Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan usaha yang
sangat strategis dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia baik
fisik maupun mental yang akhirnya bermuara pada

peningkatan

kualitas manusia Indonesia sebagai obyek dan pelaku pembangunan.


Melihat penting serta
diperlukan

strategisnya masalah kesehatan ini, maka

pembangunan

fasilitas,

sistem

manajemen

dan

pelaksanaan yang memadai. Peningkatan pembangunan kesehatan


bukan

semata-mata

tangggungjawab

pemerintah,

tetapi

juga

tanggung jawab seluruh masyarakat, khususnya yang berperan dalam


penyediaan sarana dan pengolahan jasa menyesuaikan dengan
perubahan tersebut agar mereka tetap eksis pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit yang merupakan bagian dari sistem kesehatan
nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas,
pelayanan dan kemandirian. Dengan demikian rumahsakit merupakan
salah satu pelaku pelayanan kesehatan dalam bentuk badan usaha
yang kompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa
wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam
kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam
merespon kebutuhan pasien.
Dengan
kedalam

perkembangan

yang ada , Rumah Sakit telah masuk

suatu industri pelayanan kesehatan yang kompetitif

sehingga Rumah Sakit harus berusaha untuk selalu mengetahui posisi


dirinya dalam persaingan.
Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas
dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin
pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya

memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan terhadap pasien


melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena
kemajuan ilmu pengetahuan (teknologi kedokteran) dan peningkatan
pendapatan serta pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan rumah
sakit saat ini tidak hanya bersifat penyembuhan tetapi juga bersifat
pemulihan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya promosi kesehatan dan pencegahan
Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1988
dengan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, kemudian mengalami perubahan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
membuat

perubahan

penyelenggaraan

yang

sangat

pemerintahan

daerah

mendasar
dan

dalam

sistem

sistem

pengelolaan

sumber pendapatan daerah. Undang-Undang tersebut menegaskan


bahwa

pembangunan

kesehatan

merupakan

salah

satu

bidang

pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah


(propinsi) dan bertanggungjawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan

kesehatan

dalam

meningkatkan

taraf

kesehatan

masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki peran yang


sangat penting dan strategis dalam upaya mempercepat derajat
kesehatan masyarakat
Kondisi

ini

baik

secara

langsung

maupun

tidak

langsung

berimbas pada paradigma RSD sebagai salah satu Satuan Kerja


Instansi Pemerintah (SKPD) yang dulu merupakan lembaga yang cost
centre, kini harus merubah orientasinya dengan memadukan service
public oriented dan profit oriented serta mengedepankan terciptanya
suatu lembaga publik yang berorientasi pada value for money.
Rumah Sakit Daerah (RSD) kini harus merubah orientasinya
dengan memadukan service public oriented dan profit oriented.
2

Sebagai salah satu sarana kesehatan di daerah, keberadaan RSD


masih

dipandang

sebelah

mata

oleh

masyarakat.

Kondisi

ini

disebabkan perlengkapan medis yang masih minim dan pelayanan


yang diberikan belum bisa memberikan harapan masyarakat (pasien).
B. Permasalahan
Rumah

Sakit

yang

berfokus

pada

pelanggan

mempunyai

informasi unggulan tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan ( pasien )


yang terus berubah dan menggunakan keunggulan kompetitif ini untuk
mempertahankan hunian
Saat ini, rumahsakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan
menghadapi tekanan berupa tingginya biaya operasional, terbatasnya
sumberdaya, tuntutan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan dan
resiko yang ditimbulkan oleh kesalahan medis (medical error). Untuk
dapat

menjawab

permasalahan-permasalahan

tersebut

harus

merespon terhadap perubahan lingkungan dengan menggunakan


pendekatan manajemen pemasaran strategis.
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang yang merupakan unit
pelayanan masyarakat yang terintegral dengan pemerintah daerah
Kabupaten Kepahiang melaksanakan upaya pengembangan untuk
meningkatkan pelayanan yang bermutu, terjangkau dan memperluas
akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sebagai pusat
rujukan kesehatan tertinggi di Kabupaten Kepahiang.
Dalam mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
service public

oriented

dan

profit oriented

, RSUD

Kepahiang

melakukan strategi pemasaran dengan melakukan analisis pada


konsumen.
C. Tujuan
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini sebagai tugas pengganti
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Pemasaran.
3

Tujuan khusus:

Melakukan analisis konsumen dengan menggunakan Blue


Ocean Strategy di RSUD Kepahiang

Menyusun

strategi

pemeliharaan

konsumen

di

RSUD

Kepahiang melalui hasil analisis konsumen


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pemasaran
manajemen pemasaran adalah :
Suatu proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan dari
pemberian harga, promosi, dan distribusi dari barang-barang, jasa dan
gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran
yang memenuhi tujuan pelayanan organisasi.
Strategi pemasaran adalah rencana pemasaran untuk menentukan
pasar dan konsep bauran pemasaran. E.Jerome McCarthy dan StanlY
J.Saphiro mendefenisikan strategi pemasaran sebagai berikut :
"Marketing strategy is a target market and a related marketing
mix"
Strategi

pemasaran

adalah

pasar

sasaran

dan

bauran

pemasaran yang berhubungan.


Dalam

hal

ini

menurutnya

terdapat

dua

bagian

yang

saling

berhubungan :
1. Pasar sasaran : kelompok konsumen yang relatif sama yang
ingin diraih perusahaan
2. Bauran pemasaran : variabel-variabel yang terkontrol yang
dilaksanakan oleh perusahaan untuk memuaskan kelompok

sasaran.
Inti pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah pokok yaitu
Segmentasi, Penentuan Pasar Sasaran dan Positioning. Ketiga langkah
ini sering disebut STP (Segmenting, Targetting, Positioning).

Langkah-langkah dalam Segmentasi Pasar, Penetapan Pasar


Sasaran dan
Penetapan Posisi.

TARGET PASAR
Untuk menentukan konsumen yang akan dijadikan sebagai
target pasar, maka pasar yang ada perlu dibagi atas beberapa segmen
tertentu. Hal ini disebabkan bahwa di setiap pasar, konsumen
mempunyai kebutuhan yang berbeda, pola pembelian dan pendapatan
yang berbeda serta tanggapan yang tidak sama untuk setiap
kebijaksanaan pemasaran yang diterapkan.
Pada dasarnya segmentasi pasar dapat dilakukan atas, dasar :

Faktor demograf, seperti : umur, kepadatan penduduk, jenis


kelamin; agama, pendidikan, tingkat penghasilan dan sebagainya.
Faktor sosiologis, seperti : kelompok budaya, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.
Faktor psikologis/psikografs, seperti : kepribadian, sikap, manfaat
produk yang diinginkan, dan sebagainya.

B. Blue Ocean Strategy


Strategi ini menantang perusahaan untuk keluar dari persaingan
dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya,
dengan kompetisis pun tidak menjadi relevan.
Strategi Samudra Biru mengikuti logika strategis yang disebut
inovasi nilai. Inovasi nilai memberikan penekanan setara pada nilai dan
inovasi. Inovasi nilai terjadi hanya ketika perusahaan memadukan
inovasi dengan utilitas, harga dan posisi biaya.
Inovasi

nilai

diciptakan

dalam

wilayah

dimana

tindakan

perusahaan secara positif mempengaruhi struktur biaya dan tawaran


nilai

bagi

pembeli.

Penghematan

biaya

dilakukan

dengan

menghilangkan dan mengurangi factor-faktor yang menjadi titik


persaingan dalam industri.
Penciptakan samudera biru adalah soal menekan biaya sembari
meningkatkan nilai bagi pembeli. Nilai Pembeli berasal dari utilitas dan
harga yang ditawarkan perusahaan kepada pembeli. Nilai Perusahaan
dihasilkan dari harga dan struktur biaya.
Inovasi nilai tercapai hanya ketika keseluruhan sistem kegiatan
utilitas,

harga,

dan

biaya

perusahaan

terpadu

dengan

tepat.

Pendekatan keseluruhan sistem ini yang menjadikan penciptaan


samudera biru sebagai sebuah strategi berkesinambungan.

Strategi Samudra Biru

Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya

Menjadikan kompetisis tidak relevan

Menciptakan dan menangkap permintaan baru

Mendobrak pertukaran nilai-biaya

Memadukan keseluruhan sistem kegiatan perusahaan dalam


mengejar diferensiasi dan biaya rendah

Enam Prinsip Strategi Samudra Biru


Prinsip-prinsip Perumusan

Faktor Risiko yang ditangani oleh


setiap prinsip

1. Merekontruksi

batasan- 1. Kurangnya Risiko pencarian

batasan pasar
2. Fokus pada gambaran besar, 2. Kurangnya Risiko perencanaan
bukan pada angka
3. Menjangkau

melalui 3. Kurangnya risiko skala

permintaan yang ada


4. Melakukan

rangkaian 4. Kurangnya risiko model bisnis

strategis dengan tepat


Prinsip-prinsip

Faktor Risiko yang ditangani oleh

Eksekusi/Pelaksanaan

setiap prinsip
5. Kurangnya risiko organisasi

5. Mengatasi
hambatan

hambatanutama

dalam 6. Kurangnya risiko manajemen

Organisasi
6. Mengintegrasikan

eksekusi

ke dalam strategi

Kerangka Kerja Analisis Samudra Biru


a. Kanvas Strategi
Kanvas strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk
membangun strategi samudra biru.
Dalam kerangka kerja ini, dilakukan pengarahan kembali focus strategi
dari pesaing ke alternative, dan dari konsumen ke nonkonsumen.
Fungsi :
Merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yag sudah dikenal
b. Kerangka Kerja Empat Langkah
Kerangka yang merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam
membuat kurva nilai baru.

Hapuskan
Faktor-faktor apa yg
harus dihapuskan dari
factor-faktor yang
telah diterima begitu
saja oleh industri

Kurangi
Faktor-faktor apa
yang harus dikurangi
hingga di bawah
standar industri

KURVA
NILAI
BARU

Ciptakan
Faktor-faktor apa yang
belum pernah
ditawarkan industri
sehingga harus
diciptakan?

Tingkatkan
Faktor-faktor apa
yang harus
ditingkatkan hingga
di atas standar
industri
8

c. Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Alat ini adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat
langkah.

Skema

ini

mendorong

perusahaan untuk

tidak

hanya

menanyakan empat pertanyaan dari analisa sebelumnya, tetapi juga


bertindak berdasarkan keempat pertanyaan untuk menciptakan suatu
kurva nilai baru
Skema berikut :

Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Menghapuskan

Meningkatkan

Istilah dan Sebutan Khusus

Harga versus produk biasa

Kualitas Usia

Keterlibatan perusahaan ritel

Pemasaran above the line


Mengurangi

Menciptakan

Kerumitan produk

Kemudahan

Ragam Produk

produk

Prestise Produk

Kemudahan dipilih

dalam

pelayanan

Ciri Strategi yang Baik


Strategi samudra biru yang efektif memiliki tiga kualitas yang saling
melengkapi, yaitu :

Fokus

Gerak menjauh (divergensi)

Moto utama

Rumusan Strategi Samudra Biru

1. Merekonstruksi batasan-batasan pasar untuk menjauh dari


kompetisi dan mencipatakan samudra biru
Enam Langkah merekonstruksi batasan-batasan Pasar :
a). Mencermati industri-industri alternatif
Alternatif mencakup produk atau jasa yang memiliki fungsi dan bentuk
berbeda, tetapi tujuan sama.
b). Mencermati kelompok-kelompok Strategis dalam Industri
Sekelompok perusahaan dalam suatu industri yang mengejar strategi
sama yan diperingkatkan dalam sebuah tatanan hierarkis kasar yang
dibangun berdasarkan dua dimensi, yaitu harga dan kinerja.
c). Mencermati Rantai Pembeli
Dengan mencermati kelompok pembeli, perusahaan bias mendapatkan
pengetahuan baru mengenai bagaimana cara mendesain ulang kurva
nilai mereka untuk berfokus pada kelompok pembeli yang sebelumnya
diabaikan.
d). Mencermati Penawaran Produk dan Jasa Pelengkap
e). Mencermati Daya Tarik Emosional atau Fungsional bagi Pembeli
Industri berorientasi emosional menawarkan banyak kelebihan yang
meningkatkan harga tanpa meningkatkan fungsionalitas.
Industri berorientasi fungsional sering bisa menyuntikkan jiwa baru
kepada produk-produk komoditas dengan menambahkan emosi dan
dengan melakukan itu, bisa merangsang permintaan baru.
f). Mencermati Waktu
Dengan mencermati waktu, dari nilai yang diberikan pasar saat ini ke
nilai yang mungkin diberikan pasar di masa depan, dapat membentuk
masa depan dan membuka samudra biru baru.
Ada tiga prinsip dalam menilai tren lintas-waktu, diskontinuitas dalam
10

teknologi, munculnya gaya hidup baru, perubahan atau lingkungan


social.
2. Fokus pada Gambaran Besar, Bukan pada Angka
Empat langkah dalam memvisualkan strategi
1.Kebangkitan
Visual

2.
Eksplorasi 3.
Pameran 4.
Komunikasi
Visual
Strategi Visual
Visual

Membandingk
an
bisnis
dengan bisnis
pesaing
dengan
menggambar
kanvas
strategi yang
ada

Melihat
perubahan
apa
yang
perlu
dilakukan
pada strategi

Pergi
ke
lapangan
untuk
menjelajahi
enam jalan
penciptaan
samudra
biru
Mengamati
keunggulan
khas
dari
produk dan
jasa
alternative
Melihat
factor
apa
yang harus
dihapuskan,
diciptakan
atau diubah

Menggambar Tuangkan
kanvas
profil
strategi
strategis
masa depan
yang
lalu
berdasarkan
dan
akan
pada
datang untuk
wawasan
dibandingkan
yang didapat
dari
Dukung
pengamatan
hanya
di lapangan
proyekproyek
dan
Mendapatka
langkahn
umpanlangkah
balik
operasional
mengenai
yang
kanvas
memungkink
strategi
an
alternative
perusahaan
dari
menutup
konsumen,
celah
demi
konsumen
mewujudkan
pesaing, dan
strategi baru
nonkonsume
n.
Menggunaka
n
umpanbalik
itu
untuk
membangun
strategi
masa depan
terbaik

11

3. Menjangkau Melampaui Permintaan yang Ada


Perusahaan harus menentang dua praktik strategi konvensional,
pertama, berfokus pada konsumen yang ada.
Kedua, dorongan mempertajam segmentasi demi mengakomodasi
perbedaan di pihak pembeli.
Tiga Tingkatan Nonkonsumen
Untuk mengubah permintaan laten menjadi permintaan riil dalam
bentuk banyaknya konsumen baru, perusahaan perlu memahami
mengenai dunia non konsumen.
Tingkat pertama, yang terdekat dengan pasar yaitu berada di tubir
pasar yang merupakan pembeli yang meski melakukan pembelian atas
produk

suatu

industri

karena

kebutuhan,

tetapi

secara

mental

merupakan nonkonsumen dari industri. Pada tingkatan ini, siap


berpindah

jika

diberikan

lompatan

nilai

sehingga

mampu

meningkatkan frekuansi pembelian serta menjadikan permintaan laten


yang besar.
Tingkat Kedua, Nonkonsumen penolak yang secara sadar memilih
untuk berada di luar pasar.
Tingkat Ketiga, Nonkonsumen yang belum dijajaki yang berada di
pasar yang letaknya jauh dari pasar kita, yang tidak pernah berpikir
bahwa penawaran dari industri kita adalah suatu pilihan.
4. Menjalankan Rangkaian Strategis Secara Benar
Rangkaian Strategi Samudra Biru
Utilitas bagi pembeli
Apakah dalam ide bisnis terdapat
utilitas

yang

istimewa

bagi

Ya

Tidak-Pikirkan
Ulang

pembeli?
Harga
Apakah harga bisa terjangkau oleh
massa pembeli?
YA

Tidak-Pikirkan Ulang

Biaya

12

Bisakah

mencapai

sasaran

strategis demi meraih laba pada


harga strategis?
Ya

Tidak Pikirkan-Ulang

Pengadopsian
Apakah
hambatan-hambatan

Tidak Pikirkan-Ulang

pengadopsian dalam mewujudkan


ide bisnis?
Apakah

sudah

menangani

hambatan-hambatan

itu

Ide Samudra Biru


yang Layak secara
Komersil

Ya

secara

langsung?

Menguji Utilitas Istimewa


Enam Tahap dari Siklus Pengalaman Pembeli
1
Pembelia
n

2
Pengrim
an

3
Pengguna
an

4
Pelengka
p

5
Perawata
n

6
Pembuang
an

Produktifitas
Konsumen
Enam Lapisan Utilitas

Kesederhana
an
Kenyamanan
Risiko
Keceriaan
dan Citra
Keramahan
Terhadap
lingkungan

5. Mengatasi Rintangan-rintangan Utama Organisasi


Strategi samudra biru dilandaskan pada pergeseran dari konvergensi
ke divergensi ke dalam kurva nilai dengan biaya rendah. Hal ini
meningkatkan kadar kesulitan eksekusi.
Empat rintangan :

Rintangan Kognitif

13

Yaitu menyadarkan karyawan akan pentingnya perpindahan


strategis.

Keterbatasan Sumber Daya


Semakin besar pergeseran dalam strategi, semakin besar
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengeksekusi strategi.

Motivasi
Staf yag tidak mempunyai motivasi

Rintangan Politis

6. Mengintegrasikan Eksekusi ke dalam Strategi


Agar dapat membangun kepercayaan dan komitmen orang-orang
dalam hierarki dan mendorong kerja sama sukarela, maka perusahaan
harus mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi sejak awal.
Konsekuesi

Kehadiran

dan

Ketiadaan

Proses

yang

Adil

dalam

Perumusan Strategi terhadap Eksekusi.


Proses yang
Adil

Pengakuan
Intelektual dan
Emosional

Kepercayaan
dan Koitmen

Kerja sama
Sukarela dalam
Eksekusi
Strategi

Pelanggaran
Proses yang
Adil

Pelecehan
Emosional dan
Intelektual

Ketidakpercaya
an dan
Penolakan

Penolakan
untuk
Mengeksekusi
Strategi

14

C. Gambaran Umum Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006, Rumah
Sakit

didefinisikan

sebagai

suatu

fasilitas

pelayanan

kesehatan

perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang


memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang
yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif
untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan.
Skema 1. Klasifikasi RS di Indonesia
Rumah Sakit
RS Pemerintah
Umum

Non Umum

Depkes

TNI/POLRI

Pemda

BUMN

RS Swasta
Lembaga sosial

Lembaga profit

Dep. lain

15

Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit


Umum dan ditegaskan oleh Per Menkes 1045 tahun 2006, klasifikasi ini
mengalami sedikit perubahan dimana Rumah Sakit Umum Pemerintah
Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi rumahsakit umum Kelas A,
B, C, dan D, sebagai berikut :
1. RSU

Kelas

A adalah RSU

kemampuan

pelayanan

yang

mempunyai

medis

spesialistik

fasilitas

dan

luas

dan

subspesialistik luas.
2. RSU

Kelas

B adalah

kemampuan

RSU yang mempunyai fasilitas

pelayanan

medis

sekurang-kurangnya

dan
11

spesialistik dan subspesialistik terbatas.


3. RSU

Kelas

adalah RSU

yang

mempunyai

fasilitas

dan

Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas

dan

kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.


4. RSU

kemampuan pelayanan medis dasar.


Berdasarkan Kep Menkes Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang
Klasifikasi RS Swasta, klasifikasi RS Swasta terdiri dari :
1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberikan pelayanan
medik bersifat umum.
2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberikan pelayanan
medik bersifatumum dan spesialistik dalam 4 cabang.
3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, memberikan pelayanan
medik bersifat umum, spesialistik, dan subspesialistik.
B, Pelayanan di Rumah Sakit
Setiap rumah sakit mempunyai kemampuan berbeda dalam
memberikan pelayanan kepada pasiennya, pada dasarnya pelayanan
di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi :
1) Pelayanan medik :
16

a) pelayanan medik umum


b) pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik
2) Pelayanan penunjang medik :
a) Laboratorium
b) Anestesi
c) Gizi
d) Farmasi
e) Rehabilitasi medik

3) Pelayanan penunjang :
a) Administrasi
b) Pemeliharaan :

Bahan linen
Pengadaan air
Kelistrikan
Bangunan dan pertamanan
Peralatan
Mesin
Sanitasi/kebersihan lingkungan

c) Pelayanan:

Komunikasi
Transportasi
Pengamanan
Perawatan jenazah

17

BAB III
ANALISIS KONSUMEN DI RSUD KEPAHIANG
KABUPATEN KEPAHIANG PROPINSI BENGKULU

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kepahiang (demograf).

18

Sejak berlakunya undang-undang Nomor 22 tahun 1999

yang

direvisi menjadi undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, memberikan peluang bagi pemerintahan daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahannya secara mandiri, dengan
wewenang yang seluas-luasnya baik ditingkat propinsi, kabupaten/kota
maupun ditingkat kecamatan dan desa/kelurahan.
Sebagai dampak disahkannya undang-undang otonomi daerah,
di Propinsi

Bengkulu diberlakukan undang-undang nomor 39 tahun

2003 tentang Pembentukan Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten


Lebong dari Kabupaten Rejang Lebong. Sehingga mulai tahun 2003
terbentuklah Pemerintahan Kabupaten Kepahiang.
Kabupaten kepahiang dengan luas wilayah 664,80 Km 2 pada tahun
2004 sampai dengan pertengahan 2005 memiliki 4 Kecamatan dan 84
Desa, dan pada tahun 2006 Kabupaten Kepahiang memiliki 8
Kecamatan dan 91 Desa dan 3 Kelurahan.
Kabupaten Kepahiang mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Utara berbatasan dengan Kecamatan Curup, Kecamatan


Sindang

Kelingi

dan

Kecamatan

Padang

Ulak

Tanding

Kabupaten Rejang Lebong

Timur berbatasan dengan Kecamatan ulu musi Kabupaten


Lahat Propinsi sumatera Selatan

Selatan

berbatasan

dengan

Kecamatan

Taba

Penanjung

Kabupaten Bengkulu Utara

Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagar Jati Kabupaten


bengkulu utara dan Kecamatan bermani Ulu Kabupaten
Rejang lebong.

Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2006 sebesar

130.056

jiwa dengan persebaran yang cukup bervariasi. Secara umum tingkat

19

kepadatan penduduk di daerah Kabupaten Kepahiang masih relatif


sangat

rendah

dibanding

dengan

daerah

lainnya,

dikarenakan

perbandingan antara jumlah penduduk dan luas wilayah masih sangat


kecil.

Selain

itu

penyebaran

pemukiman

penduduk

masih

terkonsentrasi pada daerah perkotaan atau daerah pusat kegiatan


ekonomi.
Bila
Kecamatan

dilihat

jumlah

yang

penduduk

terbanyak

setiap

penduduknya

Kecamatan
adalah

dimana

Kecamatan

Kepahiang dengan jumlah penduduk 34.903 jiwa dan terendah adalah


Kecamatan Seberang Musi dengan jumlah penduduk 7782 Jiwa.

a. Komposisi Penduduk
1. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Distribusi penduduk Kabupaten Kepahiang pada tahun 2006
menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 62,49 %

berusia

produktif (15-64 tahun), 32.24 % berusia muda (0-14 tahun) dan 5,28
% berusia 65 tahun keatas sehingga angka beban tanggungan
(depedency ratio) penduduk sebesar 60,04 %.
2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas di Kabupaten
Kepahiang tahun 2006, dari total penduduk sebanyak 13.0056 jiwa,
50,59 % atau 65.789 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 49,41 % atau
64.267 berjenis kelamin perempuan. Berarti rasio jenis kelamin (sex
ratio) penduduk Kabupaten Kepahiang adalah sebesar 102,4
b. Persebaran Penduduk
Kepadatan Penduduk
20

Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepahiang Tahun 2006


meningkat dari 193 jiwa/Km2 menjadi 196 jiwa/Km2. dengan kepadatan
tertinggi di Wilayah Kerja Kecamatan Kepahiang sebesar 404 jiwa/Km 2
dan terendah di wilayah kerja Kecamatan Bermani Ilir sebesar 93
jiwa/Km2.
Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Penyebaran Penduduk Kabupaten Kepahiang ditinjau menurut Wilayah
Kerja Puskesmas relatif tidak merata. Hingga tahun 2006 Penduduk
Kabupaten

Kepahiang

lebih

banyak

terdapat

di

wilayah

kerja

Puskesmas Pasar Kepahiang sebesar 18 %, dan penyebaran paling


sedikit berada di wilayah kerja Puskesmas Muara Langkap sebesar 3 %.
Hal ini terjadi karena Puskesmas Pasar Kepahiang berada di Kecamatan
Kepahiang

yang

merupakan

Pusat

administrasi

pemerintahan

Kabupaten Kepahiang. Selain itu Kecamatan Kepahiang juga sebagai


pusat kegiatan ekonomi (perdagangan), sehingga penduduk cenderung
untuk bertempat tinggal di Kecamatan Kepahiang.
Keadaan Ekonomi
Secara

umum

tingkat

pendapatan

penduduk

Kabupaten

Kepahiang tahun 2004 yang tercermin dari nilai PDRB perkapita atas
dasar harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan
PDRB perkapita tahun 2003. Tahun 2004 PDRB perkapita penduduk
Kabupaten Kepahiang terjadi peningkatan sebesar 8,27 %

atau

menjadi 6.165.999 rupiah. Walaupun sudah terjadi peningkatan tetapi


PDRB

perkapita

penduduk

masih

dibawah

rata-rata

nasional.

Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Kepahiang atas dasar harga


berlaku.
Sementara itu bila ditinjau dari harga konstan, maka tingkat
pendapatan atau nilai riil PDRB perkapita penduduk Kabupaten
Kepahiang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 3,72 %
21

dibandingkan dengan tahun 2003 yakni dari 4.443.407 rupiah menjadi


4.608.801 rupiah. Rendahnya tingkat pertumbuhan PDRB perkapita
dibandingkan

dengan

tingkat

pertumbuhan

ekonomi

Kabupaten

Kepahiang disebabkan pertambahan jumlah penduduk Kabupaten


Kepahiang yang relatif besar. (Indikator Ekonomi Kabupaten Kepahiang
2004;BPS Rejang Lebong).
Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten Kepahiang sebagian besar
tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (46,2%), tamat SD (27,7%) dan
sisanya tamat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Sosiologis
Dengan tingkat

pendidikan yang relatif masih rendah tersebut

tentunya

berpengaruh

sangat

pada

pola

pikir

dan

pandangan

masyarakat terhadap kesehatan. Namun kondisi tersebut saat ini mulai


mengalami perubahan dimana seiring dengan peningkatan sektor
ekonomi masyarakat yang berakibat meningkatnya kesadaran dalam
memenuhi tingkat pendidikan kecenderungan yang positif terhadap
keberadaan RSUD Kepahiang.
Psikologis/ Psikografs
Faktor

ini

memperlihatkan

kepribadian

dari

konsumen,

sikap

konsumen, manfaat dari produk yang diinginkan. Di Kabupaten


Kepahiang belum pernah ada penilaian terhadap factor ini, sehingga
tidak didapat data mengenai factor ini.
Analisa Konsumen di RSUD Kepahiang dengan Menggunakan
Blue Ocean Strategy
1. Kanvas Strategi

22

Melakukan segmentasi pasar dilakukan dengan merangkum situasi


terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal, yaitu :
a. Faktor demograf

Umur

Distribusi umur terbanyak di kabupaten Kepahiang adalah berusia


produktif (15-64 tahun).

kepadatan penduduk

kepadatan tertinggi di Wilayah Kerja Kecamatan Kepahiang sebesar


404 jiwa/Km2

Jenis kelamin

50,59 % atau 65.789 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 49,41 %


atau 64.267 berjenis kelamin perempuan

Agama

75 % penduduk Kepahiang beragama Islam

Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten Kepahiang sebagian


besar tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (46,2%)

Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2004


yang tercermin dari nilai PDRB perkapita yaitu 6.165.999 rupiah,
masih di bawah rata-rata nasional
b. Faktor sosiologis
Pola pikir dan pandangan masyarakat terhadap kesehatan masih
rendah.
c. Faktor psikologis/psikografs
Di Kabupaten Kepahiang belum pernah ada penilaian terhadap factor
ini, sehingga tidak didapat data mengenai factor ini

23

2. Kerangka Kerja Empat Langkah


Kerangka yang merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam
membuat kurva nilai baru.
a). Menghapuskan

faktor jenis kelamin dihapuskan karena tidak terdapat perbedaan


yang signifikan pada jumlah pria dan wanita.

Faktor Pendidikan, tidak ada pembedaan pendidikan untuk


perlakuan pada konsumen

Faktor umur, tidak hanya yang berusia produktif yang menjadi


konsumen RS

b). Mengurangi

Faktor Kepadatan Penduduk

c). Meningkatkan

Faktor Tingkat Pendapatan, pelayanan kepada seluruh konsumen

Faktor Sosiologis, meningkatkan pola pikir konsumen tentang


kesehatan

d). Menciptakan

Faktor kepribadian Konsumen

Faktor agama

Faktor Sikap Konsumen

FAktor manfaat Produk bagi Konsumen

3. Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Alat ini adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat
langkah,
Menghapuskan

Meningkatkan

Perbedaan Gender

Tingkat Pendapatan

Kualitas Pendidikan Konsumen

Pola Pikir tentang Kesehatan

Kualitas Umur

24

Mengurangi
Segmen

Menciptakan
hanya

Penduduk Pelayanan

kecamatan Kepahiang

pada

kepribadian

Konsumen
Pemberian Pelayanan disesuaikan
dengan agama konsumen
Pelayanan pada sikap konsumen
Benefit konsumen

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Setelah melakukan analisa terhadap konsumen di RSUD Kepahiang


didapatkan hasil :
Menghapuskan

Meningkatkan

Perbedaan Gender

Tingkat Pendapatan

Kualitas Pendidikan Konsumen

Pola Pikir tentang Kesehatan


25

Kualitas Umur
Mengurangi
Segmen

Menciptakan
hanya

Penduduk Pelayanan

kecamatan Kepahiang

pada

kepribadian

Konsumen
Pemberian Pelayanan disesuaikan
dengan agama konsumen
Pelayanan pada sikap konsumen
Benefit konsumen

Kemudian dilakukan strategi Samudra Biru yang disesuaikan


dengan

analisis

pada

konsumen,

yaitu

Strategi

Menjangkau

Melampaui Permintaan yang Ada, hal ini dilakukan karena pada


analisa konsumen didapatkan hasil factor menciptakan lebih banyak
dibandingkan factor lainnya.
Pada strategi ini RSUD harus menentang dua praktik strategi
konvensional, pertama, berfokus pada konsumen yang ada. Kedua,
dorongan mempertajam segmentasi demi mengakomodasi perbedaan
di pihak pembeli.
Tiga Tingkatan Nonkonsumen
Untuk mengubah permintaan laten menjadi permintaan riil dalam
bentuk banyaknya konsumen baru, RSUD Kepahiang perlu memahami
mengenai dunia non konsumen.
Tingkat pertama, yang terdekat dengan pasar yaitu berada di tubir
pasar yang merupakan pembeli yang meski melakukan pembelian atas
produk suatu jasa RS.
Tingkat Kedua, Nonkonsumen penolak yang secara sadar memilih
untuk berada di luar pasar.
Tingkat Ketiga, Nonkonsumen yang belum dijajaki yang berada di
daerah yang letaknya jauh dari RSUD Kepahiang.

26

BAB V
PENYUSUNAN PROGRAM

Pandangan RS terhadap strategi pemasaran harus dilakukan


evolusi yaitu dengan menggunakan Blue Ocean Strategy. Era ini dapat
didefinisikan sebagai sistem manajemen strategi dan integratif yang
melibatkan

semua

manajer

dan

karyawan,

serta

menggunakan

metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara


27

berkesinambungan proses-proses RS agar dapat memenuhi dan


melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
Perlu

dipastikan

adanya

keseimbangan

antara

kepuasan

pelanggan dengan pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik,


karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat, dan negara.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran maka program fungsi RSUD
Kepahiang adalah :
1.

Pelayanan Kesehatan

2.

Pemulihan Kesehatan

3.

Pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana

BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Rumah Sakit yang berfokus pada pelanggan mempunyai informasi
unggulan tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan ( pasien ) yang
terus berubah dan menggunakan keunggulan kompetitif ini untuk
mempertahankan hunian.

28

b. Banyak hambatan dalam meniru strategi Samudra Biru, dimana


inovasi

nilai

serta

analisis

yang

digunakan

tidak

dapat

terimplementasikan dengan sesuai di konteks rumah sakit.


c. RSUD Kepahiang sebagai rumah sakit daerah dalam melakukan
perubahan strategi dengan menggunakan samudra biru harus
menuntut adanya perubahan politik dan hal ini sulit dilakukan.

2. Saran-saran
a. Jika Rumah Sakit berorientasi pada pelanggan (paisen), maka yang
perlu diperhatikan adalah kemampuan dalam memperoleh informasi
kebutuhan pasien, informasi ini dapat diperoleh dari kotak saran
maupun dari surat pembaca di surat kabar.
b. Dalam melakukan strategi samudra biru harus memiliki data-data
yang komplit, sehingga diperlukan kerja sama dari berbagai pihak
untuk kelengkapan data.

DAFTAR PUSTAKA

W. Chan Kim, Renee Mouborgne, 2005, Blue Ocean Strategy, HBSP,


Boston
Tcandra Yoga Aditama, 2006, Manajemen Administrasi Rumah Sakit
Dinas Kesehatan Kepahiang,
Kepahiang Tahun 2006

2007,

Profil

Kesehatan

Kabupaten

29

Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang, 2007, Laporan Tahunan RSUD


Kepahiang Tahun 2006
Sujudi dan Sumartini (1997). Prinsip-Prinsip Manajemen Rumah Sakit
UGM,Yogyakarta
Fatcie, Sunardi, Syafie Idrus, Analisis Orientasi Pasar Kearah
Keunggulan Kinerja Rumah Sakit Di Kota Dan Kabupaten Malang
Syahyunan, (2004), Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume
Penjualan, USU Digital Library
Nurul Kompyurini, Prasetyono, (2004), Analisis Kinerja Rumah Sakit
Daerah Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Berdasarkan
Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern Dan Penerapan PrinsipPrinsip Good Corporate Governance (Gcg) (Survei Pada Rumah Sakit
Daerah Di Jawa Timur), Simposium Nasional Akuntasi X

30

Anda mungkin juga menyukai