Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum ke-3

M. K. Agrometeorologi

Hari/tanggal
: Jumat, 6 Maret 2015
Asisten
:
1. Nurhayati
G24110011
2. Yudi Riadi FanggidaE
G24110025
3. Hendra Yoni Sinaga
G24110035
4. Riki Muhammad Rifai
G24110037

KONVERSI PAR

Kelompok 3
Ega Pratama
Astrianti Fauzi Salim
Saeful Rakhman
Fardhani Rezky Pradipta
Levina Juriskha

(G24120006)
(G24120047)
(G24120070)
(G24130024)
(G24130074)

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Radiasi aktif fotosintesis, sering disingkat PAR, merupakan rentang spektral (band
gelombang) dari radiasi matahari 400-700 nanometer. Daerah spektral ini kurang lebih sesuai
dengan kisaran cahaya tampak oleh mata manusia. Hasil pengukurannya memberikan informasi
yang sangat berguna khususnya di bidang pertanian, kehutanan dan kelautan. Hal ini dikarenakan
salah satu persyaratan untuk lahan pertanian produktif, nilai PARnya harus memadai. Berdasarkan
hal tersebut nilai PAR sangat berguna untuk mengevaluasi potensi investasi pertanian (McCree
dan Keith 1972a).
PAR biasanya diukur sebagai mol foton m-2s-1, yang merupakan ukuran fluks foton
fotosintesis (area) atau PFD. Kadang-kadang dinyatakan sebagai unit Einstein , yaitu E m-2s-1.
PAR juga dapat dinyatakan dalam satuan energi (radiasi, W / m2 ) ini relevan dalam pertimbangan
energi keseimbangan untuk fotosintesis organisme . Karena fotosintesis adalah proses kuantum,
PFD umumnya digunakan oleh para ahli biologi tanaman (McCree dan Keith1972b).
Konversi energi foton PAR tergantung pada spektrum sumber cahaya. PAR seperti
dijelaskan di atas merupakan panjang gelombang antara 400 dan 700 nm, selainnya panjang
gelombang di luar kisaran ini tidak mendukung untuk terjadi fotosintesis. Jika spektrum yang tepat
dari cahaya diketahui, kepadatan fotosintesis foton fluks (PPFD) nilai-nilai dalam mol / s dapat
dimodifikasi dengan menerapkan faktor bobot yang berbeda untuk panjang gelombang yang
berbeda. Hasil ini dalam jumlah yang disebut fluks hasil foton (YPF). Kurva merah dalam grafik
menunjukkan bahwa foton sekitar 610 nm (oranye-merah) memiliki jumlah tertinggi fotosintesis
per foton. Namun, karena pendek-panjang gelombang foton membawa lebih banyak energi per
foton, jumlah maksimum fotosintesis per unit insiden energi pada panjang gelombang yang lebih
panjang, sekitar 650 nm (merah tua) (McCree dan Keith 1981).
Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu menghitung Photon Flux Density (PFD) dari masing-masing panjang
gelombang.
2. Mahasiswa mampu menghitung jumlah total Photon Flux Density (PFD).
3. Mahasiswa mampu melakukan Plot PFD (x = , y = PFD)
4. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat mengkonversi ke PFD
5. Mahasiswa mampu mencari radiasi netto di suatu wilayah dan konversi ke PFD dan
memhahas PFD yang dihasilkan di wilayah tersebut dengan kebutuhan tanaman jahe.
6. Mahasiswa mampu menghubungkan kedua jenis profil (PFD & Rate of Photosyntesis)

METODOLOGI
Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop, software
Ms.Excel, dan data panjang gelombang PAR serta persentasinya.

Langkah Kerja
Langkah kerja dalam mengkonversi PAR menjadi PFD secara detail dapat dilihat dalam
diagram alir di bawah ini.

Gambar 1 Diagram alir konversi PAR menjadi PFD.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Foton merupakan suatu energi yang dinyatakan dengan kuantum. Foton bukanlah objek
kasat mata tapi foton bertindak seperti objek yang memiliki jumlah energi yang tetap. Jumlah
energi yang dimiliki oleh cahaya itu bergantung pada panjang pendeknya gelombang. Foton yang
digunakan dalam tanaman untuk berfotosintesis dinyatakan dalam PFD (Handoko dan Fajariyanti
2014). Manfaat mengkonversi PAR ke PFD adalah untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap
radiasi yang didasarkan pada jumlah mol persatuan luas dan waktu pada daerah tertentu. PFD juga
berkorelasi positif dengan tanaman. Dibandingkan dengan energi radiasi PAR, konversi nilai
radiasi PAR menjadi PFD lebih optimal dalam pemanfaatannya terhadap tanaman. PFD memiliki
nilai tertinggi pada puncak kanopi dan menurun seiring dengan berkurangnya ketinggian (Pitman
2000).

Gambar 2 Grafik hubungan antara panjang gelombang dengan presentase jumlah radiasi PAR dan
PFD untuk radiasi netto sebesar 579 w/m2 di Pulau Madura.

Berdasarkan gambar di atas, terlihat perbedaan yang signifikan antara jumlah radiasi PAR
dengan PFD. Pada radiasi PAR, spektrum gelombang digunakan tanaman untuk melakukan
fotosintesis. Energi ini masih dalam satuan Watt/m2. Artinya jumlah energi tersebut masih dalam
per satuan luasan dan tidak memperhitungkan satuan waktu. Sedangkan untuk mengetahui
kebutuhan tanaman terhadap radiasi, akan lebih terlihat saat menggunakan PFD karena
memperhitungkan setiap mol dalam tanaman yang memanfaatkan energi untuk berfotosintesis
setiap satuan waktu. Inti dalam fotosintesis sebagai salah satu upaya tanaman untuk tumbuh dan
berkembang adalah masalah waktu.
Nilai PFD untuk setiap spektrum gelombang lebih besar daripada nilai radiasi PAR. Nilai
maksimum tercapai kira-kira pada panjang gelombang 500 nm dengan nilai PFD mencapai 70
mikromol/m2s dan radiasi PAR mencapai 10 Watt/m2. Semakin mendekati panjang gelombang 700
nm, nilai PFD dan radiasi PAR semakin kecil. Pada panjang gelombang 695 nm, kedua parameter
tersebut berada pada posisi paling minimum. Nilai PFD hanya sebesar 2.37 mikromol/m2s dan
radiasi PAR mendekati 0 Watt/m2. PFD menjadi lebih besar karena merupakan hasil konversi nilai
PAR dengan menggunakan bilangan Avogadro. Sehingga energi atau foton tersebut dinayatakan
sebagai energi tetap untuk setiap molnya. Sedangkan radiasi PAR yang diperhitungkan adalah
radiasi sesuai dengan presentasenya yang sampai ke permukaan bumi dan digunakan oleh
tanaman.
Pulau Madura memiliki topografi dengan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah
pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama di lereng-lereng yang
tinggi, letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah memiliki
kekurangan yang mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur. Radiasi netto yang
diterima wilayah ini memiliki rata-rata sebesar 579 W/m2 (Wiweka 2014). Dengan kondisi tanah
yang kurang subur dan iklim yang relatif panas, tanaman jahe tidak cocok untuk ditanam di
wilayah ini.
Tanaman jahe merupakan tanaman yang umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub
tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok
berkisar antara 1.500 4.000 mm/tahun. Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada
daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 1.000 m dari permukaan laut.
PFD untuk tanaman jahe berkisar antara 310 790 mikromol/m2s. Dengan pengolahan radiasi
netto sebesar 579 W/m2, diperoleh PFD dengan nilai 1112.57 mikromol/m2s. Hasil tersebut
semakin memperkuat bukti bahwa tanaman jahe tidak cocok ditanam di Madura.
Madura sangat cocok jika ditanam tanaman cabe jamu. Tanaman ini mempunyai potensi
tinggi dan dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Madura. Walaupun mempunyai daya
adaptasi yang cukup luas, namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tanaman ini harus
dibudidayakan pada lahan dengan kesesuaian yang optimal. Biasanya tanaman cabe jamu ditanam
di dalam keadaan terlindung (shade tolerant crops), dengan intensitas cahaya matahari antara 5075% (Karmawati et al. 1996).
Fotosintesis dan reaksi fotokimia lainnya tidak bergantung pada energi total cahaya, tapi
pada jumlah foton atau kuanta yang diserap Foton tersebut dibuat dalam satuan baru yang
dinamakan PFD. Foton berenergi tinggi pada spektrum biru mempunyai energi hampir 2 kali lipat
dibandingkan dengan foton pada spektrum merah, tapi kedua foton itu mempunyai efek yang
persis sama dalam fotosintesis (Salisbury dan Ross 1995). PFD berkorelasi positif dengan laju
fotosintesis tanaman. Semakin besar PFD, laju fotosintesis semakin cepat dan efektif pada waktu
tertentu dan setelah melewati waktu tersebut, laju fotosintesis biasanya berjalan konstan atau
bahkan mengalami penurunan pada intensitas cahaya tertentu.
Di dalam benda, terdapat materi disebut pigmen yang menentukan cahaya diperlakukan
ketika cahaya mengenai benda tersebut. Termasuk daun pada tanaman. Sebagian cahaya akan
diserap, sedangkan sisanya akan dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan ini diterima oleh mata dan
diterjemahkan oleh otak kita sebagai warna. Daun terlihat hijau karena daun memantulkan warna
hijau dan menyerap warna lainnya. Di dalam daun terkandung klorofil (chlorophyll), yang
merupakan tempat untuk memproduksi makanan bagi daun. Dalam menghasilkan makanan
tersebut, klorofil memerlukan energi dan cahaya. Menurut Loveless (1991), cahaya matahari
memiliki sifat polikromatik bila dibiaskan akan menghasilkan cahaya-cahaya monokromatik.
Cahaya-cahaya monokromatik ini ditangkap oleh klorofil dan digunakan dalam proses fotosintesis.
Dalam suatu percobaan diketahui bahwa gelombang cahaya biru dan cahaya merah adalah yang
paling efektif dalam melakukan proses fotosintesis. Cahaya pada spektrum gelombang berwarna

hijau tidak banyak diserap, namun lebih banyak dipantulkan. sehingga daun terlihat hijau. Cahaya
yang dipantulkan ini menyebabkan daun terlihat berwarna hijau.
KESIMPULAN
Nilai PFD untuk setiap spektrum gelombang lebih besar daripada nilai radiasi PAR.
semakin mendekati panjang gelombang 700 nm, nilai PFD dan radiasi PAR semakin kecil. Nilai
minimum dicapai pada panjang gelombang 695 nm dengan nilai PFD hanya sebesar 2.37
mikromol/m2s dan radiasi PAR mendekati 0 Watt/m2. PFD menjadi lebih besar karena merupakan
hasil konversi nilai PAR dengan menggunakan bilangan Avogadro. Sehingga energi atau foton
tersebut dinayatakan sebagai energi tetap untuk setiap molnya. Sedangkan radiasi PAR yang
diperhitungkan adalah radiasi sesuai dengan presentasenya yang sampai ke permukaan bumi dan
digunakan oleh tanaman.
Terkait wilayah kajian, radiasi netto yang diterima wilayah Madura memiliki rata-rata
sebesar 579 W/m2. Sedangkan nilai PFD untuk tanaman jahe berkisar antara 310790
mikromol/m2s. Dengan melakukan perhitungan menggunakan nilai radiasi netto wilayah Madura
sebesar 579 W/m2, diperoleh PFD dengan nilai 1112.57 mikromol/m2s. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa tanaman jahe tidak cocok ditanam di Madura.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko Y, Fajariyanti Y. 2014. Pengaruh spektrum cahaya tampak terhadap laju fotosintesis
tanaman air Hydrilla verticillata. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi. FKIP
Universitas Negeri Semarang.
Karmawati E, Effendi, Wahid P. 1996. Potensi, peluang dan kendala pengembangan agroindustri
tanaman obat. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan
Agroindustri Tanaman Obat. Bogor, 28-29 Nopember 1996. Hlm : 23-37.
Loveless, AR. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. Logman Group Limited.
McCree, Keith J. (1972a). "Tindakan spektrum, absorptance dan hasil kuantum fotosintesis dalam
tanaman" Pertanian dan Hutan Meteorologi 9:191-216.
McCree, Keith J. (1972b). "Uji definisi saat photosynthetically radiasi aktif terhadap data yang
daun fotosintesis" Pertanian dan Hutan Meteorologi 10: 443-453.
McCree, Keith J. (1981). "Photosynthetically radiasi aktif". Dalam: Ensiklopedia Plant
Physiology, vol. 12A. Springer-Verlag, Berlin, hlm. 41-55.
Pitman JI. 2000. Absorption of photosyntetically active radiation, , radiation use efficiency and
spectral reflectance of Bracken canopies (Pteridium aquilinum L. kuhn) canopies.
Annals of Botany. Vol. 85 : 101-111.
Wiweka. 2014. Pola suhu permukaan dan udara menggunakan citra satelit landsat multitemporal.
Jurnal Ecolab. Vol. 8(1) : 11-22.
Gates, David M. (1980). Ekologi biofisik, Springer-Verlag, New York, 611 p.

LAMPIRAN
Radiasi Netto Madura 579 W/m2
Kecepatan cahaya (c) 2.99 x 108 m/s
Konstanta Planck (h) 6.626 x 10-34 J/s
Tabel 1 Hasil konversi PAR menjadi PFD
Panjang
Gelombang
(nm)

Persentase

Persentase
Radiasi Netto
(w/m^2)

Panjang
Gelombang
(m)

n
(molekul/m^2s)

PFD
(mikromol/m^
2s)

405

0.92%

5.34996

0.000000405

1.09366E+19

18.16

415

1.03%

5.961384

0.000000415

1.24874E+19

20.74

425

1.03%

5.935908

0.000000425

1.27337E+19

21.15

435

1.25%

7.209708

0.000000435

1.58301E+19

26.29

445

1.47%

8.508984

0.000000445

1.91124E+19

31.74

455

1.55%

8.967552

0.000000455

2.0595E+19

34.20

465

1.80%

10.44516

0.000000465

2.45158E+19

40.71

475

2.32%

13.451328

0.000000475

3.22505E+19

53.55

485

2.59%

14.979888

0.000000485

3.66714E+19

60.90

495

2.86%

16.533924

0.000000495

4.13103E+19

68.60

505

2.87%

16.610352

0.000000505

4.23397E+19

70.31

515

2.71%

15.693216

0.000000515

4.0794E+19

67.74

525

2.76%

15.973452

0.000000525

4.23288E+19

70.29

535

2.66%

15.387504

0.000000535

4.15527E+19

69.00

545

2.57%

14.877984

0.000000545

4.09278E+19

67.96

555

2.35%

13.604184

0.000000555

3.81103E+19

63.29

565

2.09%

12.1011

0.000000565

3.45105E+19

57.31

575

1.91%

11.056584

0.000000575

3.20897E+19

53.29

585

1.66%

9.629928

0.000000585

2.84352E+19

47.22

595

1.28%

7.413516

0.000000595

2.22648E+19

36.97

605

0.86%

4.96782

0.000000605

1.51705E+19

25.19

615

0.73%

4.254492

0.000000615

1.32069E+19

21.93

625

0.64%

3.69402

0.000000625

1.16535E+19

19.35

635

0.54%

3.108072

0.000000635

9.9619E+18

16.54

645

0.44%

2.5476

0.000000645

8.29408E+18

13.77

655

0.37%

2.114508

0.000000655

6.99082E+18

11.61

665

0.31%

1.808796

0.000000665

6.0714E+18

10.08

675

0.24%

1.40118

0.000000675

4.77392E+18

7.93

685

0.13%

0.76428

0.000000685

2.64253E+18

4.39

0.07%
695
Jumlah Radiasi PAR
(w/m2)

0.407616

0.000000695

1.42993E+18

2.37

254.76

1112.57

Anda mungkin juga menyukai