Anda di halaman 1dari 28

PENGENDALIAN

MANAJEMEN DALAM
ORGANISASI
TERDESENTRALISASI
Nimas Putri Widya N
Muhammad Pasha N
Muhammad Adam Adiba
Arisa May Hidayat
Talitha Devina A
SENTRALISASI VS DESENTRALISASI

 Kosentrasi otoritas pengambilan keputusan yag hanya tertuju pada tingkat


tertinggi organisasi disebut sentralisasi
 pendelegasian otoritas pengambilan keputusan ketingkat yang lebih rendah
disebut desentralisasi.
Matriks Kinerja dan Pengendalian
Manajemen
 Faktor penting dalam merancang system pengendalian manajemen yang
terdesentralisasi adalah bagaimana matriks kinerja system mempengaruhi
insentif manajer.

 Insentif adalah penghargaan, baik implisit maupun eksplisit , atas upaya


dan tindakan manajerial.

 Matriks kinerja (performance matrix) adalah ukuran spesifik atas


pencapaian manajemen.
Teori Agensi, Kinerja, dan Penghargaan
 Teori agensi (agency teory) menyediakan model untuk menganalisis hubungan di
mana satu pihak (principal) mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke
pihak lain (agen). Teori agensi bermanfaat untuk menganalisis situasi dimana ada
keselarasan tidak sempurna antara informasi, dan tujuan principal serta agen.

 Hubungan antara hasil dan matriks kinerja serta penghargaan merupakan fitur
penting dari system pengendalian manajemen. Meskipun pentingnya hubungan
eksplisit sudah jelas , hubungan implisit juga penting.

 Penghargaan mungkin bersifat moneter dan nonmoneter. Contoh penghargaan


moneter termasuk kenaikan gaji dan bonus. Contoh pengahrgaan nonmoneter
termasuk pujian, kantor yang baik, dan hak istimewa.
Teori Agensi dan Resiko

 Walaupun matriks kinerja yang ideal itu sulit dicapai, teori agensi dapat memandu perancangan
system untuk mengaitkan matriks kinerja dan penghargaan. kontrak ketenagakerjaan akan merinci
matriks kinerja dan bagaimana hal itu akan memperngaruhi penghargaan.

 Menurut teori agensi , kontrak ketenagakerjaan harus menyeimbangkan 3 faktor:

 Insentif : Semakin besar penghargaan manajer bergantung pada matriks kinerja, semakin besar
insentif bagi manajer untuk mengambil tindakan yang memaksimalkan ukuran tersebut.

 Risiko: Semakin besar faktor yang tidak dapat dikendalikan mempengaruhi penghargaan
manajer , semakin besar risiko yang ditanggung manajer.

 Biaya pengukuran kinerja: Insentif versus trade off risiko tidak diperlukan jika kinerja manajer
yang dapat dikendalikan tanpa diukur karena manajer sepenuhnya dapat mengendalikan
kinerjanya sendiri, pengukuran kinerja yang baik akan mengeliminasi resiko bagi manajer.
BIAYA DAN MANFAAT DESENTRALISASI
 Manajer “lokal” sering kali memiliki informasi yang berkaitan dengan kondisi
lokal ketimbang manajer tingkat yang lebih tinggi.

 Dalam organisasi yang terdesentralisasi, ide inovatif untuk meningkatan kinerja


kecil kemungkinannya dibagi diantara unit. Manajer lokal organisasi yang
terdesentaisasi juga cendrung memperbanyak jasa yang mungkin lebih murah jika
terdesentralisasi

 Desentralisasi lebih populer di organisasi pencari laba ketimbang di organisasi


yang nirlaba karena di organisasi laba dimana akuuntan dapat lebih mudah
mengukur output dan input sedangkan di organisasi nirlaba dimana ukuran
kinerja yang dapat diandalkan lebih sulit ditemukan, sehingga pemberian
kebebasan kepada manajer lebih beresiko
 Jika manajemen telah memutuskan untuk mendukung desentralisasi, maka
otonomi segmen yaitu pendelegasian otoritas pengambilan keputusan
kepada manajer segmen organisasi juga sangat penting. Akan tetapi agar
desentralisasi berjalan lancar otonomi tersebut harus riil, bukan hanya lip
service. Manajer puncak harus bersedia mematuhi keputusan yang dibuat
oleh manajer segmen dalam situasi apapun.
PUSAT PERTANGGUNG JAWABAN DAN
DESENTRALISASI
 Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan salah satu
segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian
kegiatan-kegiatan tertentu.
 Racangan pengendalian manajemen harus mempertimbangkan dua dimesi
pengendalian yang terpisah
1. Tanggung jawab manajer
2. Jumlah otonomi yang mereka miliki
Mengukur Kinerja Segmen

• Ukuran Laba
• Pengembalian atas Investasi (ROI)
• ROI sebagai Hasil dari Pengembalian atas Penjualan dan Perputaran Investasi
• Mengukur Investasi
• Penilaian Aset
• Insentif dari ROI
Ukuran Laba

Ukuran laba siap tersedia dari sistem pelaporan keuangan di


setiap tingkat organisasi di mana perusahaan dapat
mengidentifikasi pendapatan dan beban, seperti perusahaan
anak, divisi, atau unit bisnis.

Akan tetapi, ukuran laba dapat menciptakan insentif untuk


terlalu sempit berfokus pada laba tanpa mempertimbangkan
sumber daya yang diperlukan demi menghasilkan laba.
Pengembalian atas Investasi (ROI)

Pengembalian atas investasi adalah ukuran profitabilitas yang


lebih komprehensif yang memperhitungkan investasi yang
diperlukan untuk menghasilkan laba.

𝑙𝑎𝑏𝑎
ROI =
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

ROI memfasilitasi perbandingan kinerja suatu unit dengan segmen


lain dalam suatu perusahaan atau dengan unit serupa di luar
perusahaan.
ROI sebagai Hasil dari Pengembalian atas
Penjualan dan Perputaran Investasi
Seperti ditunjukkan di persamaan berikut, kita dapat menulis ROI sebagai hasil
dari dua item : pengembalian atas penjualan (return on sales) yaitu laba dibagi
dengan pendapatan, dan perputaran modal (capital turnover) yaitu pendapatan
dibagi dengan modal yang diinvestasikan

𝑙𝑎𝑏𝑎
Pengembalian atas investasi =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
= x
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛

= pengembalian atas penjualan x perputaran modal


Mengukur Investasi

Dalam setiap investasi akan ada beberapa alternatif ukuran


investasi, masing-masing alternatif ukuran investasi tersebut
dipasangkan dengan ukuran laba yang menghasilkan ukuran ROI
tertentu.

Untuk mengukur kinerja segmen, perusahaan biasanya


mengandalkan ROA karena tidak mungkin mengukur investasi oleh
pemegang saham secara terpisah bagi segmen. Lebih lanjut, ROA
berfokus pada seberapa baik manajer divisi menggunakan asetnya
tanpa memandang cara membiayainya.
Penilaian Aset

 Termasuk ke dalam nilai buku kotor (gross book value) atau


nilai buku bersih (net book value)

 Menilai aset baik pada biaya historis maupun beberapa versi


biaya saat ini.

 Memilih nilai buku kotor atau bersih

 Memutuskan apakah akan mengukur aset pada nilai awal


periode, nilai akhir periode, atau pada rata-rata nilai selama
periode berjalan.
Insentif dari ROI

Walaupun evaluasi berdasarkan ROI menyebabkan manajer


mempertimbangkan baik laba maupun investasi dalam
keputusannya, hal itu mungkin belum menyelaraskan insentif
manajer dengan tujuan perusahaan

Evaluasi kinerja berdasarkan ROI mungkin menyediakan


insentif yang tidak tepat bagi manajer untuk menolak
kesempatan investasi yang menguntungkan atau menerima
kesempatan investasi yang tidak menguntungkan.
Laba Ekonomi dan Nilai Tambah
Ekonomi (EVA)
 Laba ekonomi yang juga disebut laba residu didefinisikan sebagai laba operasi
bersih setelah pajak dikurangi beban modal.
 Laba operasi bersih setelah pajak (net operating profit after tax = NOPAT)
adalah laba sebelum beban bunga tetapi setelah pajak.

 Beban modal (capital charge) adalah rata-rata tertimbang biaya modal


perusahaan dikalikan dengan rata-rata modal yang diinvestasikan
 Biaya modal adalah biaya kewajiban jangka panjang setelah pajak dan ekuitas
pemegang saham yang ditimbang oleh ukuran relatifnya.
Sebagai contoh divisi dengan laba operasi bersih setelah pajak sebesar $250.000
rata-rata modal yang diinvestasikan untuk tahun tersebut sebesar $1.000.000 dan
biaya modal setelah pajak sebesar 10% memiliki laba ekonomi sebesar ?

Jawab :

Laba operasi bersih divisi setelah pajak $250.000


Dikurangi beban rata-rata modal yang
diinvestasikan(0,10x$1.000.000) 100.000
Laba ekonomi (laba residu) $150.000
Ada cara yang berbeda untuk menghitung laba ekonomi,yang bergantung pada
seberapa tepat perusahaan memilih mendefinisikan istilah yang digunakan yakni nilai
tambah ekonomi (economic value added = EVA)

EVA = NOPAT yang disesuaikan – (rata-rata tertimbang biaya modal x rata-rata modal
yang diinvestsikan yang disesuaikan)
Ukuran EVA Stern Stewart melibatkan penyesuaian NOPAT dan modal yang
diinvestasikan. Contoh penyesuaian tersebut meliputi hal hal berikut :

1. Menggunakan pajak yang dibayar dan bukan beban pajak

2. Mengkapitalisasi dan bukan membebankan biaya penelitian dan pengembangan


sebagai asset

3. Menggunakan FIFO untuk penilaian persediaan

4. Jika mengurangi beban bunga ketika menghitung laba operasi,perusahaan harus


menambahkan kembali beban bunga setelah pajak untuk menemukan NOPAT.
Insentif dari Laba, ROI , atau Laba Ekonomi
 ROI menyediakan insentif bagi manajer segmen untuk memperhitungkan biaya
sumber daya yang digunakan demi menghasilkan laba .

 Beberapa perusahaan lebih suka laba ekonomi (EVA) ketimbang ROI, karena
ROI dapat memotivasi manajer segmen untuk mengambil keputusan investasi
yang bukan kepentingan terbaik perusahaan secara keseluruhan.

 Sebaliknya jika perusahaan menggunakan laba ekonom (atau EVA) sebagai


matriks kinerja , manajer memiliki insentif untuk hanya berinvestasi dalam
proyek-proyek yang menghasilkan lebih besar dari biaya modal karena hanya
proyek-proyek tersebut yang meningkatkan laba ekonomi divisi.
 Pertimbangkan 2 divisi perusahaan , divisi X dan Y

 Divisi X sedang mempertimbangkan proyek A yang akan menghasilkan 15% per


tahun atas investasi sebesar $500.000 atau $75.000 per tahun. Divisi Y sedang
mempertimbangkan proyek B yang akan menghasilkan 7% per tahun atas
investasi sebesar $800.000, atau $ 56.000 per tahun.
 Misalkan evaluasi kinerja didasarkan pada ROI ,

 Apakah manajer divisi X akan berinvestasi di proyek A ? Tidak. Walaupun


proyek A menghasilkan pengembalian sebesar 15% (yang berarti di atas
biaya modal 10%) , hal itu akan menurunkan ROI divisi X dari 20%
menjadi 18,3% .

 Apakah manajer divisi Y akan berinvestasi pada proyek B ? Ya. Walaupun


proyek B menghasilkan pengembalian sebesar 7% (yang dibawha biaya
modal 10%) , hal itu akan meningkatkan ROI divisi Y dari 5% menjadi 6%.

 Jadi , evaluasi kinerja berdasarkan ROI akan menyebabkan divisi X


menolak proyek dengan pengembalian 15% dan divisi Y menerima proyek
dengan pengembalian 7%.
 Misalkan evaluasi kinerja didasarkan pada laba ekonomi.

 Untuk divisi X , berinvestasi di proyek A akan mengubah laba ekonomi dari


$100.000 menjadi $125.000 . Kenaikan laba ekonomi sebesar $25.000 ini
merupaka pengembalian tahunan sebesar $ 75.000 dari proyek baru
dikurangi biaya modal tahunan sebesar $50.000 untuk proyek baru. Manajer
divisi X akan menerima proyek A.

 Bagi divisi Y , berinvestasi di proyek B akan mengubah laba ekonomi dari $-


40.000 menjadi $-64.000. Penurunan sebesar $24.000 ini adalah
pengembalian tahunan sebesar $56.000 dari proyek baru dikurangi biaya
modal tahunan sebesar $80.000 untuk proyek baru. Jadi manajer menolak
proyek B.
Penetapan Harga Transfer

 Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga perpindahan barang antara
dua pusat laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga
transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.
 Sedangkan dalam arti luasnya harga transfer dapat didefenisikan suatu
penentuan harga barang atau jasa yang ditransfer kepada antar pusat
pertanggung-jawaban dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggung jawabannya.
TUJUAN PENETAPAN HARGA TRANSFER

 Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk


menentukan imbal-balik yang optimum antara biaya dan pendapatan
perusahaan.
 Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita, maksudnya system
harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba
unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
 Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
 Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola
METODE PENENTUAN HARGA TRANSFER

Cost Method
 Dalam metode ini besarnya harga transfer atas barang dan/atau jasa ditentukan berdasar
cost dengan menambah sejumlah mark up. Metode ini diterapkan bila harga pasar tidak
tersedia atau kurang akurat. Untuk itu biasanya diterapkan standar cost yang sudah
disepakati antar unit yang menjual dan unit yang membeli.
Market Method
 Dalam metode ini prinsipnya harga transfer atas barang dan/atau jasa ditentukan berdasar
Harga Pasar ( Replacement Cost ). Metode ini dianggap yang terbaik untuk mengukur kinerja
pusat pertanggung jawaban, sebab mencerminkan profitabilitas produk dan/atau jasa serta
memacu pertanggungjawaban untuk bekerja secara kompetitif. Metode ini diterapkan pada
kondisi intermediate market, cukup bersaing dan ketergantungan antar unitnya minimal.
Negotiation Method
 Dalam metode ini besarnya harga transfer ditentukn oleh Negoisasi antar pusat laba yang
bertransaksi dan berbagai pusat laba itu diasumsikan memiliki tingkat pengendalian yang
memadai atas pertanggungjawabannya sehingga bargaining position-nya jugadianggap
berimbang.
Contoh

 PT Batu Halak dengan dua divisi yang saling melakukan transaksi, yaitu divisi
Penjual (A) dan divisi pembeli (B). Divisi A bekerja dengan full capacity dan
menjual produknya ke pasar luar. Juka divisi A tidak menjual kepada pasar
luar atau dijual ke divisi B maka divisi A dapat menghemat biaya pemasaran
dan distribusi $ 700/unit. Perusahaan bekerja selama 250 hari/tahun dan
informasi kedua divisi adalah sebagai berikut :
Divisi A Divisi B
 Unit terjual per hari 50 unit 40 unit
 Per tahun 250 hari 12.500 10.000
 Harga jual $ 40 $ 500.000 $ 400.000
 Biaya manufaktur variabel 200.000 120.000
 Biaya distribusi variabel 10.000 15.000
 Biaya tetap/tahun $ 120.000 $ 110.000

Kedua divisi sepakat melakukan harga transfer negosiasi dengan menjual produk dari divisi A ke divisi B, maka divisi
tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran dan distribusi variabel.
Harga transfer minimum:
$ 500.000 - $ 10.000 = $ 490.000, atau per unitnya $ 490.000/12500 = $ 39,20

Harga transfer maksimum :


$ 50.000, atau per unit $ 50.000/12500 = $ 40/unit

Kedua divisi hendak merealisir harga transfer negoisasi yang sudah disepakati yaitu :
($ 40 + $ 39,20)/2 = $ 39,60

Anda mungkin juga menyukai