Anda di halaman 1dari 187

Steam chest temperature differential accross steam chest wall yang dihitung menggunakan

thermocouples dalam dan dangkal.


BATASAN OPERASI
1. Perbedaan temperatur yang direkomendasi 83 oC
2. Bila steam chest temperature kurang dari 204 oC pada Cold Start Up. Perbedaan temperatur
yang diperbolehkan adalah 110 oC
ALASAN
a.
Untuk mencegah overstress akibat tekanan yang dapat menimbulkan retak dan
kerusakan akibat steam chest.
b.
Untuk mencegah distorsi yang dapat menyebabkan seret dan tidak beroperasinya
valve dengan baik
Steam chest temperature sebelum valve transfer
BATASAN OPERASI
Bagian dalam dari steam chest harus dipanaskan sampai temperatur jenuh sesuai dengan steam
inlet pressure sebelum valve transfer
ALASAN
Untuk mencegah terjadinya kondensasi air yang dapat mengakibatkan thermal fatique di steam
chest dan bagian inlet dari HP turbin oleh thermal shock atau kerusakan pada sudu HP turbin.
Laju perubahan beban
BATASAN OPERASI
1. Laju perubahan dari steam temperatur tingkat pertama HP turbin harus sekitar 165 oC/H
2. Laju perubahan 56 oC/10 menit dapat dibenarkan pada keadaan tertentu
ALASAN
Untuk mencegah low cycle fatique rupture karena thermal stress
Rotor eccentricity selama turning operation
BATASAN OPERASI
1. Normal: kurang dari 0,05 mm (TSI)
2. Alarm: lebih dari 0,075 mm (TSI)
3. Normal: kurang dari 0,025 mm (Pada tiap bearing oil ring)
ALASAN
Untuk mencegah vibrasi berlebih selama rolling turbin

Vibrasi turbin di poros


BATASAN OPERASI
1.
Baik: kurang dari 0,06 mm
2.
Alarm: lebih dari 0,1 mm
3.
Trip: lebih dari 0,13 ~ 0.18 mm (double amplitude pada putaran normal)
4.
Turbin trip otomatis pada bila batasan trip telah dilampaui pada satu bearing dan
alarm pada bearing yang lain.
ALASAN
a.
Untuk mencegah kerusakan fatique pada banyak komponen
dari turbin-generator
b.
Untuk mencegah noise berlebih di turbin area
c.
Untuk mencegah kerusakan bearing
d.
Untuk mencegah peralatan longgar dan menjaga sensor-sensor instrumen
Differential expansion
BATASAN OPERASI
1. Alarm: Short -0,5 mm Long +0,3 mm (TSI)
2. Trip otomatis: Short -0,7 mm Long +0,5 mm (TSI)
3. Clearance minimum adalah D-dimension pada sudu 5-S dari Generator end pada LP turbin
ALASAN
Untuk mencegah gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang bergerak
Posisi Rotor
BATASAN OPERASI
TSI (Berdasarkan pada posisi dari thrust clearance center)
1. Alarm: 0,9 mm
2. Trip oleh operator: 1,0 mm
Kegagalan thrust bearing oleh protective device
1. Alarm: 2,1 0,1 kg
2. Trip otomatis: 5,6 0,3 kg
ALASAN
Untuk mencegah kegagalan thrust bearing sehingga dapat terjadi gesekan antara bagian yang
diam dan bagian yang bergerak.
Perbedaan metal temperature antara Top dan Bottom dari HP-IP turbine outer
cylinder (Water induction)
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 42oC
2. Trip oleh operator 56oC
*) Selama proses Start Up, alarm sering terjadi karena Uneven heating di turbin. Pada kasus ini
operator harus memperhatikan agar temperatur tidak naik dengan tiba-tiba
ALASAN
a.
Untuk mencegah operasi pada kondisi Water induction
yang dapat menyebabkan distorsi pada silinder.
b.
Distorsi pada silinder dapat diakibatkan oleh
bersinggungannya bagian yang diam dan bergerak

Journal bearing metal Temperature


BATASAN OPERASI
1. Alarm: 107oC
2. Trip oleh operator 113oC
ALASAN
a. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
b. Bila white metal benar-benar meleleh, maka rotor akan berputar diatas permukaan bearing
yang keras sehingga kerusakan pada bearing dan rotor dapat terjadi
Thrust bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 99oC
2. Trip oleh operator 107oC
ALASAN
a. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
b. Kegagalan thrust bearing dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bagian dan
berputar dan diam akibat gerakan aksial abnormal.
Drain Oil Temperatur dari jurnal dan thrust bearing
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 77oC
2. Trip oleh operator 85oC
ALASAN
a. Untuk mencegah panas berlebih dari bearing
b. Tingginya temperatur oil drain dapat menyebabkan tipisnya lapisan oil film sehingga kontak
metal dengan metal dapat terjadi.
Bearing oil temperature
BATASAN OPERASI
1. Turning operation: 21oC Bearing oil Temp 33oC
2. Turbine rolling period: Bearing oil Temp 21oC
3. Oil Pump operation: Bearing oil Temp 10oC
ALASAN
a. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup pada batasan maksimal
b. Untuk mencegah over load dari oil pump pada batasan minimal
Bearing oil Pressure
BATASAN OPERASI
1. Normal: 1,0 1,8 kg/cm2
2. Alarm: 0,75 kg/cm2
3. Trip: 0,5 kg/cm2
ALASAN
a. Untuk mempertahankan flow oil yang cukup ke journal dan thrust bearing
b. Untuk mempertahankan temperatur dan kekentalan oil yang cukup ke lapisan film di dalam
bearing

Gland Condenser Vacuum


BATASAN OPERASI
400 500 mmH2O Vac
ALASAN
Untuk mencegah kebocoran dari turbine gland dan main steam valves gland
HP-IP Gland temperature
BATASAN OPERASI
1. Perbedaan temperatur antara sealing steam dan turbine rotor di HP-IP gland harus
dipertahankan dibawah 110oC
2. Pada keadaan tertentu (Cold Start) perbedaan sampai 165oC dapat diperbolehkan
3. Sealing steam harus 14oC Superheated
ALASAN
a. High limit: Untuk mencegah kerusakan casing gland dan rotor
b. Low limit: Untuk mencegah terjadinya terbentuknya uap air dalam casing gland seal
LP Gland temperature
BATASAN OPERASI
1. Temperatur sealing steam harus dipertahankan antara 120oC - 180oC
2. Sealing steam harus 14oC Superheated
3. Sealing steam dipertahankan sekitar 150oC
ALASAN
a. High limit: Untuk mencegah kerusakan casing gland dan rotor
b. Low limit: Untuk mencegah terjadinya terbentuknya uap air dalam casing gland seal
EH Oil temperature
BATASAN OPERASI
EH Oil temperature disarankan dipertahankan sekitar 40oC - 60oC
ALASAN
a. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup
b. Low t: Untuk mencegah overload EH fluid pump dan bergerak lambannya valva actuator
c. High limit: Untuk mencegah sealing yang tidak baik sehingga bisa menyebabkan kerusakan
saat turbin trip
Putaran resonansi (kritis)
BATASAN OPERASI
Jangan menahan turbin-generator pada putaran resonansi (kritis)
ALASAN
a. Untuk mencegah kerusakan sudu dari resonansi
b. Untuk mencegah naiknya amplitudo vibrasi akibat resonansi

Operasi pada beban rendah


BATASAN OPERASI
1. Operasi pada beban kurang dari 5% nominal harus dihindari
2. Jika perlu hal-hal berikut harus diperhatikan:
2.1. Batasan pada reheat temperatur dan back pressure pada Gambar 6 harus dipertahankan
2.2. LP turbin exhaust temp jangan melebihi 80oC
2.3. Semua penunjukan instrumen harus dalam batasan yang diperbolehkan khususnya
differential expantion
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin dan mencegah bersentuhan antara sudu gerak
dan bagian yang diam
Turbin beroperasi sebagai motor (tidak berbeban tapi online)
Turbin beroperasi sebagai motor dibatasi kurang dari 1 (satu) menit
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin akibat windage dan kontak antara sudu gerak
dengan bagian yang diam.
Batasan frekwensi
BATASAN OPERASI
Batasan frekwesi adalah pada 48,5 51,5 Hz
ALASAN
Untuk mencegah getaran berlebih pada sudu tingkat akhir dari LP turbin sebagai akibat
resonansi.
Operasi dari turbine drain valve
BATASAN OPERASI
1. Buka drain valves sebelum start unit dan sampai berbeban 20% beban
2. Pada shut down normal, buka drain valve pada beban kurang dari 15%
3. Buka drain valve selama shut down sampai turbinnya dingin
ALASAN
a. Untuk membuang semua air yang terbentuk di turbin dan pipa
b. Air yang terbentuk di dalam casing yang panas dapat menyebabkan kerusakan dan
bersentuhan
c. Titik air yang mengenai sudu turbin akan mengakibatkan unbalance dan erosi sudu
Pengoperasian Exhaust spray
BATASAN OPERASI
1. Buka spray valve pada putaran lebih dari 600 rpm dan beban kurang dari 5%
2. Buka spray valve bila temperature exhaust steam lebih dari 70oC
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih di daerah LP turbine.

Operasi curtain spray


BATASAN OPERASI
1. Buka spray valve pada pembukaan sedang selama LP bypass dalam kondisi open.
2. Buka spray valve fully open bila load rejection terjadi.
3. Tutup spray valve bila kedua Condensate Pump stop
ALASAN
a. Untuk mencegah baliknya dump steam dari bypass system ke LP Turbine exhaust.
b. Untuk mencegah overheating dari LP turbine exhaust
c. Untuk mencegah efek water hammer selama Condensate pump start
Pengoperasian Ventilator valve
BATASAN OPERASI
Urutan normal Start Up
1. Close setelah turbine reset
2. Open selama rub check dan close setelah rub check selesai
3. Open setelah Valve transfer
4. Close setelah syncron
Kondisi Lain:
1. Open pada beban kurang dari 10% load dan HP exhaust metal temperature 370 oC (350 oC
Close lagi)
2. Open GV close dan ICV open condition
3. Open bila Fast Cut Back terjadi
4. Open bila melakukan Over speed Protection system
5. Open setelah turbin trip atau all valve close
ALASAN
a. Pembukaan ventilator valve akan menurunkan reneat steam pressure dan mencegah naiknlya
HP turbine exhaust temperature akibat windage loss
b. Turbin trip otomatis bila HP exhaust steam temperature 500 oC
Operasi Turning gear
BATASAN OPERASI
1. Turning gear dioperasikan sebelum start up dan setelah turbine shut down
2. Operasi turning gear harus dilanjutkan setelah shut down selama minimal 48 jam dan initial
metal temperature kurang dari 180 oC
3. Turning gear harus dioperasikan setiap saat bila ada steam sealing system
4. Turning gear lebih baik dioperasikan bila generator terisi dengan Hidrogen
5. Dalam keadaan emergency, oil pump dan turning gear dapat distop pada initial stage metal
temperature 250 oC
6. Dalam keadaan emergency, turning gear hanya dapat distop pada initial stage metal
temperature 350 oC
ALASAN
a. Untuk mengurangi rotor bowing yang disebabkan pendinginan rotor yang tidak cukup
b. Untuk mempertahankan seal yang baik

c. Untuk mencegah overheating dari metal bearing akibat panas dari bagian-bagian yang
bertemperatur tinggi
Vapor extractor
BATASAN OPERASI
Kedua vapor extractor di lubrication oil reservoir dan loop seal tank harus dioperasikan ketika
lubrication oil system beroperasi
ALASAN
Untuk mencegah bocornya oli dan uap hydrogen dari rumah bearing dan semua komponen drain
system
Urutan penempatan feed water heater in service
Feed water heater harus selalu in service dimulai dari LP Heater tekanan paling rendah ke HP
Heater tekanan paling tinggi
ALASAN
a. Untuk mengurangi load reduction pada beban tinggi
b. Untuk mencegah flow yang abnormal dan pressure ratio di dalam turbine
Operasi dengan feed water heater out of service
BATASAN OPERASI
1. Heater yang tidak berdekatan dapat distop bila beban nominal turbin tidak terlampaui
2. Tiga heater tekanan paling tinggi dapat out service bila beban nominal turbin tidak
terlampaui
3. Pengurangan beban sebesar 10% dibawah beban nominal bila heater yang berdekatan out
service dengan HP Heater in service. Tambahan pengurangan beban 10% tiap tambahan
heater yang berdekatan out service
ALASAN
Untuk mencegah overstressing dari sudu turbin
MSV/ GV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari MSV/GV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari
70% dan IMP on
ALASAN
a. Untuk mengecek kondisi operasi dari MSV/ GV
b. Untuk mencegah lengketnya MSV/ GV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
c. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve
RSV/ ICV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari RSV/ ICV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari
90% dan IMP off
ALASAN
a Untuk mengecek kondisi operasi dari RSV/ ICV
b Untuk mencegah lengketnya RSV/ ICV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
c Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve

Over Speed Protection control system test


BATASAN OPERASI
1. Test direkomendasikan dilakukan setiap 6 (enam) bulan bersamaan dengan test mechanical
over speed test.
2. Test direkomendasikan dilakukan setiap turbin start up
ALASAN
Untuk mengecek Over speed protection control system bekerja dengan benar. GV/ ICV menutup
dalam waktu yang singkat
Protective Device Test di HP turbine pedestal
BATASAN OPERASI
Protective Device Test harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali tiap bualan:
1. Bearing pressure low trip test
Alarm: 0,75 0,5 kg/cm2
Trip: 0,5 0,05 kg/cm2
2. Thrust Bearing oil trip
Alarm: 2,1 0,1 kg/cm2
Trip: 5,6 0,3 kg/cm2
3. Condenser vacuum low test
Alarm: 650 25 mmHg
Trip: 550 100 mmHg
4. Over speed oil trip test
Catat oil pressure dan bandingkan dengan normal standar data
ALASAN
Untuk mengecek protective device pada kondisi normal
Mechanical over speed test
BATASAN OPERASI
Test fugsi dari Mechanical over speed test direkomendasikan pada kondisi interval berikut:
1. Setiap 6 (enam) bulan
2. Setiap start up, jika turbin telah out service pada periode yang cukup lama
3. Jika perbaikan telah dilakukan di governor pedestal
* Jika test dilakukan pada saat start up, turbin ditahan selama 4 (empat) jam pada 10% beban
dibutuhkan untuk memanaskan rotor turbin
ALASAN
Untuk mengecek hal-hal berikut:
1. Semua mechanical trip test
2. Set point dari mekanisme overspeed trip (kurang dari 111% putaran nominal)
3. Fungsi reset
Trip solenoid test
BATASAN OPERASI
Trip solenoid harus dites saat turbin out service untuk over speed test
ALASAN

Untuk mengecek Trip solenoid test dapat beroperasi dengan baik


Test fungsi dari extraction non return valve
BATASAN OPERASI
Fungsi dari extraction non return valve direkomendasikan dites dengan udara seminggu sekali
ALASAN
a. Untuk mengecek extraction non return valve dapat bekerja dengan baik
b. Untuk mencegah masuknya air dari feed water heater ke turbin
Oil pump auto start test
BATASAN OPERASI
Test auto start dari Oil Pump harus dilakukan sekali seminggu:
1. Auxiliary Oil Pump start: 7,5 0,2 kg/cm2
2. Turning Oil Pump start: 0,85 0,05 kg/cm2
3. Emergency Oil Pump start: 0,65 0,05 kg/cm2
4. EH Fluid Pump: 105 3,0 kg/cm2
ALASAN
Untuk menyiapkan oil pump pada keadaan emergency

SISTEM INSTRUMEN DAN KONTROL TURBINE


Sistem instrumen dan kontrol turbine unit 123 PLTU Indramayu menggunakan sistem Digital
Electro Hydraulic Control (DEHC). Sistem ini dimaksudkan untuk megatur aliran uap yang
masuk ke turbin.
Adapun peralatan kontrol yang ada pada sistem DEHC antara lain :

DEHC Cabinet

Servo Controller

High Pressure Hydraulic Supplier EH oil.

Sistem DEHC terdiri dari 2 buah microprocessor yang berbasiskan digital controller yang
bekerja secara redundant dengan menggunakan software yang disebut IDOL.
Fungsi DEHC dalam pengontrolan turbin antara lain :
1. Fungsi control untuk :
Speed up control
Valve transfer
Close all valves
Load/frequency control
Load limited
IMP (Impulse Chamber
2. Fungsi Proteksi untuk :
Electrical Over Speed Trip (EOST)
Over Speed Protection Control (OPC)
Initial Pressure Regulator (IPR)
3. Fungsi Test untuk :
Valve Close Test (GOV, MSV, ICV, RSV)
OPC Test
Over Speed Trip Test
Kelengkapan dan pemasangan peralatan instrumen diatas terdapat pada setiap bagian sistem,
yaitu pada :

Setiap thermometer
Pressure gauges
Differential pressure gauges
Flow switches
Sight glass
Turbine flow meters dan totalizers
Pressure switches
SOP MENJALANKAN CHILLER CONDENSOR VACUM PUMP
( CONTROL MODUL YANG BARU / T. 755 )
1. Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel
Condensor Vacum Pump.
2. Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
3. Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
4. Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak
angka berhitung mundur ( Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5
menit) menuju Start / Runing / Operasi.
5. Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada
Control Modul Chiller.
6. Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
7. Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua
compressor Chiller.
Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
8. Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa /
Condensor Vacum Pump dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor
Vacum Pump sekali lagi.
9. Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch
LOKAL / REMOTE pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi
dan timbul Alarm maka System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 57.
CARA MERUBAH DENSITY COAL FEEDER
1. PRESS EXIT
2. PRESS SET UP
3. PRESS < SET UP / SET DOWN ->SAMPAI SET UP 02 =>DENSITY
4. RUBAH DENSITY DARI ? KE ? KEMUDIAN ENTER

5. PRESS EXIT ->SELESAI


SILICA GELL H2 REGENERASI
I.
PENGAMATAN
I.1. Amati silica gell didalam glass contoh yang ada disamping tabung.
I.2. Bandingkan dengan contoh,dan bila sama dengan yang paling bawah atau sudah berwarna
putih, maka waktunya kita meregenerasi.
I.
PELAKSANAAN
II.1. Tutup inlet valve NO.TK-V-315
II.2. Tutup outlet valve NO.TK-V-316
II.3. Handle dinaikan hingga LS tersentuh
II.4. Tekan tombol Start Blower
Regenerasi akan runing dengan ditandai lampu merah indikasi menyala,dan temperatur akan
mulai naik ,dalam keadaan normal menunjuk kurang-lebih 200 Deg C.
Regenerasi Runing kurangh lebih 4 Jam dan sambil bandingkan dengan silica gell yang ada
di Galss contoh,dan bila sudah sama atau mendekati sama dengan yang paling atas maka
dianggap regenerasi sudah cukup dan dapat distop.
II. PENORMALAN / STOP REGENERASI
III.1. Stop Heater dengan menekan tombol Push Bottom
III.2. Stop Blower dengan menekan tombol Push Bottom
Regenearsi akan Cooling Down kurang lebih satu jam ,dan bila temperatur telah menunjuk
kurang lebih 40 Deg C, maka Regenerasi sudah selesai.
III.3. Handle diturunkan kembali dan dilock pada posisi USE
III.4. Buka Outlet Valve NO.TK-V-316
III.5. Buka Inlet Valve NO.TK-V-315

Selesai,kemudian amati Presure / Purity Hidrogen didalam Generator ->Nrmal


kerja tekanan 5 Kg/Cm2 dan Puryti >96 %

STEAM GENERATOR atau BOILER

Pendahuluan :
Kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya akan tenaga listrik terus meningkat ,hal ini
membuat PLN sebagai perusahaan penyedia tenaga listrik mencari alternatif sumber tenaga
pembangkit listrik yang murah dan berkapasitas besar selain PLTA ( Pembangkit listrik
tenaga air ) yang telah ada namun karena PLTA bersumberkan tenaga air terjun sehingga
kapasitasnya menjadi terbatas oleh sumber air tersebut.
Dalam hal ini PLTU ( Pembangkit listrik tenaga uap ) dengan bahan bakar batu bara menjadi
alternatif sumber tenaga Pembangkit Listrik karena Pembangkit listrik berbahan bakar
minyak terasa mahal.
Untuk itu pada tahun 1982 dibangunlah PLTU Suralaya Unit 1-4 yang berkapasitas 4 x 400
Mw yang menggunakan bahan bakar batu bara dan mulai beroperasi pada tahun 1985 yang
berlokasi di daerah Merak Jawa- Barat.
Didalam Pembangkit Listrik tenaga uap (PLTU Suralaya) diperlukan suatu alat Pembangkit
Uap ( Steam Generator ) atau lebih dikenal dengan BOILER yang berbahan bakar Batu bara
yang mampu menggerakan Turbine Generator yang bercapsitas 400 mw.
FUNGSI BOILER
Fungsi Boiler diantaranya :
a. Memproduksi uap dengan jumlah yang dibutuhkan sesuai rencana.
b. Memanaskan lanjut uap yang dihasilkan untuk mendapatkan Temperatur yang diinginkan
sebelum dipakai memutar Turbine.
c. Memanaskan kembali uap yang telah digunakan oleh Turbine tekanan tinggi

sebelum

digunakan kembali untuk memutar Turbine tekanan menengah atau sering disebut
REHEATER.
CIRCULASI AIR DI BOILER
Pada BOILER Pembangkit tenaga listrik yang memproduksi uap secara continuous maka air
harus bercirculasi secara continuous juga melalui tube tube Boiler.
Circulasi air pada Boiler ada dua system :
1. Natural circulation atau Thermal circulation
2. Force circulation atau Pumped circulation

Pada Boiler suralaya yang dipakai adalah Natural circulation


Yang dimaksud dengan Natural circulation adalah :
Dari gambar 14a kita perhatikan pada sisi A-B ( Down comer ) adalah 100 % air ,setelah
dipanaskan pada dinding Boiler seperti terlihat di sisi B-C ( Riser tube ) maka air dan uap
mulai bercampur sehingga berat jenis air pada sisi B C ( Riser tube )
akan lebih rendah dari sisi A B ( Down comer ) sehingga gaya gravitasi akan mengalirkan
air ke bagian bawah sisi A B (Down comer) dan akan mendorong keatas air dan uap yang
berada di sisi B C ( Riser tube ) ke Boiler Drum kejadian ini disebut Natural circulation.
Air yang bercirculasi pada Boiler PLTU Suralaya Unit 1-4 diperlukan empat kali circulasi
sehingga menjadi uap semuanya atau dalam Natural circulasi PLTU Suralaya Unit 1-4
Boiling Rationya = 4 : 1 artinya dalam satu putaran circulasi dari Drum turun ke Down comer
naik keriser sambil dipnaskan ynag menjadi uap hanya 25 %, selebihnya turun kembali ke
Down comer dan bercirculasi seterusnya.
Besar kecilnya Circulasi air di Boiler tergantung pada :
1. Ketinggian Boiler : karena akan menyebabkan perbedaan tekanan yang besar antara sis A B
( Down comer) dan sisi B C (Riser tube ) sehingga bisa memproduksi uap lebih banyak.
2. Tekanan Operasi Boiler : Tingginya tekan operasi dari Boiler akan menyebabkan perbedaan
tekanan di sisi dingin ( Down comer ) dan sisi panas ( Riser tube lebih kecil sehingga
produksi uap akan lerbih kecil.
3. Jumlah panas dari api pembakaran : Semakin besar jumlah panas pada Boiler

akan

menyebabkan semakin besar perbedaan tekanan di sisi dingin dan sisi panas sehingga
produksi uap akan semakin besar demikian pula sebaliknya.
4. Besar kecilnya pipa yang dialiri air tersebut : Semakin besar pipa yang dilalui air maka akan
mengurangi hambatan sehingga produksi uap akan semakin besar demikian pula sebaliknya.

BAGIAN BAGIAN UTAMA BOILER

ECONOMIZER
Fungsinya menyerap panas dari gas gas sisa pembakaran untuk memanaskan air penambah
( feed water ) sebelum air tersebut masuk ke Main drum sehingga effesiency Boiler menjadi
besar .
Ada dua type economizer yang digunakan pada Boiler :
a. Plan tube :
Plain tube economizer terdiri dari kumpulan pipa-pipa yang susunanya sebaris ( in line )
maupun selang ( stagered ).
b. Finned tube :
Tipe terdiri dari pipa-pipa baja lunak ( mild steel ) yang bersirip besi,biasanya pipa-pipa
disusun sebaris ( in line ) untuk memudahkan pembersihan atau inspecsi disamping
merupakan susunan yang paling economis.
Cara- cara pembersihan pipa-pipa economizer biasanya dilakukan dengan dua cara ,Yaitu
pada saat Boiler beroperasi ( on load ) dan dalam keadaan tidak beroperasi ( off load ).
Dalam keadaan beroperasi economizer dibersihkan dengan alat yaitu Soot blower ( Long
retractable soot blower ) dimana media pembersihnya menggunakan uap yang keluar dari
primary super heater, alat ini efective digunakan pada kedua type economizer tersebut.
Dalam keadaan tidak beroperasi pembersihan economizer dapat dilakukan secara mecanic
atau dengan menggunakan air disemprotka , di beberapa kasus digunakan larutan soda api
untuk membersihkan deposit sebelum menggunakan air
BOILER DRUM
Fungsi dari Drum :
a.Menampung air yang akan dipanaskan sebelum didistribusikan
ke pipa-pipa penguap ( riser tube ).
b.Mengatur permukaan air di Boiler sehingga tidak terjadi kekurangan saat Boiler beroperasi,
yang akan menyebabkan Boiler Over heating.
c. Memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan di ruang bakar.
d Membuang kotoran kotoran yang terlarut didalam air melalui
blowdown pipe.

continuous

DRUM PROTECTION :
Pada saat menaikan tekanan Boiler akan terjadi Stress diantara Drum bagian atas dan Drum
bagian bawah karena perbedaan temperatur, untuk itu harus

harus hati hati supaya

perbedaan temperature tersebut tidak melebihi batasan yang ditentukan (lihat grafik ).
Batasan yang dibolehkan dari perubahan saturation temperature adalah merupakan fungsi dari
jumlah perbedaan saturation temperature yang harus dibuat.
Contoh :
Cold start dari temperature 38 oC ke 356,6 oC
Jumlah perbahanya ( Total change ) adalah 318,6 oC ,jadi dengan melihat grafik maka
kenaikan temperatur air pada Drum yang dibolehkan dibatasi Max 111 oC/jam.
Hot start dengan jumlah perubahan saturation temp ( Totoal Change) kurang dari 55 oC
,Kenaikan temperature ( Rate of saturation temp change) air di Drum yang dibolehkan adalah
Max 222 oC/jam ( lihat grafik ).
Pada saat kenaikan temperature saturation , temperature Drum bagian atas dan bawah harus
dimonitor sehingga perbedaan temperaturenya tidak melebihi dari batasanya .
Perbedaan temperature Drum atas dan bawah yang dibolehkan adalah Pada saat start Boiler
dari dingin perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 100 oC.
Pada saat Shut down sampai dingin perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 112 oC.
Batasan perubahan saturation temperature dan perbedaan temp Drum bagian atas dan Drum
bagian bawah maksudnya :
Untuk mengamankan kerusakan diantara bagian yang bertekanan dan bagian yang tidak
bertekanan pada saat boiler start maupun shut down.
Untuk mengurangi Drum humping pada semua bagian bertekanan yang berhubungan dengan
Drum.

BAGIAN BAGIAN dari DRUM

a.Feed water pipe :


Berfungsi untuk mendistribusikan air masuk ke Drum dari economizer

sehingga tidak

bergejolak dan merata diseluruh bagian Drum karena pipa ini memancarkan airnya disepanjang
Drum.
b.Chemical injection pipe :
Diameter pipa ini kecil hanya satu inchi yang berfungsi untuk mendistribusikan zat kimia
kedalam untuk mengontrol PH air didalanm Drum bahan kimia tersebut biasanya adalah
Na2PO4 ( Natrium phospate ) atau NH3 (amoniak ).
c.Sampling pipe :
Besar pipa ini sama dengan pipa injection pipe yang gunanya untuk mengambil sample air
dari Drum ,untuk diperiksa dilaboratorium apakah air di Drum tersebut baik atau tidak dan
untuk menentukan jumlah bahan kimia yang diinjecsikan kedalam Drum.
d.Baffle plate :
Bagian ini fungsinya untuk memisahkan air yang telah dipanaskan supaya tidak bercampur
dengan air dingin yang datang dari pipa air pengisi dan diarahkan ke sparator disamping
untuk mencegah terjadinya riak pada permukaan air yang akan mempengaruhi tingginya level
air yang terlihat pada indikator.
e.Separator :
Alat ini berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan pada riser tube
sehingga uapnya naik ke superheater dan airnya turun kembali ke Drum untuk circulasi ulang
lagi pada riser tube frinsif kerjanya air panas berpusar sehingga airnya akan jatuh lagi ke
Drum atau sering disebut ciklon sparator.
f. Dryer :
Berfungsi sebagai pemisah tingkat kedua sehingga semua air dalm uap dihilangkan sebelum
uap tersebut menuju superheater.
g.Steam scrubber :
Berfungsi untuk menyaring uap air yang masih terbawa oleh uap setelah melalui sparator
sehingga air yang masih terbawa akan jatuh kembali ke Drum disamping untuk
membersihkan kadar uap yang dihasilkan.
h. Dry box :

Posisinya ada dibagian paling atas dari Drum yang berfungsi untuk menampung uap yang
dihasilka dan mendistribusikanya ke superheater.
II. SPESIFIKASI TEKNIK ( BOILER SURALAYA 1-4 )
Pabrik pembuat
Type

: Babcock & Wilcox Canada

: Natural Circulation,Singgel Drum, Radiant Boiler.

Kapasitas

: 1168 ton/jam

Tekanan uap keluar Superheater

: 174 kg/cm2

Temp uap keluar Superheater

: 540 oC

Tekanan uap masuk Reheater

40 kg/cm2

Temp uap masuk Reheater : 336 oC


Temp uap keluar Reheater : 540 oC
Tekanan uap keluar Reheater

40 kg/cm2

Jumlah aliran uap Reheater : 1023 ton/jam


Jumlah Burner

35 set

Bahan bakar utama

: Batu bara

Bahan bakar untuk penyala awal

: solar

PENJELASAN :

Natural circulation artinya circulasi air didalam Boiler dai Drum turun ke Down comer riser
tube ( pipa penguap ) kembali ke Drum terjadi secara alamiah ( karena perbedaan density
dari air yang masih dingin pada pipa down comer dan air panas yang mualai menguap pada
pipa penguap ).

Singgle Drum artinya Boiler ini mempunyai satu buah Drum yang terletak dibagian atas
Boiler sedangkan dibagian bawah menggunakan header.

Radiant Boiler artinya perpindahan panas yang terjadi sebagian besar secara Radiasi dari api
diruang bakar ke pipa-pipa penguap Boiler.

JAWABAN SOAL O S T PENGOPERASIAN BOILER UNIT 7


1. BILA KITA AKAN START BOILER MAKA TEMPERATURE METAL STEAM DRUM
HARUS SANGAT DIPERHATIKAN SEBAB HAL INI DAPAT MENGAKIBATKAN
TERJADINYA THEMAL STRESS PADA SISI BOILER & TOP and BOTTOM STEAM
DRUM.
2. WARMING OTOMIZING STEAM BERGUNA UNTUK MEMANASKAN LALUAN UAP
PADA OTOMIZING STEAM LINE DAN MENGHILANGKAN KONDENSASI
DISEPANJANG LINE OTOMIZING STEAM DAN JUGA MEMPERMUDAH PENGAPIAN
IGNITOR.
3. SAAT BOILER PURGE , SEMUA VALVE MINYAK IGNITOR HARUS TERTUTUP
KONDISI SEPERTI INI UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA PENGAPIAN DINI
YANG TIDAK KITA HARAPKAN CONTOH KEBOCORAN MINYAK YNG TIDAK
TERBAKAR DIRUANG BAKAR.
4. SYARAT GAS PATH PROVEN IALAH; SEMUA DAMPER GAS BIASING/ AIR HEATER
TERBUKA . SEMUA DAMPER SECONDARY AIR FLOW CONTROL TERBUKA ,
a.
b.

c.

MIN 1 PCP GAS PATH DMPS BUKA


MIN 1 PAH & SAH RUN UNTUK UDARA & GAS DMPS BUKA
ROW A SECA DMPR S A BUKA
ROW A SECA DMPR S B BUKA
ROW B SECA DMPR S A BUKA
ROW B SECA DMPR S B BUKA
ROW C SECA DMPR S A BUKA
ROW C SECA DMPR S B BUKA
ROW D SECA DMPR S A BUKA
ROW D SECA DMPR S B BUKA
ROW E SECA DMPR S A BUKA
ROW E SECA DMPR S B BUKA
ROW F SECA DMPR S A BUKA
ROW F SECA DMPR S B BUKA
SH & RH GAS BIASING DMP BUKA.

5. BEBERAPA INSTRUMEN / ALAT YANG MASUK SYARAT BOILER TRIP

PUSH BUTTON ON DCIS DEPRESED


TIDAK ADA IDF ATAU FDF SATUPUN YANG JALAN

FURNACE PRESS HIGH UNTUK 2 SECOND DIATAS 250 mmHg.


FURNACE PRESS LOW UNTUK 2 SECOND MINUS 250 mmHg.
DRUM LEVEL HIGH UNTUK 20 SECOND > 250 mm.
DRUM LEVEL LOW UNTUK 20 SECOND MINUS 250 mm.
MAIN STEAM TEMP HIGH 570 DEG .CELCIUS.
BOIKLER CONTROL SYS . OFF LINE .
RH STEAM TEMP HIGH 570 DEG C.
TOTAL AIR FLOW DIBAWAH 25 % SELAMA 5 SECOND.

CARA MERESET DECH ALARM ABNORMAL


MAIN TURBIN
1.

PERIKSA PADA IDOL PENYEBAB MUNCULNYA ABNORMAL, BILA PADA IDOL


TIDAK ADA MASALAH MAKA KITA BUKA LEMARI DEHC NOMOR 3.

2.

PERIKSA APA PENYEBAB ABNORMAL DENGAN MELIHAT LAMPU TANDA


INDIKASI PADA CPU.

3.

PERIKSA APAKAH CPU BEKERJA DENGAN BAIK YAITU BILA CPU A


CONTROL, MAKA CPU B STAND BY, BEGITU PULA SEBALIKNYA.

4.

BILA TERJADI CPU A TIDAK NORMAL ATAU MATI, DAN CPU :B CONTROL
MAKA YANG PERLU DILAKUKAN ADALAH :

5.

RESET CPUA PADA LEMARI NO. 2


TUNGGU BEBERAPA SAAT SAMPAI CPUA NORMAL
(LAMPU
STAND BY MENYALA)
LAKUAKAN RESET PADA PANEL PENYEBAB ALARM
(LEMARI
NO. 3)
PASTIAKAN BAHWA LAMPU INDIKASI ALARM SUDAH MATI
(NORMAL)

BEGITU PULA SEBALIKNYA BILA TERJADI PADA CPUB ABNORMAL, RESET


CPU YANG ADA PADA LEMARI NO. 3

NB:
SEBELUM RESET CPU MAKA RESET DULU K2 ( CLR )
SUMBER MAINT. CONTROL INSTRUMENT

DRAFT SOP START UP MAIN TURBINE UNIT 123


PROSED

INSTRUKS

UR
KERJA
PERSIAPA
N
Keselamata
n&
kesehatan
kerja

Persiapan
lokal

I KERJA
Pergunakan
alat pelindung
diri
Fasilitas
lampu
penerangan
cukup
Fasilitas F/F
tersedia
Tidak ada
ceceran
minyak / air
Pergunakan
alat
komunikasi
Manhole casing Tertutup
turbin
rapat
Penutup bearing Tertutup
dan
T/G couple
Tersambun
Connention kabelg baik
kabel control Tidak ada
Kebocoran minyak
Tidak ada
pelumas / controlNormal
Kebocoran uap Normal
Level main turbinPress 120 ~
oil reservoir tank150
Level EH fluid kg/cm,
reservoir oil tankMenutup
EH fluid pump penuh
operasi
Tersedia
Turbin valve ( MSV,
Tersedia
GV, RSV, ICV ) Press 10
Power supply kg/cm,
peralatan instrument
Lube oil
Udara instrumentpress 1,2
AOP operasi
kg/cm,
TOP operasi
Press 150
JOP operasi
kg/cm,
Turning gear
Operasi
Cond vacuum pump
Vacum cond
operasi
> 680
mmhg

Turbin
Rolling
( manual
start up /
cold start )
Control

Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive
turbin reset

room
No. 10

Permissiv
e turbine
reset

DEH
SPEED
OPRN
CNTRL

A
B Turbin reset
E
F
G Select Turbin
C control EH
Select Speed
target
Select Accel
rate
Select Speed
program
Setelah speed
E 400 rpm
G lakukan rub
G check

P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
No MFT trip
No trip class Y 86
A1G
No trip class Y 86
B1G
No turbine trip
PB On
No electric over
speed trip
No vibrasi HI HI
trip
No DEH failure
No LP A exhaust
temp high
No LP B exhaust
temp high
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearing
failure trip
tekan
master
reset
Press
auto stop
oil 7 k
tekan auto
400 rpm

Select speed
target
Select speed
program
Turbin heat
soak
E ( menunggu
G mismatch
D temperatur
terpenuhi
yaitu 83
C dan 142
C)

NO. 71
A
B
C

Bila heat soak


time
terpenuhi
KONTROL Select speed
PANEL target
Select speed
program
Sekitar
putaran 2850
lakukan
transfer valve
dari MSV ke
GV
Selama
kenaikan
putaran dari 0
rpm ~ 3000
rpm amati
vibrasi pada

(cold start)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
tekan
.
GV/ICV
close
Lakukan
pemeriksaa
n vibrasi,
gesekan
gesekan
pada
bantalan
dengan
mengguna
kan stick
Pilih 2000
rpm
Pilih GO
Speed hold
3
jam,selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain
bearing
temp
HP casing
expantion
Shaft
position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
minyak
/uap dll

saat putaran
kritis
Persiapan
Exciter syst
Masukkan
Field breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance
manual

Persiapan
syncron
Generator
Breaker 7A /
7AB siap
( GITET )
Select switch
ke breaker
7A/AB
Select switch
synchron
auto/manual
Atur tegangan
Atur
frequensi /
putaran

Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer
Putaran
kritis :
LP A-B :
1200 /
2500
HP- IP :
1500 /
3700
Gen
:
700 / 1900
Pilih
closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance

Lampu
control
nyala
Pilih
switch 7A
atau 7AB
Pilih
manual
Bila
(SW 25
syncronscoop G1)
5 derajat ke
Atur 70E
arah titik O
Atur
( searah jarum Governor
jam ) lakukan demand
parallel

Setelah
parallel beban
akan naik 30
MW dan
tanda breaker
akan nyala
merah
Select Exciter
syst
auto/manual
Naikkan VAR

Turbin
Rolling
(manual
start
up/warm
&

hot)

Sesuaikan
pressure dan
temperatur
main steam
dengan first
stage metal
temperatur

Control
room
Check
permissive
reset turbin
Permissiv
e Turbine
reset

Close
switch 52
G

Naikkan
Gov
demand

Pilih
manual
Naikkan
90R
Agar heat
shock time
tidak
terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama
dengan
sesudah
throtling
tekan tanda
I
No MFT trip
No trip class Y 86
A1G
No trip class Y 86
B1G
No turbine trip
PB On
No electric over
speed trip
No vibrasi HI HI
trip
No DEH failure

Reset turbin
Select Turbin
control EH
Select Speed
target
Select Accel
rate
Select Speed
program
Setelah speed
200 rpm
putaran
ditahan
selama 10
menit
(sekurang
kurangnya)

Bila heat soak


time
terpenuhi
Select speed
target
Select speed
program
Sekitar
putaran 2850
lakukan
transfer
valve dari
MSV ke GV
Selama
kenaikan
putaran dari 0

No LP A exhaust
temp high
No LP B exhaust
temp high
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearing
failure trip
tekan
master
reset
Press
auto stop
oil 7 k
Pilih auto
2000 rpm
(warm/hot)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
Speed hold
10 menit
selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain
brg temp
HP casing
expantion
Shaft
position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
munyak/ua
p dll

rpm ~ 3000
rpm amati
vibrasi pada
saat
putaran kritis

Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer

Persiapan
Exciter
system
Masukkan
Field breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance
manual

Putaran
kritis
LP A-B :
1200 /
2500
HP- IP :
1500 /
3700
Gen
:
700 / 1900

Persiapan
synchron
Generator
Breaker 7A /
7AB siap
( GITET )

Pilih
closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance

Select switch
ke breaker
7A/7AB
Select switch
syncron
auto/manual
Atur tegangan
Atur
frequensi /
putaran

Bila

Lampu
power
control
nyala
Pilih
switch 7A
atau &AB
Pilih
manual
(SW 25 G1
)
Atur 70E

syncronscoop Atur
5 derajat ke
Governor
arah titik O
demand
( searah jarum
jam ) lakukan
parallel
Close
Setelah
switch 52
parallel beban G
akan naik 60
MW dan
tanda breaker
akan nyala
Naikkan
merah
Gov
demand
Select Exciter
syst
uto/manual
Pilih
Naikkan VAR manual
Naikkan
90R
Rolling
Turbin
( ATS / cold
start )
Control
room

Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive
reset turbin

P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I

tekan
Reset turbin
master
A
reset
Press auto
ATS on request stop oil 7 k
Check permissive
ATS
pilih ON
pilih I
Permissive operasi
dengan ATS
Mn trb oil tank
level low
Mn trb oil tank
vapour ext On
Mn trb TOP
posisi auto
Mn trb

EOP posisi
auto
Mn trb AOP
posisi auto
Mn trb EH fluid
RVR level
normal
Main turbin EH
fluid RVR
temp>10 C
Mn trb EH pump
satu ON
Mn trb fluid
pump A/B auto
Satu atau dua
CWP operasi
Satu atau dua
CEP operasi
Satu atau dua
gland stm cond
fan On
Mn trb gland
steam press
normal
Mn trb condensor
vacum
> 650 mmhg
B
All extraction
C
line drain
A
valve buka
All main drain
ATS start up mode
valve open
select
Mn trb bearing
Select cold /warm
oil/press
hot mode
> 0,75 kg/cm
Select ATS start /Main turbin rotor
hold permissive eccentricity
normal
ATS akan mengatur
Main turbin rotor
putaran turbin position
hingga 400 rpm
normal
Main turbin diff
expantion
normal
Main turbin gen
Bila putaran
gland seal

mencapai 400 syst normal


rpm
Main turbin not
Rub check
trip
Main turbin RSV
1 full open
Main turbin RSV
2 full open
HP-LP by
pass
Bila dirasa rub control syst
check cukup
on auto
Select ATS rub
check complete
pilih start
pilih cold
pilih start
Speed up 1

Heat soak
A
B
C
Speed up 2

lihat dan
perhatikan
EH auto
speed
target 400
rpm
Accel rate
300
Speed
complete
Closed all
valve.
Selama rub
check
lakukan
pengechek
an bearing
dari gesek
an dll
dengan
mengguna
kan stick

Persiapan
Exciter
system
Select Field
breaker
Select Exciter
syst
Pilih
Auto/Manual complete
Select AVR balance
( selama

manual/auto

tidak
dicomplete
Persiapan
akan selalu
synchron
rub check
Generator
dan
Breaker
putaran
7A/7AB siap turun naik
( GITET )
antara 285
Select switch ke ~ 400 rpm
breaker 7A/7AB Speed
Select SW auto /target
off 2000
/ manual
rpm
Accel rate
300
Synchronscoop akan
Speed
berputar dan bilaprgram GO
ketiga syarat
Complete
synchron terpenuhi
maka
Hold time
breaker
178 menit
(3jam)
akan masuk
Elapsed
(close)
time
(menghitun
g mundur
sampai nol
menit)
Complete
Speed
target 3000
rpm
Accel rate
300
Speed
prgram GO
Gov
control
( MSV
><GV)
Complete
Pilih
closed
Pilih auto

Pilih auto.
lampu
power
control
nyala.
Pilih salah
satu 7A /
7AB
Pilih SW
25 G1 auto
lampu
tanda
breaker
close dan
nyala
merah
ATS akan
menaikan
beban
hingga 5 %
Lepas AVR
control ke
manual.
Naikan
VAR dg
tombol
90R
Turbin
Rolling
( ATS /
warm & hot
)
Control
room

Sesuaikan
pressure dan
temperatur
main steam
dengan first
stage metal
temperatur

Check
permissive

Agar heat
soak time
tidak
terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama
dengan
sesudah
throtling

reset turbin
Turbine
reset

tekan tanda
I

tekan
master
ATS on request reset
Check permissivePress auto
ATS
stop oil 7 k
pilih ON
ATS start up mode
pilih I
select
(lihat
Select cold / warm
permissive
/
hot mode
pada cold
Select ATS start /start)
hold permissive pilih start
pilih cold
ATS akan mengatur
pilih start
putaran turbin
hingga 2000 rpmlihat dan
Speed up 1
perhatikan

Heat soak

Speed up 2

Persiapan
Exciter
system
Select Field
breaker

EH auto
Speed
target 2000
rpm
Accel rate
300
Speed
prgram GO
Complete
Hold time
10 menit
Elapsed
time
(menghitun
g mundur
sampai nol
menit)
Complete
Speed
target 3000
rpm

Select Exciter Accel rate


syst
300
Auto/Manual Speed
Select AVR balance
prgram GO
manual/auto
Gov
control
Persiapan
( MSV
synchron
><GV)
Generator
Complete
Breaker
7A/7AB siap
( GITET )
Pilih
Select switch ke closed
breaker 7A/7AB Pilih auto
Pilih auto.
Select SW auto / off
/ manual
lampu
Synchronscoo power
p akan
control
berputar dan
nyala.
bila
Pilih salah
tiga syarat synchron
satu 7A
terpenuhi maka atau7AB
breaker akan masuk
Pilih SW
(close)
25 G1 auto
lampu
tanda
breaker
close
dan nyala
merah
ATS akan
menaikan
beban
hingga 10
%
Lepas AVR
control ke
manual
Naikan
VAR dg
tombol
90R

SOP PENGOPERASIAN BOILER


1. 1 PERSIAPAN / PENGECEKAN LOKAL

Check Temperature pada Metal Drum


Check semua manhole Boiler tertutup
Check Semua manhole Air Heater tertutup
Check Semua manhole IDF, FDF dan PAF tertutup
Check Fire Fighting system untuk Boiler stand by operasi
Check Udara Instrument untuk Ignitor dan alat bantu Boiler siap
Check semua katup isolasi untuk parameter & Transmitter Boiler terbuka
Check katup isolasi untuk Glass gauge Boiler Drum Level sudah buka
Check katup Drain dan CBD dalam keadaan tertutup
Check katup Venting Drum, Venting SH dan Drain Super heater / Reheater kondisi buka
Chek katup-katup pengaman ( safety valve ) Boiler kondisi siap / stand by operasi
Check Aux. Steam Header siap operasi
Check katup atomizing steam dan oil ignitor siap operasi
Check pompa ignitor supply siap operasi
Check level minyak pelumas dan air pendingin pada semua bantalan alat bantu Boiler
siap
Check semua damper-damper pada laluan udara dan gas siap operasi
Check damper damper pada IDF, FDF dan PAF siap operasi
Check Furnace Probe siap operasi
Check Furnace TV Camera siap operasi
Ceck alat bantu Boiler / SAH, PAH, ID Fan, FD Fan, PAF, Seal Air Fan, Seal Air Blower,
Flame Scanner Air Blower dan Soot Blower System Siap Operasi

1. 2. BOILER PURGE PERMISSIVE

MFT Cha A Relays in Tripped Position


MFT Cha B Relays in Tripped Position
No Flame Detected
Ignition Oil Safety Trip Valve Closed
All Ignitor Group Oil Valves Closed
Both PA Fans Stopped and Outlet Isolating Dampers Closed
All Pulverizers Stopped
All Feeders Stopped
All Coal Burner Swing Valves Closed
Gas Path Proven Permissive
Min ID Fan Rung with In & Out Isol. Dmp open
Min FD Fan Rung with In & Out Iso.l Dmp open
Furnace Press < Max ( 2 out of 3 )
Furnace Draft < Max ( 2 out of 3 )
Air Flow > 30%
All DCIS BMS and BMC MFP / Slave Status Good
1. 3. START SEQUENCE

Isi Boiler Drum sampai normal level ( dilihat pada glass gauge )
Start Secondary Air Heater
Start Primary Air Heater
Start Ignitor oil supply
Start salah satu ID Fan dan Atur pembukaan damper IDF hingga tekanan pada Furnace
mencapai 12 mmwg dan posisikan auto
Start FDF Atur damper FDF hingga udara pembakaran (combustion air) lebih besar 30 %
Start Secondary Air Steam Coil Air Heater
Start (1) Flame Scanner Blower
Insert Furnace Gas Temperature Probe untuk mendeteksi temperatur gas masuk laluan
reheater, dipertahankan < 510 C
Lakukan Boiler purge dengan menombol PB reset pada DCIS (Semua damper laluan udara
dan gas buka untuk membuang gas-gas yang tersisa keluar cerobong dengan tenggang
waktu 300 second)
Buka katup Ignitor safety Shut off valve
Start Ignitor level C atau E
Buka katup economizer Recirculation valve
Lakukan start Ignitor berikutnya dengan melihat kondisi temperature gas yang masuk
Reheater tidak lebih dari 510 C dan laju kenaikan temp dibatasi sesuai diagram pada buku
Operating Manual dan Diff. Temp Top / Bottom pada Drum tidak lebih dari 100 C

Bila tekanan di Drum sudah mencapai > 2 Kg/cm2 Tutup semua katup ventig Drum dan
SH serta katup-katup Drain Pada SH

1. 4. STOP SEQUENCE

Turunkan Beban Generator secara bertahap bersamaan dengan menurunkan Main


Steam Press dengan mengurangi Pembakaran Bahan bakar ( Coal Burner atau Ignitor )
Transfer UST ke SST 100 MW
Lepas Generator CB A atau AB pada beban 10% load
Pastikan CB open dan amati kenaikan Rpm turbin.
Teganngan Exitasi dikurangi dari 24 kv ~ 0 kv.
Open Exciter Field Breaker.
Trip turbin dengan menekan 2 tombol secara bersamaan dan pastikan MSV, Gov valve,
RSV close.
Trip boiler dan amati ignitor padam ( Toatal flame lose )
Lakukan Boiler Purge sampai komplite lalu trip Boiler.
Stop FD Fan A/B
Stop ID Fan A/B
Dan amati penurunan temperature tube metal Boiler, Drum upper lower diferential tidak
boleh melebihi 50*C
Isi Drum level sampai penuh 2 menit setelah BFP di stop.
Amati penurunan temperature tube metal dan biarkan penurunan secara alami.
Biarkan Scondary AH dan Primary AH beroperasi sampai Temp < 204

1. 5. BOILER PROTECTION

Both BLR Trip PBS On Unit Trip PL Depressed


Boiler Trips PB On DCIS Depressed
No ID Fan Running
No FD Fan Running
Furnace Press high for 2 seconds ( 2 out of 3 )
Furnace Press low for 2 seconds ( 2 out of 3 )
SA Duct Press high for 5 second ( 2 out of 3 )
Total air flow below 25 % for 5 second
Total loss of flame after any flame detected
No Ignitor / coal burner On within 5 min after BLR Reset
Main Steam Temp high
Ignitor Oil Safety Trip V Trippeed & no Coal Burner On
Any Coal Burner Tripped but no Ignitor ignitor On / Coal Burner On

Last individual Ignitor or Coal Burner Valve Close


Scanner Cooling Air Press low-low ( Delayed )
Drum Level high for 20 second ( Median of 3 )
Drum level Low for 20 second ( Median off 3 )
Turbine Trip and Bypass System Malfunction
Critical MFT / Slave Failure
Boiler control System off line ( Delayed )
Reheat Steam Temp high

PROSEDURE BLACK OUT DENGAN PLTG JBE


URUT URUTAN
N
KERJA
O
1 Kondisi
black out
Unit 1;2;3
dan 4 trip
Unit 5 trip
Uunit 6 trip
Unit 7 trip
siap operasi

PELAKSA
NA

2 Start
diesel
emergency
Start service air
kompresor

Operator
unit 6

3 Pemindahan Beban
SWGR 7B ke 7A.

Supervisor
Operasi dan
Tie breaker LVS
Operator
400 V Boiler 7A ke
Control
7B dimasukkan ( // ). Room
Breaker LVS 400 V Unit 7
Boiler 7B dilepas
(# ).
Tie breaker LVS
400 V Turbin BOP
7A ke 7B
dimasukkan (// ).
Braker LVS 400 V

Turbin BOP 7B
dilepas (# ).
4 PEMBEBASAN
TEGANGAN SST
3:

Operator
GITET
Operator 5

Breaker 150 KV
5A6 & 5AB6
dilepas (# )
Manualkan tap
changer trafo SST 3
5 START PLTG JBE
PLTG JBE Black
Start sampai full
Speed No Load
( FSNL)
Breaker 10,5 KV
( 2A3A ) Incoming
PLTG JBE
dimasukkan (//)
Breaker 10.5 KV
SST3 (2A10 )
dimasukkan (//)
Breaker 10,5 KV
52G JBE
dimasukkan (//)
6 START UP UNIT 7
Start motor motor di
area boiler dan
turbine untuk
persiapan start up
unit 7
Start CCCWP A
Start CWP 7A
Start CEP 7 A
Start SUBFP unit 7
dengan breaker dari
sisi A
Start IDF 7A
Start FDF 7 A
Firing boiler
Start PAF 7 A

Operator
unit 7

Operator
unit 7

Start Seal Air Fan A


Start mill C Atau B
atau A
Rolling turbine
3.000 rpm
Kordinasi ke Unit
Bisnis Region
Jakarta Banten ( P 3
B)
Sinkron generator
atur beban sampai
100 MW
7 Masukkan SST 1 ,
2 dan 4 untuk
persiapan start up
unit 1-6
Start CCCWP B atau
C
Start CWP 7B
Start CEP 7 B
Start IDF 7B
Start FDF 7 B
Start PAF 7 B
Start Bosster pump
BFP 7 B
Start BFP- T 7 B
Start Mill

Operator
GITET
Operator
unit 7

8 Beban generator
150 Mw
Transfer SST B ke
UST B
9 Normalkan beban
LVS
Breaker LVS 400 V
Boiler 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS
400 V Boiler 7A ke
7B dilepas (# ).

Operator
unit 7

Braker LVS 400 V


Turbin BOP 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS

Operator
unit 7

400 V Turbin BOP


7A ke 7B dilepas
(# ).
1 Stop SUBFP
0
Transfer SST A ke
UST A

Operator
unit7

1 Stop PLTG
1
Masukkan
tegangan
SST 3 dari
GITET
5
A6
dan
5AB
6
masuk (//)

Opetor
unit 7
Operator
GITET

1 Start
2 booster
pump BFP
7A
Start BFPT 7A
Unit
operasi
normal

Operator
unit 7

SOP MENJALANKAN CHILLER CONDENSOR VACUM PUMP


( CONTROL MODUL YANG BARU / T. 755 )

Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel Condensor
Vacum Pump.
Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak angka
berhitung mundur ( Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5 menit)
menuju Start / Runing / Operasi.
Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada
Control Modul Chiller.
Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua
compressor Chiller.

Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa /
Condensor Vacum Pump dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor
Vacum Pump sekali lagi.
Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch
LOKAL / REMOTE pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi dan
timbul Alarm maka System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 5-7.

S.O.P PEMADAMAN DAN PENORMALAN UPS / INVERTER


1. PROSEDUR PEMADAMAN ( DE ENERGIZE ) UPS / INVERTER. SISI A.

Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif


Mains dengan menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi A.

Perhatikan lampu indikasi Led pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi A akan
terjadi pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply UPS / Inverter sisi A
telah Transfer ke Supply Alternatif Mains.

Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif


Mains dengan menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi B.

Perhatikan lampu indikasi Led pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi B akan
terjadi pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply UPS / Inverter sisi B
telah Transfer ke Supply Alternatif Mains.

Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif
Mains maka lakukan pemindahan By Pass Beban dari Posisi NORMAL ke posisi
UPS #2 ON BY PASS pada saklar By Pass S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led
Hijau H 59 posisi ON / menyala.
( Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka
salah satu

UPS / Inverter harus ditombol OFF ).

Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply Alternatif Mains ke Supply UPS /


Inverter sisi B dengan menekan tombol Reset pada UPS / Inverter sisi B.
Perhatikan kembali Lampu Indikasi Led Pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi B
akan terjadi pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply Alternatif Mains
telah Transfer ke Supply UPS / Inverter Sisi B.
Jika masih ada indikasi Alarm maka tekan Tombol Reset lagi.
Proses Pemindahan Beban UPS / Inverter sisi A ke UPS / Inverter sisi B sudah
dianggap selesai.
Sekarang Langkah pemadaman UPS / Inverter sisi A dengan menekan Tombol OFF
pada mimic Panel UPS / Inverter sisi A.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi OFF untuk Safety.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A
( 1Q4 ) pada posisi OFF.
Tunggu sekitar 5 menit untuk memberi kesempatan Capacitor Bank CB1
Discharge ( pengosongan muatan ).
Matikan / Lepas Fuse 1F7 123.
Lepas Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di
panel 60 - E1 - DP - 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi OFF.

Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada


posisi OFF untuk Safety.
Proses Pemadaman UPS / Inverter sisi A telah Selesai dan sempurna dan
diperbolehkan melakukan pekerjaan Check dan Cleaning.

2. PROSEDUR PENORMALAN ( ENERGIZE ) UPS / INVERTER. SISI A.

Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di panel
60 - E1 - DP - 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada
posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A ( 1Q4 )
pada posisi ON.
pasang Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Pasang Fuse 1F7 123.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi ON
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif
Mains dengan menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi B.
( Beban UPS A & B ditanggung oleh Supply Alternatif Mains ).
Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif
Mains maka lakukan pemindahan By Pass Beban dari Posisi UPS #2 ON BY PASS
ke posisi NORMAL pada saklar By Pass S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led
Hijau H 59 posisi ON / menyala.

(Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka salah
satu

UPS / Inverter harus ditombol OFF ).


Sekarang Langkah penormalan UPS / Inverter sisi A dengan menekan Tombol ON
pada mimic Panel UPS / Inverter sisi A.
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply Alternatif Mains ke Supply UPS / Inverter
sisi A & sisi B dengan menekan tombol Reset.
Jika masih ada indikasi Alarm maka tekan Tombol Reset lagi.
Sekarang beban UPS / Inverter sudah ditanggung oleh masing masing UPS / Inverter
sisi A & sisi B
Proses Penormalan UPS / Inverter sisi A telah Selesai dan sempurna dan
diperbolehkan melakukan pemadaman UPS / Inverter sisi B.

DRAFT SOP ISLAND SURALAYA


KONDISI NORMAL
PLTU Suralaya beroperasi normal 6(enam) atau 7(tujuh) unit beroperasi dengan beban total
2800 MW sampai 3200 MW dengan frekuensi antara 49,95 Hz sampai 50,05 Hz. Daya yang
dihasilkan PLTU Suralaya sebagian besar disalurkan sistem 500 kV Jawa-Bali melalui
pengahantar :
Gandul 1
Gandul 2
Cilegon 1
Cilegon 2
Sedangkan sisanya sekitar 800 sampai 900 MW disalurkan ke sistem 150 kV SuralayaCilegon dan sekitarnya melalui Interbus Trafo 500/150 kV sebagaimana terlihat pada one
line diagram terlampir (Lampiran .1)
I.

KONDISI GANGGUAN

Apabila terjadi gangguan baik karena satu atau beberapa pembangkit trip atau gangguan
transmisi sehingga terjadi penurunan frekuensi hingga mencapai 48,3 Hz maka UFR 48,3 Hz
akan bekerja untuk membentuk Pulau Suralaya dengan melepas PMT-PMT 500 kV sbb :
PMT Gandul 1 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Gandul 2 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Cilegon Cibinong yang terletak di GITET Cilegon Baru.
Dengan tripnya beberapa PMT tersebut diatas maka Pembangkit Suralaya mengalami
kehilangan beban (loss of export load) sekitar 2200 sampai 2400 MW sehingga terjadi
generation shedding tahap I secara bersamaan pada beberapa unit PLTU Suralaya, yaitu :
Unit 2 trip (PMT 7A2 dan 7AB2, lokasi GITET Suralaya)
Unit 3 trip (PMT 7A3 dan 7AB3, lokasi GITET Suralaya)
Unit 6 trip class W (House Load, PMT 7A6 dan 7AB6 trip namun Turbine-generator tetap
beroperasi dengan beban pemakaian sendiri sekitar 15 sampai 20 MW)
Selanjutnya ketika generation shedding tahap I telah bekerja namun frekuensi sistem terus
naik hingga mencapai 51,5 Hz, maka over frequency relay (OFR, 51,5 Hz) akan bekerja
untuk generation shedding tahap II yaitu melepas PMT 7A7 dan 7AB7 sehingga terjadi house
load pada unit 7 PLTU Suralaya.

MENGATASI GANGGUAN
3.1. BILA ISLAND SURALAYA TERBENTUK SESUAI SKENARIO

N
O
01

KEJADI
AN
PMT
Gandul
1,2 dan
CilegonCibinong
Trip

02

Unit
Trip

03

Unit
Trip

04

Unit
1
tetap
operasi
namun
beban
turun dari
100
%
hingga
50%

TINDAK
AN
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai
SOP Start
up unit
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai
SOP Start
up unit
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal

PELAKSA
NA
Operator
GITET
Suralaya

Operator
Unit 2 UBP
Suralaya

Operator
Unit 3 UBP
Suralaya

Operator
unit 1 UBP
Suralaya

05

Unit
4
tetap
operasi
namun
beban
turun dari
100
%
hingga
50%

06

Unit
6
House
load,
karena
UFR 48,3
Hz
bekerja

level
Atur beban
dan
pertahanka
n frek 50
Hz
Kurangi
jumlah
Mill yang
inservice
sesuai
beban
yang ada
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
level
Atur beban
dan
pertahanka
n frek 50
Hz
Kurangi
jumlah
Mill yang
inservice
sesuai
beban
yang ada
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka

Operator
unit 4 UBP
Suralaya

Operator
unit 6 UBP
Suralaya

n drum
level pada
posisi
normal
level
Yakinkan
flow spray
water
cukup
untuk
Superheate
r spray
(atur
pembukaa
n back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaa
n back
pressure
valve
secara
manual
dari lokal
(bila
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahanka
n frek 50
Hz
Trip kan
2(dua)
buah top
Mill 6B
dan 6F
Bila house
load lebih
dari 2 jam,
tripkan
middle
Mill (6A

dan 6D)
sehingga
hanya
tersisa
2(dua)
buah mill
yang
inservice.
N
O
07

KEJADI
AN
Unit
5
tetap
operasi
namun
beban
turun dari
100%
hingga
50%

TINDAK
AN
Catat relay
yang
bekerja
Reset relay
dan alarm
yang
muncul
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
level
Yakinkan
flow spray
water
cukup
untuk
Superheate
r spray
(atur
pembukaa
n back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaa
n back
pressure
valve
secara
manual
dari lokal
(bila

PELAKSA
NA
Operator
unit 5 UBP
Suralaya.

08

sistem
autonya
tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahanka
n frekuensi
50 Hz
Kurangi
jumlah
Mill yang
inservice
sesuai
beban
yang ada
Yakinkan
LFO pump
A tetap
inservice
dan LFO
header
pressure
>7,5
kg/cm2
Unit
7 Catat relay Operator
House
yang
Unit 7 UBP
load
bekerja
Suralaya
(karena
Reset relay
over
dan alarm
frequency yang
51,5 Hz muncul
bekerja)
Pertahanka
n drum
level pada
posisi
normal
level
Yakinkan
flow spray
water
cukup
untuk
Superheate
r spray
(atur

pembukaa
n back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaa
n back
pressure
valve
secara
manual
dari lokal
(bila
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahanka
n frekuensi
50 Hz
Trip kan
2(dua)
buah top
Mill 7B
dan 7F
Bila house
load lebih
dari 2 jam,
tripkan
middle
Mill (7A
dan 7D)
sehingga
hanya
tersisa
2(dua)
buah mill
yang
inservice

3.2. BILA ISLAND SURALAYA TERBENTUK TETAPI SATU ATAU BEBERAPA


PEMBANGKIT SURALAYA TRIP
N
O
0
1

0
2

KEJAD
IAN
PMT
Gandul
1,2 dan
CilegonCibinon
g Trip
Unit 2
Trip

0
3

Unit
Trip

0
4

Unit 1
trip
Unit 4
tetap
operasi
namun
beban
turun
dari 100
%
hingga
50%
Atau
sebalikn

TINDAKA
N
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul

PELAKS
ANA
Operator
GITET
Suralaya

Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Kurangi

Operator
Unit 2
UBP
Suralaya

Operator
Unit 3
UBP
Suralaya

Operator
unit 1
UBP
Suralaya

ya

0
6

jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Unit 5 Catat relay
trip
yang bekerja
Unit 6 Reset relay
berhasil dan alarm
House
yang muncul
load
Pertahankan
Unit 7 drum level
tetap
pada posisi
sinkron
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back
pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back
pressure
valve secara
manual dari
lokal (bila
sistem
autonya
tidak
bekerja)
Bila
frekuency >
50,5 Hz,
pertahankan
unit 6 pada
posisi house
load

Operator
unit 5,6,7
UBP
Suralaya

Operator
GITET
Suralaya

Bila
frekuency <
50 Hz,
koordinasika
n dengan
operator
GITET
Suralaya
untuk
mensinkronk
an kembali
unit 6 ke
sistem 500
kV
Atur beban
unit 7 untuk
mempertaha
nkan
frekuensi
tetap 50 Hz
(atur jumlah
Mill yang
operasi
sesuai beban
yang ada)
Lakukan
pemulihan
unit 5 sesuai
SOP Start up
unit
Yakinkan
LFO pump
5A tetap
inservice
dan gLFO
Header
pressure
dipertahanka
n pada 7,5
kg/cm2.
II.

LANGKAH PEMULIHAN GANGGUAN

III.

LAPORAN GANGGUAN

MAIN TURBINE LUBE OIL PUMP AUTO START TEST


1. TUJUAN
Tujuan test ini adalah untuk meyakinkan bahwa motor penggerak oil pumps bisa start
secara automatis, jika tekanan HP Oil rendah untuk Auxiliary Oil Pump dan tekanan minyak
pelumas rendah untuk Turning Oil Pump & Emergency Oil Pump.
Untuk Oil Pump start secara Automatis pada tekanan :
Aux Oil Po ( AOP) : <7,5 + 0.2 Kg/cm2g

(61-*TD-PS-S303)

Turning Oil Po (TOP) : <0.85+0.05 Kg/cm2g (61-*TD-PS-S301)


Emergency Oil Po (EOP) : <0.65+0.05 Kg/cm2g (61-*TD-PS-S302)
2. PERSIAPAN.
Siapkan alat komunikasi (HT) antara Operator Control Room dan Operator Turbine
Local, Operator turbine local siap di lokasi Turbine and Turning Gear Oil Po Auto Start
Guage Board ( letak dekat Mn. Turbine Turning Gear)
3. PROSEDUR OPERASI AUTO START AOP
3.1. Yakinkan tekanan minyak yang akan dites normal pada pressure gauge (61-*TD-PIG311).

3.2. Pelanpelan buka test valve (61-*TD-TV0070) dengan memperhatikan tekanan HP


Oil).
3.3. Dengan catatan tekanan Automatis start untuk AOP (7.5+ 0.2 Kg/cm2).
3.4. AOP dalam keadaan operasi ditahan 2 menit, amati sampai tekanan stabil.
3.5. Tutup valve test (61-*TD-TV0070)
3.6. Perintahkan ke Operator control room untuk mematikan AOP dan diposisikan auto
kembali.
4. PROSEDUR OPERASI AUTO START TOP & EOP
4.1. Yakinkan tekanan minyak yang akan dites normal pada pressure gauge (61-*TD-PIG310).
4.2. Pelan pelan buka test valve (61-*TD-TV0038) dengan memperhatikan tekanan
minyak pelumas.
4.3. Dengan catatan tekanan Auto start untuk TOP (0.85 + 0.05Kg/cm2 g).
4.4. Lanjutkan turunkan tekanan dengan membuka valve test sampai tekanan EOP auto
start (0.65 + 0.05 Kg/cm2), TOP & EOP pada kondisi operasi tahan 2 menit sampai
tekanannya stabil.
4.5. Tutup valve test (61-*TD-TV0038).
4.6. Perintahkan kepada Operator Control Room untuk mematikan pompa EOP & TOP
(Matikan EOP dahulu baru TOP) dan diposisikan auto kembali.
SOP NRV ( NON RETURN VALVE ) FREEDOM TEST
TUJUAN
Tujuan Test ini adalah untuk meyakinkan bahwa NRV Extraction Steam, akan dapat menutup
atau tidak macet /seret, bila terjadi Turbine Trip,ataupun Water Heater Trip,sehingga tidak terjadi
Aliran balik ke arah Turbin yang bisa mengakibatkan Rusaknya Sudu-sudu Turbin
PERALATAN YANG DI TEST
Adapun NRV yang di Test adalah sebagaiberikut :
1. SE. ISV- 0062 NRV Extraction Steam to HP.Htr. 8
2. SE. ISV- 0056 - NRV Extraction Steam to HP. Htr. 6
3. SE. ISV- 0027 - NRV Extraction Staem to Dearator
4. SE. ISV- 0030 - NRV Extraction Staem to BFPT
5. SE. ISV- 0020 - NRV Extraction Staem to LP. Htr. 4
6. SE. ISV- 0014 - NRV Extraction Steam to LP. Htr. 3

7. SE. ISV- 0008 - NRV Extraction Staem to LP. Htr. 2


8. SE. ISV- 0002 - NRV Extraction Steam to LP. Htr. 2
9.
NRV Cold Reheat line A
10.
NRV Cold Reheat line B
PERSIAPAN
Test ini dapat dilaksanakan pada saat Unit beroperasi pada Beban diatas 20%
Test dilakukan dari Local oleh Operator Turbine
Kunci nomer 24401 untuk Test NRV Cold Reheat
Alat komunikasi (Radio HT ) untuk komunikasi antara Operator Turbine dan Operator
Control room
PROSEDURE PELAKSANAAN TEST
Test di mulai dari NRV HP.Htr.8 hingga ke NRV LP.Htr.2 dan terakhir NRV Cold Reheat
1.Test NRV Extraction Steam HP.Htr.8 ISV-0062
Informasi ke Operator Copntrol room bahwa Test akan di mulai
Putar Handle Test Valve (Three way Valve) pada Cylinder SE.ISV-0062 ke arah 180
Perhatikan NRV SE.ISV-0062 akan bergerak menutup
Catat penutupan NRV, normalnya NRV akan menutup sekitar 50%
Segera kembalikan Handle Test Valve (Three Way Valve ) ke posisi semula
Perhatikan NRV akan membuka kembali
2. Test NRV Extraction Steam HP.Htr.6, Dearator , BFPT, LP.Htr.4, LP.Htr.3, dan
LP.Htr.2
Sama caranya dengan yang di lakukan pada Test NRV Extraction Steam HP.Htr.8
3. Test NRV Cold Reheat Line
Informasi ke Operator Control room bahwa Test akan di mulai
Masukan kunci NO 24401 ke PB Test
Putar kunci ke arah posisi Test
Perhatikan NRV akan bergerak menutup
Catat penutupan NRV , normalnya NRV akan menutup sekitar 50%
Putar kembali kumci ke posisi normal
Perhatikan NRV akan bergerak membuka kembali
Test NRV sisi A selesai
Lakukan Test NRV Cold Reheat sisi B sama seperti melakukan Test pada sisi A

ISLAND LOAD OPERATION PLTU SURALAYA


Bila terjadi gangguan pada sistem atau pembangkit yang menyebabkan frekuensi turun sampai
mencapai 48,3 HZ, maka generator shedding dilakukan sebagai berikut:

Tahap pertama jika f = 48,3 dan status gandul 1 & 2 trip, maka unit 2 dan 3 trip
serta unit 6 house load seketika. (dilakukan oleh UFR GITET)
Tahap kedua, jika f = 51,5 Hz, maka unit 7 house load seketika dengan melihat:
1. PMT gandul 1 dan 2 telah trip, dan
2. Unit 1 dan 4 masih sinkron, dan
3. Unit 5 masih sinkron.

INSTRUKSI KERJA
INSERVICE OVER FREQUENCY RELAY
(SIMULASI ISLAND LOAD OPERATION TAHAP II)

Koordinasikan pekerjaan dengan operator unit 7

Pastikan wiring dan terminasi sudah benar

Pastikan link terminal X7/2 masih open


INPUT DC POWER SUPPLY

Pastikan tegangan DC pada terminal X5/61 (+) dan X5/62 (-)

Masukkan link teminal X5/61 (+) dan X5/62 (-), OFR dan UVR hidup

Masukkan link terminal X7/3,


UJI AUTO CHANGE SWITCH

Pasang Fuse 5A ke fuse holder dengan urutan FXPA, FXNA dan FXPB, FXNB

Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal
ini adalah 56,6 V

Buka FXPA dan FXNA

Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal
ini adalah 56,6 V

Pasang kembali FXPA dan FXNA dan Cek kembali tegangan di terminal X5/67 dan X5/68
56,6 V
CEK OFR

Masukkan link pada terminal X5/67 dan X5/68

Cek pembacaan tegangan dan frekuensi pada rele OFR MRF3


ALRM TEST

Jumper terminal X7/11 dan X7/12

Cek alarm DCIS Unit 5, 6 dan 7

Jumper terminal X7/11 dan X7/12

Cek alarm di Unit 1~4


FINAL CONNECTING

Cek tegangan pada terminal X7/2, pastikan tegangan pada terminal X7/2 adalah = 0

Masukkan link terminal X7/2

Perpormance : - Teknis
- Non Teknis
Teknis

: 1. Effesiemsi Thermal ( ET ).
2. Plent Heat Rate ( PHR ).
3. Specific Fuel Consumtion ( SFC ).
Non Teknis : - Juimlah pegawai/KW.
- Jumlah Produk/pegawai.
ET
: Jumlah Energi Listrik ( KWH ). Yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah energi
dalam bentuk panas ( kalori ) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi ( KWH ) tersebut
%
PHR

: Jumlah energi yang dibuat dalam bentuk


dihasilhan satuan K.cal
Kwh

SFC

: Jumlah BB yang diperlukan ( kg ) untuk setiap


dihasilkan kg
Kwh

Contoh Hitungan
- Beban : 600 mw
- Mill 1/5 : 5 bh mill
- Flow 88 : 54 T/H untuk mill
- Waktu : 1 jam

panas/kalori untuk setiap kwh yang

KWH

yang

* Energi yang dihasilkan


- 600 Mwh
- 800 ( kwh )
* BB yang keluar
- 5 mill x 54 T/H
- 270.000 kg
* 1 Kwh : 870 k.cal ( 859 895 )
* Nilai kalori BB : 5200 kca/kg
jadi :
Energi yang dihasilkan
: 600.000 x 860
: 516.000.000 K.cal
Energi yang dibutuhkan
: 270.000 x 5200
: 1.404.000.000 kg/cal
Artinya
:Untuk menghasilkan energi listrik sebasis
sebesar 1.404.000.000 K.cal.
ET
: Energi yang dihasilkan
Kwh yang dihasilkan
: 516.000.000 K.cal
1.404.000.000 K.cal
: 0.3675 ( 36.75 % )
PHR

: Energi yang dibutuhkan


Kwh yang dihasilkan
: 1.404.000.000 K.cal
600.000 Kwh
: 2340 Kcal/Kwh

SFC

: Bahan bakar yang diperlukan


Kwh yang dihasilkan
: 270.000 kg
0.450 kg/Kwh

ET

: Energi yang dihasilkan


Energi yang dibutuhkan

PHR : Energi yang dibutuhkan


Energi yang dihasilkan

576.000.000 kal dibutuhkan energi BB

Jadi

: ET : 1
PHR
: Karena ET dan PHR mempunyai satuan yang berbeda
Yaitu ET : Kcal/K.cal
PHR: Kcal/Kwh
Maka harus dikalikan dengan 860 Kcal ( 1 Kwh )
ET

: 1 x 860 : 1 x 860
PHR
2340
: 0.3675

EAF

: Faktor kesedian pembangkit

EAF

: Mampu x jam operasi


Dy terpasang x jam periode
X 100 %
Thermal (ET)= 1
HR
Thermal Effisiens 5-7 = 37 %
Heat Rate (HR) = Kcal/Kwh
= Banyak BB
Gross Product
HR : SFC x Nilai kalor
SFC x Rp/kg = Biaya Produksi
-

Tiga Element pengaturan Dram Level


Feer water flow
Main stim floe
Drim level high/low]
Back Press Vlv untuk mempertahankan perbedaan tekanan FW dan Drum level.

Perbedaan gaya Aksial pada turbine


- Jkerrash Bearing
- Bantalan Aksial
Pada saat start up pengaturan Drum level-pengaturan 1 element
Boller Master dan Turbine Master Auto pada. BT Coordinal (BTC) mode inservice.
Laju kenaikan saturation tarif saat boila cold start =
930c/jam.
Eko Recircalatisa VIV dibula jika feed water ada aliran.
-

Boiler Follow : Boiler Auto


Prb beban di Boiler akan mengikuti prb beban yang terjadi di Turbine dengan mempertahankan
Main stm Press.

Turbine Follow : Turbine Auto


- Prb beban Turbine akan mengikuti prb beban yang terjadi di Boller dengan mempertahankan
Main stm Press.
MCR : Max Continius Rate ( Beban Rata-rata )
VIV
-

: Variable Inlet Valve

BTC ( Boiler Coordinate Control )


Sys Control antara Boiler dan Turbine dari perubahan beban.
VT ( Valve Tranfer ) untuk mentranfer fungsi control dari Main Stop Vlv ke Governoor Vlv
pada saat Roling Turbine ( 2955 Rom )

Syarat-syarat BTC
Boiler Master Auto.
Turbine Master Auto.
Beban dari 30 % MCR.
Governoor Valve ( GV ) untuk mengatur Main Stop yang masuk ke Hp Turbine.
Inter Cepter Valve ( ICV ) untuk mengatur Ratstop yang masuk ke IP Turbine.
Reheat stm Valve ( RSV ) untuk mengatur Rh stm masuk ke IP.
MSV, GV dan ICV RSV buka tutupnya diatur oleh oil control Turbine.
RSV dicontrol oil EH oleh Control Turbine.
Over Speed Protection Controler (OPC) sys protecsi Turbine untuk menurunkan putaran,
bila Turbine mencapai 107,5 % (3022,5 rpm).
Unit Trip Class Y (Elektrik)
- 86 A1
- 86 B1
Class W (Mekanik)
- 86 B1
- 86 B2
Under Voltage
- 27 R1
- 27 R2
Over Current
- 51
Green Over Current
- 51 N
Defferent Rollay
- 87
Rellay Current
- 50

Gas Trip
- 60
MS/RS Temp
= 550 Alarm
= 560 6000 Sec (100)
= 565 6000 Sec (10)
= 570 - Trip ( ) (600)
Boiler Drum Level
- 250
+ 225
Furnice Press
- 225
+ 225
FSCB Press Low
= 300 mm H2(20 Sec)
Press Limit
= High = 170 Kg/cm2
Low = 70 kg/cm2
Vaccum Alarm= 650 mm/Hg
Vaccum Trip = 550 mm/Hg
Normal
= 679 mm/Hg
-

Bearing oil Low


Alarm
Trip
Kerja

Freg : 48,5 51,5 H2


Air Condensite ( Besi 0,002 )
Atotwe II Ammale
Air Drum
Conductivity : 20 mm/cm
PH Basa : 9,0 9,5
Netral
:7
Asem
:7
Silika
: 0,185 ppm
Phospat : 0,3 3,0 ppm
Chlor ( U- ) : 0,5 ppm
Jika Conductiviti tinggi CBD open
Feed water C : 10 we/cm

= 0,75 kg/cm2
= 0,5 kg/cm2
= 1,0 1,8 kg/cm2

S : 0,02 ppm
Ph : 9.0.95
(Kearetor) Hyd
: 0,02-0,05
o : 0,007
Besi: 0,01
CEP

: Untuk pengisi Deaerator


: Untuk pengisi Drum Via 026
: Untuk Spray LP By Pass
: Untuk Seal BFF Sut BSTR
: Untuk Seal BFPT

BFPT

: Pengisi Drum Melalui HP HTR Eko Drum


: Spray HP By Pass
: Spray RH Steam
: Spray Aux Steam
: Spray PSH dan SSH
: 14,75 PSI

1 kg

Steam Turbine
- Rat Cap : 600.000 Kw
Ex Press :
63 mm Hg
: 169 kg/cm2
: 538 0C
: 22,3 kv
: 0,85
EH Untuk mengontrol/mengatur MSV-GV-RSV-ICV
MFT

: Untuk pengaman Boiler supaya tidak meledak


( Boiler Xplosif )

Boiler Type : Radian Caroline


Turbine Type : Compressor Tundear
Heat Tranfer
- Konduksi
- Konveksi
- Radiasi
Hot
Heat

: Panas ( Temperatur ) 0
: Panas Kalor ( energi) G

Eko
Kualitas air, Cp, PH, Ci
1.

Start peralatan penunjang

: Dinding Boiler
: Gas-Pipa Aliran
: Nyala api ( ruang bakar )

- Bahan bakar, air, listrik


- Control IAC, AS. Aux stm
2. Start C3WP
- Pendingin
- Untuk seal motor-motor
3. Start Instrumen Air Compressor
- Untuk alat-alat control
4. Start CWP
5. Start make Water Pump
6. Start CEP
7. Persiapan Start Boiler
- Kualitas Air ( Cek labor )
- Katup-katup Veat, drum, sunety
- Air Heater
8. Start SUBFF
9. Start ID dan FD Fan
- Untuk Purging
10. Start Igniter oil pump
11. Boiler Purging
12. Boiler Firing
- Jalankan ignitor mulai dari level bawah E/c A/D B/F
13. Persiapan Turbine
- Main Oli Tank ( MOT )
- Lube Oil Turbine ( MOD )
- Turring Gear
- Jop
- EH System
14. Persiapan Generator
- Seal Oil System
- H2 Press
15. Start Vacum Cond. P
16. Persiapan HP dan LP By Press System
17. Rolling Turbine
- Sesuai dengan kondisi start untuk cold warm hot.
18. Start Mill I ( level bawah )
19. Syinkron Generator 15%
20. Persiapan BFPT
21. Pembebanan Generator
22. Start Mill II
- Naikan beban 25%
23. Start BFPT I
24. Tranfer SST ke UST
25. Tranfer SII. BFP. Ke BFPT
- Naikan beban 40%
27. Start Mill III
28. Start BFPT II

- Naikan beban 50%


29. Star Mill IV
- Naikan beban 75%
30. start Mill V
- Naikan beban 100%
AUX Stm
- Untuk Start Igniter
- Untuk perapat turbine ( Gland Stm )
- Untuk pemanas stm coil air herter
- Untuk pemanas Deaerator
- Untuk Inerting Mill
- Untuk Shoot blower untuk desalinetion
AUX Steam Suply
- Dari Unit lain ( start up )
- Dari Unit sendiri
A/ Dari Primari Super Heater
B/ Dari Releat Stm Cross Over
Stm Coil
- Pemanas awal start up
- Mempertahankan panas di air heater
- Menaikan temperatur di air heater
- Supaya Sulfur tidak menempel di element air heater
Co2 Carbon dioksida
Co Carbon mmoksida
Set kg/kg BB
1)

Rumus Kebutuhan Udara Total


8/3.C + 8 ( H 0 ) + 5
8

OK. Total
: 100/23,2 x OKTtl
: U. min Total
a) Oksigen Total = OKTtl = mol 02
BM o2
32
b) Volume O2 = mol O2 x 22,4 l = Vol O2
c) Volume O2 = b x 100. l. udara
21

2)

Volume Udara pembakaran

3)

Gas Uap Hasil pembakaran sempurna


11.C + 9 ( H 0 ) + 25
3
8
4)
Udara minimum Total, bila Ex. Air 15%
U.Min Total = ( % Ex Air x U.Min )+ U.Min
5). Nitrogen yang keluar stalk 76,8 = U.Min + N2 dalam BB
100
Nilai kalor bawah
NCv : 8/C = 340 ( H 0 )+ 25.5 + Moistmene
8
Nilai kalor atas
GCv : 8/C = 340 ( H 0 )+ 25.5
8
Untuk NCV dan GCV tidak pernah satuan analis
Jika : kcal/kg mau ke kj/kl dikali 4.18
Dalam setiap BB, unsur yang mudah terbakar aa :
Carbon
Hydrogen
Sulfur
Komposisi udara berdasarkan berat
Oksigen, 23.2%
Nitrogen, 76.8%
Komposisi udara berdasarkan volume
- Oksigen, 21%
- Nitrogen, 79%
* HYERID SLIDING PRESS *
OPERATION
Generator Alternator AC ( Alterakting )
- Dinamo DC ( Dirrect )
Komponen Utama Casing
- Stator
- Rotor
Stator Kumparan tpt terbentuknya GGL Induksi
Rotor Kumparan untuk membuat kemagnetan
Unsur-unsur untuk membentuk GGL ( Yang mempengaruhi besar kecilnya GGL )
- Fluq magnet
Rumus
- Penghantar
C = -n dq
- Gerakan relatif
dt
- Alternator :
N = Banyak lilitan

- Kutub dalam
- Kutub luar
Rumus f = n.p
60
f = freg
n = putaran
p = lj pasang kutub
f=50 H2( Rpm) : Putaran/listrik yang dibangkitkan tiap detik menghasilkan 50 periode
( Rps ) : Freqcuency/detik/putaran
Perbedaan tiap phase acd : 1200

Rolling Turbine
1. Turbine Reset
2. Turbine Reguest Auto
3. Speed 400 berhenti ( Rub chek )
400 Hold
2000 Hold
3000
4. TRB Accel 75 Rpm Slow
150 Rpm Normal
300 Rpm Fast
Turbin bypass :
Adalah sebuah alat yang menyediakan laluan uap dari boiler melalui line main stm, cold reheat
menuju kondenser.
Fungsi Turbine bypass :
Mempercepat proses startup dan penaikan beban ( runup ) boiler dengan tetap, sesuai dengan
batasannya.
Menghindari thermal shock pada reheater, thermal shock dapat terjadi bila Reheater tidak ada
fuida pendingin ( uap ) ktk boiler start up
Mempertahankan continutas operasi boiler bila terjadi turbine trip ( load shedding )
Mempertahankan continuitas turbine ( dengan house load ) bila terjadi kehilangan beban tibatiba tanpa harus membuka safety valve untuk drum/ main stm line.
Prinsif kerja Turbine bypass diset secara auto, kecuali pada saat start-up atau shutdown.
- Turbine trip
- Generator-kehilangan beban secara tiba-tiba
Rotor Excentricity
- Normal 0,05 mm
Alarm 0,125 mm

Vibrasi Tarbine
- Normal 0,075 mm
Alarm 0,125 mm
Trip 0,25 mm
Diff Expantion
Alarm Short 0,05 mm
Long + 18,5 mm
Trip
Short 1,3 mm
Long + 19,3 mm
Retor Position
Alarm 0,9 mm
Trip 1,0 mm
Journal Bearing
Alarm : 107 0C
Trip : 113 0C
Thrust Bearing
Alarm : 99 0C, 2,10 kg/cm2
Trip : 107 0C, 5,6 kg/cm2
Drum Oil Temp :
Alarm : 77 0C
Trip : 85 0C
Bearing Oil Temp
21 0C 33 0C
Oli Press
Normal
: 1,0 1,8 kg/cm2
Alarm : 0,75 kg/cm2
Trip : 0,5 kg/cm2
Gland Cond. Vac 400 500 mm H2o Vac
Gland Steam : Terendah 1200C
: Tertinggi 1800C
: Normal 1500C
Misi Mate

: - 83
+ 140

* TOP Automatis 7,5 0,2 kg/cm2


Test
7,5

* TOP Automatis 0,85 0,05


Test
0,75
* TOP Automatis 0,65 0,05
Test
0,58
TOP

: Sebagai backup. MSD

Data Turbine/Generator
-

767.000 KVA
23.000 V ( 23 KV )
19.253 A
0,85 PF
3 Phase
50 H2
3.000 rpm
2 Phole ( sudut )

Turbine
: Coumpound terendah
HP
: 1 ( Aksi ) tek tinggi 9 ( Reaksi )
IP
: 7 ( Reaksi )
LPA : 7 ( Reaksi ) x2 14 28
LPB : 7 ( Reaksi ) x2 14
Jumlah suda Turbine adalah : 45 Tingkat
Brusless
- Rat Cont
: 3300 KW
: 590 V
: 5593 A
: 3000 Rpm
BFPT : 5 suda tingkat
- Rat cap : 9800 KW
: 5720 Rpm
Ex Press : 69,7 mm Hg
Inlet HP T
: 169 kg/cm2
P : 5380C
LP T : 10,2 kg.cm2
P : 3420C
Komponen utama HP-IP
Stationary terdiri dari :
-

Stahmary part
Rotating element
Pedstal
- Nozzel Cloks
Outer Casing
- Dummy Rings

Rotating element terdiri dari :


-

Inner Casing
Blade Ring

- Glend
- Bearing

Rotor
Blade

Casing, inner dan outer casing adalah


Untuk mempercepat start turbin karena pemakaian yang
cepat, dan memperkecil AT antara upper dan lower.

Dummy Ring
-

NozzleBlock dan Blading


Merupakan first control stage.
Blaning merupakan sudu balik.
Untuk mereduksi axial sream force pada saat uap masuk
turbine.
Eland Inner gland Ouler gland
Dipasang pada sisi governar dan generator side untuk mengisolasi steam dari dalam terbilu ke
atmosfir ( Type Labirinth )
Bearing
Meredaksi pribrasi pada setiap pembahan beban
- Peredam oil whip

Jenis Bearing no. 1 dan 2 adalah : Tilting pada journal bearing.


SPECIAL
- Click 10,11,60,61
- click 10, ON 10A TURBINE RESET A Ke Master
10B EH AUTO ke AUTO
- Click

60
60A MNTRB ATS STA ke ON
60B MN TRB ATS STARTUP ke START
60C Pilih : WARM, COLD, HOT
- Click 61A : MN TRB ATS START ke START tussn ikuti target.
- Click
10D :
nN TRB TRANS VALVE MSTO GV ( Pada putaran 2995 rpm )
Tussen Syncron
SYNCRON
Click 71A : Filed CB PB ke Closed
71B Auto AVR Ballance O
71C : BNR Auto ke Balance
Close seloefor swiech syncron ke auto.

71B manual
Click 60A ke OFF
Atur 11A INCR Naik

Setelah lead 90 mw Tranfer SST ke UST.


- Click UST ZAZAB ZBZB Prev
- Click 10,5 kv BENTER STN ke posisi UNIT

Gambar Belum

Jenis start Turbin :


1. Cold Start 190oC FS Exit Temp
3,5 jam Full Speed
3,5 jam Syncron
3,5 jam Ke. MCR
2. WARM

3. Hot Start

371 190oC
10 menit
10 menit
100 menit
450oC
10 menit

10 menit
50 menit
4. Verry Hot Start

Kom MCR 45 menit

Beban : 330 MW
Mill ( 6 bh ) a : Speed : 50 t/h. BB
T
: 66oC
Flow : 90 t/h. PA
T
: 289oC
SEC. AIR DVCK : 148 mm wg/350oC
PRIMARI A DVCK : 897 mm wg/315oC
FUEL FLOW
: 69 %
AIR FLOW
: 77 %
FURNICE
: -12 mmwg
O2
: 2.3 %
MAIN STM P/T : 168 kg/cm2 / 538oC
Flow
: 1883 t/h
RH STM P/T
: 40 kg/cm2 / 538oC
GZ STM P/T
: 0,31 kg/cm2 / 140oC
EXH TEM TRB : 348oC +
BFFT
: 40oC
FW Flow/T
: 1717 t/h / 287oC
Cond Flow
: 1551 t/h
AIR HTR In/OUT : 380oC / 130oC
BFDT P/T Boster : 22 kg/cm2 / 188oC
Flow
: 1100 t/h
BFPT P/T
: 1911 kg/cm2 / 191oC
Flow
: 1060 t/h
: 5000 rpm
DEAE P/T
CER : P/T
Flow
HTR 1 T. in/out
HTR 2
HTR
DEA
HTR 6
HTR 7
HTR 8

: 11.5 kg/cm2 / 185oC


: 29,6 kg/cm2 / 42oC
: 1471 t/h
: 42oC / 61oC
: 61oC / 83oC
: 83oC / 140oC
: 185oC
: 191oC / 218oC
: 218oC / 257oC
: 257oC / 287oC

ECO
DRUM/BOILER
HP TRB
Instrement Air
Aux stm
Ignikr oil

: 287oC / 300oC
: 355oC / 538oC
: 538oC / 348oC
: 7 kg/cm2
: 10. kg/cm2
: 7,0 kg/cm2

Fungsi Super Heater


- Untuk memanaskan uap dari Boiler drum yang masih mempunyai kadar uap basah, sehingga
menjadi uap yang kadar kekeringan tinggi
Fungsi Reheater
- Untuk sebagai pemanas ulang setelah uap dari super heater di expansikan ke HP turbine, uap
bekas pemutaran HP turbine keluar dengan tekanan yang rendah juga temperaturnya dibuat
Rehleater untuk efisiensi.
Thermoprobe :
Untuk mengukur dan mengetahui temperatur gas yang masuk ke daerah SH temperatur yang
masuk dibatasi 510oC selama proses start up untuk menurunkan temperatur gas dapat pula
menggunakan kelebihan udara ( Exsess air ) yang dialirkan melalui burner.

Freedom Test
Untuk pemeriksaan/pengetesan kebebasan pergerakan shafe-shafe MSV, GV, RSV dan ICV
dalam keadaan unit operasi.
Pengetesan dilakukan pada beban :
70% MCR ( 420 mw ) MSV, GV
90% MCR ( 540 mw ) RSV, ICV
Persiapan

Menghubungi LOC ( Load Dispech C ) untuk


kompirmasi pembebanan.

Alat Komunikasi ( HT )
Pemeliharaan ( HLM )
Untuk mengetes manvver valve

Prosedur
-

Beban stabil pada 70%


Pindahkan Coordinate Control/LFC ke Boiler Follow.
Pindahkan Turbine Master STA ke Manual.
Load Limiter Auto Follow ke ON.
IMP Posisi ON ( Impulse Pressor )
Catat beban, Tek, Temp, posisi Valve.

LOBIK
: LOGIKA/AKAL
: Sesuatu yang dapat diteriama akal.
Seqense
: Urutan-urutan menjalankan
Simbol-simbol
Ada 2 simbol :
: Simbol Rangkaian Logic
: Simbol Rangkaian Pengawetan
Simbol : Benda informasi yang dapat menggambarkan/mengilastrasikan keadaan yang
sebenarnya.

GERBANG OR ( ATAU )
GERBANG AND ( DAN )
GERBANG NOT ( TIDAK )

Kontrol Tiga Element


Pada kontrol ini/Cascade feed water forward system kontrol loopnya mempertahankan aliran
air yang masuk = keluar. Error antara sinyal level drum dan sinyal steam flow ad menjadi sinyal
feed wts yang dikehendaki hal ini adalah sinyal permintaan feed water dibandingkan dengan
aliran yang masuk dan perbedaannya akan menjadi output kontroler. Terdapat kontrol
propotional. Integral untuk sinyal koreksi feed water pada regalator vlv untuk mengkontrol
putaran pompa BFPT.

Efek kelebihan udara pembakaran


- Kehilangan panas
- Panas diradiasi berkurang

- Panas diconveksi bertambah


Boiler bertekanan negatif
- Mempercepat laju bahan bakar
- Menghindari penumpukan beban.
- Menghindari plash back di mill.

KONDISI MAIN STM


START DINGIN COLD

Tekanan minimum
Suhu super heat min
Suhu uap maximum
Suhu netral HP. Turbine.

: 4 Mpa
: 56oC
: 400oC
: 190oC

Kondisi uap ini agar Turbine mendapatkan pemanasan yang merata serta selisih pemuaian yang
optimal.

HUBUNGAN HEAT RATE DENGAN VACUM CONDENSOR


Contoh :
Pada beban 330 MW , steam flow1050 ton/jam , vacum condensor 63 mmhg (abs)
heat rate 1881 kcal/kwh dan heat rate coorection 0 %
bila vacum turun 75,7 mmhg (abs ), heat rate coorection menjadi 1,4 % (lihat grafik)
maka heat rate akan naik menjadi :
HR

1.4
X .HR
100

1881 kcal/kwh + 0,014 X 1881 kcal/kah = 1907,21 kcal/kwh


berarti kehilangan panas sebesar :

1907,21 kcal kwh 1881 kcal kwh = 26,334 kcal/kwh


bila produksi 1jam 600.000 kwh, panas yang hilang adalah
26,334 kcal/kwh X 600.000 kwh = 15.800.400 kcal
bila nilai kalor batu bara 5200 kcal/kg , panas yang hilang setara
15.800.000 kcal : 5200 kcal/kg = 3038 kg batu bara
bila harga batu bara Rp 150,- / kg, panas yang hilang setara
3038 kg X Rp 150 ,- = Rp 455.700 ,- / jam
demikian juga bila kita dapat memperbaiki vacuum condensor diatas designnya, maka panas
yang dapat kita hemat sungguh besar dan sangatlah berarti untuk meningkatkan effisiensi unit

Kiat kiat mempertahankan vacuum :

Back wash condensor ( kontinyu setiap hari )


Ball cleaning
Jaga kebersihan air laut dari sampah
Pertahankan residual chlorine ( min 0,1 ppm )
Pertahankan level condensor water box ( operasikan vacuum priming pump )
Jaga dan pertahankan seal water temperatur pada condensor vacuum pump
Jaga tekanan gland seal steam turbine LP.

MEDIUM VOLTAGE SYSTEM


(SYSTEM EA)
Safety
Gunakan alat K3 ( helm, sepatu, sarung tangan karet ) dan alat keselamatan kerja
yang direkomendasikan oleh urusan keselamatan kerja.
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan semua yang terkait
I.

II.

Fungsi dan cara kerja


2.1. Fungsi
Pada kondisi normal operasi pada system tegangan menengah, UST ( Unit Service
Tranformer ) mensuply tegangan 10.5 kV ke Bus Switch Gear Unit. Sementara SST
(Station Service Tranformer) akan mensuply tegangan 10.5 kV ke Bus Switch Gear
Station .
Bus switch Gear Unit 10.5 kV selanjutnya akan mensuply tegangan untuk :
> Motor-motor utama unit 10.5 kV lewat Motor Breaker.
> Step Down Tranformer 10.5/3.3 kV dan 10.5 kV/400 Volt LVS lewat Feeder Breaker
Bus Switch Gear Station 10.5 kV akan mensuply tegangan untuk :
> Motor Alat Bantu Utama Unit 10.5 kV (SU BFP Unit 5, 6 dan 7)
> Step Down Tranformer 10.5 kV / 400 Volt LVS.
Pada System tegangan menengah 3.3 kV selama operasi normal, Incoming Breaker A/B
pada posisi CLOSE, sementara Tie Breaker pada posisi OPEN. Tegangan menengah 3.3
kV pada 3.3 kV BUS akan mensuply tegangan untuk motor-motor 3.3 kV peralatan
bantu unit.
Bagian utama
Unit Service Tranformer (UST ) 23/10.5 kV
Station Service Tranformer ( SST ) 150/10.5 kV
Step Down Tranformer 10.5/3.3 kV
10.5 kV Bus Switch Gear Unit A/B
10.5 kV Bus Switch Gear Station A/B
Incoming Breaker 10.5 kV Bus Switch Gear Unit/Station
10.5 kV Feeder Breaker
10.5 kV Motor Breaker dan 3,3 KV Motor Breaker .
Protection Relay ;
> Over Current Relay ( Relay 51 )
> Ground Over Relay ( Relay 51N )

> Lock Out Relay ( Relay 86 )


> Trip Coil Monitor Relai ( Relay 74 )
> Shyncron Relay
III.
Filosofi sistem kontrol dan proteksi
4.1. Sistem kontrol
Tegangan menengah 10.5 kV merupakan Power Suply utama unit pembangkit Suralaya
Unit 5, 6 dan 7. Oleh karena itu tegangan 10.5 kV harus ada pada saat unit operasi
maupun unit tidak operasi.
Untuk 10.5 kV Bus Switch Gear Unit disuply oleh dua power suply yaitu :
a. 10.5 kV Incoming Station Breaker yang mendapat supply tegangan dari Station
Service Tranformer 150/10.5 kV. Tegangan 150 kV diambilkan dari sistem
transmisi/jaringan 150 kV Bus A dan B Gitet Suralaya. Kapasitas max SST adalah 67
MVA dengan system cooling NOFA.
b. 10.5 kV Incoming Unit Breaker yang mendapat supply tegangan dari Unit
Service Tranformer ( UST ) 23/10.5 kV. Tegangan 23 kV diambilkan dari
Output Main Generator sebelum Main Tranformer. Oleh karena itu Incoming
Unit Breaker dapat diposisikan CLOSE jika Main Generator sudah berbeban
kurang lebih 15% Load Gross. Kapasitas satu UST adalah 56 MVA dengan
system cooling ONAN dan ONAF.
10.5 kV Incoming Station dan Unit Breaker dalam operasional akan CLOSE salah-satu
diantara kedua BREAKER tsb. Jika kedua Breaker tsb pada posisi operasi paralel
selama 0.5 sec maka 10.5 kV Incoming Station Breaker akan Trip dari other trip Relay.
Oleh karena itu untuk menghindari kehilangan tegangan dan operasi paralel maka
dilengkapi dengan sistem transfer Breaker secara manual maupun auto ( Fast / Slow
Transfer )
Proses transfer Dari UST ke SST melalui 10.5 kV Bus transfer PB
( Biasanya dilakukan pada saat akan Shut Down Unit dengan beban sudah
mencapai kurang lebih 40%
10.5
kV
10.5 kV BUS Transfer
to SST
PBbus

station incoming breaker DCIS close cmnd

5 sec

10.5 kV bus station incoming shync.

Other permissive
Lock out reset
Remote
position
10.5
kV bus
station incoming breaker CLOSE
Breker in CONN position
Circuit breaker open
Circuit breaker not trip
other 10.5 kV bus unit
10.5
incoming
kV bus breaker
unit incoming
trip
breaker open

Proses transfer Dari SST ke UST melalui 10.5 kV Bus transfer PB


( Biasanya dilaksanakan pada saat unit Start-Up dengan beban sudah mencapai
kurang lebih 15% )
10.5 kV BUS Transfer to UST PB

10.5 kV bus unit incoming breaker DCIS close cmnd


5 sec

10.5 kV bus unit incoming shync.

Other permissive
Lock out reset
Remote
10.5 kV position
bus unit incoming breaker CLOSE
Breker in CONN position
Circuit breaker open
Circuit breaker not trip
other 10.5 kV bus station
10.5 kV
incoming
bus station
breaker
incoming
trip breaker open

Transfer dari UST ke SST (Fast transfer)


Diagram logic dari Fast transfer adalah sebagai berikut :

Fast transfer signal ON


Main breaker CLOSE
10.5*)kV Bus station Incoming DCIS Close command
Unit trip
10.5 kV Bus station Incoming Shyncron

*). Yang dimaksud unit trip disini adalah Unit trip Class Y, unit protection relay 86 A1 dan 86
B1. Karena jika terjadi main breaker open tetapi turbine generator tidak trip (unit trip class W
dari unit protection relay 86 B1 dan 86 B2) maka tidak terjadi transfer dari UST ke SST
karena unit akan beroperasi house load dan beban generator akan dimanfaatkan untuk
mensuplai kebutuhan 10.5 kV unit service bus SWGR.
10.5 kV bus incoming station breaker permissive ON
Auto transfer ON PB

10.5 kV bus station incoming shyncron


Auto transfer OFF PB

5 sec

S
R

Fast transfer ON
Fast transfer OFF

Transfer dari UST ke SST (Slow transfer)


Diagram logic dari Slow transfer adalah sebagai berikut :

10.5 kV bus A unit under voltage (27R1)


10.5 kV bus B unit under voltage (27R1)
10.5 kV Bus Incoming station breaker Close command
10.5 kV bus incoming unit breaker OPEN
Signal slow transfer ON

Logic inisial Slow Transfer ON.

10.5 kV bus incoming station breaker permissive ON


Auto transfer ON PB
Auto transfer OFF PB

S Slow transfer ON
R Slow transfer OFF

Slow transfer dari UST dan SST berlangsung jika pada 10.5 kV bus station mendetekasi Under
voltage (relay 27R1 dan R2 kerja) yaitu unit breaker open/trip
Auto transfer Fast/Slow hanya terjadi pada transfer dari UST ke SST, tetapi tidak akan terjadi
auto transfer dari SST ke UST
3.3 kV Incoming breaker dan tie breaker
System Tegangan menengah 3.3 kV disupply oleh 10.5 kV Feeder Breaker 2A8B untuk 3.3 kV
Bus A SWGR dan Feeder Breaker 2B8B untuk 3.3 kV Bus B SWGR. Tegangan 10.5 kV dari
Feeder Breaker diturunkan oleh Step Down Tranformer 10.5/3.3 kV untuk mensupply tegangan
3.3 kV Bus SWGR A/B setelah melalui 3.3 kV Incoming Breaker A/B.
Antara 3.3 kV Bus SWGR A dan B dapat saling mensuppy dengan me-manfaatkan 3.3 kV Bus
Tie Breaker (4B1B).
3.3 kV Tie Breaker akan ke posisi Close jika :
> 3.3 kV Incoming Breaker A atau B OPEN maka 3.3 kV Tie Breaker akan Auto CLOSE
> 3.3 kV Bus A atau B diposisikan stand-by dari CRT pada Normal/Stand By PB . Pada
posisi ini, 3.3 kV Incoming Breaker pada Bus yang diposisikan Stand By akan OPEN sesaat
setelah 3.3 kV Tie Breaker pada posisi CLOSE. Sistem tranfer antara Incoming Breaker dan
Tie Breaker dilengkapi dengan Shyncronizing Relay.
Feeder-Feeder Breaker dan Motor Breaker yang ada di :
10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF A, IDF A, PAF A, CWP A, CEP A, 400 V Turbin LVS A, 400 V Boiler LVS A, 3.3 kV
SWGR A, 400 V PCP LVS A, 400 V CW LVS A, 400 V ASH LVS A .
10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF B, IDF B, PAF B, CWP B, CEP B, 400 V Turbin LVS B, 400 V Boiler LVS B, 3.3 kV
SWGR B, 400 V PCP LVS B, 400 V AUX LVS B & D, 400 V ASH LVS B .
10.5 kV Bus SWGR Station A adalah
ASH SWGR A, 400 V Station LVS A, COAL SWGR A, 400 V AUX LVS A & C , SU BFP
Breaker A .
10.5 kV Bus SWGR Station B adalah
ASH SWGR B, 400 V Station LVS B, COAL SWGR B, 400 V CW LVS B, SU BFP Breaker B
3.3 kV Bus SWGR A adalah :
C3WP A, Pulverizer A, Pulverizer B, Pulverizer C, BFP Booster A, ASH Blower A .
3.3 kV Bus SWGR B adalah :
C3WP B, Pulverizer D, Pulverizer E, Pulverizer F, BFP Booster B, ASH Blower B, C3WP C .
4.2. SISTEM PROTEKSI
A. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Incoming Breaker Bus A
1. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Diff Relay ( 87 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
4. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )

B. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Tie Breaker


1. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
C. Proteksi tegangan menengah 10.5 kV Incoming Unit Breaker Bus A/B
1. Boiler Trip
2. Turbin Trip
3. Generator Trip
4. Generator Transformer Trip
5. UST Trip
6. 10.5 kV Bus A/B Unit Incoming Over current (51 )
7. 10.5 kV Bus A/B Unit Incoming Ground Fault ( 51N )
D. Proteksi tegangan 10.5 kV Bus A / B Incoming Station Breaker A / B
1 . 10.5 kV Bus A/B Incoming Breaker Running Paralel selama 0,5 sec
2. 10.5 kV Bus A/B Station Incoming Over Current ( Relay 51 )
3. 10.5 kV Bus A/B Station Incoming Ground fault ( Relay 51 N )
4. SST Trip Lock Out 8601/8602 Relay
> Station Tranformer A/B Winding Temp HI ( 49 )
> Station Tranformer A/B Press Relief Device ( 63 P )
> Station Tranformer A/B Defferential Relay ( 87 , 8702 , 8703 )
> Station Tranformer A/B Ground Fault ( 51N2 , 51N2 )
> Station Tranformer A/B Over Current (50 ,51 )
> Station Gas Trip ( 63 )
Prosedur operasi
Persiapan lokal untuk 10.5 kV Incoming Station/Unit Breaker Bus SWGR Unit A/B , 10.5
kV Incoming Breaker Station Start-Up Service Bus SWGR A/B, 10.5 kV Feeder Breaker
Bus SWGR Unit Service dan Station Start-Up A/B serta 10.5kV dan 3.3 kV Motor Breaker :
Yakinkan Breaker Breaker tersebut sudah available dengan kondisi sbb :
Breaker dalam keadaaan Connection (Rack in) dengan indikasi CONN
Breaker sudah dalam keadaan Charging dengan indikasi CHARGING
Semua relay sudah dalam keadaan riset ( relay 86 , Trip coil relay dll )
Rem/Loc Select Switch pada posisi REMOTE
Kunci mekanik sudah dilepas dan coba mekanik lock dengan menarik dan
mendorongnya.

5.2. Persiapan Control Room :


> Yakinkan semua Permisive 10.5 kV Incoming Station Breaker Unit Service Bus SWGR
CLOSE sudah terpenuhi.
> Yakinkan semua Feeder Breaker dan motor Breaker yang ada pada 10.5 kV Unit Service
Bus SWGR masih pada posisi OPEN .
Prosedur Closing/pengisian tegangan/penormalan pada 10.5 kV Unit Service dan Station
Start-Up Service Bus SWGR A/B :
1. Jika SST dan 10.5 kV Unit / Station Start-Up Service Bus SWGR A atau B telah siap
hubungi GITET untuk memasukan CB 150 kV yang mensupply tegangan ke SST 3 atau 4
2. Jika sisi Low Voltage (sisi secondary ) SST telah ada tegangan 10.5 kV maka 10.5 kV
Incoming Station Breaker Unit Service Bus SWGR akan CLOSING secara Auto .
3. Yakinkan 10.5 kV Unit Service Bus SWGR A atau B sudah ada tegangan 10.5 kV.
4. 10.5 kV Incoming Breaker Station Start-Up Bus SWGR A atau B dapat di Closing dan
yakin-kan pada Bus SWGR Station sudah ada tegangan 10,5 kV.
5. Feeder Breaker 10.5 kV pada Unit Service dan Station Start-Up Bus SWGR A atau B
dapat dimasuk-kan dengan memperhatikan :
Step Dwon Transformer 10.5 kV / 400 V dan 10.5 kV / 3.3 kV telah siap untuk
dioperasikan . ( Lihat TAGGING dan hubungi sie Listrik )
Incoming Breaker Bus 400 V atau 3.3 kV masih pada kondisi OPEN .
Lakukan koordinasi dengan operator lokal .
6. Jika diperlukan motor- motor Breaker 10.5 kV dan 3.3 kV dapat diposisi-kan StandBy
( Breaker posisi Available ).
7. Jika Feeder Breaker 3.3 kV SWGR telah dimasukkan dan tegangan Low Voltage (LV)
sudah ada maka Incoming Breaker 3.3 kV Bus SWGR dapat dimasukan dengan transfer
dari Tie Breaker Bus SWGR 3.3 kV dari normal / stand-by PB pada posisi Normal.
Pada saat beban generator sudah mencapai 15% Load Groos maka dapat dilaksanakan
Tranfer Incoming Breaker 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dari Incoming Station
Breaker (SST) ke Incoming Unit Breaker (UST) . Yakinkan dulu bahwa 10.5 kV Incoming
Unit Breaker sudah terpenuhi permissive closingnya dapat dilihat pada permisive di CCR.
Tekan switch Unit pada Station-Unit Transfer dan yakinkan 10.5 kV Incoming Unit
Breaker sudah CLOSE dan 10.5 kV Incoming Station Breaker OPEN (lihat logic manual
transfer dari SST ke UST). Pada saat 10.5 kV Incoming Unit Breaker sudah Close yakinkan
Auto Transfer (Fast/Slow Transfer) sudah ON untuk menjaga keandalan supply tegangan
10.5 kV pada 10.5 kV Bus SWGR Unit pada saat Unit trip dari Unit Proteksi 86A1 dan
86B1. Pada kondisi seperti ini SST hanya mensupply tegangan 10.5 kV pada Station
Service Start Up Bus SWGR A atau B.
Prosedur OPENING 10.5 kV Unit Service Bus SWGR A atau B dan Station Service Start Up
Bus SWGR A atau B serta 3.3 kV Bus SWGR :
1. Masukan semua Tie Breaker pada 3.3 kV Bus SWGR dan 400 V LVS serta lepas
Incoming Breaker 3.3 kV Bus / 400 V Incoming Breaker yang mengambil supply tegangan

dari 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR
Yang akan dibebaskan .
2. Lepas 10.5 kV Feeder Breaker pada Unit Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service
Start Up Bus SWGR yang Incoming Breaker 3.3 kV dan 400 V sudah dilepas .
3. Stop semua Motor-motor 10.5 kV yang mengambil supply tegangan dari 10.5 kV Unit
Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR Yang akan
dibebaskan .
4. Setelah yakin semua Feeder Breaker/Motor Breaker sudah stop sehingga 10.5 kV Unit
Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR sudah NO LOAD,
Infomasikan ke GITET bahwa SST dapat dibebaskan.
5. Setelah SST bebas tegangan, 10.5 kV Incoming Station Breaker Bus SWGR Unit A atau B
dan 10.5 kV Incoming Breaker Station Start-Up Service Bus SWGR A atau B dapat dilepas
Catatan : Prosedur pembebasan tegangan diatas hanya pada kondisi unit stop atau unit
beroperasi dengan beban 50% MCR dan supply tegangan untuk 10,5 kV Unit Service Bus
SWGR A atau B masih dari SST.
Sistem monitoring dan batasan operasi
Station service transformer (SST
Unit 5,6 dan 7 mempunyai 2 SST ( SST 3 dan 4 ) yang mampu mensuplai kebutuhan beban
pemakaian sendiri di PLTU unit 5, 6 dan 7 secara bersamaan. Baik pada saat start-up maupun
pada beban penuh. Pada saat beban 15% (gross) sebaiknya power suplai ke 10.5 kV incoming
breaker unit service bus SWGR ditransfer dari SST ke UST untuk keandalan suplai tegangan ke
bus tersebut. Satu SST mempunyai maksimum load 67 MVA, sementara pada beban penuh
masing-masing unit memerlukan 10 MVA pada unit service bus SWGR dan 5 MVA pada
station service start-up bus SWGR
Unit service transformer (UST)
Masing-masing unit PLTU Suralaya 5, 6 dan 7 mempunyai 2 UST yang akan mensuplai 10.5 kV
unit service bus SWGR A dan B di masing-masing unit tersebut. Satu UST mempunyai daya
maksimum 56 MVA.
10.5 kV unit service bus SWGR A dan B masing-masing mempunyai kapasitas 50% MCR.
Sehingga jika terjadi salah satu 10.5 kV unit service bus SWGR trip
maka unit akan derated 50%
Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya
Pada saat unit trip Class Y dengan unit protection relay yang kerja adalah 86 A1 dan 86 B1
akan memberi sinyal fast transfer dari incoming unit breaker ke incoming station breaker.
Jika proses fast transfer ini terjadi dengan sempurna maka pada 10.5 kV unit service bus
SWGR tidak sempat kehilangan tegangan karena pada proses transfer ini terlebih dahulu
terjadi shyncronizing.

Jika terjadi kegagalan Fast transfer maka akan terjadi slow transfer setelah mendeteksi terjadinya
undervoltage pada 10.5 kV unit service bus SWGR. Dalam kejadian tersebut maka motor-motor
10.5 kV dan 3.3 kV akan trip terlebih dahulu dari undervoltage relay-nya, karena setting under
voltage motor breaker lebih tinggi dari pada setting under voltage inisial Slow Transfer. Jika
sampai terjadi kegagalan fast transfer pada kedua Unit Service Bus SWGR maka yang terjadi
adalah semua power supply yang ke unit akan hilang yang akan menyebabkan semua peralatan
di unit akan trip, kecuali peralatan yang mempergunakan arus DC dan dari station start-up
service bus.
Tindakan operator adalah :
1. Yakinkan 10.5 kV incoming station breaker unit service bus SWGR A dan B sudah
masuk dan pada Bus SWGR sudah ada tegangan.
2. Masukkan feeder breaker 400 V Boiler LVS A dan B dan normalkan tegangan pada 400
V bus Boiler LVS serta masuk-an incoming breaker ke semua MCC Boiler dan segera
start electric motor drive untuk SAH A/B dan PAH A/B
3. Normalkan 400 V TRB LVS dan masuk-an incoming breaker ke semua MCC Turbin
serta start system lube oil dan turning gear BFPT A/B dan Main turbine
4. Masukkan feeder breaker 3.3 kV A/B dan normalkan 3.3. kV bus SWGR A/B serta start
C3WP
5. Persiapkan dan start CWP A/B
6. Khusus untuk unit 5 yakinkan 400 V AUX LVS A/B dan C/D serta 400 V Circulating
Water LVS sudah normal
7. Yakinkan demin transfer pump dan fuel oil pump sudah beroperasi
Untuk memperkecil kemungkinan gagal transfer dari UST ke SST maka dapat selalu
diyakinkan fast transfer dan slow transfer pada posisi ON.
7091073 JA

1.TURBINE LUBE OIL SYSTEM


Sistem pelumasan pada turbin diperlukan untuk memasok minyak pelumas yang bersih dengan tekanan
dan temperatur guna :
Melumasi bantalan turbin, generator dan exciter

Sistem proteksi turbin

Sitem kontrol dan hidrolik

Sistem jacking turbin generator

Fungsi minyak pelumas sebagai media pelumas dalam turbin adalah :

Meredam getaran

Mengurangi gesekan antar material

Mengurangi keausan

Mencegah timbulnya korosi

Pendingin metal

Menaikkan kekuatan transmisi (power transmission)

Peralatan penting yang ada dalam sistem pelumasan turbin generator adalah:

Tangki minyak pelumas

Pompa pelumas

Saringan (strainer)

Pendingin minyak pelumas (lube oil cooler)

Regulator

Pemurni minyak (purifier)

1.1 Tangki pelumas (Main Oil Tank)


Tangki pelumas berfungsi sebagai reservoir guna memasok kebutuhan minyak bagi
sistem pelumasan dan lainnya serta menampung minyak yang kembali dari system pelumasan.
Didalam tangki dilengkapi dengan filter untuk menyaring kotoran. Dalam tangki juga dilengkapi
dengan vapour extractor untuk menghisap uap minyak yang terbentuk serta saluran drain untuk
membuang kotoran/lumpur yang terbentuk dalam minyak. Untuk melihat level minyak dalam
tangki secara visual disediakan gelas duga dan tongkat pengukur (deep stick)

1.2 Pompa pelumas (Lube Oil Pump)


Pompa-pompa pelumas berfungsi untuk menjamin kontinuitas aliran dan tekanan minyak dalam
sistem pelumasan.Dalam sistem pelumasan turbin generator terdapat 5 buah pompa pelumas
yaitu :
a)

Main oil pump


Main oil pump merupakan pompa sentrifugal yang yang terpasang di pedestal turbin dan
digerakkan oleh poros turbin, artinya pompa ini dioperasikan dalam keadaan turbin sudah
beroperasi normal (putaran 90%).
Main oil pump ini memasok kebutuhan minyak untuk :

Sistem pelumasan turbin

Minyak pengatur (control oil) untuk governor

Minyak penggerak servomotor/actuator hidrolik

Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)

Pompa dipasok dari ejector minyak pada tekanan 1-12,5 bar dengan tekanan sisi tekan
proporsiaonal terhadap putaran. Teknaan discharge berkisar anrta 20-30 bar tergantung desain.
b) Auxiliary lube oil pump
Pompa ini digerakkan oleh motor AC. Berfungsi sebagai pemasok minyak manakala Main oil
pump belum bisa menjalankan tugasnyamisal saat putaran turbin rendah atau saat start turbin.
Ini dipergunakan saat Start unit, shutdown ataupun masalah lain pada MOP.Berfungsi
sebagai.,

Sistem pelumasan turbin

Minyak pengatur (control oil) untuk governor

Minyak penggerak servomotor/actuator hidrolik

Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)

Pemasok sissi hisap MOP

c) Turning gear oil pump

Pompa ini digerkkan oleh motor AC, dan hanya berfungsi sebagai pelumas saja ketika turbin
diputar dengan Turning Gear.
d) Emergency oil pump
Pompa ini digerakkan dengan arus DC yang dipasok dari baterai. Ini bekerja saat pasokan listrik
AC tidak ada, misal saat kondisi blackout ataupu pasokan minyak dari pompa lain tidak ada.
e) Jacking Oil pump
Minyak dapat disuplai kedalam bantalan hanya akan memberikan lapisan minyak (oil film)
apabila poros berputar. Bila poros coba diputar dari keadaan diam maka akan sulit karena
beratnya rotor. Untuk itulah didesain jacking oil pump yang berfungsi untuk mengangkat poros
turbin (jack) dengan tujuan menghindari terjadinya gesekan static antara poros dengan bantalan
ketika poros turbin akan mulai berputar dari keadaan diam (stand still). Pompa ini menghasilkan
tekanan pompa yang sangat tinggi.
1.3 Pendingin minyak (Oil Cooler)
Oil cooler berfungsi untuk menyerap panas minyak pelumas yang keluar dari bantalan turbin.
Terdapat 2 cooler dimana yang satu standby. Jika cooler yang satu kotor maka cooler yang lain
akan berjalan. Arti standby disini saluran cooler dalam minyak benar-benar bebas dari udara dan
saluran minyak telah terisi penuh dengan udara. Untuk membuang udara yang ada dalam sauran
minyak maka dilakukan venting pada saluran tersebut, dan dalam waktu yangh bersamaan
minyak pelumas menalir dan mendorong udara keluar dari cooler. Bila saluran venting telah
keluar minyak, maka udara telah habis dan venting harus segera ditutup. Temperatur minyak ini
diatur karena berhubungan dengan voiscositas pelumas yang membentuk lapisan (film ) saat
melumasi bantalan.
1.4 Pemurni minyak (Oil Purifier)
Pemurni minyak ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran minyak pelumas dari air dan
benda-benda asing. Minyak yang diambil dari pemanas pada main oil tank dengan temperatur
sekitar 77oC dilewatkan ke purifier ini.
1.5 Filter (Strainer)

Fungsi dari strainer yang adalah untuk untuk menyaring kotoran yang ada dalam minyak
pelumas.
1.6 Gangguan yang timbul pada sistem pelumasan
N Gang Identifikasi
Penanggulan
o guan
masalah
gan
1 Lube
Ad
Te
. oil
a valve
mukan dan
pressu
yang belum
buka jika
re low
buka
ada valve
(masuk dan
yang belum
keluar)
terbuka

Sa
Ga
ringan
nti dan
kotor
bersihkan

Ad
strainer

Ta
anya
kebocoran
mbahkan
minyak
oil sampai

Re
level yang
diijinkan
ndahnya
level oil
tank
2 Lube
Le
Te
. oil low
vel pada oil
mukan
level
tank rendah
kebocoran

Ad
dan
tambahkan
anya
minyak
kebocoran
minyak
3 Lube
Ad
Te
. oil
anya valve
mukan dan
temp
air
buka jika
high
pendingin
ada valve
pada oil
air
cooler yang
pendingin
belum
yang belum
terbuka
terbuka

Ti
Per
dak adanya
iksa pada
aliran air
sight glass
pendingin
apakah ada
pada oil
aliran air
cooler

Ga

Vis

kositas
minyak
turun

4
.

Motor
pump
trip

Wa
rna minyak
hitam dan
berbusa
Re
ndahnya
discharge
pressure
lube oil
pump
Ad
anya
gesekan
antar metal
pada motor
(kelainan
suara)
Ov
erload pada
motor
(panas pada
motor)
Vi
brasi tinggi
Ca
tu daya
tidak
conect

nti minyak
atau
tambahkan
aditive dan
koordinasik
an dengan
labor
Na
ikkan
tekanan
discharge
lube oil
pump
La
porkan
kelainan
pada
bagian
pemelihara
an

1.7 Gangguan sistem pelumasan pada unit


N Gangg Identifikasi
Penanggula
o uan
masalah
ngan
1 Minya
Te
P
. k
kanan
eriksa
terkon
gland
selalu
tamina
steam
kondisi
si air
tinggi
tekanan
dan

Ter
gland
berbus
steam,
dapat
a
atur jika
kebocoran
terlalu
steam pada
tinggi

labyrinth

2 Minya
. k
pelum
as
kotor

3 Tempe
. ratur
minya
k
cukup
tinggi

Vis

erlu
pengelasa
n
labyrinth
yang
rusak
G
anti
minyak
atau
tambahka
n zat
additive

kositas
minyak
turun
Vi
brasi tinggi
Mi
nyak
terkontami
nasi
serpihan
logam
karena
gesekan
antar
material
Vi
brasi tinggi

P
eriksa
selalu
vibrasi
dan atur
balancing
turbin/ge
nerator
dengan
balancing
weight

2. CONDENSOR
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air kondensate
melalui pipa-pipa pendingin agar dapat disirkulasikan kembali. Akibat kondensasi ini sisi uap
kondensor termasuk hotwell berada pada kondisi vacuum.
Prinsip kerja :

Air laut sebagai media pendingin masuk ke box condensor didistribusikan ke pipa-pipa kecil
(tube condenser) untuk menyerap panas yang diterima tube dari extraction steam LP-turbine.
Untuk mengoptimalkan pendinginan di condenser maka :

Level air laut harus penuh dilakukan dengan :


-

Vacuum priming

back wash dan ball cleaning (untuk mencegah pengurangan flow air)

Venting

Pasokan uap perapat harus terpenuhi

Ejector ataupun Pompa vacuum bagus

Tidak adanya kebocoran udara keluar kondensor

Tidak adanya drain yang terbuka saat beroperasi

Temperatur air pendingin rendah

Tube condensor bersih dari kotoran/ganggang laut

2.1 Bagian condensor


Hotwell
Water box
2.2 Sistem pengukuran dan pengaturan condensor
Sistem pengukuran dan pengaturan dalam condenser antara lain :
a)

differensial temperature condenser yang tinggi antara inlet dan outlet , Jika tinggi
maka dilakukan :

Condensor backwashing : yang dilkukan pada kondsi tertentu tergantung kondisi air laut dari
water intake
Ball cleaning system : dilakukan pada kondisi tertentu tergantung kondisi air laut dari
water intake

b)

Vacuum priming atau pompa venting untuk menghisap udara yang terjebak pada
water box. Ini dilakukan untuk menghindari vacuum drop.

2.3 Sistem pembuangan udara ke sisi kondensor (priming System)

Fungsi utama system priming adalah untuk membuang udara dari air pendingin utama agar air
pendingin dapat mengisi seluruh permukaan kondensor sehingga proses pendinginan efektif.
Saluran pembuangan udara sisi air pendingin terletak pada bagian atas water box sisi inlet dan
sisi out let kondensor .
Ada 2 macam system priming yang banyak di pakai, yaitu :
1. Sistem Priming Tertutup
Pada system ini pembuangan udara dilakukan melalui saluran dan katup venting dibagian
atas water box hanya dengan mengandalkan tekanan air pendingin.
2. Sistem Priming Terbuka .
Pada system ini udara dikeluarkan dari water box melalui saluran yang sama tetapi
dengan bantuan perangkat vacuum pump.

2.4 Taproge system


Taproge adalah system pembersih pipa kondensor sisi air pendingin dengan menggunakan sarana
pembersih berupa bola - bola karet yang disebut bola Taproge dengan cara mensirkulasikan bola
bola tersebut bersama air penfingin. Bila pipa air pendingin dinyatakan kotor dan tidak teratasi
oleh backwashing, maka system Taproge dapat dioperasikan.
Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin keluar di pasang semacam saringan berengsel
yang terdiri 2 bagian seperti layaknya sepasang daun pintu teralis. Perangkat ini disebut catcher
yang berfungsi untuk menangkap bola - bola Taproge agar tidak ikut terbuang ke outfall .
Sebelum mengoperasikan system Taproge, catcher harus dalam posisi tertutup (catch position).
Bila menggunakan bola - bola Taproge baru, bola - bola Taproge sebaiknya terlebih dahulu
direndam dalam air dan diremas - remas guna menghilangkan udara dari dalam bola. Bola
kemudian dimasukkan pada penampung (ball collector) yang dilengkapi dengan tingkap
berlubang - lubang
Bila tingkap tertutup, maka hanya air yang dapat mengalir melalui lubang lubang tersebut,
sementara bola - bola Taproge tertahan di dalam collector. Bila tingkap terbuka maka air dan
bola - bola Taproge dapat mengalir. Setelah bola Taproge di masukkan ke collector dengan
tingkap posisi tertutup, jalankan pompa sirkulasi (Taproge Pump), kemudian buka tingkap pada
collector dan bola - bola Taproge akan mengalir bersama air ke sisi (inlet) kondensor. Untuk

selanjutnya masuk ke pipa - pipa penfingin dan akhirnya keluar sambil membawa kotoran kotoran dari pipa kondensor. Ketika sampai outlet bola - bola Taproge akan tertahan pada catcher
dan diarahkan kembali ke collector. Sirkulasi ini terus dilakukan sampai selang waktu tertentu,
sesuai instruksi buku manual. Bila dirasa sudah cukup, tutup tingkap pada collector, dan biarkan
system tetap beroperasi beberapa saat guna memberi waktu bagi bola bola Taproge untuk
terkumpul seluruhnya di dalam collector. Bila dipandang cukup, matikan pompa dan catcher
dapat dibuka kembali.
2.4 Performance operasional condensor
Unjuk kerja dari kondensor dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a)

Kebersihan permukaan tube sisi air pendingin

Kotoran yang menempel permukaan tube dapat menghambat transfer panas dari uap ke air
pendingin serta memperkecil flow air.
b)
Kebersihan permukaaan tube sisi uap
Apabila tube diselubungi gas yang tak bisa terkondensasi maka transfer panas dari uap ke air
akan terhambat.
c)
Flow air pendingin
Flow air yang kurang akan mengurangi kemampuan pendinginan sehingga temperatur dan
tekanan kondensate akan naik.
d)
Temperatur air pendingin
Temperatur air pendingin dimana dalam hal ini menggunakan air laut dipengaruhi oleh
musim .
e)
Adanya udara/gas dalm air pendingin
Adanya air dalam air akan menghambat proses heat transfer antara uap dengan air laut .
f)

Adanya udara/gas dalam uap


Jika gas yang terbawa oleh uap tidak dapat terkondensasi maka akan menyebabkan naiknya
tekanan condensor

g)

Kemampuan peralatan pembuat vacuum


Jika ejector bermasalah maka tekanan kondensor akan naik (vacuum drop)

h)

Level air kondensate


Jika level kondensate tinggi maka akan menggenangi tube kondensor yang menyebabkan
temperatur dan tekanan naik. Jika terlalu rendah juga mengakibatkan kavitasi pada
Condensate Extraction Pump.

2.5 Permasalahan pada condensor yang menyebabkan vacuum drop


Masalah :
Kebocoran
pada pipa
pendingin

Kotoran
pada pipa
pendingin
Pressure
inlet water
condenser
low
Delta
temperatur
e inlet dan
outlet
condenser
terlalu
tinggi
Aliran CW
tidak
mencukupi
(vacuum
drop)

Proteksi
katodik tidak
bekerja dengan
bagus
Korosi karena
ganggang laut

Belum
dilakukan
backwashing
dan ball
cleaning
Pressure gauge
tidak bagus
Disc press.
CWP low
karena banyak
sampah.
Belum
dilakukan ball
cleaning dan
back washing

Perbaikan
proteksi
korosi baik
katodik
ataupun
chemical
pelumpuh
ganggang
laut
Lakukan
backwashin
g ulang jika
kondisi air
kotor
Perbaiki
pressure
gauge
Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashin
g dan ball
cleaning

Saringan air
masuk (water
intake )
menuju CWP
kotor sehingga
menghambat
aliran
pendingin
Pengotoran
pada tube plate
condenser
Kemampuan
pompa CWP
berkurang

Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashin
g dan
proteksi
korosi baik
katodok
ataupun
pelumpuh
ganggang
Periksa
CWP

Pasokan
gland
steam
tidak
mencukupi
(vacuum
drop)

Saluran pipa
gland steam
tersumbat/boco
r
Tekanan gland
steam rendah

Gangguan
pada
fungsi
ejector

Tekanana aux.
steam rendah
Saluran air
pada ejector
bocor
Saluran uap
Aux. steam
bocor
Level drain
tinggi
Pipa bocor

Adanya
kebocoran
udara
sehingga
masuk ke
kondensor

Tutup
kebocoran
gland steam
Naikkan
tekanan
gland steam
sesuai set
point
Naikkan
tekanan
aux.steam
Tutup
kebocoran
baik sisi
uap ataupun
sisi air
Buka drain
ejector

Saran:
Hendaknya ejector dilengka[pi dengan perlatan penunjukan persentase udara yang terbuang dari
kondensor.
.

3. GSW SYSTEM
NAMA

FUNGSI

PERALATAN

PERALATAN

a. Mill Lube

Mendinginkan minyak

Oil Cooler

pelumas

Boiler Food

Mendinginkan minyak

Pump

pelumas dan winding

Cooler

motor

b. Gas

Mendinginkan lube oil

Recirculatio

bearing dan winding

n Fan

motor

Cooler

Mendinginkan lube oil

c. Primary Air
Fan Cooler
d. Induce

bearng dan winding


motor
Mendinginkan lube oil

Draft Fan

bearing dan winding

Cooler

motor

e. Forced

Mendingionkan lube

Draught Fan oil bearing dan


Cooler
f. Main and

winding motor
Mendinginkan lube oil

Mill Air

bearing dan winding

Heather

motor

g. Analitycal

Mendinginkan bearing

Instrument
Cooler
h. Service Air
Compressor
i. Instrument
Air

Mendinginkan udara
dan sebagai seal piston
Mendinginkan udara
dan sebagai seal piston
Mendinginkan H2

Compressor
j. H2

Mendinginkan minyak

Generating
House

Mendingikan H2 seal

k. Turbine

oil

Lube Oil

Mendinginkan udara

Cooler

untuk exiter

l. H2 Seal Oil
Unit
m. Exciter Air
Cooler

NAMA
PERALATAN
a. GSW

FUNGSI
PERALATAN
Sebagai tangki

Head

penampung GSW

Tank

dalam system tertutup


(close loop)

b. GSW

Memompa air dari

Pump

GSW head tank ke


GSW cooler

c. GSW
Cooler

Mendinginkan air
dalam GSW system /
Reganerasi GSW dari

d. GSW

temperature

Auto

Menyaring air yang

strainer

beroperasi secara
otomatis berdasarkan
AP ataupun interval
waktu sesuai

keperluan sistem

General Service Water (GSW) ini merupakan pensuplai air pendingin yang di gunakan beberapa
peralatan pndingin di PLTU Suralaya.
Pada beberapa peralatan di PLTU Suralaya dalam operasinya memerlukan suatu system
pendinginan agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik .
GSW mensuplai air pendingin ke semua system pendingin yang di sirkulasikan secara tertutup.
GSW Head Tank di hubungkan pada header pompa GSW yang berfungsi untuk menjaga tekanan
atmosfir dan agar selalu tersedia air untuk di pompakan. GSW head tank ini di suplai dari tangki
air demin.
Keluar dari pompa , air di dinginkan pada GSW Cooler dimana sebagai air pendinginnya
digunakan air laut. Air pendingin kemudian di saring pada Self Cleaning Strainers yang
selanjutnya di distribusikan ke system pendingin yang ada.

LCV

SISTEM KONTROL ELEKTRO HIDROLIS (EH)


DESKRIPSI SISTEM ELEKTRO HIDROLIS (DEHC)
Fungsi dan Konstruksi Umum

GSW HEAD TANK

Fungsi dari Sistem High Pressure Elektro-Hidrolis fluid adalah memberikan suatu gaya
tekanan (motive force) hidrolis dengan menggunakan suatu media fluida yang akan mengatur
pembukaan valve steam turbin terhadap respon perintah elektris dari controller elektronik,
yang diaktifkan melalui servo-actuator.
Terdapat 2 buah sistem yang dipergunakan untuk mengendalikan operasi unit turbin
generator. Masing-masing saling terpisah dan berdiri sendiri, namun saling terhubung
(interlock) melalui emergency trip valve yang memberikan sistem trip terpadu yang efektif.
Sistem lubrikasi oli selain berfungsi sebagai pelumasan untuk bearing, juga berfungsi untuk
memasok oli hidrolis bertekanan untuk menjalankan peralatan auto stop, trip thrust bearing
dan low bearing oil pressure.
Sistem High Pressure EH Fluid
Sistem Fluid
Desain sistem fluida untuk sistem elektro hidrolis memiliki perbedaan karakteristik dengan
fluida lain. Untuk memenuhi kriteria keandalan dan keamanan, dipergunakan material oli
sintetis yang berbeda dengan oli mineral biasa. Material yang dipergunakan adalah Diluted
tri-aryl phosphate ester yang akan memiliki karakteristik pelumasan yang baik, tahan api dan
kestabilan viskositas.
Fluida ini tidak boleh dipergunakan pada sistem dengan temperatur di bawah 20oC. Jika
temperatur lebih rendah, fluida harus dipanaskan dengan menggunakan pompa polishing,
sebelum pompa utama oli dijalankan.
Peralatan Sistem Fluida
Peralatan utama sistem EH yaitu reservoir, akumulator, servo actuator valve steam saling
terhubung dengan pipa yang menggunakan material baja stainless. Peralatan sistem EH
tersebut adalah :
1.
Tanki Minyak (Fluid Reservoir) 1 unit
Memiliki kapasitas 760 liter dan terbuat dari stainless steel. Manhole terletak dibagian atas
tanki yang ditutup oleh plat cover yang dibaut. Tanki minyak ini memiliki valve drain yang
dioperasikan secara manual dan fasilitas saluran untuk pengisian.
2.
Pompa Minyak (Fluid Pump) 2 unit
Masing-masing memiliki kapasitas yang sama dan dihubungkan dengan motor penggerak
listrik melalui kopling fleksibel. Pompa didesain untuk mampu beroperasi terus-menerus
(continous duty) dan diletakkan dibawah level fluida untuk mendapatkan daya hisap positif.
3.
Saringan hisap pompa (Pump Suction Strainer) 1 unit
Saringan hisap pompa dipasang secara vertikal terhadap tangki minyak. Saringan terbuat dari
anyaman baja dengan ukuran 150 mesh dapat diganti setiap saat melalui lubang atas tangki
tanpa mengganggu peralatan lain.
4.
Blok kontrol
Terletak di bagian atas dari tangki minyak dan memiliki komponen sebagai berikut :
a. Switch Pressure Differential 2 set
Digunakan untuk mengindikasikan perbedaan tekanan (differential pressure) antara sisi
masuk dan keluar saringan oli yang dipasang pada sisi discharge (outlet) dari
rangkaian pompa.
b. Filter 10 mikron tipe Catridge 6 set

PI

Filter tipe catridge ini masing-masing dipasang secara terpisah, dapat dibersihkan dan
dipergunakan lagi dengan suatu teknik pembersihan khusus. Filter catridge ini
dipasang dengan sebuah mounting ring dan O seal ring.
c. Pressure control atau Unloading Valve 2 set
Digunakan untuk mengatur tekanan hidrolis rangkaian fluida dengan operasi buka-tutup
valve discharge pompa oli. Saat pembebanan rendah, tekanan oli tersimpan dalam
rangkaian akumulator. Sedangkan saat tekanan oli melebihi tekanan set point yang
telah ditentukan, secara otomatis output pompa akan diarahkan langsung ke tangki oli
dengan tekanan discharge yang rendah.
d. Check Valve 2 set
Check valve dipasang pada rangkaian oli tekanan tinggi pada sisi discharge (keluaran)
pada pompa.
e. Relief Valve 1 set
Berfungsi sebagai back up dari unloading valve sekaligus pengaman dari rangkaian EH.
Dipasang diantara kedua Unloading Valve. Apabila tekanan oli melebihi tekanan set
point dari relief valve, maka oli akan langsung dialirkan kembali ke tanki minyak.
f. Shut Off Valve 2 set
Dipasang pada saluran oli tekanan tinggi menuju Unloading valve. Penutupan secara
manual pada valve ini akan mengisolasi blok kontrol dari oli tekanan tinggi, sehingga
dapat dilaksanakan proses pemeliharaan dan perbaikan pada komponen Unloading
valve, filter, check valve dan pompa oli.
PI
5. Plat magnetik 2 set
Plat magnetik yang terbuat dari baja stainless dipasang terendam dalam tanki oli. Berfungsi
untuk menangkap partikel-partikel metal yang dikandung dalam oli. Masing-masing plat
tersebut dapat dilepas dan dibersihkan kembali.
6. Fluid Level Control Switch 2 set
PI
Switch level kontrol oli tipe displacement berfungsi untuk mengaktifkan mekanisme
kontak
PI
saat terjadi perubahan level oli pada tanki. Digunakan 4 buah kontak yang masingmasing berfungsi sebagai berikut :
PI
a. Alarm oli high level 1 buah
b. Alarm oli low level 1 buah
c. Trip Pompa oli (akibat low level) 2 buah.
7.
Test Valve 1 set
Test valve dipasang pada rangkaian oli dekat switch pressure pompa oli. Susunan ini akan
mengizinkan switch start-up pompa oli yang sedang standby untuk dites secara remote.
Jika dioperasikan, test valve akan membuka drain dari saluran oli tekanan tinggi.
Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan oli, sehingga akan mengaktifkan switch
tekanan pompa auxiliary untuk menstart pompa. Pada sisi sebelah atas dari pressure
switch dipasang orifice yang akan menghindari terjadinya penurunan tekanan pada
rangkaian oli utama sehingga tidak mengganggu operasi dari komponen actuator.
8.
Temperatur control valve 2 set
Dipasang pada saluran masuk (inlet line) dari cooling water menuju heat exchanger. Valve
ini dihubungkan dengan thermostat yang dipasang pada tanki oli. Hal ini akan
memberikan kontrol modulasi pada air pendingin yang masuk ke heat exchanger untuk
mengatur suhu oli. Pada sisi masuk air pendingin dipasang sebuah strainer.
9.
Fluid drain return line Valve 1 set

Dipasang pada drain return line ke tanki oli.


10.
Check Valve drain return line 1 set

BLOK KONTROL EMERGENCY TRIP DAN SOLENOID OPERATED VALVE


EMERGENCY TRIP VALVE
VALVE KONTROL
Main Stop Valve (MSV)
Main Stop Valve (MSV) Actuator
Isolation Valve
Check Valve
Filter
Servo Valve
Dump Valve
Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
Governing Valve (GV)
Governing Valve (GV) Actuator
Operasi
Isolation Valve
Check Valve
Filter
Servo Valve
Dump Valve
Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
Interceptor Valve (ICV)

Interceptor Valve (ICV) Actuator


Operasi
Isolation Valve
Check Valve
Filter
Servo Valve
Dump Valve
Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
Reheat Stop (RSV) dan Trip Pilot Valve
Reheat Stop Valve (RSV) Actuator
Operation
Isolation Valve
Check Valve
Dump Valve
Solenoid-operated Valve

INSTRUMENT AIR COMPRESSOR


(SYSTEM LD1)
Safety.

Pakai pelindung telinga terutama saat men-drain.


Fungsi, cara kerja & kapasitas
2.1 Fungsi Instrument Air Compressor
Untuk suplai udara pada peralatan-peralatan atau instrument kontrol dan
peralatan yang digerakan atau di atur dengan pneumatic. Seperti :
damper, control valve dan selenoid valve.
2.2 Cara kerja atau prinsip kerja IAC.
Dengan menggunakan penggerak yang diberikan oleh motor, LP
compressor element akan mengkompresikan udara luar setelah melewati
filter ke HP compressor element. Udara jika dikompresikan akan menjadi
panas, maka udara setelah keluar dari LP compressor element akan
didinginkan oleh intercooler, yang media pendinginnya menggunakan air
dari C3W. Udara keluar dari LP compressor element akan menjadi udara
suction untuk HP compressor element. Dengan HP compressor element
udara tersebut akan di kompresikan lagi dan diharapkan udara hasil
kompresinya akan lebih besar lagi tekanannya.
Sama halnya dengan udara keluar LP compressor element, udara keluar
dari HP compressor element juga akan menjadi panas, maka sebelum
ditampung di receiver tank udara tersebut di didinginkan oleh aftercooler.
Selanjutnya udara yang berada direceiver tank sebelum ke pemakaian di
keringkan dulu oleh air dryer. Karena compresor menghasilkan udara yang
tertekanan dan tekanan kerja udara kontrol tersebut dibatsi dari 6 - 10
kg/cm2, maka compressor dilengkapi dengan sistem loading-unloading.
Dalam hal ini pressure switch yang merintahkan selenoid valve untuk
mem-buka dan menutup sesuai dengan pressure (out pressure)
IAC dilengkapi dengan 3 unit compressor yang pengoperasiannya dapat
dilakukan dengan cara menselect. Proses pemindahan select tersebut
adalah sebagai berikut :
Select 1 (Compressor A) compressor B Compressor C
Loading :
7,6 kg/cm2
Unloading
:
7,2 kg/cm2
Select 2 (Compressor B) compressor C Compressor A
Loading :
7,4 kg/cm2
Unloading
:
7,1 kg/cm2
Select 3 (Compressor C) compressor A Compressor B
Loading :
7,4 kg/cm2
Unloading
:
7,2 kg/cm2
Compressor pertama yang loading atau diselect adalah compressor
utama, tetapi jika pressure masih turun, maka compressor backup 1 akan

loading dan selanjutnya compressor back-up 2 juga akan loading jika


pressure terus turun. Pada proses pemindahan select hendaknya dilihat
lamanya jam operasi dan masalah-masalah yang terjadi pada setiap unit
compressor.
2.3 Kapasitas operasi & data motor.
Dalam keadaan dan kondisi normal hanya satu unit compressor atau compressor utama yang operasi/loading terus menerus. Sedangkan compressor backup 1 dan backup 2 dalam keadaan standby, hanya compressor
backup 1 yang kadang beroperasi loading/unloading.
Data Motor
:
Type
:
2R75
Max. working pressure :
10 bar.
Input power
:
76 kW
Rpm
:
2970 rpm
Tegangan
:
380 Volt.
Bagian utama
Motor listrik.
Compressor.
Receiver tank.
Air Dryer.
Control dan indikator panel.
Instrument panel.
Filosofi sistem kontrol dan proteksi.
Instrument air compressor dilengkapi dengan sistem kontrol dan proteksi
yang nantinya bekerja untuk mentripkan IAC itu sendiri.
1. LP Compressor outlet air temperatur high.
Jika outlet air LP compressor mencapai 220 oC maka IAC akan trip. Ini
bisa disebabkan oleh :

Terlalu lama loading.


Masalah mekanis (gesekan)
Kotornya filter inlet.
Pendingin kurang.
2. HP Compressor outlet air temperature high.
Sama halnya dengan LP compressor, IAC akan trip bila temperatur
outlet air HP compressor mencapai 220 oC, penyebabnya :

Terlalu lama loading.


Masalah mekanis (gesekan)
Tingginya temperatur inlet HP compressor.
Pendingin kurang.

3. Lube oil pressure low.


Jika tekanan minyak (oil pressure) mencapai atau kurang dari 1,4 bar,
maka intrument air compressor akan trip. Rendahnya tekan minyak itu
sendiri dapat mengakibatkan gesekan pada bantalan/bearing LP
compressor dan HP compressor sehingga bearing tersebut akan
menjadi aus.
Prosedur operasi.
5.1. Persiapan
Check minyak pelumas.
Tutup manual valve condensate drain pada water cooler dan after
cooler.
Posisikan switch loading-unloading pada posisi unloading (kebawah).
Check vlave drain pada cooling water inlet dan outlet pada posisi
closed.
Buka cooling water inlet valve.
Buka penuh atau atur flow air pendingin pada sisi outlet.
Masukkan breaker utama, yakinkan ada power supply untuk
compressor.
a. Start sequence

Yakinkan power suplai telah ada dengan indikasi lampu menyala.


Tekan tolbol start dan check
Automatic operasi (indikasi lampu) nyala.
Counter jam akan berputar/operasi.
Baca parameter-parameternya.
Buka udara keluar valve/outlet .
Posisikan switch pada posisi normal/auto/loading.
Atur flow air pendingin dan perhatikan temperatur air keluar.

5.3. Stop sequence


Tutup udara keluar valve/outlet.
Pindahkan switch pada posisi manual/unloading.
Setelah 3 detik tekan tombol stop.
Buka drain valve intercooler dan aftercooler.
Tutup cooling water inlet valve.
Sistem monitoring dan batasan operasi.
Hal-hal yang perlu dimonitor atau diperhatikan saat instrument air
compressor beroperasi adalah :
LP air outlet temperatur < 220 oC

HP air outlet temperatur < 220 oC


Cooling water outlet LP temperatur < 50 oC
Cooling water outlet HP temperaur < 50 oC
pressures strainer < 45 mbar.
Oil pressure > 1,4 bar
Air outlet temperatur < 30 oC
Cooling water inlet temperatur maximum 35 oC

Inter tripping dan pengaruh terhadap unit.


Dalam operasional, sistim tripping instrument air compressor tidak
menyebab-kan secara langsung mentripkan unit. Dalam arti apabila terjadi
pressure low-low pada sistem IAC maka tidak akan secara langsung
memberikan signal trip unit, baik ke MFT maupun turbine generator
protection trip.
Jika IAC tidak dapat beroperasi atau pressurenya drop terus, akan mengakibatkan terganggunya sistem control, terutama control yang
menggunakan pneumatic dan jika tidak segera bisa diatasi bisa
mengakibatkan tripnya unit. Sebagai contoh : pada inlet valve control IDF,
jika terganggung akan menyebab-kan furnace pressure hunting dan jika
mencapai pressure -250/+250 mmWg maka muncul signal MFT yang akan
mentripkan unit.

TEORI BEMBAKARAN BAHAN BAKAR BATU BARA.


BAHAN BAKAR :Suatu material yang pada kondisi tertentu dapat membentuk reaksi
pembakaran dengan oksigen dan dari reaksi tersebut di hasilkan panas yang cukup
besar.
Bahan bakar batu-bara : adalah bahan bakar yang di dalamnya mengandung unsur unsur antara
lain:

Carbon

Hydrogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
Abu
Moisture

Diantara unsur unsur yang terkandung dalam bahan bakar batu bara yang dapat terbakar dan
menghasilkan panas yang kita perlukan yaitu unsur karbon ( C ), Hydogen ( H ) dan Sulfur (S )
Dalam sistem pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan panas di butuhkan udara ( O2 ) .
Presentase oksigen dan nitrogen dalam udara dapat dinyatakan dalam satuan berat dan satuan
volume.
UDARA
Dalam satuan persen berat udara mengandung
Oksigen
Nitrogen

= 23,2%
= 75,8 %

Dalam satuan persen volume udara mengandung


Oksigen
Nitrogen

= 21%
= 79%

Perbedaan prosentase dan satuan berat dan satuan volume ini ,disebabkan oleh perbedaan berat
atom antara oksigen dengan nitrogen.

REAKSI PEMBAKARAN BAHAN BAKAR


Reaksi pembakaran 3 unsur ( C, H , S ) adalah :
C = carbon
C + O2 ------------ CO2 ( pembakaran carbon sempurna )
H = Hidogen
2H2 + O2 -------- 2H2O

S = Sulfur
S + O2 ----------- SO2
SEDANGKAN DARTAR BERAT ATOM:
Nama unsur
simbul
berat atom
Carbon
C
12
Hydogen
H
1
Sulfur
S
32
Oksigen
O
16
Nitrogen
N
14

JADI DALAM PEMBAKARAN BAHAN BAKAR BATU BARA MEMBUTUHKAN


( UDARA TEORITIS ) YAITU :
1.

Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Carbon ( C )


C + O2 --------- CO2 (gas asap )
12 + 2X16 ------ 44
12/12 (C ) + 32/12 ( O2 )----- CO2
Jadi 1 kg C + 8/3 kg (O2) ---- 11/3 ( CO2 ) ( gas asap )
Untuk membakar 1kg carbon Diperlukan 8/3 kg O2.
2. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Hydrogen adalah
2H2 + O2 ------- 2H2 O
4
+ 32 ------- 36
4/4 H + 32/4 O2 ------------ 36/4 H2O
Jadi untuk membakar 1Kg H + 8 O2 ------------ 9 H2O
2. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Sulfur (S)
S + O2 ------------- SO2
32 + 2x 16 ---------- 64
32/32 + 32/32 -------- 64/32
Jadi untuk membakar 1kg Sulfur di perlukan 1 kg O2.
Jadi kebutuhan oksigen total = Kebutuhan oksigenn untuk membakar (Carbon , Hydrogen ,
Sulfur ).
= 8/3 C + 8 H + S

Karena di dalam bahan bakar juga terdapat oksigen , maka oksigen dalam bahan bakar akan
bereaksi dengan hydrogen.
Oleh karena itu hydrogen yang akan bereaksi dengan oksigen yang berasal dari udara akan
berkurang sebanyak O/8.
Jadi kebutuhan oksigen total = 8/3 C + ( H O/8 ) + S
Kebutuhan udara teoritis dalam satuan berat = oksigen total x100/23.2
100/23.2 [8/3 C + 8 ( H- O/8 ) + S ] kg/kg bahan bakar.
CONTOH
1kg bahan bakar dengan komposisi : C = 56 % , H = 3,7 % , N2 = 1.3 %
S = 2.0 % , O2 = 7.0 %, abu = 16.7 % ;moisture = 12.2 %.
Kebutuhan udara minimum = 11/23.2{8/3C + 8 (H- O/8 ) + S }
= 100/23.2{8/3 x 0,56 + 8 (0 03 0,07/8 ) + 0,02 =
= 4,31 (1 54 + 0,226 + 0,62 )
= 4 31x 1,76 =7,59 kg/kg bahan -bakar.

KENDALA DALAM PRAKTEK PROSESS PEMBAKARAN.


Meskipun secara teoritis telah dihitung dengan cermat tetapi dalam praktek ternyata masih
terjadi pembakaran tidak sempurna ini di sebabkan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Butiran batu bara yang terlalu besar atau atomisasi yang kurang sempurna.
Waktu proses terlalu singkat.
Temperatur terlalu rendah
Turbulensi yang kurang baik.
Adanya interpose dari partikel padat ( abu dll )
Salah satunya untuk mengatasi ( mengurangi ) kendala di atas yaitu dengan excees
air ( udara lebih ).
Adapun besarnya Excces air adlah:
Udara aktual Udara teoritis x100%
Udara aktual.

Excces air sangat di butuhkan dalam pembakaran, karena tanpa Excces air ternyata boiler tidak
efisien, tetapi dengan terlalu banyak excces air juga akan menimbulkan kerugiian yang cukup
besar.
Maka dari itu excees air yang tepat, bisa di ketahui ( di hitung ) jika % O2 atau % CO2 gas asap
di ketahui . yaitu.
Bila di ketahui % CO2 maka :
Udara lebih : % CO2 max - 1 x100 %
% CO2
Bila menggunakan % O2 maka :
Udara lebih : % O2 x 100 %
21 - % O2.

AIR HEATER
PENDAHULUAN
Dalam sistem PLTU, air heater dipergunakan untuk memanaskan udara, baik udara
primer maupun sekunder, sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat
terjadi pembakaran optimal dalam boiler. Dalam prosesnya, air heater ini
menggunakan gas buang hasil pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya.

FUNGSI PERALATAN
Sistem air heater (AH) berfungsi untuk memanaskan udara primer dengan
menyerap panas yang berasal dari gas buang hasil pembakaran di boiler kemudian
mentransfer panas tersebut ke aliran udara melalui elemen pemanas berputar
(rotating heat exchanger). Terdapat 4 buah air heater untuk setiap unit, yaitu 2 unit
primary air heater (PAH) dan 2 buah secondary air heater (SAH) yang masingmasing memiliki kapasitas 50% MCR. Tipe air heater yang dipergunakan untuk
PLTU Suralaya unit 5-7 adalah tipe regeneratif, bi-sector, poros vertikal.
SPESIFIKASI PERALATAN
Masing-masing unit primary air heater terdiri dari peralatan sebagai berikut :
1 unit elemen pemanas (heat exchanger).
1 unit motor penggerak listrik (electric motor) & 2 unit untuk Secondary air heater
1 unit motor penggerak udara (air motor)
1 unit pompa oli bearing support
1 unit pompa oil bearing guide
1 unit damper isolasi inlet primary air
1 unit damper isolasi outlet primary air
1 unit damper isolasi inlet gas
1 unit damper control outlet gas
A. Elemen pemanas
Elemen pemanas merupakan susunan dari plat-plat metal yang terdiri dari 2 bagian
terbagi secara vertikal, yaitu Hot end layer (sisi panas bagian atas) dengan lebar
plat vertikal 1016 mm (40) dan cold end layer (sisi dingin bagian bawah) dengan
lebar 305 mm (12). Pada sisi cold end dipergunakan material low alloy steel
sebagai elemen permukaan heat transfer.
Plat-plat metal tersebut dipasang pada suatu poros yang disusun dalam bentuk
kompartemen silindris, yang terbagi-bagi secara radial, selanjutnya disebut rotor.
Rotor elemen pemanas ini diputar dalam suatu ruang yang memiliki sambungan
duct pada kedua sisinya, dimana satu sisi dialiri gas buang dari boiler dan udara
disisi lainnya.
Saat rotor diputar, setengah bagiannya memasuki saluran gas buang dan menyerap
energi panas yang terkandung di dalamnya sedangkan setengah bagian yang lain
mentransfer panas dari elemen ke udara pada sisi saluran udara sehingga
menghasilkan udara panas yang selanjutnya akan dipasok ke furnace.
B. Penggerak Rotor Air Heater
Untuk menggerakkan rotor air heater dipergunakan dua jenis penggerak yaitu :
1.
Motor Listrik
Pada kondisi operasi normal, rotor air heater diputar oleh motor listrik yang
dihubungkan melalui speed reducer. Penggerak rotor air heater diletakkan pada
bagian sisi luar dari elemen pemanas. Motor listrik menggerakkan rotor air heater
melalui pinion gear pada poros putaran rendah vertikal dari speed reducer yang
dihubungkan dengan pin rack pada sisi rotor air heater. Motor listrik yang
dipergunakan memiliki kapasitas 11.18kW (15HP).

2. Motor Udara
Motor udara digunakan sebagai penggerak cadangan untuk rotor air heater.
Penggerak ini akan beroperasi jika secara otomatis jika penggerak utama motor
listrik mengalami gangguan. Selain itu, motor udara juga dapat dipergunakan untuk
memutar rotor air heater secara manual saat proses pembilasan elemen pemanas
air heater maupun saat pemeliharaan.
Motor udara ini memiliki tipe Chicago-Pneumatic motor yang dihubungkan ke speed
reducer pada poros tambahan putaran tinggi melalui sebuah kopling dan
overrunning clutch. Motor udara ini dilengkapi dengan lubricator dan filter pada
saluran udaranya.
C. Bearing Rotor Air Heater
Rotor air heater ditopang di bagian bawah oleh Support bearing yang terdiri dari
thrust bearing Kingsbury yang diletakkan pada sebuah trunnion pada sisi bawah air
heater dan radial bearing yang berfungsi untuk menahan beban radial akibat adanya
perbedaan tekanan dari kedua sisi gas maupun udara.
Pada sisi bagian atas ,rotor ditahan oleh guide bearing radial. Sistem lubrikasi yang
dipergunakan untuk melumasi support dan guide bearing ini menggunakan bak
penampung oli (oil bath) dengan filter dan pendingin oli.
Sistem sirkulasi oli bearing berfungsi untuk memasok oli pelumas bearing dengan oli
bersih dan memiliki tingkat viskositas yang direkomendasikan. Komponen utama
dari sistem sirkulasi oli bearing ini adalah pompa oli, motor penggerak, termometer,
indikator tekanan, filter dan heat exchanger. Pada guide bearing dipergunakan
sistem sirkulasi oli internal, sedangkan pada support bearing dipergunakan sistem
sirkulasi oli eksternal.
1. Sistem Sirkulasi oli Internal Guide bearing
Pada guide bearing digunakan Fenwall Temperature controller yang berkerja
berdasarkan prinsip perubahan volume cairan. Dengan naiknya temperatur oli,
cairan yang berada dalam sensing bulb akan memuai dan tekanan yang
ditimbulkannya akan mengaktifkan mekanisme switch. Fenwall temperature
controller digunakan untuk membatasi viskositas oli pada tingkat yang diizinkan
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas bearing tanpa harus
menyebabkan motor pompa oli overload.
Guide bearing memiliki kapasitas oli sebesar 15.1 liter (4 galon), sedangkan motor yang
dipergunakan memiliki kapasitas 0.37kW (0.5 HP), 900 rpm. Flow rate yang dihasilkan
sebesar 6.5 liter/menit. Nilai tersebut sedikit bervariasi sesuai dengan tingkat viskositas oli.
Relief valve diset pada tekanan 5.27kg/cm2. Jika tekanan oli melebihi nilai tersebut, aliran
oli akan di-bypass tanpa melalui pompa sampai tekanan turun. Aliran oli berkisar antara 6.4 ~
15.1 liter/menit tergantung pada kondisi sistem sirkulasi yang dipergunakan, viskositas dan
tekanan.
Heat exchanger yang dipergunakan adalah tipe Turbular, Ross Heat exchanger,
dimana air pendingin melewati bagian tube dan oli pada bagian shell (ruang). Heat
exchanger ini dilengkapi dengan pensil seng (zinc) untuk mencegah korosi
elektrolitik. Maksimum tekanan air yang diizinkan adalah 10.5 kg/cm2 dengan flow
optimum sebesar 11.4 liter/menit. Maksimum aliran air 87 liter/menit. Aliran air yang

melebihi nilai tersebut akan menyebabkan erosi dan kebocoran pada tube serta
menurunkan efisiensi pendinginan.
2. Sistem sirkulasi oli Eksternal Support Bearing
Sistem sirkulasi oli support bearing memiliki komponen yang sama dengan guide
bearing namun terdapat tambahan sebuah relief valve. Oli dihisap dari bearing
housing melalui termometer, pompa oli, indikator tekanan, filter dan cooler kemudian
dipasok lagi kedalam bearing housing.
Sistem sirkulasi oli pada support bearing menggunakan sistem Burling Temperature
controller yang bekerja berdasarkan prinsip perbedaan ekspansi dari solid material.
Sensing elemen terdiri dari sebuah batang di dalam tube yang memiliki beda nilai
koefisien pemuaian. Perubahan temperatur pada oli dirasakan oleh sensing elemen
menyebabkan terjadinya perbedaan ekspansi dari batang dan tube. Perbedaan
ekspansi tersebut ditransmisikan melalui lever mekanis untuk mengaktivasi switch.
Sistem Burling temperature controller ini digunakan untuk membatasi operasi sistem
sirkulasi eksternal oli sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas tanpa
menyebabkan pompa oli menjadi overload.
D. Rotor Seal
Saat operasi air heater, terdapat perbedaan tingkat tekanan aliran fluida (udara dan
gas buang) yang melewati elemen pemanas saat rotor berputar. Pada kondisi
normal, aliran udara memiliki level tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas sehingga
akan terjadi kebocoran udara ke dalam saluran gas. Hal ini terjadi baik pada sisi
cold end maupun hot end dari air heater. Aliran udara dan gas pada air heater
dipisahkan oleh sector plate baik pada sisi hot end maupun cold end.
Untuk mengendalikan kebocoran udara pada gas tersebut, air heater dilengkapi
dengan sealing system yang terdiri dari seal radial, by pass, axial dan rotor post.
1. Seal Radial
Seal radial dipasang pada tiap-tiap diagfragma rotor baik pada sisi hot end maupun
cold end. Seal ini diset dengan jarak minimum tertentu terhadap sector plate, dan
saat operasi jarak tersebut akan dipertahankan dengan menggerakkan sector plate
mendekati rotor air heater sesuai dengan ekspansi rotor akibat perubahan
temperatur.
2. Seal Axial
Seal axial dipasang pada sisi luar dari rotor segaris dengan diagfragma, memanjang
dari sisi hot end ke cold end. Plate seal axial yang dapat diubah posisinya dipasang
di dalam pedestal yang menjadi bagian dari rotor housing dan segaris dengan sisi
luar dari sector plate memanjang dari sisi hot end ke cold end.
3. Seal By-Pass
By pass seal dipasang stasioner pada sudut ujung hot end dan cold end dengan T
bars pada sisi luar dari rotor air heater. Fungsi seal ini untuk membatasi aliran udara
atau gas yang langsung melewati ruang kosong antara rotor dan housing tanpa
melalui elemen pemanas.
4. Seal Rotor Post
Seal rotor post atau seal poros dipasang disekeliling ujung poros rotor air heater
baik pada sisi cold maupun hot end.

E. Leakage Control System


Untuk mengurangi kebocoran pada sisi hot end, air heater dilengkapi dengan kontrol
otomatis penggerak sektor plate. Pada saat operasi, sektor plate ini akan bergerak
secara periodik menuju rotor untuk mengurangi gap antara sektor plate dan radial
seal sehingga mengurangi area kebocoran. Kebocoran tersebut terjadi karena
adanya kenaikan temperatur yang tidak seimbang antara sisi hot end dan cold end.
Bagian hot end dari rotor memiliki temperatur yang lebih tinggi dari sisi cold end
sehingga ekspansi rotor tidak merata. Hal ini menyebabkan rotor turun atau melebar
ke arah sisi cold end dan memperlebar gap antara seal radial dan sektor plate
sehingga memperbesar area kebocoran.
LCS melalui rotor position sensor secara periodik akan mendeteksi gap yang terjadi
antara sektor plate dengan radial seal pada rotor. Jika gap yang ada lebih besar dari
set point maka LCS akan menggerakkan sektor plate mendekati, tetapi tidak
menyentuh radial seal hingga jarak minimum tercapai. Hal ini akan memberikan
keuntungan untuk operasi unit dimana power untuk fan udara akan lebih optimal,
meningkatkan tekanan udara dan secara tidak langsung akan meningkatkan
kapasitas pembangkitan.
Gerakan sector plate turun maju mendekati posisi rotor disebut Extend, sedangkan
naik mundur menjauhi rotor disebut extract. Perjalanan sektor plate tersebut masingmasing dibatasi oleh limit switch maximum extend dan maximum extract.
Sistem sektor plate ini terdiri dari motor penggerak listrik, gear reducer, linear
actuator, kopling pembatas torsi, kopling poros penggerak dan limit switch elektrik.
Sensor posisi rotor membutuhkan aliran udara bersih bertekanan untuk mengisolasi
area antara tube penopang luar dengan batang penggerak sektor plate.
F. TTMD (Thermocouple Temperature Monitoring Devices)
TTMD digunakan untuk mengukur temperatur udara keluar dari air heater dan
mengirimkan sinyal ke kontrol room jika terjadi temperatur lokal udara tinggi.
Temperatur yang tinggi pada sisi keluar udara dapat mengindikasikan terjadinya
kebakaran pada elemen air heater.
TTMD terdiri dari 17 thermocouple, 1 untuk temperatur air inlet, 1 temperatur gas
inlet, 15 untuk temperatur air outlet. Thermocouple yang mengukur temperatur air
outlet diletakkan sedekat mungkin pada permukaan elemen pemanas di posisi
sekeliling rotor dengan jarak antar thermocouple kurang lebih 1 kaki.
G. Air Heater Cleaning
Elemen pemanas dari air heater harus dijaga agar tetap bersih dari tumpukan abu
terutama saat periode start up. Penumpukan abu pada elemen pemanas akan
menyebabkan turunnya kemampuan heat transfer, menghalangi aliran udara atau
gas dan menimbulkan potensi bahaya kebakaran. Untuk membersihkan elemen
pemanas tersebut, air heater dilengkapi dengan peralatan sootblower dan water
washing. Sedangkan untuk memadamkan kebakaran, air heater dilengkapi dengan
Spray Pemadam Api.

1. Air Heater Sootblower


Setiap air heater dilengkapi dengan sootblower uap tipe retrackable yang dipasang
pada sisi cold end gas outlet duct dan hot end pada gas inlet duct untuk
mengendalikan pembentukan tumpukan abu pada elemen air heater.
Retractable sootblower memiliki konstruksi pipa multinozzle yang bergerak dalam
arah radial terhadap permukaan elemen pemanas.
2. Water Washing (Pembilasan)
Ketika penumpukan abu sudah tidak dapat diatasi lagi oleh sootblower, diperlukan
pembersihan abu dengan menggunakan water washing. Water washing
dipergunakan pada saat air heater stop operasi dengan menggunakan 4 buah line
pipa, 2 pada sisi hot end dan 2 pada cold end. Pipa water washing dilengkapi
dengan spray nozzle.
Tekanan air yang direkomendasikan sebesar 5.27kg/cm2 dengan besar aliran 1666
liter permenit.
3. Pemadam Api
Air heater dilengkapi dengan sistem pemadam api yang dioperasikan secara
manual. Sistem tersebut terdiri dari sebuah manifold dan spray nozzle yang
diletakkan pada setiap duct gas inlet dan air outlet. Air yang dibutuhkan oleh sistem
ini memiliki tekanan 5.5 kg/cm2 dan rate flow 568 liter permenit.
FILOSOFI PENGOPERASIAN AIR HEATER
Air heater distart pada sebelum dengan start Forced Draft Fan (FDF) dan Induced
draft Fan (IDF). Semua unit air heater pada masing-masing jalur yang sama (jalur A:
PAH A dan SAH A atau jalur B: PAH B dan SAH B) harus distart pada saat yang
bersamaan, walaupun hanya satu unit air heater yang dialiri oleh udara dan gas
buang. Damper udara harus dibuka terlebih dahulu sebelum damper gas buang
untuk mencegah overheating dan terkuncinya posisi rotor karena ekspansi termal
yang berlebihan.
Tampilan kontrol operasi untuk air heater dan peralatan pendukungnya pada DCIS
terdapat di bagian Primary Air, Forced Draft dan Air Heater/Gas Biasing.
Fitur
kontrol air heater yang tersedia di DCIS akan dijelaskan sebagai berikut :

2.

1. Kontrol Motor Utama Penggerak Listrik


Penggerak motor listrik air heater dioperasikan dari kontrol room melalui kotak
tampilan perintah start/stop. Tombol reset dipergunakan untuk mereset gangguan
pada peralatan motor listrik yang telah kembali dinormalkan.
Kontrol Motor Aux. Penggerak Udara
Penggerak motor udara dioperasikan baik secara remote dari kontrol room unit
melalui kotak tampilan perintah start/stop/standby maupun secara lokal pada
peralatan langsung.

Perintah
START

START
JOG

STOP

STOP

STAND
BY

3.

Lokas
i
DCIS
(Contr
ol
Panel
)
Lokal

Operasi
Motor
udara
start

Motor
udara
start
Lokal Motor
udara
start/sto
p secara
jogging
DCIS Motor
(Contr udara
ol
stop
Panel
)
Lokal Motor
udara
stop/res
et
ganggua
n
peralata
n motor
udara
DCIS Motor
(Contr udara
ol
otomatis
Panel start jika
)
motor
listrik
utama
mengala
mi
ganggua
n

Kontrol Support dan Guide Bearing Lube Oil Pump


Kontrol untuk pompa oli, baik untuk bearing support maupun bearing guide bersifat
otomatis pada kondisi normal. Dan pompa akan otomatis stop jika penggerak air

heater stop atau temperatur oli bearing rendah. Pompa ini juga dapat dioperasikan
secara manual dari kontrol room melalui perintah soft key start/stop.
Lokasi
Operasi
Peri
ntah
STA DCIS
Pompa oli operasi
RT
STO DCIS
Pompa
oli
P
stop/reset
gangguan pada
peralatan pompa
Aux Pompa akan start otomatis
Logi jika :
c
1. Motor
listrik/udara
start; dan
2. Temperatur
oli
pelumas tinggi (sesuai
set
point
pada
temperatur kontroler).
Pompa akan stop otomatis
jika :
1. Temperatur
oli
pelumas dibawah set
point.
4.

Kontrol Damper Isolasi Air Inlet dan Outlet


Damper isolasi Air Inlet dan outlet pada sisi saluran udara bersifat non-modulating
dan dikontrol secara manual dari kontrol room melalui perintah soft key open/close.
Mode kontrol besar pembukaan damper hanya dipergunakan pada saat
maintenance. Pada kondisi normal, baik damper air inlet maupun outlet berada
dalam kondisi open (terbuka).
Perint
ah
OPEN

Loka
si
DCI
S

CLOS
E

DCI
S

Operasi
Damper
akan
terbuka/res
et
gangguan
pada
peralatan
damper.
Damper
akan
tertutup

Tombol ditekan Inst. Air


disuplai Damper tertutup

5.

Kontrol Damper Isolasi Gas Inlet


Damper Gas inlet pada sisi saluran gas juga bersifat non-modulating dan dikontrol
secara manual dari kontrol room melalui perintah soft key open/close. Kontrol besar
pembukaan damper hanya dilakukan saat maintenance. Pada kondisi normal,
damper gas inlet berada dalam kondisi terbuka (normally open).
Perint Loka Operasi
ah
si
OPEN DCI Damper
S
akan
terbuka/res
et
gangguan
pada
peralatan
damper.
CLOS DCI Damper
E
S
akan
tertutup
Tombol ditekan Inst. Air
disuplai Damper tertutup

6.

Damper gas outlet pada sisi saluran gas air heater dapat dimodulasi untuk
mengatur temperatur outlet dari udara primer (primary air) maupun sekunder
(secondary air) yang keluar dari air heater. Semakin besar pembukaan damper gas
outlet, semakin tinggi pula temperatur udara primer yang keluar dari air heater.
Besarnya pembukaan damper gas outlet ini dapat diatur secara manual dari kontrol
room melalui PAH Master Control Station dan SAH Regulating Damper Control
Station atau dimodulasi secara otomatis dengan memasukkan nilai set point
temperatur Primary air dan Secondary air yang diinginkan.

PEMANTAUAN DAN BATASAN OPERASI


A. Pemeriksaan Air Heater Sebelum Operasi (Cold Start Up)
1. Pemeriksaan Rotor
Periksa kedua sisi permukaan rotor (cold dan hot end) sebelum start dari
keberadaan benda-benda yang dapat mengganggu operasi air heater dengan
memutar rotor menggunakan motor udara atau putaran tangan. Periksa juga

3.

5.
6.
7.

terhadap kelainan suara yang terjadi saat rotor berputar. Pastikan juga bahwa rotor
berputar dengan arah yang benar.
2. Level Oli Pelumas
Periksa semua indikator level oli pelumas untuk speed reducer, motor penggerak
dan bearing. Tambahkan oli pelumas dengan jenis/tipe dan volume yang tepat.
Seal Rotor
Periksa seal rotor terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan serta pastikan
bahwa gap yang ada telah memenuhi toleransi yang diizinkan.
4. Sistem Sirkulasi Oli
Periksa semua komponen yang menyangkut sistem sirkulasi dan filter oli pelumas
baik pada guide maupun support bearing terhadap kelainan.
Sistem air pendingin
Periksa aliran dan temperatur air pendingin yang memasok jaket bearing, cooler
dan sistem pendinginan lain.
Cold Run
Setelah melakukan pemeriksaan tersebut, jalankan rotor kira-kira satu jam pada
kecepatan normal untuk melihat operasi air heater secara general.
Temperatur Motor Penggerak listrik
Jika motor membangkitkan panas yang berlebihan (overheat), periksa arus motor,
stop motor kemudian periksa kelainan yang terjadi. Pada kondisi normal, kenaikan
temperatur motor akan menjadi konstan setelah 15~30 menit operasi. Kenaikan
temperatur motor penggerak dapat disebabkan karena gesekan seal rotor. Apabila
arus motor tidak melebihi setting pada thermal relay maka kondisi ini akan menjadi
normal dengan sendirinya setelah seal rotor mengalami erosi alami. Namun
apabila kenaikan temperatur terlalu tinggi (overheating) dan menyebabkan motor
overload, maka perlu dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian terhadap gap seal
rotor. Penyebab lain terjadinya overload motor adalah kopling yang terlalu kuat
antara gear rack pada rotor dengan pinion drive gear pada speed reducer pada
saat rotor berekspansi akibat kenaikan temperatur. Hal ini dapat diatasi dengan
menggeser posisi dari unit penggerak.
B. Kondisi Start-Up Unit
Pemeriksaan dan pemantauan air heater harus dilakukan saat pembakaran awal
furnace dingin atau restart setelah hot stand-by. Pembakaran yang tidak sempurna
dapat menyebabkan terjadinya akumulasi atau penumpukan kondensasi uap fuel oil
(minyak) dan karbon yang tidak terbakar pada permukaan heat transfer air heater
yang terbawa oleh gas buang saat start awal. Deposit ini dapat menimbulkan bahaya
kebakaran yang dapat merusak elemen pemanas dan struktur air heater.
Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Atomisasi minyak yang tidak sempurna akibat rendahnya temperatur atau
tekanan minyak, dan rendahnya tekanan atau temperatur atomizing steam.
2. Tersumbatnya komponen atomizing oleh benda padat.
3. Distribusi udara pembakaran yang tidak merata.
4. Perbedaan tekanan aliran minyak dari masing-masing burner.
5. Kebocoran pada oil ignitor.

Hal-hal yang perlu dilakukan saat pengoperasian air heater dengan pembakaran
minyak (fuel oil) :
1. Periksa kondisi kestabilan nyala api (flame), furnace dan stack gas outlet pada
saat start up. Kelainan kondisi-kondisi tersebut akan mengindikasikan
penumpukan abu pada elemen air heater.
2. Pengoperasian sootblower air heater, baik pada sisi cold maupun hot end harus
dilakukan pada saat start-up untuk mengendalikan penumpukan abu pada
elemen pemanas air heater.
3. Perhatikan temperatur dari keempat terminal pada air heater. Kenaikan
temperatur yang abnormal harus diperiksa segera untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kebakaran pada air heater.
C. Kondisi Stand-By dan Hot Start Up
Pada saat boiler dalam kondisi stand-by atau hot-banking (bottled up), air heater
harus tetap dioperasikan agar tetap terjadi pertukaran panas. Seal rotor pada air
heater didesain untuk mampu menahan temperatur sampai 316 oC
D. Kondisi Shut-down Boiler
Saat boiler shut down, operasikan air heater sootblower untuk membersihkan
deposit abu pada permukaan elemen pemanas. Fan harus tetap dijalankan pada
saat air heater dibilas. Rotor harus tetap diputar sampai temperatur di inlet air
heater turun hingga 204oC.
E. Operasi Sootblower Air Heater
Sootblower harus segera dioperasikan setelah tekanan steam yang dihasilkan
oleh boiler memenuhi nilai yang dibutuhkan. Jika periode pembakaran yang
dibutuhkan oleh boiler untuk menghasilkan steam sootblower lebih dari 4 jam,
direkomendasikan untuk menggunakan auxilliary steam. Penumpukan deposit
abu pada air heater diindikasikan dengan tingginya nilai perbedaan tekanan
(differential pressure DP) antara sisi inlet dan outlet, baik pada saluran udara
maupun saluran gas buang.
1.

Operasi Sootblower sebelum operasi komersial


Saat mulai pembakaran awal dengan HSD (fuel oil) sebelum operasi komersial,
sootblower sisi cold end harus dioperasikan terutama saat pembakaran awal
kemudian diulangi setiap 4 jam sekali. Sedangkan pada sisi hot end, sootblower
juga dioperasikan saat pembakaran awal dan diulangi setiap 8 jam sekali.
2.
Operasi Sootblower saat Cold Start Up
Saat cold start up, sootblower sisi cold end dapat dioperasikan terus menerus
sampai beban mencapai 10% MCR. Periode ini biasanya tidak lebih dari 4~8 jam.
Saat beban mencapai 10% sootblower sisi cold end dapat dioperasikan setiap 8
jam. Sedangkan hot end sootblower dioperasikan saat pembakaran awal an diulangi
setiap 8 jam sekali.
3.
Operasi Sootblower saat Hot Start Up
Saat hot start up, sootblower sisi cold maupun hot end dioperasikan saat
pembakaran awal dan diulang setiap 8 jam sekali.

F. Operasi Seal Air Heater


Beberapa kondisi operasi berikut ini akan menyebabkan seal rusak sehingga terjadi
kebocoran :
1. Temperatur gas inlet melebihi nilai desain yang telah ditentukan
2. Berkurangnya udara yang masuk dalam air heater. Jika ada gas buang masuk
air heater, aliran udara harus tetap dijalankan.
3. Kondisi hot-banking (bottled up) tanpa aliran udara dan gas, namun panas tetap
tersimpan dalam boiler dan air heater.
4. Kecepatan putar rotor air heater lebih rendah dari desain (kurang dari 1/8 rpm).
Hal ini terutama terjadi saat pengoperasian motor penggerak udara.
Pengecualian saat operasi pembilasan air heater dengan washing water.
Hal-hal tersebut diatas tidak akan merusak seal air heater jika temperatur gas yang
masuk kurang dari 204 oC.
Pengendalian Operasi saat Rotor Air Heater Stop
Jika rotor air heater stop saat boiler operasi, tidak akan terjadi kerusakan pada air
heater selama temperatur gas masuk tidak lebih dari 482 oC.
Jika air heater mengalami gangguan, akan terjadi penurunan temperatur udara primer
dan sekunder, yang akan berpengaruh pada kesempurnaan pembakaran dalam boiler.
Hal ini dapat menyebabkan penyumbatan abu pada sisi saluran gas buang,
memperbesar kemungkinan terjadinya kebakaran pada air heater.
Jika rotor stop terlalu lama, sisi rotor yang berhubungan langsung dengan saluran gas
buang akan terekspansi secara berlebihan dan menyebabkan seal bengkok. Hal ini
akan menyebabkan posisi rotor terkunci dan motor penggerak tidak dapat memutar
rotor. Diperlukan waktu selama 5~10 menit sampai seal rotor bengkok. Untuk
mengatasinya beberapa usaha berikut dapat dilakukan :
1. Jalankan motor penggerak selama 5 detik, stop lalu tunggu sampai 15 detik. Ulangi
lagi dalam beberapa menit agar terjadi keseimbangan ekspansi rotor.
2. Jika usaha tersebut tidak berhasil, matikan power motor dan gunakan handcrack
untuk memutar rotor. Setelah 2 kali putaran ekspansi motor akan seimbang dan
memungkinkan motor penggerak untuk dioperasikan kembali.
3. Setelah motor dapat berputar, segera operasikan sootblower.

Batasan-Batasan Operasi Air Heater


Berikut ini beberapa batasan-batasan operasi air heater berdasarkan setting di DCIS
(Kontrol Room).
1.
Parameter
Operasi

Primary Air Heater

Low Hig
Alar h
m
Alar
m
PAH Air outlet
370
temperature
PAH Air Inlet 20
80
temperature
PAH flue gas
400
Inlet
temperature
PAH flue gas 75 170
outlet
temperature
PAH flue gas
70
side
diff.
Pressure
PAH air side diff. -10
45
pressure
PAH
support
71
bearing
temperature
PAH
guide
82
bearing
temperature
PAH
support
bearing
oil
pressure
PAH
guide
bearing
oil
pressure

Keteran
gan
o

Mmwg
mmwg
o

2.

Secondary Air Heater

Parameter Operasi

Lo
w
Al
ar
m
outlet 20
0
Inlet 10

SAH
Air
temperature
SAH
Air
temperature
SAH flue gas Inlet
temperature
SAH flue gas outlet
temperature
SAH flue gas side
diff. Pressure
SAH air side diff.
pressure
SAH support bearing
temperature
SAH guide bearing
temperature
SAH support bearing
oil pressure
SAH guide bearing
oil pressure

85
-

Hi
gh
Al
ar
m
35
0
80

Keter
angan

40
0
17
5
90

10
-

50

82

71

C
C

Mmw
g
mmw
g
o
C
o

STEAM COIL
PENDAHULUAN :
Udara dari

FDF ( Force draft fan ) ataupun

PAF ( Primary air fan ) sebelum

dipanaskan di Air Heater akan mengalami pemanasan terlebih dahulu dengan


menggunakan uap dimana uap yang dipergunakan adalah auxiliary steam.
Pada pemanasan awal ini uap dialirkan didalam pipa pipa ( element ) sedang
udara dari
panas.

FDF ataupun PAF terdapat disekeliling element untuk menyerap

Pipa pipa / element ditempatkan sedemikian rupa sehingga panas dari uap melalui
pipa pipa / element dapat diserap sebanyak sebanyaknya oleh udara dari FDF
ataupun PAF sebelum masuk ke Air Heater.
SASARAN
Setelah mengikuti kursus ini diharapkan operator dapat mengetahui
1. Fungsi Steam coil air heater
2. Cara pengoperasian steam coil air heater
3. Cara pengoperasian return pump
4. Mengetahui fungsi instrument para meter
5. Mengetahui dengan pasti letak / lokasi instrument para meter.
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN ( AG.1 )
Steam coil air heater umumnya dioperasikan pada saat start up ataupun beban
rendah,

hal

ini

dimaksudkan

untuk

menghindari

terjadinya

kondensasi

( pengembunan ) sulfur yang terdapat didalam gas pada sisi dingin dari air heater
( cold end ).
Dampak pengembunan sulfur ini dapat merusak element element air heater, untuk
menurunkan / menghindari resiko kerusakan pada element element air heater
maka temperatur rata rata disisi dingin pada air heater harus dikontrol lebih tinggi
dari titik embun sulfur ( dew point ). Salah satu cara untuk mengontrol temperatur
rata rata pada sisi dingin air heater dengan mengoperasikan steam coil air heater
Pada bahan bakar bakar batu bara yang dipergunakan di PLTU Suralaya dimana
kandungan sulfur cukup rendah, maka temperatur rata rata yang diizinkan adalah
68 0c ( minimum ), lihat gambar 1.
Jadi pada saat start up boiler ataupun pada beban rendah steam coil air heater
mutlak harus dioperasikan yaitu dengan cara menghindari penyarapan panas
yang berlebihan di air heater oleh udara dari

FDF ataupun PAF, sehingga

temperatur gas out air heater tidak menjadi semakin rendah, jadi steam coil air
heater berfungsi untuk menaikan temperatur udara dari FDF ataupun PAF
sebelum masuk air heater, dengan naiknya temperatur udara sebelum masuk air
heater penyerapan panas yang berlebihan pada air heater dapat diperkecil,

dengan demikian proses pengembunan sulfur dapat dihindari / ditekan sekecil


mungkin, sebagai contoh kondisi cold end temperatur rata rata pada beban
rendah ( sebelum menggunakan steam coil )
menurut recomendasi ( lihat gambar 1 ), kondisi seperti ini resiko kerusakan
element element air heater akibat pengembunan sulfur akan menjadi besar,
seperti telah diterangkan diatas untuk menghindari / memperkecil kurusakan tsb
maka temperatur udara masuk air heater harus dinaikan dengan mengoperasikan
steam coil iar heater, di steam coil ini sejumlah steam flow akan merubah /
menaikan temperatur cold end pada set pointnya, dengan demikian temp rata rata
cold end akan berubah menjadi :
dengan naiknya temperatur rata rata pada sisi dingin air heater resiko kerusakan
element pada air heater akibat pengembunan sulfur telah dapat dihindari /
diperkecil, tetapi perlu diingat bila temperatur gas out meninggal air heater terlalu
tinggi maka kerugian boiler juga akan menjadi besar / effisiensi boiler menurun.

2.1 PENGOPERASIAN :
Sebelum uap dimasukan / dialirkan ke steam coil air heater check dan
yakinkan semua element element siap beroperasi termasuk inlet / outlet valve
dan steam drain trap.
Buka semua by pass drain valve.
Buka venting valve.
Lakukan warming dengan membuka TCV ( minimum).
Operasikan steam coil air heater 10 menit sebelum FDF start dimaksudkan
untuk membantu membuang sisa sisa kondensasi dan pembilasan gas gas
yang uncondensible.
Bila coil sudah hangat dan merata posisikan control station dari TCV ke auto
mode dengan set point yang diizinkan ( direcomendasikan )
Tutup venting valve dan by pass drain valve.
4.1 PEMANTAUAN DAN BATASAN PENGOPERASIAN.

Steam coil harus diamati secara rutin dari kebocoran steam untuk menghindari
uap masuk ke air heater dan terjadinya pengembunan / kondensasi yang berarti
terjadi penurunan temperatur.
Monitor differential pressure antara inlet dan autlet dari steam coil air heater ( ini
menunjukan tingkat kekotoran element element steam coil akibat debu dari
FDF dll ).
Perhatikan selalu kondisi auxiliary steam temperatur ( lihat table )
Max
Steam
Temp
Wit
h

3
29

Max
duration
( min )
0
3

No

315

Air

302

29

Flo

288

60

274

indefinitel

260

With

343

Air

329

315

15

302

60

288

indefinitely

Flow

Secondary / primary air heater steam coil specifications


SECONDA
RY

PRIMA
RY

Mass
flow
Initial air
inlet
Final air
temp

28.9 c

83.5
kg/s
40 c

47.8 c

71.1 c

288 kg/s

5.1 URUTAN STOP.


Posisikan ACET control station ke manual mode.
Tutup TCV.
Tutup by pass TCV.
Buka valve drain condensate setelah Fan distop (membuang sisa sisa
kondensasi dan gas gas uncondensible untuk mencegah korosi di coil ).
Tutup isolation valve TCV.
Buka Steam coil drain trap by pass drain trap valve.
6.1 EMERGENCY OPERATION
Bilamana terjadi bocor / pecah pada element steam coil air heater
Segera tutup TCV.
Isolasi kebocoran dari dari semua uap masuk ( tutup isolation TCV ).
Buka condensate drain trap dan by passnya.
2.1 INLET AIR PREHEATER DRAIN TANK DAN RETURN PUMP ( AG.2 )
Hasil kondensasi dari steam coil air heater ditampung di drain tank kemudian yang
berbentuk kondensate water ditransfer ke deaerator dengan bantuan dua buah
pumpa ( return pump ), sedang yang masih berbentuk uap ( flash steam ) di transfer
ke kondensor dengan memanfaatkan perbedaan tekanan antara drain tank dengan
kondensor.

Untuk mempertahankan level drain tank pada setting rangenya diperlengkapi level
transmitter yang mengatur pembukaan dan penutupan LCV ataupun start pompa,
pengoperasian pompa maupun LCV dapat dipilih secara auto ataupun manual
namun operator harus tetap memonitor level drain tank dan pompa secara actual.
2.2 START UP
A. Persiapan yang harus dipenuhi antara lain meliputi :
Kondisi steam coil air heater, deaerator, kondensor.
Elecrtic power untuk pumpa ( energized ).
Instrument air system
Close colling water system.
Instrument system ( LT, LI , TI, PI dll ).
Lube oil dan grace( pompa )
Line pipa pipa yang menuju deaerator dan kondensor.
B PENGECEKAN TERHADAP DRAIN TANK
1. Yakinkan vent dan drain valve dari drain tank tertutup
2. Yakinkan root valve untuk level gauge terbuka
3. Yakinkan root valve untuk preesure indicator terbuka
4. Yakinkan level transmitter energized.
5. Yakinkan temperatur element energized.
6. Yakinkan return pump siap dioperasiakan.
7. Yakinkan isolation valve untuk flash steam ke kondenser terbuka
C. PERSIAPAN START POMPA
1. Yakinkan line ke deaerator dan condensor siap menerima flow.
2. Yakinkan level di drain tank normal.
3. Buka venting udara discharge pompa.
4. Yakinkan suction dan discharge pompa terbuka.
5. Yakinkan isolation minimum flow pompa terbuka
6. Yakinkan root valve ke PI discharge pompa terbuka.
7. Yakinkan LCV energized dan isolation valve LCV terbuka
8. By pass LCV tertutup.

D. START POMPA
1. Posisikan control station manual mode ( control room ).
2. level drain tank antara 0,5 sampai 0,9 meter ( local ).
3. Start pompa
4. Konfirmasikan discharge pressure pompa ( local )
5. Posisikan LCV control station pada auto mode ( control room )
Level drain tank akan dikontrol secara automatis oleh level indicator transmitter
( LIT ) untuk memerintahkan LCV mempertahankan level, bila suatu sebab level
turun hingga mendekati 0,5 meter, posisikan LCV ke manual mode dan segera
stop pompa untuk menghindari kavitasi atau apabila posisi auto mode maka baik
pompa ataupun LCV akan stop dan menutup secara automatis.
2.3 NORMAL SHUT DOWN
1. Stop steam coil air heater bila boiler firing rate diatas 25 %
2. Stop pompa bila drain level mendekati 0,5 meter
3. Pertahankan posisi semua valve dan instrument system pada posisi operasi,
karena sewaktu waktu steam coil akan dioperasikan kembali bila beban
dibawah 25 %.
2.4 TRUOBLE SHOOTING
A. Drain tank level high / low
Check actual level
LT power failure
Root valve LT tertutup

Pompa cavitasi

B. return pump

Power failure
Suction / discharge valve menutup
Suction / discharge valve body stick

C. Level control valve


Control power failure
Valve body stick
2.5 PENGAMATAN SELAMA OPERASI
Noise

Vibrasi

Kavitasi

Kebocoran dll.

DIFINISI DAN FORMULASI KARAKTERISTIK


UNIT PEMBANGKIT
DAYA ATAU KAPASITAS ( CAPACITY )
i. Daya Maksimum ( Maximum Capacity, MC )
Daya mampu maksimum ( MW ) yang dapat dibangkitkan oleh Generator Unit
Pembangkit sesuai hasil uji unjuk kerja (Performance Test ) terakhir.
2. Daya Maksimum Gross ( Gross Maximum Capacity, GMC )
Daya maksimum yang dapat dicapai Generator Unit Pembangkit ( MW ) dalam periode
tertentu dengan tidak dipengaruhi adanya pengaruh musim atau derating lainnya.
3. Daya Maksimum Netto ( Net Maximum Capacity, NMC )
Adalah Daya Maksimum Gross (GMC) dikurangi daya yang diperlukan unit sendiri (MW).
4. Daya Terpasang ( Installed Capacity, IC )
Daya mampu maksimum ( MW ) Unit Pembangkit sesuai Name Plate Generator pada
faktor dayanya ( Rate Power Factor )
5. Daya Maksimum Rate ( Maximum Capacity Rate, MCR )
Daya mampu maksimum ( MW ) yang dapat dibangkitkan Generator Unit Pembangkit bila
dioperasikan terus menerus.
6. Daya Tersedia Gross ( Gross Available Capacity, GAC )
Daya mampu tertinggi ( MW ) Unit Pembangkit dapat ber-operasi dengan
adanya
Derating ( penurunan kemampuan Unit Pembangkit karena gangguan peralatan, adanya
pemeliharaan dan adanya gangguan lainnya misalnya : pasokan bahanbakar dan gangguan
luar ).

7. Daya Tersedia Netto ( Net Availability Capacity, NAC )


Daya tersedia Gross, GAC ( MW ) Unit Pembangkit dikurangi dengan daya yang
diperlukan Unit Pembangkit itu sendiri.
8. Depenable Capacity atau Daya Keandalan Gross ( Gross Dependable Capacity, GDC )
Daya Mampu Maksimum, GMC Unit Pembangkit yang tergantung batasan terhadap
keadaan sekeliling selama suatu perioda tertentu ( satu bulan atau satu musim ).dengan
perhitungan :
Depenable Capacity (MW) = Daya Terpasang (Derating Permanen + Derating Non
Permanen )
9. Daya Keandalan Netto ( Net Dependable Capacity, NDC )
Daya Keandalan Gross, GDC dikurangi daya yang diperlukan Unit Pembangkit sendiri.
START ( STARTING )
1. Unit Start ( Actual Unit Starts )
Waktu Unit Pembngkit sinkron, masuk ke- sitim jaringan pada beban minimumnya.
2. Jumlah Start Unit ( Attemped Unit Starts )
Jumlah kali unit sinkron, masuk ke-sistim jaringan pada beban minimumnya setelah
shutdown, gangguan atau pemeliharaan
3. Kegagalan Start ( Starting Failure, SF )
Ketidakmampuan
Unit Pembangkit parallel masuk ke sistim sampai beban
minimumnya, dari kondisi tidak
operasi ( Standby, Shutdown cadangan dan
setelah pemeliharaan atau inspeksi ).
4. Keberhasilan Start ( Starting Success, SS )
Kemampuan Unit Pembangkit parallel masuk ke sistim sampai
beban minimumnya dari kondisi tidak operasi ( Standby, Shutdown
cadangan dan setelah pemeliharaan atau inspeksi ).
SHUTDOWN & TRIP ( SHUDDOWN & TRIPPED )
1. Shutdown Cadangan ( Reverse Shutdown, RS ) atau Standby
Unit Pembangkit dalam kondisi operasi, di stop secara normal untuk cadangan atau
Standby karena adanya pengaturan sistim , tetapi Unit Pembangkit siap dioperasikan
kembali suatu saat.
2. Shutdown Tidak Aktip ( Deactivated Shutdown, DS )
Unit Pembangkit tidak siap operasi, parallel dengan sistim pada perioda relatip lama karena
pertimbangan ekonomi, waktu atau alasan lain yang tidak berkaitan dengan gangguan atau
kerusakan peralatan Unit Pembangkit. Unit Pembangkit biasanya membutuhkan waktu

minimal seminggu untuk persiapan agar dapat siap operasi kembali.


3. Trip ( Tripped, T )
Unit Pembangkit dalam kondisi operasi, di-stop dengan peralatan Emergency Trip karena
alasan keamanan. Atau secara tiba-tiba Unit Pembangkit keluar dari sistim karena adanya
gangguan peralatan Unit Pembangkit itu sendiri atau gangguan sistim jaringan luar. Jika Unit
Pembangkit Trip disebabkan gangguan dari Unit itu sendiri, dinyatakan Unit Pembangkit
Trip karena gangguan dalam dan Unit Pembangkit Trip karena gangguan luar jika
disebabkan gangguan jaringan luar dan Unit Pembangkit siap di-operasikan kembali. Jika
tidak siap di-operasi kembali dinyatakan keluar paksa, FO.

DERATING ( DERATING )
1.

Derating Unit ( Unit Derating, UD )


Penurunan daya mampu Unit Pembangkit karena gangguan peralatan dan bukan pengaturan
sistem, baik yang terencana maupun yang tidak terencana.

2. Derating Terencana ( Planned Derating, PD )


Penurunan daya mampu Unit Pembangkit yang telah direncanakan atau dijadwalkan
terlebih dahulu pada Rencana Operasi Harian atau Rencana Mingguan yaitu : dari hari
Jumat jam : 00.00 atau hari Sabtu jam : 24.00 sampai dengan hari Jumat
24.00
atau hari Sabtu
jam : 00.00 minggu berikutnya.
3. Derating Tidak Terencana ( Unplanned Derating, UD )
Penurunan daya mampu Unit Pembangkit ( MW ) karena adanya gangguan peralatan yang
tidak direncanakan atau dijadwalkan terlebih dahulu pada Rencana Operasi Harian atau
Rencana Minnguan yaitu meliputi :
a. Penurunan daya mampu Unit Pembangkit secara tiba-tiba.
b. Penurunan daya mampu Unit Pembangkit sebelum Rencana Operasi Harian berakhir,
atau adanya perpanjangan atau keterlambatan realisasi dari rencana Derating .
4. Derating Paksa ( Forced Derating, FD )
Derating Paksa adalah bagian dari Derating Tak Terencana karena adanya gangguan peralatan
Unit Pembangkit sehingga perlu penurunan beban sebelum Rencana Operasi Harian berakhir.
5. Derating Pemeliharaan ( Maintenance Derating, MD )
Penurunan daya mampu Unit Pembangkit untuk pemeliharaan atau perbaikan karena adanya
gangguan atau keluarnya salah satu peralatan sebelum Rencana Operasi Harian berikutnya
ber-akhir dan sebelum Unit Pembangkit keluar terencana ( PO ) berikutnya.

6. Derating Terjadwal ( Sceduled Derating, Sc D )


Gabungan dari Derating untuk Pemeliharaan, M D dan Derating Terencana, PD .
7. Perpanjangan Derating Terjadwal ( Sceduled Derating Extension, DE )
Perpanjangan Derating untuk Pemeliharaan, MD atau Derating Terencana, PD .
8. Derating Musim ( Seasonal Derating, SD )
Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampu karena adanya pengaruh musim.

KELUAR DARI PENGOPERASIAN ( OUTAGE STATES )


1.

Keluar Paksa ( Forced Outage, FO )


Unit Pembangkit keluar dari sistim jaringan sebelum Rencana Operasi Mingguan ber-akhir.
karena gangguan, kerusakan peralatan atau gangguan luar yang menyebabkan Unit
Pembangkit keluar dari sistim jaringan sebelum Rencana Operasi Harian atau Rencana
Mingguan ber-akhir.
Jika gangguan tersebut belum dapat diatasi sampai akhir Rencana Operasi Harian berikutnya,
maka dianggap keluar untuk pemeliharaan ( MO ) .

2.

Keluar Terencana ( Planned Outage, PO )


Unit Pembangkit keluar dari sistim jaringan untuk melakukan Annual,Overhaol, Inspection,
pemeliharaan rutin atau periodik dan Testing yang telah direncanakan atau dijadwalkan
dalam Rencana Operasi Harian atau Rencana Mingguan.

3.

Keluar Pemeliharaan ( Maintenance Outage, MO )


Unit Pembangkit keluar dari sistim jaringan untuk keperluan pemeliharaan atau perbaikan
peralatan karena adanya kerusakan peralatan.
Dapat dilaksanakan sebelum Rencana Operasi Harian atau Rencana Minguan berakhir dan
sebelum keluar untuk pemeliharaan terencana ( PO ) berikutnya.

4. Keluar Ter- Jadwal ( Sceduled Outage , MO,PO )


Gabungan dari keluar untuk pemeliharaan terencana ( PO ) dan keluar untuk pemeliharaan
atau perbaikan karena gangguan ( MO ).
5. Perpanjangan Waktu Keluar Ter-Jadwal ( Sceduled Outage Extension, SE )
Perpanjangan waktu dari Keluar terencana untuk Perbaikan ( MO ) dan Keluar untuk
Pemeliharaan Terencana ( PO ).
6. Perpanjangan Waktu Keluar Terencana ( Palnned Outage Extension, SE dari PO )
Perpanjangan waktu Keluar Terencana ( PO )
7. Perpanjangan Waktu Keluar untuk Perbaikan ( Maintenance Outage Extension, SE
dari MO )
Perpanjangan waktu Keluar untuk Pemeliharaan Trencana ( MO )

WAKTU DAN HARI ( TIMES & DATES )


1. JAM PERIODE ( Periode Hours, PH )
Jumlah jam dalam satu perioda waktu tertentu , misalnya

satu bulan atau satu tahun .

2. JAM OPERASI ATAU JAM PELAYANAN ( Service Hours, SH )


Jumlah jam Unit Pembangkit beroperasi dan parallel dengan sistim jaringan.
3. JAM TERSEDIA ATAU JAM KESIAPAN ( Available Hours, AH )
Jumlah jam ketersediaan Unit Pembangkit berkesempatan memproduksi energi
listrik, baik dalam kondisi operasi maupun Shutdown Cadangan atau Standby.
Jumlah jam ketersediaan adalah jumlah Jam Pelayanan, SH dan jumlah jam
Shutdown Cadangan , RSH atau Standby. Atau jumlah jam dalam satu perioda (PH)
dikurangi jumlah jam keluar untuk pemeliharaan terencana (POH), jumlah jam keluar
paksa (FOH) dan jumlah jam keluar untuk pemeliharaan atau perbaikan ( MOH )
karena adanya gangguan peralatan.
4. JAM TAK TERSEDIA ATAU JAM TIDAK SIAP ( Unavailable Hours, UH )
Jumlah jam Unit Pembangkit tidak dapat ber-operasi karena adanya gangguan
yang menyebabkan Unit Pembangkit keluar
paksa (FO) , keluar untuk
pemeliharaan ( MO ), dan keluar untuk pemeliharaan terencana (PO).
5. JAM KELUAR TERENCANA ( Planned Outage Hours, POH )
Jumlah jam Unit Pembangkit tidak siap beroperasi untuk keperluan pemeliharaan terencana
atau pemeliharaan pereodik yang telah direncanakan atau dijadwalkan terlebih dahulu.
6. JAM KELUAR PEMELIHARAAN ( Maintenance Outage Hours, MOH )
Jumlah jam Unit Pembangkit keluar dari operasi atau tidak siap beroperasi untuk keperluan
pemeliharaan atau perbaikan peralatan karena adanya gangguan.
7. JAM KELUAR PAKSA ( Forced Outage Hours, FOH )
Jumlah jam Unit Pembangkit keluar dari sistim dan tidak siap dioperasikan karena adanya
gangguan atau kerusakan peralatan yang tidak diprediksi terlebih dahulu.
Periode Force Outage dihitung dari saat Unit Pembangkit keluar dari jaringan sampai Unit
Pembangkit siap operasi atau masuk jaringan kembali. Jika Unit Pembangkit tidak siap
operasi kembali sampai akhir Rencana Mingguan dan telah dijadwalkan kembali untuk
periode Rencana Mingguan minggu berikutnya, maka selebihnya diperhitungkan sebagai
jam keluar untuk pemeliharaan atau perbaikan, ( MOH ).
8. JAM SHUTDOWN CADANGAN ( Reserve Shutdown Hours, RSH )
Jumlah jam Unit Pembangkit tidak beroperasi, dalam kondisi Shutdown cadangan atau
Standby karena adanya pengaturan sistim.

9. JAM DERATING ( Unit Derated Hours, UNDH )


Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya karena adanya
Derating Terencana dan Derating Derating Tak Terencana bukan karena pengaturan sistem .
10. JAM DERATING TERENCANA ( Planned Derated Hours, PDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya yang telah direncanakan terlebih
dahulu terencana karena adanya gangguan atau kerusakan peralatan .
Jumlah jam derating terencana adalah jumlah jam selama Dearting Terencana ( PD ) dan
Perpanjangan Jadwal Derating ( DE ) dari beberapa derating terencana .
11. JAM DERATING TAK TERENCANA ( Unplanned Derated Hours, UDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya karena adanya
gangguan peralatan dan belum direncanakan terlebih dahulu.
Jam Derating Tak Terencana ( UDH ) adalah jumlah jam selama Dearting Paksa ( FDH ),
jumlah jam Dearting untuk Pemeliharaan ( MDH ) dan jumlah jam beberapa Perpanjangan
Jadwal Derating untuk Pemeliharaan ( DE )
12. JAM DERATING PEMELIHARAAN ( Maintenance Derated Hours, MDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya untuk pemeliharaan
atau perbaikan peralatan yang tidak direncanakan terlebih dahulu karena adanya gangguan
pada jam ketersediaannya ( Unit Pembangkit dalam kondisi operasi maupun shutdown
cadangan standby ).
13. JAM DERATING PAKSA ( Forced Derated Hours, FDH )
Jumlah jam selama Unit Pembangkit mengalami penurunan beban atau daya
mampunya karena adanya gangguan atau kerusakan peralatan .
14. JAM DERATING TERJADWAL ( Sceduled Derated Hours, SDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit selama Dearting ( PD ), Derating untuk Pemeliharaan (MD)
dan Perpanjangan Jadwal waktu Derating PD dan MD.
15. JAM KELUAR TAK TERENCANA ( Unplanned Outage Hours, UOH )
Jumlah jam keluar selama Unit Pembangkit mengalami Keluar Paksa, Keluar untuk
Perbaikan ( MO ) dan Perpanjangan waktu Keluar untuk Perbaikan (SE dari MO )
16. JAM PERPANJANGAN KELUAR TERJADWAL ( Scheduled Outage Extension
Hours, SOEH )
Jumlah jam jadwal perpanjangan selama Unit Pembangkit keluar karena Perbaikan ( MO )
dan Keluar Terencana ( PO ).
17. JAM KELUAR TERJADWAL ( Scheduled Outage Hours, SOH )
Jumlah jam selama Keluar terencana ( PO ), Keluar untuk perbaikan ( MO ) dan
perpanjangan jadwal waktu MO dan PO.

18. JAM EKUIVALEN ATAU JAM KESETARAAN ( Equivalent Hours,E H )


Jam kesetaraan Unit Pembangkit mengalami penurunan kapasitas atau daya mampunya
karena Derating Unit dan Derating Musim terhadap Kapasitas Maksimumnya.
19. JAM EKUIVALEN DERATING PAKSA ( Equivalent Forced Derated Hours, EFDH )
Jam Derating Paksa Ekuivalen adalah hasil perkalian dari Jumlah jam Derating Paksa
( FDH ) dengan besar penurunan daya atau Derating dibagi Daya Maksimum
Netto ( NMC ).
EFDH = FDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )
20. JAM EKUIVALEN DERATING PAKSA SELAMA SHUTDOWN CADANGAN
( Equivalent Forced Derated Hours During Reserve Shutdown, EFDHRS )
Adalah Jam Derating Paksa ( FDH ) selama Shutdown Cadangan ( RS ) dikali besar
penurunan daya atau Derating dibagi Daya Maksimum Netto ( NMC ).
EFDHRS = FDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )
21. JAM EKUIVALEN DERATING TERENCANA ( Equivalent Planned Derated Hours,
EPDH )
Adalah Jam Derating Terencana ( PDH ) dikali Besar Penurunan Beban dibagi Daya
Maksimum Netto ( NMC )
EPDH = PDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimun Netto
( MW )
22. JAM EKUIVALEN DERATING TERJADWAL ( Equivalent Sceduled Derated Hours,
ESDH )
Adalah hasil kali Jam Dearting Terjadwal ( SDH ) dikali Besar Penurunan Beban dibagi
Daya Maksimum Netto ( NMC )
ESDH = SDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )
23. JAM EKUIVALEN DERATING MUSIM ( Equivalent Seasonal Derated Hours,
ESEDH )
Adalah Daya Maksimum Netto ( NMC ) dikurang Daya Keandalan Netto ( Net Dependable
Capacity, NDC ) dikali Jam Tersedia ( AH ), dibagi Daya Maksimum Netto
( NMC )
ESEDH = Daya Maksimum Netto ( MW ) - Dependable Capacity Netto ( MW ) X
Jam Tersedia ( Jam ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

24. JAM EKUIVALEN DERATING TAK TERENCANA ( Equivalent Unplanned Derated


Hours, EUDH )
Adalah hasil kali Jam Derating TakTerencana ( UDH ) dengan Besar Penurunan Beban atau
Derating / Daya Maksimum Netto ( NMC )
EUDH = UDH ( Jam ) X Beban Dearting ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

TENAGA LISTRIK ( ENERGY )


1. RODUKSI GROSS (Gross Actual Generation, GAG )
Enersi listrik gross ( MWh ) yang dibangkitkan Generator Unit Pembangkit dalam satu
perioda.
2. KAPASITAS GROSS TERSEDIA ( Gross Available Capacity, GAC )
Kapasitas tertinggi ( MW ) yang dapat dibangkitkan Unit Pembangkit dengan adanya
Derating.
3. PRODUKSI NETTO ( Net Actual Generation, NAG )
Energi listrik gross ( MWh ) yang dibangkitkan Generator Unit Pembangkit, dikurangi
Pemakaian Unit Pembangkit ( MWh ) itu sendiri dalam satu perioda.
4. KAPASITAS MAKSIMUM GROSS ( Gross Maximum Capacity, GMC )
Energi listrik maksimum yang dapat dibangkitkan Unit Pembangkit dalam satu perioda pada
kapasitas maksimumnya ( tidak dipengaruhi adanya Derating ).

I. PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas
hubungan antara energi panas dengan bentuk-bentuk energi lainnya.
Dua hal yang sangat penting dalam aplikasi termodinamika adalah :
1.

Sistem pembangkit daya, seperti :


- Motor bakar
- Turbin uap dan Turbin gas
- Kompresor
- Pembangkit tenaga nuklir
- Sistem propulsi untuk pesawat terbang dan roket
- Sistem pembakaran bahan bakar
- Solar energi
- Dan lain-lain

2. Sistem Refrigerasi, seperti :


- AC ( Air Conditioner )
- Pompa Panas
- Dan lain-lain
2. Sifat- sifat termodinamika
Ada dua sifat termodinamika dari suatu substansi yang sangat penting yaitu :
1. Sifat Ekstensif
Nilainya untuk seluruh sistem merupakan penjumlahan dari seluruh bagian yang ada
yang merupakan bagian dari sistem tersebut.
Contoh : Massa, Volume, dan Energi.
2. Sifat Intensif
Nilainya tidak tergantung dari besar dan ukuran sistem.
Contoh : Massa jenis, Tekanan, dan Temperatur.
m
V
E

1/2m
1/2V
1/2E

1/2m
1/2V Sifat Ekstensif
1/2E

T
P
p

T
P
p

T
P
p

Sifat Intensif

Gambar 1.1 beda antara sifat ekstensif dan sifat intensif

Sifat sifat suatu Substansi


1. Massa
Massa sebuah benda dipahami sebagai sifat karakteristik dari tahanan benda itu terhadap
perubahan kecepatan.

A,B

B
x

a) Massa inersial A dan B identik


F

Waktu

A C

C
X

Waktu

b). Massa Inersial A dan C berlainan


Gambar 1.2 sifat karakteristik benda terhadap perubahan kecepatan
2. Volume
Volume adalah ukuran geometris dari suatu benda.
Massa jenis suatu benda adalah massa benda tersebut dibagi dengan volumenya.
3. Energi
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha, sifatnya
lestari ( kekal ) dalam kuantitas

4. Tekanan
Terjadinya tekanan berasal dari tumbukan antara molekul-molekul terhadap dinding pembatas.

A
F

Gambar 1.3 konsep terjadinya tekanan

Tekanan

F gaya
A luasan

N/m2

Dalam termodinamika, tekanan umumnya dinyatakan dalam harga absolut ( tekanan


absolut ).
Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi :
a. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem diatas tekanan atmosfir, maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir + Tekanan pengukuran
Pabs Patm Pgauge

(1.1)
b. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem dibawah tekanan atmosfir, maka
:
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir - Tekanan pengukuran
Pabs Patm Pgauge

(1.2)

Gambar. 1.4 Pengukuran tekanan

Contoh :
Suatu alat ukur menunjukkan tekanan sebesar 100 P sig , berapakah besarnya
tekanan absolut ?.
Jawab :
Pabs = Patm + Pgauge = 100 + 14,696 = 114,696 Psia = 7,908 x 106 N/m2
= 0,7908 MPa.
catatan : 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 14,696 lbf/in2
5. Temperatur
Temperatur dapat dipandang sebagai potensial pendorong bagi berlangsungnya
perpindahan energi sebagai panas.

Skala R dan K merupakan skala temperatur mutlak


Gambar 1.5 Skala temperatur
Contoh :
Suatu termometer menunjukkan 240 C. Hitung besarnya temperatur dalam F, K, dan
R.
Jawab :
Untuk mendapatkan F : 240 C x (9 F ) / ( 5 C ) + 32 F = 464 F
Untuk mendapatkan R : 464 F + 459,67 R = 923,67 R
Untuk mendapatkan K : 240 oC + 273,15 K = 513,15 K
Contoh :
Suatu benda lebih panas 30oC dari benda lainnya. Berapakah besarnya beda
temperatur dalam oF, R dan K ?.
Jawab :
T1 T2 = 30oC = 30oK = 30oC x 9oF/5oC = 54oF = 54 R.
II. KONSEP-KONSEP DASAR TERMODINAMIKA
2.1.Termodinamika dan Energi
Termodinamika memusatkan perhatian kepada faham tentang energi,
gagasan bahwa energi itu tetap letari adalah hukum termodinamika yang
pertama.
Konsep kedua dalam termodinamika adalah entropi, dengan entropi
kemungkinan atau kemustahilan berlangsungnya suatu proses dapat
ditentukan. Gagasan inilah yang mendasari hukum termodinamika yang kedua.
Hukum ini menjadi dasar dari analisa rekayasa untuk menentukan jumlah daya
guna maksimum yang dapat diperoleh dari sumber energi tertentu, atau jumlah
masukan ( input ) daya guna maksimum yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas tertentu.
2.2.Bentuk-bentuk Energi.
1. Bentuk Energi Mikroskopis
Energi ini biasanya dinamakan Energi dalam, dan diberi simbol U. Energi
dalam adalah energi yang dimiliki oleh berbagai molekul yang tersembunyi
dari pandangan makroskopik langsung, disebabkan oleh watak tingkat
keadaan mikroskopik yang tidak terorganisasi.

Energi dalam persatuan massa diberi simbol u,


u

U
m

[kJ/kg]

(2.1)

2. Bentuk Energi Makroskopik


Enrgi Kinetik
E k 1 2.m.v 2

[kJ]
Energi Kinetik per satuan massa

(2.2)

e k 1 2.v 2

[kJ/kg]
Energi Potensial Gravitasi

(2.3)

E p m.g .h

[kJ]
Energi Potensial Gravitasi persatuan massa

(2.4)

e p g .h

[kJ/kg]
(2.5)
Energi total yang dimiliki oleh suatu benda yang sedang bergerak dan
mempunyai ketinggian, adalah merupakan penjumlahan dari energi
mikroskopik dan energi makroskopis.
E total U E k E p U 1 2.m.v 2 m.g .h

[kJ]
Energi-total persatuan massa adalah :

(2.6)

e u e k e p u 1 2.v 2 g .h

[kJ/kg]

(2.7)

2.3 Temperatur dan Hukum ke Nol Termodinamika


Gagasan penting lainnya mengenai temperatur adalah bahwa sifat ini perupakan
petunjuk bagi perpindahan energi sebagai panas.
Berbagai gerakan molekul cenderung untuk lebih gairah pada temperatur tinggi,
dan energi panas cenderung untuk bergerak dari berbagai molekul yang
membentuk suatu daerah yang bertemperatur lebih tinggi ke berbagi molekul yang
lebih lamban yang membentuk suatu daerah yang bertemperatur lebih rendah.
jika dua buah sistem berada dalam kesetimbangan termal, keduanya haruslah
mempunyai temperatur yang sama, jika setiap sistem tersebut berada dalam
kesetimbangan dengan sistem ketiga, maka ketiganya mempunyai temperatur
yang sama, jadi sembarang dua atau ketiganya berada dalam kesetimbangan
termal. Gagasan ini kadang-kadang disebut hukum termodinamika yang ke nol.
Hukum ini merupakan dasar dari pengukuran temperatur, dimana benda ketiga di
atas digantikan dengan termometer.

20 oC

25 oC

35 oC

45 oC

35 oC

35 oC
40 oC

35 oC
35 oC
35 oC

a) Sebelum setimbang

b) Setelah setimbang

Gambar 2.1 Proses kesetimbangan termal


Panas adalah perpindahan energi yang tidak dapat diperhitungkan sewaktu
secara makroskopik menghitung perpindahan energi sebagai kerja. Panas adalah
kerja mikroskopik yang tersembunyi dari pandangan makroskopik langsung.
Temperatur adalah sifat zat, apabila temperatur suatu benda lebih tinggi dari
benda yang kedua, perpindahan energi sebagai panas berlangsung dari benda
yang pertama ke benda yang kedua.
2.4. Sistem
Sistem yaitu segala sesuatu yang berada dalam pengamatan. Sistem digunakan
untuk mengidentifikasikan subjek yang akan dianalisa.
Ada dua jenis sistem
1. Massa atur ( sistem tertutup )
Digunakan pada sistem yang terdiri dari massa zat, yang digunakan untuk
meneliti sifat yang berada dalam sistem tersebut. Contoh : Fluida yang berada
pada torak silinder.

Gambar 2.2 Sistem massa atur ( sistem tertutup )


2. Volume atur ( sistem terbuka )
Digunakan untuk analisa rekayasa pada sistem yang menyangkut aliran
massa.
Contoh : Aliran fluida pada nozel.

masuk

keluar

Fluida

Gambar 2.3 Sistem Volume atur ( sistem terbuka )


2.5

Proses dan Siklus


Jika suatu sistem mengalami perubahan dari suatu kondisi kesetimbangan ke
kondisi kesetimbangan yang baru, maka sistem tersebut dikatakan mengalami
proses. Kondisi yang secara kontinu (terus menerus) akan memberikan jalan/jejak
dari proses tersebut.
Untuk membahas suatu proses, harus diketahui kondisi awal dan kondisi akhir dari
proses tersebut. Demikian juga lintasan proses yang diikuti, serta interaksi dengan
sekeliling yang dialami sistem selama proses itu berlangsung.

Gambar 2.4 Lintasan proses


Suatu sistem dikatakan mempunyai siklus bila prosesnya berlanjut dan kembali ke
ke kondisi awal dan berulang.

Proses (a) dan (b) mengalami sklus Thermodinamika


Gambar 2.5 Siklus termodinamika
2.6 Energi dan hukum pertama Termodinamika
Aspek fundamental dari konsep Energi, yaitu bahwa energi suatu sistem yang diisolasi
adalah konstan. Persamaan-persamaan yang menyatakan hukum ini, merupakan
landasan bagi analisa kuantitatif terhadap berbagai perubahan yang terjadi diantara
berbagai sistem yang berinteraksi.
2.6.1 Definisi hukum pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika adalah hukum konservasi (kekekalan) energi.
Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan. Energi dari suatu sistem yang mengalami perubahan dapat
bertambah atau berkurang oleh pertukaran dengan lingkungan dan dapat
dirubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain di dalam sistem itu.
2.6.1.1 Hukum Pertama Termodinamika dan Sistem Terbuka (Volume-atur)
Sekarang akan kita bahas sistem terbuka keadaan tunak (steady), yang disebut
juga sistem aliran-tunak keadaan tunak [Steady-State Steady-Flow system,
( SSSF system)]. Dalam sistem ini aliran massa dan energi melalui dinding batas
tidak berubah menurut waktu, dan jumlah massa di dalam sistem juga tetap.

Gambar 2.6 Sistem terbuka (volume atur)


Persamaan hukum pertama (balans energi) untuk sistem ini adalah :
Energi yang masuk sistem = Energi yang keluar sistem

Atau :
m.g.Z1 1 2.m.v12 U 1 P1 .V1 Win Qin m.g.Z 2 1 2.m.v22 U 2 P2 .V2 Wout Qout

karena :

U P.V H

maka :
m.g.Z 1 1 2.m.v12 H 1 Win Qin m.g .Z 2 1 2.m.v 22 H 2 Wout Qout

Untuk masing-masing energi persatuan massa :


g.Z 1 1 2.v12 h1 win qin g .Z 2 1 2.v 22 h2 wout q out

(1)

2.6.1.2 Aplikasi Hukum Pertama Termodinamika


- Untuk Pembangkit uap (Boiler) :
Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada boiler tidak ada kerja poros maka,

w 0

2. Perbedaan energi potensial,


3. Perbedaan energi kinetik,
Jadi
(2)

g.Z 2 g .Z 1 diabaikan
1 2. v 2 v1 diabaikan
q h2 h1

Kalor yang diperlukan untuk menguapkan air sampai tingkat keadaan


tertentu sama dengan kenaikan entalpi air yang diuapkan tersebut.
- Untuk Turbin uap :
Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada turbin terjadi proses adiabatik,
2. Perbedaan energi potensial,
3. Perbedaan energi kinetik,
Jadi :

q 0

g .Z 2 g .Z 1 diabaikan

1 2. v 2 v1 diabaikan

w h1 h2

(3)
Kerja poros yang dihasilkan oleh turbin uap sama dengan penurunan entalpi
uap yang melalui turbin.
- Pompa air (atau fluida incompressible)
Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada pompa terjadi proses adiabatik,
2. Perbedaan energi potensial,

q 0

g .Z 2 g .Z 1 diabaikan

3. Perbedaan energi kinetik,


u1 u 2

4.
jadi :

, karena

1 2. v 2 v1 diabaik an

v 2 v1 v

w v. P1 P2

(4)
Kerja poros yang diperlukan oleh pompa sama dengan kenaikan tekanan
fluida yang dipompakan dikalikan dengan volume spesifik fluida tersebut.
- Nosel
1. Pada nosel terjadi proses adiabatik,

q 0

2. Pada nosel tidak ada kerja poros maka,

w 0

g .Z 2 g .Z 1 diabaik an

3. Perbedaan energi potensial,


4. Energi kinetik fluida masuk nosel = 0 (diabaikan)
Jadi :
v2

2. h1 h2

2.c p . T1 T2

2.v. P1 P2

untuk uap

(5)

untuk gas ideal

(6)

untuk fluida incompressible

- Pencekik (Throttling)
1. Pada throttling terjadi proses adiabatik,

q 0

2. Pada throttling tidak ada kerja poros maka,


3. Perbedaan energi potensial,
4. Perbedaan energi kinetik,
Jadi :
h1 h2

(7)

w 0

g .Z 2 g .Z 1 diabaik an

1 2. v 2 v1 diabaikan

(8)

2.6.1.3 Hukum Pertama Termodinamika dan Sistem Tertutup (Massa-atur)


Pada sistem terbuka massa dapat melintasi bidang batas. Pada sistem
tertutup, sebaliknya hanya energi yang dapat melintasi bidang batas, tetapi
massa tidak. Sistem ketiga yang kadang-kadang juga mendapat perhatian
adalah sitem terisolasi, yang merupakan bentuk khusus dari sistem tertutup.
Dalam sisitem ini baik massa maupun energi tidak dapat melintas bidang
batas, tetapi dalam lingkungan bidang batas itu perubahan energi dapat
terjadi.
Sumber energi yang utama di dunia ini merupakan energi panas yang
didapat dari hasil pembakaran bahan bakar ( baik padat, cair, maupun gas ).

Bila pada suatu sistem yang merupakan suatu proses diberikan sejumlah
panas sebesar dQ, maka sistem tersebut akan berekspansi dan melakukan
kerja sebesar dW, dan energi dalam sistem tersebut akan meningkat.
Proses yang terjadi di dalam sistem tersebut dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut :
dQ = dW + dU

(9)

dimana : dQ = Panas yang diberikan ke sistem


dW = Kerja yng dilakukan oleh sistem
dU = Perubahan energi dalam sistem
Persamaan 2.1 di atas dikenal dengan prinsip konversi energi dari suatu
sistem atau dikenal dengan perumusan matematis hukum pertama
termodinamika.
2.6.2 Perpindahan Energi sebagai Kerja
Kerja merupakan salah satu dari berbagai mekanisme bagi perpindahan energi.
Pada termodinamika, kerja selalu merepresentasikan sebagai pertukaran energi
antara sistem dan lingkungan.
Kerja W yang dikenakan terhadap sistem, atau dihasilkan sistem merupakan
hasil kali dari gaya F dengan perubahan jarak dx, dan dapat ditulisakn dalam
persamaan :
W = F.dx
(10)
Dimana : F = Gaya yang bekerja pada sistem [ N ]
dx = Perpindahan dari sistem
[m]

Kerja akibat perubahan volume dari fluida


Apabila P konstan : W = P.A.( x2 x1 )

(11)

Gambar 2.7 Kerja akibat perubahan volume


Apabila P tidak konstan : W = P.dV

Gambar 2.8 Lintasan proses untuk kerja

Contoh : Sebuah piston silinder tanpa gesekan berisi uap air sebanyak 10 lbm pada 60
Psia dan temperatur 320 F. Kemudian dipanaskan hingga temperaturnya naik menjadi
400 F. berapa kerja yang dihasilkan selama proses.
Solusi :
Diketahui : Massa uap air,
m = 10 lbm
Tekanan,
P = 60 Psia
Temperatur awal, T1 = 320 F
Temperatur akhir, T2 = 400 F

Ditanya : Kerja yang dihasilkan selama proses, W = ?

Jawab :
- Gambar dari sistem yang ditinjau

Assumsi : Proses berlangsung pada tekanan konstan

Rumus yang dipakai : W = P.dV


Karena proses berlangsung pada tekanan konstan maka :
W = P.( V2 V1 ) = m.P.( v2 v1 )
Dari tabel uap didapat harga volume spesifik
Pada :

P = 60 Psia ; T1 = 320 F v1 = 7,485 ft3 / lbm


P = 60 Psia ; T2 = 400 F v2 = 8,353 ft3 / lbm

Maka : W = (10 lbm ).( 60 Psia ).[( 8,353 7,485) ft 3 / lbm ].[( 1 Btu ) / ( 5,404
Psia.ft3 )]
= 96,4 Btu
2.6.3 Perpindahan energi sebagai panas
Energi dapat pula dipindahkan ke dalam suatu sistem dengan cara yang lain
yaitu sebagai panas.

Panas adalah perpindahan energi sebagai kerja yang berlangsung pada skala
mikroskopis yang tidak dapat diperhitungkan sewaktu menghitung besarnya
energi secara makroskopik
Perpindahan energi sebagai panas atau bentuk kerja dapat meningkatkan
temperatur sistem.

Gambar 2.9 Energi panas yang masuk ke sistem menyebabkan kenaikan temperatur
2.6.4

Balans Energi untuk Massa Atur


Massa atur dan lingkungannya membentuk sistem yang diisolasi, energi totalnya harus
konstan. Apabila energi salah satu bertambah, energi yang lainnya harus berkurang
dengan jumlah yang sama.
Masukan energi total ke dalam massa atur harus tepat menjadi kenaikan energi di dalam
massa atur tersebut.

Gambar 2.10 Massa atur


2.6.5

Bentuk-bentuk Energi

Energi Potensial gravitasi


Energi Kinetik
Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas

:
:
:
:
:
:

m.g.z
.m. 2
U
P.V
W
Q

Balans Energi :
Energi Potensial gravitasi
Energi Kinetik
Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas

:
:
:
:
:
:

Energi masuk
m.g.z1
.m. 12
U1
P.V1
W1
Q1

Energi keluar
m.g.z2
.m.22
U2
P.V2
W2
Q2

III. AZAS-AZAS PENGUAPAN


3.1. Zat Murni
Substansi (zat) yang mempunyai komposisi kimia yang tetap selama proses disebut
substansi murni. Air, nitrogen, helium, dan carbondioksida adalah merupakan contoh
beberapa substansi murni.
3.2. Phase dari suatu subtansi
Seperti kita ketahui dari berbagai eksperimen bahwa substansi (zat) berada pada
berbagai phase yang berbeda-beda.
Pada tekanan dan temperatur kamar, tembaga berada pada phase padat, air raksa berada
pada phase cair dan nitrogen berada pada phase gas.
Dalam kondisi yang berbeda phase dari substansi tersebut akan berada pada phase yang
lain pula (padat,cair atau gas ).
3.3. Proses perubahan phase air dari kondisi cair ke kondisi uap (gas).
Ada banyak situasi praktis di mana dua phase zat murni berada dalam kesetimbangan,
seperti air misalnya berada pada kondisi campuran dari phase cair dan uap di dalam
boiler dan kondenser dari Steam Power Plant.

Cairan terkompresi dan cairan jenuh

Perhatikan suatu piston silinder berisi air (fase cair) pada 20 oC dan tekanan 1 atm
(gambar 1). Pada kondisi ini air berada pada kondisi cair, dan disebut cairan
terkompresi atau cairan subcooled, yang berarti pada kondisi ini air tidak akan menguap.
Jika panas ditransfer ke air tersebut sehingga temperaturnya naik, misalnya 40
o
C. Karena kenaikan temperatur tersebut air akan berekspansi (mengembang) yang
mengakibatkan volume spasifik air tersebut bertambah.

Sebagai akibat naiknya volume spesifik air maka piston akan naik, sehingga tekanannya
tetap 1 atm selama proses berlangsung. Tetapi air masih berada pada kondisi cairan
terkompresi yang berarti penguapan belum dimulai.
Jika panas masih terus ditransfer temperatur masih naik hingga 100 oC (gambar 2). Pada
titik ini air masih berada pada kondisi cair. Tetapi setiap penambahan panas,
seberapapun besarnya, akan menyebabkan cairan tersebut menguap, yang berarti terjadi
proses perubahan fase dari cair ke uap. Cairan yang siap menguap ini disebut cairan
jenuh (Saturated liquid).

T = 1 atm

P = 1 atm
P = 1 atm

T = 100 oC
T = 100 oC

T = 20 C C

P = 1 atm
P = 1 atm

T = 300 oC
T = 100 oC

Uap jenuh dan uap superpanas

Ketika pendidihan dimulai, kenaikan temperatur akan berhenti sampai cairan berubah
semua menjadi uap. Pada kondisi ini temperatur akan konstan selama proses perubahan
phase jika tekanan dijaga konstan. Ini dapat dengan mudah dibuktikan dengan
menempatkan thermometer ke dalam air yang sedang mendidih yang diletakkan di
bagian atas tungku. Pada posisi di permukaan laut (P = 1 atm), termometer akan selalu
membaca 100 oC. Selama proses penguapan (pendidihan), yang dapat kita amati
hanyalah kenaikan volume spesifik dan berkurangnya level cairan akibat perubahan
cairan menjadi uap.

Pada pertengahan proses penguapan (gambar 3), silinder terdiri dari uap dan cairan
dengan jumlah yang sama. Jika panas terus ditambahkan proses penguapan akan terus
berlanjut hingga seluruh cairan akan menguap (gambar 4). Pada titik ini seluruh isi
silinder penuh dengan uap. Bila terjadi kehilangan panas seberapapun kecilnya akan
menyebabkan sebagian uap mengembun (perubahan fase dari uap ke caira). Uap yang
hampir terkondensasi disebut uap jenuh. Oleh karena itu keadaan seperti pada gambar 4
dinamakan kondisi uap jenuh. Keadaan antara seperti pada gambar 2 sampai keadaan
sperti pada gambar 4 sering dinamakan kondisi campuran uap dan cairan sehingga phase
uap dan phase cair berada pada keseimbangan termodinamik pada kondisi ini.
Jika dari kondisi uap jenuh (gambar 4) masih terus ditambahkan energi panas pada
tekanan konstan maka pada kondisi ini uap air akan mengalami kenaikkan temperatur
dan kondisi uap akan berubah menjadi uap panas lanjut (Super heated steam).
Jika perjalanan proses kita ikuti dari mulai gambar 1 sampai dengan gambar 5 dan kita
plotkan pada koordinat Temperatur-volume spesifik (T-v), maka akan kita dapatkan
gambar sebagai berikut.

Temperatur dan Tekanan Jenuh


Mungkin tidak mengherankan kalau air mendidih pada temperatur 100 oC. Sebenarnya
pernyataan air mendidih pada suhu 100 oC tidak benar. Yang benar adalah air
mendidih pada suhu 100 oC pada tekanan 1 atm. Satu-satunya alasan air mulai
mendidih pada suhu 100 oC adalah karena kita membiarkan tekanan konstan pada 1 atm
( 101,325 kPa ). Jika tekanan di dalam silinder meningkat sampai 500 kPa dengan
menambahkan berat pada puncak piston, air akan mulai mendidih pada suhu 151,9 oC.
Sehingga temperatur dimana air mulai mendidih tergantung kepada tekanan.

Pada tekanan yang diberikan, temperatur dimana substansi murni ( zat murni ) mulai
mendidih disebut temperatur saturasi Tsat. Sedangkan dalam temperatur yang diberikan,
tekanan dimana substansi murni mulai mendidih disebut tekanan saturasi P sat. Pada
tekanan 101,325 kPa, Tsat adalah 100 oC. Sebaliknya Pada temperatur 100 oC, Psat adalah
101,325 kPa.
Selama proses perubahan phase, tekanan dan temperatur sepenuhnya sifatnya saling
bergantung dan ada hubungan yang pasti diantara mereka yaitu T sat = f ( Psat ). Grafik Tsat
vs Psat seperti pada gambar 2-12 disebut kurva saturasi uap-cair. Kurva seperti ini adalah
karakteristik dari substansi murni.
Sangat jelas sekali dari gambar 2-12 bahwa T sat naik dengan naiknya Psat. Jadi substansi
pada tekanan tertinggi akan mendidih pada temperatur tertinggi juga.
12

10

6
Psat,kPa

0
0

20 40 60 80 100 120 140 160 180 200


Tsat, C

Diagram Sifat Untuk Proses Perubahan Phase

Variasi dari sifat-sifat selama proses perubahan phase sebaiknya dipelajari dan
dimengerti dengan bantuan diagram-diagram sifat. Di bawah ini kita akan
mendiskusikan diagram-diagram T-v, P-v, dan P-T untuk substansi murni.
1. Diagram T-v
Proses perubahan phase air pada tekanan 1 atm dideskripsikan secara detail pada bab
terakhir dan diplotkan pada diagram T-v dalam gambar 2-11. Sekarang kita ulangi proses
ini dengan tekanan yang berbeda untuk mengembangkan diagram T-v untuk air.
Kita tambahkan berat pada puncak piston sampai tekanan di dalam silinder mencapai 1
Mpa. Pada tekanan ini air akan mempunyai volume spesifik yang lebih kecil daripada
yang terjadi pada tekanan 1 atm. Pada saat panas di berikan ke pada air dengan tekanan
yang baru ini prosesnya akan mengikuti lintasan yang mirip sekali seperti lintasan proses
pada tekanan 1 atm seperti terlihat pada gambar 2-13, tetapi ada beberapa perbedaanperbedaan. Pertama, air akan mulai mendidih pada temperatur yang sangat tinggi ( 179,9
) pada tekanan ini. Kedua, volume spesifik pada cairan jenuh adalah lebih besar dan
volume spesifik pada uap jenuh adalah lebih kecil dari harga pada tekanan 1 atm. Yaitu
garis horizontal yang menghubungkan cairan jenuh dan uap jenuh dinyatakan lebih
pendek.
Pada saat tekanan meningkat lebih jauh, garis saturasi ini akan berlanjut lebih pendek
seperti pada gambar 2-13, dan akan menjadi titik ketika tekanan itu mencapai 22,09

MPa untuk kasus pada air. Titik ini disebut titik kritis dan dapat didefinisikan sebagai
titik dimana pernyataan cairan jenuh dan uap jenuh adalah identik.Tekanan, Temperatur
dan Volume spasifik dari substansi pada titik kritis di sebut Tekanan kritis P cr,
Temperatur kritis Tcr, dan Volume spesifik kritis vcr. Sifat-sifat titik kritis air adalah P cr =
22,09 MPa, Tcr = 374,14 oC, dan vcr = 0,003155 m3/kg. Untuk helium adalah Pcr = 0.23
MPa, Tcr = -267,85 oC dan vcr = 0,01444 m 3/kg. Sifat-sifat kritis untuk macam-macam
substansi dapat dilihat pada tabel A-1 dalam apendix.
Pada tekanan di atas tekanan kritis, tidak akan ada proses perubahan phase yang nyata
( gambar 2-14 ). Malahan volume spesifik dari substansi akan terus meningkat dan
disetiap saat hanya akan ada satu phase yang muncul. Akhirnya itu akan menyerupai
uap, tapi kita tidak akan pernah tahu kapan perubahan itu terjadi. Di atas keadaan kritis,
tidak ada garis yang memisahkan daerah cairan terkompresi dan daerah uap super panas.
Tapi hal itu biasanya mengacu pada substansi sebagai uap super panas pada temperatur
di atas temperatur kritis dan sebagai cairan terkompresi pada temperatur di bawah
temperatur kritis.
Keadaan cairan jenuh pada gambar 2-13 bisa dihubungkan dengan garis yang di sebut
garis cairan jenuh ( Saturated liquid line ) dan keadaan uap jenuh di gambar yang
sama bisa dihubungkan dengan garis lain yang disebut garis uap jenuh ( Saturated
vapor line ). Kedua garis ini saling bertemu pada titik kritis, membentuk lengkungan
seperti pada gambar 2-15. Semua keadaan cairan terkompresi, di bagian kiri garis cairan
padat dan disebut daerah cairan terkompressi. Semua keadaan uap superpanas
ditempatkan di sebelah kanan garis uap saturasi yang disebut daerah uap superpanas
(superheated vapor region). Dikedua daerah ini, substansi berada pada fase tunggal,
cairan atau uap. Semua bagian yang melibatkan kedua fase dalam kesetimbangan di
tempatkan di bawah kubah yang disebut daerah campuran uap cairan jenuh, atau daerah
basah (wet region).
2. Diagram P-v
Bentuk umum dari diagram P-v dari zat murni sangat mirip sekali dengan diagram T-v,
tapi T = garis konstan pada diagram ini mempunyai kecenderungan untuk menurun,
seperti pada gambar 2-16.
Sebuah piston-silinder yang berisi air pada fase cair dengan tekanan 1 MPa dan
temperatur 150 oC. Pada titik ini air berada pada kondisi cairan terkompresi. Kemudia
beban (pemberat) pada puncak piston diambil satu persatu sehinnga tekanan di dalam
silinder menurun secara berangsur-angsur (Gambar 2-17). Selama proses terjadi
perpindahan panas terhadap air tersebut, sehingga temperaturnya selalu konstan. Pada
saat tekanan menurun, volume air akan meningkat sedikit. Ketika tekanan mencapai
harga tekanan saturasi pada temperatur yang ditentukan (0,4758 MPa), air akan mulai
mendidih. Selama proses penguapan ini, temperatur dan tekanan selalu konstan, tapi
volume spesifik meningkat. Perhatikan bahwa selama proses perubahan fase, kita tidak
mengambil pemberat. Memindahkan atau mengurangi pemberat akan menyebabkan
tekanan dan juga temperatur menurun [karena T sat = f (Psat)], dan proses tidak akan
menjadi isotermal (proses pada temperatur konstan).
Jika proses ini diulangi untuk temperatur lainnya, lintasan yang sama akan didapatkan
untuk proses perubahan fase. Dengan cara menghubungkan lintasan cairan jenuh dan

lintasan uap jenuh, kita akan mendapatkan kurva diagram P-v untuk zat murni, seperti
terlihat pada gambar 2-16.
3. Diagram P-T
Gambar 2-22 memperlihatkan diagram P-T untuk zat murni, diagram ini sering dosebut
diagram fase karena ketiga fase dipisahkan satu sama lain oleh tiga garis. Garis
sublimasi memisahkan daerah padat dan uap, garis penguapan memisahkan daerah cair
dan uap, garis peleburan (melting line) memisahkan daerah padat dan cair. Ketiga garis
ini bertemu pada satu titik yang dinamakan titik tripel, dimana pada titik ini ketiga fase
berada bersama-sama pada kesetimbangan. Garis penguapan berakhir pada titik kritis
sebab tidak ada perbedaan yang bisa dibuat antara fase cair dan uap di atas titik kritis.
Zat yang memuai dan mengkerut pada saat pembekuan hanya bisa dibedakan di atas
garis peleburan pada diagram P-T.
Tabel sifat
Sebagian besar substansi, hubungan diantara sifat-sifat thermodinamik adalah sangat
kompleks untuk diekpresikan dengan mengguanakan persamaan yang sederhana. Oleh
karena itu, sifat-sifat sering diberikan dalam bentuk tabel-tabel. Beberapa sifat
thermodinamika dapat diukur dengan mudah, tetapi yang lain tidak dapat diukur
langsung dan dihitung dengan menggunakan persamaan yang menghubungkannya
untuk sifat-sifat yang terukur. Hasil ukuran-ukuran dan perhitungan ini diberikan dalam
tabel dengan format yang tepat. Dalam diskusi berikutnya, tabel uap akan digunakan
untuk mempertunjukkan penggunaan dari tabel sifat-sifat thermodinamik.
Tingkat keadaan Cair Jenuh dan Uap Jenuh
Sifat-sifat dari cair jenuh dan uap jenuh untuk air dapat diketahui melalui table uap
berdasarkan tekanan atau temperatur, seperti terlihat pada contoh table di bawah :

Sat.

Specific volume
m3/kg

Temp.
o
C
T
85
90
95

Press.
kPa
Psat
57.83
70.14
84.55

Temperatur
e

Sat.
liquid
vf
0.001033
0.001036
0.001040

Specific volume
of

Sat.
vapor
vg
2.828
2.361
1.982

Specific volume
of

Correspondi
ng

Subscript f menunjukkan sifat dari fase cair jenuh, dan subscript g menunjukkan sifat
dari fase uap jenuh. Subscript lain yang sering digunakan digunakan adalah fg, yang
mana menunjukkan perbedaan nilai antara uap jenuh dengan cair jenuh pada tingkat
keadaan yang sama.

Tekanan, P

Volume specific

vfg = vg - vf
vf = volume spesifik pada kondisi cair jenuh
vg = volume spesifik pada kondisi uap jenuh
vfg = perbedaan antara vg dan vf
Nilai hfg disebut entalpi penguapan atau panas laten penguapan yaitu energi yang
diperlukan untuk menguapkan satu satuan massa cair jenuh pada temperatur atau
tekanan yang diberikan.
Campuran cair jenuh uap jenuh
Selama proses penguapan, substansi berada pada bagian cair dan bagian uap. Keadaan
ini disebut campuran dari cair jenuh dan uap jenuh. Untuk menganalisa campuran secara
tepat, kita perlu mengetahui proporsi dari fase uap dan cair dalam campuran. Ini
didefinisikan oleh sifat baru yang dinamakan dengan kualitas x yaitu perbandingan dari
massa uap terhadap massa total dari campuran

mvapor
m total

mtotal mliquid mvapor m f m g

dimana :
Kualitas uap x hanya berlaku untuk fase campuran. Ini tidak berlaku pada daerah cairan
terkompresi atau daerah uap superheated. Pada fase cair jenuh nilai x = 0 atau 0 persen,
sedangkan pada fase uap jenuh nilai x = 1 atau 100 persen.
Fase campuran dapat dapat diperlakukan seperti gabungan dari dua subsistem : cairan
jenuh dan uap jenuh. Walaupun massa dari masing-masing fase sering tidak diketahui.

Saturated vapor
vg
Saturated liquid
vf

Vav
Saturated
Liquid-vapor
mixtures

Pada gambar di atas diilustrasikan sebuah tanki yang berisi campuran dari fase cair
dan fase uap. Volume fase cair adalah Vf dan volume fase uap adalah Vg. Maka
volume total adalah penjumlahan dari keduanya:
V = Vf + Vg
V = m.v mt.v = mf.vf + mg.vg
mf = mt mg mt.v = mt.vf mg.vf + mg.vg
Jika kedua ruas dibagi dengan mt
v = vf x.vf + x.vg
atau : v = vf + x.vfg
x

mg
mt

dimana :
vfg = vg - vf
Begitu juga untuk sifat-sifat yang lain berlaku :
h = hf + x.hfg
u = uf + x.ufg
s = sf + x.sfg
Uap Superpanas

Pada daerah sebelah kiri dari garis uap jenuh terdapat uap super panas, dimana pada daerah ini
substansi mempunyai fase tunggal yaitu fase uap, tekanan dan temperatur pada daerah ini tidak
saling bergantung sepaerti pada daerah uap campuran, sehingga sifat dari uap super panas akan
sangat tergantung dari kombinasi antara temperatur dan tekanannya.
Format dari table uap superpanas diilustrasikan pada table berikut :

s
T
v
h
kJ/kg.
o
C m3/kg kJ/kg
K
P = 0,01 MPa (45,81C)
14.67 2584. 8.150
Sat.
4
7
2
14.86 2592. 8.174
50
9
6
9
17.19 2687. 8.447
100
6
5
9
19.51
8.688
150
2783
2
2
P = 0,2 MPa (120,23 C)
0.885 2706. 7.127
Sat.
7
7
2
0.959 2768. 7.279
150
6
8
5
1.080 2870. 7.506
200
3
5
6
1.198
7.708
250
2971
8
6
Uap superpanas mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Tekanan rendah : P < Psat pada T yang diberikan
Temperatur tinggi : T > Tsat pada P yang diberikan
Volume spesifik tinggi : v > vg pada P atau T yang diberikan
Energi dalam tinggi : u > ug pada P atau T yang diberikan
Entalpi tinggi : h > hg pada P atau T yang diberikan
Cairan terkompresi
Pada daerah sebelah kanan dari garis cair jenuh terdapat cairan terkompresi, dimana pada daerah
ini substansi mempunyai fase tunggal yaitu fase cair, tekanan dan temperatur pada daerah ini
juga tidak saling bergantung sepaerti pada daerah uap campuran.
Sifat dari cairan terkompresi ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
h = hf,T + vf.(P - Psat)
dimana Psat adalah tekanan saturasi pada temperatur yang diberikan.
Secara umum cairan terkompresi dikarakteristikan sebagai berikut :
Tekanan tinggi : P > Psat pada T yang diberikan
Temperatur rendah : T < Tsat pada P yang diberikan
Volume spesifik rendah : v < vf pada P atau T yang diberikan

Energi dalam rendah : u < uf pada P atau T yang diberikan


Entalpi rendah : h < hf pada P atau T yang diberikan.
APLIKASI DARI TABEL UAP DAN DIAGRAM UAP
1. Air pada kondisi cair jenuh dan tekanan 1 bar absolut dipompa ke dalam boiler hingga
tekanannya mencapai 8 bar absolut, kemudian di dalam boiler air tersebut diuapkan pada
tekanan konstan sampai mencapai fraksi uap 80 %, jika selama pemompaan terjadi proses
volume konstan dan cp air adalah 4,2 kJ/kg.K.
a. Berapa energi per kg air yang diperlukan untuk memompa air tersebut.
b. Apa kondisi air pada saat keluar dari pompa
c. Berapa energi panas yang diperlukan untuk menguapkan air dalam boiler tersebut.
Penylesaian :
Diketahui :
Air pada kondisi cair jenuh : x1 = 0
Tekanan sebelum pompa : P1 = 1 bar abs. = 0,1 MPa abs.
Tekanan setelah pompa : P2 = 8 bar abs. = 0,8 Mpa abs.
Fraksi uap : x2 = 80 % = 0,8
Panas jenis air : cp = 4,2 kJ/kg.
Ditanya :
a. Energi per kilogram air yang diperlukan untuk memompa air
b. Kondisi air saat keluar pompa
c. Energi panas yang diperlukan untuk menguapkan air dalam boiler.
Jawab :

x = 0,8

P2 = 8 bar
x2 = ?

wp = ?

x1 = 0
P1 = 1 bar
cp = 4,2 kJ/kg

Dari HK I termodinamika :
- Untuk Pompa : w = vf.P2 P1
- Untuk Boiler : q = h3 h2

Dari table uap :


vf vg hf hg
sf
sg
P
o
3
3
T C m /k m / kJ/k kJ/k kJ/kg. kJ/kg.
MPa
g kg g
g
K
K
99.6 0.00 1.6 417. 267 1.302 7.359
0.1 3 1043 94 46 5.5
6
4
170. 0.00 0.2 721. 276 2.046 6.662
0.8 43 1115 404 11 9.1
2
8
a. w = 0.001043. 0.8 - 0.1.106 =

STEAM GENERATOR
(SYSTEM AE)
Safety
Gunakan alat K3 (helm, sepatu, ear plug, kaos tangan tahan panas) jika memasuki area boiler
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan operator lain yang terkait, me-ngenai rencana
pekerjaan yang memerlukan perhatian dan prioritas utama
Yakinkan peralatan pendukung safety dalam kondisi standar (penerangan cukup, alat
komunikasi terjangkau, dan lift dalam keadaan normal)
Jika akan menutup manhole boiler, yakinkan bahwa didalam furnace sudah tidak ada orang
dengan cara : beri sinyal sinar, pukulan dan beritahu bahwa manhole akan ditutup
Fungsi dan cara kerja
Fungsi dari steam generator adalah untuk memproduksi uap (steam) untuk menggerakkan turbin.
Proses produksinya adalah dengan penguapan pada boiler drum. Uap tersebut harus memenuhi
standar kualitas tertentu (pressure, temperature dan unsur kimia) dan juga dari kuantitas (flow
dalam ton/jam), sesuai yang dibutuhkan turbine pada saat tertentu (kondisi hot/warm/cold) untuk
dapat menghasilkan energi listrik. Pada steam generator system ini dapat dibagi dalam dua
aliran, yaitu aliran uap dan aliran air.
Bagian utama
Feed water inlet
Economizer
Boiler drum
Superheater
Main steam pipe
Reheat steamFeed water inlet
Sebagai pengisi air boiler, disuplai dari BFP setelah melalui HP heater. Pada sistem air pengisi
air boiler ini, diperlengkapi feed water back pressure control valve sebelum masuk ke sistem

aliran air pada boiler (economizer). Feed water back pressure control dapat diposisikan auto,
dengan fungsi sebagai pe-nyeimbang steam flow sebagai output demannya. Sedang jika dalam
posisi manual operator dapat mengontrol valve sesuai yang dibutuhkan.Economizer
Dengan memanfaatkan gas buang boiler, economizer akan memanaskan air pengisi sebelum
masuk ke boiler drum. Pada economizer ini yang harus dijaga adalah terjadinya korosi, baik dari
sisi dalam maupun dari sisi luar. Untuk menjaga korosi dari sisi luar, dapat dilakukan dengan
cara :
Membatasi kandungan sulfur pada fuel (coal)
Menjaga temperature metal economizer
Melakukan sistem firing dengan baik
Sedang untuk mencegah korosi dari sisi dalam, dengan jalan menjaga kualitas air yang diijinkan
pada sistem air pengisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan yang mungkin terjadi pada economizer adalah :
Perubahan air pengisi dari fase air ke fase uap pada economizer yang di-sebabkan tidak adanya
sirkulasi air pada economizer saat firing atau furnace dalam keadaan panas. Hal ini akan
mengakibatkan water hammer pada economizer. Untuk mencegah hal tersebut, valve
recirculation economizer (MOV AE-SHV-1A/1B) harus dibuka untuk memperoleh aliran alami
pada economizer dari down comer. Tapi pada saat ada aliran air pengisi, hendaknya MOV
tersebut harus ditutup kembali.
Terjadinya thermal shock pada inlet header economizer yang disebabkan oleh perbedaan
temperature antara air masuk dan air pada header economizer. Jika hal itu terpaksa dilakukan,
maka sistem pengisian air penambah dilaku-kan dengan flow yang sedikit mungkin secara
teratur.Boiler drum
Drum adalah tempat pemisahan antara partikel-partikel air dan uap. Air yang ada pada drum
akan mengalami aliran alami pada down comer. Gelembung-gelembung uap akan naik keatas
dan di drum gelembung-gelembung uap itu akan terkumpul dan menjadi uap.
Pada drum hal yang perlu diperhatikan pada saat firing adalah temperature metal antara top dan
bottom. Perbedaan temperature tersebut sesuai rekomendasi dari BVI adalah sesuai dengan
grafik (Lampiran 1).
Peralatan utama pada drum adalah sebagai berikut :
Level indicator
Terdiri dari tiga macam, yaitu :
Glass gauge level di lokal
Level indicator analog di CR (Fibre Optic)
Level indicator digital (berupa angka) di OIS, yang juga sebagai sinyal control feed water
Pressure indicator
Pressure indicator ini dapat dibaca di lokal lewat PT, sedangkan di CR melalui data digital di
OIS
Relief valve/safety valve
Berfungsi untuk membuang steam jika terjadi tekanan tinggi pada drum.
Safety valve yang terdapat pada boiler drum adalah sebagai berikut :
o

Tag

Set

Set

Cap

Capa

pre pre acit city


ss
ss( y
(lb/h)
(kg psi (kg/
/m g)
h)
)
1 05-AE- 21 30 2496 55035
RV-39
1.7 11 40
3
2 05-AE- 20 29 2496 55035
RV-40
9.2 75 40
3
3 05-AE- 21 30 3028 66757
RV-41
4.2 47 10
2
4 05-AE- 21 30 3055 67365
RV-42
5.4 64 70
7
5 05-AE- 21 29 2472 54517
RV-43
0.4 93 90
3
6 05-AE- 21 30 2520 55566
RV-44
3.0 29 30
2
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Vent drum
Berfungsi untuk membuang udara (02) yang mungkin masih tertinggal pada steam drum. Vent
drum dibuka pada saat stop s/d boiler firing pada tekanan 2 kg/cm2.
*Drain dan CBD
Berfungsi untuk membuang silica yang ada pada boiler water. CBD dapat menggunakan MOV
001 jika air boiler masih tergolong baik dengan meng-alirkan steam ke deaerator lewat SHV 011.
Atau juga bisa langsung dibuang jika memang kualitas airnya sangat jelek sekali.Superheater
Uap dari steam drum selanjutnya dipanaskan kembali untuk mendapatkan uap yang super heat
pada superheater (PSH maupun SSH) dengan memanfaatkan gas bekas dari furnace.
Untuk menjaga temperature pada main steam sebesar 538 oC, maka pada PSH dan SSH
dilengkapi dengan spray yang diambilkan dari feedwater. Selain dengan spray, temperature
dikontrol juga dengan pembukaan damper SH flue gas biasing damper.
PSH dan SSH juga dilengkapi drain dan vent. Sebelum firing hendaknya drain dan vent valve
harus dibuka untuk menghindari water hammer pada PSH maupun SSH.Main steam pipe
Uap dari SSH selanjutnya masuk ke main stem pipe, untuk selanjutnya masuk ke turbine. Main
steam pipe dilengkapi dengan beberapa peralatan bantu, antara lain :
Relief valve/safety valve
Berfungsi untuk membuang steam jika tekanan pada main steam telah men-capai batasan operasi
safety valve tsb.
Safety valve/relief valve yang terdapat pada main steam line adalah sbb :
N Tag
o

Set
pres
s
(kg/
cm2)

Set
pre
ss
(ps
ig)

Cap
acit
y
(kg/
h)

Cap
acit
y
(lb/h
)

1 05-SB- 195. 27 1197 2640


RV-13
46
80 95
99
2 05-SB- 196. 27 1584 3493
RV-14
51
95 00
72
3 05-SB- 197. 28 1596 3518
RV-15
50
09 14
85
4 05-SB- 188. 26 2037 4491
RV-17
78
85 45
76
5 05-SB- 176. 25 2037 4491
RV-20
26
07 45
76
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Untuk valve 05-SB-RV-17 dan 20 adalah electric relief valve yang dapat di-posisikan manual
atau auto dari CR. Jika posisi manual maka relief valve (RF 17 dan 20) bisa dibuka dari CR
walaupun belum mencapai tekanan kerjanya.
Drain main steam pipe (MOV 033, 034, 046 dan 047)
Drain pada pipa main steam harus dibuka pada saat boiler akan firing dengan tujuan agar air
kondensasi sepanjang pipa dapat dibuang, dan sekaligus untuk pemanasan awal (warming) agar
tidak terjadi water hammer pada line tersebut.
Pada saat start unit, drain-drain main steam line bisa ditutup sampai HP by-pass system
beroperasi. Dalam hal ini drain main steam line juga ber-fungsi untuk menaikkan
temperature main steam.Reheat steam
Setelah main steam memutar HP turbine, selanjutnya steam akan keluar dari HP yang disebut
sebagai HP exhaust atau cold reheat. Pada kondisi tersebut steam akan mengalami penurunan
temperature. Agar steam bisa dimanfaat-kan kembali untuk memutar turbine, maka perlu
dinaikkan kembali temperature dan pressurenya dengan cara memanaskan steam tersebut di
reheater dengan memanfaatkan gas buang pada furnace. Steam yang sudah dipanaskan ter-sebut
selanjutnya disebut hot reheat.
Sistem kontrol temperature hot reheat adalah dengan :
Spray (attemperator), dengan menggunakan TCV 003A dan 003B
RH flue gas biassing damper (flow gas buang)
Venting dan drain reheat steam
Venting dan drain digunakan pada saat start atau stop unit pada pressure dibawah 2 kg/cm2.
Adapun lokasi venting dan drain adalah sebagai berikut :
Venting RH header
: AJ MOV 003A dan MOV 003B
Drain RH header
: AJ MOV 007 dan MOV 008
Drain pada cold reheat line : MOV 10, 09, 01, 04
Drain pada hot reheat line
: MOV 07, 08
Safety valve/reheat valve
Pada line reheat juga dilengkapi dengan alat pengaman tekanan lebih yang disebut safety valve.
Safety valve yang terdapat pada reheat steam adalah sebagai berikut :
Cold reheat safety valve
N Tag

Set

Set

Cap

Cap

pres pres acit acit


s
s
y
y
(kg/ (psi (kg/ (lb/h
cm2) g)
h)
)
1 05-SB- 58.9 839 2649 5840
RV-91
9
32
70
2 05-SB- 59.4 845 2667 5881
RV-77
1
95
77
3 05-SB- 59.8 851 2686 5922
RV-90
3
58
84
4 05-SB- 60.2 857 2705 5963
RV-76
5
21
91
5 05-SB- 60.6 863 3281 7239
RV-75
8
93
76
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Hot reheat safety valve
N
o

Tag

Set Set
Cap Cap
pre pres acit acit
ss
s
y
y
(kg (psi (kg/ (lb/h
/c
g)
h)
)
2
m
)
1 05-SB- 57. 815 1325 2923
RV-92
30
93
14
2 05-SB- 57. 819 1332 2937
RV-102 58
32
24
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Filosofi sistem kontrol dan proteksi
Dalam sistem kontrol steam generator, dapat kita bagi menjadi 3 sistem kontrol, yaitu : Tekanan,
temperature dan level drum.

4.1. Kontrol tekanan


Tekanan steam generator dapat dihasilkan oleh proses penguapan air sebagai hasil dari sistem
pembakaran. Jika produksi uap boiler sama dengan konsumsi turbine, maka pressure pada main
steam akan relatif stabil. Untuk mendapatkan keseimbangan tersebut maka diperlukan kontrol
bahan bakar sebagai energi untuk memproduksi uap pada boiler. Sistem kontrol tekanan pada
main steam dapat kita ringkas seperti pada ke-terangan dibawah ini.

Proteksi kontrol pada kontrol tekanan adalah sebagai berikut :


Fuel/air sistem ke manual, jika :
- FDF master tidak siap untuk mengontrol
- semua sinyal flow batubara tidak bagus
- boiler master demand sinyal fail
- tidak ada pulverizer master station yang auto
BTU corection station menuju manual, jika :
- fuel/air master tidak auto
- flow batubara sinyalnya jelek
- sinyal steam flow jelek
Flue gas oxigen station akan :
- correction factor ke 1.0 jika FDF air flow cont damper stn ke manual
- trip ke manual jika flue gas oxigen signal irrational
Boiler master menuju ke manual, jika :
- fuel/air master ke manual
- fuel runback
- feed water economizer inlet temperature signal irrational
- main steam pressure signal irrational
Turbine master akan trip ke manual, jika :
- generator breaker not close
- main steam pressure dibawah 80 kg/cm2
- main steam pressure signal irrational
- main steam temperature signal irrational
- HP turbine 1st pressure signal irrational
- equipment failure dan boiler follow ON
- turbine runback
Load programmer ramp rate tidak akan berfungsi, jika : feed water master dan main steam
temperature master tidak auto
4.2. Kontrol temperature
Temperature main steam
Temperature main steam dikontrol oleh proses attemperator/spray dan denagn pembukaan SH
flow gas damper. Spray pada PSH I dan SSH di-ambil dari feed water header. Sistem
pengontrolan spray PSH II / TCV 1A dan 1B mengambil sinyal dari platen SH II inlet header
dengan set temperature dari sistem kontrol main steam temperature. Sedang untuk pengontrolan
SSH inlet header temperature dikontrol TCV 2A/2B. Air yang digunakan untuk spray akan
menjadi uap pada main steam. Sehingga MS flow = flow total spray PSH/SSH + flow water
inlet.
Pengaturan temperature dengan SSH FG damper adalah dengan me-manfaatkan panas gas buang
untuk PSH/SSH. Semakin besar pembuka-an damper semakin besar pula panas yang bisa
dimanfaatkan.
Temperature reheat steam
Pengaturan temperature reheat steam menggunakan TCV 3A/3B dengan mengambil air dari
salah satu sudu pompa SU BFP ataupun BFPT. TCV 3A/3B mengambil sinyal input dari RH

inlet header dengan set temperature dari reheat steam temperature control. Pengaturan dengan
damper FG biasing sama seperti pada SSH FG biasing damper.
4.3. Kontrol drum level
Feed water control akan mengatur/mengontrol level drum hingga level drum pada posisi normal.
Ada tiga elemen yang menjadi input sinyal dalam pengaturan drum level, yaitu :
Drum level
Feed water flow
Steam flow
FW elemen sinyal dapat kita select secara manual maupun secara auto. Secara manual kita bisa
men-select 1 elemen, 2 elemen atau 3 elemen dengan melihat kondisi pada saat itu. Sedang kalau
secara auto maka secara otomatis akan pindah sendiri.
Level indikator yang digunakan untuk indikasi dan sinyal level drum pada FW control dari tiga
transmiter, yang mana ketiga transmiter tersebut bisa kita pilih salah satu diantaranya atau
diambil sinyal tengah (median). Tetapi khusus untuk sinyal MFT trip hanya diambilkan dari
sinyal median ( 250 mm).
Sistem kontrol feed water adalah :
Prosedur operasi
Persiapan lokal
Yakinkan bahwa semua manhole boiler sudah tertutup
Yakinkan tidak ada tagging di semua peralatan boiler
Yakinkan level air pada drum pada posisi normal (dari glass gauge)
Yakinkan CCTV dapat dioperasikan dengan baik
Yakinkan isolating valve untuk peralatan instrument pada posisi terbuka dan normal (PS, PT, TS,
TT, LS, LT dll)
Yakinkan SDCC telah terisi air
Yakinkan isolating valve instrument air untuk peralatan pada posisi terbuka dan ada tekanannya
(CV, SV, damper, igniter dll)
Yakinkan isolating valve untuk MOV pada drain, venting dan TCV untuk spray SH dan RH serta
VCV atomizing dan fuel oil pada posisi terbuka
Yakinkan breaker 380 V untuk semua MOV sistem drain, vent dan attemperator pada posisi
close/on dan siap dioperasikan
Yakinkan level minyak pelumas untuk semua fan dan gear box diatas normal
Yakinkan igniter tiap level telah siap untuk dinyalakan/dioperasikan. Misal : fuel oil pressure,
atomizing steam pressure, instrument air, flame detector dan valve telah terbuka.
Yakinkan breaker untuk semua motor (fan, pompa dan damper) sudah dalam posisi close dan
siap dioperasikan
Start sequence
Isi drum sampai normal level (untuk cold start, pada level -30 mm), dari discharge CEP (ISV
0025 & 0026)
Buka vent dan drain boiler
Start satu IDF (misal A) dan set furnace pressure 12 mmWg
Start satu FDF (misal A) dan buka perlahan-lahan FDF vane inlet damper (VIV) station dan
perhatikan furnace pressure sampai boiler total air flow mencapai diatas 30%

Start Flame Scanner Air Blower


Buka OIS boiler trip, tekan huruf "I" (permissive status listing), maka akan muncul Boiler
purge permisssives. Point-point boiler purge permisssives yang sudah terpenuhi akan muncul
indikasi merah pada OIS. Sedangkan yang belum terpenuhi akan berwarna hijau. Segera penuhi
permissive yang kurang
Jika boiler purge permisssives telah terpenuhi, purge status sequence akan pindah (indikasi
merah) dari seq. ke seq. : Purge required purge permissives satisfied purge in progress
dengan timer 300 sec.
Pada saat purge elapsed time 0 sec. maka purge status akan complete
Tekan next, maka akan dapat dilihat boiler reset permits
- Boiler purging complete
- No boiler trip command exists
Reset igniter oil safety valve trip dan siapkan level igniter yang akan di-start pata OIS
Pada layar lain, buka OIS boiler trip dan tekan boiler trip/reset, pada posisi reset
Sesaat setelah boiler reset segera buka oil safety valve trip dan start igniter yang telah disiapkan
(sebaiknya dimulai dari level terendah)
Setelah selesai purging, inlet damper PAH harus ditutup
Yakinkan level igniter akan menyala, sebab kalau tidak ada satupun igniter yang menyala selama
5 menit setelah boiler reset, maka MFT akan trip kembali
Jika MFT trip (kembali), lakukan boiler purge sebagaimana prosedur diatas dan reset boiler/MFT
kembali sampai ada igniter yang menyala
Jika sudah ada igniter yang menyala, atur pembakaran igniter se-demikian rupa sehingga
kenaikan temperature masih dalam batas-batas design yang diijinkan oleh pabrik (grafik
terlampir)
Pada saat drum pressure mencapai 2 kg/cm2 tutup venting boiler drum AE MOV 1A/1B,
superheater venting AJ MOV 1A/1B/2B
Perhatikan kenaikan temperature dan pressure pada drum
Perhatikan diff. temperature antara top dan botom pada boiler drum, dan yakinkan masih dalam
batas yang diijinkan oleh pabrik (grafik terlampir)
Persiapkan MS/RH temperature control, HP/LP by-pass temperature control dan posisikan
AUTO. Untuk temperature control MS/RH dapat diset pada temperature 538 oC
Saat pressure mencapai 23 kg/cm2 start SU BFPT dan ambil alih control drum level dengan SU
BFPT
Pada pressure 35 kg/cm2, lakukan warming HP by-pass system
Jika pressure mencapai 60 kg/cm2 operasikan HP by-pass system untuk mempercepat kenaikan
temperature main steam hingga temperature MS telah memenuhi syarat untuk rolling turbine
Tutup main steam line drain valve (SB MOV 30, 33, 34, 29)
Persiapkan rolling turbine. Saat rolling turbine perhatikan :
Pressure main steam. Jika ada indikasi cenderung turun sampai dibawah setting HP by-pass
pressure tambah pembakaran dengan start igniter lagi.
Start mill dilaksanakan pada saat putaran turbine akan dinaikkan ke 3000 rpm
Pada periode heat shock, start booster feed pump
Jika harus pakai mill, perhatikan pembukaan HP by-pass. Jangan sampai terlalu besar untuk
menghindari max flow pada SU BFP
Sebelum generator on-line (synchrone) pastikan boiler sudah memakai paling tidak satu mill
untuk menghindari penurunan pressure akibat ke-butuhan steam yang besar pada turbine

Lakukan warming booster pump BFP dan inservice-kan BFPT. Untuk menghindari max flow
pada SU BFP, maka BFPT dan SU BFP bisa di-paralel. Dalam paralel BFPT dan SU BFP yang
perlu diperhatikan adalah :
Pressure discharge BFPT harus sedikit lebih besar ( 1 kg/cm2) dari pressure FW header
Flow discharge BFPT lebih besar dari pada flow sirkulasinya
Jika BFPT sudah inservice dan auto, bias negatif control SU BFP untuk menghindari max flow
pada SU BFP
Jika generator sudah on-line perhatikan pressure main steam dan per-tahankan pressure main
steam tersebut dengan cara menambah speed coal feeder atau kalau perlu start (tambah)
pulverizer lagi (dilihat dari HP by-pass)
Jika sudah menggunakan 2 (dua) pulverizer, maka master station masing-masing pulverizer
dapat diposisikan auto dan selanjutnya kontrol pembakaran dapat dikontrol dari fuel/air master
station
Perhatikan master speed coal feeder pulverizer yang beroperasi. Jika kondisi boiler sudah stabil,
fuel/air master station dapat diposisikan auto dan selanjutnya kontrol dipegang oleh boiler
master station
Naikkan setting HP by-pass pressure secara perlahan-lahan sampai HP by-pass menutup penuh.
Dan jika setting pressure lebih besar 1 kg/cm2 dari actual pressure (PV), posisikan HP by-pass
pada posisi cascade. Pada posisi auto cascade, maka HP by-pass set point akan selalu 5 kg/cm 2
diatas actual pressure main steam.
Jika kondisi boiler sudah stabil, boiler master station dapat diposisi-kan auto, yang selanjutnya
pressure main steam akan dipertahankan pada set pressure unit master sliding pressure setpoint
Jika telah diposisikan boiler follow, kita tinggal menaikkan pressure main steam dengan cara
menaikkan/menurunkan pressure setting pada unit master sliding pressure dan nilainya
disesuaikan dengan rate-nya (kenaikan pressure per menit). Pressure main steam akan menuju ke
nilai set tersebut setelah diposisikan ke ramp
Jika kondisi sudah stabil, "turbine master station" dapat diposisikan auto untuk mendapatkan BT
coordinate mode (BTC)
Stop sequence (dengan asumsi beban 600 MW BTC, 5 mill i/s)
Turunkan beban boiler secara perlahan-lahan. Jika memakai BTC mode, turunkan set "unit
master load demand station". Perhatikan hal-hal berikut :
Speed CF pulverizer yang beroperasi. Apabila speed masing-masing CF sudah mendekati
minimum, maka stop dulu salah satu pulverizer
Flow masing-masing BFPT. Jika recirculation BFPT pada posisi manual, buka recirculation
valve pada posisi yang aman
Bersamaan dengan menurunkan load, kita juga bisa menurunkan pressure set main steam dari
"unit master sliding pressure set point"
Lakukan hal tersebut diatas secara perlahan-lahan dan hati-hati. Jika beban generator sudah
mencapai low load limit pada "limit load demand", lepas "turbine master station" dan terus
turunkan beban dari governor atau load limit control
Jika beban sudah mencapai 60 MW dan pulverizer yang inservice tinggal satu buah, lepas
"boiler master station", lepas cascade control pada HP by-pass dan set HP by-pass pressure sama
dengan actual pressure main steam saat itu. Start SU BFP dan ambil alih kontrol dari BFPT ke
SU BFP. Jika kondisi boiler sudah stabil, lepas CB generator (pada load 15 - 20 MW)

Perhatikan HP by-pass control valve apakah bisa mengkontrol pressure main steam
Turunkan speed CF yang masih beroperasi dan shut down normal pulverizer
Tripkan turbine dan yakinkan MFT tidak trip
Kurangi terus pembakaran dari igniter sampai MFT trip dari no flame detected
Lakukan purge boiler dan reset boiler dengan tujuan untuk :
- Membilas furnace dari sisa-sisa bahan bakar
- Mengeluarkan gun ignitor yang masih tertinggal akibat dari MFT trip
Tanyakan ke SUOP mengenai status boiler stop. Jika :
a. Hot banking
- stop semua fan
- tutup semua gas part bias damper
- tutup CBD
b. Natural cooling
- stop semua fan
- buka semua gas part bias damper
c. Forced cooling
- start IDF dan FDF
- buka FDF master station sampai total air flow 15 %
- perhatikan temperature metal top/bottom drum.
(rekomendasi dari pabrik tidak boleh lebih dari 60 oC)
Catatan :
Jika akan melakukan filling drum, differential temperature antara FW inlet dan temperature air di
drum tidak boleh melebihi 100 oC
Lakukan dengan flow yang sedikit mungkin

Sistem monitoring dan batasan operasi


Beberapa batasan operasi yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
Alarm

Trip

N
o

Peralat
an

S
a

Hi
gh

L
o
w

H
ig
h

L
o
w

50

5
0
2
5

25 0 25
0

25 0 25
0

t
u
a
1 Furnace
pressur
e
2 SA duct
pressur
e
3 Feedwa
ter to
econ.
out
tempera
ture
4 Drum
metal
temp.
top/bott
om
5 Rises to
drum
water
tempera
ture
6 Drum
pressur
e
7 Drum
level
8

PSH 1
inlet
steam
temper
ature
PSH 2
inlet
steam
tempera

n
kg/
cm
2

kg/
cm

20
0

2
o

33
5

58
0

36
8

kg/
cm

22
0

m
m

50

45
5

5
0
2
0

39
1

2
5

1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7

1
8
1
9
2
0

ture
PSH 2
steam
tempera
ture
SSH
inlet
tempera
ture
Main
steam
pressur
e
Main
steam
tempera
ture
Reheat
pressur
e
Reheat
tempera
ture
Burner
metal
tempera
ture
Burner
nozel
coal
tempera
ture
PSH 1
metal
tempera
ture
PSH 2
metal
tempera
ture
SSH
inlet
metal
tempera
ture
SSH

50
7

2
0

44
0

2
5

kg/
cm

18
8

55
0

kg/
cm

50

2
o

55
0

70
5

70
5

48
0

52
5

52
8

57

C
C

2
2

2
3

2
4

outlet
metal
tempera
ture
Reheat oC
outlet
metal
tempera
ture
Burner kg/
row
cm
2
level
pressur
e
Thermo oC
probe
tempera
ture

59
1

14
0

5
0

59
0

1
0

Intertripping dan boiler runback


Boiler adalah alat utama pada PLTU yang sangat vital dan perlu mendapatkan perhatian yang
lebih bagi operator, karena kondisi boiler sangat menentukan operasional PLTU. Karena jika
boiler/MFT trip, maka turbine generator akan trip. Tetapi jika turbine/generator trip, boiler belum
tentu trip.
Boiler trip
Dari keinginan operator.
Menekan 2 tombol MFT trip emergency dari panel
Menekan boiler trip dari DCIS
Dari sistem udara dan gas
Tidak ada IDF yang beroperasi
Tidak ada FDF yang beroperasi
Furnace pressure high dari 2 sinyal (2 out of 3) setelah 2 detik (05 AE..PS000100~300)
Furnace pressure low dari 2 sinyal (2 out of 3) setelah 2 detik
(05 AE..PS000400~600)
Secondary air duct pressure high dari 2 sinyal (2 out of 3) setelah 5 detik (05
AF..PS000100~300)
Total air flow dibawah 25% selama 5 detik
Dari sistem pembakaran
Kehilangan semua nyala api setelah ada deteksi nyala api (flame)
Tidak ada ignitor atau coal burner yang beroperasi setelah 5 menit boiler reset
Ignitor oil safety trip valve trip dan tidak ada coal burner yang beroperasi
Semual coal burnerm, trip tetapi tidak ada ignitor atau coal burner yang beroperasi

Tidak ada nyala atau semua burner swing valve tutup


Scanner cooling air pressure low-low selama 25 detik (05AN-0101C102-B)
Dari feed water supply
Drum level high selama 20 detik dari indikasi level drum median diantara 3 level transmitter
boiler drum (+ 250 mm)
Drum level low selama 20 detik dari indikasi level drum median diantara 3 level transmitter
boiler drum (- 250 mm)
Akibat gangguan dari luar
Turbine trip, tetapi HP by-pass tidak berfungsi
Critical MFT/slave failure (PCU 26~29)
Boiler control system off line
Dari steam temperature
Main steam temperature high
temperature 560 oC selama 100 menit
temperature 565 oC selama 10 menit
temperature 570 oC selama 1 menit
Reheat steam temperature high
temperature 560 oC selama 100 menit
temperature 565 oC selama 10 menit
temperature 570 oC selama 1 menit
Boiler runback
Sistem runback difungsikan untuk mengamankan peralatan-peralatan pada boiler dan turbine dari
operasional yang melebihi kapasitas peralatan. Jika ter-deteksi terjadinya kelebihan kapasitas
operasi peralatan, boiler master akan menurunkan demand pada posisi yang ideal. Runback
terjadi pada hal-hal sebagai berikut :
Kehilangan kontrol 1 FDF dari 2 FDF yang beroperasi
Kehilangan kontrol 1 IDF dari 2 IDF yang beroperasi
Kehilangan kontrol 1 PAF dari 2 PAF yang beroperasi
Kehilangan kontrol 1 FDF dari 2 FDF yang beroperasi
Kehilangan kontrol salah satu pulverizer yang beroperasi (fuel limit)
Kehilangan kapasitas feed water (1 BFPT dan SU BFP)
Jika terjadi runback, maka boiler master akan trip ke manual tetapi turbine master masih auto
untuk mengontrol throttle pressure (turbine following). Boiler master juga akan menurunkan
demand-nya sesuai dengan permintaan kontrolnya dengan cara menurunkan konsumsi
batubara/bahan bakar.
Pada saat terjadi boiler runback maka konsumsi bahan bakar/batubara akan mempertahankan
50% MCR dengan cara mempertahankan 3 mill pada level mill yang terbawah yang beroperasi
saat itu dan sekaligus menstart automatic ignitor level E12 dan C12
Contoh : Jika terjadi FDF A trip pada beban 550 MW (mill i/s ABCEF)
Boiler master akan trip ke manual dan akan menurunkan demand sampai 50% MCR

Secondary duct pressure akan dikontrol oleh inlet vane damper FDF B dengan membuka penuh,
karena pada saat FDF A trip, secondary duct header pressure akan drop
Pulverizer F dan selanjutnya disusul pulverizer B akan trip dengan first annunciator boiler
runback dan pulverizer yang tidak trip akan menurunkan speed hingga flow batubara 30 t/h.
Dengan tripnya pulverizer F dan B serta turunnya speed CF yang masih beroperasi, maka
kebutuhan secondary air flow akan turun, yang selanjutnya akan menurunkan pembukaan
secondary air row damper.
Dengan menurunnya pembukaan secondary row damper, maka secondary duct pressure akan
naik lagi yang pada akhirnya akan menurunkan juga pembukaan inlet vane damper FDF B
Control unit akan berubah ke turbine follow dengan mengontrol besarnya throttle pressure
dengan cara menurunkan governor valve (load) sesuai dengan turbine demand-nya
Turbine demand = T Pe
dimana T Pe = throttle pressure error
= throttle pressure set point throttle pressure
Runback akan normal kembali jika beban generator sudah turun dibawah 300 MW (50% MCR)

S O P - VIBRATION MONITORING ( I V )
I. F U N G S I :
1.1. Fungsi dari Vibration monitoring adalah untuk :
- Sebagai pusat dan pembagian perencanaan DCIS system yang dipergunakan
sebagai bagian dari perencanaan control system , vibration monitoring system
mengirimkan signal ke Superpisory system dengan perencanaan DCIS System
untuk Main Turbine, 2 BFPT sets, 2 Booster Pump dan Start Up B F P.
sebagai pengaman dan keandalan operasi.
1.2. Vibration monitoring system adalah terus menerus mengukur dan memonitor berbagai
macam-macam masalah pada Superpisory parameter-parameter memberikan
informasi penting untuk memberikan tanda-tanda / kelainan yang cepat pada kelainan
mesin seperti imbalance, bearing failure, misalignment dan shaft keadaan retak.
1.3. Vibrasi Monitoring sebagai monitoring, dignostic, dan meramalkan imformasi
maintenance untuk Turbin Generator dan Rotating Machinery.
1.4. Vibration monitoring sytem terus menerus memonitor dan mengukur lebih luas pada
pada supervisory parameter sampai menolong operator dalam mengetahui gangguan
mesin, mesin dapat distop sebelum kerusakan yang lebih tinggi lagi atau melebihi
setpoint sampai terjadi mesin tsb.gangguan berat.

II. BAGIAN UTAMA :


2.1 Bagian utama dari Vibration Monitoring System adalah :
- Probe, Proximiter, Recorder, dan alat bantu lainnya : kertas, printer / pita.
III. FILOSOFI SYSTEM CONTROL DAN PROTEKSI :
3.1. System control vibration monitoring sytem adalah :
Vibration monitoring sytem memberikan alarm dan signal interlock untuk main turbin,
2 BFPT, 2 Booster pump dan Start Up BFP. Jika pada main turbin vibration terjadi highhigh level main turbin akan trip, untuk menghindari kesalahan trip, trip signal diberikan
waktu dalam perdetik setelah satu bearing vibration high-high dan bearing vibration yang lain
keadaan high-high maka setelah waktu tercapai dalam beberapa detik memberikan signal trip
pada main turbin.
3.2 P r o t e k s i :
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan peralatan tersebut trip adalah :
- Salah satu kabel control conection lepas / longgar
- Salah satu power control supply off / failure
- CPU off atau trip dan Fuse CPU Failure
- Banyak timbul alarm / abnormal
IV. SYSTEM MONITORING DAN BATASAN OPERASI :
4.1. System monitoring dari Vibration :
- Setpoint high / low vibration alarm
- Setpoint danger / trip
- Gave semua bearing antara X dan Y pada poros turbin
- Semua sytem alarm dan berikut setpointnya
4.2. Batasan operasi dari vibration :
- Vibration high - high timer tercapai 3 detik
- Gave bearing dari sisi X dan Y 10 volt atau 1,3 + 0,1 mm
- Gave semua bearing antara sisi X dan Y mempunyai sudut 45 derajat
- Alarm low / high bearing vibration X dan Y No.1 s/d 10 : - 0,100 / 0,125 mm
- Bearing vibration high alarm : > 0,125 mm . dan high-high alarm : > 0,25 mm
V. INTERTRIPPING DAN PENGARUHNYA TERHADAP UNIT & PERALATAN
LAINNYA :
5.1.- Bila salah satu pada bearing alarm high-high dan dari bearing yang lainnya lagi
ada
alarm high-high maka turbin akan trip.
- Reaksi dari turbin terjadi vibration high-high maka turbin akan memberikan
signal

trip. dan efek ke yang lainnya maka PMT akan lepas dari jaringan / Generator
out service.
- Turbin trip reaksi terhadap boiler tidak akan trip bila bypass system available dan
Boiler akan trip bila bypass not available.

LOW VOLTAGE SWITCHGEAR


(SYSTEM EC)
Safety
Memakai pealatan K3 yang telah direkomendasikan
Disediakan peralatan test electric (misal hi-pot test)
Fungsi dan cara kerja
2.1. Fungsi
Sebagai peralatan bantu (pembagi) catu daya
Bagian utama
LVS yang dilengkapi dengan Air Circuit Breaker
Transformer, 200 kVA, 10.5/0.4 kV
Peralatan proteksi dan kontrol
Peralatan pengawatan kabel dan busbar
Spesifikasi panel LVS
Tegangan
: 1000
V
Tegangan nominal
: 400
V
Tegangan saturated max.
: 660
Frekuensi
: 50 Hz
Short circuit rating
- Dengan instantaneus/delay trip : 65 kA
- Rated duration pada short circuit : 1 sec
Arus rated making
: 105 kA
Rating circuit breaker
Tegangan
: 1000
V
Tegangan nominal
: 400
V
Tegangan saturated max.
: 660
Frekuensi
: 50 Hz
Batas arus
- Breaker utama
: 4000
A

- Tie breaker
- Breaker pembagi
Short circuit rating
Breaker utama
Breaker pembagi

: 4000
: 800 A
: 75/165
: 65/105

kA
kA

Trafo LVS
Rated power
: 2000
kVA
HV voltage winding max.
: 12 kV
Vector group
: DyN 1
HV winding impulse voltage : 75 kV
LV winding impulse voltage : 10 kV
HV short duration power freq. : 31 kV
LV short duration power freq. : 4 kV
Dilengkapi dengan temperature sensor
- Fans running
: 80 oC
- Alarm
: 130 oC
- Trip
: 150 oC
Indicating instrument
Setiap panel tegangan dilengkapi dengan :
- Volt meter
- Ampere meter
- Volt tranducer
- Current tranducer
Tegangan kontrol
Tripping and control
: 125 V dc
Closing voltage
: 125 V dc
Rated sec. voltage of volt XFMR
: 230 V ac, 50 Hz
Rated sec. current of volt XFMR
: 5 A
Space heater
: 230 V ac, 50 Hz
Filosofi sistem kontrol dan proteksi
Sistem kontrol
Dalam
Proteksi
Dalam
Prosedur operasi
Persiapan
Yakinkan LVS dalam kondisi awal tidak beroperasi
Yakinkan sambungan kabel (konektor) tidak kendor
Yakinkan relay proteksi tidak trip

Permissive
Bla
Start sequence untuk breaker 10.5 kV
Sebelum memasukkan breaker SST (2A10), yakinkan breaker bus 10.5 kV di
bawahnya dalam keadaan terbuka (2A3B, 2A4A, 2A4B, 2A5A, 2A5B, dan
2A8B)
Setelah unit berbeban, SST bisa ditransfer ke breaker 10.5 kV (2A2B dari UST
Yakinan bahwa :
- DCIS sudah komplit beroperasi
- 125 V DC sistem energized
- Semua relay proteksi in service
- Semua proteksi, tagging, lock sudah siap (release) untuk incoming
breaker dan tie breaker
Breaker 10.5 kV in service
Setelah breaker 10.5 kV in service :
10.5 kV switchgear in service
Breaker 2A2B posisikan pintu panel tertutup
Masukkan power control fuse breaker 2A2B
Informasikan dengan operator CR bahwa breaker 2A2B siap dioperasikan dari
DCIS
Setelah beroperasi, baca semua tegangan dan atur selector switch di lokal
pada LVS
Stop sequence
Bla

Batasan operasi
Beberapa batasan operasi LVS adalah sebagai berikut :
Busbar
- Continous rating
: 4000
A
- Rating of insulation
: 1000
V
Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya
Bla bla bla

Anda mungkin juga menyukai