Menimbang
: a. bahwa
hakikat
pembangunan
nasional
sebagai
Republik
Indonesia
Tahun
1945
adalah
pembangunan
dimensi
dan
perkembangan
nasional
aspek
mencakup
kehidupan
kependudukan
dan
semua
termasuk
pembangunan
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
yang
cepat
akan
memperlambat
d. bahwa . . .
-2keberhasilan
dalam
mewujudkan
d. bahwa
pertumbuhan
penduduk
yang
seimbang
dan
mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga
akan memperbaiki segala aspek dan dimensi
pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk
lebih maju, mandiri, dan dapat berdampingan dengan
bangsa lain dan dapat mempercepat terwujudnya
pembangunan berkelanjutan;
e. bahwa dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk
yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan
upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan
angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk pada seluruh
dimensinya,
peningkatan
ketahanan
dan
kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan
perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk
menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi
pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu
bersaing dengan bangsa lain, dan dapat menikmati
hasil pembangunan secara adil dan merata;
f.
-3Mengingat
: Pasal 20, Pasal 26 ayat (2), Pasal 26 ayat (3), Pasal 28B
ayat (1), Pasal 28B ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28J
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
-44.
dengan
kependudukan
yang
dipengaruhi
oleh
perubahan
dapat
keadaan
berpengaruh
keberhasilan
dan
pembangunan
berkelanjutan.
5.
pendidikan,
pekerjaan,
produktivitas,
ukuran
kemampuan
dan
dasar
untuk
menikmati
mengembangkan
kehidupan
sebagai
7.
8.
Keluarga
Berencana
adalah
upaya
mengatur
kehamilan,
melalui
promosi,
untuk
mewujudkan
keluarga
yang
berkualitas.
9.
Pengaturan
kehamilan
adalah
upaya
untuk
10. Keluarga . . .
dan
kesejahteraan
keluarga
yang
keluarga
memiliki
adalah
keuletan
dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisikmateril guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan
batin.
12. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
terencana di segala bidang untuk menciptakan
perbandingan
ideal
antara
perkembangan
sekarang
tanpa
harus
mengurangi
untuk
mengembangkan
potensinya
dimaksud
dalam
Undang-Undang
15. Pemerintah . . .
dan
perangkat
daerah
sebagai
unsur
BAB II
ASAS, PRINSIP DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Perkembangan
kependudukan
dan
pembangunan
Bagian Kedua
Prinsip
Pasal 3
Perkembangan
keluarga
kependudukan
berdasarkan
dan
pembangunan
prinsip
pembangunan
sebagai
titik
sentral
kegiatan
pembangunan;
b. pengintegrasian kebijakan kependudukan ke dalam
pembangunan
sosial
budaya,
ekonomi,
dan
lingkungan hidup;
c.
-7f.
perlindungan
terhadap
budaya
dan
identitas
(1)
Perkembangan
kependudukan
mewujudkan
keserasian,
keseimbangan
antara
bertujuan
untuk
keselarasan,
kuantitas,
dan
kualitas,
dan
Pembangunan
keluarga
bertujuan
untuk
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK
Bagian Kesatu
Hak Penduduk
Pasal 5
Dalam penyelenggaraan perkembangan kependudukan
dan
pembangunan
keluarga,
setiap
penduduk
mempunyai hak:
a. membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah;
b. memenuhi . . .
-8b. memenuhi
berkembang
kebutuhan
serta
pengembangan
dasar
mendapat
pribadinya
pendidikan,
agar
tumbuh
dan
perlindungan
bagi
untuk
mencerdaskan
memperoleh
dirinya,
dan
mewujudkan
hak-hak
reproduksi
sesuai
dan
memperoleh
informasi
memperoleh,
mengolah,
perkembangan
dan
memiliki,
menyimpan,
menyampaikan
kependudukan
dan
informasi
pembangunan
mengembangkan
dan
memperoleh
manfaat
ilmu
kependudukan
dan
pembangunan
keluarga;
g. bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal
dalam wilayah negara Republik Indonesia;
h. mendapatkan perlindungan, untuk mempertahankan
keutuhan, ketahanan, dan kesejahteraan keluarga;
i.
j.
membesarkan,
memelihara,
merawat,
mendidik,
l. mewujudkan . . .
-9l.
yang
menghormati,
melindungi,
dan
dan
mengembangkan
nilai-nilai
identitas
kewarganegaraan
sesuai
memiliki,
memperoleh,
mengganti,
atau
dalam
penyusunan,
perkembangan
pelaksanaan,
kependudukan
dan
memperoleh
kebutuhan
pangan,
tempat
tinggal,
hak-hak
penduduk
lain
dalam
c. membantu . . .
yang
pemerintah
diminta
daerah
oleh
untuk
Pemerintah
dan
pembangunan
BAB IV
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Bagian Kesatu
Kewenangan Pemerintah
Pasal 7
(1)
menengah
berkaitan
dan
dengan
jangka
pengelolaan
panjang
yang
perkembangan
Kebijakan
dan
program
jangka
menengah
dan
dalam
pembangunan
jangka
- 11 Pasal 8
(1)
Pemerintah
daerah
menetapkan
kebijakan
dan
Kebijakan
dan
program
jangka
menengah
dan
Pasal 9
Untuk melaksanakan kebijakan dan program jangka
menengah dan jangka panjang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dan Pasal 8 dilakukan:
a.
pengumpulan,
penelitian,
pengolahan,
pengembangan,
analisis,
dan
evaluasi,
penyebarluasan
secara
berkelanjutan
perkembangan
dan
penetapan
kependudukan
dan
pengendalian
dampak
pembangunan
perkembangan
kependudukan
dan
terhadap
pembangunan
- 12 (2)
lembaga
swadaya
masyarakat,
bersifat
tidak
perkembangan
mengikat
dalam
kependudukan
dan
pembangunan keluarga;
b. advokasi dan komunikasi, informasi, dan edukasi
tentang
perkembangan
pembangunan
komponen
keluarga
perencana
pembangunan
serta
kependudukan
kepada
dan
seluruh
dan
pelaksana
keluarga,
masyarakat,
organisasi
lembaga
swadaya
masyarakat,
profesi,
swasta,
dan
penyandang
dana
pelayanan
cuma-cuma
yang
pembangunan
keluarga
bagi
keluarga
miskin.
Bagian Kedua
Tanggung Jawab Pemerintah
Pasal 11
Pemerintah bertanggung jawab dalam perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga.
Pasal 12 . . .
- 13 Pasal 12
(1)
pedoman
yang
meliputi
norma,
perkembangan
kependudukan
dan
pembangunan keluarga.
(2)
(1)
pembinaan,
bimbingan
dan
supervisi; dan
d. sosialisasi, advokasi, dan koordinasi;
pelaksanaan
perkembangan
kependudukan
dan
Pasal 14 . . .
- 14 Pasal 14
(1)
Pemerintah
kabupaten/kota
bertanggung
jawab
dalam:
a. menetapkan
pelaksanaan
perkembangan
kependudukan
pembangunan
kebutuhan,
keluarga
aspirasi,
sesuai
dan
dan
dengan
kemampuan
masyarakat setempat.
(2)
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 15
(1)
Pembiayaan
perkembangan
kependudukan
dan
Pasal 16
(1)
Pembiayaan
perkembangan
kependudukan
dan
(2) Alokasi . . .
- 15 (2)
(3)
Pengalokasian
anggaran
sebagaimana
dimaksud
BAB VI
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
Perkembangan
kependudukan
dilakukan
untuk
kuantitas
penduduk
dilakukan
untuk
- 16 Pasal 19
(1)
Pengendalian
kuantitas
penduduk
berhubungan
Pengendalian
kuantitas
penduduk
sebagaimana
Pengendalian
kuantitas
penduduk
sebagaimana
Tata
cara
penetapan
pengendalian
kuantitas
Paragraf 2
Keluarga Berencana
Pasal 20
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
keluarga berkualitas, Pemerintah menetapkan kebijakan
keluarga berencana melalui penyelenggaraan program
keluarga berencana.
Pasal 21 . . .
- 17 Pasal 21
(1)
Kebijakan
keluarga
berencana
sebagaimana
keputusan
dan
mewujudkan
hak
Kebijakan
keluarga
berencana
sebagaimana
Kebijakan
keluarga
berencana
sebagaimana
dengan
alasan
apapun
promosi
aborsi
Pasal 22
(1)
Kebijakan
keluarga
berencana
sebagaimana
a. peningkatan . . .
- 18 a. peningkatan
keterpaduan
dan
peran
serta
masyarakat;
b. pembinaan keluarga; dan
c. pengaturan kehamilan dengan memperhatikan
agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi
dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam
masyarakat.
(2)
(3)
Kebijakan
keluarga
berencana
sebagaimana
Pasal 23
(1)
Pemerintah
dan
meningkatkan
pemerintah
akses
dan
daerah
kualitas
wajib
informasi,
pasangan
suami
istri
dengan
menyeimbangkan
kebutuhan
laki-laki
dan
perempuan;
c.
dan
kegagalan
manfaatnya
dalam
kontrasepsi,
pencegahan
- 19 -
(2)
d.
meningkatkan
keamanan,
keterjangkauan,
jaminan kerahasiaan, serta ketersediaan alat,
obat dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi;
e.
f.
g.
h.
i.
melalui
pemberian
informasi
tentang
pencegahan
terjadinya
ketidakmampuan
pasangan untuk mempunyai anak setelah
12 (dua belas) bulan tanpa menggunakan alat
pengaturan kehamilan bagi pasangan suamiisteri.
(1)
- 20 (2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 27 . . .
- 21 Pasal 27
Setiap
orang
dilarang
memalsukan
dan
dan
tenaga
lain
yang
terlatih
serta
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
pengadaan
dan
penyebaran
alat
kontrasepsi
berdasarkan
mengatur
dan
keseimbangan
obat
antara
Pemerintah
menyediakan
dan
alat
pemerintah
dan
obat
daerah
wajib
kontrasepsi
bagi
penduduk miskin.
(3)
daerah
berdasarkan
ketentuan
dan/atau
peraturan
masyarakat
perundang-
undangan.
Bagian Ketiga . . .
Bagian Ketiga
Pemerintah
angka
menetapkan
kematian
untuk
kebijakan
penurunan
mewujudkan
penduduk
(3)
a.
b.
ibu melahirkan;
c.
d.
upaya
promotif,
preventif,
kuratif
dan
Pasal 31
Kebijakan
penurunan
dimaksud
dalam
angka
Pasal
30
kematian
sebagaimana
dilaksanakan
dengan
memperhatikan:
a. kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri;
b. keseimbangan
akses
dan
kualitas
informasi,
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
melakukan
sebagai
bagian
dari
perkembangan
(3)
proyeksi
kependudukan
tentang
angka
Pemerintah
mobilitas
menetapkan
penduduk
kebijakan
pengarahan
dan/atau
penyebaran
Kebijakan
dan/atau
pengarahan
penyebaran
mobilitas
penduduk
penduduk
sebagaimana
mobilitas
internasional
dilaksanakan
pada
Pengarahan
mobilitas
penduduk
internal
ekonomi
baru
dalam
rangka
persebaran
penduduk
melalui
Pengarahan
mobilitas
penduduk
internasional
kerjasama
internasional
dengan
negara
Indonesia
sesuai
dengan
perjanjian
Ketentuan
mobilitas
lebih
lanjut
penduduk
mengenai
diatur
pengarahan
dalam
Peraturan
Pemerintah.
Pasal 34
Kebijakan mobilitas penduduk sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 dilaksanakan dengan menghormati hak
penduduk
untuk
bebas
bergerak,
bertempat
tinggal
dalam
wilayah
Indonesia
sesuai
dengan
berpindah,
Negara
ketentuan
dan
Republik
peraturan
perundang-undangan.
Pasal 35
Pasal 35 . . .
- 25 (1)
(2)
Kebijakan
mobilitas
penduduk
sebagaimana
Pasal 36
(1)
Perencanaan
pengarahan
mobilitas
penduduk
ke
daerah
tujuan
sesuai
dengan
Pasal 37
(1)
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
melakukan
sebagaimana
mobilitas
dan
persebaran
penduduk
Untuk
mewujudkan
kondisi
perbandingan
yang
dengan
lingkungan
hidup
yang
lingkungan
pengembangan
dilakukan
kualitas
penduduk,
melalui
baik
fisik
maupun nonfisik.
(2)
cerdas,
mandiri,
beriman,
bertakwa,
Pengembangan
kualitas
sebagaimana
dimaksud
kesehatan;
b. pendidikan;
c.
nilai agama;
d. perekonomian; dan
e.
(4)
Pengembangan
dimaksud
Pemerintah
kualitas
pada
dan
ayat
penduduk
(2)
sebagaimana
diselenggarakan
pemerintah
daerah
oleh
bersama
(5) Pembinaan . . .
- 27 (5)
pada
komunikasi,
ayat
(4)
informasi,
dilakukan
dan
melalui
edukasi,
serta
penduduk
diatur
dengan
Peraturan
Pemerintah.
Paragraf 2
Penduduk Rentan
Pasal 39
(1)
(2)
Pemerintah
menetapkan
pengembangan
potensi
kebijakan
penduduk
tentang
rentan
yang
perubahan struktur;
b.
komposisi penduduk;
c.
d.
e.
Pasal 41 . . .
- 28 Pasal 41
(1)
Pemerintah
menjamin
kebutuhan
dasar
bagi
penduduk miskin.
(2)
Pengembangan
wawasan
kependudukan
merupakan
Pengembangan
sebagaimana
wawasan
dimaksud
kependudukan
dalam
Pasal
42
dapat
Pelaksanaan
kependudukan
pengembangan
dilakukan
melalui
wawasan
pemberian
Bagian Keenam
Perencanaan Kependudukan
Pasal 44
Perencanaan
kependudukan
merupakan
proses
- 29 Pasal 45
Perencanaan
kependudukan
dilakukan
dengan
Pasal 46
(1)
provinsi,
dan
kabupaten/kota
dengan
ayat
rencana
(1)
diarahkan
strategis
untuk
untuk
menghasilkan
pengelolaan
kuantitas,
Rencana
strategis
sebagaimana
dimaksud
pada
Waktu
penyusunan
perencanaan
kependudukan
bersamaan
pembangunan
dengan
waktu
jangka
menengah
mengenai
pedoman
Pengaturan
lebih
lanjut
BAB VII . . .
- 30 BAB VII
PEMBANGUNAN KELUARGA
Pasal 47
(1)
pembangunan
keluarga
melalui
untuk
mendukung
keluarga
agar
Kebijakan
pembangunan
keluarga
melalui
dimaksud
dalam
Pasal
47
b.
c.
dan
masyarakat
berguna
dengan
bagi
keluarga
pemberian
dan
kesempatan
pemberdayaan
keluarga
rentan
dengan
diri
agar
setara
dengan
keluarga lainnya;
e.
f. peningkatan . . .
- 31 f.
peningkatan
akses
dan
peluang
terhadap
h.
penyelenggaraan
kemiskinan
upaya
terutama
bagi
penghapusan
perempuan
yang
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pelaksanaan
menteri
yang
terkait
sesuai
dengan
daerah
wajib
kewenangannya.
BAB VIII
DATA DAN INFORMASI KEPENDUDUKAN
Pasal 49
(1)
Pemerintah
dan
pemerintah
informasi
mengenai
kependudukan
dan
keluarga.
(2)
Upaya
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
sebagai
dasar
penetapan
kebijakan,
Pasal 50 . . .
- 32 Pasal 50
(1)
Pemerintah
dan
menyelenggarakan
informasi
pemerintah
dan
daerah
mengembangkan
kependudukan
dan
sistem
keluarga
secara
kependudukan
dan
keluarga
kepada
Pemerintah.
(3)
dipisah-pisahkan
dan
dianalisis
untuk
dalam
bentuk
laporan
neraca
informasi
kependudukan
dan
keluarga
pengumpulan,
analisis,
dan
penyebaran
dan
data,
pemerintah
analisis,
daerah
dan
melakukan
proyeksi
angka
BAB IX . . .
- 33 BAB IX
KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Nama dan Kedudukan
Pasal 53
(1)
Dalam
rangka
pengendalian
penduduk
dan
Badan
Berencana
Kependudukan
Nasional
yang
dan
Keluarga
selanjutnya
disingkat
BKKBN.
(2)
BKKBN
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
berkedudukan
di
bawah
Presiden
dan
penduduk
dan
Pasal 54
(1)
Dalam
rangka
pengendalian
daerah
membentuk
Badan
selanjutnya
disingkat
BKKBD
di
tingkat
tugas
dan
fungsinya
memiliki
Pasal 55
(1)
(2) BKKBD . . .
- 34 (2)
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 56
(1)
BKKBN
bertugas
penduduk
dan
melaksanakan
pengendalian
menyelenggarakan
keluarga
berencana.
(2)
b.
penetapan
norma,
standar,
prosedur,
dan
kriteria;
c.
d.
penyelenggaraan
komunikasi,
informasi,
dan
edukasi;
e.
f.
di
bidang
pengendalian
penduduk
dan
Pasal 57
(1)
penduduk
berencana
di
dan
menyelenggarakan
tingkat
provinsi
dan
kabupaten/kota.
(2)
- 35 (3)
BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 58
(1)
(2)
oleh
individu,
lembaga
swadaya
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua Peraturan
Perundang-undangan
yang
merupakan
peraturan
Perkembangan
Kependudukan
dan
Negara
masih
Republik
tetap
Indonesia
berlaku
Nomor
3475)
sepanjang
tidak
BAB XII . . .
- 36 Pasal 60
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, UndangUndang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
(Lembaran
Nomor
Negara
35,
Republik
Tambahan
Indonesia
Lembaran
Tahun
Negara
1992
Republik
berdasarkan
undangan
sebelum
peraturan
perundang-
diberlakukannya
Undang-
Pasal 62
Peraturan
perundang-undangan
sebagai
pelaksanaan
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
pengundangan
penempatannya
Indonesia.
mengetahuinya,
Undang-Undang
dalam
Lembaran
memerintahkan
ini
Negara
dengan
Agar
...
Republik
- 37 -
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 161
Wisnu Setiawan
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
I.
UMUM
Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan
kesejahteraan,
kebahagiaan,
dan
kecerdasan
serta
keadilan penduduk saat ini dan generasi yang akan datang, maka
kependudukan pada seluruh dimensinya harus menjadi titik sentral
pembangunan berkelanjutan agar setiap penduduk dan generasinya
mendatang dapat hidup sehat, sejahtera, produktif, dan harmonis
dengan
lingkungannya
serta
menjadi
sumberdaya
manusia
yang
dan
untuk
penduduk,
dan
karenanya
perencanaan
Perkembangan . . .
penduduk
dan
pembangunan
keluarga
pada
karenanya
dibutuhkan
bentuk
koordinasi
dan
pemahaman
perlu
memperoleh
perhatian
khusus
dalam
rangka
kependudukan
dan
pembangunan
keluarga
II. PASAL . . .
-3II.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan:
a.
asas
norma
agama
yang
berarti
bahwa
perkembangan
c.
asas
keseimbangan
kependudukan
dan
berarti
bahwa
pembangunan
perkembangan
keluarga
harus
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kebutuhan dasar meliputi kebutuhan
sandang, pangan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan
pekerjaan serta rasa aman.
Huruf c . . .
-4Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t . . .
-5Huruf t
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18 . . .
-6Pasal 18
Yang dimaksud dengan daya dukung alam adalah kemampuan
lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumbernya untuk
menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara
berkelanjutan.
Yang
dimaksud
dengan
daya
tampung
lingkungan
adalah
dimaksud
dengan
pengendalian
kelahiran
Pasal 21 . . .
-7Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Penyuluhan
kesehatan
reproduksi
dilakukan
oleh
-8Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan seluruh dimensinya antara lain
meliputi:
a.
b.
c.
d.
peningkatan
akses
masyarakat
terhadap
pelayanan
kesehatan; dan
e.
pemberdayaan
masyarakat
dalam
peningkatan
-9Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
daya
dukung
alam
adalah
lingkungan
hidup
buatan
manusia
untuk
Pasal 36 . . .
- 10 Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Pengembangan wawasan kependudukan merupakan upaya
peningkatan
pemahaman
kependudukan
yang
mengenai
berkelanjutan
untuk
pembangunan
mewujudkan
Pasal 43 . . .
- 11 Pasal 43
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
masyarakat
adalah
lembaga
Pasal 55 . . .
- 12 Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Pengembangan wawasan kependudukan dapat dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat baik secara sendiri maupun
bersama-sama.
Pelaksanaan
pengembangan
wawasan
kependudukan