Makalah Satyam Baru
Makalah Satyam Baru
Kasus Satyam
Statement of Authorship
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil
pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tugas lain kecuali kami
menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata ajaran
Judul Makalah
: Kasus Satyam
Dosen
Nama
: Arindha Purwandari
Nama
: Nayaka Cyantika
NPM
: 1106075143
NPM
: 1106001896
Tanda Tangan :
Tanda Tangan :
Nama
: Firda Amalia
Nama
NPM
: 1106011594
NPM
: 1106060942
Tanda Tangan :
Tanda Tangan
Daftar Isi
Statementof Authorship
Daftar Isi
11
Daftar Pustaka
ii.
iii.
Fighting Abusive Related Party Transaction in Asia pada September 2009 untuk
mengatur hal ini.
Mengenai transaksi pihak berelasi yang merugikan ini telah disinggung juga
sebelumnya pada prinsip ketiga Corporate Governance OECD. Pada prinsip ketiga,
poin terakhir, menyatakan bahwa adanya kewajiban dari komisaris, direksi dan
manajemen kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris
jika baik langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai
kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi
perusahaan. Pengungkapan kepentingan para pihak di atas kepada dewan komisaris
juga harus diikuti dengan ketidak-ikut sertaan para pihak didalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan transaksi yang memuat kepentingan mereka
tersebut.
Tidak hanya OECD, Indonesia pun telah mengadopsi prinsip tersebut untuk
melindungi pemegang saham minoritas atas transaksi-transaksi dengan pihak berelasi
yang mungkin merugikan dengan dikeluarkannya berbagai peraturan. Contohnya
adalah peraturan Bapepam No. IX.E.1 yang mengatur mengenai benturan kepentingan
transaksi tertentu. Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan
ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris,
pemegang saham utama perusahaan atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau
pemegang saham utama. Selain itu, peraturan Bapepam No. VIII.G.7 tentang
pedoman penyajian laporan keuangan juga menjelaskan bahwa transaksi hubungan
istimewa harus dirinci pada bagian Catatan Laporan Keuangan.
Dari penuturan diatas, dapat terlihat betapa pentingnya menjaga hak pemegang saham
dengan tidak melakukan transaksi pihak berelasi yang merugikan agar dapat
mencerminkan good corporate governance. Tidak hanya itu, pengungkapan mengenai
transaksi dengan pihak berelasi merupakan juga harus dilakukan agar bisa terhindar
dari transaksi merugikan tersebut.
Ringkasan
kasus
Satyam
merupakan
salah
satu
perusahaan
yang
bergerak
di
bidang
informasi
teknologi.
Perusahaan
ini
didirikan
oleh
B.
Ramalinga
Raju
atau
disebut
Raju
pada
tahun
1987
di
India.
Spesialisasi
jasa
Satyam
meliputi
teknologi
informasi,
business
service,
peranti
lunak
komputer,
dan
menjadikan
Satyam
perusahaan
outsourcing
yang
terdepan
di
India.
Satyam
melakukan
penawaran
pertamanya
(IPO)
di
Bombay
Stock
Exchange
pada
tahun
1991
dan
sejak
itu
perusahaan
berkembang
pesat
selama
tahun
1990
hingga
2000an.
Perusahaan-perusahaan
di
seluruh
dunia-pun
mulai
melirik
India
untuk
mencari
solusi
teknologi
informasi.
Hal
tersebut
menjadikan
Satyam
perusahaan
outsourcing
ke-4
terbesar
di
India.
Satyam
memperkerjakan
50,000
karyawan
dan
beroperasi
di
67
negara.
Satyam
mungkin
dikenal
karena
kasusnya
pada
tahun
2009
mengenai
pengakuan
Raju
atas
tindakan
manipulasi
laporan
keuangan
yang
ia
lakukan
yaitu
dengan
menggelembungkan
laporan
posisi
keuangan
dan
laba
rugi.
Pada
keseempatan
kali
ini,
kami
mengangkat
kasus
lain
dari
Satyam
yaitu
indikasi
adanya
transaksi
hubungan
istimewa
yang
dianggap
merugikan
beberapa
pihak
tertentu
dan
mengarah
ke
pengakuan
Raju
yang
terjadi
pada
awal
2009.
Pada
16
Desember
2008,
Satyam
mengumumkan
rencananya
untuk
mengakuisisi
controlling
interest
di
Maytas
Infrastucture
dan
Maytas
Properties
senilai
$1,6juta.
Keluarga
dari
Ramalinga
Raju,
yaitu
pemilik
Satyam,
menguasai
saham
yang
besar
di
dua
perusahaan
Maytas
tersebut..
Kekhawatiran
terhadap
valuasi
dari
dua
entitas
tersebut,
timing,
metode
pembayaran
dari
para
direktur
independen
menimbulkan
penyelidikan
yang
lebih
mendalam
oleh
investor
Satyam
dan
akhirnya
terjadi
pembatalan
rencana
akuisisi
tersebut.
Kejadian
tersebut
kemudian
diikuti
dengan
empat
direktur
independen
mengundurkan
diri
dan
Raju
mengakui
atas
tindakan
manipulasi
laporan
keuangan
sebesar
$1juta
selama
beberapa
tahun
terakhir.
Rencana awalnya adalah mentransfer uang kas sebesar 60 juta rupee dari pemegang
saham Satyam ke keluarga Raju (yang merupakan pemegang saham defacto dengan
kepemilikan sebeasr 8%) dan kedua perusahaan Maytas. Hal tersebut mengagetkan
reksa dana dan investor institusi di India dan mereka mengancam adanya tindakan
hukum. Rencana akuisisi tersebut diumumkan oleh Satyam setelah pasar India telah
ditutup pada 16 Desember, tetapi harga saham Satyam di Amerika turun 50% pada
pembukaan. Kesepakatan tersebut-pun dibatalkan keesokan harinya. Meskipun telah
dibatalkan, harga sahamnya tetap turun 30% dan terus turun. Kejadian tersebut diikuti
dengan pengakuan dari Raju.
Dalam suratnya, Raju mengaku telah menggelembungkan dana yang sebenarnya tidak
terjadi di akun kas sebesar 3juta rupee, piutang bunga 3,7juta rupee, dan menurunkan
hutang sebesar 12juta upee.
Related
Party
Transaction
dan
Satyam
Akuisisi
yang
dilakukan
Satyam
adalah
transaksi
berelasi
yang
salah.
Transaksi
berelasi
ini
memiliki
dugaan
adanya
scenario
di
baliknya.
Keputusan
untuk
mengakuisisi
dua
perusahaan
yang
jelas
berbeda
core
bisnisnya
dengan
Satyam
adalah
keanehan
pertama.
Maytas
Infra
bergerak
di
bidang
konstruksi,
sedangkan
Maytas
Properties
bergerak
di
bidang
property.
Dengan
nilai
akuisisi
senilai
1,6
billion
rupee,
di
mana
Satyam
akan
mengakuisi
MAytas
Infra
sebanyak
100%
dan
Maytas
Properties
sebanyak
51%,
transaksi
ini
terlihat
seperti
transaksi
yang
merugikan,
karena
banyaknya
uang
yang
diinvestasikan
kepada
core
bisnis
yang
tidak
berhubungan,
atau
keputusan
melakukan
unrelated
diversification
yang
cukup
aneh.
Maytas
Infra
dan
Maytas
Properties
diketahui
adalah
milik
keluarga
Ramalangga
Raju,
selaku
CEO
dari
Satyam.
Dengan
begitu,
controlling
shareholders
Satyam
dan
Maytas
adalah
orang
yang
sama.
Dengan
transaksi
ini,
keluarga
Raju
akan
mendapatkan
uang
sebanyak
570
juta
dollar.
Karena
mereka
memiliki
35%
saham
mereka
di
Maytas
Infra,
dan
36%
saham
mereka
di
Maytas
Properties.
Keputusan
pengakuisisian
ini
dengan
anehnya
dapat
melewati
persetujuan
dari
board
Satyam.
Keputusan
ini
juga
diambil
tanpa
mengambil
suara
dari
pemilik
7
saham
minoritas,
dengan
alasan
karena
hal
ini
tidak
terdapat
dalam
peraturan.
Hal
ini
dapat
mengindikasi
adanya
transaksi
berelasi
yang
disalah
gunakan.
Hal
ini
dapat
disimpulkan
dari
sifat-sifat
transaksi
berikut
ini
:
a. Tidak
memberikan
pemberitahuan
kepada
pemilik
saham
minoritas
b. Transaksi
berjumlah
material
c. Transaksi
beresiko
tinggi
karena
mengakuisisi
perusahaan
yang
berbeda
core
bisnsisnya
dengan
Satyam
Pemberitahuan
kepada
pemilik
saham
minoritas
merupakan
suatu
kewajiban,
agar
pemilik
saham
dapat
mengetahui
apakah
transaksi
berelasi
ini
sudah
benar
atau
belum.
Transaksi
berelasi
ini
pada
kenyataanya
memiliki
nilai
yang
sangat
tinggi,
valuasi
terhadap
saham
Maytas
jauh
lebih
tinggi
dibandingkan
nilai
saham
Maytas
yang
sebenarnya.
Pengumuman
akan
pengakusisian
saham
oleh
Satyam
ini
mengakibatkan
nilai
saham
Satyam
turun
55%
dari
nilai
yang
sebelumnya.
Hal
ini
yang
mengakibatkan
pembatalan
pengakusisian
sehari
berikutnya.
Pengakuisisian
ini
ternyata
adalah
satu
kejadian
di
balik
kecurangan
yang
dilakukan
Satyam.
Dugaan
ini
dapat
dibilang
benar,
mengingat
bahwa
setelah
pengakuan,
ternyata
Satyam
memiliki
gap
besar
yaitu
1,6
billion
rupee,
antara
laporan
keuangan
dan
kondisi
keuangan
Satyam
yang
sebenarnya.
Penyalahgunaan
transaksi
berelasi
ini
ternyata
untuk
menutupi
dan
mengalihkan
kas
sebanyak
1,6
billion
rupee
dari
buku
Satyam
ke
Maytas,
sehingga
perbedaan
nilai
buku
yang
telah
ditutupi
selama
bertahun-tahun
dapat
ditutupi
sekali
lagi.
Satyam
mengakui
bahwa
aksi
pengakuisisian
ini
adalah
aksinya
yang
terakhir
untuk
menutupi
fraud
yang
sudah
ia
lakukan
selama
hampir
6
tahun.
8
Ramalingga Raju
Controlling
stakeholder
100%
1,3
billion
rupe
51%
300
million
SATYAM
Maytas
Infra
Maytas
Properties
Total
hasil
akuisisi
untuk
keluarga
Raju
:
USD
570
juta
Skema
kepemilikan
saham
Maytas
Infra
dan
Maytas
Properties
oleh
Ramalingga
Raju
35%
Ramalingga Raju
36%
Maytas Infra
Pelaporan
Keuangan
Maytas
Properties
Satyam
selama
enam
tahun
terakhir
melakukan
pelaporan
yang
salah.
Hal
ini
bermula
dari
keinginan
Ramalingga
Raju
untuk
mendapatkan
ijin
perolehan
dana
dari
bank
untuk
melakukan
ekspansi
Satyam.
Sehingga
Raju
melakukan
beberapa
manipulasi,
seperti
dijelaskan
di
bawah
ini
:
a. Saldo
kas
dan
bank
sebesar
50,40
miliar
adalah
fiktif
jika
dibandingkan
dengan
RS
53,61
milyar
dalam
pembukuan
b. Piutang
bunga
fiktif
sebesar
RS
3,67
miliar
c. Utang
yang
understated
senilai
RS
12,3
miliar
d. Piutang
yang
terlalu
tinggi(overstated)
senilai
RS
4,90
miliar.
e. Untuk
Q2
September,
pendapatan
lebih
besar
RS
5,88
milyar
dan
operating
margin
yang
dilaporkan
senilai
Rs
6,49
miliar
seharusnya
bernilai
Rs
610
juta.
Hal
ini
mengakibatkan
adanya
saldo
kas
fiktif
senilai
Rs
5,88
miliar
Sumber
Reuters
gap
antaralaporan
public
dan
laporan
perusahaan
10
Pelaporan
keuangan
yang
salah
ini
sudah
terjadi
beberapa
tahun,
dan
seharusnya
ketika
prosespengauditan
dijalankan
dengan
benar,
hal
ini
tidak
seharusnya
bisa
terjadi.
Kejadian
ini
bisa
terjadi
sampai
beberapa
tahun
karena
auditor
dan
direktur
independen
tidak
menjalankan
tugas
sesuai
fungsinya.
Proses
kerjasama
antara
auditor
dan
Satyam
bukan
tanpa
disengaja.
Satyam
dan
PWC
sebagai
auditor
memiliki
hubungan
bisnis,
di
mana
Satyam
adalah
partner
dari
PWC
dan
hal
ini
tidak
dapat
dibenarkan
dalam
hubungan
auditor
dank
klien.
DIketahui
pula
bahwa
perbandingan
pembayaran
biaya
audit
dari
Satyam
ke
PWC,
relative
jauh
lebih
besar
dibandingkan
usaha
sejenis
Satyam
dalam
pembayaran
kepada
auditornya
,
Pembahasan
dengan
kaitan
terhadap
OECD
Dengan
terjadinya
transaksi
pihak
berelasi
yang
merugikan
Antara
Satyam
dengan
Matyas,
maka,
merujuk
kepada
peraturan
OECD
yang
mengatur
mengenai
transaksi
berelasi
yang
berjudul
Guide
To
Fighting
Abusive
Related
Transaction
in
Asia
ada
beberapa
hal
yang
dapat
dilakukan
dalam
meminimalisir
terjadinya
transaksi
pihak
berelasi
yang
merugikan.
11
Disclosure (Pengungkapan)
Shareholder Approval
Untuk
transaksi
terkait
pihak
berelasi
yang
melebihi
suatu
ambang
batas
tertentu,
harus
dilakukan
persetujuan
oleh
para
shareholder,
dengan
tujuan
agar
shareholder
dapat
mengawasi
transaksi
tersebut.
Transaksi
yang
memerlukan
shareholder
approval
biasanya
adalah
transaksi
yang
jumlahnya
lebih
banyak
daripada
ambang
batas
jumlah
yang
harus
diungkapkan.
Hal
ini
juga
membantu
shareholder
untuk
meminta
direktur
independen
untuk
berpendapat
mengenai
transaksi
tersebut.
Direktur
yang
memiliki
benturan
kepentingan
atas
transaksi
tersebut
akan
memilih
untuk
abstain
dalam
membuat
rekomendasi
untuk
shareholder
Board
Oversight
and
Approval
Dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan,
board
merupakan
pihak
yang
memiliki
wewenang.
Atas
pengambilan
keputusan
oleh
board
ini,
direktur
independen,
komite
audit,
auditor
internal
dan
eksternal
memiliki
peran
yang
signifikan
dalam
mengawasi
transaksi
pihak
berelasi.
Direktur Independen
12
Auditor
board
dan
shareholder
bahwa
laporan
keuangan
telah
Daftar
Pustaka
http://www.nytimes.com/2009/01/27/business/worldbusiness/27accounting.html?page
wanted=all&_r=0
http://www.asialaw.com/Article/2097602/Channel/16709/The-great-deception.html
http://articles.economictimes.indiatimes.com/2009-01-17/news/27647068_1_maytasproperties-maytas-deal-board-meeting
http://www.rediff.com/money/2008/dec/22maytas-deal-impact-on-the-companies.htm
http://www.ingovern.com/2014/02/business-world-article-on-contentious-relatedparty-transactions/
http://articles.economictimes.indiatimes.com/2008-12-20/news/27735298_1_upaidsystems-simon-joyce-maytas-deal
Peraturan Bapepam IX.E.1
Peraturan Bapepam VIII.G.7
Guide on Fighting Abusive Related Party Transaction in Asia (September 2009)
OECD Principles of Corporate Governance
Studi penerapan OECD (Bapepam)
Related Party Transactions and Minority Shareholder Rights, OECD
14