Anda di halaman 1dari 17

LIBRARY MANAGER

DATE

SIGNATURE

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT, Desember 2014

TRAUMA LISTRIK

OLEH :
Ilham Djamaluddin
Fadlia N
Siti Maghfira Ananda

C 111 09 308
C 111 09 406
C 111 09 367

PEMBIMBING :
dr. Roni Tobo
SUPERVISOR :
Prof. Dr. dr. Gatot Lawrence,M.Sc, SpPA(K), DFM, SpF
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

TRAUMA LISTRIK
PENDAHULUAN
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat
kekerasan. Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang luka bakar
khususnya luka bakar yang disebabkan oleh sengatan listrik. (1)
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia, petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam.
Dalamnya luka bakar tergantung tinggi panasnya, penyebab dan lamanya kontak dengan
kulit. (2)
Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik
terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau
disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian
listrik dalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen memiliki dua buah
terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik
pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan
pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber
tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini tidak
dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya dapat
menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau banyak juga
yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R.(2,3)
Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir
ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya
fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak
langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam
tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan

jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah
terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak. (14)

Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh
kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).
Kerusakan yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu
terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan
akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan menyebabkan
kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf pembuluh darah
dan otot. (2)
Faktor-faktor yang berperan didalam terjadinya luka akibat arus listrik adalah (4,5,6,7,8) :
1. Tegangan (volt), tegangan rendah (600 volt atau kurang dari 600 volt), tegangan
tinggi ( lebih dari 600 volt).
2. Kuat arus (ampere), makin besar arus, makin berbahaya bagi kelangsungan hidup.
3. Jenis arus listrik, sensitifitas terhadap arus listrik bolak balik (AC) 4-6 kali lebih
besar dibandingkan arus listrik searah (DC).
4. Tahanan kulit (ohm), tahanan dari tubuh yang terbesar adalah kulit, tulang, lemak.
5. Arah aliran listrik , mematikan bila melintasi otak atau jantung; misalnya arah
aliran dari kepala ke kaki atau lengan ke lengan
6. Luas permukaan kontak, Luas 50 cm2 dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas
listrik
7. Lama kontak, waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran
listrik menentikan kecepatan datangnya kematian. Sebagai contoh, bila intensitas
sekitar 70-300mA, maka kematian akan terjadi dalam waktu 5 detik; sedangkan
pada intensitas sekitar 200-700 mA akan terjadi dalam waktu 1 detik.
8. Keadaan korban
o Kesadaran korban saat mendapatkan trauma listrik
o Riwayat penyakit korban sebelumnya

o Pekerjaan

ETIOLOGI
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada
dekat dengan sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena
listrik adalah karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran
listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah (4)

Petir
Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase sampai
10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang dalam waktu
1/1000-1 detik dilepaskan kebumi. (6) Luka karena petir biasanya terjadi saat seseorang
menjadi bagian atau bearada dekat dengan terjadinya petir, secara umum, biasanya
pasien menjdi objek yang paling tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat
dengan objek yang tinggi misalnya pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya
langit terlihat bersih.(4)
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan
oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor pemindahan udara.(6)
1. Efek Listrik
o Ada tanda listrik (electrick mark)
o Aborecence mark : gambaran seperti percabangan pohon oleh karena
vasodilatasi pembuluh darah vena pada kulit akibat bersentuhan dengan petir,
gambaran ini akan menghilang setelah beberapa jam
2. Efek panas
o Rambut, pakaian,sepatu, bahkan seluruh tubuh akan terbakar/hangus
o Metalisasi : Logam yang dikenakan korban akan meleleh ( perhiasan, arloji)
3. Efef ledakan (pemindahan udara)

o Setelah kilat udara setempat menjadi vacum lalu diisi oleh udara kembali
sehingga timbul suara menggelegar/guntur
o Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar
sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya
abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding
o Bile tidak meninggal mungkin didapatkan : lumpuh, tuli, buta yang sifatnya
sementara.

Listrik tegangan Tinggi AC


Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena tegangan
tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif disentuh yang
tersambung dengan sumber listrik bertegangan tinggi. (4)

Listrik tegangan rendah AC


Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum, ada 2
tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang memungkinkan : Anak
yang menggigit kawat listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir, wajah,
dan lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat menyentuh
objek yang dialiri energi listrik. (4)

Arus searah (DC)


Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara

tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan. Arus
searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA AC
dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang sama
sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian
karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan mencegah
korban lepas dari konduktor hidup.(4)

PATOFISIOLOGI
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron) dalam
perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan listrik)
atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik
yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi sebesar
40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit
yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air
tinggi akan menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat
tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, dan
lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran
mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada
sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.(7,9)
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan
perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi aliran
listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi
listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan
membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel). (5)
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat
menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi selsel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik
melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke
tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki. (4,9)

GEJALA KLINIK
Banyaknya penyebab dari kasus luka listrik, sehingga anamnesa yang menunjang
sangat diperlukan baik riwayat penyakit sebelumnya maupun hal-hal spesifik yang
berhubungan dengan kejadian saat seseorang terkena aliran listrik. Arah aliran listrik
penting untuk mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat menjadi lebih
berbahaya daripada arah horizontal. (9)

Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik (1,10) :

1. Luka Bakar Derajat I


-

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)

Kulit kering, hiperemis berupa eritem

Tidak dijumpai bulla

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

Sembuh spontan dalam 5-10 hari

2.

Luka bakar derajat II


-

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi


inflamasi disertai proses eksudasi

Dijumpai bulla

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas
kulit normal.

Dibedakan menjadi dua :


a. Derajat dua A (Superficial)
-

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat


dan kelenjar sebasea masih utuh.

Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.

b. Derajat dua B (Deep)


-

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,


kelenjar sebasea masih ada.

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel


yang tersisa. (biasanya lebih satu bulan)

3. Luka Bakar Derajat III


-

Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar


sebasea rusak.

Tidak dijumpai bulla

Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.

Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.

Penyembuhan luka terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.

Nyeri (-), dan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik rusak.

Luka listrik karena tegangan tinggi ataupun karena petir biasanya menyebabkan
luka bakar karena suhu yang mencapai 5000C, dan luka bakarnya biasanya cukup berat.
Petir juga dapat menyebabkan henti jantung secara tiba-tiba yang menyebabkan asistolik
atau henti napas. Depolarisasi pada jantung menyebabkan asistolik. Depolarisasi otak
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran, amnesia, dan koma. Luka listrik juga dapat
menyebabkan disritmia jantung. Kematian mendadak juga bisa diakibat arus listrik bolak
balik bertegangan tinggi karena terjadinya fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel 3 kali
lebih sering terjadi pada aliran yang melewati tangan ke tangan.(7,9,11)

(a)

(b)

Gambar (a) Luka listrik pada telapak tangan4


Gambar (b) luka lustrik pada daerah dada9

Kematian akibat petir dapat terjadi karena efek arus listrik, efek panas dan efek
ledakan gas panas yang timbul. Secara makroskopik akan ditemukan aborescent mark
(kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (perpindahan metal dari benda
yang dipakai ke dalam kulit, magnetisasi ( benda metal yang dipakai berubah menjadi
magnet). Pakaian sering terbakar dan compang camping akibat efek ledakan panas (blast
effect)(8)

(c)

(d)

Gambar (c) Luka bakar listrik dengan tepi yang meninggi


Gambar (d) Luka akibat petir, gambar seperti percabangan , aborescent markings

Pada pemeriksaan otopsi, dikarenakan tidak ada penemuan khusus pada luka
listrik, sehingga tidak jarang penyebab kematian tidak jelas.(11,12) Pada pemeriksaan luar
pemeriksa mencari electric mark. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai
pada tempat dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau
oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang
menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan
menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda yang berarus
lisrtrik yang mengenai tubuh. (6) Namun demikian, pada kasus terkenanya arus listrik pada
bak mandi misalnya, tidak ditemukan electric mark. (11, 12)

(e)

(f)

Gambar (e) luka listrik yang menembus sepatu disekitar sol karet. Pada tegangan tinggi
(7600V) 4
Gambar (f) memperlihatkan luka listrik, pada tegangan 120 votl, lutut 4

Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan
benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah yang
dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar. Exogenous
burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan
tinggi, yang memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt.
Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang
disertai patahnya tulang-tulang. Selain itu pemeriksa harus mencari adanya gelembung
berisi cairan seperti kulit yang seolah tersentuh api listrik ; kulit yang hangus, jaringan
otot yang ikut hangus, tulang yang ikut meleleh dan membentuk butir kalium fosfat; dan
kawat yang menguap dan berkondensasi di kulit. (6)
Penyebab kematian pada trauma listrik berupa fibrilasi ventrikel, dan kelumpuhan
otot dan pusat pernapasan.(6,13)
Pada kematian akibat fibrilasi ventrikel, dalam autopsi akan ditemukan dilatasi
dari bilik jantung , kadang-kadang dengan peteki dibawah perikardium dan endokardium
ventrikel, ada kongesti dari vena aferent dan pulmonal sianosis. (6)

TERAPI
Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus listrik harus diputus. Harus
diingat bahwa penderita mengandung muatan listrik bila masih berhubungan dengan
sumber arus. Kemudian, kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung dengan masase jantung
dan napas buatan mulut ke mulut. Cairan parenteral harus diberikan. Kadang luka bakar
di kulit luar tampak ringan, tetapi kerusakan jaringan yang lebih banyak dari yang
diperkirakan sebab sering kerusakan jauh lebih luas dari pada yang disangka. Kalau
banyak terjadi kerusakan otot , urin akan berwarna gelap oleh mioglobin, penderita ini
perlu diberi manitol dengan dosis awal 25 gr disusul dosis rumat 12,5 gr/jam. Kalau perlu
manitol diberikan sampai enam kali, untuk memperbaiki filtrasi ginjal dan mencegah
gagal ginjal. Bila ada udem otak dapat diberikan diuretik dan kortikosteroid. (1)
Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jaringan mati secara
bertahap karena tidak semua jaringan mati jelas tampak pada hari pertama. Bila luka pada
ekstermitas, mungkin perlu fisiotomi pada hari pertama untuk mencegah sindrom
kompartemen. Selanjutnya dilakukan rekonstruksi kulit. (1)

ASPEK MEDIKOLEGAL
Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan sebagai berikut (6) :
a. Jenis luka apakah yang terjadi ?
b. Jenis kekerasan /senjata apakah yang menyebabkan luka?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka itu?

Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tahun;
(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun;
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan;
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus
rupiah.Pidana dapat ditambahka sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 90
Luka berarti :
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian;
Kehilangan salah satu panca indera;
Mendapat cacat berat :
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih;

Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan


Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindakan pidana; yaitu :
1. penganiayaan ringan;
2. penganiayaan;
3. penganiayaan yang mengakibatkan luka berat;
4. penganiayaan yang mengkibatkan kematian.
Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian; di dalam ilmu
kedokteran forensik pengertiannya menjadi ; luka yang tidak berakibat penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian . Luka ini dinamakan
luka derjat pertama
Bila akibat penganiayaan seseorang itu mendapat luka atau menimbulkan
penyakit atau halangan di dalam melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, akan
tetapu hanya untuk sementara waktu saj, maka luka ini dinamakan luka derajat kedua
Apabila penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud
dalam pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamalan lika derajat tiga
Suatu hal yang penting yang harus diingat di dalam menentukan ada tidaknya luka
akibat kekerasan adalah adanya kenyataan bahwasanya tidak selamanya kekerasan itu
akan meninggalkan bekas/luka. Kenyataan tersebut antara lain disebabkan adanya faktor
yang menentukan terbentuknya lika akibat kekerasan suatu benda, yaitu luas permukaan
benda yang bersentuhan dengan tubuh. Bila luas permukaan benda yang bersentuhan
dengan tubuh itu cukup besar, yang berarti kekuatan untuk dapat merusak menimbulkan
luka lebih kecil bila dibandingkan dengan benda yang mempunyai luas permukaan yang
mengenai tubuh lebih kecil.
Faktor lain yang juga harus diingat adalah faktor waktu, oleh karena dengan
berjalannya waktu maka suatu luka dapat menyembuh dan tidak ditemukan pada saat
dilakukan pemeriksaan. Dalam hal yang demikian penulisan di dalam kesimpulan Visum
et Repertum juga berbunyi : tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Kekerasan yang menyebabkan luka dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul dan senjata api), luka karena
kekerasan fisik (luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi dan suhu rendah), dan luka
karena kekerasan kimiawi (asam organik, asam anorganik, kaustik alkali dan karena
logam berat).(6)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Mansjoer, Arif, et all, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Fakultas


Kedokteran UI, Jakarta, 2000; p 218, 222-223

2.

Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah,

Edisi 2, ECG,

Jakarta, 2004; p 75-83


3.

Babik J, Sandor, Sopko., Electrical Burn Injuries [online] [cited on 2008


March 26th]; Annals of Burns and Fire Disasters vol.11.no.3;p153 available
at

:http://

www.medbc.com/annals/review/vol_11/num_3/text/vol11n3p153.htm - 18k
4.

Ramdhani M., Konsep Rangkaian Listrik. [online] [cited on 2008 April 5 th]
available at : http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI04-6267.446-2003.pdf

5.

Wright RK., Electrical Injuries [online] July 25th 2007 [cited on 2008 March
26th] available at : http:// www.emedicine.com/EMERG/topic162.htm - 105k

6.

Subrahmanyam., Electrical Burn Injuries [online] [cited on 2008 March


26th]; Annals of Burns and Fire Disasters vol.17.no.3;p9 available at : http://
www.medbc.com/annals/review/vol_17/num_1/text/vol17n1p9.asp

7.

Idries, Abdul Munim., Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik,

Edisi 1,

Binarupa Aksara, Jakarta, 2002; p 86-91,108-17


8.

Howard E, Jarvis., Electrical and Lightening Injuries in Emergency Medicine


Manual, edisi 6, McGrawHill, Boston, 2004; p. 593.

9.

Mansyoer Arif, dkk: Luka akibat listrik dalam Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II, Edisi 3, Media Aesculapius, Jakarta, 2001; p.222-3

10.

Benson BE., Electrical Burns [online] October 3rd 2006 [cited on 2008
March 26th] available at : http:// www.emedicine.com/PED/topic2734.htm 109k

11.

Anonym., Electrical Burns [online] [cited on 2008 March 26th] available at :


http:// www.healthsquare.com/mc/fgmc1422.htm - 49k

12.

Gatewood MO., Zane RD., Lightening Injuries [online] 2004 [cited on 2008
March 26th] available at : http:// www.emc.2004/02/002/lighteninginuries.pdf

13.

Bockholt B, Schneider V., Death by electrocaution in the bathub [online]


2003 [cited on 2008 March 26th] available at : http:// www.medline.ru

14.

Cooper, Mari Ann.,Price TG., Electrical and Lightening Injuries [online]


[cited

on

2008

March

26th]

available

at

http://

April

18th]

www.uic.edu/labs/lightninginjury/Electr&Ltn.pdf
15.

Cedera

Akibat

Listrik

http://Fund0c.multiply.com

[online]

[cited

on

2008

Anda mungkin juga menyukai