PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quranul karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepadaRasulallah, Muhammad SAW untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke
jalan yang lurus.
Pengertian al-Quran secara lebih lengkap dan luas adalah seperti yang dikemukakan oleh Abd
Wahab Khallaf. Menurut beliau:Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril
kekalbu Rasulallah SAW dengan menggunakan bahasa arab dan disertai dengankebenaran agar
dijadikan hujjah (penguat) dalam pengakuannya sebagai Rasulallah dan agar dijadikan sebagai undangundang bagi seluruh umatmanusia, di samping merupakan amal ibadah jika membacanya. Al-Quran
itu dikompilasikan di antara dua ujung yang dimulai dari surat al-fatihah danditutup dengan surat annas yang sampai kepada kita secara tertib dalambentuk tulisan maupun lisan dalam keadaan utuh atau
terpelihara dariperubahan dan pergantian.
Islam adalah agama samawi terakhir yang dirisalahkan melalui Rasulullah SAW. Karena Islam
sebagai agama terakhir dan juga sebagai penyempurna ajaran-ajaran terdahulu, maka sangat bisa
dipahami, jika Islam merupakan ajaran yang paling komprohensif, Islam sangat rinci mengatur
kehidupan umatnya, melalui kitab suci al-Quran. Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat
manusia bagaimana menjadi insan kamil atau pemeluk agama Islam yang kafah atau sempurna.
Secara garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu Hablum
Minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan) dan Hablum Minannas (hubungan manusia
dengan
manusia).
Allah
menghendaki
kedua
hubungan
tersebut
seimbang
walaupunhablumminannas lebih banyak di tekankan. Namun itu semua bukan berarti lebih
mementingkan urusan kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain karena hablumminannas lebih komplek
dan lebih komprehensif.Dan karena tataran hubungan kemasyarakatan ini telah di atur sedemikian rupa
di dalam al quran hingga dalam unsur terkecil ,seperti dalam surah al hujurat yang banyak bercerita
tentang konsep bagaimana hubungan sesame manusia,untuk itulah penulis tertarik membahas secara
umum mengenai surah al hujurat khususnya pada ayat 11 yang member perintah untuk tidak menindas
individu lain dan mendzaliminhya.
BAB II
PEMBAHASAN
Al Baqarah 165 dan Huud 101, orang-orang yang menyembah selain Allah.
Al Maa-idah 47, karena menuruti hawa nafsu dan merugikan orang lain.
Al Kahfi 35, zalim pada ayat ini sebuah sifat keangkuhan dan perbuatan kekafirannya.
Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan diri, lalu orangorang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat
semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana biasa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada mereka.
Al 'Ankabuut 46, Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim pada ayat ini adalah orangorang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan
cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan
permusuhan.4
Namun quran juga menyebut beberapa kata yang semakna dengan kata zhalim, yaitu hadhama
dan janafa. Kata hadhama hanya disebut satu kali dalam quran yang ternyata juga dirangkai
dengan kata zhalim, yaitu dalam Q.S. Thaha(20):112
Dan Barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam Keadaan beriman, Maka ia
tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan
haknya. Terlihat dalam terjemahan di atas bahwa antara kata zhalim yang diterjemahkan dengan
tidak adil hampir sama dengan kata hadhama yang diartikan dengan pengurangan hak. Dengan
demikian, keadilan adalah menyangkut masalah hak seseorang apakah terpenuhi haknya atau tidak.
Ketidakadilan juga disebut dengan menggunakan kata jenafa, ayat yang menjelaskan hal ini yaitu
Q.S al-Baqarah(2):182
(akan tetapi) Barangsiapa khawatir terhadap orang yang Berwasiat itu, Berlaku berat sebelah atau
berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, Maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat tersebut berkaitan dengan masalah wasiat. Dalam ayat tersebut kata janafa diterjemahkan
dengan berat sebelah. Itu artinya bahwa keadilan yang dituntut dalam ayat ini khususnya soal berwasiat
adalah tidak berat sebelah. 5
4 IBID WIKIPEDIA
5 Departemen Agama R.I, Al-Hikmah, al-Quran dan Terjemah, Diponegoro, Bandung, 2010, hlm: 412
Pada era modern seperti masa ini larangan untuk berbuat penindasan kepada orang lain dan
kedzaliman di atur dalam konstitusi Negara masing masing,namun pada implementasinya hal tersebut
berbanding terbalik,dikarenakan dekadensi moral dan tidak di pegang teguhnya lagi prinsip agama
dalam kehidupan sehari hari.Jauh sebelum Negara maju di dunia menerapkan prinsip ini dalam
konstitusinya islam telah mengatur larangan ini dalam al quran yaitu salah satunya dalam surah al
hujurat ayat 11.
15
7
8
2
3
5
4
33
2
91
16
1
1
5
1
1
1
1
23
315
Dan mengenai ayat ayat tentang penindasan dan kedzaliman di al quran juga sangat banyak di antaranya dalam
surah Q.S Al. Baqarah : 165, Q.S Huud : 101, Q.S. Nuh: 27, Q.S. Al. Maa-idah: 72, Q.S. Al-Kahfi : 35,
Q.S. Al-Anbiyaa : 13, Q.S. Lukman : 13, Q.S. Al An'am: 82, Q.S. At Tahriim : 6,dll.6
6 Ali Nurdin, Quranic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Quran, Erlangga, Bandung, 2006, hlm:
259
1. TERJEMAHAN AYAT
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri,dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim7
2.
3. ARTI MUFRODHAT AYAT
/as sukhriyah = jangan memperolok-olokkan,menyebut-nyebut aib dan kekurangan orang lain
dengan cara yang menimbulkan tawa.atau bias juga di artikan dengan meniru
perkataan atau perbuatan atau dengan menggunakan isyarat atau menertawakan
perkataan orang yang diolokkan apabila ia keliru perkataannyaterhadap
perbuaatannnya atau rupanya yang buruk.8
7 HTTP:/kajian.net:Q.S al hujurat :11,rabu 11 januari 2012
8 .Ahmad Mustafa al Maraghitafsir maraghi hal 4785
6
=Telah umum diartikan orang-orang lelaki,bukan orang-orang perempuan .kata qaum berasal dari
kata qama ,yaqumu ,qiyam,yang berarti bangkit.kata qaum ditujukan untuk
sekumpulan manusia yang bangkit untuk berperang membela sesuatu.9
= boleh jadi
Ayat ini melanjutkan penjelasan ayat sebelumnya yang memerintahkan untuk melakukan ishlah
( perdamaian) bila ada dua kelompok mumin yang sedang bertikai, yaitu memberi petunjuk tentang
bberapa hal yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian, Allah berfirman memanggil
kaum beriman dengan panggilan mesra :
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum yakni kelompok pria mengolok-olok kaum
kelompok pria yang lain, karena hal itu akan menimbulkan pertikaian, walau yang di olok-olok kaum
yang lemah, apalagi boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolokolok, sehingga yang berolok-olok melakukan kesalahan ganda. Dan jangan pula wanita-wanita
mengolok-olok terhadap wanita-wanita lain karena ini menimbulkan keretakan hubungan antar
mereka, apalagi boleh jadi mereka yakni wanita yang diperolok-olokkan itu lebih baik dari mereka
yakni wanita yang mengolok-olok itu dan janganlah kamu mengejek siapapun secara sembunyiembunyi dengan ucapan, perbuatan atau isyarat karena ejekan itu akan menimpa diri kamu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang dinilai buruk oleh yang kamu panggil
walau kamu menilainya benar dan indah baik kamu menciptakan gelarnya maupun orang lain. Seburukburuk panggilan adalah panggilan kefasikan yakni panggilan buruk sesudah iman
:
.
Artinya : Dari Abdullah Ibnu Umar RA. Dari Nabi Saw. beliau bersabda : Orang islam itu adalah orang yang
membuat orang lain selamat dari bahaya lisan dan tangannya, dan seorang muhajir (berpindah)
adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. ( HR. Bukhari).15
Ada beberapa riwayat tentang turunnya ayat ini di antaranya adalah Ejekan yang dilakukan oleh
kelompok Bani Tamim terhadap Bilal, shuhaib dan ammar yang merupakan orang-orang tidak punya.
Ada juga yang meriwayatkan turunnya ayat ini berkenaan dengan ejekan yang dilontarkan oleh Tsabit
Ibn Qois, seorang sahabat Nabi Saw. yang tuli. Tsabit melangkahi sekian banyak orang untuk dapat
duduk di dekat Rasulullah agar dapat mendengar wejangan beliau. Salah seorang menegurnya tetapi
Tsabit marah sambil memakinya dengan menyatakan bahwa dia yakni si penegur adalah anak si Anu
(seorang wanita yang pada masa jahiliyyah dikenal memiliki aib). Orang yang diejek ini merasa
dipermalukan, maka turunlah ayat ini.
Ada lagi yang menyatakan ayat ini turun ketika Isteri Nabi ummu salamah yang merupakan
madu Nabi Saw. diejek oleh isterinya yang lain kalau di (Ummu Salamah) sebaga wanita pendek. B
Sebab turunnya ayat ini adalah berkata Ibnu Abbas, dalam diri Tsabit Bin Qoys bin Syamas ( dari
kelompok laki-laki) ketika menyebutkan laki-laki kelompok Anshor dengan kejelekan.16
Maksudnya, rasa takut pada ciptaan Allah menandakan adanya penyakit dalam hati. Misal,
syirik dan dosa.17
Antara
bentuk
kezaliman
ialah
memukul
dan
menyiksa
manusia
Al-Imam
Ahmad,
al-Bukhari
dalam
al-Tarikh
al-Kabir
dan
Ibn
Abi
Asim
meriwayatkan dari Khalid ibn al-Walid berkata saya mendengar Rasullullah saw bersabda
"Manusia yang paling berat diazab pada Hari Qiyamat ialah manusia yang
menyiksa manusia ketika di dunia"
Zalimnya seseorang terhadap orang lain tidak terbatas pada beberapa perilaku saja. Setiap perilaku
yang mengganggu kepentingan orang lain atau lalai dalam memberikan hak-hak mereka, maka perilaku
itu disebut zalim, baik melalui ucapan maupun perbuatan. Berikut beberapa di antaranya.Islam sangat
mencegah terjadinya kezaliman itu dengan memberikan balasan yang sangat berat kepada para
pelakunya.
Rasulullah bersabda,
Barangsiapa melihat ke dalam rumah satu kaum tanpa izin mereka, maka dihalalkan bagi mereka
untuk mencongkel matanya. (HR: Bukhari).
Kemudian Nabi bersabda,
Barangsiapa yang mendengarkan pembicaraan suatu kaum, padahal mereka tidak menyukainya, maka
Allah akan menusuk telinganya dengan peluru yang meleleh pada hari kiamat. (HR: Bukhari).
Riwayat yang lain juga menyebutkan bahwa, Rasulullah bersabda,
Barangsiapa yang menzalimi sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh bumi. (HR.
Bukhari).
Jadi, kezaliman bukan perkara ringan. Perbuatan itu akan sangat memberatkan pelakunya baik dan di
akhirat. Jika pelaku zalim adalah seorang ahli ibadah, maka ia akan bangkrut di hari kiamat karena
harus merelakan seluruh pahalanya untuk orang yang dizalimi. Kemudian dosa orang yang dizalimi
dibebankan kepada sang pelaku kezaliman.18
18 http://www.facebook.com/notes/abdullah-yasin/zalim-ada-tiga-jenis-016/162669400456152
10
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari maklah ini:
Dari sedikit uraian tentang ayat anti zhalim dan penindasan tersebut yaitu Q.s al hujurat ayat11
, kita sedikit tahu. Diantaranya perbuatan zhalim adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah swt yang
ditegaskan dalam ayat-ayat Al-Quran. Dalam berbagai penafsiran yang ada pada ayat-ayat tersebut
Zhalimpun dalam perkembangannya mempunyai peringkat-peringkat. Dimulai dengan
peringkat yang paling tinggi adalah zhalim terhadap Allah swt sampai zhalim yang kecil adalah zhalim
terhadap perasaan diri sendiri. Di dalam Al-quran sendiri terdapat berbagai macam ayat yang
membahas tentang zhalim. Dari penafsiran ayat-ayat tersebut juga dijelaskan bahwa berbagai macam
keterangan dari perbuatan zhalim baik terhadap kehidupan dia di dunia maupun di akhirat kelak.
B.SARAN
Kepada pembaca penulis mengharapkan saran agar penulisan makalah kedepannya lebih
sistematis dn terkonsep sesuai kaidah penulisan ilmiah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama R.I, Al-Hikmah, al-Quran dan Terjemah, Diponegoro, Bandung, 2010, hlm: 412
Ali Nurdin, Quranic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Quran,
Bandung, 2006, hlm: 259
Erlangga,
12
https://www.academia.edu/9114960/BAB_I_PENDAHULUAN
13