Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban
Ada beberapa definisi akuntansi pertanggungjawaban oleh para ahli antara lain oleh :
- Menurut Ikhsan (2009:57): Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban
akuntansi manajemen terhadap pengetahuan-pengetahuan umum, dimana
kegagalan-kegagalan bisnis dapat diefektifkan dengan cara mengendalikan
tanggung jawab orang-orang untuk membawanya ke luar operasionalisasi.
-

Prawironegoro dan Purwati (2008:83): Akuntansi pertanggungjawaban adalah


sistem dalam menyusun strategi, kebijakan, program kerja, anggaran dan
melaksanakannya, serta evaluasi kinerja manajemen harus menentukan sistem
pemberian tangungjawab, sistem anggaran, sistem pengukuran kinerja dan
sistem memberi imbalan kepada setiap manajer.

Carter (2009:7): Suatu bagan Organisasi menunjukkan posisi manajemen utama


dari suatu entitas; membantu untuk mendefenisikan wewenang, tanggungjawab
dan akuntabilitas; serta penting dalam mengembangkan suatu sistem akuntansi
biaya yang dapat melaporkan tanggungjawab dari para individu. Pengembangan
organisasi suatu perusahaan yang terkoordinasi dengan sistem biaya dan
anggaran mengarah pada pendekatan terhadap akuntansi dan pelaporan yang
disebut akuntansi pertangungjawaban (Responsibility Accounting).

2. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban


Menurut

Mulyadi

(2001:174)

Manfaat

Informasi

Akuntansi

Pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :


a) Infomasi akuntansi sebagai dasar penyusunan anggaran.
b) Infomasi akuntansi sebagai penilaian kinerja manager pusat pertanggungjawaban.
c) Infomasi akuntansi sebagai pemotivasi manager
d) Infomasi akuntansi memungkinkan pengelolaan aktivitas.
e) Infomasi akuntansi memungkinkan pemantauan efektivitas program pengelolaan
aktivitas.

Universitas Sumatera Utara

Mulyadi (2001:175) dalam activity-based responsibility accounting system, informasi


akuntansi manajemen terutama biaya, informasi akuntansi pertanggungjawaban ini bermanfaat
bagi manajemen untuk:
a) Mengelola aktivitas, dengan cara mengarahkan usaha manajemen dalam
mengurangi dan akhirnya menghilangkan biaya bukan penambah nilai (non value
added costs).
b) Memantau efektifitas program pengelolaan aktivitas.

3. Sifat Pusat Tanggung Jawab


Menurut Anthony, Govindarajan (2002:172): Pusat tanggungjawab muncul guna
mewujudkan satu atau lebih maksud, yang disebut dengan cita-cita. Perusahaan secara
keseluruhan memiliki cita-cita dan manajemen senior menentukan sejumlah strategi untuk
mencapai cita-cita tersebut. Fungsi dari berbagai pusat tanggungjawab dalam perusahaan
adalah untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Karena setiap organisasi merupakan
sekumpulan pusat tangungjawab, maka jika setiap pusat tanggungjawab telah memenuhi
tujuannya, maka cita-cita organisasi tersebut juga telah tercapai.berikut gambaran sifat pusat
tanggungjawab;

Input
Sumber daya yang

Output
Barang atau

Pekerjaan

Jasa
digunakan, diukur

Modal

dari biayanya
Gambar 2.1
Gambaran Sifat Pusat Tanggungjawab

Universitas Sumatera Utara

Gambaran sifat pusat tanggungjawab mengambarkan cara kerja setiap pusat


tanggungjawab menerima masukan, dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja, dan jasa-jasa.
Dengan menggunakan modal kerja capital (seperti persediaan, piutang), peralatan, dan aktiva
lainnya. Pusat tanggungjawab melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dengan tujuan akhir untuk
mengubah input menjadi output, baik yang berwujud seperti barang atau tidak berwujud
seperti jasa. Dalam sebuah pabrik outputnya berbentuk barang. Dalam unit-unit staf seperti
sumber daya manusia, transportasi, teknik, pencatatan dan administrasi, maka outputnya
berbentuk jasa.
Produk-produk (seperti barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu pusat
tanggungjawab bisa saja kemudian diserahkan ke pusat tanggungjawab yang lain, dimana
output tersebut kemudian menjadi input atau bisa juga dilempar ke pasar sebagai ouput
organisasi secara keseluruhan.

4. Jenis Jenis Pusat Pertanggungjawaban.


Menurut Anthony, Govindarajan (2002:175): Pusat pertanggungjawaban
(Responsibility center) adalah suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan. Kegiatannya adalah mengolah masukan
(bahan, tenaga kerja atau jasa) menjadi keluaran (barang atau jasa) yang diserahkan kepada
pusat pertanggungjawaban yang lain dalam suatu organisasi atau dijual kepada pihak luar yang
merupakan penghasilan bagi pusat pertanggungjawaban tersebut.
Menurut Anthony, Govindarajan (2002:175): Dalam suatu perusahaan pada umumnya
terdapat empat kelompok pusat pertanggungjawaban, yaitu :
a) Pusat Biaya (expense center).

Universitas Sumatera Utara

Pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung jawab terhadap biaya,


dan keberhasilan manajernya diukur atas dasar masukan atau biaya yang terjadi. Suatu
unit organisasi dapat ditunjuk atau ditetapkan sebagai pusat biaya kalau manajer
organisasi tersebut mempunyai kewenangan untuk mempengaruhi besar kecilnya biaya
yang terjadi pada unit organisasi tersebut. Sebagai tolak ukur bagi pusat biaya adalah
biaya standar atau anggaran biaya yang telah ditetapkan oleh manajer atasannya.
b) Pusat Penghasilan (revenue center)
Pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung jawab terhadap
penjualan atau penghasilan, dan prestasinya diukur atas dasar penghasilan yang
diperoleh tanpa harus memperhatikan biaya atau masukan yang terjadi. Dengan kata
lain diartikan bahwa manajer pusat penghasilan tidak bertanggung jawab atas biaya
yang terjadi untuk membuat barang atau melaksanakan jasa yang dijualnya. Namun
demikian, manajer pusat penghasilan tersebut masih tetap bertanggung jawab atas
biaya yang terjadi di unitnya, misalnya biaya pemasaran, biaya angkutan, yang pada
umumnya merupakan biaya discretionary. Oleh karena itu, pusat penghasilan pada
umumnya sekligus juga merupakan discretionary expense center atau pusat biaya
kebijakan.
c) Pusat Laba (profit center)
Pusat pertanggungjawaban yang manajernya harus bertanggung jawab terhadap
penghasilan dan biaya yang terjadi pada pusat laba tersebut, dan manajernya diukur
prestasinya atas dasar laba yang diperoleh. Karena merupakan selisih antara
penghasilan dan biaya, maka manajer pusat laba tersebut pada dasarnya dinilai
prestasinya dari dua segi yaitu biaya atau masukan dan dari segi penghasilan atau
keluaran. Oleh karena itu, suatu unit dalam suatu organisasi dapat ditetapkan sebagai

Universitas Sumatera Utara

pusat laba kalau manajer unit tersebut mempunyai wewenang untuk mempengaruhi
atau menentukan besar kecilnya biaya dan penghasilan di unit tersebut.
d) Pusat Investasi (investment center)
Pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan,
biaya dan investasi yang terjadi pada pusat pertanggungjawaban tersebut. Prestasi
manajer pusat investasi diukur atas dasar laba yang dihasilkan dibandingkan dengan
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Unit dalam suatu organisasi
dapat ditetapkan sebagai pusat investasi kalau manajer unit tersebut mempunyai
wewenang untuk mengendalikan biaya, mengendalikan penghasilan dan menentukan
besar kecilnya maupun jenis aktiva yang digunakan oleh unit organisasi tersebut.

5.

Akuntansi

Pertanggungjawaban

Tradisional

Dan

Akuntansi

Pertanggungjawaban Kontemporer
Menurut Prawironegoro dan

Purwati (2008:83): kondisi bisnis dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu stabil dan dinamis. Kondisi bisnis stabil ialah situasi
bisnis dimana relatif tidak ada perubahan tingkat suku bunga, harga, dan tingkat pajak,
dan persaingan relatif tidak tajam. Sedangkan kondisi bisnis dinamis ialah situasi
bisnis di mana terjadi perubahan yang terus-menerus tingkat suku bunga, harga, dan
tingkat pajak, dan persaingan sangat tajam. Dalam situasi bisnis stabil, manajemen
perusahaan relatif lebih mudah menyusun strategi, kebijakan, program kerja, anggaran,
dan melaksanakannya, serta mudah mengadalcan evaluasi kinerja; tetapi dalam situasi
bisnis yang dinamis, manajemen sulit untuk melakukan itu semuanya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hondisi bisnis yang stabil pada umumnya perusahaan menggunakan sistem
Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional dan dalam kondisi bisnis yang dinamis
menggunakan sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer.
a) .Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional
Akuntansi pertanggungjawaban tradisional hanya dapat diterapkan dalam kondisi
bisnis yang stabil: tidak ada fluktuasi nilai tukar mata uang yang signifikan, tidak ada
inflasi, tingkat suku bunga relatif stabil, pendapatan masyarakat stabil, persaingan tidak
tajam. Dalam kondisi yang demikian program kerja dan anggaran mudah disajikan dan
kinerja manajemen mudah diukur karena biaya-biaya relatif mudah dikendalikan.
Organisasi perusahaan dapat diklasifikasikan berdasar unit-unit kerja fungsional yang
dipimpin oleh manajer, sehingga peranan individu sebagai manajer atau pekerja sangat
dominan.
Namun dalam praktek bisnis dewasa ini persaingan sangat tajam dan inovasi
teknologi cepat berkembang sehingga perkembangan bisnis sangat dinamis, sehingga
akuntansi

pertanggungjawaban

tradisional

sulit

diterapkan

karena

berbagai

keterbatasan yang dimilikinya, antara lain:


-

Berfokus internal yaitu pembuatan standar biaya, anggaran, dan analisis varian biaya
dan pendapatan.

Penekanannya pada penghematan biaya clan pengukuran kinerja keuangan return


on investment (ROI) dan return on equity (ROE).

Model ini mengabaikan kalsifikasi biaya yang bernilai tambah dan biaya yang
tidak bernilai tambah.

Model ini hanya menggunakan varian sebagai alat untuk memberi insentif

b) Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer

Universitas Sumatera Utara

Akuntansi

pertanggungjawaban

kontemporer

ialah

sistem

akuntansi

pertanggungjawaban yang diterapkan pada situasi bisnis yan dinamis yang


melibatkan proses seluruh tim manajemen yang bertujuan reduksi biaya dan
peningkatan kualitas melalui mata rantai nilai. Seluruh tim manajemen harus
bertanggungjawab kesuksesan operasional, mulai dari riset sampai dengan layanan
purna jual produk yang dihasilkan.
-

Berfokus kerja sama tim dan mata rantai nilai.

Penekanannya reduksi biaya dan perbaikan terus-menerus di segala bidang

Model ini menekankan pentingnya kalsifikasi biaya yang bernilai tamball dan
biaya yang tidak bernilai tambah.

Model ini menggunakan keberhasilan kerja tim yaitu peningkatan kualitas dan
pengurangan biaya sebagai alat untuk memberi insentif.

c) Perbedaan

Antara

Akuntansi

Pertanggungjawaban

Tradisional

Dengan

Kontemporer

Lingkungan
Orientasi
Model berpikir

Akuntansi
Pertanggunjawaban
Traditional
Stabil
Kemampuan individu
Parsial, analitik

Akuntansi
Pertanggungjawaban
Kontermporer
Dinamis
Kemampuan tim
Holistik, dialektik

Keuangan
Standar
pengukuran

Unit organisasi
Standar yang bisa
dicapai

Pengukuran
kinerja

Perbandingan biaya aktual


dengan biaya standar

Mata rantai nilai


Kepuasan pelanggan
Proses yang optimal
Efektivitas, Just in Time,
Produktivitas

Keterangan

Dasar imbalan
Kinerja anggaran
Kepada individu
Karakteristik
Mudah dikendalikan
biaya

Kinerja tim, mata rantai nilai


kelompok
Sulit dikendalikan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2
Perbedaan Antara Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional Dengan
Kontemporer.

6 Laporan Akuntansi Pertanggungjawaban.


Menurut

Ikhsan

(2009:58):

Tujuan

dari

mengembangkan

laporan

pusat

pertanggungjawaban adalah untuk :


a) Mengijinkan manajemen puncak untuk mendelegasikan tanggungjawaban dan otoritas
terhadap kepala departemen sehingga mereka dapat mencapai tujuan operasi departemen.
b) Menyediakan manajemen puncak dengan informasi (umumnya terhadap dasar akuntansi)
untuk mengukur kinerja dari setiap departemen dalam pencapaian tujuan operasi. Dengan
praktek akuntansi pertanggungjawaban organisasi tunggal, departemen dapat di
identifikasi sebagai pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, atau pusat investasi.
Laporan pertanggungjawaban yang disajikan harus memuat ciri-ciri pokok sebagai berikut
:
a) laporan harus sesuai dengan bagan organisasi; artinya harus ditujukan terutama pada
pribadi-pribadi yang bertanggungjawab untuk mengontrol bidang yang dilaporkan.
Para manajer dididik untuk menggunakan hasil-hasil dari sistem pelaporan.
b) Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. Perubaha-perubahan
hanya bisa dilakukan dengan alasan yang tepat disertai keterangan yang jelas untuk
para pemakai.
c) Laporan harus cepat dan tepat waktu. Penyajian laporan yang cepat memerlukan
pencatatan biaya yang terorganisir sehingga informasi dapat tersedia pada saat
dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

d) Laporan harus diterbitkan

secara teratur. Kecepatan dan keteraturan sangat erat

berkaitan dengan peralatan pembantu yang digunakan untuk menyusun dan


menyajikan laporan.
e) Laporan harus mudah dimengerti. Seringkali laporan-laporan memuat istilah akuntansi
yang sulit dimengerti para manajer yang hanya sedikit atau tanpa berpendidikan
akuntansi, sehingga informasi yang vital bisa disalahtafsirkan.
f) Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan. Jumlah dan
sifat perincian sangat tergantung pada tingkat manajemen yang menerima laporan itu.
Laporan pada manajemen tidak boleh dibanjiri fakta-fakta yang tidak perlu dan juga
tidak boleh diringkas sedemikian rupa sehingga manajemen kehilangan informasi vital
yang esensial untuk melaksanakan tanggungjawabnya.
g) Laporan harus memberi angka-angka yang dapat diperbandingkan (perbandingan
antara angka aktual dengan anggaran, atau antara standar yang ditentukan dengan hasil
aktual) harus menunjukkan varians-varians yang terjadi.
h) Laporan harus bersifat analisis.
i) Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan baik dalam unit fisik maupun
dalam nilai uang, sebab informasi dalam nilai uang mungkin tidak relevan bagi
pengawas yang tidak mengerti bahasa akuntansi. Juga nilai uang mungkin lebih sulit
dibandingkan dari waktu ke waktu karena adanya dampak inflasi.
j) Laporan dapat cenderung menonjolkan keefisiensian dan ketidak efisiensian dalam
departemen-departemen. Harus diperhatikan agar laporan semacam itu tidak
mengakibatkan kegiatan departemen diarahkan untuk membuat penampilan yang
baik tanpa mempedulikan efeknya pada keseluruhan organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Contoh laporan pertanggungjawaban pada pusat biaya pada perusahaan manufacture:

Gambar 2.3
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Pada Pusat Biaya

Universitas Sumatera Utara

B.

Pengendalian Biaya
Menurut Carter, Usry (2006:14): Tanggung jawab atas pengendalian biaya sebaiknya

diberikan kepada individu-individu tertentu yang juga bertanggung jawab untuk menganggarkan
biaya yang berada di bawah kendali mereka. Setiap tanggung jawab manajer sebaiknya dibatasi
pada biaya dan pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer tersebut, dan kinerja secara
umum diukur dengan membandingkan antara biaya dan pendapatan aktual terhadap anggaran.
Sistem

yang

didesain

untuk

mencapai

tujuan

tersebut

disebut

sistem

akuntansi

pertanggungjawaban (responsibility accounting system).


Untuk membantu dalam mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan
jumlah biaya yang telah ditetapkan sebelumnya yang disebut biaya standard (standard cost).
Biaya standar juga dapat dijadikan dasar untuk anggaran dan laporan biaya.
Aspek penting lain dari pengendalian biaya adalah identifikasi dari biaya aktivitas yang
berbeda dibandingkan biaya dari departemen dan produk yang berbeda. Dalam setting produksi
yang kompleks, sering. kali sejumlah kecil dari total aktivitas yang sesungguhnya memberikan
nilai terhadap output final: Aktivitas-aktivitas lainnya, disebut aktivitas tidak bernilai tambah
(non-value-added activities), umumnya adalah hasil dari kompleksitas setting produksi dan
tidak spesifik terhadap produksi satu produk atau jasa tertentu. Contoh-contoh dari aktivitas
tidak bernilai tambah dalam suatu pabrik adalah aktivitas untuk mengambil, menangani dan
memindahkan material, memperlancar, menyimpan persediaan, dan mengerjakan kembali unitunit defektif. Pelaporan biaya aktivitas tidak bernilai tambah adalah langkah awal untuk
mengurangi atau menghilangkan aktivitas tersebut.

Universitas Sumatera Utara

C.

Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat bantu Manajemen Dalam


Pengendalian Biaya.
Menurut Prawironegoro dan Purwati (2008:85): Aktivitas utama manajemen adalah

mencari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Aktivitas itu harus dikelola secara
rasional berdasar perhitungan pengorbanan dan manfaat atau cost benefit ratio. Setiap
aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbannya, karena setiap
aktivitas adalah biaya.
Manajemen berdasar aktivitas ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan tujuan organisasi melalui proses
perbaikan terus-menerus. Perbaikan itu meliputi bidang:
a) Alat kerja, yaitu mengikuti perkembangan teknologi
b) Metode kerja, yaitu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
c) Tenaga kerja, yaitu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan
d) Sasaran kerja, yaitu mengikuti kebutuhan dan keinginan konsumen
Tingkat harga, yaitu mengikuti daya beli konsumen
e) Kualitas produk, yaitu mengikuti kebutuhan pelanggan
f) Kualitas pelayanan pelanggan, yaitu melayani keinginan dan keluhan pelanggan
Dalam hal ini akuntansi pertanggungjawaban merupakan alat yang dipakai untuk
mengendalikan biaya, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban biaya-biaya dilaporkan
menurut pusat pertanggungjawaban tertentu.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam
proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi ini menekankan
hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan
dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap

Universitas Sumatera Utara

manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang
bertanggung jawab.
Setiap manajer harus melaporkan hasil dari perencanaan tersebut supaya dapat
dilakukan pengendalian. Laporan berisi tentang perbandingan anggaran dan realisasi yang
merupakan alat bantu pengendalian.
Oleh karena itu biaya ini harus dapat dikendalikan pengeluarannya, karena tanpa
adanya pengendalian maka jika terjadi penyimpangan terhadap biaya dalam perusahaan akan
mengakibatkan perusahaan menderita kerugian.
Salah satu alat untuk mengendalikan penggunaan biaya dalam perusahaan adalah
akuntansi pertanggungjawaban, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban terdapat struktur
organisasi perusahaan secara terperinci sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk
mendelegasikan wewenang kepada manajer yang ada dibawahnya, dan apabila terjadi
penyimpangan dalam penggunaan biaya tersebut maka dapat dengan mudah pimpinan
perusahaan untuk mencari siapa yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang terjadi
dalam biaya tersebut. Selain untuk memudahkan pendelegasian wewenang dalam akuntansi
pertanggungjawaban ini juga terdapat penyusunan anggaran biaya yang dilakukan oleh tiaptiap departemen sehingga pihak departemen dapat mengendalikan biaya tersebut sesuai
dengan anggaran yang telah dibuatnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai