kata sepakat ditentukan melalui musyawarah dan kosensus dari masyarakat. Oleh karena itu, bentuk dari proses
pemikiran dari suatu masyarakat terbuka menjadi suatu dasar kepribadian bangsa Indonesia sekaligus sebagai
bagian dari konsep perumusan Pancasila sebagai dasar negara.
Sistem pemikiran yang terbuka ini yang kemudian disebut dengan ideologi terbuka. Ideologi terbuka sangat
bertolak belakang dengan ideologi tertutup. Pada ideologi tertutup cita-cita merupakan sekelompok orang saja,
dipaksakan, bersifat totaliter, pluralisme pandangan dan kebudayaan serta hak asasi ditiadakan. Isi ideologi
tertutup tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga menuntut konkret dan operasional yang kurang mutlak.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun
mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkret, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta zaman.
Dalam ideologi terbuka, terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap. Dengan demikian,
penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional. Sebagai salah satu contoh
keterbukaan ideologi Pancasila adalah dalam kaitannya dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan),
demikian pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hukum, kebudayaan, iptek, hankam, dan bidang lainnya.
Yaitu hakikat kelima sila Pancasila yang meliputi Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, kemanusiaan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal
sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai yang bauk dan benar. Nilai dasar
ideologi tersebut tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Oleh karena Pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila, maka pembukaan UUD 1945
merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib hukum tertinggi, sebagai sumber hukum positif sehingga
dalam negara memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
Sebagai ideologi terbuka nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan hidup negara
sehingga engubah Pembukaan Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai dasar Pancasila tersebut sama halnya
dengan pembubaran negara. Adapun nilai dasar tersebut kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945
yang di dalamnya terkandung lembaga-lembaga penyelenggara negara, hubungan antar lembaga penyelenggara
negara beserta tugas dan wewenangnya.
b. Nilai Instrumental
Yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran, serta lembaga pelaksanaannya. Nilai instrumental ini
merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata,
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah
penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan
(reformasi) sesuai perkembangan zaman, ilmu pengetahuan serta aspirasi masyarakat.
1. Dimensi Realita
Perkembangan aspirasi dan pemikiran masyarakat Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup
berbangsa dan bernegara secara nyata dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya. Misalnya, munculnya
ideologi Pancasila pertama kali hingga kini.
2. Dimensi Fleksibilitas
Pancasila mempunyai sifat keluesan, dalam menjawab tantangan zaman di masa kini maupun menghadapi masa
depan tanpa harus kehilangan kepribadian dan arah tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Idealisme
Keterbukaan untuk menerima kemajuan zaman yang lebih baik yang sesuai dengan nilai-nilai Idealisme.
Pancasila tumbuh seiring dengan gerak perkembangan bangsa melalui perwujudan dan pengamalan di
kehidupan sehari-hari.
Ideologi terbuka
Ideologi tertutup
Nilai dan cita-cita sekelompok orang yang mendasari niat dan tujuan kelompoknya
harus ada yang dikorbankan demi ideologi sekelompok orang
Loyalitas ideologi yang kaku
Terdiri atas tuntutan yang nyata dan oreasional yang diajukan mutlak
Ketaatan yang mutlak, bahkan kadang menggunakan kekuatan dan kekuasaan.
Suatu ideologi memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran, serta nilai-
nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas karena ideologi harus mampu direalisasikan
dalam kehidupan praksis yang merupakan suatu aktualisasi secara konkret. Oleh karena itu, Pancasila sebagai
ideologi terbuka secara struktural memiliki 3 dimensi seperti yang telah diuraikan sebelumnya di atas.