Anda di halaman 1dari 4

Banyak masyarakat yang masih percaya dengan pengobatan tradisional dalam era

modern seperti sekarang ini. Pembahasan mengenai pengobatan tradisional juga tidak
lepas dari praktek-praktek yang dijalankan oleh para masyarakat , yang merupakan bagian
dari sistem medis tradisional (etnomedisin), termasuk pada pemahaman masyarakat
padangsari terhadap bayi yang berperan dalam penanganan serta gajala sakit yang hanya
dialami oleh bayi . Sawan (bahasa Jawa) adalah gejala aneh yang menyerang anak kecil di
Jawa dan Madura. Anak yang terkena sawan, biasanya akan menangis rewel bahkan suhu
tubuhnya meningkat dari normal. Penyakit ini dipercaya disebabkan oleh perilaku si ibu yang
menyusui anaknya. Misal karena si ibu makan kambing, maka ketika si anak rewel dan
panas, maka orang-orang tua disekitar langsung mendiagnosa sebagai terkana sawan.
Sawan dalam pengetahuan masyarakat desa padangsari adalah penyakit yang secara fisik
bergejala dengan kejang kejang. Itulah yang identik dari penyakit sawan . disebut dengan
sawan yaitu karena dalam masyarakat orang yang kenan sawan akan ngejejer jejer atau
kejang kejang. Dan sawan sendiri merupakan penyakit yang menyerang bayi . Sawan
merupakan sebuah fenomena yang sangaat lekang dalam kosmologi penyakit dalam
masyarakat jawa. Masyarakat jawa mengenal setidaknya 47 jenis penyakit masig masing
dengan pola dan naman yang khusus( Gertz, 1960 : 126 ) salah satunya sawan yang sudah di
bahas sedikit .
Masyarakat desa padang sari mengenal berbagai jenis sawan hal itu mereka namakan
sesuai dengan penyebabnya dan gejalanya .secara umum masyarakat mengenal 5 jenis sawan
yaitu Sawan klebu , sawan maling , sawan wangke sawan kere dan sawan celeng dari kelima
jenis tersebut ada satu sawan yaitu sawan wangke yang merupakan istilah untuk menyebut
dua jenis sawan yaitu sawan mayit dan sawan manten atau sawan pengantin atau sawan
penganten. Dari kelimanya memiliki tingkat kerawanan yang berbeda yang nantinya akan
berdampak pada si penderita sawan .
Masyarakat setempat percaya

asal muasal sawan sebagai interaksi yang terjadi

anatara ekteren dan sekeliling mereka atau yang mereka kekutan diluar mereka yang
memepengaruhi semuanyaa selain itu juga prilaku yang dilakuakan orang orang terdekat.
Sawan sebagai penyakit yang begitu familiar dalam kosmologi penyakit orang jawa.
Masyarakat setempat percaya bahwa sawan sebagi penyakit yang begitu lekat dengan balita
atau byi dengan umu 0 buln hingga 3.5 tahun hal itu sejalan dengan pepatah yang secara
turun temurun ter internalisasi dalam pola kehidupan masyrakat yaitu merawat balita umur 0

bualan hinga 3,5 tahu bagaikan menjaga air di dalam daun talas ( njagani banyu nang godong
lumbu ) itulah mengapa masyarakat begitu berhati hati dalam ngemong anak anak balita di
desa Padangsari
Masyarakat setempat meyakini sawan yang paliing sering menyerang bayi adalah
sawan maling. Sawan maling atau biasa disebut sawan mampir mengapa disebut dengan
sawan mampir karena dalam kepercayaan masyarakat sawan ini hanya akan data dan pergi
begitu saja yaitu kiranya akan menyerang sesorang balita dengan ukuran paling lama 1,5 hari
saja atau bahkan hanya akan menyerang seseorang balita kurun waaktu satu jam saja, kendati
sawan ini tidak begitu bahaya tidak menimbulkan kematian namun masyarakat percaya jika
tidak tertangani dengan sempurn atau tidak dengan cara di masukan kedalam bilik bambu
rumah atau lebih familiar masyrakat setempat menyebutnya denga diProbolke Dabag makan
akan menjadikan seorang ini suda mental ataupun suda fisik ( kelainan jiwa dan kelainan
mental) begitula masyarakat mengartika sebauah sawan maling yang sebenarnya memiliki
gejala mirip dengan demam tinggi karena memeng secara umum sawan malaing yaitu ketika
sesorang balita mengalami demam tinggi sambil melototkan mata yang sebenarnya
merupakan sebuah sakit yang diderita seorang balita diakibatkan ada suhu yang berbeda
dalam tubuh yang bersangkutan .
Selanjutnya masyarakat mendifinisikan sebuah kearifan yang dimiliki masyarakat
akibat interaksi dalam kehidupan keseharian masyarakat. Masyarakat mendifinisikan
sesuatau yang dalam hal ini begitu kontras maknanya yaitu kematian dan pernikahan yang
selanjutnya akan di difinisikan dalam pengetahuan mereka sebagai sawan wangke sawan
wangke sendiri merupakan kosa kata yang menjelaskan sawan mayit dan sawan manten.
Sawan manten yaitu apabila seorang bayi bertemu atau menghadiri pernikahan seseorang
namun dalam kegiatan selanjutnaya bayi yang bersangkuatan tidak di jilat atau diludahi oleh
pengantin yang bersangkutan.balita yang mengalami sawan manten akan menjadi lesu
demam dan akan menjadi balita yang pasif tidak aktif seperti pada balita umumnya yang aktif
dan terkesan tidaka mampu untuk diam ketika meilihat hal baru. Sawan ini hanya akan
menyerang dengan gejla ringan saja dan cara penyembuhnyapun dengan cara dijilat atau
diludahi. Selanutnaya jika dalam perjalanya balita masih memperlihatkan geljala yang sama
maka langkah selanjutnya adalah sang balita di mandikan oleh sepasang pengantin yang hari
sebelumnya berkunjunga atau dikunjungi dalam prosesi pernikahanya. Sesuatu yang kontras
bahwa sanya sebuah kematian bukan hanya meninggalakan sebuah kesedihan terhadap

keluarga yang ditinggalakan namun dalam pola pengetahuan masyarakat padangsari sebuah
kematian bukan hanya menjadi duka keluarga yang ditinggalkan namun terkadang sebuah
kematian dapta menjadi mduka bagi bayi yang terkenan dengan sawan mayit. Sawan mayit
memeiliki geala yang tak begitu berbeda dengan sawan manten namun sawan mayit akan
dapat disembuhkan dengan cara memandiakn dengan air yang dicampur tanah kuburan yang
masih basah dan tentunya merupakan mayit yang di indikakasin sebagai penyebab dari
seorang balita mendapatkan musibah berupa sawan mayit.
Selanjutnya masarakat mengenal sebuah gejala kurus kering menaun ynag diderita
oleh bayi masyarakat mengaitkan hal itu semua dengan sebuah istilah sawan kere. Sawan
kere sendiri identik dengan kurus kering yang menjadikan masyarakat padangsari
menyebutnya sawan kere. Sawan kere sendiri akan sangat menyerenag denga durasi yang tak
tentu kadang sampai anak menginjak dewasa masih menderita sawan kere . sawan jenis inilah
yang paling lama menyerang dan pada kebanyakan kasus jiak tidak tertangani dengan betul
mka akan menjadikan kematian pda sang penderita. Walau penyembuhnan terlihat sangat
sepele yitu dengan cara menacari tualang ayam dan bungkus ketupat di pasar dan selanjutnya
di rebus bersamaman dan kemudian diadikan air but memandikansesorang yang bersangkutan
namun kadang tak mampu untuk menyembuhkanya dan jika sudah mengalami hal tersebut
maka pada umur belasan tahun penderit akan meninggal.
sawan sendiri memiliki Sawan sebagai penyakit yang

kerusakan yang diakibatkan

terhadap dampak yang yang paling unik adalah sawan, yaitu ketika seorang ibu dan anaknya
yang masih balita menghadiri sebuah resepsi pernikahan. Saat pulang, si anak mulai
mengalami gejala sawan, yaitu panas meninggi dan menjadi rewel.
Sawan lainnya lebih banyak karena makanan, seperti yang saya contohkan di atas. Uniknya,
bila si anak rewel, orang-orang tua akan langsung mengintrogasi ibunya untuk mengetahui
makanan apa yang telah dikonsumsinya hari itu. Beberapa orang-orang tua percaya, jika
misalnyasi ibu makan rujak pedas, maka dipercaya bila air susu si ibu tercemar oleh rujak
tersebut.
Antisipasi dan penyembuhan penyakit ini boleh dibuilang unik. Bila si anak mengalami
sawan kambing, maka biasanya tulang kambing sisa, harus dibakar hingga gosong untuk
kemudian dicampur dengan minyak. Ramuan ini dipercaya dapat menyembuhkan panas dan
perilaku rewel si anak.Sedangkan pada kasus sawan manten, si ibu biasanya meminta sedikit

bunga yang digunakan oleh kedua mempelai. Bunga tersebut dibawa oleh si ibu dengan
mengikatkannya di ujung kain gendongan si anak.

Memang penyebab dan penyembuhannya tampak tidak masuk akal dan terkesan mistis.
Namun itulah kepercayaan yang ada di masyrakat. Antara percaya tidak percaya deh.
Mungkinkah ini yang disebut sebagai local wisdom

Anda mungkin juga menyukai