BAHAN AJAR
SESPIM POLRI
2015
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai hasil pemikiran filosofik sudah barang tentu mengandung
sejumlah kebenaran filosofik,
cara pandang untuk membangun dan menjalankan negara. Seperti lazimnya setiap negara
memiliki ideologi berupa nilai nilai dasar yang dijadikan semangat dalam membangun
dan penyelenggaraan kehidupan bernegara. Setiap negara memiliki ideologi sesuai dengan
cara pandang dari bangsanya. Berbagai ragam ideologi, dapat dibedakan dari sumbernya,
proses perumusannya serta model penggunaan dan implementasinya. Unsur tersebut
membentuk karakteristik ideologi tersebut, Pancasila selain sebagai dasar negara, juga
memiliki kedudukan sebagai ideologi negara. Dilihat dari sifat dan karakteristik ideologi,
maka Pancasila dapat dikategorikan sebagai ideologi terbuka yang memiliki kekuatan
untuk memberikan landasan semangat visi dalam membangun dan menyelenggarakan
negara untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian memiliki kekuatan aktualisasi dalam
berbagai perubahan.
sebagai ideologi terbuka dan bagaimana kekuatan dan implikasinya terhadap hak dan
kewajiban warga negara dan secara khusus terhadap penyelenggaraan tugas pokok POLRI
Sementara itu Pancasila selain kedudukannya sebagai dasar negara, dalam
kaitannya dengan hukum adalah merupakan sumber hukum, demikian dalam perspektif
etika adalah merupakan etika politik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan landasan atau
Pedoman tingkah laku seperti pengambilan keputusan para penyelenggara Negara
dan pelaksana pemerintahan. Selain itu tetap memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur serta memegang teguh cita-cita moral bangsa Pancasila sebagai sumber nilai.
Menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang menolak segala bentuk penindasan,
penjajahan dari satu bangsa terhadap bangsa yang lain Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber
acuan dalam menyusun etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia Dengan
kata lain, Pancasila sebagai paradigma pembangunan yaitu sebagai kerangka pikir, sumber
nilai, orientasi dasar, sumber asas, arah, tujuan dari perkembangan perubahan dan proses
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai landasan pembangunan politik yang
prakteknya menghindarkan praktek politik tidak bermoral dan tidak bermartabat sebagai
bangsa yang memiliki cita-cita moral dan budi pekerti yang luhur Pancasila sebagai
paradigma pembangunan, moral norma dan
Kajian lainnya yang penting berkenaan dengan Pancasila sebagai Etika Politik.
Nilai -Nilai dasar
yang
terkandung
pada filsafat
pemahaman tentang konsep -konsep dan teori- teori yang terkandung dalam Pancasila
sebagai ideologi terbuka,
mengidentifikasi
makna hakiki
pengembangannya dalam
TRIBRATA, CATUR KARYA dan TUGAS POKOK POLRI. Oleh karena itu secara
khusus setelah mempelajari modul ini, Anda dapat melakukan hal-hal sebagai berikut;
Pancasila
sebagai
Etika
politik
landasan
sistem
politik
SEBAGAI
ETIKA
POLITIK
DALAM
PERSPEKTIF
A. Tujuan Pembelajaran
dan
B. Petunjuk Pembelajaran
1. Pelajari secara seksama Tujuan Pembelajaran dan konsepkonsep pokok materi bahan ajar,
2. Pelajari
pertanyaan
jawaban
sementara
atas
pertanyaan
dilengkapi
tersebut
yang
dan
tujuan pembelajaran an
4. Lakukan diskusi dengan menggunakan pendekatan ilmiah
dalam pemecahan masalah yang dipilih berkait sebagai
bahan dalam pengembangan
Mind Mapping
peningkatan
Tribrata, dan
C. KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
1. Makna Ideologi
pengertian ideologi
kepustakaan,
mengatakan
pengertian
dikemukakan
bahwa
ideologi
pakar,
adalah
ideologi
ideology,
para
dan
ditemukan
antara
lain
seperangkat
dalam
kajian
A.S.
Hornby
gagasan
yang
Pancasila
bernegara,
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
sebagai
sarana
pemersatu
masyarakat
yang
dapat
secara cepat.
sebuah pemikiran
untuk
Dalam arti
dukungan
dari
warga
negara
dalam
negara
dan berbangsa
keberhasilannya
sangat
ditentukan
oleh
kekuatan
ditentukan
memiliki kekuatan
terus
sehingga mampu
untuk masa
dan
stabilitas
yang dinamis
yaitu dimensi
fleksibilitas.
realitas,
ideologi
pada
sikap
perbuatan
yang
memperkokoh
daya
dukung
politik.
untuk
memperkokoh
keyakinan
terhadap
nilai-nilai
nama
ideologi
dibenarkan
pengorbanan-pengorbanan
yang
dibebankan kepada masyarakat. Sedangkan isinya tidak hanya nilainilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan
konkret dan operasional yang keras diajukan dengan mutlak. Sedangkan
sosialisasi
dilakukan
secara
indoktrinasi
dengan
menggunakan
kekuasaan negara.
Di lain pihak Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang
terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral
yang
dasarnya bukan
ideologi
mengungkapkan
kaitannya
dengan
keunggulan
dalam kerangka
memperkuat,
penghayatan.
mempermantap
Pancasila
sebagai
dan
ideologi
mengembangkan
terbuka,
memberikan
10
tetap relevan
dan komunikatif
dukung sebagai
Hal ini
berkenaan
kepada
Indonesia
sebagai
negara
yang
dihadapkan
11
nilai-nilai
dasar
Pancasila
yang
bersifat
abadi
dan
hasrat
terbuka
pemikirannya
ke
arah
memperkuat
keyakinan
bahwa
keterbukaan
adalah
untuk
memperkokoh
niat
Pancasila
sebagai
kerangka
ideologi
bersifat
terbuka,
tetap
dalam
dan
dan ideologi
yaitu dimensi
fleksibilitas.
Perlu
realitas,
Dipahami
bahwa
Dimensi
Realitas
nilai
yang
12
dari
waktu
ke
waktu
sehingga
bersifat
dinamis,
demokratis.
Pancasila
memiliki
dimensi
fleksibilitas
karena
memelihara,
sinilah
perlunya
pembelajaran
terus
menerus
untuk
Ideologi tertutup,
melainkan
hasil
musyawarah
dari
konsensus
masyarakat
13
tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga
tidak langsung operasional.
3. Pancasila Ideologi Terbuka dalam Perspektif Sistem Politik
Indonesia
Bagaimana penjelasan secara harfiah tentang sistem ? Sistem
berasal dari bahasa Latin dan Yunani, istilah "sistem" diartikan sebagai
menggabungkan, untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama.
istilah sistem berasal dari bahasa Yunani; sistem, yang disebut sistem
mempunyai pengertian sebagai berikut. (1) Suatu hubungan yang
tersusun
atas
sekian
banyak
bagian
dan,
(2)
Hubungan
yang
mempelajari sesuatu
dalam
membangun
pendekatan, yaitu
mekanisme
mencapai
tujuan
dan
14
studi
tentang
subsistemnya,
negara
secara
sistemik,
meliputi
seluruh
yang tetap satu sama lain serta mewujudkan bagian-bagian itu saling
tergantung
satu
sama
lain.
Sehingga
kerusakan
suatu
bagian
kemungkinan
melihat
kehidupan
politik
dari
15
tersebut
saling
di dunia ini
dalam menentukan
menurut Ramlan Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau
cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat,
dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat. Tampak jelas
bahwa Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar
pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa. Dengan demikian
memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka.
Perhatikan
16
Pancasila sebagai
komunisme
liberalisme
Pancasila.
Selanjutnya
perhatikan
(1996: 190)
pendapat
dalam
mengemukakan
Alfian
bangsa kita
antara lain
ideologi-
17
menghayati
tujuan
Simpulan
1. Ideologi tertutup diciptakan oleh seseorang dan kelompok lebih
bersifat
operasional
untuk
mengubah
dan
mengarahkan
untuk
merupakan nilai-nilai
mengubah dan
mengarahkan
perubahan,
koridor
penafsiran
implementatif
18
subyek pendukungnya
komunikatif atas
pemikiran-pemikiran
warga
negara
melalui
proses
pendidikan
dan
hasil
keberagaman untuk
nilai-nilai
yang
bersumber
dari
nilai
transendental
kehidupan
yang
bernegara.
teruji
dalam
Mengandung
pengalaman
nilai-nilai
dasar
berbangsa
yang
dan
memberikan
Merupakan nilai-nilai
warga
masyarakat
sebagai
subyek
dari
pendukungnya
Sosialisasinya
atas
kesadaran
warga
negara
19
politik
sebagai
warga
negara
yang
baik.
sebagai
kehidupan
subyek
berbangsa
dalam
dan
membangun
bernegara
dalam
kecerdasan
kehidupan
keterbukaan
dalam
kerangka
memperkokoh
dan ideologi
TUGAS PEMBELAJARAN
Diskusikan dalam kelompok tema dan masalah sebagai berikut;
20
1.
Kemukakan pengertian
keberhasilan
bangsa
dalam
membangun
negaranya
berbagai
negara
dan
bangsa
dalam
tataran
internasional.
4. Identifikasi Pancasila sebagai ideologi terbuka dari aspek, sumber
kebenaran,
cara
berpikir
menemukan
kebenaran,
proses
keunguan
Pancasila
terbuka
dalam
perspektif
POLRI
21
22
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PANCASILA SEBAGAI
A. Pendahuluan
23
Negara
filsafat
Pancasila.
Terutama
untuk
teori
dan
paham
konstitusi
seperti
dan nilai.
kemudian
diwujudkan
secara
rinci
dalam
kaidah
yang
24
memberikan petunjuk jelas apa yang harus diperbuat dan apa yang
harus tidak boleh diperbuat dan diperkuat dengan memuat jenis serta
bentuk sangsi manakala norma tersebut dilanggar.
Untuk
Berdasarkan
kultural
Pancasila .
kejahatan.
Etika
politik
dengan
demikian,
memiliki
tujuan
menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan sebaliknya. Apa
standar baik itu?
25
navran.com/
article-values-morals-ethics.
mengartikan
Diperlukan penguatan
kehancuran.
politik
bisa terjadi
26
Artinya rakyat warga negara hanya diberi harapan tanpa realisasi. Inilah
yang membuat publik kurang percaya pada aktor dan lembaga politik.
Keadaan kita sungguh-sungguh kehilangan daya untuk memperbarui
dirinya.
Etika
politik
yang
berpijak
pada
Pancasila
dapat
orientasi perubahan lebih kuat dan amat membeci sistem yang lama
tanpa menguji yang bahwa yang baru lebih baik. Dengan demikian
dikhawatirkan terjadi kemunduran etika politik para elite dalam setiap
prilaku politiknya membuat.
etika politik
kelompoknya
saja.
Kepentingan
bangsa,
menurut
berpikir
demikian.
Implikasinya
perlu
dikembangkan
etika
yang
yang
27
mata para politisi kita tentang akan dibawa ke mana bangsa ini, karena
semua merasa benar sendiri, dan tidak pernah mau menyadari di balik
pendapat yang ia nyatakan, mengandung kekurangan yang bisa ditutup
oleh pendapat kelompok lain. Prinsip menerima kebenaran pendapat
lain sudah mati, dan tertimbun oleh arogansi untuk menguasai
kelompok lain.
Memang
benar
alam
raya
ini
penuh
dengan
arah manakah etika politik akan dikembangkan oleh para politisi produk
reformasi ini? Dalam praktek keseharian, politik seringkali bermakna
kekuasaan yang serba elitis, dari pada kekuasaan yang berwajah populis
dan untuk kesejahteraan masyarakat. Politik identik dengan cara
bagaimana kekuasaan diraih, dan dengan cara apa pun, meski
bertentangan dengan pandangan umum. Karena itulah, di samping
aturan legal formal berupa konstitusi, politik berikut prakteknya perlu
pula dibatasi dengan etika politik. Etika politik digunakan membatasi,
meregulasi,
melarang
dan
memerintahkan
tindakan
mana
yang
28
yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah
diabaikan. Akibatnya ada dua hal pudarnya nilai-nilai etis yang sudah
ada, dan tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan
moralitas publik. Untuk memaafkan fenomena tersebut lalu berkembang
menjadi budaya permisif. Semua serba boleh, bukan saja karena aturan
yang hampa atau belum dibuat, melainkan juga disebut serba boleh,
karena untuk membuka seluas-luasnya upaya mencapai kekuasaan (dan
uang) dengan mudah.
Tanpa kita sadari, nilai etis politik kita cenderung mengarah pada
kompetisi yang mengabai kan moral. Buktinya, semua harga jabatan
politik setara dengan sejumlah uang. Semua jabatan memiliki harga
yang harus dibayar si pejabat. Itulah mengapa para pengkritik dan
budayawan secara prihatin menyatakan arah etika dalam bidang politik
(dan bidang lainnya) sedang berlarian tunggang-langgang (meminjam
Giddens, run away) menuju ke arah jualbeli menggunakan uang
maupun sesuatu yang bisa dihargai dengan uang.
29
etika
Dalam definisi
kecerdasan
30
generik
politik
Indonesia
adalah
mewujudkan
kehidupan
bernegara
dengan
keberhasilannya
mewujudkan
tujuan
fakta-fakta
seperti
kekerasan,
manipulasi,
demokrasi sebagai
kualitas
dan
pertumbuhan
budaya
politik
tersebut.
baik.
Demokrasi menjadi
pilihan yang
dikembangkan oleh
Model
31
kebersamaan.
Ide-ide
yang
gegap-gempita
di
ruang-ruang
demokratisasi, dengan
politik
ditutup demi
kembali
best practice
akan membentuk
32
menjalankan
digunakannya
syariat
kebebasan
agama.
Sebaliknya
berekspresi
mampu
dijadikan
mencegah
jalan
untuk
ini
diperlukan
pencerdasan
warga
negara
yang
memiliki
dasar
tetapi menjadi aktor politik atau politik yang terlibat dalam prosesproses politik, tetapi juga sebagai partisipan aktif. Untuk itu, peluang
warga negara untuk mempengaruhi proses-proses politik harus dijamin
setara. Di sinilah peran dan kedudukan Pancasila sebagai sumber nilai
etika politik untuk dioptimalkan dan diperankan untuk membangun
33
kultur
kemandirian.
Kultur
politik
yang
menggantungkan
manakala
kekuasaan
diagungkan,
maka
kekuatan
34
yang
politik
harus
menekankan
perjumpaan,
pengenalan,
dan
secara
kritis
tentang
latar
belakang
berikut
para
35
berhubungan
pengambilan
dengan
keputusan
menyangkut penilaian
masalah
ataupun
etika
penentuan
di
dalam
tindakan.
proses
Prinsip
ini
hanya
melayani
kepentingan
pribadi
ataupun
kepentingan
pengertian
36
itu
Pancasila
merupakan
gagasan
fundamental
tentang
perbuatan untuk
(kaidah bernegara),
warga negara
Pokok POLRI
Perlu dipahami bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa dan
dasar negara kita. Sebagai sebuah bangsa yang bernegara perlu
memiliki ideologi yang kokoh atas dasar keberagaman dan perbedaan
sebagai realitas sosiologis.
37
38
39
Selanjutnya
tentang
politik.
Humaniora
dan
Kemudian
pengertian,
kedudukan
Pancasila
tujuan,
dari
konsep
pendidikan
konsep
pendidikan
memperkuat
kualitas
tindakan
dan
politik
dalam
tidak mengalami
40
humaniora
berkaitan
dengan
eksistensi
dan
peran
yang
semuanya
tersusun
dalam
kehidupan
masyarakat
teori
humanistik
tujuan
belajar
adalah
untuk
Pancasila
41
sistem, perilaku, praktek dan aktivitas politik sejak zaman kuno sampai
zaman pertengahan. Itulah sebabnya substansi dan esensi politik
sebetulnya etika itu sendiri dalam perspektif yang lebih luas.
Praktek politik sejak zaman Renaissance sampai dewasa ini lebih
condong kepada pendekatan pragmatis dan realitas
tanpa banyak
seluruh
WNI
dengan
titik
beratnya
pada
aspek
afectif
sehingga
baik
generasi
muda
sebagai
kandidat-kandidat
politik
Negara
Indonesia.
Kepolisian
Republik
Indonesia
dalam
42
dan
tegaknya
hukum,
terselenggaranya
perlindungan,
masyarakat
Dalam
kaitannya
dengan
menjunjung
dengan
tinggi
kehidupan
hak
azasi
bernegara
Polri
terpeliharanya
keamanan
dalam
negeri.
agar
dalam
atau
yang
dianggap
sebagai
wilayah
negara
republik
diperlukan
TRIBRATA
43
kemudian
Polri
yang ditegakan
di
Dengan
dapat
disimpulkan
bahwa
TRIBRATA
Di
bentuk
nilai
karakter
dan
kehormatan
Sebagai
Insan
44
Etika Politik
dan
makna
dan
nilai-nilai
hakiki
sehingga
dapat
dijadikan
tersebut, dalam
2.
3.
45
2.
3.
4.
5.
6.
melakukan
koordinasi,
pengawasan,
dan
pembinaan
teknis
sesuai
dengan
hukum
acara
pidana
dan
peraturan
perundang-undangan lainnya;
8.
9.
10.
melayani
kepentingan
warga
masyarakat
untuk
sementara
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
46
12.
aliran
yang
dapat
menimbulkan
perpecahan
atau
11.
mengeluarkan
surat
izin
dan/atau
surat
keterangan
yang
47
12.
memberikan
bantuan
pengamanan
dalam
sidang
dan
waktu.
Selain
kewenangan
umum
yang
diberikan
oleh
Undang-Undang
melaksanakan
tugas
sesuai
dengan
perundangan
yang
48
mewakili
pemerintah
Republik
Indonesia
dalam
organisasi
kepolisian internasional;
11.
tugas kepolisian.
Dalam bidang penegakan hukum publik khususnya yang berkaitan
dengan penanganan tindak pidana sebagaimana yang di atur dalam
KUHAP, Polri sebagai penyidik utama yang menangani setiap kejahatan
secara umum dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri,
maka dalam proses penanganan perkara pidana Pasal 16 UU Nomor 2
Tahun 2002 tentang Polri, telah menetapkan kewenangan sebagai
berikut;
1. melakukan
penangkapan,
penahanan,
penggeledahan,
dan
penyitaan;
2. melarang
setiap
orang
meninggalkan
atau
memasuki
tempat
49
50
dan peranan
pengertian
Pancasila
sebagai
Etika
Politik
dan
Berkaitan
dengan
Pelembagaan
(KODE ETIK,
TRIBRATA, CATUR
KARYA) TUGAS POKOK
POLRI
Faktor-Faktor
Penyebab
Masalah
Pemecahan
Masalah dan
Tindakan
Profesional
51
52
Wacana
53
54
55
56
57
58
BAB I
ETIKA PENGABDIAN
Pasal 1
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menunjukkan sikap
pengabdiannya berperilaku :
a. Menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota Polri dari dalam hati
nuraninya kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Menjalankan tugas keNegaraan dan kemasyarakatan dengan niat
murni karea kehendak Yang Maha Kuasa sebagai wujud nyata amal
ibadahnya;
c. Menghormati acara keagamaan dan bentuk-bentuk ibadah yang
diselenggarakan masyarakat dengan menjaga keamanan dan
kekhidmatan pelaksanaannya.
Pasal 2
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia berbakti kepada
nusa dan bangsa sebagai wujud pengabdian tertinggi dengan :
a. Mendahulukan kehormatan bangsa Indonesia dalam kehidupannya;
b. Menjunjung tinggi lambang-lambang kehormatan bangsa Indonesia;
c. Menampilkan jati diri bangsa Indonesia yang terpuji dalam semua
keadaan dan
seluruh waktu;
59
masyarakat
dan
60
permintaan
pertolongan
bantuan
dari
61
(2)
perbuatan
yang
dirasakan
merendahkan
g.
Melakukan
tindakan
yang
dirasakan
menelantarkan anak-anak dibawah umum;
sebagai
martabat
perbuatan
62
(2)
63
Menyadari
sepenuhnya
sebagi
perbuatan
tercela
apabila
meninggalkan kawan yang terluka atau meninggal dunia dalam tugas
sedangkan keadaan memungkinkan untuk memberi pertolongan;
untuk
BAB III
ETIKA KENEGARAAN
Pasal 13
64
65
Pada tanggal
Jakarta
Juli
2003
66
PENJELASAN
TENTANG
KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
I.
UMUM.
67
1.
Setiap Kode Etik Profesi pada umumnya memuat materi pokok
yaitu nilai-nilai/ide yang bersifat mendasar (Statement of ideas) dan
prinsip-prinsip
pelaksanaan
tugas
sehari-hari
(Statement
of
guidelines/principles in the simply duties). Oleh karena itu pada naskah
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia memuat ; Bab I
berisi nilai-nilai dasar tentang jatidiri anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang menggambarkan nilai-nilai pengabdian
sebagaimana terumus dalam filosofi Tribrata, berisi norma moral dalam
etika kedinasan yang menggambarkan tingkat profesionalisme anggota,
Bab II berisi komitmen moral setiap individu anggota dan institusinya
yang berhubungan dengna institusi lainnya dalam kehidupan bernegara,
dan Bab IV berisi ketentuan penegakan Kode Etik Profesi Polri yang
mengatur ketentuan sanksi moral dan Tata Cara Sidang Komisi.
68
2.
Pasal 2.
Selaku anak bangsa setiap pengemban profesi kepolisian
terpanggil dari dalam hati nuraninya untuk tetap meluhurkan Indonesia
bersama segenap komponen bangsa Indonesia di tengah pergaulan
antar bangsa di dunia.
Bangsa Indonesia ibarat sebuah bahtera dengan mengarungi
samudera akan mengalami berbagai tantangan perjuangan dan
perubahan berbagai keadaan.
Namun setiap pengemban profesi kepolisian tetap menjaga dan
memelihara kelangsungan hidup dan kehormatan bangsa dengan
segala pengorbanannya tanpa batas.
Pasal 3.
Cukup jelas.
69
Pasal 4.
Cukup jelas.
Pasal 5.
Memberikan pelayanan terbaik, yang dimaksudkan disini adalah
memberikan pelayanan kepada pelayan masyarakat secara ikhlas
dengan prosedur pelayanan yang cepat, sederhana, serta tidak bersikap
masa bodoh atau bersikap apatis/mendiamkan adanya harapan
masyarakat.
Tidak mengenal waktu istirahat selama 24 jam atau tidak
mengenal hari libur, yang dimaksudkan disini adalah seorang anggota
Polri yang sedang tidak bertugas tetap dianggap sebagai sosok Polisi
yang selalu siap memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat, oleh karena itu kegiatan Polri yang harus diemban bagi
setiap anggota Polri merupakan identitas kegiatan selama 24 jam
secara terus menerus, sehingga merupakan perbuatan yang terhormat
apabila kepadanya mengenyampingkan hak waktu istirahat atau hari
libur untuk selalu mengutamakan panggilan tugas sebagaimana
harapan masyarakat dan perintah dari atasan.
Pasal 6.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Memegang teguh rahasia sesuatu, yang dimaksudkan disini
adalah memegang teguh rahasia jabatan terhadap pihak tertentu yang
tidak ada hubungannya dengan kepentingan dinas Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Pasal 7.
Pasal ini mengatur batasan-batasan minimal atas larangan
terhadap bentuk perilaku yang dapat dikategorikan sebagai penodaan
terhadap pemuliaan profesi Polri.
70
71
72
73
Pasal 19.
Pengaturan secara rinci tentang Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik
diatur tersendiri dengan Keputusan Kapolri.
BAB V. PENUTUP.
Pasal 20.
Cukup jelas.
Ditetapkan di
Jakarta
Pada tanggal
Juli
2003
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Sasatrapratedja,
M.
S.J.
(2013)
Pendidikan
Sebagai
Humanisasi, Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila, Jakarta
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
76
Sumber Dokumen
77
78