PERCOBAAN II
ANALISIS OBAT DALAM SEDIAAN SEMI PADAT
SALEP MATA KLORAMFENIKOL
Disusun oleh :
Khilman Husna P.
(G1F011036)
(G1F011040)
Fathia Rahmi Z.
(G1F011044)
Nova Amalia
(G1F011046)
Asisten:
Shofa
2013
PERCOBAAN II
ANALISIS OBAT DALAM SEDIAAN SEMI PADAT
SALEP MATA KLORAMFENIKOL
A. TUJUAN
Dapat memilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis
kloramfenikol dalam sediaan salep mata.
B. DASARTEORI
Kloramfenikol
merupakan
antibiotik
yang
mempunyai
aktifitas
Corong pisah
- diambil 2 mL
- Diadd 10 mL aquades dalam labu ukur
Diambil 1 mL
Diadd 10 mL aquades dalam labu ukur
Diambil 3 mL
Diadd 100 mL aquades dalam labu ukur
Larutan Kloramfenikol 30
ppm
- Diambil 5 mL
15 ppm
Data
Pengamatan
Larutan Kloramfenikol
500 ppm
Diambil 5 mL
Diadd aquades 25 mL
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Hasil
diambil 1 mL
Diadd 10 mL aquades
Diukur abdorbansinya
Pada rentang 250 350
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Diambil 2 mL
Diadd 10 mL aquades
Larutan Kloramfenikol 20
ppm
B.
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Diambil 1 mL
Diadd 10 mL aquades
Larutan Kloramfenikol 10
ppm
C.
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Diambil 2 mL
Diadd 25 mL aquades
Larutan Kloramfenikol 8
ppm
D.
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Diambil 3 mL
Diadd 25 mL aquades
Larutan Kloramfenikol 12
ppm
E.
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Diambil 3 mL
Diadd 50 mL aquades
Larutan Kloramfenikol 6
ppm
F.
Larutan Kloramfenikol
100 ppm
Diambil 6 mL
Diadd 25 mL aquades
Larutan Kloramfenikol 24
ppm
Larutan Kloramfenikol A, B,
C, D, E, F
Diukur absorbansinya
Pada lamda max
Hasil
Diketahui : E
1
1 cm
0,8
298
M1V1
= M2V2
100 ppm. V1 = 10 ppm . 10 ml
V1
= 1 ml
Pembuatan larutan 12 ppm
M1V1
= M2V2
100 ppm. V1 = 12 ppm . 25 ml
V1
= 3 ml
Pembuatan larutan 20 ppm
M1V1
= M2V2
100 ppm. V1 = 20 ppm . 10 ml
V1
= 2 ml
Pembuatan larutan 24 ppm
M1V1
= M2V2
100 ppm. V1 = 24 ppm . 25 ml
V1
= 6 ml
Absorbansi
0,325
0,394
0,440
0,688
0,788
Hasil
regresi
konsentrasi
didapatkan :
A = 0,096
B = 0,029
R = 0,9993
Hasil absorbansi kloramfenikol dalam salep pada = 274 nm
Replikasi 1
= 0,308
Replikasi 2
= 0,306
Replikasi 3
= 0,307
Penentuan kadar kloramfenikol dalam salep
y=a+b
y a
1
1
=
x
fp
x
b
1000
=
0,3080,096
0,029
x 333,33 x
= 2,436 mg
y a
=
x fp x V x
b
1
1000
1
1000
vs
linier
data
absorbansi
0,3060,096
0,029
x 333,33 x
= 2,414 mg
y a
=
x fp x V x
b
0,3070,096
0,029
1
1000
1
1000
x 333,33 x
1
1000
= 2,425 mg
Kadar 1
2,436 mg
10 mg
x 100%
Kadar 2
= 24,36%
2,414 mg
=
10 mg
x 100%
Kadar 3
= 24,14%
2,425 mg
=
10 mg
x 100%
= 24,25%
Kadar (x)
24,36
24,14
24,25
SD =
=
( x x )2
n1
0,0242
31
0,0242
2
= 0,11
Kadar =
x SD
24,25
(xx )
(xx )
0,11
0,11
0
= 0,22
0,0121
0,0121
0
= 0,0242
= 24,25 0,11
F. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung kadar kloramfenikol dalam
sediaan kapsul semisolid yaitu salep mata. Penghitungan kadar suatu obat dalam
sediaan merupakan suatu analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif suatu senyawa obat
penting dilakukan untuk mengetahui dan menjamin mutu sediaan farmasi dalam
setiap tahap pembuatannya ( Gandjar, 2007 ).
Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif suatu senyawa obat harus
memenuhi beberapa kriteria seperti :
1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa dalam kosentrasi yang kecil.
2. Tepat (precise), artinya metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang
sama atau hampir sama dalam satu seri pengukuran.
3. Teliti (accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang
sangat dekat dengan nilai senenarnya(true value).
4. Selektif, artinya untuk menetapkan kadar tertentu, metode tersebut tidak banyak
terpengaruh oleh adanya senyawa lain.
5. Kasar (rugged), artinya adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi
lingkungan tidak menyebabkan perubahan hasil analisis.
6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan
waktu dan biaya.
Walaupun untuk memenuhi semua persyaratan di atas sulit dicapai, namun
sekurang-kurangnya metode analisis harus memenuhi syarat ketepatan, ketelitian, dan
selektivitas.
(Sudjadi, 2008)
Metode yang digunakaan dalam analisis kadar kloramfenikol dalam saediaan
salep mata kali ini adalah Spektrofotometri UV. Pemilihan spektrofotometri UV
sebagai metode analisis kuantitatif kali ini karena Spektrofotometri UV merupakan
metode yang selektif, peka, tepat, akurat dan praktis (Christian, 2003).
Spektrofotometri UV merupakan metode compendial dari analisis kuantitatif
kloramfenikol . Metode compendial diasumsikan sebagai metode analisis yang sudah
valid dan telah memenuhi beberapa nilai parameter analisis, seperti selektivitas atau
spesifisitas metode, stabilitas larutan sampel dan evaluasi presisi intermediet
(Keenan, 1989).
Spektrofotometri UV merupakan metode analisis spektroskopik yang
memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)
dengan memakai instrumen spektrofotometer. Semua molekul dapat menyerap radiasi
dalam daerah UV karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun
menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Absorbsi
cahaya UV mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari
orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan
dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan
energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton
memungkinkan elektron-elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke
orbital baru yag lebih tinggi energinya. Absorbsi untuk transisi elektron seharusnya
tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spektrum garis atau peak tajam
namun ternyata berbeda ( Underwood , 1990 ).
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban
pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Hukum
Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb:
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
( Gandjar, 2007 )
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis,
- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama,
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain
dalam larutan tersebut,
- Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi,
- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
(Keenan, 1989)
Adapun monografi bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Kloramfenikol
Rumus molekul
= C11H12Cl2N2O5.
Berat Molekul
Pemerian
= 323,13
=
Hablur
halus
berbentuk
jarum
atau
lempeng
propilena glikol.
Titik Lebur
Ph
dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3 tahun.
Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media air adalah
pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam
air, basis adeps lanae (Sweetman, 2009).
2. Natrium Hidroksida
Na-O-H
Nama Resmi
: NATRII HYDROXIDUM
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul
: 40,00
Pemerian
: Putih atau praktis putih, massa melebur berbentuk pellet,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur. Bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
( Depkes RI, 1995 )
Natrium hidroksida(NaOH), juga dikenal sebagai sodakaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik.Natrium Hidroksida terbentuk dari
oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida
adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan
KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan
natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Titik
leleh 318C serta titik didih 1390C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1
molekul air (Daintith, 2005).
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni
merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1. Senyawa ini
sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan, 1989).
BM = 18,02
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan
menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat
dari air yang memenugi persyaratan air murni.1 Tidak mengandung zat tambahan
lain.
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Aquadest digunakan
untuk pembuatan sediaan-sediaan. Bila digunakan untuk seediaan steril air harus
memenuhi uji sterilitas .
( Depkes RI, 1995 )
4. Hexane
Heksana adalah
kimia C6H14 (isomer
memiliki
rumus
CH3(CH2)4CH3).
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruhisomer heksana amat tidak
reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yanginert. Heksana juga
umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan
standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.
Heksana
diproduksi
mentah.
Komposisi
dari fraksi yang mengandung heksana amat bergantung kepada sumber minyak,
maupun keadaan kilang. Produk industri biasanya memiliki 50%-berat isomer
rantai lurus, dan merupakan fraksi yang mendidih pada 6570 C.
( Sudjadi, 2008 ).
Penentuan kadar tetrasiklin HCl kali ini termasuk dalam Uji Assay. Penentuan
kadar dengan Uji Assay dilakukan apabila bobot zat aktif (analit) lebih dari sama
dengan 50 % dari bobot sediaan. Uji Assay dilakukan dengan cara menimbang satu
persatu sediaan, kemudian mencampur sediaan hingga homogen, dan mengambil 3
cuplikan analit sebagai replikasi pada saat pengukuran (Sudjadi, 2008).
Langkah awal dari percobaan kali ini adalah preparasi sampel. Teknik
preparasi sampel adalah bagian dari proses analisis yang sangat penting karena teknik
preparasi sampel adalah proses yang harus dilakukan untuk menyiapkan sampel
sehingga siap untuk dianalisis menggunakan instrumentasi yang sesuai. Teknik
preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus untuk memisahkan analit dari
matriks sampel yang sangat komplek, memekatkan analit sehingga diperoleh analit
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari semula, dan mengubah analit menjadi
senyawa lain yang dapat dianalisis dengan instrumentasi yang tersedia.
Sampel yang digunakan berupa salep mata kloramfenikol sehingga untuk
mengukur kuantitasnya dalam spektrofotometer perlu dilakukan preparasi sampel
kloramfenikol agar memenuhi persyaratan dalam penggunaan spektrofotometer.
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang
digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
Efisiensi proses ekstraksi atau dapat dinyatakan dengan persen solut yang terekstrak
ke dalam fase organic ( Khopkar, 1990 ).
Praktikum kali ini menggunakan heksan sebagai fase organik. Sebanyak 10
mg sampel dilarutkan dalam 10 ml heksan kemudian dimasukkan ke dalam corong
pisah. Selanjutnya ditambahkan 10 ml air dan corong pisah tersebut ditutup. Ekstraksi
dilakukan dengan mengojok campuran sampel, heksan, dan air secara bertahap
dengan diselingi pembukaan tutup corong pisah agar udara dalam corong pisah tidak
jenuh.
Setelah melakukan beberapa pengojokkan, campuran tersebut didiamkan dua
menit untuk memastikan dua pelarut telah terpisah. Kemudian kita ambil fase air
yang mengandung kloramfenikol untuk dilakukan pengukuran absorbansi. Fase air
yang mengandung kloramfenikol tersebut dilakukan beberapa kali pengenceran
sesuai perhitungan hingga masuk dalam batas pengukuran absorbansi sinar uv.
Langkah selanjutnnya adalah pembuatan larutan induk kloramfenikol dari serbuk
kloramfenikol standar. 50 mg kloramfenikol standar ditimbang dengan seksama dan
dilarutkan dalam akuadest hingga mencapai volume 1000 ml sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 500 ppm. Kemudian diambil 5 ml dilarutkan dalam 25 ml
akuadest sehingga larutan induk yang dimiliki 100 ppm. Dari larutan baku induk
tersebut kemudian dibuat larutan baku dengan rentang konsentrasi 6,7 ppm-26,85
ppm. Rentang konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang dapat terukur dalam
batas pengukuran absorbansi 0,2-0,8. Rentang konsentrasi tersebut diketahui dengan
perhitungan nilai E tetrasiklin kloramfenikol dalam akuadest pada hukum lambert
beer (Christian, 2003). Larutan baku yang dibuat memiliki konsentrasi 6 ppm, 8 ppm,
10 ppm, 12 ppm, 20 ppm, dan 24 ppm. Larutan baku tersebut dibuat dari pengenceran
bertingkat larutan baku induk 100 ppm. Pengenceran bertingkat dilakukan untuk
menghemat pelarut yang digunakan yaitu akuadest (Sudjadi, 2008).
Langkah selanjutnya adalah penentuan maks atau scanning maks.
Penetuan maks penting untuk dilakukan karena pada panjang gelombang maksimal,
karena perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar pada
panjang gelombang maksimal, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimal. Selain itu pita serapan di sekitar panjang gelombang maksimal datar dan
pengukuran ulang dengan kesalahan yang kecil dengan demikian akan memenuhi
hokum Lambert-Beer. Ada 4 cara pelaksanaan analisis kuantitatif zat tunggal yaitu:
Kedua dengan memakai kurva baku dari larutan refence standard dengan pelarut
tertentu pada panjang gelombang maksimum. Dibuat grafik system koordinat
Cartesian di mana sebagai ordinat adalah absorban dan sebagai absis adalah
konsentrasi.
Ketiga dengan cara menghitung harga absorbansi larutan sample pada pelarut
tertentu dan dibandingkan denga absorbansi zat yang dianalisis yang tertera pada
buku resmi.
kurva baku dari larutan refence standard dengan pelarut tertentu pada panjang
gelombang maksimum sebagai pembanding. Larutan baku yang digunakan untuk
pembuatan kurva baku memiliki konsentrasi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 20 ppm,
dan 24 ppm. Berikut hasil absorbansi dan persamaan garis yang diperoleh dari
pengukuran absorbansi larutan baku.
Konsentrasi ( ppm )
Absorbansi
0,325
10
0,394
12
0,440
20
0,688
24
0,788
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
6
10
12
14
16
18
20
22
24
26
pengukuran maka nilai R nya semakin mendekati 1 (Sudjadi, 2008). Maka, dapat
disimpulkan pengukuran absorbansi kurva baku ini cukup presisi.
Setelah didapatkan kurva baku, langkah selanjutnya adalah pengukuran
absorbansi sampel pada lamda maks 274 nm. Hasil absorbansi tetrasiklin dalam
kapsul generik pada = 274 nm adalah replikasi 1 = 0,308 ; replikasi 2 = 0,306 ;
replikasi 3 = 0,307. Dengan perhitungan matematis seperti terlampir dalam bab
perhitungan, diperoleh nilai konsentrasi tetrasiklin HCl adalah 2,425 mg atau 24,25
0,11 %. Secara teoritis, kadar kloramfenikol dalam salep adalah 1%
per gram.
Perbedaan kadar tertrasiklin HCl yang diperoleh dengan kadar teoritis disebabkan
oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi absorbansi seperti:
-Jarak yang diarungi radiasi melewati larutan itu
-Panjang gelombang radiasi
-Sifat dasar spesies molekul dalam larutan (Christian, 2003).
Selain itu perbedan hasil dengan teoritis ini dapat dipengaruhi oleh human
error, keterbatasan alat, kesalahan kalibrasi, dan faktor noise (Sudjadi, 2008).
G. KESIMPULAN
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan
pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Analisis kloramfenikol dapat dilakukan dengan
spektrofotometri UV karena didalam struktur kloramfenikol terdapat kromofor dan
auksokrom. Kadar Kloramfenikol yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah
24,25 0,11 %.
H. DAFTAR PUSTAKA
Andriani,
Lusy.
2013.
Kloramfenikol.
http://andrianilusy.blogspot.com/2013/03/kloramfenikol.html. Diakses
pada tanggal 10 November 2013.
Anonim,
1995,Farmakope
Indonesia
Edisi
IV,Departemen
Kesehatan
RI,Jakarta.
Christian, G. D., 2003, Analytical Chemistry, Sixth Edition, John Wiley & Sons
Ltd, New York.