dipergunakan dua jenis penggerak yaitu :
1.
Motor Listrik
Pada kondisi operasi normal, rotor air heater diputar oleh motor listrik yang
dihubungkan melalui speed reducer. Penggerak rotor air heater diletakkan pada
bagian sisi luar dari elemen pemanas. Motor listrik menggerakkan rotor air heater
melalui pinion gear pada poros putaran rendah vertikal dari speed reducer yang
dihubungkan dengan pin rack pada sisi rotor air heater. Motor listrik yang
dipergunakan memiliki kapasitas 11.18kW (15HP).
2. Motor Udara
Motor udara digunakan sebagai penggerak cadangan untuk rotor air heater.
Penggerak ini akan beroperasi jika secara otomatis jika penggerak utama motor
listrik mengalami gangguan. Selain itu, motor udara juga dapat dipergunakan untuk
memutar rotor air heater secara manual saat proses pembilasan elemen pemanas
air heater maupun saat pemeliharaan.
Motor udara ini memiliki tipe Chicago-Pneumatic motor yang dihubungkan ke speed
reducer pada poros tambahan putaran tinggi melalui sebuah kopling dan
overrunning clutch. Motor udara ini dilengkapi dengan lubricator dan filter pada
saluran udaranya.
C. Bearing Rotor Air Heater
Rotor air heater ditopang di bagian bawah oleh Support bearing yang terdiri dari
thrust bearing Kingsbury yang diletakkan pada sebuah trunnion pada sisi bawah air
heater dan radial bearing yang berfungsi untuk menahan beban radial akibat adanya
perbedaan tekanan dari kedua sisi gas maupun udara.
Pada sisi bagian atas ,rotor ditahan oleh guide bearing radial. Sistem lubrikasi yang
dipergunakan untuk melumasi support dan guide bearing ini menggunakan bak
penampung oli (oil bath) dengan filter dan pendingin oli.
Sistem sirkulasi oli bearing berfungsi untuk memasok oli pelumas bearing dengan oli
bersih dan memiliki tingkat viskositas yang direkomendasikan. Komponen utama
dari sistem sirkulasi oli bearing ini adalah pompa oli, motor penggerak, termometer,
indikator tekanan, filter dan heat exchanger. Pada guide bearing dipergunakan
sistem sirkulasi oli internal, sedangkan pada support bearing dipergunakan sistem
sirkulasi oli eksternal.
1. Sistem Sirkulasi oli Internal Guide bearing
Pada guide bearing digunakan Fenwall Temperature controller yang berkerja
berdasarkan prinsip perubahan volume cairan. Dengan naiknya temperatur oli,
cairan yang berada dalam sensing bulb akan memuai dan tekanan yang
ditimbulkannya akan mengaktifkan mekanisme switch. Fenwall temperature
controller digunakan untuk membatasi viskositas oli pada tingkat yang diizinkan
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas bearing tanpa harus
menyebabkan motor pompa oli overload.
Guide bearing memiliki kapasitas oli sebesar 15.1 liter (4 galon), sedangkan motor yang
dipergunakan memiliki kapasitas 0.37kW (0.5 HP), 900 rpm. Flow rate yang dihasilkan
sebesar 6.5 liter/menit. Nilai tersebut sedikit bervariasi sesuai dengan tingkat viskositas oli.
Relief valve diset pada tekanan 5.27kg/cm2. Jika tekanan oli melebihi nilai tersebut, aliran
oli akan di-bypass tanpa melalui pompa sampai tekanan turun. Aliran oli berkisar antara 6.4 ~
15.1 liter/menit tergantung pada kondisi sistem sirkulasi yang dipergunakan, viskositas dan
tekanan.
Heat exchanger yang dipergunakan adalah tipe Turbular, Ross Heat exchanger,
dimana air pendingin melewati bagian tube dan oli pada bagian shell (ruang). Heat
exchanger ini dilengkapi dengan pensil seng (zinc) untuk mencegah korosi
elektrolitik. Maksimum tekanan air yang diizinkan adalah 10.5 kg/cm2 dengan flow
optimum sebesar 11.4 liter/menit. Maksimum aliran air 87 liter/menit. Aliran air yang
melebihi nilai tersebut akan menyebabkan erosi dan kebocoran pada tube serta
menurunkan efisiensi pendinginan.
2. Sistem sirkulasi oli Eksternal Support Bearing
Sistem sirkulasi oli support bearing memiliki komponen yang sama dengan guide
bearing namun terdapat tambahan sebuah relief valve. Oli dihisap dari bearing
housing melalui termometer, pompa oli, indikator tekanan, filter dan cooler kemudian
dipasok lagi kedalam bearing housing.
Sistem sirkulasi oli pada support bearing menggunakan sistem Burling Temperature
controller yang bekerja berdasarkan prinsip perbedaan ekspansi dari solid material.
Sensing elemen terdiri dari sebuah batang di dalam tube yang memiliki beda nilai
koefisien pemuaian. Perubahan temperatur pada oli dirasakan oleh sensing elemen
menyebabkan terjadinya perbedaan ekspansi dari batang dan tube. Perbedaan
ekspansi tersebut ditransmisikan melalui lever mekanis untuk mengaktivasi switch.
Sistem Burling temperature controller ini digunakan untuk membatasi operasi sistem
sirkulasi eksternal oli sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas tanpa
menyebabkan pompa oli menjadi overload.
D. Rotor Seal
Saat operasi air heater, terdapat perbedaan tingkat tekanan aliran fluida (udara dan
gas buang) yang melewati elemen pemanas saat rotor berputar. Pada kondisi
normal, aliran udara memiliki level tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas sehingga
akan terjadi kebocoran udara ke dalam saluran gas. Hal ini terjadi baik pada sisi
cold end maupun hot end dari air heater. Aliran udara dan gas pada air heater
dipisahkan oleh sector plate baik pada sisi hot end maupun cold end.
Untuk mengendalikan kebocoran udara pada gas tersebut, air heater dilengkapi
dengan sealing system yang terdiri dari seal radial, by pass, axial dan rotor post.
1. Seal Radial
Seal radial dipasang pada tiap-tiap diagfragma rotor baik pada sisi hot end maupun
cold end. Seal ini diset dengan jarak minimum tertentu terhadap sector plate, dan
saat operasi jarak tersebut akan dipertahankan dengan menggerakkan sector plate
mendekati rotor air heater sesuai dengan ekspansi rotor akibat perubahan
temperatur.
2. Seal Axial
Seal axial dipasang pada sisi luar dari rotor segaris dengan diagfragma, memanjang
dari sisi hot end ke cold end. Plate seal axial yang dapat diubah posisinya dipasang
di dalam pedestal yang menjadi bagian dari rotor housing dan segaris dengan sisi
luar dari sector plate memanjang dari sisi hot end ke cold end.
3. Seal By-Pass
By pass seal dipasang stasioner pada sudut ujung hot end dan cold end dengan T
bars pada sisi luar dari rotor air heater. Fungsi seal ini untuk membatasi aliran udara
atau gas yang langsung melewati ruang kosong antara rotor dan housing tanpa
melalui elemen pemanas.
4. Seal Rotor Post
Seal rotor post atau seal poros dipasang disekeliling ujung poros rotor air heater
baik pada sisi cold maupun hot end.
2.
Perintah
START
START
JOG
STOP
STOP
STAND
BY
3.
Lokas
i
DCIS
(Contr
ol
Panel
)
Lokal
Operasi
Motor
udara
start
Motor
udara
start
Lokal Motor
udara
start/sto
p secara
jogging
DCIS Motor
(Contr udara
ol
stop
Panel
)
Lokal Motor
udara
stop/res
et
ganggua
n
peralata
n motor
udara
DCIS Motor
(Contr udara
ol
otomatis
Panel start jika
)
motor
listrik
utama
mengala
mi
ganggua
n
heater stop atau temperatur oli bearing rendah. Pompa ini juga dapat dioperasikan
secara manual dari kontrol room melalui perintah soft key start/stop.
Lokasi
Operasi
Peri
ntah
STA DCIS
Pompa oli operasi
RT
STO DCIS
Pompa
oli
P
stop/reset
gangguan pada
peralatan pompa
Aux Pompa akan start otomatis
Logi jika :
c
1. Motor
listrik/udara
start; dan
2. Temperatur
oli
pelumas tinggi (sesuai
set
point
pada
temperatur kontroler).
Pompa akan stop otomatis
jika :
1. Temperatur
oli
pelumas dibawah set
point.
4.
Loka
si
DCI
S
CLOS
E
DCI
S
Operasi
Damper
akan
terbuka/res
et
gangguan
pada
peralatan
damper.
Damper
akan
tertutup
5.
6.
Damper gas outlet pada sisi saluran gas air heater dapat dimodulasi untuk
mengatur temperatur outlet dari udara primer (primary air) maupun sekunder
(secondary air) yang keluar dari air heater. Semakin besar pembukaan damper gas
outlet, semakin tinggi pula temperatur udara primer yang keluar dari air heater.
Besarnya pembukaan damper gas outlet ini dapat diatur secara manual dari kontrol
room melalui PAH Master Control Station dan SAH Regulating Damper Control
Station atau dimodulasi secara otomatis dengan memasukkan nilai set point
temperatur Primary air dan Secondary air yang diinginkan.
3.
5.
6.
7.
terhadap kelainan suara yang terjadi saat rotor berputar. Pastikan juga bahwa rotor
berputar dengan arah yang benar.
2. Level Oli Pelumas
Periksa semua indikator level oli pelumas untuk speed reducer, motor penggerak
dan bearing. Tambahkan oli pelumas dengan jenis/tipe dan volume yang tepat.
Seal Rotor
Periksa seal rotor terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan serta pastikan
bahwa gap yang ada telah memenuhi toleransi yang diizinkan.
4. Sistem Sirkulasi Oli
Periksa semua komponen yang menyangkut sistem sirkulasi dan filter oli pelumas
baik pada guide maupun support bearing terhadap kelainan.
Sistem air pendingin
Periksa aliran dan temperatur air pendingin yang memasok jaket bearing, cooler
dan sistem pendinginan lain.
Cold Run
Setelah melakukan pemeriksaan tersebut, jalankan rotor kira-kira satu jam pada
kecepatan normal untuk melihat operasi air heater secara general.
Temperatur Motor Penggerak listrik
Jika motor membangkitkan panas yang berlebihan (overheat), periksa arus motor,
stop motor kemudian periksa kelainan yang terjadi. Pada kondisi normal, kenaikan
temperatur motor akan menjadi konstan setelah 15~30 menit operasi. Kenaikan
temperatur motor penggerak dapat disebabkan karena gesekan seal rotor. Apabila
arus motor tidak melebihi setting pada thermal relay maka kondisi ini akan menjadi
normal dengan sendirinya setelah seal rotor mengalami erosi alami. Namun
apabila kenaikan temperatur terlalu tinggi (overheating) dan menyebabkan motor
overload, maka perlu dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian terhadap gap seal
rotor. Penyebab lain terjadinya overload motor adalah kopling yang terlalu kuat
antara gear rack pada rotor dengan pinion drive gear pada speed reducer pada
saat rotor berekspansi akibat kenaikan temperatur. Hal ini dapat diatasi dengan
menggeser posisi dari unit penggerak.
B. Kondisi Start-Up Unit
Pemeriksaan dan pemantauan air heater harus dilakukan saat pembakaran awal
furnace dingin atau restart setelah hot stand-by. Pembakaran yang tidak sempurna
dapat menyebabkan terjadinya akumulasi atau penumpukan kondensasi uap fuel oil
(minyak) dan karbon yang tidak terbakar pada permukaan heat transfer air heater
yang terbawa oleh gas buang saat start awal. Deposit ini dapat menimbulkan bahaya
kebakaran yang dapat merusak elemen pemanas dan struktur air heater.
Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Atomisasi minyak yang tidak sempurna akibat rendahnya temperatur atau
tekanan minyak, dan rendahnya tekanan atau temperatur atomizing steam.
2. Tersumbatnya komponen atomizing oleh benda padat.
3. Distribusi udara pembakaran yang tidak merata.
4. Perbedaan tekanan aliran minyak dari masing-masing burner.
5. Kebocoran pada oil ignitor.
Hal-hal yang perlu dilakukan saat pengoperasian air heater dengan pembakaran
minyak (fuel oil) :
1. Periksa kondisi kestabilan nyala api (flame), furnace dan stack gas outlet pada
saat start up. Kelainan kondisi-kondisi tersebut akan mengindikasikan
penumpukan abu pada elemen air heater.
2. Pengoperasian sootblower air heater, baik pada sisi cold maupun hot end harus
dilakukan pada saat start-up untuk mengendalikan penumpukan abu pada
elemen pemanas air heater.
3. Perhatikan temperatur dari keempat terminal pada air heater. Kenaikan
temperatur yang abnormal harus diperiksa segera untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kebakaran pada air heater.
C. Kondisi Stand-By dan Hot Start Up
Pada saat boiler dalam kondisi stand-by atau hot-banking (bottled up), air heater
harus tetap dioperasikan agar tetap terjadi pertukaran panas. Seal rotor pada air
heater didesain untuk mampu menahan temperatur sampai 316 oC
D. Kondisi Shut-down Boiler
Saat boiler shut down, operasikan air heater sootblower untuk membersihkan
deposit abu pada permukaan elemen pemanas. Fan harus tetap dijalankan pada
saat air heater dibilas. Rotor harus tetap diputar sampai temperatur di inlet air
heater turun hingga 204oC.
E. Operasi Sootblower Air Heater
Sootblower harus segera dioperasikan setelah tekanan steam yang dihasilkan
oleh boiler memenuhi nilai yang dibutuhkan. Jika periode pembakaran yang
dibutuhkan oleh boiler untuk menghasilkan steam sootblower lebih dari 4 jam,
direkomendasikan untuk menggunakan auxilliary steam. Penumpukan deposit
abu pada air heater diindikasikan dengan tingginya nilai perbedaan tekanan
(differential pressure DP) antara sisi inlet dan outlet, baik pada saluran udara
maupun saluran gas buang.
1.
Low Hig
Alar h
m
Alar
m
PAH Air outlet
370
temperature
PAH Air Inlet 20
80
temperature
PAH flue gas
400
Inlet
temperature
PAH flue gas 75 170
outlet
temperature
PAH flue gas
70
side
diff.
Pressure
PAH air side diff. -10
45
pressure
PAH
support
71
bearing
temperature
PAH
guide
82
bearing
temperature
PAH
support
bearing
oil
pressure
PAH
guide
bearing
oil
pressure
Keteran
gan
o
Mmwg
mmwg
o
2.
Parameter Operasi
Lo
w
Al
ar
m
outlet 20
0
Inlet 10
SAH
Air
temperature
SAH
Air
temperature
SAH flue gas Inlet
temperature
SAH flue gas outlet
temperature
SAH flue gas side
diff. Pressure
SAH air side diff.
pressure
SAH support bearing
temperature
SAH guide bearing
temperature
SAH support bearing
oil pressure
SAH guide bearing
oil pressure
85
-
Hi
gh
Al
ar
m
35
0
80
Keter
angan
40
0
17
5
90
10
-
50
82
71
C
C
Mmw
g
mmw
g
o
C
o
STEAM COIL
PENDAHULUAN :
Udara dari
Pipa pipa / element ditempatkan sedemikian rupa sehingga panas dari uap melalui
pipa pipa / element dapat diserap sebanyak sebanyaknya oleh udara dari FDF
ataupun PAF sebelum masuk ke Air Heater.
SASARAN
Setelah mengikuti kursus ini diharapkan operator dapat mengetahui
1. Fungsi Steam coil air heater
2. Cara pengoperasian steam coil air heater
3. Cara pengoperasian return pump
4. Mengetahui fungsi instrument para meter
5. Mengetahui dengan pasti letak / lokasi instrument para meter.
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN ( AG.1 )
Steam coil air heater umumnya dioperasikan pada saat start up ataupun beban
rendah,
hal
ini
dimaksudkan
untuk
menghindari
terjadinya
kondensasi
( pengembunan ) sulfur yang terdapat didalam gas pada sisi dingin dari air heater
( cold end ).
Dampak pengembunan sulfur ini dapat merusak element element air heater, untuk
menurunkan / menghindari resiko kerusakan pada element element air heater
maka temperatur rata rata disisi dingin pada air heater harus dikontrol lebih tinggi
dari titik embun sulfur ( dew point ). Salah satu cara untuk mengontrol temperatur
rata rata pada sisi dingin air heater dengan mengoperasikan steam coil air heater
Pada bahan bakar bakar batu bara yang dipergunakan di PLTU Suralaya dimana
kandungan sulfur cukup rendah, maka temperatur rata rata yang diizinkan adalah
68 0c ( minimum ), lihat gambar 1.
Jadi pada saat start up boiler ataupun pada beban rendah steam coil air heater
mutlak harus dioperasikan yaitu dengan cara menghindari penyarapan panas
yang berlebihan di air heater oleh udara dari
temperatur gas out air heater tidak menjadi semakin rendah, jadi steam coil air
heater berfungsi untuk menaikan temperatur udara dari FDF ataupun PAF
sebelum masuk air heater, dengan naiknya temperatur udara sebelum masuk air
heater penyerapan panas yang berlebihan pada air heater dapat diperkecil,
2.1 PENGOPERASIAN :
Sebelum uap dimasukan / dialirkan ke steam coil air heater check dan
yakinkan semua element element siap beroperasi termasuk inlet / outlet valve
dan steam drain trap.
Buka semua by pass drain valve.
Buka venting valve.
Lakukan warming dengan membuka TCV ( minimum).
Operasikan steam coil air heater 10 menit sebelum FDF start dimaksudkan
untuk membantu membuang sisa sisa kondensasi dan pembilasan gas gas
yang uncondensible.
Bila coil sudah hangat dan merata posisikan control station dari TCV ke auto
mode dengan set point yang diizinkan ( direcomendasikan )
Tutup venting valve dan by pass drain valve.
4.1 PEMANTAUAN DAN BATASAN PENGOPERASIAN.
Steam coil harus diamati secara rutin dari kebocoran steam untuk menghindari
uap masuk ke air heater dan terjadinya pengembunan / kondensasi yang berarti
terjadi penurunan temperatur.
Monitor differential pressure antara inlet dan autlet dari steam coil air heater ( ini
menunjukan tingkat kekotoran element element steam coil akibat debu dari
FDF dll ).
Perhatikan selalu kondisi auxiliary steam temperatur ( lihat table )
Max
Steam
Temp
Wit
h
3
29
Max
duration
( min )
0
3
No
315
Air
302
29
Flo
288
60
274
indefinitel
260
With
343
Air
329
315
15
302
60
288
indefinitely
Flow
PRIMA
RY
Mass
flow
Initial air
inlet
Final air
temp
28.9 c
83.5
kg/s
40 c
47.8 c
71.1 c
288 kg/s
Untuk mempertahankan level drain tank pada setting rangenya diperlengkapi level
transmitter yang mengatur pembukaan dan penutupan LCV ataupun start pompa,
pengoperasian pompa maupun LCV dapat dipilih secara auto ataupun manual
namun operator harus tetap memonitor level drain tank dan pompa secara actual.
2.2 START UP
A. Persiapan yang harus dipenuhi antara lain meliputi :
Kondisi steam coil air heater, deaerator, kondensor.
Elecrtic power untuk pumpa ( energized ).
Instrument air system
Close colling water system.
Instrument system ( LT, LI , TI, PI dll ).
Lube oil dan grace( pompa )
Line pipa pipa yang menuju deaerator dan kondensor.
B PENGECEKAN TERHADAP DRAIN TANK
1. Yakinkan vent dan drain valve dari drain tank tertutup
2. Yakinkan root valve untuk level gauge terbuka
3. Yakinkan root valve untuk preesure indicator terbuka
4. Yakinkan level transmitter energized.
5. Yakinkan temperatur element energized.
6. Yakinkan return pump siap dioperasiakan.
7. Yakinkan isolation valve untuk flash steam ke kondenser terbuka
C. PERSIAPAN START POMPA
1. Yakinkan line ke deaerator dan condensor siap menerima flow.
2. Yakinkan level di drain tank normal.
3. Buka venting udara discharge pompa.
4. Yakinkan suction dan discharge pompa terbuka.
5. Yakinkan isolation minimum flow pompa terbuka
6. Yakinkan root valve ke PI discharge pompa terbuka.
7. Yakinkan LCV energized dan isolation valve LCV terbuka
8. By pass LCV tertutup.
D. START POMPA
1. Posisikan control station manual mode ( control room ).
2. level drain tank antara 0,5 sampai 0,9 meter ( local ).
3. Start pompa
4. Konfirmasikan discharge pressure pompa ( local )
5. Posisikan LCV control station pada auto mode ( control room )
Level drain tank akan dikontrol secara automatis oleh level indicator transmitter
( LIT ) untuk memerintahkan LCV mempertahankan level, bila suatu sebab level
turun hingga mendekati 0,5 meter, posisikan LCV ke manual mode dan segera
stop pompa untuk menghindari kavitasi atau apabila posisi auto mode maka baik
pompa ataupun LCV akan stop dan menutup secara automatis.
2.3 NORMAL SHUT DOWN
1. Stop steam coil air heater bila boiler firing rate diatas 25 %
2. Stop pompa bila drain level mendekati 0,5 meter
3. Pertahankan posisi semua valve dan instrument system pada posisi operasi,
karena sewaktu waktu steam coil akan dioperasikan kembali bila beban
dibawah 25 %.
2.4 TRUOBLE SHOOTING
A. Drain tank level high / low
Check actual level
LT power failure
Root valve LT tertutup
Pompa cavitasi
B. return pump
Power failure
Suction / discharge valve menutup
Suction / discharge valve body stick
Vibrasi
Kavitasi
Kebocoran dll.
DERATING ( DERATING )
1.
2.
3.
I. PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas
hubungan antara energi panas dengan bentuk-bentuk energi lainnya.
Dua hal yang sangat penting dalam aplikasi termodinamika adalah :
1.
1/2m
1/2V
1/2E
1/2m
1/2V Sifat Ekstensif
1/2E
T
P
p
T
P
p
T
P
p
Sifat Intensif
A,B
B
x
Waktu
A C
C
X
Waktu
4. Tekanan
Terjadinya tekanan berasal dari tumbukan antara molekul-molekul terhadap dinding pembatas.
A
F
Tekanan
F gaya
A luasan
N/m2
(1.1)
b. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem dibawah tekanan atmosfir, maka
:
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir - Tekanan pengukuran
Pabs Patm Pgauge
(1.2)
Contoh :
Suatu alat ukur menunjukkan tekanan sebesar 100 P sig , berapakah besarnya
tekanan absolut ?.
Jawab :
Pabs = Patm + Pgauge = 100 + 14,696 = 114,696 Psia = 7,908 x 106 N/m2
= 0,7908 MPa.
catatan : 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 14,696 lbf/in2
5. Temperatur
Temperatur dapat dipandang sebagai potensial pendorong bagi berlangsungnya
perpindahan energi sebagai panas.
U
m
[kJ/kg]
(2.1)
[kJ]
Energi Kinetik per satuan massa
(2.2)
e k 1 2.v 2
[kJ/kg]
Energi Potensial Gravitasi
(2.3)
E p m.g .h
[kJ]
Energi Potensial Gravitasi persatuan massa
(2.4)
e p g .h
[kJ/kg]
(2.5)
Energi total yang dimiliki oleh suatu benda yang sedang bergerak dan
mempunyai ketinggian, adalah merupakan penjumlahan dari energi
mikroskopik dan energi makroskopis.
E total U E k E p U 1 2.m.v 2 m.g .h
[kJ]
Energi-total persatuan massa adalah :
(2.6)
e u e k e p u 1 2.v 2 g .h
[kJ/kg]
(2.7)
20 oC
25 oC
35 oC
45 oC
35 oC
35 oC
40 oC
35 oC
35 oC
35 oC
a) Sebelum setimbang
b) Setelah setimbang
masuk
keluar
Fluida
Atau :
m.g.Z1 1 2.m.v12 U 1 P1 .V1 Win Qin m.g.Z 2 1 2.m.v22 U 2 P2 .V2 Wout Qout
karena :
U P.V H
maka :
m.g.Z 1 1 2.m.v12 H 1 Win Qin m.g .Z 2 1 2.m.v 22 H 2 Wout Qout
(1)
w 0
g.Z 2 g .Z 1 diabaikan
1 2. v 2 v1 diabaikan
q h2 h1
q 0
g .Z 2 g .Z 1 diabaikan
1 2. v 2 v1 diabaikan
w h1 h2
(3)
Kerja poros yang dihasilkan oleh turbin uap sama dengan penurunan entalpi
uap yang melalui turbin.
- Pompa air (atau fluida incompressible)
Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada pompa terjadi proses adiabatik,
2. Perbedaan energi potensial,
q 0
g .Z 2 g .Z 1 diabaikan
4.
jadi :
, karena
1 2. v 2 v1 diabaik an
v 2 v1 v
w v. P1 P2
(4)
Kerja poros yang diperlukan oleh pompa sama dengan kenaikan tekanan
fluida yang dipompakan dikalikan dengan volume spesifik fluida tersebut.
- Nosel
1. Pada nosel terjadi proses adiabatik,
q 0
w 0
g .Z 2 g .Z 1 diabaik an
2. h1 h2
2.c p . T1 T2
2.v. P1 P2
untuk uap
(5)
(6)
- Pencekik (Throttling)
1. Pada throttling terjadi proses adiabatik,
q 0
(7)
w 0
g .Z 2 g .Z 1 diabaik an
1 2. v 2 v1 diabaikan
(8)
Bila pada suatu sistem yang merupakan suatu proses diberikan sejumlah
panas sebesar dQ, maka sistem tersebut akan berekspansi dan melakukan
kerja sebesar dW, dan energi dalam sistem tersebut akan meningkat.
Proses yang terjadi di dalam sistem tersebut dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut :
dQ = dW + dU
(9)
(11)
Contoh : Sebuah piston silinder tanpa gesekan berisi uap air sebanyak 10 lbm pada 60
Psia dan temperatur 320 F. Kemudian dipanaskan hingga temperaturnya naik menjadi
400 F. berapa kerja yang dihasilkan selama proses.
Solusi :
Diketahui : Massa uap air,
m = 10 lbm
Tekanan,
P = 60 Psia
Temperatur awal, T1 = 320 F
Temperatur akhir, T2 = 400 F
Jawab :
- Gambar dari sistem yang ditinjau
Maka : W = (10 lbm ).( 60 Psia ).[( 8,353 7,485) ft 3 / lbm ].[( 1 Btu ) / ( 5,404
Psia.ft3 )]
= 96,4 Btu
2.6.3 Perpindahan energi sebagai panas
Energi dapat pula dipindahkan ke dalam suatu sistem dengan cara yang lain
yaitu sebagai panas.
Panas adalah perpindahan energi sebagai kerja yang berlangsung pada skala
mikroskopis yang tidak dapat diperhitungkan sewaktu menghitung besarnya
energi secara makroskopik
Perpindahan energi sebagai panas atau bentuk kerja dapat meningkatkan
temperatur sistem.
Gambar 2.9 Energi panas yang masuk ke sistem menyebabkan kenaikan temperatur
2.6.4
Bentuk-bentuk Energi
:
:
:
:
:
:
m.g.z
.m. 2
U
P.V
W
Q
Balans Energi :
Energi Potensial gravitasi
Energi Kinetik
Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas
:
:
:
:
:
:
Energi masuk
m.g.z1
.m. 12
U1
P.V1
W1
Q1
Energi keluar
m.g.z2
.m.22
U2
P.V2
W2
Q2
Perhatikan suatu piston silinder berisi air (fase cair) pada 20 oC dan tekanan 1 atm
(gambar 1). Pada kondisi ini air berada pada kondisi cair, dan disebut cairan
terkompresi atau cairan subcooled, yang berarti pada kondisi ini air tidak akan menguap.
Jika panas ditransfer ke air tersebut sehingga temperaturnya naik, misalnya 40
o
C. Karena kenaikan temperatur tersebut air akan berekspansi (mengembang) yang
mengakibatkan volume spasifik air tersebut bertambah.
Sebagai akibat naiknya volume spesifik air maka piston akan naik, sehingga tekanannya
tetap 1 atm selama proses berlangsung. Tetapi air masih berada pada kondisi cairan
terkompresi yang berarti penguapan belum dimulai.
Jika panas masih terus ditransfer temperatur masih naik hingga 100 oC (gambar 2). Pada
titik ini air masih berada pada kondisi cair. Tetapi setiap penambahan panas,
seberapapun besarnya, akan menyebabkan cairan tersebut menguap, yang berarti terjadi
proses perubahan fase dari cair ke uap. Cairan yang siap menguap ini disebut cairan
jenuh (Saturated liquid).
T = 1 atm
P = 1 atm
P = 1 atm
T = 100 oC
T = 100 oC
T = 20 C C
P = 1 atm
P = 1 atm
T = 300 oC
T = 100 oC
Ketika pendidihan dimulai, kenaikan temperatur akan berhenti sampai cairan berubah
semua menjadi uap. Pada kondisi ini temperatur akan konstan selama proses perubahan
phase jika tekanan dijaga konstan. Ini dapat dengan mudah dibuktikan dengan
menempatkan thermometer ke dalam air yang sedang mendidih yang diletakkan di
bagian atas tungku. Pada posisi di permukaan laut (P = 1 atm), termometer akan selalu
membaca 100 oC. Selama proses penguapan (pendidihan), yang dapat kita amati
hanyalah kenaikan volume spesifik dan berkurangnya level cairan akibat perubahan
cairan menjadi uap.
Pada pertengahan proses penguapan (gambar 3), silinder terdiri dari uap dan cairan
dengan jumlah yang sama. Jika panas terus ditambahkan proses penguapan akan terus
berlanjut hingga seluruh cairan akan menguap (gambar 4). Pada titik ini seluruh isi
silinder penuh dengan uap. Bila terjadi kehilangan panas seberapapun kecilnya akan
menyebabkan sebagian uap mengembun (perubahan fase dari uap ke caira). Uap yang
hampir terkondensasi disebut uap jenuh. Oleh karena itu keadaan seperti pada gambar 4
dinamakan kondisi uap jenuh. Keadaan antara seperti pada gambar 2 sampai keadaan
sperti pada gambar 4 sering dinamakan kondisi campuran uap dan cairan sehingga phase
uap dan phase cair berada pada keseimbangan termodinamik pada kondisi ini.
Jika dari kondisi uap jenuh (gambar 4) masih terus ditambahkan energi panas pada
tekanan konstan maka pada kondisi ini uap air akan mengalami kenaikkan temperatur
dan kondisi uap akan berubah menjadi uap panas lanjut (Super heated steam).
Jika perjalanan proses kita ikuti dari mulai gambar 1 sampai dengan gambar 5 dan kita
plotkan pada koordinat Temperatur-volume spesifik (T-v), maka akan kita dapatkan
gambar sebagai berikut.
Pada tekanan yang diberikan, temperatur dimana substansi murni ( zat murni ) mulai
mendidih disebut temperatur saturasi Tsat. Sedangkan dalam temperatur yang diberikan,
tekanan dimana substansi murni mulai mendidih disebut tekanan saturasi P sat. Pada
tekanan 101,325 kPa, Tsat adalah 100 oC. Sebaliknya Pada temperatur 100 oC, Psat adalah
101,325 kPa.
Selama proses perubahan phase, tekanan dan temperatur sepenuhnya sifatnya saling
bergantung dan ada hubungan yang pasti diantara mereka yaitu T sat = f ( Psat ). Grafik Tsat
vs Psat seperti pada gambar 2-12 disebut kurva saturasi uap-cair. Kurva seperti ini adalah
karakteristik dari substansi murni.
Sangat jelas sekali dari gambar 2-12 bahwa T sat naik dengan naiknya Psat. Jadi substansi
pada tekanan tertinggi akan mendidih pada temperatur tertinggi juga.
12
10
6
Psat,kPa
0
0
Variasi dari sifat-sifat selama proses perubahan phase sebaiknya dipelajari dan
dimengerti dengan bantuan diagram-diagram sifat. Di bawah ini kita akan
mendiskusikan diagram-diagram T-v, P-v, dan P-T untuk substansi murni.
1. Diagram T-v
Proses perubahan phase air pada tekanan 1 atm dideskripsikan secara detail pada bab
terakhir dan diplotkan pada diagram T-v dalam gambar 2-11. Sekarang kita ulangi proses
ini dengan tekanan yang berbeda untuk mengembangkan diagram T-v untuk air.
Kita tambahkan berat pada puncak piston sampai tekanan di dalam silinder mencapai 1
Mpa. Pada tekanan ini air akan mempunyai volume spesifik yang lebih kecil daripada
yang terjadi pada tekanan 1 atm. Pada saat panas di berikan ke pada air dengan tekanan
yang baru ini prosesnya akan mengikuti lintasan yang mirip sekali seperti lintasan proses
pada tekanan 1 atm seperti terlihat pada gambar 2-13, tetapi ada beberapa perbedaanperbedaan. Pertama, air akan mulai mendidih pada temperatur yang sangat tinggi ( 179,9
) pada tekanan ini. Kedua, volume spesifik pada cairan jenuh adalah lebih besar dan
volume spesifik pada uap jenuh adalah lebih kecil dari harga pada tekanan 1 atm. Yaitu
garis horizontal yang menghubungkan cairan jenuh dan uap jenuh dinyatakan lebih
pendek.
Pada saat tekanan meningkat lebih jauh, garis saturasi ini akan berlanjut lebih pendek
seperti pada gambar 2-13, dan akan menjadi titik ketika tekanan itu mencapai 22,09
MPa untuk kasus pada air. Titik ini disebut titik kritis dan dapat didefinisikan sebagai
titik dimana pernyataan cairan jenuh dan uap jenuh adalah identik.Tekanan, Temperatur
dan Volume spasifik dari substansi pada titik kritis di sebut Tekanan kritis P cr,
Temperatur kritis Tcr, dan Volume spesifik kritis vcr. Sifat-sifat titik kritis air adalah P cr =
22,09 MPa, Tcr = 374,14 oC, dan vcr = 0,003155 m3/kg. Untuk helium adalah Pcr = 0.23
MPa, Tcr = -267,85 oC dan vcr = 0,01444 m 3/kg. Sifat-sifat kritis untuk macam-macam
substansi dapat dilihat pada tabel A-1 dalam apendix.
Pada tekanan di atas tekanan kritis, tidak akan ada proses perubahan phase yang nyata
( gambar 2-14 ). Malahan volume spesifik dari substansi akan terus meningkat dan
disetiap saat hanya akan ada satu phase yang muncul. Akhirnya itu akan menyerupai
uap, tapi kita tidak akan pernah tahu kapan perubahan itu terjadi. Di atas keadaan kritis,
tidak ada garis yang memisahkan daerah cairan terkompresi dan daerah uap super panas.
Tapi hal itu biasanya mengacu pada substansi sebagai uap super panas pada temperatur
di atas temperatur kritis dan sebagai cairan terkompresi pada temperatur di bawah
temperatur kritis.
Keadaan cairan jenuh pada gambar 2-13 bisa dihubungkan dengan garis yang di sebut
garis cairan jenuh ( Saturated liquid line ) dan keadaan uap jenuh di gambar yang
sama bisa dihubungkan dengan garis lain yang disebut garis uap jenuh ( Saturated
vapor line ). Kedua garis ini saling bertemu pada titik kritis, membentuk lengkungan
seperti pada gambar 2-15. Semua keadaan cairan terkompresi, di bagian kiri garis cairan
padat dan disebut daerah cairan terkompressi. Semua keadaan uap superpanas
ditempatkan di sebelah kanan garis uap saturasi yang disebut daerah uap superpanas
(superheated vapor region). Dikedua daerah ini, substansi berada pada fase tunggal,
cairan atau uap. Semua bagian yang melibatkan kedua fase dalam kesetimbangan di
tempatkan di bawah kubah yang disebut daerah campuran uap cairan jenuh, atau daerah
basah (wet region).
2. Diagram P-v
Bentuk umum dari diagram P-v dari zat murni sangat mirip sekali dengan diagram T-v,
tapi T = garis konstan pada diagram ini mempunyai kecenderungan untuk menurun,
seperti pada gambar 2-16.
Sebuah piston-silinder yang berisi air pada fase cair dengan tekanan 1 MPa dan
temperatur 150 oC. Pada titik ini air berada pada kondisi cairan terkompresi. Kemudia
beban (pemberat) pada puncak piston diambil satu persatu sehinnga tekanan di dalam
silinder menurun secara berangsur-angsur (Gambar 2-17). Selama proses terjadi
perpindahan panas terhadap air tersebut, sehingga temperaturnya selalu konstan. Pada
saat tekanan menurun, volume air akan meningkat sedikit. Ketika tekanan mencapai
harga tekanan saturasi pada temperatur yang ditentukan (0,4758 MPa), air akan mulai
mendidih. Selama proses penguapan ini, temperatur dan tekanan selalu konstan, tapi
volume spesifik meningkat. Perhatikan bahwa selama proses perubahan fase, kita tidak
mengambil pemberat. Memindahkan atau mengurangi pemberat akan menyebabkan
tekanan dan juga temperatur menurun [karena T sat = f (Psat)], dan proses tidak akan
menjadi isotermal (proses pada temperatur konstan).
Jika proses ini diulangi untuk temperatur lainnya, lintasan yang sama akan didapatkan
untuk proses perubahan fase. Dengan cara menghubungkan lintasan cairan jenuh dan
lintasan uap jenuh, kita akan mendapatkan kurva diagram P-v untuk zat murni, seperti
terlihat pada gambar 2-16.
3. Diagram P-T
Gambar 2-22 memperlihatkan diagram P-T untuk zat murni, diagram ini sering dosebut
diagram fase karena ketiga fase dipisahkan satu sama lain oleh tiga garis. Garis
sublimasi memisahkan daerah padat dan uap, garis penguapan memisahkan daerah cair
dan uap, garis peleburan (melting line) memisahkan daerah padat dan cair. Ketiga garis
ini bertemu pada satu titik yang dinamakan titik tripel, dimana pada titik ini ketiga fase
berada bersama-sama pada kesetimbangan. Garis penguapan berakhir pada titik kritis
sebab tidak ada perbedaan yang bisa dibuat antara fase cair dan uap di atas titik kritis.
Zat yang memuai dan mengkerut pada saat pembekuan hanya bisa dibedakan di atas
garis peleburan pada diagram P-T.
Tabel sifat
Sebagian besar substansi, hubungan diantara sifat-sifat thermodinamik adalah sangat
kompleks untuk diekpresikan dengan mengguanakan persamaan yang sederhana. Oleh
karena itu, sifat-sifat sering diberikan dalam bentuk tabel-tabel. Beberapa sifat
thermodinamika dapat diukur dengan mudah, tetapi yang lain tidak dapat diukur
langsung dan dihitung dengan menggunakan persamaan yang menghubungkannya
untuk sifat-sifat yang terukur. Hasil ukuran-ukuran dan perhitungan ini diberikan dalam
tabel dengan format yang tepat. Dalam diskusi berikutnya, tabel uap akan digunakan
untuk mempertunjukkan penggunaan dari tabel sifat-sifat thermodinamik.
Tingkat keadaan Cair Jenuh dan Uap Jenuh
Sifat-sifat dari cair jenuh dan uap jenuh untuk air dapat diketahui melalui table uap
berdasarkan tekanan atau temperatur, seperti terlihat pada contoh table di bawah :
Sat.
Specific volume
m3/kg
Temp.
o
C
T
85
90
95
Press.
kPa
Psat
57.83
70.14
84.55
Temperatur
e
Sat.
liquid
vf
0.001033
0.001036
0.001040
Specific volume
of
Sat.
vapor
vg
2.828
2.361
1.982
Specific volume
of
Correspondi
ng
Subscript f menunjukkan sifat dari fase cair jenuh, dan subscript g menunjukkan sifat
dari fase uap jenuh. Subscript lain yang sering digunakan digunakan adalah fg, yang
mana menunjukkan perbedaan nilai antara uap jenuh dengan cair jenuh pada tingkat
keadaan yang sama.
Tekanan, P
Volume specific
vfg = vg - vf
vf = volume spesifik pada kondisi cair jenuh
vg = volume spesifik pada kondisi uap jenuh
vfg = perbedaan antara vg dan vf
Nilai hfg disebut entalpi penguapan atau panas laten penguapan yaitu energi yang
diperlukan untuk menguapkan satu satuan massa cair jenuh pada temperatur atau
tekanan yang diberikan.
Campuran cair jenuh uap jenuh
Selama proses penguapan, substansi berada pada bagian cair dan bagian uap. Keadaan
ini disebut campuran dari cair jenuh dan uap jenuh. Untuk menganalisa campuran secara
tepat, kita perlu mengetahui proporsi dari fase uap dan cair dalam campuran. Ini
didefinisikan oleh sifat baru yang dinamakan dengan kualitas x yaitu perbandingan dari
massa uap terhadap massa total dari campuran
mvapor
m total
dimana :
Kualitas uap x hanya berlaku untuk fase campuran. Ini tidak berlaku pada daerah cairan
terkompresi atau daerah uap superheated. Pada fase cair jenuh nilai x = 0 atau 0 persen,
sedangkan pada fase uap jenuh nilai x = 1 atau 100 persen.
Fase campuran dapat dapat diperlakukan seperti gabungan dari dua subsistem : cairan
jenuh dan uap jenuh. Walaupun massa dari masing-masing fase sering tidak diketahui.
Saturated vapor
vg
Saturated liquid
vf
Vav
Saturated
Liquid-vapor
mixtures
Pada gambar di atas diilustrasikan sebuah tanki yang berisi campuran dari fase cair
dan fase uap. Volume fase cair adalah Vf dan volume fase uap adalah Vg. Maka
volume total adalah penjumlahan dari keduanya:
V = Vf + Vg
V = m.v mt.v = mf.vf + mg.vg
mf = mt mg mt.v = mt.vf mg.vf + mg.vg
Jika kedua ruas dibagi dengan mt
v = vf x.vf + x.vg
atau : v = vf + x.vfg
x
mg
mt
dimana :
vfg = vg - vf
Begitu juga untuk sifat-sifat yang lain berlaku :
h = hf + x.hfg
u = uf + x.ufg
s = sf + x.sfg
Uap Superpanas
Pada daerah sebelah kiri dari garis uap jenuh terdapat uap super panas, dimana pada daerah ini
substansi mempunyai fase tunggal yaitu fase uap, tekanan dan temperatur pada daerah ini tidak
saling bergantung sepaerti pada daerah uap campuran, sehingga sifat dari uap super panas akan
sangat tergantung dari kombinasi antara temperatur dan tekanannya.
Format dari table uap superpanas diilustrasikan pada table berikut :
s
T
v
h
kJ/kg.
o
C m3/kg kJ/kg
K
P = 0,01 MPa (45,81C)
14.67 2584. 8.150
Sat.
4
7
2
14.86 2592. 8.174
50
9
6
9
17.19 2687. 8.447
100
6
5
9
19.51
8.688
150
2783
2
2
P = 0,2 MPa (120,23 C)
0.885 2706. 7.127
Sat.
7
7
2
0.959 2768. 7.279
150
6
8
5
1.080 2870. 7.506
200
3
5
6
1.198
7.708
250
2971
8
6
Uap superpanas mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Tekanan rendah : P < Psat pada T yang diberikan
Temperatur tinggi : T > Tsat pada P yang diberikan
Volume spesifik tinggi : v > vg pada P atau T yang diberikan
Energi dalam tinggi : u > ug pada P atau T yang diberikan
Entalpi tinggi : h > hg pada P atau T yang diberikan
Cairan terkompresi
Pada daerah sebelah kanan dari garis cair jenuh terdapat cairan terkompresi, dimana pada daerah
ini substansi mempunyai fase tunggal yaitu fase cair, tekanan dan temperatur pada daerah ini
juga tidak saling bergantung sepaerti pada daerah uap campuran.
Sifat dari cairan terkompresi ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
h = hf,T + vf.(P - Psat)
dimana Psat adalah tekanan saturasi pada temperatur yang diberikan.
Secara umum cairan terkompresi dikarakteristikan sebagai berikut :
Tekanan tinggi : P > Psat pada T yang diberikan
Temperatur rendah : T < Tsat pada P yang diberikan
Volume spesifik rendah : v < vf pada P atau T yang diberikan
x = 0,8
P2 = 8 bar
x2 = ?
wp = ?
x1 = 0
P1 = 1 bar
cp = 4,2 kJ/kg
Dari HK I termodinamika :
- Untuk Pompa : w = vf.P2 P1
- Untuk Boiler : q = h3 h2
STEAM GENERATOR
(SYSTEM AE)
Safety
Gunakan alat K3 (helm, sepatu, ear plug, kaos tangan tahan panas) jika memasuki area boiler
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan operator lain yang terkait, me-ngenai rencana
pekerjaan yang memerlukan perhatian dan prioritas utama
Yakinkan peralatan pendukung safety dalam kondisi standar (penerangan cukup, alat
komunikasi terjangkau, dan lift dalam keadaan normal)
Jika akan menutup manhole boiler, yakinkan bahwa didalam furnace sudah tidak ada orang
dengan cara : beri sinyal sinar, pukulan dan beritahu bahwa manhole akan ditutup
Fungsi dan cara kerja
Fungsi dari steam generator adalah untuk memproduksi uap (steam) untuk menggerakkan turbin.
Proses produksinya adalah dengan penguapan pada boiler drum. Uap tersebut harus memenuhi
standar kualitas tertentu (pressure, temperature dan unsur kimia) dan juga dari kuantitas (flow
dalam ton/jam), sesuai yang dibutuhkan turbine pada saat tertentu (kondisi hot/warm/cold) untuk
dapat menghasilkan energi listrik. Pada steam generator system ini dapat dibagi dalam dua
aliran, yaitu aliran uap dan aliran air.
Bagian utama
Feed water inlet
Economizer
Boiler drum
Superheater
Main steam pipe
Reheat steamFeed water inlet
Sebagai pengisi air boiler, disuplai dari BFP setelah melalui HP heater. Pada sistem air pengisi
air boiler ini, diperlengkapi feed water back pressure control valve sebelum masuk ke sistem
aliran air pada boiler (economizer). Feed water back pressure control dapat diposisikan auto,
dengan fungsi sebagai pe-nyeimbang steam flow sebagai output demannya. Sedang jika dalam
posisi manual operator dapat mengontrol valve sesuai yang dibutuhkan.Economizer
Dengan memanfaatkan gas buang boiler, economizer akan memanaskan air pengisi sebelum
masuk ke boiler drum. Pada economizer ini yang harus dijaga adalah terjadinya korosi, baik dari
sisi dalam maupun dari sisi luar. Untuk menjaga korosi dari sisi luar, dapat dilakukan dengan
cara :
Membatasi kandungan sulfur pada fuel (coal)
Menjaga temperature metal economizer
Melakukan sistem firing dengan baik
Sedang untuk mencegah korosi dari sisi dalam, dengan jalan menjaga kualitas air yang diijinkan
pada sistem air pengisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan yang mungkin terjadi pada economizer adalah :
Perubahan air pengisi dari fase air ke fase uap pada economizer yang di-sebabkan tidak adanya
sirkulasi air pada economizer saat firing atau furnace dalam keadaan panas. Hal ini akan
mengakibatkan water hammer pada economizer. Untuk mencegah hal tersebut, valve
recirculation economizer (MOV AE-SHV-1A/1B) harus dibuka untuk memperoleh aliran alami
pada economizer dari down comer. Tapi pada saat ada aliran air pengisi, hendaknya MOV
tersebut harus ditutup kembali.
Terjadinya thermal shock pada inlet header economizer yang disebabkan oleh perbedaan
temperature antara air masuk dan air pada header economizer. Jika hal itu terpaksa dilakukan,
maka sistem pengisian air penambah dilaku-kan dengan flow yang sedikit mungkin secara
teratur.Boiler drum
Drum adalah tempat pemisahan antara partikel-partikel air dan uap. Air yang ada pada drum
akan mengalami aliran alami pada down comer. Gelembung-gelembung uap akan naik keatas
dan di drum gelembung-gelembung uap itu akan terkumpul dan menjadi uap.
Pada drum hal yang perlu diperhatikan pada saat firing adalah temperature metal antara top dan
bottom. Perbedaan temperature tersebut sesuai rekomendasi dari BVI adalah sesuai dengan
grafik (Lampiran 1).
Peralatan utama pada drum adalah sebagai berikut :
Level indicator
Terdiri dari tiga macam, yaitu :
Glass gauge level di lokal
Level indicator analog di CR (Fibre Optic)
Level indicator digital (berupa angka) di OIS, yang juga sebagai sinyal control feed water
Pressure indicator
Pressure indicator ini dapat dibaca di lokal lewat PT, sedangkan di CR melalui data digital di
OIS
Relief valve/safety valve
Berfungsi untuk membuang steam jika terjadi tekanan tinggi pada drum.
Safety valve yang terdapat pada boiler drum adalah sebagai berikut :
o
Tag
Set
Set
Cap
Capa
Set
pres
s
(kg/
cm2)
Set
pre
ss
(ps
ig)
Cap
acit
y
(kg/
h)
Cap
acit
y
(lb/h
)
Set
Set
Cap
Cap
Tag
Set Set
Cap Cap
pre pres acit acit
ss
s
y
y
(kg (psi (kg/ (lb/h
/c
g)
h)
)
2
m
)
1 05-SB- 57. 815 1325 2923
RV-92
30
93
14
2 05-SB- 57. 819 1332 2937
RV-102 58
32
24
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Filosofi sistem kontrol dan proteksi
Dalam sistem kontrol steam generator, dapat kita bagi menjadi 3 sistem kontrol, yaitu : Tekanan,
temperature dan level drum.
inlet header dengan set temperature dari reheat steam temperature control. Pengaturan dengan
damper FG biasing sama seperti pada SSH FG biasing damper.
4.3. Kontrol drum level
Feed water control akan mengatur/mengontrol level drum hingga level drum pada posisi normal.
Ada tiga elemen yang menjadi input sinyal dalam pengaturan drum level, yaitu :
Drum level
Feed water flow
Steam flow
FW elemen sinyal dapat kita select secara manual maupun secara auto. Secara manual kita bisa
men-select 1 elemen, 2 elemen atau 3 elemen dengan melihat kondisi pada saat itu. Sedang kalau
secara auto maka secara otomatis akan pindah sendiri.
Level indikator yang digunakan untuk indikasi dan sinyal level drum pada FW control dari tiga
transmiter, yang mana ketiga transmiter tersebut bisa kita pilih salah satu diantaranya atau
diambil sinyal tengah (median). Tetapi khusus untuk sinyal MFT trip hanya diambilkan dari
sinyal median ( 250 mm).
Sistem kontrol feed water adalah :
Prosedur operasi
Persiapan lokal
Yakinkan bahwa semua manhole boiler sudah tertutup
Yakinkan tidak ada tagging di semua peralatan boiler
Yakinkan level air pada drum pada posisi normal (dari glass gauge)
Yakinkan CCTV dapat dioperasikan dengan baik
Yakinkan isolating valve untuk peralatan instrument pada posisi terbuka dan normal (PS, PT, TS,
TT, LS, LT dll)
Yakinkan SDCC telah terisi air
Yakinkan isolating valve instrument air untuk peralatan pada posisi terbuka dan ada tekanannya
(CV, SV, damper, igniter dll)
Yakinkan isolating valve untuk MOV pada drain, venting dan TCV untuk spray SH dan RH serta
VCV atomizing dan fuel oil pada posisi terbuka
Yakinkan breaker 380 V untuk semua MOV sistem drain, vent dan attemperator pada posisi
close/on dan siap dioperasikan
Yakinkan level minyak pelumas untuk semua fan dan gear box diatas normal
Yakinkan igniter tiap level telah siap untuk dinyalakan/dioperasikan. Misal : fuel oil pressure,
atomizing steam pressure, instrument air, flame detector dan valve telah terbuka.
Yakinkan breaker untuk semua motor (fan, pompa dan damper) sudah dalam posisi close dan
siap dioperasikan
Start sequence
Isi drum sampai normal level (untuk cold start, pada level -30 mm), dari discharge CEP (ISV
0025 & 0026)
Buka vent dan drain boiler
Start satu IDF (misal A) dan set furnace pressure 12 mmWg
Start satu FDF (misal A) dan buka perlahan-lahan FDF vane inlet damper (VIV) station dan
perhatikan furnace pressure sampai boiler total air flow mencapai diatas 30%
Lakukan warming booster pump BFP dan inservice-kan BFPT. Untuk menghindari max flow
pada SU BFP, maka BFPT dan SU BFP bisa di-paralel. Dalam paralel BFPT dan SU BFP yang
perlu diperhatikan adalah :
Pressure discharge BFPT harus sedikit lebih besar ( 1 kg/cm2) dari pressure FW header
Flow discharge BFPT lebih besar dari pada flow sirkulasinya
Jika BFPT sudah inservice dan auto, bias negatif control SU BFP untuk menghindari max flow
pada SU BFP
Jika generator sudah on-line perhatikan pressure main steam dan per-tahankan pressure main
steam tersebut dengan cara menambah speed coal feeder atau kalau perlu start (tambah)
pulverizer lagi (dilihat dari HP by-pass)
Jika sudah menggunakan 2 (dua) pulverizer, maka master station masing-masing pulverizer
dapat diposisikan auto dan selanjutnya kontrol pembakaran dapat dikontrol dari fuel/air master
station
Perhatikan master speed coal feeder pulverizer yang beroperasi. Jika kondisi boiler sudah stabil,
fuel/air master station dapat diposisikan auto dan selanjutnya kontrol dipegang oleh boiler
master station
Naikkan setting HP by-pass pressure secara perlahan-lahan sampai HP by-pass menutup penuh.
Dan jika setting pressure lebih besar 1 kg/cm2 dari actual pressure (PV), posisikan HP by-pass
pada posisi cascade. Pada posisi auto cascade, maka HP by-pass set point akan selalu 5 kg/cm 2
diatas actual pressure main steam.
Jika kondisi boiler sudah stabil, boiler master station dapat diposisi-kan auto, yang selanjutnya
pressure main steam akan dipertahankan pada set pressure unit master sliding pressure setpoint
Jika telah diposisikan boiler follow, kita tinggal menaikkan pressure main steam dengan cara
menaikkan/menurunkan pressure setting pada unit master sliding pressure dan nilainya
disesuaikan dengan rate-nya (kenaikan pressure per menit). Pressure main steam akan menuju ke
nilai set tersebut setelah diposisikan ke ramp
Jika kondisi sudah stabil, "turbine master station" dapat diposisikan auto untuk mendapatkan BT
coordinate mode (BTC)
Stop sequence (dengan asumsi beban 600 MW BTC, 5 mill i/s)
Turunkan beban boiler secara perlahan-lahan. Jika memakai BTC mode, turunkan set "unit
master load demand station". Perhatikan hal-hal berikut :
Speed CF pulverizer yang beroperasi. Apabila speed masing-masing CF sudah mendekati
minimum, maka stop dulu salah satu pulverizer
Flow masing-masing BFPT. Jika recirculation BFPT pada posisi manual, buka recirculation
valve pada posisi yang aman
Bersamaan dengan menurunkan load, kita juga bisa menurunkan pressure set main steam dari
"unit master sliding pressure set point"
Lakukan hal tersebut diatas secara perlahan-lahan dan hati-hati. Jika beban generator sudah
mencapai low load limit pada "limit load demand", lepas "turbine master station" dan terus
turunkan beban dari governor atau load limit control
Jika beban sudah mencapai 60 MW dan pulverizer yang inservice tinggal satu buah, lepas
"boiler master station", lepas cascade control pada HP by-pass dan set HP by-pass pressure sama
dengan actual pressure main steam saat itu. Start SU BFP dan ambil alih kontrol dari BFPT ke
SU BFP. Jika kondisi boiler sudah stabil, lepas CB generator (pada load 15 - 20 MW)
Perhatikan HP by-pass control valve apakah bisa mengkontrol pressure main steam
Turunkan speed CF yang masih beroperasi dan shut down normal pulverizer
Tripkan turbine dan yakinkan MFT tidak trip
Kurangi terus pembakaran dari igniter sampai MFT trip dari no flame detected
Lakukan purge boiler dan reset boiler dengan tujuan untuk :
- Membilas furnace dari sisa-sisa bahan bakar
- Mengeluarkan gun ignitor yang masih tertinggal akibat dari MFT trip
Tanyakan ke SUOP mengenai status boiler stop. Jika :
a. Hot banking
- stop semua fan
- tutup semua gas part bias damper
- tutup CBD
b. Natural cooling
- stop semua fan
- buka semua gas part bias damper
c. Forced cooling
- start IDF dan FDF
- buka FDF master station sampai total air flow 15 %
- perhatikan temperature metal top/bottom drum.
(rekomendasi dari pabrik tidak boleh lebih dari 60 oC)
Catatan :
Jika akan melakukan filling drum, differential temperature antara FW inlet dan temperature air di
drum tidak boleh melebihi 100 oC
Lakukan dengan flow yang sedikit mungkin
Trip
N
o
Peralat
an
S
a
Hi
gh
L
o
w
H
ig
h
L
o
w
50
5
0
2
5
25 0 25
0
25 0 25
0
t
u
a
1 Furnace
pressur
e
2 SA duct
pressur
e
3 Feedwa
ter to
econ.
out
tempera
ture
4 Drum
metal
temp.
top/bott
om
5 Rises to
drum
water
tempera
ture
6 Drum
pressur
e
7 Drum
level
8
PSH 1
inlet
steam
temper
ature
PSH 2
inlet
steam
tempera
n
kg/
cm
2
kg/
cm
20
0
2
o
33
5
58
0
36
8
kg/
cm
22
0
m
m
50
45
5
5
0
2
0
39
1
2
5
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
ture
PSH 2
steam
tempera
ture
SSH
inlet
tempera
ture
Main
steam
pressur
e
Main
steam
tempera
ture
Reheat
pressur
e
Reheat
tempera
ture
Burner
metal
tempera
ture
Burner
nozel
coal
tempera
ture
PSH 1
metal
tempera
ture
PSH 2
metal
tempera
ture
SSH
inlet
metal
tempera
ture
SSH
50
7
2
0
44
0
2
5
kg/
cm
18
8
55
0
kg/
cm
50
2
o
55
0
70
5
70
5
48
0
52
5
52
8
57
C
C
2
2
2
3
2
4
outlet
metal
tempera
ture
Reheat oC
outlet
metal
tempera
ture
Burner kg/
row
cm
2
level
pressur
e
Thermo oC
probe
tempera
ture
59
1
14
0
5
0
59
0
1
0
Secondary duct pressure akan dikontrol oleh inlet vane damper FDF B dengan membuka penuh,
karena pada saat FDF A trip, secondary duct header pressure akan drop
Pulverizer F dan selanjutnya disusul pulverizer B akan trip dengan first annunciator boiler
runback dan pulverizer yang tidak trip akan menurunkan speed hingga flow batubara 30 t/h.
Dengan tripnya pulverizer F dan B serta turunnya speed CF yang masih beroperasi, maka
kebutuhan secondary air flow akan turun, yang selanjutnya akan menurunkan pembukaan
secondary air row damper.
Dengan menurunnya pembukaan secondary row damper, maka secondary duct pressure akan
naik lagi yang pada akhirnya akan menurunkan juga pembukaan inlet vane damper FDF B
Control unit akan berubah ke turbine follow dengan mengontrol besarnya throttle pressure
dengan cara menurunkan governor valve (load) sesuai dengan turbine demand-nya
Turbine demand = T Pe
dimana T Pe = throttle pressure error
= throttle pressure set point throttle pressure
Runback akan normal kembali jika beban generator sudah turun dibawah 300 MW (50% MCR)
S O P - VIBRATION MONITORING ( I V )
I. F U N G S I :
1.1. Fungsi dari Vibration monitoring adalah untuk :
- Sebagai pusat dan pembagian perencanaan DCIS system yang dipergunakan
sebagai bagian dari perencanaan control system , vibration monitoring system
mengirimkan signal ke Superpisory system dengan perencanaan DCIS System
untuk Main Turbine, 2 BFPT sets, 2 Booster Pump dan Start Up B F P.
sebagai pengaman dan keandalan operasi.
1.2. Vibration monitoring system adalah terus menerus mengukur dan memonitor berbagai
macam-macam masalah pada Superpisory parameter-parameter memberikan
informasi penting untuk memberikan tanda-tanda / kelainan yang cepat pada kelainan
mesin seperti imbalance, bearing failure, misalignment dan shaft keadaan retak.
1.3. Vibrasi Monitoring sebagai monitoring, dignostic, dan meramalkan imformasi
maintenance untuk Turbin Generator dan Rotating Machinery.
1.4. Vibration monitoring sytem terus menerus memonitor dan mengukur lebih luas pada
pada supervisory parameter sampai menolong operator dalam mengetahui gangguan
mesin, mesin dapat distop sebelum kerusakan yang lebih tinggi lagi atau melebihi
setpoint sampai terjadi mesin tsb.gangguan berat.
trip. dan efek ke yang lainnya maka PMT akan lepas dari jaringan / Generator
out service.
- Turbin trip reaksi terhadap boiler tidak akan trip bila bypass system available dan
Boiler akan trip bila bypass not available.
- Tie breaker
- Breaker pembagi
Short circuit rating
Breaker utama
Breaker pembagi
: 4000
: 800 A
: 75/165
: 65/105
kA
kA
Trafo LVS
Rated power
: 2000
kVA
HV voltage winding max.
: 12 kV
Vector group
: DyN 1
HV winding impulse voltage : 75 kV
LV winding impulse voltage : 10 kV
HV short duration power freq. : 31 kV
LV short duration power freq. : 4 kV
Dilengkapi dengan temperature sensor
- Fans running
: 80 oC
- Alarm
: 130 oC
- Trip
: 150 oC
Indicating instrument
Setiap panel tegangan dilengkapi dengan :
- Volt meter
- Ampere meter
- Volt tranducer
- Current tranducer
Tegangan kontrol
Tripping and control
: 125 V dc
Closing voltage
: 125 V dc
Rated sec. voltage of volt XFMR
: 230 V ac, 50 Hz
Rated sec. current of volt XFMR
: 5 A
Space heater
: 230 V ac, 50 Hz
Filosofi sistem kontrol dan proteksi
Sistem kontrol
Dalam
Proteksi
Dalam
Prosedur operasi
Persiapan
Yakinkan LVS dalam kondisi awal tidak beroperasi
Yakinkan sambungan kabel (konektor) tidak kendor
Yakinkan relay proteksi tidak trip
Permissive
Bla
Start sequence untuk breaker 10.5 kV
Sebelum memasukkan breaker SST (2A10), yakinkan breaker bus 10.5 kV di
bawahnya dalam keadaan terbuka (2A3B, 2A4A, 2A4B, 2A5A, 2A5B, dan
2A8B)
Setelah unit berbeban, SST bisa ditransfer ke breaker 10.5 kV (2A2B dari UST
Yakinan bahwa :
- DCIS sudah komplit beroperasi
- 125 V DC sistem energized
- Semua relay proteksi in service
- Semua proteksi, tagging, lock sudah siap (release) untuk incoming
breaker dan tie breaker
Breaker 10.5 kV in service
Setelah breaker 10.5 kV in service :
10.5 kV switchgear in service
Breaker 2A2B posisikan pintu panel tertutup
Masukkan power control fuse breaker 2A2B
Informasikan dengan operator CR bahwa breaker 2A2B siap dioperasikan dari
DCIS
Setelah beroperasi, baca semua tegangan dan atur selector switch di lokal
pada LVS
Stop sequence
Bla
Batasan operasi
Beberapa batasan operasi LVS adalah sebagai berikut :
Busbar
- Continous rating
: 4000
A
- Rating of insulation
: 1000
V
Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya
Bla bla bla