Anda di halaman 1dari 13

PENANGANANAN

Ada tiga tahap penanganan bibir sumbing yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu operasi
dan tahap setelah operasi :
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima
tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan
usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari
10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan resiko anastesi, anak lebih dapat menahan stress akibat operasi,
memaksimalkan status nutrisi dan penyembuhan serta elemen bibir lebih besar sehingga
memungkinkan rekonstruksi yang lebih teliti dan ukuran alat yang sesuai. Selain rule of tens,
sebaiknya bebas dari infeksi pernapasan sekurang-kurangnya lebih dari dua minggu dan tanpa
infeksi kulit pada waktu operasi dan dari hasil pemeriksaan darah leukosit kurang dari 10.000/L
dan hematokrit sejumlah 35%. jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang
harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah.
Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat
memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga
membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup,
jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan

sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya
susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan
menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak
terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan
(protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi
tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang
didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi
tiba. Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang
ahli bedah. Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini
dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi
pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga
kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. Operasi untuk
langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2
tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus
diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat
bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada
mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah
(gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada

saat usia 8 9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi Tahap selanjutnya adalah
tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan,
biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien
misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap
menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi.1
Penderita CLP mengalami berbagai penyulit mulai lahir, derita batin dialami keluarganya
dan kelak oleh anaknya sendiri setelah menyadari keadaan dirinya. Kesukaran minum karena
daya hisap yang kurang dan banyak yang tumpah. Perlu seorang pekerja sosoial di bawah
psikososial. Untuk penampakannya serta fungsi velum yang baik perlu pembedahan yang secara
estetik bagus, baik untuk bibir, hidung rahang. Disamping jasa seorang spesialis bedah plastik,
juga perlu didukung dokter gigi spesialis ortodentist. Untuk penyulit telinga dan fungsi
pendengaran perlu jasa spesialis THT.
Pasien yang lahir dengan adanya celah pada bibir seharusnya dilakukan operasi jika tidak
ada kontraindikasi tertentu. Tujuan dari rekonstruksi adalah mempertahankan bentuk dan fungsi
morfologi wajah normal, menghasilkan kondisi optimal untuk proses mastikasi, pendengaran,
bicara dan pernapasan serta status. Adapun kontraindikasi adalah malnutrisi, anemia intoleransi
terhadap general anastesi serta gangguan jantung. 1
Jadi penanganan pasien CLP perlu kerjasama para spesialis dalam teamwork yang
harmonis dengan diatur dalam suatu protocol. Menerangkan bagaimana memberi minum bayi

agar tidak banyak yang tumpah. Dibuatkan record psikososial pasien sebagai bagian record CLP
pada umumnya. Tahapan-tahapan operasi CLP :
CHEILORAPHY/LABIOPLASTI : 3 BULAN
PALATORAPHY

: 10-12 BULAN

SPEECH THERAPY

: 4 TAHUN

PHARYNGOPLASTY

: 5-6 TAHUN

PERAWATAN ORTHODONTIS
ALVEOLAR BONE GRAFT
LE FORT I OSTEOTOMY

: 8-9 TAHUN
: 9-10 TAHUN
: 17-18 TAHUN

Teknik Operasi :
A. Operasi Celah bibir
Operasi celah bibir satu sisi (cheiloraphy uunilateral) dilakukan pada kelainan
CLP/L------ atau CLP/ La----- atau CLP/LAHS--- atau CLP/---SHAL. Teknik operasi yang
umum dipakai adalah teknik millard, cara ini menggunakan rotation advancement flap dari
segmen lateral dan menyisipkannya ke subkutan vermillion tipis untuk membuat sentral
vermillion sedikit menonjol dan dapat menghilangkan kolobama. Flap ini disebut flap Djo. Bila

celah bibir inkomplit maka Cheiloraphy dilakukan sama seperti penanganan celah komplit.
Disamping itu dasar vestibulum nasi juga harus dibuat pada waktu yang sama.2
Beberapa prosedur bedah yang lain adalah Le Mesurier quadrilateral flap repair, RandallTenison triangular flap repair, Skoog and Kernahan-Bauer and lower lip Z-plasty repairs. Teknik
Rose-Thompson melibatkan kurva atau sudut kulit dari tepi celah untuk memperpanjang bibir
sebagai garis lurus. Pada teknik Hagedorn-LeMesurier elemen bibir medial diperpanjang dengan
memasukan flap quadrilateral yang dihasilkan dari elemen bibir lateral. Pada teknik Skoog,
elemen bibir medial diperpanjang dengan memasukan dua flap triangular yang dihasilkan dari
elemen bibir. 2
Dua teknik yang sering digunakan yaitu teknik rotasi Millard dan teknik Triangular.
Teknik triangular dikembangkan oleh Tennison dan kawan-kawan dengan menggunakan flap
triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut di sisi medial dari celah tepat diatas batas
vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini menambah panjang di
sisi terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan panjang bibir yang baik tetapi jaringan parut
yang terbentuk tidak terlihat alami. 2

Seperti yang dijelaskan diatas Teknik Millard membuat dua flap yang berlawanan dimana
pada sisi medial dirotasi ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi
normal dan sisi lateral dimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada dasar
kolumela. Keuntungan dari teknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang terbentuk pada jalur
anatomi normal dari collum philtral dan ambang hidung.
Operasi celah bibir dua sisi dapat untuk celah yang ditulis lokasinya dengan cara otto
kriens sebagai CLP/LAHSHAL atau CLP/la---al atau kombinasi lain. Sering pada cheiloraphy
bilateral ditemukan keadaan premaksilanya yang sangat menonjol, ini menyulitkan ahli bedah
karena otot-otot bibir tidak bisa secara langsung dipertemukan atau bila dipaksakan akan terjadi
ketegangan dan berakibat jahitan lepas beberapa hari kemudian. Djohansjah mengajurkan pada
keadaan tersebut otot tidak perlu dipaksakan dipertemukan di tengah, cukup kulit dan subkutan
yang dijahitkan. Menempelkan saja pada tepi probelium. Otot tersebut dapat dijahit sekunder
kelak bila keadaan luka sudah tenang dan stabil, diperkirakan satu tahun (setelah fase 3
penyembuhan luka selesai), pada celah bibir bilateral dewasa probeliumnya relatip kecil maka
perlu tambahan segmen kulit untuk memperpanjang probeliumnya. Bila didapatkan celah bibir
bilateral inkomplit maka cheilorapy dilakukan sebagai komplit.2

B. Operasi Celah Palatum


Ada beberapa teknik dasar pembedahan yang bisa digunakan untuk memperbaiki celah
palatum, yaitu:
1. Teknik Von Langenbeck
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Von Langenbeck yang merupakan teknik
operasi tertua yang masih digunakan sampai saat ini. Teknik ini menggunakan flap bipedikel
mukoperiostal pada palatum durum dan palatum molle. Untuk kelainan yang ada, dasar flap ini
di sebelah anterior dan posterior diperluas ke medial untuk menutup celah paIatum.2
Indentasi medial yang tipis ke tuberositas maksilaris ditandai dengan tinta pewarna
(gentian violet). Dan titik ini, garis dan tinta pewarna diperpanjang sepanjang pterygomaksilaris
menuju ke sendi tonsilar anterior. Tanda tinta pewarna sekarang memanjang ke depan menuju
batas medial dan alveolus, secara lateral dan foramen palatina mayor, melengkung sedikit secara
medial untuk menyesuaikan dengan daerah alveolar, dan berakhir pada daerah gigi taring dan
palatum. Tanda dibuat pada kedua sisi. Hubungan antara lapisan oral dan nasal sepanjang tepi
celah dapat juga ditandai dengan tinta pewarna.
Anestesi lokal misalnya 1% lidokain, disuntikkan untuk hemostasis dan peningkatan
bagian terbesar dan jaringan. Anestesi menyebar dengan mudah jika disuntikkan antara tepi celah
dengan bagian lateral dan daerah yang direncanakan untuk diinsisi. Jika tingkatan yang tepat
didapatkan, larutan akan menyebar sepanjang jaringan ke dalam bagian belahan dan uvula.

Anestesi lokal tambahan disuntikkan ke dalam separuh posterior dan garis insisi lateral
sepanjang pterygomaksilanis.
lnsisi dibuat di bagian lateral dan garis dengan menggunakan pisau no 15 yang
diperdalam dengan gunting pediatrik Metzenbaum sehingga pain nitar process terlihat. Tendon
dan otot tensor veli palatini terdorong kearah posterior dan processus hamular. Tepi celah diinsisi
atau dipotong dengan pisau no. 11 sementara ujung dan uvula dipegang pelan dengan forsep.
Hal yang penting untuk melakukan insisi ke dalam mukoperiosteum oral pada bagian
apeks dan celah untuk memastikan bahwa bagian yang bagus dan jaringan yang kuat tersedia
untuk kebutuhan penutupan lapisan nasal yang sempit di area apeks ini. Penggunaan
mukoperiosteurn oral akan mencegah kerusakan dan mukosa nasal yang tipis pada daerah mi.
Mukoperiosteum oral antara celah dan insisi lateral diangkat dengan forceps dan dental
kuret. Hal ini akan memudahkan flap bipedikel untuk digerakkan secara media/satu sama lain
pada garis tengah, Lapisan nasal dan mukoperiosteum diangkat secara bilateral untuk
memudahkan lapisan nasal kira-kira ke tengah tanpa tarikan (tension). Fibromuskulatur
tambahan pada tepi posterior dan palatum durum diinsisi yang akan memudahkan mukosa untuk
meregang. Lapisan nasal, mulai dari apeks celah bagian anterior dijahit dengan catgut.
Penjahitan juga dilakukan sepanjang palatum molle menuju dasar dan uvula.

2. Teknik Wardill V-Y push-back


Teknik V-Y push back mencakup dua flap unipedikel dengan satu atau dua flap palatum
unipedikel dengan dasarnya di sebelah anterior. Flap anterior dimajukan dan diputar ke medial
sedangkan flap posterior dipindahkan ke belakang dengan teknik V to Y akan menambah
panjang palatum yang diperbaiki.2
Kepala penderita dalam posisi hiperekstensi dengan cara menyanggah bantal di punggung
sehingga posisi palatum tampak datar. Kemudian dilakukan desinfeksi dan pemasangan rink.
Dengan menggunakan tinta pewarna, digambarkan rencana insisi flap.2
Tindakan selanjutnya adalah menginsisi menggunakan pisau no 15 di bagian lateral pada
garis yang dibuat sampai menembus periosteum. Flap diangkat dan tulang dengan respatoriuni
ke arah medial. Dibuat irisan di tepi medial lalu mukosa dibebaskan dengan gunting mengarah
ke permukaan nasal. Kemudian dilakukan pembebasan flap mukoperiosteal dengan mendorong
ke belakang sehingga tampak arteri palatina keluar dan foramen palatina. Perlekatan mukosa oral
di dekat foramen palatina dibebaskan dan arteri palatina mayor menggunakan gunting yang
dilakukan sampai flap dapat bergerak ke medial tanpa tegangan. Perlu berhati-hati agar arteri
palatina mayor tidak putus. Ujung otot yang melekat pada sisi posterior tulang palatum
dibebaskan dan mukosa nasal dan oral sehingga dapat digeser sampai posterior dan otot tersebut
dipertemukan di tengah. Mukosa nasal dilepas dan perlekatannya dengan tulang palatum

menggunakan respatonium dan posterior ke arah anterior sampai mukosa tersebut dapat bebas ke
medial.2
Penjahitan dimulai dari daerah uvula kemudian mukosa nasal dengan simpul ke arah
nasal. Otot dijahit dengan ujung simpul pendek. Mukosa dijahit dengan matras horisontal dan
simpulnya intraoral. Pada palatum durum, jahitan dipertautkan ke mukosa nasal agar flap
tersebut melekat dan tidak jatuh mengikuti lidah. Sisi lateral dan flap yang terbuka diberi surgicel
atau spongostan untuk membantu hemostasis.3
3. Teknik Double opposing Z-plasty
Teknik ini diperkenalkan oleh Furlow untuk memperpanjang palatum molle dan membuat
suatu fungsi dan m.levator. teknik ini merupakan cara penutupan palatum dengan satu tahap. 2
4. Teknik Velar closure
Teknik ini diperkenalkan oleh Schweckendiek, dimana palatum molle ditutup (pada umur
6-8 bulan) dan palatum durum dibiarkan terbuka dan kemudian akan ditutup pada umur 12-15
tahun. 2
5. Teknik Palatoplasty two-flap
Diperkenalkan oleh Bardach dan Salyer (1984). Teknik ini mencakup pembuatan dua flap
pedikel dengan dasarnya diposterior yang meluas sampai keseluruh bagian celah alveolar. Flap
ini kemudian diputar dan dimajukan ke medial untuk memperbaiki kelainan. 2

Terapi bicara (speech therapy) diperlukan setelah operasi palatoraphy, untuk melatih
bicara benar dan meminimalkan timbulnya suara sengau. Bila setelah palatoraphy dan terapi
bicara masih terdapat suara sengau maka dilakukan pharyngoplasty untuk memperkecil suara
nasal dan biasanya dilakukan pada usia 5-6 tahun. Pada usia anak 8-9 tahun ahli orthodontik
memperbaiki lengkung alveolus sebagai persiapan tindakan alveolar bone graft dan usia 9-10
tahun spesialis bedah plastik melakukan operasi bone graft pada celah tulang alveolus seiring
pertumbuhan gigi caninus. Evaluasi perkembangan selanjutnya, sering didapatkan hipoplasia
pertumbuhan maksilla sehingga terjadi wajah cekung. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan cara
operasi advancement osteotomi Le Fort I pada usia 17 tahun dimana tulang-tulang Wajah telah
berhenti pertumbuhannya.2

VIII.

KOMPLIKASI
Komplikasi dari celah bibir dan langit-langit bila tidak di operasi adalah secara fisik
membuat kesulitan dalam makan dan minum karena daya hisap yang kurang maksimal dan
banyak yang tumpah atau bocor ke hidung, gangguan kosmetik, gangguan bicara berupa suara
sengau, retardasi mental, infeksi telinga tengah, gangguan pendengaran dan gangguan
pertumbuhan gigi.

Komplikasi yang dapat timbul pada operasi adalah perdarahan, obstruksi saluran
pernapasan, infeksi, deviasi septim nasi dan terjadinya fistula. Perdarahan yang banyak jarang
terjadi, tapi mungkin memerlukan operasi kembali untuk mengontrol perdarahan. Penyumbatan
pernapasan juga jarang terjadi jika tidak ada perdarahan yang berlebihan tetapi dapat mengancam
jiwa. Saluran harus dipantau secara hati-hati. Monitor saturasi O 2 bisa digunakan di ruang
perawatan atau pasien dapat di pantau dalam ruang ICU. Fistula palatum bisa ada karena celah
asimptomatik atau menyebabkan gejala-gejala seperti masalah pengucapan dan kesulitan
kebersihan gigi.1

IX.

PROGNOSIS
Bayi yang lahir dangan cleft palate mempunyai prognosis yang baik dan kurang lebih 80
% tetap memiliki suara yang normal. Belum ada yang tahu cara mencegah cleft tetapi perawatan
antenatal penting untuk mengurangi, bahkan mencegah resiko kelainan ini. Prognosis operasi
pasien cleft palate pada umumnya baik tergantung dari pengalaman dan metode yang digunakan
dan ada atau tidaknya kmplikasi yang muncul akibat pembedahan.7
Meskipun telah dilakukan koreksi anatomis, anak tetap menderita gangguan bicara
sehingga diperlukan terapi bicara yang bisa diperoleh di sekolah. Tetapi jika anak berbicara
lambat atau berhati-hati maka biasanya mereka akan terdengar seperti anak normal.1

DAFTAR PUSTAKA
1.

Richard a. Hopper, Court Cutting, and Barry Grayson. Cleft Lip and Palate, Grabb and
Smiths Plastic Surgery sixth Ed. Phyladelphia: by Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters
Kluwer business.; 2007. p.220-67.

2.

Marzoeki D, jailani M, Perdanakusuma (2002). Teknik pembedahan celah bibir dan langitlangit,Jakarta: Sagung Seto .p. 1-8.

Anda mungkin juga menyukai