Anda di halaman 1dari 6

Nostalgia Dengan Sejarah Sarangsari

Sejarah sirup Sarangsari memang semanis rasanya, kita akan dibuat bernostalgia
dengan cerita Bapak Hadi Semedi, Dirut PT Sarangsari sejak Juli 2012 hingga
sekarang. Dimulai oleh De Wed Bijlsma, pengusaha asal Groningen, Belanda yang
mendirikan NV Conservenbedrijf de Friesche Boerin pada tahun 1934 yang membuat
limonadestroop atau sirup sebagai minuman ringan pelepas dahaga. Pada saat
bersamaan di Amerika Serikat sedang demam Coca Cola & Rootbeer.

Pada tahun 1959 Presiden Soekarno menasionalisasikan seluruh perusahaan asing


sehingga perusahaan diambil alih oleh Keluarga Gunawan dan ber-empat mereka
mendirikan PT Sarangsari bermodalkan resep yang mereka peroleh untuk meneruskan
membuat lemonadestroop. Label dasar warna oranye dipertahankan karena warna ini
diasosiasikan dengan Belanda, sedangkan gambar Pangeran Belanda ditengah diganti
gambar gadis penari Bali untuk menyenangkan hati Presiden Soekarno yang ibunya
berasal dari pulau dewata. Pada tahun 1980, salah satu partner menjual sahamnya
kepada Bapak Rachmat Semedi karena usia lanjut dan anak - anak mereka tidak
berminat meneruskan usaha di lahan yang relatif kecil di Jl. Cikini Raya 77, Jakarta.

Di era tersebut, Sarangsari merupakan sirup yang populer dimana pada bulan bulan tertentu untuk memperoleh sirup ini, para agen atau toko dibatasi jumlah
pembeliannya dikarenakan Demand over Supply. Melihat kesempatan ini, Bapak
Rachmat mempertaruhkan semua yang dimilikinya untuk memperoleh lahan yng
lebih besar dan membangun pabrik baru untuk meningkatkan produksi sirup di daerah
Cimanggis, Depok. Sarangsari oleh tangan dinginnya berkembang pesat hingga tahun
1990-an.

Seiring dengan berjalannya waktu, bermunculan merek - merek sirup lainnya


yang berdatangan dari daerah yang pada tahun 1996 mencapai 47 merek sirup
beredar, akibatnya pasar menjadi jenuh dengan persaingan harga. Disaat yang sama,
importir memperkenalkan minuman ringan instan lainnya seperti teh dalam kemasan,
serta aneka ragam juice yang mengakibatkan 72% dari merek merek sirup tumbang
atau kembali ke daerah asal. Draft peraturan untuk mengenakan PPnBm pada

minuman berbahan dasar gula juga turut menghilangkan banyak merek merek sirup,
meskipun tidak jadi diterapkan.

Tantangan Kedepan

Heritage itulah yang diakui oleh Bapak Hadi Samedi sebagai aset yang paling
berharga karena Sarangsari sudah berdiri sejak tahun 1934 atau 79 tahun. Selain itu
keunggulan Sarangsari adalah tidak menggunakan pengawet ataupun additive,
sehingga tidak meninggalkan after-taste pahit di mulut. Karena berbahan dasar gula
tebu, maka sirup ini dipercaya masyarakat dari generasi ke generasi sebagai obat
untuk penyakit kuning (liver). Rasa yang beragam, 8 rasa, merupakan faktor unik
lainnya, beberapa rasa terdahulu yang sudah tidak diproduksi lagi antara lain kurma,
nanas, dan fruit punch. Sarangsari juga mampu untuk meramu rasa sendiri.

Mengenang krisis tahun 1998, ketika perusahaan besar berlomba lomba


membeli US Dollar untuk bertahan, Sarangsari justru memenuhi gudang dengan gula.
Setelah krisis pun pemain besar, ABC, diambil alih oleh Danone. Hal ini berkaitan
dengan pendanaan bisnis itu sendiri. Pak Hadi menambahkan bahwa sepanjang
berdirinya Perusahaan, dana yang digunakan 100% dana non-bank. Hal inilah yang
diakuinya menjadi faktor utama mengapa perusahaan tidak dapat berkembang secara
progresif seperti perusahaan sejenis lainnya. Persaingan bagi seasonal product (konon
sirup hanya laku keras selama bulan puasa) dengan banyak kompetitor raksasa, adalah
alasan manajemen kesulitan mengurangi Risk Factor untuk menggunakan dana bank.
Maka dari itu ekspansi dirasakan sulit.

Business Tips

Lalu, apakah tips dari Bapak Hadi Semedi agar perusahaan bisa bertahan lama?
Jawabannya adalah Jangan mengecewakan agen, toko, dan end-user, berlakulah sefleksibel mungkin meskipun kadang kala hal tersebut memerlukan pengorbanan. Pak
Hadi juga menambahkan bahwa jangan pernah menyerah jika dihadapi oleh
kegagalan. One of the most common causes of failure is the habit of quitting when
one is overtaken by temporary defeat. Every person is guilty of this mistake at one

time or another, which forced them to quit, while other gains profit because he knew
enough to seek expert counsel before giving up.

Stick to your own business. Banyak perusahaan kecil dengan cash terbatas
memiliki mimpi yang besar untuk mengembangkan bisnisnya dengan going venture.
Pengusaha

biasanya

tergoda

untuk

mengadopsi

teori

diversifikasi

dengan

menggunakan Working Capital menjadi Venture Capital, bukan menggunakan idle


money. Pada saat bisnis mengalami kesulitan, maka mereka akan terjebak pada Point
of No Return. Itulah saran dari Pak Hadi Semedi, 99.8% pemilik bisnis dihantui
oleh ketamakan, so stick to your own business.

Sumber:
Bapak Hadi Semedi,
Direktur Utama PT Sarangsari, melalui wawancara 21 Maret 2013.
Oleh: Bonnie Pariwondo

Wawancara dengan Pak Syarif, mantan Pengawas Pelaksana Proyek PT Sarang Sari

Penulis
Pak Syarif

Penulis
Pak Syarif

Penulis
Pak Syarif

Penulis
Pak Syarif
Penulis
Pak Syarif
Penulis
Pak Syarif

Penulis
Pak Syarif

Penulis
Pak Syarif
Penulis
Pak Syarif

Penulis
Pak Syarif

: Selamat siang, Pak. Kalau boleh saya tahu, apa jabatan Pak Syarif
di PT Sarang Sari dulunya?
: Saya dulu jadi pengawas pelaksana proyek. Saya dulu kerja waktu
Sarang Sari masih dipegang Rahmat Semedi, bapak dari Hadi
Semedi, yang sekarang ambil alih perusahaannya.
: Apa pabrik Sarang Sari dari dulu berlokasi di Cimanggis?
: Tidak, sebelum di Cimanggis lokasi pabrik berada di Cikini. Mulai
di Cimanggis tahun 1983 atau 1984. Sekarang produksi tidak
dilakukan tiap hari, karena biasanya sekali produksi langsung banyak.
Beda dengan dulu, sekarang hanya produksi kalau ada pesanan.
Biasanya produksi lebih terbantu kalau lagi bulan puasa. Sekarang,
pegawai juga tidak sampai 70 orang. Sekarang sebenarnya dia
kesulitan modal. Banyak pihak yang melirik Sarang Sari. Sayangnya
Sarang Sari cuma mau kalau dibeli putus, tapi tidak mau kalau diajak
kerja sama. Dari dulu banyak yang negosiasi, tapi belum ada yang
berhasil membujuk Sarang Sari.
: Jenis pemasaran yang dilakukan Sarang Sari seperti apa?
: Pemasarannya dengan cara beli putus, bukan titip barang. Jadi,
orang-orang yang butuh sirup Sarang Sari untuk dijual harus
bayar pakai uang cash.
: Sirup Sarang Sari ini melakukan ekspor atau tidak?
: Tidak.
: Sirup Sarang Sari ini sudah pernah melakukan bentuk promosi seperti
apa saja ya, Pak?
: Tidak, Sarang Sari tidak pernah beriklan.
: Saya baca di internet, sirup Sarang Sari pakai gula asli ya, Pak?
: Iya, sejak pertama dijual selalu pakai gula murni. Memang bagus,
tapi faktor ini juga yang bikin Sarang Sari susah bersaing karena
harga gula yang selalu naik.
: Kalau rasanya pakai buah asli juga?
: Tidak, Sarang Sari tidak menggunakan buah asli, tapi
menggunakan essence kualitas tinggi. Dulu pernah Marjan
berusaha mencari kandungan sirup Sarang Sari di laboratorium,
tapi nggak terlacak kandungannya, takaran atau bahan-bahannya.
: Kalau tentang kemasan Sarang Sari, dari dulu tidak pernah ada
perubahan, ya, Pak?
: Ooh iya. Itu kan pakai botol bir.
: Kenapa pakai botol bir, Pak?
: Botol bir yang dipakai Sarang Sari itu 'kan warnanya hijau. Nah,
warna hijau ini melindungi kualitas sirup Sarang Sari. Beda
dengan sirup-sirup lain yang botolnya bening. Karena sebenarnya
sirup-sirup itu memang lebih baik jauh dari jangkauan cahaya,
jadi sirup Sarang Sari pakai botol warna hijau, untuk menangkal
cahaya yang bisa merusak kualitas sirup.
: Kenapa tidak pakai botol bening seperti sirup lain, supaya lebih
menarik, Pak?
: Ya... Yang penting isinya, bukan botolnya.

Penulis
Pak Syarif

: Kalau tentang penari Bali yang ada di labelnya, apa cerita di balik
itu, Pak?
: Penari Bali itu untuk identitas kalau sirup Sarang Sari itu dari
Indonesia. Kalau cuma nyebut nama Indonesia, belum tentu dunia
tahu, tapi kalau Bali? Malah Bali yang cuma kota lebih populer
dibanding Indonesia yang jadi negaranya.

Anda mungkin juga menyukai