Anda di halaman 1dari 22

FORMULASI ISLAMISASI

DAN CITRA MUSLIM PANCASILAIS


Sheh Sulhawi Rubba 1
Abstrak
Masalah yang menjadi bahasan dalam makalah ini adalah mencari hubungan
antara Islam dan Indonesia, serta apa yang mendasari munculnya Citra Muslim
Pancasilias di Nusantara? Apakah masalah ini ada kaitannya dengan aktivitas dakwah
Islam selama ini?
Yang dimaksud dengan Islamisasi (aktivitas dakwah Islam) adalah upaya yang
dilakukan umat sepanjang zaman di pelbagai tempat dengan menggunakan beragam
cara yang dibenarkan aturan di tengah masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas kepribadian kaum muslimin
Tugas tersebut diawali Nabi Adam yang dilanjutkan anak cucunya dan para nabi
sebelum Nabi Muhammad. Kewajiban dan tanggungjawab yang diemban Nabi
Muhammad SAW sebagai nabi global lebih besar dan lebih berat dibandingkan
dengan tugas para nabi dan rasul sebelumnya yang bersatus sebagai nabi dan rasul
regional dan nasional.
Dalam mengemban tugas ini, Rasulullah Muhammad melakukan berbagai macam
metoda dakwah dalam proses Islamisasi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di
wilayah Timur Tengah saat itu. Beragam metoda dakwah yang sudah dilaksanakan
rasulullah tersebut, diteruskan para sahabat, para tabiin, para tabiit-tabiin dan para
pengikutnya di seluruh penjuru dunia.
Walhasil pada abad ke 21 sekarang ini (2010 M), setelah melalui perjalanan
panjang selama 14 abad (1431 H), jumlah umat Islam sudah mencapai 25 persen dari
7 milyard jiwa umat manusia yang hidup di permukaan bumi. Dari jumlah umat
Islam tersebut, hampir 200 juta berdomisili di Indonesia.
Keberadaan Indonesia dalam sejarah dunia Islam tidak lepas dari sejarah
Kolonialis Belanda di Nusantara. Lahirnya Indonesia terhitung sejak proklamasi
kemerdekaan NKRI, pada Jumat 17 Agustus 1945.

Kemudian dalam perjalanan

waktu, telah terjadi perkawinan antar suku di nusantara seperti suku Sunda dengan

Dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. Alamat: Sudirman Empat14 Taman Jenggala
Sidoarjo Jatim. Mobile 081 330 171 495

Lampung (SULAM). Dengan perkawinan semacam itu lahirlah WNI dengan nama
suku baru, dengan istilah suku Nusan (Indo).
Dalam sejarah kelahiran Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia yang
dirumuskan dalam Piagam Jakarta, terdapat 4 orang tokoh Islam Nasionalis, dan 4
orang tokoh Nasionalis Muslim, ditambah seorang tokoh Nasionalis Kristen. Dari
percikan sejarah tersebut, bahwa saat itu sudah lahir tokoh Islam yang bercitra
Muslim Pancasilais.
Ajaran Islam yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia yang diyakini oleh
berbagai suku bangsa. Ajaran Islam tersebut telah membentuk berbagai corak warna
para penganutnya. Islam yang datang, tumbuh dan berkembang pesat di nusantara
telah melahirkan muslim Indonesia dengan citra muslim Pancasilais.

Kata Kunci: Dakwah, Islamisasi, Muslim, Nabi, Nusantara, Pancasila,

Pendahuluan
Ketika ajaran Islam difahami sebagai ajaran agama untuk manusia di muka bumi
yang bersumber dari langit (wahyu Allah), maka ajaran tersebut sudah ada sejak Nabi
Adam Alaihi Salam. Setelah Nabi Adam AS wafat ajaran Islam itu kemudian
diwahyukan Allah SWT kepada anak cucunya di pelbagai tempat. Mereka yang
menerima wahyu dan mengemban amanat untuk menyebarkan ajaran Islam itu
disebut dengan istilah Rasulullah. Jumlah para rasul itu yang mencapai ratusan ribu
orang dinamakan anbiya (para nabi), namun yang dikenal umat Islam hanya 25 orang.
Nabi dengan rasul terakhir bernama Muhammad putra Abdullah yang lahir di Mekah
pada 571 M (52 SH)
Nabi Muhammad SAW mengemban tugas suci sebagai rasulullah tercatat dalam
sejarah selama 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Beliau sukses
menyampaikan ajaran Islam di wilayah Arab dan sekitarnya sekalipun dalam waktu
yang relatif singkat. Pada abad ke 7 ajaran Islam tersebar sampai ke nusantara, bahkan
sampai ke daratan Cina. Sejarah awal masuknya Islam ke nusantara dibawa langsung
para saudagar Arab yang singgah di Aceh. 2 Dengan itu, Islamisasi di nusantara sudah
berlangsung selama 14 abad, sehingga lahirnya puluhan kerajaan Islam dari Sabang
sampai ke Marauke..
2

Al-Habib Alwi bin Thohir al-Hadad, Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh, (Jakarta, Lentera,
2001), 83

Sejak Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan NKRI


(Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada Jumat, 17 Agustus 1945. Maka sejak itu
pula, Islam dan Indonesia menyatu yang kemudian tidak bisa dipisahkan, sama seperti
ketika Islam lahir di Mekah (Arab) 14 abad yang silam, antara Arab dan Islam tidak
bisa dipisahkan, namun keduanya bisa dan harus dibedakan, karena Islam itu bukan
Arab.
Dalam eksistensi Organisasi Konferensi Islam (OKI), Indonesia sebagai anggota
OKI, adalah Negara Islam yang jumlah penduduknya berstatus muslim lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah muslim di Negara anggota OKI lainnya, seperti
Malaysia. Kuota jamaah haji untuk Indonesia pada tahun yang lalu (1431) sudah
mencapai angka 224.000 orang atas dasar kesepakatan OKI dengan rumus satu permil
(1/1000). Dalam statistik nasional, dari 237 juta warga Negara Indonesia, 88 persen
adalah muslim, sedangkan yang 12 persen adalah gabungan penganut agama Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Berkaitan dengan itu, muncul pertanyaan berikut yaitu:
1. Apa hubungan antara Islam dan Indonesia, sehingga umat Islam Indonesia disebut
Muslim Pancasilais?
2. Apakah metoda dakwah Rasulullah diterapkan dalam aktivitas islamisasi di
nusantara?
3. Bagaimana bentuk grafik mata rantai islamisasi dan perkawinan muslim antar
suku di nusantara?

A. Sejarah Islamisasi
Islamisasi adalah upaya yang dilakukan umat Islam sepanjang zaman di
pelbagai tempat, dengan menggunakan beragam cara yang dibenarkan aturan di
tengah masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kepribadian kaum
muslimin. Bagi sebagian orang, melaksanakan islamisasi adalah sebuah bentuk
jihad fisabilillah, yang diyakini mendapatkan imbalan pahala ukhrawi dan
duniawi. 3
Yang dimaksud dengan peningkatan kuantitas adalah upaya yang terus
menerus untuk menambah jumlah umat Islam dengan berbagai macam cara,
seperti mewujudkan keluarga muslim yang sakinah, mawaddah, warahmah

. Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984), 27

dengan melalui akad nikah. Cara semacam ini disebut dalam metodologi
Islamisasi dengan istilah Dakwah Bil-Nikah (Islamisasi Via Perkawinan) atau
berusaha mengajak orang yang belum beragama (penganut animisme dan
dinamisme) menjadi muslim.
Sedangkan yang dimaksud dengan peningkatan kualitas adalah upaya yang
terus menerus untuk menambah nilai keimanan, keilmuan dan ketakwaan kaum
muslimin dengan melalui berbagai cara, seperti upaya melahirkan para
cendekiawan muslim melalui jalur lembaga pendidikan formal, informal dan
nonformal.

Dengan

melalui

lembaga

pendidikan

tersebut,

bisa

untuk

meningkatkan kualitas kekhusyukan dalam salat dan kualitas amal ibadah lainnya.
Sesungguhnya ajaran Islam itu sudah diwahyukan Allah Swt kepada para nabi
dan rasul di muka bumi, sejak keberadaan Nabi Adam AS atas dasar firman Allah
dalam QS. al-Baqarah, 2:31. 4 . Wahyu tentang keislaman tersebut dilanjutkan
kepada anak cucunya di seluruh penjuru dunia sampai lahirnya Nabi Muhammad
SAW 14 abad yang silam (baca QS. al-Dhuha, 93:7) 5 .
Dalam sebuah hadis nabi diinformasikan bahwa jumlah nabi dan rasul itu
mencapai 125.000 orang yang tersebar di lima benua dan ribuan kepulauan,
berdasarkan pada informasi dalam QS. al-Zuhruf, 43:6 dan QS. al-Radu, 13:38. 6
Para nabi tersebut menyatakan dirinya sebagai muslim seperti ungkapan Nabi
Ibrahim AS yang berbunyi wa ana awwalul muslimyn (QS. al-Anam, 6:163) 7
Adapun nabi dan rasul yang direkam dalam kitab suci al-Quran hanya para
nabi dan rasul yang hidup di wilayah Timur Tengah yang berjumlah 25 orang
(0,0002 %). Mereka itu pada umumnya adalah anak cucu Nabi Ibrahim AS dari
jalur keturunan Nabi Ishak AS putra Siti Sarah, sedangkan Nabi Muhammad
SAW hanya sendirian dari jalur keturunan Nabi Ismail putra Siti Hajar.
Mereka yang dikenal saat ini sekitar 0,0002 % dari jumlah semua nabi dan
rasul yang diutus Allah Swt ke muka bumi sepanjang zaman. Dalam silsilah para
nabi dan rasul yang tertera pada grafik di bawah ini, nampak sebuah silsilah yang
bersambung yang ditakdirkan menjadi nabi dan.rasul yaitu dari garis Nabi
4

.Terjemahan ayat Dan Allah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada Adam, kemudian
Adam menyampaikannya kepada para malaikat
5
. Terjemahan ayat Dan menemukanmu (Muhammad) dalam kebingungan, lalu Allah memberi
petunjuk
6
. Terjemahan ayat Dan berapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus di kalangan orang-orang
terdahulu dan dan Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu
7
. Terjemahan ayat dan Aku adalah orang yang pertama sebagai muslim

Ibrahim, ke Ishak, ke Yakqub terus ke Yusuf. Anak cucu mereka ini, kemudian
disebut dengan nama Bani Israel (Yahudi).

GRAFIK SILSILAH PARA RASUL


1. NABI ADAM ALAIHI SALAM

SITI HAWA
2. IDRIS AS
3. NUH AS

4. HUD AS

5. SALEH AS

8. LUTH AS

6. IBRAHIM AS
9. ISHAK AS

7. ISMAIL AS
13. AYYUB AS

12. SYUAIB AS

10. YAKQUB AS

17. DAUD AS

11. YUSUF AS

21. YUNUS AS

15. MUSA AS

16. HARUN AS

18. SULAIMAN AS

22. ZAKARIA AS
23. YAHYA AS

14. ZULKIFLI AS

19. ILYAS AS
24. ISA ALM AS

20. ILYASAK AS
25. MUHAMMAD RASULULLAH SAW

Para nabi dan rasul tersebut dalam strata sosial bisa diklasifikasikan dalam tiga
tingkatan yaitu nabi lokal, nabi nasional dan nabi global. 8 Nabi Luth AS termasuk
kategori nabi lokal (baca QS. al-Naml, 27:54) 9 , yang diutus untuk sebuah
masyarakat desa yang melakukan liwath (homosek), yang diperkirakan desa itu
tenggelam di laut mati Turki. Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS adalah
nabi nasional diutus hanya untuk Bani Israel (direkam dalam QS.Bani Israel,

. Zaid Husein al-Hamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta, Pustaka Amani, 1995), 61
. Terjemnahan ayat Dan ingatlah ketika Luth berkata kepada kaumnya, Mengapa kamu lakukan
perbuatan yang menjijikkan itu?
9

17:2) 10 , sedangkan Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai nabi global, yang
diutus untuk seluruh umat manusia di permukaan bumi sepanjang zaman
(ditetapkan Allah pada QS. al-Anbiya, 21:107) 11 .
Dengan pemahaman tersebut, maka kesempurnaan Islam (baca QS. al-Maidah,
5:3) 12 yang bersumber dari kandungan al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai penutup pintu kenabian dan kerasulan (baca QS. alAhzab, 33:40). 13 . Kesempurnaan itu melalui proses yang panjang. Bahwa ajaran
yang terkandung dalam kitab suci Zabur (Dawud AS), Taurat (Musa AS) dan Injil
(Isa AS), hanya diperuntukkan buat pedoman kaumnya saja, masih belum cukup
(lengkap) buat pedoman bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Isi kitab-kitab
suci tersebut disempurnakan Allah Swt, yang kemudian menjelma menjadi kitab
al-Quranul Karym yang berisi114 surat dengan 6236 ayat.
Dalam ungkapan lain, bahwa ajaran Agama Yahudi dan Nasrani adalah ajaran
Islam yang dikhususkan buat Bani Israel saja, bukan untuk umat lain yang
berdomisili di luar wilayah kekuasaan Bani Israel. Bagi umat yang berada di
wilayah lainnya diutus nabi dan rasul sendiri, sebagaimana yang ditegaskan Allah
dalam QS. Yunus, 10:47. 14 Hal ini termasuk di pulau Jawa terdapat nabi dan rasul
yang bersuku Jawa. Namun nama mereka itu tidak tercantum dalam daftar nama
nabi dan rasul dalam al-Quran.
Dalam hal ini, tentang sejumlah filosuf yang pernah memberikan fatwa
tentang jalan kehidupan menuju terminal kebahagiaan (nirwana), sebagian ulama
berpendapat bahwa seperti tokoh pendiri agama Budha yang bernama Sidharta
Gautama adalah seorang nabi yang bernama Dzulkifli (Pemilik Kafila Wastu),
termasuk Kong Fu Tse (Konghucu) adalah sosok Nabi Hud AS, 15 indikasinya
terdapat patung Dewa Hud di dalam kelenteng mereka. (Wallahu aklam).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka ajaran Islam yang telah disempurnakan
Allah untuk seluruh umat manusia di muka bumi (rahmaattan lilalamin), banyak
sekali persamaannya dengan ajaran agama lain yang hidup dan berkembang di
10

. Terjemahan ayat Dan telah Kami berikan kepada Musa sebuah kitab dari Kami jadikan sebegai
petunjuk bagi Bani Israel
11
. Terjemahan ayat Dan Kami tidak mengutus kamu kecuali sebagai rahmat alam semesta
12
. Terjemahan ayat Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu buat kamu
13
. Terjemahan ayat Muhammad itu bukan ayah dari siappapun diantara seorang lelaki, tetapi dia
sebagai utusan Allah dan penutup pinta kenabian
14
. Terjemahan ayat Dan bagi setiap umat ada rasulnya
15
. Abdul Mudjahid, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, Raja Grafindo, ,1994) 19

nusantara seperti agama Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu.


Persamaan ajaran itu terdapat dalam bidang kemanusiaan (hablun minal-naas),
seperti kewajiban saling membantu, saling menghormati, saling mencintai, saling
mengasihi dan saling yang positif lainnya. Sebaliknya terlarang saling membunuh,
saling membenci, saling merugikan dan sejumlah larangan lainnya.
Kesamaan ajaran beberapa agama tersebut, sebuah indikasi yang bisa
dijadikan fakta bahwa benar adanya ajaran Islam yang bersifat regional (lokal)
dan nasional yang telah diajarkan para nabi dan rasul yang dilahirkan di pelbagai
wilayah di permukaan bumi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW di Mekah
pada 571 M. (53 SH).
Adapun perbedaan yang tampak adalah dalam hal akidah dan tata cara
ritualnya kepada Allah SWT (Tuhan YME). Ritual ibadah salat (hablun min allah)
yang disyariatkan dalam Islam lebih sempurna dibandingkan dengan tata cara
ritual agama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan Islam yang dibawa
para nabi sebelumnya. Hal ini telah disabdakan nabi sendiri bahwa al-Islaamu
yaluw walaa yulaa alaih 16 .

B. Metoda Dakwah Rasulullah


Tugas, kewajiban dan tanggungjawab yang diemban Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi global lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan tugas para
nabi dan rasul sebelumnya yang bersatus sebagai nabi dan rasul regional dan
nasional. Dengan itu, Rasulullah melakukan berbagai macam metoda dalam
proses Islamisasi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di wilayah Timur Tengah
saat itu.
Adapun metoda dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw antara lain
melakukan dakwah bil-hikmah (baca QS. al-Nahl, 16:125) 17 , yaitu memberikan
teladan yang baik dalam sikap dan prilaku dengan selalu sopan santun kepada
siapapun. Hal ini, kemudian diistilahkan dengan akhlaqul-karimah. Beliau
mendapatkan predikat dari langit Uswatun Hasanah (baca QS. al-Ahzab,
33:21) 18 yang bermakna Teladan Terbaik dan Terpuji. Dengan metoda tersebut,
16

. Terjemahan hadis Ajaran Islam itu lebih tinggi derajatnya dari ajaran agama lainnya
. Terjemahan ayat Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan bijak
18
. Terjemahan ayat Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
17

puluhan sampai ribuan orang Arab yang tertarik terhadap ajaran Islam yang
kemudian mengucapkan syahadatain (pengakuan terhadap Allah dan Rasul-Nya
Muhammad). 19
Kemudian beliau melakukan dakwah bil-lisan (baca QS. al-Ikhlas, 112 :1-4) 20
yaitu islamisasi via ucapan. Beliau berkewajiban menjelaskan pokok-pokok dan
intisari ajaran Islam kepada umatnya (kaum muslimin) melalui dialog (tanya
jawab) dan khutbah yang berisi nasehat dan fatwa. Selain itu beliau mengajarkan
kepada para sahabatnya setiap kali turunnya wahyu yang dibawa Malaikat Jibril,
yang kemudian dihafalkan dan ditulis di pelepah kurma.
Rasulullah melakukan dakwah bil-hijrah (baca QS. al-Anfal, 8:72) 21 yaitu
islamisasi via transmigrasi dan imigrasi dari Mekah ke Yatsrib (Madinatul
Munawarah). Hal ini kemudian dilakukan para sahabat dan para tabiin serta para
tabiit-tabiin dalam proses pengembangan ajaran Islam ke wilayah lainnya.
Sejak beliau berdomisili di kota Madinah, beliau melakukan dakwah bil-yad
(baca QS. al_Syura, 42:38) yaitu islamisasi via politik. Dengan melalui proses
musyawarah kepada semua golongan penduduk Yatsrib, dibuatlah sebuah
kesepakatan bersama yang hasilnya dinamakan dengan Piagam Madinah
Piagam tersebut adalah undang-undang dasar berdirinya sebuah Negara Islam
yang tertulis pertama kali di dunia. 22 Dalam negara Madinah tersebut yang
berstatus sebagai kepala Negara adalah Muhammad bin Abdullah. Dengan itu
beliau bukan hanya sebagai nabi dan rasul saja, tetapi punya jabatan kenegaraan
sebagai presiden. Kemudian setelah beliau wafat, kepemimpinannya dilanjutkan
khulafaur-rasyidin, yaitu Saidina Abubakar, Saidina Umar bin Khathab, Saidina
Usman bin Afan dan Saidina Ali bin Abi Thalib.
Dalam status beliau sebagai Presiden (Kepala Negara), beliau melakukan
dakwah bil-qalam (baca QS. al-Qalam, 68:1) yaitu islamisasi via tulisan kepada
para raja dan penguasa wilayah lain di sekitarnya, seperti mengirimkan surat ke
Raja Persia, Abruwaiz bin Harmizan dan Hiraclius Penguasa Kerajaan Romawi.
Surat-surat beliau yang berisi ajakan masuk Islam yang dikirimkannya ke
19

. Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta, Raja Grapindo Persada, 1999), 31
. Terjemahan ayat Katakanlah hai Muhammad, Dia Tuhan Yang Mahaesa, dst
21
. Terjemahan ayat Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan
harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan
pertolongan, mereka itu saling melindungi
22
.Thomas W. Arnold, Sejarah Dawah Islam, Terjemahan A. Nawawi Rambe, (Jakarta, Widjaja,
1979), 42
20

beberapa tokoh penguasa wilayah disekitarnya, sebagian ada yang diterima


dengan baik (masuk Islam) dan sebagian ada yang ditolak dengan kasar (dirobek),
seperti yang diterima Raja Persia. 23
Beliau melakukan dakwah bil-nikah (baca QS. al-Nisa, 4:3) 24 yaitu
islamisasi via perkawinan, dalam hal ini nabi menikahi putri para sahabat dan para
janda yang ditinggal wafat suaminya yang mati syahid di medan perang dalam
jihad fisabilillah. Tercatat dalam sejarah hidupnya, beliau menikah sampai 14 kali.
Istri beliau yang terkenal yaitu Siti Khadijah (janda) yang dinikahinya berusia 40
tahun dan Siti Aisyah binti Abubakar (perawan) yang baru berusia 9 tahun.
Ketika nabi wafat. masih 9 orang isteri yang ditinggalkannya, mereka itu
berstatus sebagai janda-janda Rasulullah, yang terlarang bagi siapapun untuk
menikahinya. Nama-nama isteri beliau, adalah sebagai berikut;, 1. Khadijah binti
Khuwalid, 2. Aisyah binti Abu Bakar, 3. Saudah binti Zumah, 4. Zainab binti
Jahsi al-Asadiyah, 5. Ummu Salamah binti Abu Umayah bin al-Mughirah, 6.
Hafsah binti Umar bin Khathab, 7. Ramlah binti Abu Sufyan bin Harb, 8.
Juwairiyah binti al-Harits, 9. Shafiyah binti Hayi bin Akhtab, 10. Maimunah binti
al-Harits, 11. Zainab binti Khuzaimah bin al-Harits, 12. Khaulah binti Hakim,
13. Asma binti an-Nukman al-Kindiyah, dan 14. Umrah binti Yazid al-Kilabiyah
Metode dakwah yang lain, beliau melakukan dakwah bil-rihlah (baca QS. alBaqarah, 2:196) 25 yaitu islamisasi via wisata relijius. Rasulullah beberapa kali
mengajak para sahabat di Madinah untuk melaksanakan umrah ke Mekah dan
manasik haji ke Arafah. Ibadah haji dan umrah tersebut adalah rukun Islam yang
kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu, minimal sekali
seumur hidup.
Selain itu beliau melakukan dakwah bil-mal (baca QS. al-Baqarah, 2:177) 26
yaitu islamisasi via sodakoh. Tercatat dalam sejarah, beberapa orang sahabat yang
berstatus sebagai budak yang dimerdekakan nabi seperti Bilal yang dikenal tokoh
muadzin panggilan salat. Beliau mengajak para sahabat yang termasuk agnia
(hartawan) untuk menyantuni anak yatim dan memberi makan para duafa (para
fakir, miskin, anak jalanan, mualaf dll).
23

. M. Natsir, Fiqhud-Dawah, (Jakarta,DDII, 1978), 89


. Terjemahan ayat ..maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senang, dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka cukup kawini seorang wanita sajai
25
. Terjemahan ayat Dan sempurnakan ibadah haji dan umrah
26
. Terjemahan ayat dan berikanlah harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak- anak
yatim,orang-orang miskin anak jalanan, para musafir dan merdekakan hamba sahaya,
24

Rasulullah juga mengajak orang-orang kafir, penganut agama Yahudi dan


Nasrani untuk tukar pikiran tentang masalah akidah yang benar. Tata cara ini
disebut dengan metode dakwah bil-jidal yang digariskan dalam kitab suci QS.alNahl,16:125 27 yaitu islamisasi via diskusi (tukar pikiran). Dalam aktivitas ini,
beliau mengemukakan dalil naqli dan aqli (argumentasi yang rasional) dengan
menggunakan etika bahasa yang santun. Beliau juga selalu berdoa kepada Allah
memohonkan limpahan hidayah, supaya umat manusia masuk ke dalam Islam,
agama yang diridai Allah Swt. Metoda dakwah dengan tata cara berdoa ini disebut
metoda dakwah bil-qalbi (baca QS. al-Qashsash, 28:56). 28
Dalam perjalanan waktu selama 23 tahun mengemban amanat islamisasi di
tengah masyarakat Arab, Rasulullah Muhammad SAW telah melakukan berbagai
macam metoda dakwah, yaitu dakwah bil-hikmah, dakwah bil-lisan, dakwah bilhijrah, dakwah bil-yad, dakwah bil-qalam, dakwah bil-nikah, dakwah bil-rihlah,
dakwah bil-mal, dakwah bil-jidal, dakwah bil-qalb, dakwah bil-hal, dan dakwah
bil-taubah. 29

C. Mata Rantai Islamisasi


Beragam metoda dakwah yang sudah dilaksanakan rasulullah tersebut,
diteruskan para sahabat, para tabiin, para tabiit-tabiin dan para pengikutnya di
seluruh penjuru dunia. Walhasil pada abad ke 21 sekarang ini (2010 M), setelah
melalui perjalanan panjang selama 14 abad (1431 H), jumlah umat Islam sudah
mencapai 25 persen dari 7 miliar jiwa umat manusia yang hidup di permukaan
bumi.
Kalau setiap orang tua muslim yang melahirkan anak dijadikan muslim dan
diteruskan oleh cucu dan keturunan berikutnya, seperti keturunan Saidina Ali dan
Siti Fatimah, dengan setiap generasi berjarak rerata 30 tahun. Maka generasi yang
hidup sekarang adalah sekitar generasi yang ke 48, anak cucu dan cicit Rasulullah
dari garis keturunan Saidina Ali.

27

. Terjemahan ayat ..dan bertukar-pikiranlah kepada mereka dengan bahasa yang santun
. Terjemahan ayat Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang kau
cintai, tetapi Allah memberi petnjuk kepada siapa saja yang dikehendakNya. Dan Allah mengetahui
orang--orang yang mau menerima petunjuki
29
. Seh Alwi al-Gamel, kiaji Asep al-Amin, Kisah Mujahadah Ulama NU Dalam Saham Dakwah
Islam, (Sidoarjo, Garisi, 2007), 55
28

10

Adapun bagaimana proses estafeta (mata rantai) dakwah Islam ke seluruh


penjuru dunia dari Nabi Muhammad bin Abdullah di Mekkah dan Madinah
sampai kepada Ihsan bin Muhammad di Surabaya Grafika mata rantainya
digambarkan dengan lingkaran kecil yang diberi huruf abjad seperti gambar di
bawah ini Dalam gambar tampak bahwa sumber awal Islamisasi berasal dari Nabi
Muhammad yang diterima sahabat Said (S), kemudian diteruskan ke tabiin
bernama Umar (U), dari U ke Latief (L) dilanjutkan ke Hamdun (H), lalu
diterima Amran (A) untuk disampaikan ke Wahid (W), tibalah giliran Ihsan (I)
yang menjadi mata rantai terakhir dalam urutan estafetnya.

GRAFIK MATA RANTAI ISLAMISASI

H
L

A
W

U
S

Adapun jumlah umat Islam yang telah mencapai hampir 2 miliar orang saat
ini, jumlahnya akan terus bertambah dari hari ke hari, jumat ke jumat, bulan ke
bulan dan tahun ke tahun. Pertambahan itu, baik dari lahirnya keturunan dari

11

internal umat Islam sendiri maupun dari eksternal penganut agama lain yang
menyatakan diri sebagai muslim (pindah ke agama Islam). 30
Mereka yang pindah agama dan kemudian memilih Islam, mereka adalah
hamba Allah yang mendapatkan hidayah dari langit. Dalam hal islamisasi ini,
hidayah Allah merupakan kata kunci pertambahan jumlah muslim di penjuru
dunia. Orang Islam yang luput dari hidayah Allah bisa menjadi umat yang murtad.
Bahwa dalam kehidupan beragama, tidak boleh ada paksaan dari siapapun
juga (QS. al-Baqarah, 2:256). Setiap orang mempunyai hak asasi (HAM) untuk
menganut agama yang diyakininya. Allah berfirman dalam QS. al-Kahfi, 18:29 31 ,
bahwa setiap insan diperkenankan memilih antara dua pilihan yaitu boleh menjadi
orang beriman (muslim) atau memilih menjadi orang kafir (non muslim). Dalam
hal ini, resikonya harus dipertanggungjawabkan masing-masing orang di hari
kemudian nanti.

D. Lintasan Sejarah Indonesia


Keberadaan Indonesia tidak lepas dari sejarah Kolonialis Belanda di
Nusantara yang berlangsung sampai ratusan tahun (3,5 abad). Dalam ungkapan
lain, tidak ada nama Indonesia kalau tidak ada kolonial Belanda, karena wilayah
Indonesia itu adalah tanah yang dikuasasi kerajaan Belanda di wilayah nusantara.
Kemudian nama Indonesia mulai dikenal dan disosialisasikan di wilayah
nusantara, terhitung sejak lahirnya gerakan nasionalisme pada Rabu, 20 Mei 1908
yang dikenal dengan istilah gerakan Boedi Oetomo.
Nama Indonesia tersebut, kemudian dipakai partai politik Islam yang dirintis
H. Samanhudi pada 1911 yang kemudian dipimpin HOS. Tjokroaminoto dan KH.
Agus Salim yaitu PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). 32 Setelah itu diabadikan
dalam sebuah lagu kebangsaan Indonesia Raya yang digubah WR.Soepratman dan
dikumandangkan dalam kongres Sumpah Pemuda, Ahad 28 Oktober 1928 di
Batavia (Jakarta). Salah satu baitnya berbunyi Indonesia, tanah airku, tanah
tumpah darahku. Kemudian pada Jumat, 17 Agustus 1945, Soekarno Hatta atas
30

. Mereka yang pindah agama ke Islam disebut dengan para muallaf. Proses keislaman para muallaf
tersebut, sering dilaksanakan dalam upacara formal di masjid dwengan mengucapkan syahadatain.
31
. Terjemahan ayat Dan katakanlah Kebenaran ityu datangnya dari Tuhanmu, maka barabg siapa
yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang mau kafir biarlah ia kafir
32
Abdul Qadir Djaelani, Peta Sejarah Perjuangan Politik Umat Islam di Indonesia, (Surabaya, Tri
Bakti, 1996), 66

12

nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI) dari cengkeraman kekuasan kolonial Belanda.
Adapun makna istilah Indonesiawi (Keindonesiaan) adalah manifestasi dari
rasa kebangsaan, yang cinta terhadap tanah air Indonesia yang kaya raya dengan
jutaan flora dan pauna, keragaman ras, suku, agama dan budaya yang tersebar di
ribuan kepulauan dari Sabang sampai ke Marauke, yang kemudian dibingkai
dalam filsafat Bangsa Bhineka Tunggal Ika.
Dalam proses mewujudkan kemerdekaan NKRI, umat Islam memainkan
peranan penting. Hal ini bisa dikaji dari tokoh-tokoh Islam yang tercatat dalam
daftar pahlawan nasional, antara lain HOS. Tjokroaminoto dan KH. Agus Salim,
KH. Ahmad Dahlan pendiri Persyarikatan Muhammadiyah pada 1912, KH.
Hasyim Asyari pendiri Jamiyah Nahdlatul Ulama pada 1926 dan ratusan
pahlawan Islam nasional lainnya. 33
Partai politik Islam dan organisasi sosial keislaman yang lahir, tumbuh dan
berkembang pada awal abad ke 20, termasuk al-Irsyad (1914) dan Persatuan Islam
(1923) serta Young Islamiten Bond yang turut andil dalam kongres Sumpah
Pemuda pada 1928. Keanggotaan partai politik dan organisasi tersebut, tidak
hanya di pulau Jawa melainkan tersebar di wilayah nusantara. Mereka telah turut
serta menumbuhkan semangat nasionalisme, dan anti kolonial Belanda.
Sikap politik anti kolonial Belanda tersebut, di kalangan umat Islam sudah
bergejolak jauh sebelum itu, seperti gerakan Paderi yang dipimpin Imam Bonjol di
Padang Sumatera Barat, Gerakan Aceh Merdeka yang dipimpin Teuku Umar, Tjut
Nja Din di Aceh Sumatera Paling Utara, Pangeran Diponegoro di Jawa, Sultan
Hasanudin di Makasar Sulawesi Selatan, Pangeran Antasari di Kalimantan Selatan
dan gerakan tokoh Islam lainnya di daerah lainnya.
Sebelum lahirnya semangat nasionalisme, gerakan umat Islam masih bersifat
kedaerahan (regionalisme). Perjuangan mereka masih terbatas pada perjuangan
mempertahankan wilayah kerajaannya masing-masing, yaitu wilayah kerajaan
Islam yang tersebar di pelbagai daerah di nusantara. Di pulau Jawa saja terdapat
beberapa kerajaan Islam, antara lain kerajaan Mataram, kerajaan Banten, kerajaan
Cirebon, kerajaan Giri dan kerajaan lainnya. Di luar Jawa terdapat kerajaan Aceh,
kerajaan Melayu, kerajaan Bone, kerajaan Ternate dan lain sebagainya.

33

. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta, LP3ES, , cet VII, 1995), 35

13

Munculnya beraneka ragam kerajaan Islam di nusantara tersebut, sebuah bukti


dalam sejarah bahwa Islam sudah lebih dulu hadir di nusantara, dibandingkan
dengan keberadaan Kristen yang dibawa oleh kolonial barat (Portugis, Inggeris
dan Belanda) pada abad ke 16. Keberadaan kerajaan Islam tersebut adalah bagian
dari aktivitas islamisasi melalui politik (dakwah bil-yad). Hal ini tercatat dalam
sejarah Islam di Jawa, bahwa munculnya kerajaan Demak (Jawa Tengah) yang
dipimpin Raden Fatah telah memporakporandakan kerajaan Mojopahit yang
berpusat di Mojokerto (Jawa Timur) pada abad ke 15 M. Demikian pula
keberadaan kerajaan Cirebon telah menghancurkan kerajaan Siliwangi di Jawa
Barat.
Dalam catatan sejarah, Islam masuk ke nusantara pada abad ke 7 M, yaitu
pada abad pertama hijriyah. Islam masuk dan berkembang di nusantara dengan
cara damai, tanpa melalui kekerasan dan pertumpahan darah, yang dibawa
langsung para pedagang Arab Yaman. Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di
nusantara adalah kerajaan Islam Perlak dan Pasir (Pasei) di Aceh. Kemudian terus
berkembang di sepanjang pantai barat Sumatera hingga ke Bengkulu dan pantai
timur ke Melayu (kepulauan Riau) sampai ke Palembang dan Lampung. 34
Perkembangan

Islam

selanjutnya

adalah

memasuki

pulau

Borneo

(Kalimantan) terus ke Sulawesi dan kepulauan Maluku di bagian utara nusantara,


sedangkan di bagian selatan masuk ke Jawa terus ke nusatenggara. Pada ujungnya
masuk ke Papua Barat dan terus berkembang sampai ke benua Australia.
Perkembangan Islam tersebut dicatat, yaitu pada abad ke 13 M.
Adapun mereka yang memainkan peranan penting dalam proses islamisasi di
Jawa, antara lain adalah tokoh yang tercantum dalam daftar nama Wali Songo,
yaitu Sunan Malik Ibrahim, Raden Rahmat (Sunan Ampel), Raden Paku (Sunan
Giri), Jakfar Sodik (Sunan Kudus), Raden Syahid (Sunan Kalijaga), Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Raden Qasim (Sunan Drajad), Raden Said
(Sunan Muria) dan Raden Ibrahim (Sunan Bonang). 35
Diantara tokoh wali songo tersebut, sebagian adalah pendatang (muhajirin)
dari luar nusantara, seperti Sunan Malik Ibrahim langsung dari Arab dan Raden
Rahmat dari Cina. Mereka kawin dengan penduduk asli (pribumi) yang kemudian
34

. Azyumardi Azra, Jaringan Global dan lokal Islam Niusantara, (Bandung, Mizan, 2002), 51
. Sjamsudduha, Sejarah Sunan Ampel, Guru Para Wali di Jawa dan Perintis Pembangunan Kota
Surabaya, (Surabaya, Jawa Pos Press, 2004) 77
35

14

melahirkan wali songo lainnya, seperti Sunan Drajat dan Sunan Bonang adalah
putra Sunan Ampel, termasuk istri Sunan Kalijaga. Dengan demikian, para wali
songo tersebut telah melakukan metodologi islamisasi dakwah bil-hijrah, dakwah
bil-nikah dan dakwah bil-yad, selain dakwah bil-lisan dan dakwah bil-hikmah
serta metode dakwah lainnya. Pada saat itu, mereka belum disebut sebagai bangsa
Indonesia.
Bangsa Indonesia ini terdiri dari berbagai macam ras dan suku, seperti suku
Batak, Melayu, Minang, Palembang, Lampung (Sumatera), Banten, Sunda, Jawa,
Madura (Jawa), Dayak (Kalimantan), Bugis, Menado (Sulawesi), Ambon
(Maluku), Bali, Sasak (Mataram) dan ribuan suku lainnya, termasuk ras Arab,
Cina, Eropa dan Hindia disingkat ACEH.

E. Perkawinan Antar Suku


Ketika orang Jawa nikah sesama suku Jawa, misalnya antara orang Tuban
dengan orang Mojokerto (TUMO), maka keturunannya tetap bersuku Jawa.
Demikian pula orang Batak nikah sesama ras Batak, anak cucunya tetap disebut
dengan Batak, yang berubah adalah nama marganya, bila marga Siregar (lelaki)
nikah dengan marga Nasution (perempuan), anak-anaknya akan mengikuti marga
bapaknya yaitu Siregar, dan hilanglah marga ibunya yang Nasution.
Berbeda, kalau orang Batak menikahi orang Bugis, maka anaknya akan
bersuku BABU (Batak-Bugis) atau bersuku SUSU (Sumatera-Sulawesi), seperti
kasus keluarga besar Wakil Presiden Dr. H. Muhammad Yusuf Kalla (Bugis) dari
Makasar yang menikahi Ibu Hj. Mufidah (Minang) yang berasal usul dari Padang.
Dalam hal ini, muncul sebuah usul untuk menambah khazanah kebudayaan
bangsa Indonesia yaitu nama suku bangsa untuk anak-anak mereka berdua, diberi
nama suku Nusan, singkatan dari kata Nusantara, yang berarti hasil pernikahan
antar suku dan antar pulau.
Selama ini di tengah masyarakat dikenal istilah INDO buat panggilan anakanak hasil pernikahan antara orang Indonesia dengan orang Eropa (Belanda/
Londo). Istilah Indo tersebut adalah singkatan dari nama Indonesia dan Londo.
Adapun yang belum dikenal dan tidak popular istilah buat anak-anak hasil
pernikahan antara orang Indonesia dan orang Arab atau orang Indonesia dan orang
Cina. Yang sering terdengar istilah warga keturunan, yang berarti anak-anak

15

orang Cina yang berstatus WNI dan lahir di Indonesia, istilah ini tidak berlaku
bagi orang Arab dan Pakistan.
Dalam hal ini, apa tidak sebaiknya dicarikan sebuah istilah khusus, misalnya
kata INAR atau RABIN (Arab-Indonesia) dan INCIN (Indonesia- Cina), sebagai
tambahan dari istilah Indo. Istilah yang baru dimunculkan tersebut adalah bagian
dari makna istilah Indonesiawi (ke-Indonesia-an).

F. Islamisasi dan Indonesiawi


Ditemukan di tengah masyarakat bahwa sudah banyak alumni pondok
pesantren dari Jawa yang merantau ke luar Jawa untuk mengabdikan ilmu
pengetahuannya di wilayah nusantara. Mereka berangkat sebatang kara atau
bersama rombongan atas upaya individu atau utusan organisasi keagamaan
meninggalkan Jawa menuju Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan pulau
lainnya di nusantara, dengan tekad berhijrah (transmigrasi) berbekalkan modal
ilmu pengetahuan dan ketrampilan kerja. 36
Setelah sampai di tempat tujuan, mereka datang dan lapor ke aparat desa /
kelurahan atau tokoh masyarakat setempat dengan menyerahkan seperangkat surat
jalan dan identitas diri serta ijazah yang dimilikinya, sambil menyampaikan
maksud dan tujuan kedatangannya di tempat itu. Bagi para muhajirin yang
beruntung, misalnya yang bernama Rijal, tidak terlalu lama sudah mendapatkan
tempat untuk mengabdi disana, dia diangkat menjadi ustaz di madrasah, atau
muazin di masjid atau ustaz di TPQ (Taman Pendidikan al-Quran).
Kemudian berkah dari kebajikannya, dengan selalu menampilkan citra diri
yang sopan dan santun, disertai dengan kepandaian bergaul dan bermasyarakat. Si
ust. Rijal tadi mendapatkan simpati dari warga kampung, hingga dia dijodohkan
dan dinikahkan dengan warga setempat yang bernama Nisa. Hasil dari pernikahan
Rijal dan Nisa tersebut melahirkan anak yang bernama Ali Imron dan Maryam.
Status kesukuan anak mereka berdua yang berbeda ras tersebut, dinamakanlah
dengan suku Nusan, yaitu produk pernikahan antara dua suku yang berbeda
pulau, misalnya suku Sunda dan Lampung (SULAM).

36

. Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Jakarta,
Lentera, Cet 2,1999), 77

16

Kisah dan kasus semacam ini sudah terjadi dan berjalan di tanah air Indonesia
selama ini. Inilah salah bentuk yang dimaksudkan dalam istilah Islamisasi dan
Indonesiawi. Si ust Rijal dalam melaksanakan amar makruf dan nahi munkar di
tengah masyarakat, sudah melakukan beberapa macam metoda dakwah yang
pernah dicontohkan rasulullah, antara lain metoda dakwah bil-hijrah, dakwah bilhikmah, dakwah bil-lisan, dakwah bil-nikah dan metoda dakwah lainnya.
Dalam pelaksananan dakwah bil-nikah tersebut, yang bermakna islamisasi
dalam arti kuantitas atau menambah jumlah umat Islam, yang tadinya sendirian,
kemudian berdua, lalu menjadi berempat dan bertambah lagi menjadi delapan
hingga mewujudkan sebuah nama Bani Rijal, setelah memiliki anak, mantu,
cucu dan cicit sampai berjumlah puluhan orang. Gambaran tenang metoda dakwah
bil-nikah tersebut, ditampilkan dalam bentuk grafik di bawah ini.
Grafik ini adalah sebuah gambaran tentang kisah singkat (kissing)
keberhasilan dari pernikahan Bapak Abdul Karim dalam membentuk dan
mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warohmah, yang kemudian keluarga
besar ini dinamakan dengan Bani Karim. Cerita singkatnya sebagai berikut
bahwa:
Karim (muslim keturunan) menikahi Endang (muslim mualaf), punya 4 anak
(Umar, Alfi, Gani dan Aini), umar bin Karim menikahi Linda (mualaf), punya 2
anak (Murni dan Usman). Gani bin Karim menikahi Rahmah, punya 2 anak (latif
dan Idrus). Usman bin Umar menikahi Sari, punya 2 anak (Salamah dan
mahmud). Idrus bin Gani menikahi Maria (mualaf) punya 2 anak (Ridwan dan
Aisyah). Salamah binti Usman dinikahi Alex (mualaf) dan Ridwan bin Idrus
menikahi Aminah.
Demikianlah kising keluarga besar Bani Karim yang berasal dari seorang
muslim (Karim), kemudian via pernikahan bertambah 19 orang (istri, anak,
menantu, cucu, dan cicit). Jadilah mereka KELUARGA MUSLIM ASMARA .
(As-Sakinah Mawadah wa Rahmah).

17

Grafika Dakwah Bil-Nikah


KELUARGA MUSLIM ASMARA

Anak-anak bangsa yang dilahirkan dari kedua orang tua yang berbeda suku
dan pulau, sebagian menjadi tokoh nasional, seperti Dr. Ir. H. Soekarno (JawaBali), Prof. Dr. H. BJ. Habibie (Sulawesi-Jawa), Dr. Hj. Megawati Soekarnoputri
(Nusan-Sumatera), ketiganya mantan Presiden RI dan sederet nama tokoh
nasional lainnya. Mereka yang bisa dikategorikan kelompok suku bangsa Nusan
(Indonesiawi) adalah mereka yang lahir sejak Indonesia merdeka pada 17
Agustsus 1945.
Dalam hal sebutan tentang status kesukuan seseorang, seperti kasus pada diri
Sheh sendiri telah terjadi perbedaan sisi pandang. Keluarga besar Sheh di
kampung halaman menyebut Sheh adalah orang Jawa (Sidoarjo), sementara teman
dan tetangga di Sidoarjo dan Surabaya menyebutkan Sheh orang Sumatera (
Lahat, Palembang). Pada hal yang benar, yang sesuai dengan perasaan dan
pernyataan Seh sendiri, yaitu Seh adalah orang Sidoarjo (Jawa Timur) yang
18

berasal dari Lahat (Sumatera Selatan). Maknanya berbeda, bila dinyatakan


terbalik bahwa "Seh adalah orang Lahat yang tinggal di Sidoarjo.
Demikian pula anak-anak Sheh dari hasil pernikahan dengan Umi (orang
Surabaya), mereka termasuk WNI (Warga Negara Indonesia) yang bersuku
Nusan atau termasuk dalam kategori kelompok Indonesiawi. WNI yang
menyandang predikat suku Susan tersebut, diperkirakan jumlahnya akan melonjak
dengan pesat pada dasawarsa mendatang. Wallahuaklam.

G. Citra Muslim Pancasilais


Sungguh banyak upaya yang bisa dilakukan umat dalam melaksanakan tugas
Islamisasi dan Indonesiawi di wilayah nusantara. Secara biologis seperti melalui
pernikahan antar suku dan antar pulau yang melahirkan suku baru yang bernama
Nusan. Kemudian bagaimana secara idiologis membina mayoritas rakyat
Indonesia bercitrakan Muslim Pancasilais?
Dalam sejarah kelahiran Pancasila yang dirumuskan Soekarno pada 1 Juni
1945, rumusan itu disempurnakan dalam alinea Piagam Jakarta yang ditanda
tangani 9 orang tokoh nasionalis (wali songo) pada Jumat, 22 Juni 1945. Dari wali
songo itu terdapat 4 orang tokoh Islam Nasionalis, yaitu H. Abdul Wahid Hasyim,
H. Agus Salim, H. Abdul Kahar Muzakkir dan Abikusno Tjokrosujoso.
Sedangkan 4 orang lagi adalah tokoh Nasionalis Muslim, yaitu H. Soekarno, H.
Mohammad Hatta, H. Achmad Subardjo dan H. Muhammad Yamin, yang terakhir
adalah tokoh Nasionalis Kristen AA. Maramis.
Percikan kisah perjuangan bangsa Indonesia dalam menuju alam kemerdekaan
tersebut adalah sebuah fakta sejarah yang menunjukkan bahwa saat itu sudah lahir
tokoh Islam yang bercitra Muslim Pancasilais. Mereka telah melaksanakan
metoda dakwah bil-yad (islamisasi via politik), yaitu mereka bekerja sama dengan
tokoh nasional lainnya, demi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian setelah Indonesia merdeka, tokoh-tokoh Islam aktif dalam partai
politik, antara lain di Partai Masyumi, Partai NU, Partai Syarikat Islam, dan partai
lainnya. Setelah Pemilu 1955, tokoh Islam di Masyumi berjuang menjadikan
Islam sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan tersebut
gagal setelah keluarnya Dekrit Presiden Soekarno, yaitu kembali ke UUD 1945
pada 5 Juli 1959. Tragis, dampak dari perjuangan tadi, Partai Masyumi

19

membubarkan diri atas desakan penguasa pemerintah orde lama yang menerapkan
kebijakan Nasakom (Nasional, Agama dan Komunis), yaitu PNI, NU dan PKI.
Kebijakan pemerintah orde lama tersebut telah mengantarkan lahirnya
pemerintah orde baru pada 1966, akibat tragedi Gestapu PKI pada 1965 dengan
terbunuhnya 7 orang Jenderal TNI AD di Lubang Buaya Jakarta Timur.
Berbekalkan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966), Mayor Jenderal
Soeharto (Pak Harto) berani menyatakan bahwa PKI adalah partai terlarang di
bumi Indonesia, yang kemudian pada 1968, beliau diangkat MPRS menjabat
Presiden RI menggantikan Ir. H. Soekarno. Beliau berkuasa selama 32 tahun
(1966-1998) dengan 7 kali mengemban amanat MPR/DPR RI sebagai Presiden
RI.
Pada pemilu 1971, peserta kontestan pemilu sebanyak 9 partai politik
ditambah 1 Sekber Golkar. Pada pemilu tersebut terdapat 4 partai Islam, yaitu
NU, Parmusi, PSII dan Perti. Keempat partai itu kemudian fusi menjadi PPP
(Partai Persatuan Pembangunan) pada 1973 atas dasar kebijakan pemerintah
tentang penyederhanaan partai politik dengan cukup hanya 3 kontestan pemilu
saja pada pemilu 1977 hingga pemilu 1997. 37
Dalam upaya menampilkan citra muslim nasionalis, pemerintah orde baru
mengatur dan menetapkan kebijakan Azas Tunggal Pancasila bagi semua partai
politik dan organisasi kemasyarakatan. Dengan ketentuan tersebut, maka PPP
yang berasaskan Islam diubah menjadi asas tunggal Pancasila pada pemilu 1982.
Hal ini diikuti oleh ormas Islam lainnya yang dipelopori NU pada 1984, kecuali
PII (Pelajar Islam Indonnesia).yang menyatakan lebih baik mati (fakum) dari pada
mengubah asas Islam menjadi asas tunggal Pancasila.
Semua itu yang telah menjadi bagian dari sejarah perjuangan umat Islam di
Indonesia, adalah bagian dari upaya gerakan Islamisasi dan Indonesiawi di
wilayah nusantara. Dalam kaitan dengan upaya tersebut, Presiden Soeharto pernah
mendirikan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dengan obsesi membangun
999 buah masjid di nusantara. Atas obsesi tersebut, Pak Harto dicatat dalam
sejarah nasional sebagai Presiden 1001 masjid. Dalam hal ini, Pak Harto telah

37

. Seh Sulhawi Rubba, Kebajikan dan Kebijakan Emha Sheh Harto, Presiden Seribu Satu Masjid,
(Sidoarjo, Garisi, 2008), 201

20

melaksanakan metoda dakwah bil-yad atas kewenangan beliau sebagai penguasa


tunggal di zaman orde baru.
Sejarah tidak pernah berhenti, setelah tumbangnya pemerintah orde baru
(1998) yang kemudian muncul era reformasi di awal abad ke 21. Aktivitas
dakwah bil-yad melahirkan sejumlah Partai Islam Nasionalis, seperti PAN (Partai
Amanat Nasional), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), PKS (Partai Keadilan
Sejahtera), PBB (Partai Bulan Bintang), PBR (Partai Bintang Reformasi), PMB
(Partai Matahari Bangsa), PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Umat) dan partai
Islam lainnya.
Selain itu terdapat Partai Nasionalis Relijius, seperti Partai Golkar, Partai
Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya dan sejumlah partai kecil lainnya.
Tokoh partai-partai tersebut, sebagian adalah para santri yang menjunjung tinggi
nilai-nilai ajaran Islam dan filsafat Pancasila. Mereka itu adalah citra Muslim
Pancasilais yang bertekad meneruskan perjuangan para tokoh pendahulunya yang
terlibat aktif dalam dunia politik.

H. Penutup
Ajaran Islam yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia yang diyakini
oleh berbagai suku bangsa. Ajaran Islam tersebut telah membentuk berbagai corak
warna para penganutnya. Islam yang tumbuh dan berkembang di Arab melahirkan
bentuk Muslim Arab. Demikian pula Islam yang hadir dan berkembang pesat di
nusantara telah melahirkan muslim Indonesia yang memproduk filsafat negara
Pancasila, sehingga disebut dengan istilah muslim Pancasilais. Selain itu, ajaran
Islam telah melahirkan beraneka ragam format umat Islam di seluruh dunia, yaitu
muslim Turki, muslim Eropa, muslim Amerika, muslim Cina, muslim Iran, dan
format citra muslim lainnya. Masing-masing mempunyai ciri khas kebangsaannya.
Inilah sebuah bukti bahwa Islam itu sebagai rahmatan lil-alamin.
Demikianlah sebuah wacana tentang Formulasi Islamisasi dan Citra Muslim
Pancasilais yang perlu dikaji lagi secara mendalam oleh para pakar Sosiologi
Islam, Sosiologi Politik dan Sosiologi Antropologi. Selain para tokoh tersebut,
gagasan ini perlu dikoreksi oleh para pakar Ilmu Dakwah tentang masalah
Perumusan Metodologi Islamisasi. Akhirulqalam, afwan wa syukran ala kully hal.
Walhamdulillahi Allahu Akbar.
. (Delta Manggalarang, Senin, 15 Maret 2010 / 29 Rabiulawal 1431).
21

Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi, Jaringan Global dan lokal Islam Niusantara, , Mizan,


Bandung, 2002
al-Quranul Karym, Asy-Syifa, Semarang, 2000
al-Gamel, Seh Alwi, Kiaji Asep al-Amin, Kisah Mujahadah Ulama NU Dalam
Saham Dakwah Islam, Garisi, Sidoarjo, 2007
al-Hadad, Al-Habib Alwi bin Thohir, Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh, , Lentera, Jakarta,
2001

al-Hamid, Zaid Husein, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Pustaka Amani, Jakarta, 1995
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Raja Grapindo Persada, Jakarta, 1999
Madjid, Nurcholish, Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984
M. Natsir, Fiqhud-Dawah, Dewan Dakwah Islam Indonesia, Jakarta, 1978
Mudjahid, Abdul, Sejarah Agama-Agama, Raja Grafindo, Jakarta,1994
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, Jakarta, cet
VII, 1995.
Rubba, Seh Sulhawi, Kebajikan dan Kebijakan Emha Sheh Harto, Presiden
Seribu Satu Masjid, Garisi, Sidoarjo, 2008
Saifuddin Anshari, Endang Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Sebuah Konsennsus
Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta,
1997
Syamsu As, Muhammad, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya,
Lentera, Jakarta, Cet 2,1999
Sjamsudduha, Sejarah Sunan Ampel, Guru Para Wali di Jawa dan Perintis
Pembangunan Kota Surabaya, Jawa Pos Press, Surabaya, 2004
Qadir Djaelani, Abdul, Peta Sejarah Perjuangan Politik Umat Islam di
Indonesia,Tri Bakti, Surabaya, 1996
W. Arnold, Thomas Sejarah Dawah Islam, Terjemahan A. Nawawi Rambe,
Widjaja, Jakarta, 1979
Dan beberapa sumber informasi lainnya

22

Anda mungkin juga menyukai