Universitas Pancasila
Program Magister Ilmu Kefarmasian
JAKARTA
2014
1
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ADVERSE DRUG REACTION DARI BEBERAPA TANAMAN OBAT
II.1 Tapak dara Catharanthus roseus (L.) Don.
II. 1.1 Kandungan Senyawa Kimia Aktif
II.1.2. Keamanan
II.1.3 Interaksi dengan Obat
II.1.4 Efek Samping
II. 2 Bratawali, brotowali, atau akar aliali (Tinospora crispa)
II.2.1 Kandungan Kimia
II.2.2 Penggunaan
II.2.3 Dosis dan Toksisitas
II.2.4 Efek Samping
II. 3 Hydrastis Canadensis
II.3.1 Kandungan Kimia
II.2.2 Penggunaan
II.2.3 Dosis dan Toksisitas
II.2.4 Efek Samping
II. 4 Angelica sinensis (Dong quai)
II.4.1 Penggunaan
II.4.2 Dosis dan Toksisitas
II.4.3 Efek Samping
II. 5 Rhei radix (kelembak)
II.4.1 Kandungan Kimia
II.4.2 Penggunaan
II.4.3 Dosis dan Toksisitas
II.4.4 Efek Samping
II.6. Garlic (Allium sativum L.)
II.6.1 Sejarah penggunaan Garlic
II.6.2. Farmakologi
II.6.3. Indikasi
II.6.4. Efek Samping, dan Interaksi
II.7. Asian Ginseng (Panax ginseng C.H. Meyer)
II.7.1 Sejarah penggunaan ginseng
II.7.2 Farmakologi
II.7.3 Indikasi
II.7.4 Adverse Drug Reaction
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak yang
sangat luas terhadap kehidupan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan dan mencegah penyakit meningkat. Selain obat modern yang lebih
awal digunakan pada sistim pelayanan kesehatan, pengobatan dengan obat tradisional
sudah lama dikenal tidak hanya di negara berkembang tetapi juga digunakan di negara
maju yang dikenal dengan istilah kembali ke alam (back to nature).
Indonesia mempunyai lebih kurang 30.000 tanaman obat dan lebih dari 940 spesies
tanaman tersebut mempunyai efek fisiologis. Masyarakat Indonesia selama berabad-abad
menggunakan obat tradisional untuk tujuan pencegahan penyakit, pengobatan penyakit
dan pemeliharaan kesehatan.
4
Pada prinsipnya, produk dari tanaman obat memiliki potensi efek samping yang sama
dengan obat-obatan sintetis atau konvensional. Tubuh pada dasarnya tidak bisa
membedakan antara pengobatan menggunakan tanaman obat dengan pengobatan sintetis.
Produk tanaman obat merupakan bagian-bagian dari tanaman (misalnya akar, daun, kulit,
dll) dan mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa dari tanaman obat, selain
mempunyai khasiat penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat
merugikan.
Selain itu, ada keyakinan yang memotivasi bahwa penggunaan sesuatu yang alami
adalah aman. Hal ini agak menyesatkan dan tidak sepenuhnya benar, karena produk dari
tanaman obat juga mengandung berbagai senyawa kimia aktif yang dapat saja memiliki
efek samping yang merugikan.
Obat herbal secara umum sebenarnya sangat aman untuk tubuh walaupun dalam
proses penyembuhannya memakan waktu yang lama, secara keseluruhan dapat
memperbaiki sistem tubuh yang mengalami kerusakan. Pada prinsipnya, pengobatan
herbal dapat memiliki potensi efek samping yang sama dengan obat-obatan sintetis.
Pengobatan herbal, yang menggunakan bagian-bagian tanaman (akar, daun, batang, dll),
mengandung zat-zat aktif yang bisa saja berpotensi merugikan tubuh. Tubuh tidak dapat
membedakan apakah zat-zat aktif itu berasal dari obat kimia / sintetik atau dari ekstrak
tanaman herbal (Praskah, 2010).
Adverse Drug Reaction adalah suatu efek atau pengaruh yang merugikan dan tidak
diinginkan, yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan atau intervensi lain seperti
pembedahan (Charles, 2006). Obat herbal harus digunakan secara hati-hati. Banyak
beberapa tanaman herbal seperti lidah buaya, bawang putih, teh hijau dan lain-lain
menghasilkan reaksi alergi pada beberapa orang. Salah satu contoh yaitu teh hijau
mengandung kafein, asupan yang berlebihan dapat menimbulkan kecemasan, insomnia
5
dan gugup. Untuk meminimalkan efek samping pengobatan herbal, pengguna obat herbal
sebaiknya harus mengetahui kemungkinan dari Adverse Drug Reaction (ADRs) dari obat
yang dikonsumsi.
Beberapa tanaman herbal dapat mengakibatkan masalah serius pada orang-orang
dengan kondisi tertentu, misalnya orang yang menjalani operasi pembedahan, anak-anak,
ibu hamil, dan orang lanjut usia. Beberapa tanaman herbal juga berpengaruh terhadap
organ-organ tertentu pada semua orang.
BAB II
ADVERSE DRUG REACTION
DARI BEBERAPA TANAMAN OBAT
II.1. Tapak dara Catharanthus roseus (L.) Don.
Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah
menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus
(L.) Don. Di Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan bermacammacam nama, seperti di disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa
Sunda), dan kembang tapak dr (bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula
sebagai kemunting cina, pokok rumput jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros
pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di
Cina dikenal sebagai chang chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di
Belanda sebagai soldaten bloem.
II. 1.1 Kandungan Senyawa Kimia Aktif
Kandungan senyawa kimia aktif dari tanaman tapak dara adalah Vinkristin.
Vinkristin merupakan alkaloid indol yang diisolasi dari tanaman tapak dara
{Catharanthus roseus (L) G. Don. sinonimnya Vinca rosea}. Vinkristin dikenal juga
dengan alkaloid vinca bersama dengan vinblastin karena berasal dari tumbuhan yang
sama. Vinkristin secara umum banyak digunakan sebagai anti tumor.
Interaction
Meningkatkan kadar serum vinkristin
Mengubah kadar obat dalam darah
metabolisme obat akan diturunkan sehingga kadar
vinkristin meningkat
meningkatkan kadar vinkristin dalam darah dan
distribusinya pada sel tertentu
metabolisme obat akan diturunkan sehingga kadar
vinkristin meningkat
Mengurangi efek dari digoksin
tmeningkatkan efek dan toksisitas obat
Menjadi bersifat toksik pada paru
Meningkatkan resiko infeksi pada penggunaan
bersama
Kombinasi keduanya akan menyebabkan toksisitas
Ritonavir, Voriconazole
Trastuzumab
Penggunaan dalam farmakope dan data dukung lainnya : diare yang disebabkan
bakteri (pada orang dewasa dengan dosis 400 mg berberine sulfat), trachoma ocular
dan leishmaniasis kutan
Penggunaan secara tradisional : nafsu makan, batuk, demam, luka bakar,
malaria, jaundice, luka di kulit.
Bagian tanaman yang digunakan adalah batang, buah, herba dan kulit
batangnya.
Konsultasikan dahulu dengan dokter jika mempunyai kondisi defisiensi
Glucose6Phosphate Dehydrogenase (G6PD), anemia hemolitik, glukoma, diabetes,
tekanan darah tinggi, riwayat penyakit jantung atau jika sedang menggunakan
paclitaxel, siklosporin atau obat kemoterapi. Kontraindikasi pada wanita hamil,
menyusui, bayi dan anak anak di bawah 2 tahun, Peringatan dan perhatian : Tidak
digunakan pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
II.2.3 Dosis dan Toksisitas
Berberin bersifat non toksik jika digunakan pada dosis yang sesuai. Berberin
tidak menunjukkan aktivitas genotoksis, tidak mampu menginduksi sitotoksi,
mutagenik atau rekombinogenik. Pada penggunaan oral, dosis hariannya 200 mg 2 4
kali sehari. LD50 berberin sulfat pada tikus 25 mg/kg melalui intravena atau 24,3
mg/kg melalui intraperitonial.
II.2.4 Efek Samping
Efek samping dari berberin pada tanaman brotowali : berberin memiliki toleransi
yang baik pada manusia di dosis terapi sehari 500 mg. Pada dosis tinggi > 500 mg (dari
8-100 g akar kering) menyebabkan gangguan gastrointestinal, mual, muntah, gelisah,
sesak napas, bradikardi, kerusakan jantung, hipotensi, kejang, paralisis dan kematian.
Berberin dapat ditoleransi dengan baik pada dosis hingga 0.5 g. Dengan asupan lebih
dari 0,5 g berberin, akan terjadi gejala sebagai berikut : mimisan, lesu, dyspnea dan
iritasi ginjal (German Commission E Monograph, WHO monographs on selected
medicinal plants vol.4 p.30-47).
Tanaman lain yang juga mengandung berberin adalah :
1. Chelidonium majus L. (Simplisia : akar kering, seluruh bagian)
2. Mahonia aquifolium, Mahonia repens, Mahonia nervosa, berberin terdapat
pada Root, bark,Rhizome
3. Phellodendron amurense, Phellodendron chinense (kulit)
4. Sanguinaria canadensis ( akar, Rhizome)
10
keluhan pencernaan, seperti dispepsia, gastritis, rasa distensi dan perut kembung
Tidak digunakan pada bayi, anak-anak di bawah 12 tahun, wanita hamil dan
menyusui.
Konsultasikan dahulu dengan dokter jika mempunyai kondisi defisiensi Glucose6-Phosphate Dehydrogenase (G6PD), anemia hemolitik, glukoma, diabetes,
tekanan darah tinggi, riwayat penyakit jantung atau jika sedang menggunakan
dan
kematian
akibat
kegagalan
pernapasan.
Hydrastis
dapat
sesak nafas
bradikardi
kerusakan jantung
hipotensi
kejang
paralisis
kematian
(WHO monographs on selected medicinal plants vol.3 p.194-203.)
psoriasis,
II.4.2 Dosis dan Toksisitas
Dosis harian
Akar kering : 3-15.0 g perhari melalui dekoksi
Serbuk akar : 1-2 g, 3 kali sehari
Teh : 1 cup 1-3 kali sehari (1g per cup)
Tinktur (1:2) : 4-8 mL (1-2tsp) per hari
Kapsul/tablet : 500 mg, 1-6 kali sehari
II.4.3 Efek Samping
12
4-(p-hidroksifenil)-2-butanone-beta-d-glukosid,
aloe-emodin,
krisofanol, asam sinamat, d-katekol, emodin, asam gallat, hiperin, fiskion-8-o-beta-dgentiobioside, fiskion-diglukosid, Quersetrin, Rhein, Rheinosid, rheosmin, sennosid a,
sennosid b, tannin, tetrarin.
II.5.2 Penggunaan
Berkat kandungan antrasena dan tannin yang dipunyainya maka akar kelembak
dapat mempunyai kegunaan sebagai obat mempermudah buang air besar dengan dosis
1-2 g. Sebaliknya , akar kelembak bisa juga berkhasiat sebagai anti diare dan mengatasi
nyeri lambung apabila dipakai dalam dosis 0,1 0,2 g. Namun demikian khasiat utama
dari tanaman ini adalah sebagai pencahar untuk sembelit terutama dalam hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit ambeien, adanya luka pada daerah dubur dan juga setelah
operasi yang berkaitan dengan dubur.
II.5.3 Dosis dan Toksisitas
sebagai laksatif : dosis harian 1-2 gram
sebagai astringent dan utk sakit perut : 0,1-0,2 gram
dalam bentuk sediaan teh : 1 cangkir pagi/sore
dalam bentuk ekstrak : dosis tunggal 0.3 sampai 1 gram
catatan : penggunaan sbg laksatif hanya untuk 1-2 minggu
13
besar
dapat
menyebabkan
terjadinya
hiperalodosteronemia,
akan
menghambat motilitas usus dan meningkatkan kerja efek dari steroid kardioaktif.
Disamping itu penggunaan lama akan juga menyebabkan aritmia jantung,
nefropaty, edema dan kerusakan tulang.
2
Terjadi perubahan warna urin oleh metabolit , yang tidak signifikan secara klinis ,
dapat terjadi selama perawatan.
II.6.3. Indikasi
15
ginseng dapat meningkatkan sintesis nitrat oksida dalam endotelium paru-paru, jantung,
dan ginjal dan dalam corpus cavernosum. Panax ginseng memiliki aktivitas
antisterilitas
dengan
meningkatkan
jumlah
sperma
dan
motilitas
sehingga
Insomnia
Hipertensi
Edema
II.8.2 Farmakologi
Flavoglycosides yang terkandung di dalam ginkgo adalah senyawa yang paling
aktif dan telah menunjukkan kemampuan farmakologis. Senyawa ini merupakan agen
radikal bebas dan berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa-senyawa flavonoid tersebut
termasuk quercitin, kaempferol dan isorhamnetine. Terpene yang terkandung dalam
ginkgo meliputi ginkgolides dan bilobalides yang dapat mengurangi peradangan dengan
menghambat PAF (Platelet Activating Factor) dalam darah. Tindakan ini membantu
untuk meningkatkan sirkulasi. PAF memainkan peran dalam penyakit seperti
aterosklerosis, asma, serangan jantung dan stroke (Pleasant Grove, 1996). Penyakitpenyakit ini merupakan penyakit yang biasa diderita oleh golongan geriatri atau lansia
(lanjut usia), yaitu penyakit-penyakit degeneratif.
Kandungan Vitamin dan Mineral: Ginkgo kaya akan bioflavonoid sebagai
antioksidan yang efektif (Pleasant Grove, 1996). Aktivitas antioksidan ini tentu sangat
efektif untuk membantu dalam terapi pemeliharaan penyakit-penyakit degeneratif pada
lansia yang juga bisa disebabkan oleh radikal bebas. Karakter tanaman ini sebagai
Astringent, adaptogen, antioksidan, antiseptik, circulatory stimulant, vasodilator dan
tonik (Pleasant Grove, 1996).
sangat rentan terhadap kerusakan radikal bebas. Oksidasi asam lemak tak jenuh dalam
membran menyebabkan penurunan fluiditas membran dan gangguan struktur membran
dan fungsi. Kerusakan sel ini mungkin menjadi mekanisme utama decline. Fungsional
yang berkaitan dengan usia, sel otak juga sangat rentan terhadap hipoksia. Dengan
demikian, sirkulasi berkurang ke otak memicu reaksi berantai yang mengganggu fungsi
membran dan produksi energi dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Rouse, 1998).
Berbagai senyawa yang ditemukan dalam ginkgo dapat memainkan peran
pelindung dalam berbagai tahap penurunan fungsi intelektual melalui beberapa
mekanisme aksi: aktivitas vasoregulating arteri, kapiler, dan vena (peningkatan aliran
darah); antagonis Platelet Activating Factor (PAF), homeostasis peradangan dan stres
oksidatif , pencegahan kerusakan membran sel yang disebabkan oleh radikal bebas, dan
modulasi neurotransmisi (Rouse, 1998).
Peningkatan Aliran Darah Cerebral
Aktivitas ekstrak ginkgo dalam mempromosikan aliran darah otak telah
dibuktikan dalam beberapa studi farmakologis pada hewan dan manusia. Studi
ini telah menunjukkan bahwa ekstrak ginkgo meningkatkan aktivitas
vasoregulasi, menurunkan kekentalan darah, dan mengantagonis Platelet
Activating Factor (PAF), sehingga meningkatkan aliran darah. Selain itu, ginkgo
telah terbukti mencegah gangguan metabolisme dalam model eksperimental
suplai darah tidak mencukupi untuk otak, dengan meningkatkan pemanfaatan
oksigen dan meningkatkan suplai glukosa, sehingga memulihkan produksi
energi, serta mengurangi pembentukan species oksigen reaktif (Rouse, 1998).
Senyawa Antioksidan
Mekanisme kerja dari ginkgo dalam sistem saraf pusat ini hanya dipahami
secara parsial, tetapi efek utama tampaknya berhubungan dengan agen
antioksidan. Senyawa dalam ginkgo bertindak untuk berbagai derajat untuk
radikal bebas, yang telah dianggap sebagai mediator peroksidasi lipid yang
berlebihan, penurunan fluiditas membran, dan kerusakan sel pada penyakit
Alzheimer yang biasa terjadi pada geriatri. Efek farmakologis dari ekstrak
meliputi penghambatan peroksidasi lipid, membantu untuk mempertahankan
integritas dan permeabilitas dinding sel, dan perlindungan neuron otak terhadap
stres oksidatif dan cedera pasca-iskemik disebabkan oleh produksi radikal bebas
(Rouse, 1998).
Efek pada Jaringan Neuronal
19
Selain
itu,
ekstrak
telah
terbukti
digunakan
untuk
20
Hindari penggunaan bersama dengan sejumlah terapi herbal lain yang secara teoritis
dapat mengganggu pembekuan darah, seperti bawang putih, dong quai (Chinese
Angelica) atau jahe.
Dalam penelitian dengan tikus, EGB 761 standar ekstrak dianggap memfasilitasi
pengembangan ototoksisitas amikasin. Meskipun efek dari kombinasi ini pada
manusia
adalah
telah
diketahui,
hasil
dari
penelitian
ini
memberikan
hari St john (24 Juni). Produk herbal yang mengandung St John's wort merupakan salah satu
sediaan herbal paling laris di negara maju pada beberapa tahun belakangan ini. Herba
keringnya (terutama terdiri atas kelopak berbunga, termasuk daun, kuncup yang belum
mekar, dan bunga) merupakan bagian tanaman yang banyak digunakan sebagai obat.
II.9.2 Kandungan Kimia
Awalnya, hiperisin (senyawa naftodiantron) dianggap sebagai kandungan
antidepresan St john's wort, meskipun hasil eksperimen dan klinis membuktikan bahwa
hiperforin (floroglusinol terprenilasi) merupakan kandungan utama yang diperlukan
untuk aktivitas antidepresan (Gambar.1). St John's wort juga mengandung kandungan
biologi aktif lainya, seperti flavonoid. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan kandungan lain yang menyebabkan efek antidepresan.
II.9.3 Efek Farmakologis dan Khasiat Klinis
Hasil penelitian biokimia dan farmakologis menyatakan bahwa ekstrak St John's
wort menghambat
ambilan
sinaptosomal
neurotrans-miter,
serotonin
(5hidroksitriptamin, 5-HT), dopamin dan noradrenalin (norepinefrin), dan GABA.
Penelitian yang melibatkan sejumlah kecil sukarelawan pria sehat menunjukkan bahwa
ekstrak St John's wort mungkin memiliki efek aktivitas dopaminergik dan efek terhadap
kortisol, yang dapat memengaruhi konsentrasi neurotransmiter tertentu. Penelitian in
vitro sebelumnya menyatakan bahwa St John's wort menghambat monoamin oksidase,
meskipun penenlitian lainnya tidak membuktikan hal tersebut.
Penelitian eksperimental dengan model hewan depresi memberikan bukti yang
mendukung efek antidepresan St John's wort. Bukti dari uji acak berkendali
menunjukkan bahwa sediaan ekstrak St John's wort lebih efektif dari pada plasebo, dan
kemungkinan seefektif antidepresan konvensional dalam mengobati depresi ringan
hingga sedang. Umumnya, diperlukan pengobatan beberapa minggu sebelum terlihat
adanya perbaikan yang nyata. Meskipun demikian, St John's wort tidak dianjurkan atau
tidak sesuai untuk pengobatan depresi berat. Efek ekstrak St John's wort juga telah
diteliti pada penelitian pendahuluan dengan individu yang mengalami gangguan afektif
musiman dan sindrom pramenstruasi, dan pada pasien dengan gejala psikogenik yang
menyerupai gejala penyakit fisik (lihat American Herbal Pharmacopeia and
Therapeutic Compendium 1997, Barnes et al 2001).
II.9.2.4 Toksisitas
Ekstrak St John's wort yang telah distandarisasi umumnya ditoleransi baik jika
digunakan pada dosis anjuran selama 12 minggu. Efek merugikan yang dilaporkan
biasanya ringan, antara lain gejala gastrointestinal, pening, kebingungan dan kelelahan ,
serta, yang jarang terjadi, fotosensitivitas (karena kandungan hiperisin). Meskipun
demikian, uji klinis St John's wortmenunjukkan profil keamanan jangka-singkat yang
lebih baik dibandingkan beberapa antidepresan konvensional. Muncul kekhawatiran
mengenai interaksi antara sediaan St John's wort dan obat resep tertentu, seperti
antikonvulsan, siklos-porin, digoksin, inhibitor HIV protease, kontrasepsi oral, inhibitor
ambilan kembali serotonin yang selektif, teofilin, triptan dan warfarin. Pasien yang
mengonsumsi obat-obat ini harus berhenti menggunakan St John's wortdan pergi
kedokter (kecuali untuk kontrasepsi oral) karena mungkin diperlukan penyesuaian dosis
22
obat resep tersebut.St John's wort tidak boleh digunakan selama kehamilan dan
menyusui.
BAB III
PEMBAHASAN
23
Obat herbal mempunyai beberapa indikasi pada penyakit gastrointestinal, flu dan
batuk, penyakit liver, gangguan tidur, terapi suportif, mencegah penyakit generatif, penyakit
reproduksi pada wanita, penyakit prostat, penyakit ginjal dan saluran urinaria, gangguan
sirkulasi darah dan penyakit penurunan aktivitas mental. Indikasi sebagai terapi tambahan
hanya digunakan pada penyakit menular, penyakit berat dan pengobatan emergency.
Indikasi dari obat herbal, banyak yang bisa dimanfaatkan. Namun tetap harus
memperhatikan ADRs mungkin akan terjadi. ADR dapat menyebabkan kesakitan bahkan
kematian. Suatu pengaruh atau dampak negatif disebut sebagai efek samping ketika hal itu
timbul sebagai efek sekunder dari efek terapi utamanya. Jika efek itu muncul sebagai hasil
dari dosis atau prosedur yang tidak tepat maka disebut sebagai kesalahan medis. Informasi
keamanan dari obat tradisional masih kurang jika dibandingkan dengan obat-obatan
konvensional ( Praskah, 2010 ).
Adverse drug obat herbal bisa dihindari jika cara pemakaian benar dan sudah diuji
praklinik dan uji klinik, seperti tahap yang dilakukan pada obat konvensional. Untuk
menghindari ADR pada obat herbal Badan POM mendorong uji khasiat dan keamanan
sebelum obat herbal dapat izin edar.
Berikut ini daftar tanaman tumbuhan yang dilarang digunakan sebagai Obat Bahan Alam
menurut BPOM
24
25
BAB IV
KESIMPULAN
1. Penggunaan Obat herbal sebagai terapi alternatif dari pengobatan modern mulai telah banyak
digunakan.
2. Indikasi dari obat herbal, banyak yang bisa dimanfaatkan. Namun tetap harus
memperhatikan ADRs mungkin akan terjadi
3. Adverse drug obat herbal bisa dihindari jika cara pemakaian benar dan sudah diuji
praklinik dan uji klinik, seperti tahap yang dilakukan pada obat konvensional
26
REFERENSI :
Charles S.G., Vivienne N. et al., 2006, Reporting Adverse Drug Reactions A Guide
for Health Care Proffesionals, BMA Board of science ISBN: 1 905545 07 X
Praskah Y.G. et al, 2010, Herbal Medicinean Overview of Adverse Reactions and
Interaction with Food and Drugs, International Journal of Phytopharmacology ISSN
57.
Fleming T, et al. 1998. PDR for Herbal Medicines. Montvale, NJ: Medical
27
28