Anda di halaman 1dari 18

PETUNJUK

PERENCANAAN TEKNIS JALAN DESA

NO. 007/T/Bt/l995

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA


DIREKTORAT

PEMBINAAN TEKNIK

PRAKATA

Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek Program Pembangunan Prasarana


Pendukung Desa Tertinggal dalam mendukung program Pemerintah untuk pengentasan
kemiskinan di desa-desa tertinggal pada PJP-II, Direk-torat Jenderal Bina Marga Departemen
Pekerjaan Umum telah berusaha menyusun beberapa buku petunjuk teknis sederhana antara lain
buku "Petunjuk Perencanaan Teknis Jalan Desa".
Buku ini berisi pedoman dalam mempersiapkan rencana teknis untuk peningkatan dan
pembuatan jalan baru di daerah pedesaan agar diperoleh dokumen-dokumen proyek yang
seragam.
Menyadari akan belum sempurnanya buku ini, pendapat dan saran dari semua pihak
terutama pemakai, sangat kami harapkan guna bahan perbaikan dan penyempurnaan.

Jakarta,

Februari 1995

DIREKTUR BINA TEKNIK

MOHAMAD ANAS ALY

DAFTAR ISI
Halaman
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3 Lingkup Pekerjaan Perencanaan Teknis

BAB. II URAIAN PEKERJAAN


2.1. Survai Pendahuluan

2.2. Survai Untuk Peningkatan Jalan


2.2.1. Inventarisasi Jalan Desa

3
3

2.3. Survai Untuk Jalan Baru


2.3.1. Pengukuran Situasi dan Topografi
2.3.2. Penyelidikan Tanah

3
3
5

BAB III PERENCANAAN


3.1. Standar Perencanaan

3.2. Perhitungan Volume dan Perkiraan Biaya


3.2.1. Perhitungan Volume
3.2.2. Perkiraan Biaya

6
6
6

3.3. Penyusunan Laporan Perencanaan Teknis


3.3.1. Perencanaan Teknis dan Perhitungan
3.3.2. Gambar-Gambar Rencana

7
7
7

LAMPIRAN

ii

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakanq
Program prasarana pendukung IDT bertujuan untuk meningkatkan
penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan akses pemasaran,
menciptakan
lapangan
kerja
didesa,
meningkatkan
kemampuan
kelembagaan desa dan masyarakat serta meningkatkan ketrampilan
masyarakat desa dalam perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan
prasarana.
Komponen prasarana yang dimaksud meliputi jalan, jembatan, tambatan perahu
dan penyediaan air bersih/sanitasi, yang kegiatan pelaksanaannya akan
dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat desa melalui
wadah LKMD dan Organisasi Pramuka/Pemuda.
Sesuai dengan mekanisme perencanaan proyek bantuan program prasarana
pendukung IDT yang ada, maka penentuan sasaran dan pembuatan perencanaan
teknis serta perkiraan biaya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Program Tk.II
dibantu Dinas/Instansi teknis dengan/tanpa bantuan Konsultan. Untuk lebih
memudahkan dan menyeragamkan pembuatan perencanaan teknis dimaksud,
Direktorat Jenderal Bina Marga telah berusaha menyiapkan buku Petunjuk
Sederhana untuk Perencanaan Jalan Desa.

1.2.

Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dibuatnya buku ini adalah sebagai pedoman untuk
mempersiapkan rencana teknis yang seragam untuk peningkatan dan pembuatan
jalan baru di daerah perdesaan.

1.3.

Linqkup Pekerjaan Perencanaan Teknis


Pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan Desa ini, meliputi :
1. Survai dan Pengukuran
2. Pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan
3. Pembuatan Laporan
Hasil pekerjaan Perencanaan Teknis mencakup antara lain gambar-gambar
perencanaan, perkiraan volume pekerjaan, laporan, dan foto-foto dokumentasi
sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

BAB. II
URAIAN PEKERJAAN

Perencanaan teknis yang akan dilakukan mencakup pekerjaan


peningkatan dan pembangunan jalan baru di pedesaan. Oleh karena itu
dalam pelaksanaan perencanaan teknis tersebut harus dilakukan
1.
2.
3.
4.
5.

2.1.

Survai Pendahuluan.
Survai untuk Peningkatan Jalan meliputi inventarisasi dan survai laluIintas.
Survai untuk Jalan Baru, meliputi survai topografi, kondisi tanah, dan
keadaan banjir.
Perencanaan Teknis.
Penyusunan laporan.

Survai Pendahuluan
Survai pendahuluan dilakukan guna mendapatkan gambaran yang jelas
akan lingkup pekerjaan. Dalam survai pendahuluan agar dikumpulkan
sebanyak mungkin data yang diperlukan untuk langkah perencanaan lebih
lanjut, antara lain :
1. Data mengenai alinemen jalan dan situasinya serta informasi Iainnya
secara umum
2. Memperkirakan alinemen jalan baru berdasarkan kondisi tanah dan tata
guna lahan
3. Kebutuhan pembebasan tanah bila dibutuhkan
4. Data mengenai sumber material maupun peralatan yang diperlukan
5. Pengambilan foto-foto.B dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang
diperlukan
6. Memperkirakan rencana jadwal pelaksanaan di lapangan
Hasil dari survai pendahuluan berupa laporan hasil peninjauan /
pengamatan lapangan, sketsa situasi jalan yang akan direncanakan, usulan
yang akan dikerjakan, dan dokumentasi.

2.2.

Survai Untuk Peninqkatan Jalan

2.2.1. Inventarisasi Jalan Desa


Mengadakan inventarisasi jalan dan saluran drainase, serta data umum
mengenai kondisi jalan desa yang ada, dengan jarak interval pengamatan
minimal 50 meter maksimal 100 meter.
Yang perlu diperhatikan adalah :
a. Menentukan untuk kedua sisi jalan, apakah diperlukan selokan
samping baru, perbaikan yang ada, atau tidak diperlukan.
b. Bentuk I tipe penampang melintang jalan.
c. Kemiringan melintang dan memanjang jalan
d. Mengukur lebar perkerasan yang ada.
e. Kondisi, jenis, dan lebar perkerasan.
f. Menentukan untuk kedua sisi bahu jalan, apakah diperlukan
perbaikan, peninggian atau pengupasan.
g. Pemakaian lahan kiri-kanan jalan.
h. Bangunan pelengkap, seperti gorong-gorong dan sebagainya.
Untuk survai ini dipergunakan Formulir A terlampir.
2.3.

Survai Untuk Jalan Baru

2.3.1. Pengukuran Situasi dan Topografi


Pengukuran Topografi dilakukan sepanjang sumbu (as) rencana jalan
serta daerah-daerah sekitarnya yang diperlukan dalam rencana detail,
meliputi lebar daerah milik jalan ditambah dengan daerah sebelah kiri dan
kanan jalan dari daerah pengawasan, sesuai dengan kebutuhan untuk
perencanaan teknis.
Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan :
a.

Pengukuran
melintang

situasi,

penampang

memanjang

dan

penampang

1). Pengukuran Situasi


Dipergunakan alat pengukur jarak dan sudut jurusan (theodolit, atau
bila tidak ada dapat dipergunakan pita ukur dan kompas).
Pengukuran situasi harus dilakukan secara cermat, semua data
lapangan bangunan permanen harus diukur misalnya: rumah-rumah
permanen, pinggir bahu jalan, pinggir selokan, tiang listrik (bila ada)
serta bangunan lainnya

2). Pengukuran Penampang Memanjang


Pengukuran penampang memanjang diukur pada sumbu (as) jalan
yang direncanakan.
Titik-titik stasiun diambil untuk setiap jarak 50 m.
Titik-titik tersebut harus diberi patok di lapangan. Untuk
penampang memanjang ini, peralatan yang dipergunakan adalah
alat ukur untuk mengukur jarak dan kemiringan (theodolit, atau kalau
tidak ada dapat dipergunakan pita ukur atau range finder, dan
clinometer). Penampang memanjang dibuat dengan skala 1:1000
untuk horizontal dan skala 1:100 untuk vertikal.
3). Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 100 m pada
bagian yang lurus dan landai, dan setiap jarak 25 m untuk daerah
tikungan. Titik-titik yang perlu diperhatikan adalah bagian
perkerasan, dasar/permukaan selokan, dan bahu jalan. Peralatan
dipergunakan untuk pengukuran situasi dapat dipergunakan untuk
pengukuran penampang melintang.
b. Pemasangan patok-patok untuk titik ikat serta patok-patok
tanda
1). Patok-patok Pengukuran Jalan
a). Titik-titik awal dan titik akhir sumbu jalan/jembatan harus
diikatkanpada titik-titik polygon yang telah dibuat sebelumnya, bila
ada.
b).Titik-titik stasiun yang ada pada gambar perencanaan harus pula
ditentukan kedudukannya di lapangan.
c). Titik-titik penting pada tikungan, yaitu Lurus-Lengkung (CT), Titik
Pertemuan (PI), Lengkung-Lurus (TC) harus ditentukan dengan
teliti. Pada titik-titik tersebut dibuat patok pembantu dan perlu
dipasang 1 patok pada Titik Pertemuannya.
d).Patok polygon dan profit dibuat dari kayu. Pada patok kayu
harus diberi tanda BM dan nomor urut, balk patok polygon maupun
patok profit, dan diberi tanda cat yang diletakkan di sebetah kiri ke
arah jalannya pengukuran.
Khusus untuk profit memanjang titik yang terletak di seberang
sumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat sebagai tanda.
e).Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditetapkan titik
tinggi referensi pada pokok pohon atau titik tetap lainnya yang
permanen dan mudah diketemukan kembali.

2). Perhitungan dan Penggambaran Peta


Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada
kertas milimeter dengan skala 1:10.000 dengan garis ketinggian
interval kurang lebih 1 m.
2.3.2. Penyelidikan Tanah
Kegiatan penyelidikan tanah ini mencakup jenis jenis tanah, lokasi sumber
sumber material yang ada di sekitar proyek, dan perkiraan jumlahnya.
Sejauh mungkin kegiatan penyelidikan tanah dilakukan secara visual.
Penamaan jenis tanah agar menggunakan Bahasa Indonesia, dengan
memberi penjelasan sifat-sifatnya yang ditentukan secara visual, misalnya
warna, keadaan dalam kondisi basah/kering, bau (sisa bahan organis),
lengket, dan sebagainya.

BAB. III
PERENCANAAN

Dalam penetapan trase jalan dianjurkan untuk memanfaatkan semaksimal


mungkin bagian-bagian jalan lama yang masih dalam kondisi baik, sedangkan
dalam perencanaan alinemen horizontal agar dipergunakan lengkung lingkaran
tanpa lengkung peralihan.

3.1.

Standar Perencanaan
Kriteria parameter desain geometri dan perkerasan agar diambil dari
pedomanpedoman yang telah disusun oleh Ditjen Bina Marga Dep.
Pekerjaan Umum sebagai berikut
- "Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan
untuk Pedesaan", jilid IIA dan IIC Pusat Litbang Jalan Dep. PU, 1993.
(Parameter-parameter yang diperlukan antara lain tercantum dalam
lampiran I).
- "Petunjuk Sederhana Pembuatan Jalan Tanah/Sirtu." Ditjen Bina
Marga, 1995.
- Tebal perkerasan untuk konstruksi jalan ditetapkan
x
Tanah/Sirtu = 10 cm
x
Telford = 15-20 cm

3.2.

Perhitunqan Volume dan Perkiraan Biava 3.2.1. Perhitungan Volume


Untuk setiap jalan harus dihitung perkiraan volume pekerjaan untuk tiap
bagian dan dikelompokkan ke dalam beberapa pekerjaan utama, yaitu
Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Perkerasan, dan
Pekerjaan Lain-lain.

3.2.2. Perkiraan Biaya


Perkiraan biaya dilakukan berdasarkan Harga Satuan setempat (Kabupaten).

3.3.

Penvusunan Laporan Perencanaan Teknis


Dalam tahap Perencanaan Teknis kegiatan terbagi atas :

3.3.1. Perencanaan Teknis dan Perhitungan


a. Penetapan alinemen rencana jalan dengan memperhatikan desain
standar yang telah ditetapkan.
b. Penetapan rencana konstruksi perkerasan.
c. Rencana drainase baik saluran memanjang maupun saluran melintang.
3.3.2. Gambar-Gambar Rencana
a. Rencana diplot di atas peta situasi I lay-out dengan letak jalan lama dan
baru pada daerah cukup lebar sehingga jelas kedudukan jalan tersebut.
Yang perlu digambar jelas adalah rencana yang akan dikerjakan.Untuk
membedakan dengan jalan yang ada (existing), maka jalan yang ada
perlu ditunjukkan dengan garis terputus-putus.
b. Gambar Situasi dibuat dengan perbandingan yang proporsional dengan
menampilkan informasi umum di sekitar jalan tersebut.
c. Penampang memanjang digambar di bawah gambar situasi tersebut
pada butir b) di atas, dengan skala horizontal 1:1000 dan skala vertikal
1:100
d. Penampang melintang rencana jalan dibuat secara tipikal
e. Bagian Struktur Gambar yang mencakup semua detail serta bagian
konstruksi harus jelas dan proporsional sehingga semua bagian dapat
terlihat, dan dapat digunakan untuk perhitungan volume pekerjaan. Bila
ada, dapat dipergunakan gambar-gambar standar.
f. Kelengkapan-kelengkapan lainnya berupa
- Lembar Judul
- Gambar Lokasi Proyek
- Daftar Perkiraan Kuantitas dan Harga
- Standar-Standar dari bangunan struktur dan bangunan pelengkap l
ainnya.
g. Contoh Gambar Rencana untuk proyek pembangunan jalan desa,
tercantum dalam lampiran II.

LAMPIRAN 1
KRITERIA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DESA

JENIS PERKERASAN

KERIKIL /TELFORD / TANAH

KEMIRINGAN MEDAN (TERRAIN)

DATAR

BUKIT

DISARANKAN

40

20

MINIMUM

20

20

10

3.5

3.5

15

1.5

6.5

6.5

MINIMUM (M)

30

15

e maksimum = 10 %

10

10

KECEPATAN RENCANA (Km/jam)

KELANDAIAN (%)
LEBAR PERKERASAN (M)
LEBAR BAHU JALAN (M)

DISARANKAN
MINIMUM

LEBAR BADAN JALAN (M)


JARI JARI LENGKUNGAN

DAERAH MILIK JALAN


(DAMIJA)

DISARANKAN

MINIMUM

65M

KEMIRINGAN MELINTANG

PERKERASAN

NORMAL

BAHU JALAN

4-6 %
4-6 %

LAMPIRAN II

CONTOH GAMBAR RENCANA

PERKIRAAN KUANTITAS DAN HARGA


NO

MATA PEMBAYARAN

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN( HARGA


Rp)

I.

PERSIAPAN

1.1

pembersihan

M2

II

DRAINASE

2.1

Membuat Galian Parit

M3

2.2

Gorong gorong kayu

M1

III

PEKERJAAN TANAH

3.1

Pengupasan Tanah dan Pembersihan Semak

M3

3.2

Membetuk badan jalan dengan galian tanah

M3

biasa
3.3

Membentuk badan jalan dengan timbunan

M3

Tanah biasa

IV

LAPIS PONDASI

4,1

Lapis Sirtu

M3

4,2

Lapis TELFORD

M3

V.

LAPIS PERMUKAAN

5.1

Lapis permukaan Tanah

M2

5.2

Lapis permukaan sirtu

M2

V I.

LAIN LAIN

6.1

Pasangan Batu

M3

6.2

Bronjong

M1

TOTAL (Rp)

DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA

1).

Pemrakarsa

2).

Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga


Tim Penyusun

3).

Sub Direktorat Penyusunan Standar


Tim Pembahas

1.

Ir. Sukawan Mertasudira, MSc..

Direktorat Bina Teknik

2.

Ir. Buddy Darma Setiawan, MSc.

Direktorat Bina Teknik

3.

Ir. Jawali Marbun, MSc.

Direktorat Bina Teknik

4.

Ir. Nawawi , MSc .

Direktorat Bina Teknik

5.

Ir. Utang Kadarusman

Direktorat Bina Teknik

6.

Ir. Dendi Pryandana

Direktorat Bina Teknik

7.

Jumiran, BE.

Direktorat Bina Teknik

8.

Ir. Wahyu Widodo

Direktorat Bina Teknik

Anda mungkin juga menyukai