Referat Pterigium
Referat Pterigium
PENDAHULUAN
Pterigium merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada mata yang
patogenesisnya
masih
belum
jelas.
Menurut
American
Academy
of
BAB II
PEMBAHASAN
PTERIGIUM
A. Definisi
Menurut American Academy of Ophthalmology, pterigium (berasal dari
bahasa Yunani yaitu Pterygos yang artinya sayap) adalah poliferasi
jaringan subkonjungtiva berupa granulasi fibrovaskular dari (sebelah)
nasal konjungtiva bulbar yang berkembang menuju kornea hingga
akhirnya menutupi permukaan kornea.2
B. Epidemiologi dan Insidens
Pterigium merupakan kelainan mata yang umum di banyak bagian
dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan berkisar antara 0,3%-29%. Studi
epidemiologis menemukan adanya asosiasi terhadap paparan sinar
matahari yang kronis, dengan meningkatnya prevalensi geografis 'sabuk
pterigium' dalam garis peri-khatulistiwa 37o lintang utara dan selatan
khatulistiwa. Pada populasi yang terkena, pertumbuhan pterigium telah
terlihat pada remaja muda dan banyak terjadi di masyarakat di padang
pasir. Pterigium terlihat hampir dua kali lebih sering pada laki-laki
daripada wanita.6,7
Sebuah studi epidemiologis oleh Gazzard dkk melaporkan
orang
10
faktor
pertumbuhan
jaringan
yang
menginduksi
11
epitel kornea.10 Bagian ini dipisahkan dari sklera anterior oleh jaringan
episcleral dan kapsul Tenon. Terdapat sebuah dataran tinggi 3-mm dari
konjungtiva bulbaris sekitar kornea disebut konjungtiva limbal.10
Konjungtiva fornix, merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal
dengan konjungtiva bulbi. Lain halnya dengan konjungtiva palpebra yang
melekat erat pada struktur sekitarnya, konjungtiva fornix ini melekat
secara longgar dengan struktur di bawahnya yaitu fasia muskulus levator
palpebra superior serta muskulus rektus. Karena perlekatannya bersifat
longgar, maka konjungtiva fornix dapat bergerak bebas bersama bola mata
ketika otot-otot tersebut berkontraksi.10
Secara histologis, konjungtiva terdiri dari tiga lapisan (Gam.2) yaitu epitel,
lapisan adenoid, dan lapisan fibrosa.10
1. Epitel. Lapisan sel epitel di konjungtiva bervariasi pada masingmasing daerah dan dalam bagian-bagian sebagai berikut: Konjungtiva
marginal memiliki 5 lapis epitel sel gepeng bertingkat. Konjungtiva
tarsal memiliki 2 lapis epitel: lapisan superficial terdiri dari sel-sel
12
forniks. Lapisan ini tidak di temukan ketika bayi lahir tapi akan
berkembang setelah 3-4 bulan awal kehidupan. Hal ini menjelaskan
bahwa peradangan konjungtiva pada bayi tidak menghasilkan reaksi
folikuler.
3. Lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat kolagen dan serat
elastis. Lapisan ini lebih tebal dari lapisan adenoid, kecuali di daerah
konjungtiva tarsal, di mana lapisan ini sangat tipis. Lapisan ini
mengandung pembuluh dan saraf dari konjungtiva. Lapisan ini bersatu
dengan mendasari kapsul Tenon di daerah konjungtiva bulbar.
Konjungtiva berisi dua jenis kelenjar, yakni kelenjar sekresi musin dan
kelenjar lakrimalis aksesoris. Kelenjar ini terdiri dari sel goblet (kelenjar
uniseluler yang terletak di dalam epitel), Crypts of Henle (terdapat di
konjungtiva tarsal) dan kelenjar Manz (ditemukan dalam konjungtiva
limbal). Kelenjar-kelenjar ini mensekresi mucus yang penting untuk
membasahi kornea dan konjungtiva. Kelenjar lakrimalis aksesoris terdiri
dari: Kelenjar Krause (terdapat pada jaringan ikat subconjunctival forniks,
sekitar 42 buah di atas forniks dan 8 buah di bawah forniks) dan kelenjar
Wolfring (terdapat di sepanjang batas atas tarsus superior dan sepanjang
batas bawah tarsus inferior).10
13
14
anastomosis
dengan
arteri
konjungtiva
anterior
dan
15
16
(TNF-) membantu keratosit korneal beradaptasi memperbaiki fenotip. IL6 berfungsi dalam migrasi sel epitel melalui reseptor integrin dan IL-8
melakukan aktivitas mitogenik dan angiogenetik. Faktor pertumbuhan
yang berperan dalam pterigium antara lain ialah epidermal growth factor
(EGF) dan EGF heparin-binding (HB-EGF), vascular endothelial growth
factor (VEGF), basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet-derived
growth factor (PDGF), transforming growth factor- (TGF-) and insulinlike growth factor binding proteins (IGF-BP).12
Peran VEGF sangat penting dalam proses angiogenesis. Diproduksi
oleh fibroblast korneal saat terjadi inflamasi atau adanya stimulus yang
dianggap berbahaya bagi mata, termasuk UVR. VEGF telah dideteksi
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan terus-menerus epitel pterigium,
dibandingkan dengan konjungtiva normal melalui studi imunohistokimia.
Hasilnya dapat dilihat menggunakan RT-PCR assay.12
Patofisiologi pterigium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen
dan proliferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang
menutupi
regenerasi
epitel
kornea.12
Defisiensi
limbal
stem
cell
17
F. Klasifikasi
Pterigium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe,
stadium, progresifitasnya dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah
episklera, yaitu: 13
Berdasarkan tipenya pterigium dibagi atas tiga:
- Tipe I
Pterigium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau
menginvasi kornea pada tepinya saja. Lesi meluas <2 mm dari kornea.
Stockers line atau deposit besi dapat dijumpai pada epitel kornea dan
kepala pterigium. Lesi sering asimptomatis, meskipun sering
mengalami inflamasi ringan. Pasien yang memakai lensa kontak dapat
mengalami keluhan lebih cepat.
- Tipe II
disebut juga pterigium tipe primer advanced atau pterigium rekuren
tanpa keterlibatan zona optic. Pada tubuh pterigium sering nampak
kapiler-kapiler yang membesar. Lesi menutupi kornea sampai 4 mm,
dapat primer atau rekuren setelah operasi, berpengaruh dengan tear
film dan menimbulkan astigmat.
- Tipe III
pterigium primer atau rekuren dangan keterlibatan zona optic.
Merupakan bentuk pterigium yang paling berat. Keterlibatan zona
optic membedakan tipe ini dengan tipe yang lain. Lesi mengenai
kornea > 4mm dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas
khususnya pada kasus rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis
subkonjungtiva yang meluas ke forniks dan biasanya menyebabkan
gangguan pergerakan bola mata serta kebutaan.
Berdasarkan stadium pterigium dibagi ke dalam 4 stadium
yaitu:13
18
Stadium-I
Stadium-II
Stadium-III
Stadium-IV
19
Caput
20
Gambar 11. (A) Cap: Biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea
yang kebanyakan terdiri atas fibroblast, menginvasi dan menghancurkan lapisan
bowman pada kornea. (B) Whitish: Setelah cap, lapisan vaskuler tipis yang
menginvasi kornea. (C) Badan: Bagian yang mobile dan lembut, area yang
vesikuler pada konjunctiva bulbi, area paling ujung7
H. Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan pterigium datang dengan berbagai keluhan, mulai dari
tanpa gejala sampai dengan gejala kemerahan yang signifikan,
pembengkakan, gatal, iritasi, dan penglihatan kabur berhubungan dengan
elevasi lesi dari konjungtiva dan dekat kornea pada satu atau kedua mata.9
Pterigium adalah kondisi asimtomatik pada tahap awal, kecuali pada
intoleransi kosmetik.11 Pterigium hanya akan bergejala ketika bagian
kepalanya menginvasi bagian tengah kornea dan aksis visual. Kekuatan
tarikan yang terjadi pada kornea dapat menyebabkan astigmatisme kornea.
Pterigium lanjut yang menyebabkan skar pada jaringan konjungtiva juga
dapat secara perlahan-lahan mengganggu motilitas okular, pasien
kemudian akan mengalami penglihatan ganda atau diplopia.10
Pemeriksaan fisik
21
22
kornea
sebelumnya,
seperti
ulkus
kornea.
Selain
23
Pseudopterigium
Pinguekulum
OSSN
24
Reaksi tubuh
Sebab
Proses degeneratif
penyembuhan dari
luka bakar, GO,
difteri,dll.
Tidak dapat
Sonde
dimasukkan
dibawahnya
Dapat dimasukkan
dibawahnya
Kekambuhan
Residif
Tidak
Usia
Dewasa
Anak-anak
Subkonjunctiva
Lokasi
yang dapat
squamous
kurang.
Tidak
Tidak
Dewasa
anak
Terbatas pada
saja
konjuntiva bulbi
mencapai kornea
Di sekitar daerah
limbus
J. Penatalaksanaan
Pasien dengan pterigium dapat hanya diobervasi kecuali lesi
menunjukkan pertumbuhan menuju pusat kornea atau pasien menunjukkan
gejala kemerahan yang signifikan, ketidaknyamanan, atau perubahan
dalam fungsi visual.9
Terapi Konservatif
Pengobatan konservatif pada pterigium terdiri dari topical lubricating
drops atau air mata buatan (misalnya, refresh tears, gen teal drops), serta
sesekali penggunaan jangka pendek tetes mata kortikosteroid topikal antiinflamasi (misalnya, Pred Forte 1%) bila gejala lebih intens. Selain itu,
penggunaan kacamata anti-UV disarankan untuk mengurangi paparan
radiasi ultraviolet lebih lanjut.9
Terapi pembedahan
25
Mengganggu visus
Mengganggu pergerakan bola mata
Berkembang progresif
Mendahului suatu operasi intraokuler
Kosmetik
usaha
memfasilitasi
untuk
penghilangan
mengidentifikasi
pterigium
bidang
sekaligus
diseksi,
yang
mempertahankan
26
27
pterigium.
Meskipun
keuntungkan
dari
penggunaan
mitomycin
telah
terbukti
efektif
dalam
mencegah
28
sentral,
kemerahan,
iritasi,
jaringan
parut/skar
pada
29
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32